Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA FARMASI II

Oleh

F. NATALIA HEDY D1A200085

ILMA JULIANTI MARISTA D1A200112

SISKA D1A200208

FARMASI
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG
2021
LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA II
I. Judul : Uji Disolusi Tablet

II. Tujuan : Mahasiswa mampu menentukan kecepatan Disolusi


Mahasiswa mampu menggunakan alat penentu kecepatan Disolusi
Mahasiswa mampu menerangkan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi
kecepatan Disolusi
Mahasiswa mampu mengetahui kadar sampel obat dengan NaOH yang
sebelumnya telah ditambahkan indikator phenolftalein.
III. Prinsip

Penentuan konstanta kecepatan disolusi tablet parasetamol, Amoxicillin Tab dan


Amoxicillin Kaplet dengan suhu kamar 370C dengan kecepatan 100 rpm dan dengan
cara penentuan menggunakan titrasi Alkalimetri dengan larutan baku NaOH 0,1 N
yang ditandai dengan perubahan warna merah muda dengan bantuan indikator
fenoltalein
IV. Dasar Teori

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan
padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya karena
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya karena
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke
dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji
disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat yaitu bentuk tablet, kapsul dan salep
(Martin,1993)
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada
tempat absorpsi. Dalam hal ini dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah
medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam
lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel,)
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat atau jika obat
diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang
terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggunpannya menembeus pembatas
membrane. Tetapi, jika disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin
karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan, proses disolusinya
sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorbsi (Ansel,
1989)
Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yang menghasilkan
transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari
permukaan padat. Teori disolusi yang umum adalah: (Amir, 2007).
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3. Teori Solvasi terbatas/Inerfisial
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk
sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri.
Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan
sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar
permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang dibakukan (Shargel, 1988).
Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari
kelayakan sistem penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat
aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh terhadap
kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh. Jika disolusi makin
cepat, maka absorbsi makin cepat. Zat aktif dari sediaan padat (tablet, kapsul, serbuk,
seppositoria), sediaan system terdispersi (suspensi dan emulsi), atau sediaan-sediaan
semisolid (salep,krim,pasta) mengalami disolusi dalam media/cairan biologis
kemudian diikuti absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik (Voigt, 1994).
V. Alat & Bahan
o Alat : alat Disolusi, gelas ukur, pipet tetes, erlenmeyer, timbangan analitik , corong,
alumunium foil, labu ukur, alat titrasi
o Bahan : Amoxicillin tablet, Amoxicilli kaplet, Paracetamol tablet, aquadest, NaOH
0,01 N, indikator pp (fenoltalein)
VI. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diisi bejana dan alat disolusi dengan 900 ml air suling.
3. Diatur termostat pada temperatur 37˚C dan dimasukkan Kapsul Amoxan, Tablet
Yusimox, dan Tablet Paracetamol lalu dijalankan motor penggerak dengan kecepatan
100 rpm.
4. Diambil sebanyak 20 ml air dalam bejana setiap selang waktu 5, 10, 25 dan 35 menit
setelah pengocokan. Setiap selesai pengambilan sampel segera diganti dengan 20 ml air.
5. Ditentukan kadar Kapsul Amoxan, Tablet Yusimox, dan Tablet Paracetamol yang larut
pada masing-masing sampel dengan metode titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,01
N dan fenolftalein.
6. Seluruh hasil yang diperoleh ditulis dalam bentuk tabel.

VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Amoxan

Waktu Volume Awal Volume Akhir Volume Volume Rata-


(menit) (mL) (mL) Pemakaian (mL) Rata (mL)
2.7 2.9 0.2
5 0.2
2.9 3.1 0.2
4.5 4.7 0.2
10 0.2
4.7 4.9 0.2
0.5 0.7 0.2
25 0.2
0.9 1.1 0.2
5.5 5.7 0.2
35 0.15
5.9 6.0 0.1

Yusimox

Waktu Volume Awal Volume Akhir Volume Volume Rata-


(menit) (mL) (mL) Pemakaian (mL) Rata (mL)
1.9 2.2 0.3
5 0.3
2.3 2.6 0.3
3.8 4.0 0.2
10 0.25
4.1 4.4 0.3
1.4 1.6 0.2
25 0.2
1.8 2.0 0.2
6.1 6.3 0.2
35 0.2
6.5 6.7 0.2
PCT

Waktu Volume Awal Volume Akhir Volume Volume Rata-


(menit) (mL) (mL) Pemakaian (mL) Rata (mL)
0.0 0.4 0.4
5 0.35
1.0 1.3 0,3
3.3 3.5 0.2
10 0.2
3.5 3.7 0.2
0.0 0.1 0.1
25 0.1
0.3 0.4 0.1
4.8 4.9 0.1
35 0.1
5.1 5.2 0.1

Perhitungan Kadar
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = rata – rata X 0.1 N
10 ml
=…N
a) Amoxan
t = 5 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
t = 10 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
t = 25 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
t = 35 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.15 X 0.1 N
10 ml
= 0.0015 N
b) Yusimox
t = 5 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.3 X 0.1 N
10 ml
= 0.003 N
t = 10 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.35 X 0.1 N
10 ml
= 0.0035 N
t = 25 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
t = 35 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
c) Paracetamol
t = 5 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.35 X 0.1 N
10 ml
= 0.0035 N
t = 10 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.2 X 0.1 N
10 ml
= 0.002 N
t = 25 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.1 X 0.1 N
10 ml
= 0.001 N
t = 35 menit
V₁ x N₁ = V₂ X N₂
10 ml x N₁ = rata – rata X 0.1 N
N₁ = 0.1 X 0.1 N
10 ml
= 0.001 N

Tabel Hail Kadar

a) Amoxan

Waktu (menit) Kadar


5 0.002 N
10 0.002 N
25 0.002 N
35 0.0015 N

b) Yusimox

Waktu (menit) Kadar


5 0.003 N
10 0.0035 N
25 0.002 N
35 0.002 N

c) Paracetamol

Waktu (menit) Kadar


5 0.0035 N
10 0.002 N
25 0.001 N
35 0.001 N

Grafik
a) Amoxan
b) Yusimox

c) Paracetamol
VIII. PEMBAHASAN
Agar suatu obat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan menghasilkan efek
terapeutik, obat tersebut tentunya harus memiliki daya hancur yang baik dan laju
disolusi yang relatif cukup cepat.
Pada percobaan ini, akan dilihat disolusi pct tablet, amoxicillin kaplet dan kapsul
dengan menggunakan medium air steril. Dalam percobaan ini digunakan air steril
sebagai media disolusinya karena air merupakan komponen terbesar yang terdapat di
dalam tubuh manusia. Adapun volume dari vessel yang digunakan adalah 900 ml.
Kemudian suhu yang digunakan yaitu dipertahankan agar tetap 37°C, agar sesuai
dengan suhu tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut berada
dalam tubuh manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan putarannya
sebesar 100 rpm karena ini diumpamakan sebagai kecepatan gerak peristaltik
lambung.
Pemipetan larutan dilakukan pada waktu-waktu yang berbeda yaitu menit ke-5,
10, 25, dan 35. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada menit ke berapa pct tablet,
amoxicillin kaplet dan kapsul tersebut dapat terdisolusi dengan baik pada medium
pelarutnya. Setelah dipipet 10 ml secara duplo, sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lalu dimasukkan lagi air 20 ml sebagai penggantinya. Hal ini diibaratkan
dalam tubuh manusia, yang mana ketika ada cairan yang keluar maka akan segera
tergantikan.
Setelah semua sampel dari masing-masing waktu telah ada, maka selanjutnya
ditentukan kadar masing-masing sampel dengan menggunakan metode titrasi
alkalimetri, karena sampel yang akan ditentukan kadarnya adalah pct dan amoxicillin
yang bersifat asam maka untuk menentukan kadarnya harus dinetralisasi dengan
menggunakan larutan bersifat basa NaOH 0,01 N dan ditambahkan indikator
fenolftalein untuk menentukan titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi warna merah.

IX. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini menggunakan bahan obat paracetamol, yusimox dan
amoxsan. Pada kali ini ditemukan hasil bahwa obat amoxsan yang lebih cepat larut di
ikuti dengan obat yusimox dan yang sukar larut adalah paracetamol. Karena sediaan
kapsul yang mempercepat kelarutan dan penyerapan zat aktif. Sedangkan dalam
perbedaan sifat kelarutan paracetamol ialah sediaan yang sukar larut di bandingkan
dengan amixilin.

Daftar Pustaka

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Gaya Baru.

Martin, A. 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Shargel, Leon, and Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II.
Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti Sjamsiah, Apt. Surabaya : Airlangga
University Press..

Voigt, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai