Anda di halaman 1dari 39

3.

Komposisi Penduduk

Piramida Penduduk Provinsi Lampung Tahun 2018

75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
500000 400000 300000 200000 100000 0 100000 200000 300000 400000 500000
Laki-Laki Perempuan

Gambar 3. 12 Piramida Penduduk Provinsi Lampung Tahun 2018


Sumber: Provinsi Lampung Dalam Angka 2019.

Piramida penduduk Provinsi Lampung tahun 2018 memperlihatkan bahwa usia


produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang berusia lanjut.
Penduduk pada usia 5-9 tahun merupakan usia yang paling mendominasi sedangkan
usia 70-74 adalah usia yang paling sedikit jumlah penduduknya. Selain itu, dari
piramida penduduk Provinsi Lampung tahun 2018 juga memperlihatkan bahwa
penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk berjenis
kelamin perempuan.

Jumlah Penduduk (jiwa)


75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000
Gambar 3. 13 Grafik Komposisi Penduduk Kabupaten Pesisir Barat Berdasarkan Kelompok
Umur Tahun 2017
Sumber: Kabupaten Pesisir Barat Dalam Angka 2017

Komposisi Penduduk Kabupaten Pesisir Barat Berdasarkan Jenis


Kelamin Tahun 2017

48% 52%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 3. 14 Diagram Komposisi Penduduk Kabupaten Pesisir Barat Berdasarkan


Kelompok Umur Tahun 2017
Sumber: Kabupaten Pesisir Barat Dalam Angka 2017

Struktur penduduk Kabupaten Pesisir Barat didominasi penduduk usia produktif


sebagaimana terlihat pada Grafik Komposisi Penduduk Kabupaten Pesisir Barat
Berdasarkan Kelompok Umur Pada tahun 2017. Penduduk usia produktif tercatat
sebanyak 98.911 jiwa atau sebesar 65% dari total penduduk, penduduk yang belum
produktif (0-14 tahun) tercatat sebanyak 47.151 jiwa atau 31%, dan penduduk yang
tidak produktif lagi atau melewati masa pensiun sebanyak 6.467 jiwa atau 9%. Dengan
struktur penduduk tersebut, dependency ratio atau angka ketergantungan Kabupaten
Pesisir Barat pada tahun 2017 sebesar 54% yang berarti dari 100 penduduk usia
produktif Kabupaten Pesisir Barat akan menanggung secara ekonomi sebesar 54
penduduk usia tidak produktif. Selain itu, Kabupaten Pesisir Barat didominasi oleh
penduduk berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
perempuan. Penduduk berjenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 52% dari
keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat sedangkan penduduk berjenis
kelamin perempuan terdapat sebanyak 48% dari keseluruhan jumlah penduduk
Kabupaten Pesisir Barat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Barat

Perbandingan IPM
Pesisir Barat dengan Lampung
70 68,25
67,65
66,42 66,95
68
66
62,96
64 62,2
61,5
62 60,55 IPM Pesisir Barat
59,76
60 IPM Lampung
58
56
54
2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 3. 15 Grafik Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Pesisir Barat dengan
Provinsi Lampung
Sumber: Provinsi Lampung Dalam Angka 2018.

Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Pesisir Barat


memiliki nilai IPM sebesar 62,96 yang dimana nilai IPM Kabupaten Pesisir Barat
merupakan nilai IPM terendah ke-dua di Provinsi Lampung setelah Kabupaten Mesuji
yang memiliki IPM terendah sebesar 62,88.

Angka Harapan Hidup


72
70
68
66
64 62,54
62
60
58

Gambar 3. 17 Grafik Angka Harapan Hidup Provinsi Lampung berdasarkan Kabupaten/Kota


2018
Sumber: Provinsi Lampung Dalam Angka 2019

Dilansir dari Provinsi Lampung dalam Angka 2019, diketahui bahwa Kabupaten
Pesisir Barat memiliki angka harapan hidup sebesar 62,54 yang dimana angka tersebut
berada jauh dibawah rata-rata angka harapan hidup Provinsi Lampung yang diketahui
berada pada angka 69,95. Selain itu, Kabupaten Pesisir Barat merupakan Kab/Kota di
Provinsi Lampung yang memiliki angka harapan hidup terkecil dibandingkan dengan
Kab/Kota lainnya.
66
Tingkat Pendidikan Kabupaten Pesisir Barat
20000
15000
10000 BELUM/TIDAK SEKOLAH
5000
PENDIDIKAN
0 DASAR/MENENGAH
PERGURUAN TINGGI

Gambar 3. 18 Grafik Tingkat Pendidikan Kabupaten Pesisir Barat 2016


Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pesisir Barat 2017

Seluruh kecamatan yang berada di Kabupaten Pesisir Barat memiliki tingkat


Pendidikan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan data yang menyatakan bahwa pada
sebelas kecamatan yang ada, beberapa memiliki tingkat Pendidikan dasar/menengah
lebih dari 50% dari total tingkat Pendidikan per-kecamatan di Kabupaten Pesisir
Barat. Hal ini menandakan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di
Kabupaten
Pesisir Barat dikarenakan kurang terpenuhinya pendidikan masyarakat.

Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah


14
11,12 11,53 11,85 11,95 11,97
12 10,62
10
7,35 7,36 7,47 7,48 7,58 7,59
8
6
4
2
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Angka Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah

Gambar 3. 19 Grafik Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2013-2018
Sumber: BPS Kabupaten Pesisir Barat

Tingkat pendidikan juga dapat didukung dari data angka harapan lama sekolah
dan rata-rata lama sekolah. Kabupaten Pesisir Barat menempati posisi 3 terendah dari
keseluruhan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung untuk angka harapan lama sekolah.
Sedangkan pada rata-rata lama sekolah, Kabupaten Pesisir Barat menempati posisi
ketujuh dari keseluruhan Kabupaten/Kota di provinsi Lampung.

3.2.5 Ketenagakerjaan

Jenis Pekerjaan
3%
20%
PNS

PETANI PEKEBUN
7%
KARYAWAN SWASTA
3%
BURUH TANI PERKEBUNAN
67%
WIRASWASTA

Gambar 3. 20 Diagram Jenis Pekerjaan Kabupaten Pesisir Barat 2016


Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pesisir Barat 2017

Angkatan kerja di Kabupaten Pesisir Barat menurut data yang dikeluarkan oleh
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat dapat diketahui bahwa mayoritas
angkatan kerja di Kabupaten Pesisir Barat sebesar 67% merupakan petani/pekebun
dan terbesar ke-dua adalah wiraswasta, sedangkan angkatan kerja terkecil berada
pada
bidang karyawan swasta sebesar 3%.

800000 Lampung Barat


700000 Tanggamus
Lampung Selatan
600000 Lampung Timur
Lampung Tengah
500000 Lampung Utara
400000 Way Kanan
Tulang Bawang
300000 Pesawaran
Pringsewu
200000 Mesuji
100000 Tulang Bawang Barat
Pesisir Barat
0 Bandar Lampung
Jumlah Angkatan Kerja Metro

Gambar 3. 21 Angkatan Kerja Provinsi Lampung 2018


Sumber: Provinsi Lampung dalam Angka 2019.

Kabupaten Pesisir Barat memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 71.758 jiwa,
yang dimana angka ini merupakan jumlah angkatan kerja terendah se-
Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung. Sebanyak 46,14% dari total jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat
merupakan penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja Kabupaten Pesisir Barat
merupakan kabupaten dengan tingkat pengangguran terendah se-Provinsi Lampung,
yang dimana pengangguran di Kabupaten Pesisir Barat berjumlah sebanyak 1.360 jiwa sangat
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah pengangguran yang berada di Kota Bandar Lampung
yang mencapai 36.728 jiwa. Pengangguran di Kabupaten Pesisir Barat terdapat sebanyak 0,87%
dari total keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Pesisir Barat.
Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk Kabupaten Pesisir Barat dilakukan untuk menjadi
perhitungan dasar dari berbagai analisis untuk perencanaan, seperti kepadatan
penduduk di masa yang akan datang, kebutuhan sarana dan prasarana, proyeksi PDRB
per kapita, dan lain-lain. Dalam melakukan proyeksi penduduk di Kabupaten Pesisir
Barat, digunakan metoda eksponensial.
Tabel 4. 65 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Barat 2019-2039
Proyeksi Jumlah Penduduk
Kelurahan
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036

Lemong 12641 13200 13489 13785 14086 14395 14710 15032 15361 15697 16040 16391 16750 17117 17492 17874 18266 18665

Pesisir Utara 8365 8446 8487 8528 8569 8610 8652 8694 8736 8778 8820 8863 8905 8948 8992 9035 9079 9122

Pulau Pisang 1520 1523 1525 1526 1528 1529 1531 1532 1534 1535 1537 1538 1540 1541 1543 1545 1546 1548

Karya Penggawa 15842 16193 16371 16551 16733 16918 17104 17292 17483 17675 17870 18066 18265 18467 18670 18875 19083 19293

Way Krui 9010 9038 9052 9066 9080 9094 9107 9122 9136 9150 9164 9178 9192 9206 9220 9234 9249 9263

Pesisir Tengah 19275 19409 19477 19545 19613 19681 19750 19818 19887 19957 20026 20096 20166 20236 20306 20377 20448 20519

Krui Selatan 10134 10387 10517 10647 10780 10914 11049 11187 11326 11466 11609 11753 11899 12047 12197 12349 12502 12658

Pesisir Selatan 25697 26633 27113 27603 28101 28608 29124 29649 30184 30729 31283 31848 32423 33008 33603 34210 34827 35455

Ngambur 21483 22348 22793 23247 23710 24183 24664 25156 25657 26168 26690 27222 27764 28317 28881 29457 30044 30642

Bengkunat 26898 26986 27030 27074 27119 27163 27208 27252 27297 27341 27386 27431 27476 27521 27566 27611 27656 27701

Bengkunat Belimbing / Ngaras 9305 9788 10039 10296 10560 10831 11108 11393 11685 11985 12292 12607 12930 13261 13601 13950 14308 14674

Kabupaten Pesisir Barat 160170 163951 165892 167868 169878 171924 174007 176127 178285 180481 182717 184993 187310 189669 192071 194517 197006 199541

Sumber: Hasil Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Barat 2019-2039, 2019.
Pemilihan metoda proyeksi penduduk di Kabupaten Pesisir Barat dilakukan
berdasarkan 3 justifikasi yaitu tren, arahan, dan intervensi.
a. Tren
Tabel 4.66 Standar Deviasi dan R Square Metoda Aritmatika, Geometri, dan
Eksponensial di Kabupaten Pesisir Barat
Jumlah Penduduk (jiwa) Standar Deviasi R Square
Kecamatan
2015 2016 2017 2018 2019 Aritmatika Geometri Eksponensial Aritmatika Geometri Eksponensial
Lemong 11,344 10,602 11,179 12,632 12,641 0.06263026 0.00009054 0.00000549 0.925 0.458 0.920

Pesisir
8,166 8,244 8,334 8,432 8,365 0.01004345 0.00012133 0.00000121 1.000 0.471 1.000
Utara

Pulau
Pisang 1,527 1,612 1,617 1,582 1,520 0.02990059 0.00063150 0.00001905 0.993 0.481 0.992

Karya
Penggawa 14,998 15,410 15,531 15,579 15,842 0.01382367 0.00006594 0.00000090 1.004 0.473 1.005

Way Krui 8,941 9,256 9,240 9,102 9,010 0.01550058 0.00010975 0.00000170 0.998 0.475 0.998
Pesisir
18,943 19,354 19,529 19,355 19,275 0.01094546 0.00005207 0.00000057 1.002 0.473 1.002
Tengah
Krui
9,527 9,993 9,998 10,016 10,134 0.01574887 0.00010286 0.00000160 1.013 0.477 1.014
Selatan
Pesisir
23,499 24,375 25,016 25,470 25,697 0.02265911 0.00004164 0.00000092 1.011 0.476 1.011
Selatan

Ngambur 19,465 20,218 20,479 21,088 21,483 0.02501573 0.00005051 0.00000122 1.004 0.475 1.005

Bengkunat 26,679 27,939 27,502 26,927 26,898 0.02121348 0.00003680 0.00000078 0.990 0.476 0.990

Bengkunat
Belimbing 8,199 8,484 8,718 9,361 9,305 0.03551985 0.00011917 0.00000404 1.004 0.476 1.005
/ Ngaras

Kabupaten
Pesisir 151,288 155,487 157,143 159,544 160,170 0.01440204 0.00000651 0.00000009 1.008 0.474 1.008
Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Barat, dianalisis, 2019.

Tren dalam proyeksi penduduk dilakukan dengan melihat hasil dari standar
deviasi dan R Square setiap metoda proyeksi yaitu metoda aritmatika, metoda
geometri, dan metoda eksponensial. Metoda aritmatika memiliki standar
deviasi sebesar 0,01440204 dan R Square sebesar 1,008, pada metoda geometri
memiliki standar deviasi sebesar 0,00000651 dan R Square sebesar 0,474, dan
terakhir metoda eksponensial memiliki standar deviasi sebesar 0,00000009 dan
R Square sebesar 1,008. Dari ketiga metoda tersebut, dipilih metoda yang
memiliki nilai standar deviasi yang paling mendekati nilai 0 dan nilai R Square
yang paling mendekati 1. Dengan melihat hasil dari tiap-tiap metoda, dipilih
metoda yang paling sesuai dengan kriteria yaitu metoda eksponensial.
b. Arahan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesisir Barat, disebutkan mengenai tujuan
penataan ruang yaitu untuk mewujudkan Kabupaten Pesisir Barat sebagai
destinasi pariwisata berbasis industri pertanian dan kelautan yang
memperhatikan aspek kearifan lokal dan kelestarian lingkungan. Dengan
dijadikannya Kabupaten Pesisir Barat sebagai destinasi pariwisata, dapat
diasumsikan bahwa dimasa yang akan datang, pertumbuhan penduduk akan
meningkat pesat dikarenakan adanya tarikan ataupun bangkitan dari
pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Barat diperkirakan akan
terus bertambah dalam laju yang tidak tetap.
c. Intervensi
Kabupaten Pesisir Barat yang akan dijadikan destinasi pariwisata memiliki
arti bahwa Kabupaten Pesisir Barat memiliki potensi yang sangat besar untuk
berkembang dan terjadinya peningkatan pertumbuhan penduduk yang akan
terus meningkat. Selain itu, dengan dijadikannya Kabupaten Pesisir Barat
sebagai destinasi pariwisata, pemerintah akan terus mendorong pembangunan
menuju pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Saat ini, pariwisata yang ada di
Kabupaten Pesisir Barat sudah mendatangkan wisatawan dari mancanegara
yang tertarik dengan keindahan ombak yang ada di pantai Kabupaten Pesisir
Barat. Kabupaten Pesisir barat dapat memberikan kualitas pariwisata yang
sangat menjanjikan dan tentunya hal ini akan menarik para wisatawan baik
dalam negeri maupun luar negeri ataupun pelaku bisnis untuk menetap atau
membuka peluang bisnis di Kabupaten Pesisir Barat. Dengan adanya potensi
ini, pemerintah pastinya akan terus focus terhadap pembangunan pariwisata
dan akan meningkatkan kualitas pariwisata sehingga akan menjadi daya tarik
yang sangat tinggi dan akan membuat laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Pesisir Barat meningkat dalam nilai yang tidak tetap.

Berdasarkan justifikasi yang telah dijabarkan, maka dipilih metoda yang akan
digunakan dalam melakukan proyeksi penduduk Kabupaten Pesisir Barat yaitu dengan
menggunakan metoda eksponensial. Metoda eksponensial sangat sesuai untuk
digunakan karena metoda ini memiliki nilai standar deviasi dan R Square yang sesuai
dengan kriteria pemilihan dan arahan serta intervensi pemerintah yang menyebutkan
bahwa Kabupaten Pesisir Barat akan menjadi destinasi pariwisata.
4.3.2 Analisis Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas
lahan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk (population density) adalah
perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas daerah berdasarkan satuan
luas tertentu.

Tabel 4. 67 Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesisir Barat


Jumlah Luas Kepadatan Penduduk Klasifi
Kecamatan
Penduduk (jiwa) Wilayah (ha) (jiwa/ha) kasi
Lemong 12641 45497 1 Rendah
Pesisir Utara 8365 8427 1 Rendah
Pulau Pisang 1520 6400 1 Rendah
Karya Penggawa 15842 21111 1 Rendah
Way Krui 9010 4092 3 Rendah
Pesisir Tengah 19275 12064 2 Rendah
Krui Selatan 10134 3625 3 Rendah
Pesisir Selatan 25697 40917 1 Rendah
Ngambur 21483 32717 1 Rendah
Bengkunat 26898 21503 2 Rendah
Bengkunat Belimbing
9305 94370 1 Rendah
/ Ngaras
Kabupaten Pesisir
160170 290723 1 Rendah
Barat
Sumber: Kabupaten Pesisir Barat dalam Angka 2018 (diolah), 2019
Gambar 4. 60 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019

Berdasarkan perhitungan dan peta kepadatan penduduk Kabupaten Pesisir


Barat diatas didapatkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Pesisir Barat
adalah rendah disetiap kecamatan. Klasifikasi yang digunakan dalam menentukan
tingkat kepadatan penduduk adalah SNI 03-1733-2004 dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Rendah : < 150 jiwa/ha
b. Sedang : 151-200 jiwa/ha
c. Tinggi : 201-400 jiwa/ha
d. Sangat Tinggi : >400 jiwa/ha
Berdasarkan hal tersebut maka kecamatan dengan kepadatan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Way Krui dan Krui Selatan dengan kepadatan penduduk 3
jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi tersebut terkonsentrasi pada daerah pusat
pelayanan di Kabupaten Pesisir Barat dengan banyaknya fasilitas-fasilitas dan sarana
prasarana yang ada serta pusat pemerintah sehingga jumlah penduduk di Kabupaten
Pesisir Barat terpusat di Kecamatan Krui Selatan dan Way Krui.
Berdasarkan kepadatan penduduk diatas yang masih rendah Kabupaten Pesisir
Barat tersebut dan dengan luas wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang masih sangat
luas
maka Kabupaten Pesisir Barat masih dapat menampung penduduk ataupun wisatawan
dari luar daerah yang berwisata ke Kabupaten Pesisir Barat.
4.3.3 Analisis Sex Ratio dan Dependency Ratio
Tabel 4. 68 Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
No Umur Laki Laki Perempuan

1 00-04 6.697 6.201


2 05-09 7.896 7.090
3 10-14 7.317 6.774
4 15-19 7.074 6.591
5 20-24 7.413 6.870
6 25-29 6.621 6.218
7 30-34 6.842 6.546
8 35-39 6.724 6.055
9 40-44 5.910 5.292
10 45-49 5.023 4.655
11 50-54 4.387 4.286
12 55-59 3.833 3.479
13 60-64 2.829 2.458
14 65-69 2.271 1.637
15 70-74 1.224 1.106

220
16 >=75 1.638 1.213
Sumber : Disdukcapil, 2019

Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat berdasarkan jenis kelamin pada


tahun 2019 semester I dapat dilihat berdasarkan jumlah laki – laki dibandingkan
dengan jumlah perempuan bahwa terdapat pola proporsi yang relative sama. Proporsi
penduduk wanita di Kabupaten Pesisir Barat memiliki proporsi lebih rendah
dibandingkan dengan proporsi laki-laki selama periode tersebut. Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak yaitu pada skala
umur 5 (lima) sampai dengan umur 9 (Sembilan) tahun dengan jumlah laki – laki
sebanyak 7.896 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 7.090 jiwa. Sedangkan, jumlah
penduduk yang paling rendah yaitu pada skala umur >=75 tahun dengan jumlah laki-
laki sebanyak 1.638 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 1.213 jiwa. Berdasarkan
data tersebut dapat dilihat bahwa dengan adanya jumlah penduduk didominasi oleh
kelompok umur belum produktif diharapkan dapat mengembangkan potensi
pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
Tabel 4. 69 Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
% Laki Jumlah % Jumlah
No Umur Laki Laki Perempuan % Perempuan
Laki Jiwa Jiwa

1 00-04 6.697 4,18% 6.201 3,87% 12.898 8,05%


2 05-09 7.896 4,93% 7.090 4,43% 14.986 9,36%
3 10-14 7.317 4,57% 6.774 4,23% 14.091 8,80%
% Laki Jumlah % Jumlah
No Umur Laki Laki Perempuan % Perempuan
Laki Jiwa Jiwa

4 15-19 7.074 4,42% 6.591 4,12% 13.665 8,53%


5 20-24 7.413 4,63% 6.870 4,29% 14.283 8,92%
6 25-29 6.621 4,13% 6.218 3,88% 12.839 8,02%
7 30-34 6.842 4,27% 6.546 4,09% 13.388 8,36%
8 35-39 6.724 4,20% 6.055 3,78% 12.779 7,98%
9 40-44 5.910 3,69% 5.292 3,30% 11.202 6,99%
10 45-49 5.023 3,14% 4.655 2,91% 9.678 6,04%
11 50-54 4.387 2,74% 4.286 2,68% 8.673 5,41%
12 55-59 3.833 2,39% 3.479 2,17% 7.312 4,57%
13 60-64 2.829 1,77% 2.458 1,53% 5.287 3,30%
14 65-69 2.271 1,42% 1.637 1,02% 3.908 2,44%
15 70-74 1.224 0,76% 1.106 0,69% 2.330 1,45%
16 >=75 1.638 1,02% 1.213 0,76% 2.851 1,78%
Jumlah 83.699 52,26% 76.471 47,74% 160.170 100,00%
Sumber : Disdukcapil, 2019

Struktur penduduk Kabupaten Pesisir Barat menunjukkan dominasi penduduk


usia balita sebagaimana pada usia balita sebagaimana terlihat pada tabel diatas
padah tahun 2019. Penduduk pada usia belum produktif tercatat sebanyak 41.974
jiwa atau sebanyak 26,20 persen dari total peduduk, penduduk produktif usia ( 15 –
64 tahun ) tercatat sebanyak 108.902 jiwa atau sebanyak 67,99 persen dari total
penduduk dan penduduk tidak produktif lagi atau melewati masa pension sebanyak
9.089 jiwa atau
5,67% dari jumlah penduduk. Dengan struktur penduduk tersebut, angka
ketergantungan (Dependency Ratio) Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2019 sebesar
36,12% yang berarti dari 108.902 penduduk usia produktif Labupaten Pesisir Barat
akan menanggung secara ekonomi sebesar 36,12 persen penduduk usia tidak
produktif. Strukutr penduduk Kabupaten Pesisir Barat tahun 2019 dapat dilihat
melalui piramida penduduk pada gambar berikut:
Gambar 4. 61 Piramida Penduduk Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2019
Sumber: Analisis data kependudukan, 2019

Secara umum, komposisi penduduk mneurut jenis kelamin memiliki jumlah


penduduk yang hamper sama.Penduduk laki-laki cenderung berjumlah banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk tertinggi
merupakan jumlah penduduk pada usia belum produktif yaitu usia ( 0 – 14 tahun )
yaitu sebanyak 41.975 jiwa dan jumlah penduduk terendah merupakan jumlah
penduduk pada usia tidak produktif yaitu usia ( 64 - >=75 tahun) yaitu sebanyak 9.089
jiwa. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 70 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan Rasio jenis kelamin tahun 2019
Jumlah Penduduk
No Umur Sex Ratio
Laki - Laki Perempuan Total
1 00-04 6.697 6.201 12.898 108,00
2 05-09 7.896 7.090 14.986 111,37
3 10-14 7.317 6.774 14.091 108,02
4 15-19 7.074 6.591 13.665 107,33
5 20-24 7.413 6.870 14.283 107,90
6 25-29 6.621 6.218 12.839 106,48
Jumlah Penduduk
No Umur Sex Ratio
Laki - Laki Perempuan Total
7 30-34 6.842 6.546 13.388 104,52
8 35-39 6.724 6.055 12.779 111,05
9 40-44 5.910 5.292 11.202 111,68
10 45-49 5.023 4.655 9.678 107,91
11 50-54 4.387 4.286 8.673 102,36
12 55-59 3.833 3.479 7.312 110,18
13 60-64 2.829 2.458 5.287 115,09
14 65-69 2.271 1.637 3.908 138,73
15 70-74 1.224 1.106 2.330 110,67
16 >=75 1.638 1.213 2.851 135,04
JUMLAH 83.699 76.471 160.170 109,45
Sumber : Disdukcapil, 2019

4.3.4 Analisis Ketenagakerjaan


Ketersediaan tenaga kerja sangat di butuhkan dalam menopang pengembangan
pariwisata, dengan ketersediaan tenaga kerja yang memadai maka rencana
pengembangan pariwisata akan lebih cepat terlaksana dengan cepat. Tenaga kerja
merupakan sumberdaya yang paling penting dalam proses pengembangan pariwisata
ini, karna dengan faktor produksi tenaga kerja yang melimpah maka kegiatan ekonomi
akan lebih cepat berkembang dan mampu bersaing sehingga memberikan dampak
pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. demikian juga sebaliknya tanpa adanya
tenaga kerja yang memadai maka aktifitas ekonomi akan terhambat sehingga
pertumbuhan ekonomi juga melambat. besarnya jumlah angkatan yang bekerja
merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin banyak
lapangan kerja akan meningkatkan total produksi di suatu wilayah.
Analisis ketenagkerjaan digunakan untuk mengetahui kemampuan SDM dalam
meningkatkan dan mendukung sektor pariwisata yang ada di kabupaten pesisir barat.
Dengan teridentifikasikan kondisi ketenaga kerjaan di kabupaten pesisir barat
diharapkan kedepan akan mempermudah pemerintah dalam menentukan perencanaan
dalam mempercepat pengembangan sektor pariwisata yang berbasis dengan basis
pada penciptaan lapangan pekerjaan.
1.977
12.059

4.021

1.721

38.060

PNS PETANI PEKEBUN KARYAWAN SWASTA


BURUH TANI PERKEBUNAN WIRASWASTA

Gambar 4. 62 Diagram Persentase Jenis Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat


Sumber : Disdukcapil, 2019
Dilihat dari pie chart menunjukkan bahwa profesi terbesar penduduk di
kabupaten pesisir barat adalah sebagai pentani pekebun yang persentase paling tinggi
diantara profesi pekerjaan lainnya yaitu sebesar 38,060 % lalu disusul oleh profesi
sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar 12,059 % dan persentase pekerjaan
yang paling kecil adalah sebagai karyawan swasta dengan persentase sebesar 1.721 %.
Hal tersebut menandakan bahwa mayoritas penduduk kabupaten pesisir barat yang
mendominasi adalah berprofesi sebagai petani dan pekebun yang menunjukkan bahwa
untuk di bagian sektor pariwisata kabupaten pesisir barat belum memiliki SDM yang
bergerak khusus pada sektor pariwisata itu sendiri, sehingga untuk pengembangannya
masih diperlukan SDM dengan profesi pekerjaan yang benar-benar menekuni bidang
pariwisata untuk dapat menggali keunggulan dan potensi pariwisata yang ada serta
dapat mengelola dengan baik sektor pariwisata yang ada.

225
BELUM/TIDAK BEKERJA
9.000
8.040
8.000 7.348
7.000 6.411
6.000
4.763
5.000 4.354
4.000 3.186 2.934 2.749
3.000 2.178 2.358
BELUM/TIDAK BEKERJA
2.000
1.000 351
-

Gambar 4. 63 Grafik Jumlah Angkatan Belum/Tidak Bekerja Kabupaten Pesisir Barat


Sumber : Disdukcapil, 2019
Berdasarkan Grafik diatas, jumlah penduduk yang belum atau tidak bekerja
terdapat pada kecamatan bengkunat dengan jumlah sebesar 8040 jiwa dan paling
sedikit jumlah penduduk yang belum/tidak bekerja yaitu di kecamatan pulau pisang
dengan jumlah hanya sebanyak 351 jiwa. Dengan jumlah total penduduk yang
belum/tidak bekerja sebesar 44,672 jiwa mengindikasikan bahwa sekitar hampir 27%
penduduk pesisir barat menganggur.
Tabel 4. 71 Keterlibatan Masyarakat Guna meningkatkan SDM pada Bidang Pariwisata
Jumlah
No Nama Kegiatan Peserta Lokasi (Desa/Pekon) Tujuan
(Orang)
Terciptanya desa yang
Pelatihan Desa Pekon Mandiri
1 30 mengedepankan sapta pesona
Wisata Sejati, Krui Selatan
terutama pada kebudayaan
Labuhan Bakhu, Masyarakat sadar wisata yang
Pelatihan Kelompok
2 30 Negeri Ratu, mampu menjaga objek wisata
Sadar Wisata
Ngambur masing-masing
Aula Sunset Beach 2
Pelatihan tenaga Menciptakan tenaga pemandu
3 50 Pekon Walur, Pesisir
pemandu selancar selancar yang kompeten
Tengah
Untuk menjadikan tenaga
Pelatihan
Aula Sartika Hotel pengembangan destinasi
pengembangan wisata kuliner yang mampu
4 50 Pekon Walur, Pesisir
destinasi wisata menciptakan kuliner daerah
Tengah
kuliner sebagai ikon Pesisir Barat
Menciptakan tenaga pemandu
Aula Sartika Hotel
Tenaga pemandu yang ahli dalam memandu
5 50 Pekon Walur, Pesisir
wisata trekking wisatawan khususnya pada
Tengah
wisata trekking

226
Jumlah
No Nama Kegiatan Peserta Lokasi (Desa/Pekon) Tujuan
(Orang)
Meningkatkan kapasitas usaha
Pelatihan
masyarakat dalam bidang
6 homestay/pondok 60 Pulau Pisang
pengelola homestay/pondok
wisata
wisata
Menciptakan tenaga pemandu
Pelatihan tenaga
7 50 Pulau Pisang ekowisata yang memahami
pemandu ekowisata
kepariwisataan Pesisir Barat
Sumber: DInas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, 2019
Respon masyarakat Pesisir Barat cukup positif, hal ini ditandai dengan jumlah
masyarakat yang mengikuti pelatihan guna meningkatkan SDM pada bidang pariwisata
yang dimana nantinya akan berdampak positif bagi masyarakat Itu sendiri.
4.3.5 Analisis Kesejahteraan
Tabel 4. 72 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2014-2018
Pengeluaran
Tahun Angka IPM AHH HLS RLS Riil Per Kapita
(RP.000)
2014 59.76 61.74 11.12 7.36 7169.35
2015 60.55 62.04 11.53 7.47 7250.62
2016 61.5 62.29 11.85 7.48 7616
2017 62.2 62.54 11.95 7.58 7890
2018 62.96 62.85 11.97 7.59 8360
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Pesisir Barat

Keterangan : IPM = indeks Pembangunan Manusia


AHH = Angka Harapan Hidup
HLS = Harapan Lama Sekolah
RLS = Rata-Rata Lama Sekolah
Dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia di atas bahwa angka Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Barat mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi seperti AHH (Angka
Harapan hidup), HLS (Harapan Lama Sekolah), RLS (Rata-Rata Lama Sekolah), dan
Pengeluaran Riil Per kapita mengalami peningkatan, sehingga Angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pesisir Barat pun meningkat. Namun perlu
diperhatikan bahwa, Kabupaten Pesisir Barat memiliki tingkat IPM yang sedang. Hal
ini perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat dalam upaya
terus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Barat. Baik itu
dari Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah, dan
Pengeluaran Riil Per Kapita dari masyarakat Kabupaten Pesisir Barat. Contohnya
dalam upaya meningkatkan pendidikan yaitu dengan memberikan program yang dapat
membantu anak-anak yang ada di Kabupaten Pesisir Barat untuk dapat terus
bersekolah. Baik dengan program pemberian beasiswa/program sekolah gratis dan
memperbaiki sarana prasarana sekolah untuk dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar agar lebih baik lagi.

Perbandingan IPM Pesisir


Barat dengan Lampung
70 69,02
68,25
67,65
68 66,95
66,42
66

64 62,96
62,2
62 61,5 IPM Pesisir Barat
60,55
59,76 IPM Lampung
60

58

56

54
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 4. 64 Grafik Perbandingan IPM Kabupaten Pesisir Barat dengan Provinsi Lampung
Tahun 2014-2018
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Dapat dilihat dari data di atas bahwa Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten
Pesisir Barat masih jauh di bawah Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung dari
tahun 2014 sampai 2018. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
Indeks Pembangunan Manusia seperti Angka Harapan H7uidup (AHH), Harapan Lama
Sekolah (EYS), Rata-Rata Lama Sekolah (MYS), dan Pengeluaran yang juga dapat
dikatakan di bawah Provinsi Lampung.
Tabel 4. 73 IPM Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2014-2018
Indeks Pembangunan Manusia
Wilayah
2014 2015 2016 2017 2018

Lampung Barat 63.54 64.54 65.45 66.06 66.74


Tanggamus 62.67 63.66 64.41 64.94 65.67
Lampung Selatan 63.75 65.22 66.19 66.95 67.68
Lampung Timur 66.42 67.1 67.88 68.05 69.04
Lampung Tengah 67.07 67.61 68.33 68.95 69.73
Lampung Utara 64.89 65.2 65.95 66.58 67.17
Way Kanan 64.32 65.18 65.74 65.97 66.63
Indeks Pembangunan Manusia
Wilayah
2014 2015 2016 2017 2018

Tulang Bawang 65.83 66.08 66.74 67.07 67.7


Pesawaran 61.7 62.7 63.47 64.43 64.97
Pringsewu 66.58 67.55 68.26 68.61 69.42
Mesuji 58.71 59.79 60.72 61.87 62.88
Tulang Bawang Barat 62.46 63.01 63.77 64.58 65.3
Pesisir Barat 59.76 60.55 61.5 62.2 62.96
Bandar Lampung 74.34 74.81 75.34 75.98 76.63
Metro 74.98 75.1 75.45 75.87 76.22
Provinsi Lampung 66.42 66.95 67.65 68.25 69.02
Sumber : Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung

Bahkan dari data di atas dapat diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Pesisir Barat berada diposisi 2 terbawah se-kabupaten/kota Provinsi
Lampung, hanya unggul dari Kabupaten Mesuji. Selain faktor-faktor yang
mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia seperti Angka Harapan Hidup, Harapan
Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran saja, tetapi juga kerena
Kabupaten Pesisir Barat masih tergolong kabupaten baru di Provinsi Lampung. Seperti
yang diketahui bahwa Kabupaten Pesisir Barat merupakan kabupaten baru yang
sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Barat dan memisahkan diri
dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2012.Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Pesisir Barat mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan
faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir
Barat juga mengalami peningkatan dari tahun 2014-2018. Tentu hal ini merupakan hal
positif yang terus diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat untuk terus
meningkat.
Gambar 3 Grafik Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung Tahun 2018
Sumber : Analisis Penulis, 2019

Dapat dilihat dari data di atas bahwa jumlah penduduk pra-sejahtera di


Kabupaten Pesisir Barat relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung yaitu hanya 22.980 jiwa. Namun bila dilihat dari
presentase penduduk pra-sejahtera, Kabupaten Pesisir Barat memiliki presentase
yang cukup besar bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Lampung yaitu
14,98%. Hal ini lah yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat
untuk terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pesisir
Barat. Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat harus memperhatikan sumber daya
manusia yang ada di Kabupaten Pesisir Barat untuk dapat bersaing dengan
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung khususnya dalam bidang pariwisata.

4.3.6 Analisis Sosial Dan Budaya


Analisis sosial dan budaya bertujuan untuk melihat kegiatan masyarakat baik
dari sisi sosial ataupun budaya yang berpotensi untuk dijadikan wisata sosial budaya.
Analisis ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis sosial bertujuan untuk
melihat interaksi sosial antar masyarakat dan melihat kebiasaan yang terbentuk di
masyarakat kabupaten Pesisir Barat apakah mendukung pariwisata yang ada. Analisis
budaya bertujuan untuk melihat budaya apa saja yang ada di Pesisir Barat, apakah
mendukung kegiatan pariwisata atau bahkan terdapat potensi wisata budaya yang
dapat dikembangkan.
A. Analisis Sosial
Interaksi sosial antar masyarakat Kabupaten Pesisir Barat masih sangat
kental. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat dikenal dengan sikap gotong
royong yang masih tinggi terbukti dari masyarakat yang saling membantu antar
sesama apabila ada acara ataupun kegiatan seperti pernikahan, syukuran, dan
yasinan. Masyarakat saling membantu biasanya dalam hal memasak,
kepanitian acara, bersih-bersih, dll. Adanya potensi wisata di Kabupaten
Pesisir Barat menyebabkan banyaknya warga negara asing yang berkunjung
bahkan menetap di Kabupaten Pesisir Barat. Namun, berdasarkan hasil
wawancara bersama warga dan tokoh masyarakat, masyarakat Kabupaten
Pesisir Barat tidak terpengaruh dengan budaya asing dan tidak menghilangkan
adat istiadat setempat serta tetap mempertahankan falsafah hidup yang sudah
ada sejak dulu.
Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
bentuk norma-norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja
sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif.
Modal sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi
sosial dalam masyarakat. Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan
elemen penting dalam sebuah modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan
norma (norms) dan jaringan (networks).
Kepercayaan (trust) berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi
bahaya yang berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat
bukan kepada risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan
memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan didasarkan atas
kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran
penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara
parsial akan mengecewakan. Masyarakat Pesisir Barat saling percaya satu sama
lain yang dimana dapat dilihat dari kerjasama antar masyarakat dalam
kegiatan formal maupun non formal. Sedangkan kerjasama tidak mungkin
terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama
pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap
ketidakpastian.
Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap
sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan. Sedangkan
norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau
bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun
sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran
atas nilai-nilai sosial. Masyarakat Pesisir Barat tetap menjaga nilai dan norma
yang telah terbentuk lama walaupun banyak pendatang baru (warga negara
asing) yang tinggal ataupun berkunjung ke Pesisir Barat.
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang
dihubungkan dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.
Jaringan adalah hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang
berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan.
Masyarakat Pesisir Barat yang masih memiliki budaya dan kearifan lokal yang
sangat kental membentuk suatu wadah atau institusi seperti Enom Belas Marga
Krui yang dimana masing-masing memiliki Kepala Marga yang menjadi
pemimpin adat yang berjuluk Saibatin (Raja).
Sehingga dengan adanya modal sosial di Kabupaten Pesisir Barat dapat
menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung
jawab akan kemajuan bersama. Modal sosial juga dapat menjadi alat untuk
menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat; membentuk solidaritas
sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan; membangun partisipasi
masyarakat; dan memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi
sosial.
Masyarakat pesisir barat juga memiliki makanan dan kerajinan khas daerah
yang melimpah sehingga berpotensi untuk dijadikan wisata budaya ataupun
dijadikan cendramata khas Pesisir Barat sehingga dapat menarik minat
wisatawan untuk datang ke Kabupaten Pesisir Barat. Berikut tabel makanan
dan kerajinan khas yang ada di Pesisir Barat beserta penjelasannya.
Tabel 4. 74 Makanan dan Kerajinan Khas Kabupaten Pesisir Barat
Makanan/Kerajinan
No. Penjelasan Foto
Khas
kuliner khas Pesisir Barat
yang artinya gulai santan.
Gulai tersebut biasanya
berisi ikan laut dan khattak
1. Gulai Taboh
atau kacang-kacangan
seperti kacang panjang,
kacang merah, rebung, dan
kentang.
sekilas bentuknya terlihat
seperti pepes yang terbuat
dari 9 lembar daun talas
2. Pandap
yang dipadukan dengan
ikan-ikan kecil dan bumbu
dapur.

Kue ini adalah kue istimewa.


Pasalnya, kue ini biasa hadir
saat acara pernikahan adat,
sunatan, atau Lebaran. Kue
3. Buak Tat ini adalah kue yang bagian
tengahnya di isi dengan selai
nanas berbentuk segi empat
juga ada bundar dan
mempunyai motip ukiran.
Sate ikan blue marlin atau
yang biasa disebut sate
tuhuk ini adalah salah satu
makanan khas Pesisir Barat
4. Sate Ikan Tuhuk Lampung. Memiliki rasa yang
mirip seperti salmon dan
dinilai memiliki kandungan
gizi dan vitamin yang sangat
baik bagi kesehatan.
Kacang tujin adalah kuliner
khas Pesisir Barat yang
berbahan baku kacang
merah. Setelah dikukus,
kacang merah digoreng
5. Kacang Tujin dengan campuran bumbu
asin atau pedas.
Kacang ini biasa dijadikan
oleh-oleh apabila
berkunjung ke Pesisir Barat.
Kain tapis Pesisir Barat
Mempunyai motif yang khas
yaitu Pucuk Rebung.
6. Sulam Tapis Pengrajin tersebar di
Kecamatan Pulau Pisang,
Pesisir Tengah, dan Karya
Penggawa.
Makanan/Kerajinan
No. Penjelasan Foto
Khas
Batok Kelapa yang melimpah
menjadikan masyarakat
Pesisir Barat kreatif dalam
mengolah limbah batok
7. Kerajinan Batok Kelapa kelapa menjadi kerajinan
bernilai seni. Pengrajin
Tersebar di Kecamatan
Pesisir Tengah dan Pesisir
Selatan

Kebiasaan warga Pesisir


Barat mengumpulkan kulit
kerrang untuk dijadikan
8. Kerajinan Kulit Kerang
kerajinan tangan. Pengrajin
tersebar di Kecamatan
Pesisir Tengah dan Lemong

Pohon dan bambu yang


melimpah di Pesisir Barat
membuat banyak pengrajin
Kerajinan Kayu dan aktif mengolahnya menjadi
9. Bambu kerajinan tangan. Pengrajin
tersebar di Kecamatan Way
Krui, Pesisir Tengah, dan
Karya Penggawa
Sumber : Hasil Analisis, 2019

B. Analisis Kebudayaan
1. Analisis Kearifan Lokal
Kearifan lokal di Kabupaten Pesisir Barat masih sangat kental, bahkan
di Kabupaten Pesisir Barat masih terdapat kerajaan-kerajaan yang masih
bertahan. Yang dimana uku Lampung Saibatin terbagi menjadi beberapa
wilayah adat yang tersebar diseluruh Provinsi Lampung, bahkan ada yang
masuk wilayah Sumatera Selatan hingga Banten. Untuk adat Lampung
Saibatin di Pesisir Barat disebut Enom Belas Marga Krui yang terbagi atas
Marga Pugung Malaya, Marga Pugung Penengahan, Marga Pugung Tampak,
Marga Pulau Pisang, Marga Pedada, Marga Laay, Marga Way Sindi, Marga
Bandar Krui, Marga Ulu Krui, Marga Pasar Krui, Marga Way Napal, Marga
Tenumbang, Marga Ngambur, Marga Ngaras, Marga Bengkunat, dan Marga
Belimbing. Ahmad Syafe’i, Raja Adat Paksi Pak Sekala Brak Buay Belunguh
dalam tulisannya menyebut bahwa 16 Marga Krui tersebut merupakan
bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk menjalankan politik adu
domba atau devide et impera. Marga Adat itu hingga saat ini dan masing-
masing memiliki Kepala Marga yang menjadi pemimpin adat yang berjuluk
Saibatin (Raja).
Kabupaten Pesisir Barat adalah salah satu kabupaten yang kearifan
lokal masyarakatnya masih sangat kental. Hampir di setiap kecamatan di
Pesisir Barat mempunyai kerajaannya tersendiri. Salah satu kerajaan yang
ada yaitu kerajaan Kampung Dalam Way Krui yang termasuk dalam Marga
Pasar Krui. Kerajaan ini dipimpin oleh Nuzuar dengan gelar Maharaja
Mahkota II. Berdasarkan Nuzuar, Kerajaan Kampung Dalam Krui sudah
diakui oleh beberapa lembaga yaitu:
1. Kementerian Hukum dan Ham No. AHU-0016079.AH.01.07. TAHUN
2017 : Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Kerajaan Kampung
dalam Krui
2. Sabda Panditha Maharaja Kutai Mulawarman
3. D’Raja Nusantara
4. Perintis Kemerdekaan Indonesia
Hal ini membuktikan bahwa kerajaan di Kabupaten Pesisir Barat masih
bertahan sampai sekarang dan dapat menjadi potensi tersendiri bagi
Wisatawan dalam maupun luar negeri. Dengan kearifan lokal yang masih
kental, dapat menjadi wisata budaya tersendiri bagi wisatawan yang
tertarik dengan sejarah kerajaan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
Dengan adanya kearifan lokal yang masih kental pula dapat tetap
mempertahankan adat budaya yang ada di Pesisir Barat dan meminimalisir
dari terpengaruhnya Kabupaten Pesisir Barat dengan budaya yang bersifat
negatif dari budaya luar. Kearifan lokal juga dapat mempertahankan
budaya, kerajinan, dan makanan khas Pesisir Barat sehingga dapat
berpotensi menjadi wisata budaya untuk menunjang wisata bahari
Kabupaten Pesisir Barat.
2. Analisis Adat Dan Budaya
Tabel 1 Adat dan Budaya Kabupaten Pesisir Barat
Kegiatan
No. Budaya / Keterangan Foto
Festival
Tradisi Sekura adalah
tradisi pesta topeng
untuk menyambut Hari
Raya Idul Fitri,
mengungkapan rasa
1
syukur dan suka cita
Tradisi Sekura
menyambut hari yang
suci. Tradisi ini
dilaksanakan pada siang
hari Sumber : Google Photos
Kekiceran merupakan
salah satu budaya yang
masih terjaga dan
dilestarikan secara turun
temururn di Kecamatan
Pesisir Utara dan
Kecamatan Lemong.
Kekiceran berfungsi untuk
Budaya menjaga silaturahmi
2 Kakiceran antar pekon / desa yang
biasa dilaksanakan oleh
masyarakat untuk
merayakan kemenangan
Bulan Ramadhan pada
hari raya idul fitri dan
berlangsung selama 7-10 Sumber : Google Photos
hari dan dilaksanakan
dimalam hari.

Kesenian tradisional
Hadra dilakukan ketika
Budaya Tari ada perkawinan dalam
3 Hadra masyarakat Krui untuk
mengiri pasangan
pengantin menuju tempat
resepsi pernikahan.

Sumber : Google Photos

Tradisi Budiker ini


dilakukan pada acara
tertentu saja seperti
4 Tradisi Budiker pada saat memperingati
maulid nabi dan upacara
pernikahan.

Sumber : Google Photos


Kegiatan
No. Budaya / Keterangan Foto
Festival

Nyuncun Pahakh
dilakukan bersamaan
dengan acara adat seperti
Budaya Bebai
Ngejalang (silaturahmi),
Nyuncun
5. kegiatan Ngantak
Paghagh
Pelambakh
(aktivitas kerohanian di
masjid) dan juga Nayuh
(Pesta Perkawinan)
Sumber : Google Photos

Semarak Pulau Dilaksanakan pada bulan


6
Pisang Agustus

Dilaksanakan pada bulan


Oktober bertujuan untuk
mengapresiasi
Kemilau
7 masyarakat daerah
Ngambur
Ngambur dalam
mempromosikan budaya
dan pendidikan

Dilaksanakan pada 15-20


April. rui Pro 2018
merupakan kompetisi
surfing tingkat
8 Krui PRO internasional yang
bekerjasama dengan
World Surf League (WSL)
dan Asian Competition
(ASC).

Dilaksanakan pada 16-23


April bertujuan untuk
menggelar Parade
Budaya, Tari Adat
Festival Teluk Lampung, Tari Kreasi,
9 Ngunduh Damar, Ngukokh
Stabas
Kelapa, Lagu Lampung,
Nyulam Tapis, Nyelimpok,
Burung Berkicau, Video
Wisata dan Mawalan.
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Berdasarkan hasil analisis yang telah diajabarkan pada table diatas


dapat diketahui bahwa Walaupun banyak wisatawan baik lokal maupun
mancanegara ke kabupaten pesisir barat, ciri khas budaya budaya Kab.
Pesisir Barat masih tetap terjaga kelestariannya hal ini dibuktikan dari
beberapa adat/tradisi yang diwariskan secara turun temurun yang
mengakar pada kebiasaan masyarakatnya. Selain itu pemerintah terus
berupaya menarik wisatawan dengan mempertahankan dan
mempromosikan kebudayaan lokal maka kebudayaan dan kearifan lokal
dapat menjadi potensi untuk menarik wisatawan. Tradisi-tradisi tersebut
selalu diupayakan dengan memperkenalkannya melalui festival-festival
yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat.
ISU STRATEGIS DAN TUJUAN PERENCANAAN

5.2 Klarifikasi Isu Aspek Sosial dan Kependudukan


Sebelum melakukan klarifikasi isu sosial dan kependudukan, isu yang diangkat
sebelum turun ke lapangan yaitu:
a. Kualitas sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Pesisir Barat belum
mampu membantu dalam pengembangan pariwisata di Pesisir Barat dilihat
dari kurangnya rata-rata lama sekolah dan tingginya jumlah pengangguran
serta IPM yang masih rendah di Provinsi Lampung.
b. Karakteristik sosial budaya atau kearifan lokal yang ada di Pesisir Barat masih
sangat kental dan tidak terpengaruh dengan adanya budaya luar yang masuk
sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik wisata budaya.

Isu pertama lebih mefokuskan pada kualitas sumber daya manusia di


Kabupaten Pesisir Barat dengan hasil fakta dan analisis yaitu dengan luas 290.723 Ha
memiliki Kepadatan penduduk 1,00 jiwa/Ha. Kabupaten dengan Jumlah penduduk
pada tahun
2019 adalah sebanyak 160.170 jiwa, pada tahun 2039 diproyeksikan sebanyak 207.428
jiwa, dengan mayoritas penduduk laki-laki yaitu 52,26%. Dan Angka Ketergantungan
(Dependency Ratio) tahun 2019 sebesar 36,12%. Profesi terbanyak penduduk di
kabupaten pesisir barat adalah sebagai pentani pekebun yang persentase paling tinggi
diantara profesi pekerjaan lainnya yaitu sebesar 38,060 % lalu disusul oleh profesi
sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar 12,059 % dan persentase pekerjaan
yang paling kecil adalah sebagai karyawan swasta dengan persentase sebesar 1.721 %.
Mayoritas penduduk kabupaten pesisir barat dominasi berprofesi sebagai petani dan
pekebun yang menunjukkan bahwa untuk pengembangan pariwisatanya masih
diperlukan SDM dengan profesi pekerjaan yang benar-benar menekuni bidang
pariwisata untuk dapat menggali keunggulan dan potensi pariwisata yang ada serta
dapat mengelola dengan baik sektor pariwisata yang ada. Walaupun Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pesisir Barat terus meningkat, Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Barat termasuk dalam 2 terendah di Provinsi
Lampung. Sehingga kapasitas sumber daya manusia di Kabupaten Pesisir Barat masih
belum baik dengan rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Pesisir
Barat, serta belum adanya sarana Pendidikan untuk mendukung sumber daya manusia
di sektor pariwisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat.
Selanjutnya, isu kedua lebih memfokuskan pada karakteristik sosial budaya dan
kearifan lokal di Kabupaten Pesisir Barat dengan hasil fakta dan analisis yaitu
masyarakat pesisir barat tingkat gotong royong yang masih tinggi; tetap
mempertahankan budaya lokal dengan tidak terpengaruh oleh budaya luar; makanan
& kerajinan khas yang masih melimpah; budaya khas masyarakat yang masih kental
dan dengan adanya festival yang mendukung; serta kearifan lokal yang masih
bertahan. Hal ini membuat Kabupaten Pesisir Barat memiliki modal sosial yang dapat
menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab akan
kemajuan bersama yang dapat mendukung potensi pariwisata yang ada di Kabupaten
Pesisir Barat. Sehingga Kabupaten Pesisir Barat memiliki nilai budaya atau kearifan
lokal yang sangat tinggi dan kental di masyarakat sehingga dapat menjadi daya tarik
wisata tersendiri.
Dari penjabaran isu tersebut, maka terbentuk isu baru yang sesuai dengan fakta dan
analisis yaitu:
“ Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh pengembangan
budaya lokal sehingga mampu menunjang parwisata kabupaten pesisir barat”
5.3Klarifikasi Isu Aspek Sarana dan Prasarana
Untuk mengklarifikasi isu utama kita melihat isu sarana prasarana sebelum turun ke
lapangan yaitu:
a. Mengidentifikasi kemampuan pelayanan sarana dan prasarana di Kabupaten
Pesisir Barat
b. Mengidentifikasi kemampuan pelayanan sarana dan prasarana untuk
menunjang pariwisata
Perlunya mengidentifikasi kemampuan pelayanan sarana dan prasarana di
Kabupaten Pesisir Barat dalam pengembangan wilayah tersebut. Sarana dan prasarana
merupakan hal yang penting dalam pembangunan suatu daerah, seperti sarana
pelayanan umum, sarana transportasi, sarana kelistrikan, sarana air bersih, sarana
telekomunikasi,sarana persampahan serta sarana penunjang lainnya. Begitu pula
dengan pengembagan pariwisata, sesuai dengan isu utama yang diangkat dalam
penelitian ini. Untuk mengembangkan pariwisata dalam suatu wilayah maka perlu
diketahui kemampuan pelayanan sarana dan prasarana yang menunjang pariwisata
tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan isu strategis sebelum dilakukannya
survey lapangan yaitu:
“Kabupaten Pesisir Barat belum mampu meningkatkan perekonomian
wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan sarana dan
prasarana yang ada”.
Tetapi saat dilakukan survey lapangan terjadi perubahan mengenai informasi
sarana prasarana di Kabupaten Pesisir Barat, sehingga terjadi perubahan isu strategis
aspek sarana prasarana yaitu:
a. Sarana pelayanan umum di Kabupaten Pesisir Barat berupa sarana pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa serta perhotelan masih belum
memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Pesisir Barat dalam menunjang
kegiatan pariwisata
b. Sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Pesisir Barat berupa jaringan
jalan, dan transportasi umum masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat
di Kabupaten Pesisir Barat dalam menunjang kegiatan pariwisata
c. Jaringan Air Limbah, Air Bersih, dan Persampahan di Kabupaten Pesisir Barat
masih belum memenuhi kebutuhan masyarkat dalam menunjang kegiatan
pariwisata
d. Jaringan kelistrikan dan telekomunikasi di Kabupaten Pesisir Barat masih belum
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menunjang kegiatan pariwisata

Setelah dilakukannya analisis terhadap fakta yang diperoleh saat survey


lapangan yang membuat perubahan isu strategis aspek sarana prasarana di Kabupaten
Pesisir Barat yaitu:
“Peningkatan kemampuan pelayanan sarana dan prasarana untuk
mengoptimalkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat”.

5.4Klarifikasi Isu Aspek Sosial dan Ekonomi


Isu awal yang diangkat oleh aspek ekonomi adalah :
“Belum optimalnya sektor pendukung pariwisata Kabupaten Pesisir Barat dalam
memanfaatkan sumber daya untuk mendukung perekonomian wilayah yang
berdaya saing dan mampu meningkatkan kesejahteraan.”
Untuk mengklarifikasi isu tersebut maka dilakukan analisis pada sektor sektor
ekonomi masyarakat beserta sektor yang berkaitan dan mendukung kegiatan
pariwisata.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa komoditas yang
dihasilkan di Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil alam yang terdiri dari Sektor
Pertanian, Perkebunan dan Perikanan. Sektor ini tergolong ke dalam sektor basis yang
dapat memenuhi kebutuhan daerah maupun luar daerah. Namun kemajuan di
Komoditas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan ini tidak didukung oleh Sektor
Industri Pengolahan. Hal ini dapat dilihat dari Sektor Industri Pengolahan yang
dikategorikan kedalam sektor yang relative tertinggal. Masyarakat hanya melakukan
kegiatan pengolahan sumber daya alam pada skala mikro dan belum mampu berdaya
saing. Begitu pula dengan sektor ekonomi yang berkaitan langsung dengan kegiatan
pariwisata seperti Sektor Akomodasi dan Jasa Lainnya yang tergolong kedalam sektor
yang masih potensial dan membutuhkan peningkatan untuk dapat berkembang pesat.
Hal ini mengakibatkan masih rendahnya keterkaitan antara sektor ekonomi
masyarakat terhadap sektor Pariwisata masih rendah.
Dari penjabaran isu tersebut, timbulah isu baru sesuai fakta dan analisis yang
dilakukan oleh Aspek Ekonomi yaitu :
“Perlu adanya pengoptimalan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan potensi
sumber daya alam dan pariwisata sehingga mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat”
5.5Klarifikasi Isu Kelembagaan
Untuk mengklarifikasi isu kita perlu melihat isu kelembagaan sebelum turun ke
lapangan yaitu :
a. Perlu adanya peningkatan kapasitas kelembagaan dan penegakan hukum untuk
mewujudkan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan kelautan dan
perikanan terpadu serta mampu mengoptimalkan pengembangan kawasan
wisata di Kabupaten Pesisir Barat.
b. Kabupaten Pesisir Barat belum mampu melaksanankan otonomi secara
finansial. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk peningkatan kemampuan
keuangan daerah agar dapat mandiri dalam berbagai pembiayaan.
Dari isu nomor 1 difokuskan kepada peningkatan kapasitas kelembagaan sesuai
dengan fakta analisis yang didapat dijelaskan pada bagian 5.5 tentang kapasitas SDM
bahwa Kabupaten Pesisir Barat melibatkan 1.998 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat dengan berbagai jenjang pendidikan dan
tingkat kepangkatan. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Pesisir Barat
berdasarkan jenjang pendidikannya mayoritas telah menyelesaikan pendidikannya
sebagai sarjana/doktor/Ph.d sebanyak 1.187 orang. Kemudian ternyata jenjang
Pendidikan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Pesisir Barat masih terdapat
hanya tamatan SD yakni sebanyak 4 Orang. Data tersebut menyimpulkan bahwa rata
rata kapasitas SDM pemerintahan sudah tamatan pendidikan tinggi sehingga dapat
membuat kinerja pemerintah lebih baik dan hanya perlu mempertahankan dan
meningkatkan kapasitas dari latar belakang kepegawaian pemerintah yang masih
banyak tidak mempunyai kapasitas kepariwisataan sesuai yang dijelaskan pada bagian
5.2 tentang analisis daya dukung stakeholder pemerintah.
Dari isu nomor 2 difokuskan kepada peningkatan kemampuan keuangan daerah
sesuai yang dijelaskan pada bagian 5.7 tentang sistem keuangan daerah kapasitas
fiskal bahwa Otonomi Daerah menyisakan tugas rumah di beberapa Kabupaten/Kota
di Indonesia, hal ini dikarenakan tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap
Kabupaten/Kota berbeda-beda sehingga Kabupaten/Kota yang memiliki PAD lebih
rendah dari pada biaya daerahnya tidak dapat mengembangkan daerahnya dengan
baik. Adanya ketimpangan dalam pengembangan daerah maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan fiskal dalam bentuk insentif fiskal. Berdasarkan data pada
tahun 2017, Indeks Kapasitas Fiskal Daerah (IKFD) Kabupaten Pesisir Barat tergolong
rendah dengan 0.59 poin. Sedangkan, pada tahun 2018, Indeks Kapasitas Fiskal Daerah
(IKFD) Kabupaten Pesisir Barat tidak mengalami perubahan dan tergolong rendah
dengan 0.559 poin. Kabupaten Pesisir Barat memiliki kapasitas membiayai
pembangunan rendah di Provinsi Lampung dan lebih baik dari Provinsi Bengkulu. Data
tersebut menyimpulkan bahwa kabupaten pesisir barat belum mampu sebagai daerah
otonom yang dapat mengembangkan daerahnya secara mandiri, sehingga perlunya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap kabupaten/kota.
Dari penjabaran isu tersebut, timbulah isu baru sesuai fakta dan analisis yang
dilakukan dari aspek kelembagaan yaitu :
“Kabupaten pesisir barat perlu meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan latar
belakang kepariwisataan untuk mengoptimalkan pengembangan kawasan wisata
dan mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial dengan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah demi terwujudnya daerah yang mandiri dalam
pembiayaan.”

5.6 Isu dan Tujuan Perencanaan


Berdasarkan isu strategis setiap aspek yag telah ditemukan, maka terbentuklah isu
strategis dalam upaya pengembangan wilayah di Kabupaten Pesisir Barat
“Besarnya Sda Bahari Sebagai Potensi Pariwisata Yang Didukung Oleh Kebijakan
Penataan Ruang Sehingga Perlu Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Kapasitas Kelembagaan, Sektor Pendukung Sarpras, Dan Sdm Untuk
Pengembangan Pariwisata Dengan Tetap Mempertahankan Budaya Lokal Dan
Memperhatikan Manajemen Bencana”
Dari isu strategis diatas, maka terbentuklah tujuan perencanaan di Kabupaten Pesisir
Barat sebagai berikut:
“ Mengembangkan pariwisata bahari berbasis masyarakat melalui pengoptimalan
pengelolaan pembiayaan dan infrastruktur guna menciptakan kabupaten pesisir
barat yang tangguh dan sejahtera pada tahun 2039”
Justifikasi Tujuan sesuai dengan Kriteria (SMART)
5. Spesifics ( Jelas, Spesifik ): Peningkatan kapasitas masyarakat dan
kelembagaan dalam mengelola sektor basis untuk mengoptimalkan potensi
pariwisata sesuai dengan karakterisitik lahan serta infrastruktur pendukung
pariwisata yang memperhatikan manajemen bencana di Kabupaten Pesisir
Barat
6. Measurable ( Terukur ): Pendapatan dari sektor pariwisata meningkat
mencapai laju 5% tiap tahunnya. Hal ini diwujudkan dengan prioritas
meningkatkan peran masyarakat terhadap sector pariwisata melalui
pertambahan kuantitas, dan kualitas pokdarwis, industri pengolahan, juga
usaha dalam bidang akomodasi pariwisata,serta terpenuhinya 80%
infrastruktur dasar khususnya infrastruktur pendukung pariwisata, dan
meningkatnya nilai kapasitas kabupaten pesisir barat terhadap kerentanan
bencana
7. Attainable ( Bisa Dicapai ): Konsep pengembangan pariwisata bahari berbasis
masyarakat dengan capaian keterlibatan antara stakeholder yaitu pemerintah,
penyedia layanan wisata, masyarakat dan wisatawan. Dalam hal ini peran
masyarakat merupakan factor utama yang sangat diperlukan dalam
pengelolaan pariwisata, sedangkan stakeholder lainnya sebagaii fasilitator dan
regulator dalam membantu promosi penyediaan infastruktur pemodalan awal.
8. Realistic ( Realistis ): Konsep wisata bahari yang dipilih harus disesuaikan
dengan potensi dan masalah di pesbar. Potensi yang terdapat di pesbar berupa
wisata bahari, serta produk dan kearifan lokal yang mampu mendukung
pengembangan wilayah. Potensi memiliki masalah pada pengelolaan, SDM dan
kelembagaan seperti promosi dan pelayanan
9. Time Bound ( Kerangka waktunya jelas ): Dalam jangka waktu 20 tahun yaitu
pada tahun 2039 kabupaten pesisir barat mencapai tujuan perencanaan
pengembangan pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian,
mensejahterakan masyarakat, dan memeratakan pembangunan di Kabupaten
Pesisir Barat.

Anda mungkin juga menyukai