Anda di halaman 1dari 28

TERNAK

SAHABATKU

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Departemen Pertanian
2012
TERNAK SAHABATKU
Cetakan ke-1, 2012
Prakata
Hak cipta dilindungi undang-undang
©IAARD Press, 2012

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau Buku ini merupakan salah satu dari lima belas bahan bacaan
seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari IAARD Press.
yang dipersembahkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian kepada masyarakat dalam rangka menyebarluaskan
informasi mengenai pentingnya pertanian.
Hak cipta pada IAARD Press, 2012
Pertanian adalah salah satu pilar bagi kehidupan bangsa, karena
dari kegiatan ini masyarakat memperoleh pangan, papan dan
Katalog dalam terbitan
penghasilan serta sarana penyimpanan air tanah, pencegahan banjir


TERNAK SAHABATKU
Ternak Sahabatku/Badan Penelitian dan Pengembangan
dan kehidupan yang layak. Pertanian juga menghasilkan udara yang
Pertanian Kementerian Pertanian - Jakarta: IAARD Press, 2012 menyejukkan serta menjaga kelestarian sumber daya alam.
vi, 48 hlm.:ill.; 23 cm
1. Melalui bahan bacaan ini, diharapkan anak-anak sebagai generasi
I.
penerus bangsa dapat ditumbuhkan minatnya untuk membaca dan
ISBN 978 979 8191 74 9 memahami dunia pertanian, agar termotivasi untuk mengembangkan
sektor pertanian sebagai salah satu penyangga kehidupan manusia.
Selanjutnya diharapkan kepedulian generasi penerus terhadap
IAARD Press sektor pertanian dapat dioptimalkan guna memajukan dan menjaga
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu, Jakarta 12540 keberlanjutan hidup bangsa Indonesia. Buku ini juga bermanfaat
Telp: +62 21 7806202, Faks.: +62 21 7800644
untuk penyuluh, pengajar, dan anak-anak sekolah.
Alamat Redaksi:
Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
Telp: +62 251 8321746, Faks.: +62 251 8326561
e-mail: iaardpress@litbang.deptan.go.id
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Haryono

Badan Litbang Pertanian | v


Daftar Isi
Prakata | V
Saya Nanang | 2
Keluargaku | 4
Desa yang Indah | 6
Ayam di Jalan | 8
Bertanya pada Bapak | 10
Pasar Hewan | 12
Kandang Ayam | 14
Merawat Ayam | 16
Ayam Bertelur | 18
Anak Ayam | 20
Penyuluh Peternakan | 22
Sapi dan Kambing Diperiksa | 24
Manfaat Sapi dan Kambing | 26
Itik Berbaris | 28
Manfaat Itik | 30
Pemeliharaan Itik | 32
Bertemu Pak Irwan | 34
Manfaat Kotoran Ternak | 36
Membuat Pupuk Kandang | 38
Ayam Bertambah Besar | 40
Panen | 42
Keluargaku Hidup dari Ternak | 44

vi | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 1


NANANG

Saya Nanang
Halo! Nama saya Nanang. Umur saya 10 tahun. Saat ini saya duduk di
kelas 5 sekolah dasar. Saya termasuk anak yang berprestasi di sekolah.
Walaupun tidak selalu juara satu, saya selalu masuk sepuluh besar di
sekolah.
Pelajaran yang paling saya sukai adalah IPA. Saya dapat belajar banyak
hal tentang alam lewat pelajaran ini. Saya suka sekali memperhatikan
guru saat mulai bercerita tentang hewan-hewan.
Bagi saya, kehidupan binatang di sekitar kita sangat indah dan unik.
Setiap hewan memiliki cara hidup masing-masing, yang berbeda dengan
hewan lain. Ada hewan yang suka makan rumput, ada pula yang suka
makan daging.
Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan di sekitar kita. Banyak sekali
terdapat keanekaragaman. Ada yang bisa berbuah, ada yang cuma
berbunga saja, bahkan ada yang cuma memiliki batang saja.
Karena sangat menyukai pelajaran ini, maka tak heran jika nilai IPA
saya di rapor selalu 8 ke atas. Saya tidak berusaha menyombongkan
nilai ini. Sebaliknya saya selalu membantu teman-teman lain jika ada
yang kesulitan dengan pelajaran IPA.

2 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 3


Keluargaku
Saya merupakan anak pertama di keluarga. Saya punya satu orang adik
perempuan bernama Sinta. Saat ini Sinta masih duduk di kelas dua SD.
Sinta juga bersekolah di SD negeri yang sama dengan saya.
Bapak saya seorang petani. Ia memiliki sawah yang terletak
berseberangan jalan dengan rumah kami. Selain itu, bapak juga memelihara
beberapa hewan ternak: dua ekor sapi dan dua ekor kambing. Hewan-
hewan itu dipelihara di kandang yang terletak di belakang rumah.
Setiap pagi, bapak selalu memberi makan hewan-hewan itu. Saya
sangat suka melihat bagaimana kambing dan sapi itu makan rumput
dengan lahapnya.
Ibu saya seorang ibu rumah tangga. Selain menyiapkan berbagai
keperluan untuk kami, ibu juga mengisi waktu luang dengan berkebun.
Memang, di belakang rumah kami masih terdapat halaman yang cukup
luas. Ibu memanfaatkan lahan kosong itu untuk menanam berbagai jenis
sayuran. Selain untuk keperluan makan kami sehari-hari, kadang ibu juga
menjualnya kepada beberapa orang pedagang yang sering mampir ke
rumah.

4 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 5


Desa yang Indah
Saya tinggal di Desa Sukamakmur. Desa ini terletak jauh di pinggir kota,
sehingga tidak banyak mobil yang lalu lalang. Jalan-jalan di sekitar rumah
saya pun masih belum diaspal. Namun, saya sangat menyukai tinggal di
desa ini.
Desa Sukamakmur merupakan desa yang sejuk dan damai. Semua
penduduknya ramah. Kami saling mengenal satu sama lain. Jika ada
warga yang kesusahan atau ada hajatan, kami selalu saling membantu
dan bergotong royong.
Tidak hanya itu, desa saya juga memiliki alam yang sangat indah. Di
sini terdapat banyak sawah. Sawah-sawah itu berjajar rapi membentuk
susunan bertingkat yang sangat mengagumkan.
Di sini terdapat banyak kebun milik warga. Ada yang menanam
palawija, sayur-sayuran, atau buah-buahan. Semua tanaman di kebun itu
sangat subur.
Di desa ini juga terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas. Saya
dan teman-teman biasa bermain di tanah lapang itu. Kami bisa bermain
kejar-kejaran, petak umpet, hingga layang-layang. Para gembala pun
sering menggunakan tanah lapang itu untuk menggembalakan hewan-
hewan miliknya, seperti kambing, sapi, dan kerbau.

6 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 7


BETERNAK
AYAM
Ayam di Jalan
Pada suatu hari, saat pulang dari sekolah, saya melihat banyak
ayam berkeliaran di jalan. Saya tidak tahu siapa pemilik ayam-ayam itu.
Ayam-ayam itu sedang sibuk mengorek-ngorek tanah dengan sepasang
kakinya.
Ayam-ayam itu kemungkinan besar milik tetangga. Memang beberapa
tetangga banyak yang memelihara ayam. Ada yang dirawat di dalam
kandang, tetapi ada pula yang sekadar diumbar begitu saja.
Sejenak saya duduk dan mengamati tingkah laku ayam-ayam itu. Jika
benar-benar diperhatikan, sebenarnya tingkah mereka amatlah lucu.
Saya sempat tertawa terbahak-bahak saat melihat ada seekor ayam jago
yang mengejar-ngejar ayam betina hingga menabrak pagar.
Namun, ada satu hal yang membuat saya menjadi kasihan dengan
ayam-ayam itu. Mereka tampak kurus dan kurang terawat. Bahkan ada
ayam yang bulunya rusak. Ada pula yang berjalan tertatih-tatih seperti
sedang sakit.
Dari situ timbul niat untuk memelihara ayam sendiri. Saya ingin
memelihara secara baik, sehingga ayam saya terawat, tidak kurus, tidak
seperti ayam-ayam yang saya lihat di pinggir jalan itu.

8 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 9


Bertanya pada Bapak
Sesampai di rumah, seperti biasa saya langsung menemui ibu di dapur.
Saya langsung menyalami dan mencium tangan ibu sebagai tanda hormat
saya sebagai seorang anak.
Sesudah menyalami ibu, saya langsung bergegas menuju kamar. Saya
kemudian meletakkan tas sekolah di tempatnya dan kemudian langsung
berganti baju.
Setelah mencuci tangan, saya kemudian langsung menuju meja makan.
Tampak di sana Sinta sudah duduk di kursinya. Terlihat pula bapak yang
sedang membawa piring yang akan kami gunakan untuk makan siang.
Kami pun mulai makan siang bersama. Di sela-sela makan, seperti biasa
kami saling bercanda dan berbicara mengenai hal-hal yang kami temui
sehari-hari.
Tak lupa pula saya juga menceritakan pengalaman saya dalam
mengamati ayam-ayam di jalan tadi. Saya utarakan niat untuk memelihara
ayam kepada bapak.
Saya senang sekali ketika bapak menyetujui keinginan saya itu. “Baiklah,
besok kita pergi ke pasar hewan. Bapak akan belikan kamu sepasang
ayam. Tapi, dirawat baik-baik.” Begitu katanya. Memang, besok adalah
hari Minggu, sehingga sekolah libur.

10 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 11


Pasar Hewan
Hari ini adalah hari Minggu. Seperti yang telah kami bicarakan kemarin,
saya dan bapak hari ini berangkat menuju pasar hewan. Kami naik sepeda
motor tua milik bapak untuk menuju ke sana. Pasar hewan itu letaknya
tidak terlalu jauh dari desa kami.
Pasar hewan pada hari Minggu ternyata sangat ramai. Di pasar ini
banyak sekali terdapat pedagang dan pembeli. Ada yang berjualan hewan-
hewan besar seperti sapi dan kambing. Ada pula yang berjualan hewan-
hewan piaraan seperti burung.
Setelah sebentar melihat-lihat suasana, saya dan bapak segera menuju
ke seorang pedagang ayam. Pedagang itu membawa banyak sekali ayam
di dalam keranjang yang terpasang di motornya.
Setelah tawar-menawar akhirnya bapak sepakat untuk membeli
sepasang ayam dari pedagang itu. Bapak ternyata cukup memahami ciri-
ciri ayam sehat. Ia sangat seksama ketika akan memilih ayam mana yang
akan kami beli.
“Ayam sehat itu biasanya memiliki ciri-ciri mata bening, bulu lengkap
dan mengkilat, wajah tidak pucat, dan terlihat lincah.” Begitu kata bapak
seraya memilih ayam-ayam tersebut. Setelah membayarnya, kami segera
pulang ke rumah dengan membawa sepasang ayam kampung.

12 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 13


Kandang Ayam
Setelah sampai rumah, sepasang ayam kampung tersebut langsung
kami letakkan di dalam sebuah kurungan. Kemudian, saya dan bapak
segera mencuci tangan dan makan siang. Bapak berjanji akan membuatkan
pagar di belakang rumah. Saya pun sangat senang mendengarnya.
Sesudah makan siang, bapak segera memotong bambu di belakang
rumah. Memang, di belakang rumah kami tumbuh beberapa rumpun
bambu. Keluarga kami sering memanfaatkan bambu-bambu tersebut
untuk memperbaiki rumah dan keperluan-keperluan lain.
Beberapa tangkai bambu itu kemudian dipotong-potong oleh bapak.
Kemudian ditancapkan dan dirangkai sedemikian rupa hingga membentuk
pagar berkeliling di halaman belakang rumah kami. Panjang dan lebar
pagar keliling tersebut sekitar lima meter.
Di pinggir pagar itu bapak membuat semacam rumah-rumahan kecil
yang terbuat dari papan kayu. Rumah-rumahan itu nantinya yang akan
menjadi tempat berteduh bagi sepasang ayam milik saya.
“Kandang ini disebut kandang semi umbaran.” Bapak berkata. “Dengan
kandang ini, ayam akan tetap merasa bebas, tetapi tetap dapat dijaga.
Selain itu, rumah-rumahan kecil itu juga akan menjaga ayam dari panas
dan hujan.” Saya mendengarkan penjelasan bapak dengan seksama.

14 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 15


Merawat Ayam
Setelah kandang selesai dibuat, kedua ayam itu kami lepaskan di
dalam kandang umbaran tersebut. Kedua ayam itu langsung berjalan-
jalan di dalam kandang seolah-olah sedang berusaha mengenali tempat
tinggalnya yang baru.
Bapak kemudian menyuruh saya membeli jagung yang nantinya akan
digunakan sebagai pakan ayam. Jagung saya beli dari tetangga yang
kebetulan memiliki kebun jagung, sehingga harganya murah.
Setelah mendapatkan biji-biji jagung, saya segera menaburkannya ke
kandang ayam. Dengan segera saya melihat betapa senangnya ayam-
ayam tersebut makan. Mereka tampak lahap sekali.
“Sebaiknya jangan terlalu banyak memberinya makan, karena itu tidak
baik.” Bapak berkata, “Kamu cukup memberinya makan dua kali sehari
saja, yaitu setiap pagi dan sore.” Bapak melanjutkan, “Jangan lupa pula
untuk memperhatikan air minumnya, jangan sampai kering.”
“Iya, baik Pak.” Jawabku. Saya sangat senang ketika bapak mempercayai
saya untuk memelihara ayam-ayam itu. Dalam hati saya berjanji akan
merawat mereka sebaik mungkin. Saya ingin ayam-ayam itu dapat tumbuh
dan berkembang biak dengan baik.

16 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 17


Ayam Bertelur
Tidak terasa, sudah dua bulan saya memelihara sepasang ayam itu.
Sekarang ayam-ayam itu sudah tampak sangat sehat. Mereka juga sangat
jinak. Setiap saya masuk ke kandang dan membawa makanan, mereka
langsung berlari mendekati saya.
Kata bapak, ayam-ayam tersebut mungkin sebentar lagi akan bertelur.
Maka sudah waktunya bagi kami untuk menyiapkan kotak sarang sebagai
tempat bertelur ayam tersebut.
Dengan bantuan bapak, saya menyiapkan sebuah kotak kayu, ukurannya
sekitar 30 x 30 cm dengan tinggi sekitar 20 cm. Kotak itu terbuka pada
bagian atasnya. Kotak itu kami isi dengan jerami kering, lalu kami letakkan
di dalam rumah-rumahan di kandang umbaran.
Pada suatu pagi, saya mendengar ayam betina berkotek-kotek. Saya
segera berlari menuju kandang. Setelah saya lihat di dalam rumah-
rumahan, ternyata ayam betina tersebut sudah bertelur.
Ada delapan butir telur yang dapat saya lihat di kotak sarang. Saya
tidak begitu berani mendekati ayam yang sedang bertelur karena ayam
betina itu terlihat sangat galak. “Hal itu wajar.” Kata bapak, “Biasanya
ayam betina yang sedang bertelur memang menjadi galak.”

18 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 19


Anak Ayam
Pada suatu sore, sesudah memberi makan kedua ayam, saya coba
menengok ke dalam kandang. Saya dikejutkan oleh suara-suara kecil.
Ternyata anak-anak ayam itu sudah menetas dari telurnya. “Pyik, pyik,
pyik,” begitu suara mereka.
Anak-anak ayam itu tampak lucu. Bulunya lembut sekali ketika dipegang.
Saya juga melihat bagaimana anak-anak ayam tersebut berusaha bersusah
payah keluar dari kotak tempat induknya mengerami telur.
Anak-anak ayam itu selalu mengikuti si induk ke mana pun pergi. Sang
induk pun selalu memperlihatkan kasih sayang yang luar biasa kepada
anak-anaknya. Induk ayam itu selalu berusaha mengorek-ngorek tanah
untuk mencarikan hewan-hewan kecil untuk makan anak-anaknya.
“Sebaiknya kamu juga menyediakan bekatul, agar anak-anak ayam itu
juga bisa makan.” Saran bapak. Saya pun menyetujui usulan tersebut.
Saya mulai menyediakan bekatul yang dicampur dengan sedikit air untuk
anak-anak ayam tersebut.
Saya sangat senang ketika melihat anak-anak ayam itu bisa makan
bekatul dengan lahapnya. Saya berharap anak-anak ayam tersebut bisa
tumbuh sehat dan baik seperti induknya.

20 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 21


SAPI DAN
KAMBING
Penyuluh Peternakan
Hari itu hari Kamis. Kebetulan ada rapat guru di sekolah sehingga
saya dapat pulang lebih cepat dari biasanya. Sekitar pukul 10 pagi saya
sudah sampai rumah kembali.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah saya. Orang itu
mengenakan pakaian warna hijau. Pakaian yang dikenakan mengingatkan
saya akan bapak-bapak yang sering bertugas di kantor kalurahan.
“Permisi,” katanya. “Iya Pak? Sedang mencari siapa, ya?” Jawabku.
“Bapak ada, Dik?” Tanyanya. “Nama saya Irwan, Saya penyuluh
peternakan. Saya ditugaskan untuk memeriksa hewan-hewan ternak di
desa ini.”
“O, iya, ada Pak” Jawab saya seraya berlari menuju ke belakang rumah
untuk memanggil bapak. Saat itu bapak memang berada di belakang
rumah sedang memberi makan sapi dan kambing.
Bapak segera menyambut dengan ramah orang itu. Setelah
berbincang-bincang sebentar, bapak mengizinkan Pak Irwan untuk
memeriksa sapi dan kambing yang dipelihara oleh bapak. Bapak segera
mengantarkan Pak Irwan menuju ke halaman belakang rumah.

22 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 23


Sapi dan Kambing Diperiksa
Saya mengikuti bapak dan Pak Irwan menuju ke belakang rumah.
Di sana, saya melihat Pak Irwan sedang mengamati sapi dan kambing.
Kandang sapi dan kambing tersebut memang berdekatan. Kedua hewan
itu diperiksa secara seksama, mulai dari mata, kulit, hingga kuku kakinya.
Kotoran kedua hewan tersebut pun turut diperiksa.
“Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
hewan ternak, sehingga jika terdapat penyakit menular dapat langsung
diketahui.” Sambil melakukan tugasnya, bapak penyuluh itu mulai
bercerita. “Sapi dan kambing merupakan hewan yang paling sering
diternak. Hewan ini termasuk hewan pemakan tumbuh-tumbuhan.”
Pak Irwan melanjutkan,”Hewan-hewan ini sangat mudah dipelihara.
Makanan yang mereka butuhkan antara lain rumput gajah dan daun-
daunan.”
“Sapi dan kambing juga termasuk hewan yang mudah dikembangbiakkan.
Setelah kawin, sapi akan bunting selama 9 bulan, sedangkan kambing
antara 145-155 hari atau 5 bulan. Sapi biasanya hanya melahirkan satu
ekor anak saja setiap kali hamil, sedangkan kambing bisa empat ekor.”

24 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 25


Manfaat Sapi dan Kambing
Seusai memeriksa sapi dan kambing milik bapak, Pak Irwan kembali
melanjutkan ceritanya. “Sapi merupakan salah satu sumber protein
hewani. Hewan ini biasanya dipelihara untuk diambil dagingnya. Ada
pula sapi yang khusus dipelihara untuk diambil susunya. Sapi yang
dimanfaatkan dagingnya disebut sapi pedaging, sedangkan sapi yang
diambil susunya disebut sapi perah.”
Sambil mengemasi peralatannya, Pak Irwan berkata lagi, “Tetapi, ada
pula di beberapa daerah, sapi dipelihara khusus untuk diambil tenaganya,
seperti menarik gerobak, membajak sawah, hingga untuk balapan seperti
yang biasa dilakukan di Pulau Madura.”
“Lalu, bagaimana dengan manfaat kambing, Pak?” tanyaku. Pak Irwan
menjawab, “Hampir sama dengan sapi, kambing juga diambil dagingnya.
Daging kambing memiliki bau sangat khas. Tidak semua orang menyukai
daging kambing, tetapi daging kambing tetap diminati oleh masyarakat.”
Pak Irwan melanjutkan, “Di beberapa daerah, kambing juga diambil
susunya. Ada juga beberapa jenis kambing yang diambil bulunya. Kulit
kambing maupun sapi juga sering dimanfaatkan untuk membuat berbagai
barang kerajinan hingga pakaian.” Setelah berkata demikian, Pak Irwan
segera pamit kepada kami untuk kembali melanjutkan tugasnya.

26 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 27


ITIK

Itik Berbaris
Pada suatu sore, seperti biasanya saya dan teman-teman bermain
di tanah lapang. Saya, Anto, dan Ridwan saat itu bermain kejar-kejaran,
sedangkan Sena dan Karto sibuk menaikkan layang-layang mereka.
Pada saat itu, saya melihat ada puluhan itik sedang berbaris. Di
belakang itik itu terlihat seorang gembala. Gembala itu ternyata adalah
Pak Lukman, tetangga saya sendiri.
Itik-itik itu kelihatan lucu sekali. Mereka berjalan beriringan dengan
sangat rapi. Sementara Pak Lukman dengan tongkat kecilnya berusaha
mengarahkan itik-itik itu menuju ke kali kecil di dekat lapangan.
Ketika rombongan itik itu sampai di pinggir kali, seolah-olah seperti
diperintah, itik-itik itu lalu menceburkan dirinya ke sungai satu per satu.
Itik-itik itu berenang di sungai kecil jernih yang memang tidak berarus
deras.
Mereka tampak senang sekali bermain-main dengan air. Beberapa
dari mereka terlihat menyelam ke dalam air sungai untuk mencari cacing.
Sementara itu, Pak Lukman duduk berteduh di bawah sebuah pohon
rindang di pinggir sungai itu. Sekalipun terlihat santai, tampak jelas bahwa
ia sedang mengawasi itik-itiknya dengan sangat teliti.

28 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 29


Manfaat Itik
Saya mencoba memberanikan diri untuk mendekati Pak Lukman. Pak
Lukman lantas menyambut saya dengan senyumannya yang sangat khas.
Dia memang dikenal sebagai orang yang ramah di desa kami.
“Wah , itiknya banyak, Pak?” Tanyaku.
“Iya Dik, sekarang ada sekitar tiga puluh ekor.” Jawabnya.
“Sebenarnya, untuk apa itik-itik itu bapak pelihara?” Tanyaku lagi.
“Begini Dik, saya memeliharanya sebagai sumber mata pencaharian
utama keluarga.” Jawabnya. “Itik biasanya dimanfaatkan orang untuk
berbagai keperluan.”
“Apa saja, Pak?” Tanyaku semakin ingin tahu.
Pak Lukman menjelaskan sambil tersenyum, “Biasanya itik dipelihara
untuk diambil telurnya. Salah satu olahan yang paling populer dari telur
itik ialah telur asin.”
“Selain itu, saat ini masyarakat juga sudah mulai menggemari daging
itik. Dik Nanang tahu, bahwa akhir-akhir ini mulai banyak restoran dan
warung yang menjual berbagai masakan dengan menu utama itik.”

30 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 31


Pemeliharaan Itik
Sambil menikmati rindangnya pohon di pinggir sungai itu kami terus
berbincang-bincang mengenai itik. Tak sadar perbincangan kami sudah
mengarah pada cara-cara pemeliharaan itik.
“Bagaimana Pak, cara memelihara itik?” Tanya saya.
Pak Lukman menjawab, “Sebenarnya itik dapat dipelihara dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan cara diumbar seperti ini. Cara ini
disebut dengan sistem pemeliharaan ekstensif.”
“Cara yang lain ialah cara intensif dan semiintensif. Cara intensif
yaitu semua itik dipelihara dalam kandang. Cara semiintensif yaitu itik
dipelihara dalam sebuah kandang umbaran seperti halnya ayam-ayam
kamu itu” Pak Lukman melanjutkan.
“Lalu apa pakan itik itu, Pak?” Tanyaku lagi.
“Untuk makanan pokok, itik sangat menyukai jagung dan dedak.
Sesekali bapak juga mengajak mereka jalan-jalan seperti ini, agar mereka
juga dapat makan berbagai jenis makanan lain dari alam, seperti cacing
maupun bekicot.”
Saya terkagum-kagum mendengar penjelasan Pak Lukman. Ternyata dia
adalah seseorang yang sangat memahami itik dan cara memeliharanya.

32 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 33


PUPUK
KANDANG
Bertemu Pak Irwan
Sesaat ketika mengobrol bersama Pak Lukman, saya melihat Pak Irwan
berjalan di dekat tanah lapang. Pak Irwan adalah penyuluh peternakan
yang beberapa waktu lalu memeriksa sapi dan kambing milik bapak.
Pada saat berjalan secara tidak sengaja kaki Pak Irwan menginjak
kotoran sapi yang memang banyak terdapat di jalan itu. Kotoran sapi yang
hampir kering bentuknya memang seperti tanah biasa, sehingga kadang
orang tidak bisa membedakannya.
Saya hanya tertawa kecil melihat kejadian itu. Serta merta Pak Irwan
segera berlari-lari kecil menuju sungai tempat saya dan Pak Lukman
mengobrol. Ternyata Pak Irwan memang hendak mencuci kaki dan
sepatunya di sungai itu.
“Menginjak kotoran, Pak?” Tanyaku.
“Wah iya, Dik. Tidak sengaja. Mungkin saya melamun tadi.” Jawab
Pak Irwan sambil tertawa. Pak Irwan juga sempat tersenyum kepada Pak
Lukman. Mungkin karena mereka pernah saling mengenal sebelumnya.
“Selamat sore pak Lukman!” Seru Pak Irwan.
“Selamat sore juga, Pak!” Jawab Pak Lukman.

34 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 35


Manfaat Kotoran Ternak
Sambil membasuh kakinya, Pak Irwan berkata,”Tahu tidak, Dik, bahwa
kotoran sapi memiliki banyak manfaat?”
“Apa itu, Pak?” Aku balik bertanya.
Jawab Pak Irwan, “Salah satu kegunaan utama kotoran sapi adalah
sebagai pupuk. Kotoran dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanah.
Pupuk yang berasal dari hewan biasa disebut dengan istilah pupuk
kandang.”
“Zat yang terdapat dalam pupuk kandang sangat lengkap. Pupuk
kandang mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan. Di antaranya adalah nitrogen, fosfat dan kalium. Selain itu,
pupuk kandang termasuk pupuk alami. Ia tidak mengandung berbagai zat
kimia yang bisa berdampak kurang bagus bagi tumbuhan dan lingkungan.”
Pak Irwan terus menerangkan.
“Memang, kotoran hewan tidak dapat langsung digunakan begitu
saja untuk pupuk. Kotoran itu harus didiamkan dulu selama 2-3 minggu.
Selama waktu itu berbagai bakteri akan mengurai kotoran menjadi unsur
hara.”
Saya menjadi terkagum-kagum mendengar penjelasan Pak Irwan.
Mungkin saya perlu membicarakan hal ini dengan bapak agar kotoran
sapi dan kambing milik kami tidak terbuang percuma.

36 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 37


Membuat Pupuk Kandang
Besok paginya, pada hari Minggu, saya membicarakan dengan bapak
tentang apa yang dikatakan oleh Pak Irwan. Bapak pun mengangguk-
angguk saat mendengar penjelasan saya.
“Saya juga pernah mendengar tentang hal itu.” Kata bapak. “Mungkin
memang sudah saatnya kita mengumpulkan kotoran hewan-hewan itu
agar bisa dimanfaatkan. Nanang bisa bantu?”
“Bisa, Pak!” Saya menjawab dengan senang.
Akhirnya, hari Minggu pagi itu kegiatan kami isi dengan mengumpulkan
sisa-sisa kotoran ternak yang terdapat di sekitar kandang. Kami mengorek-
korek setiap sudut kandang untuk mengumpulkan kotoran. Kandang
tempat ayam pun turut kami bersihkan.
Setelah terkumpul, kami mendapatkan tiga karung besar kotoran.
Seperti kata Pak Irwan, kotoran itu harus didiamkan dulu selama 2-3
minggu, setelah itu baru bisa dipakai.
Tiga karung besar kotoran itu lalu kami letakkan di sisi samping rumah.
Tempat itu kami pilih karena kering, teduh, beratap, serta terhindar dari
air hujan.

38 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 39


AYAMKU
BANYAK
Ayam Bertambah Besar
Tak terasa tujuh bulan telah berlalu semenjak anak-anak ayam itu
menetas dari telurnya. Sekarang anak-anak ayam itu telah tumbuh besar.
Saat ini saya memiliki tujuh ekor ayam dewasa. Dua jantan dan lima ekor
betina. Mereka semua masih menempati kandang dan rumah-rumahan
yang dibuat oleh bapak beberapa waktu lalu.
Selain itu, sepasang ayam yang pertama saya beli dengan bapak juga
sudah bertelur dan menetaskan lima ekor anak lagi. Jadi, jumlah seluruh
ayam yang saya miliki sebanyak dua belas ekor.
“Mungkin sudah saatnya kita membuat rumah-rumahan yang lebih
besar, agar ayam-ayam itu tidak berdesak-desakan saat berteduh.”
Kata bapak. “Halaman umbaran untuk kandang pun saya kira sudah
waktunya diperbesar lagi.” Akhirnya kami berdua kembali saling bantu
untuk memperbesar kandang ayam itu sebagai persiapan awal jika ayam-
ayam tersebut mulai bertelur. Biasanya ayam mulai bertelur saat berusia
delapan bulan.
Akhirnya kandang selesai diperbesar. Sekarang kandang itu sudah
sangat luas dan cukup untuk menampung banyak ayam. Saya dan bapak
juga menyiapkan beberapa kotak sarang sebagai tempat bertelur ayam-
ayam tersebut.

40 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 41


Panen
Empat bulan telah berlalu semenjak saya dan bapak memperbesar
kandang ayam. Saat ini ayam saya makin bertambah banyak. Saya
sudah memiliki lebih dari 25 ekor ayam. Oleh karena itu, saya dan bapak
memutuskan untuk menjual sebagian dari ayam-ayam itu.
“Bagaimana kalau kita jual lima belas ekor?” Tanya bapak.
“Baik, Pak.” Jawabku. “Tidak masalah, kandangnya sudah tidak muat
lagi. Selain itu, kita masih memiliki beberapa induk yang masih mengerami
telur.”
Sesuai dengan kesepakatan, akhirnya kami mengambil lima belas ekor
ayam. Ayam-ayam itu kami masukkan ke dalam sebuah sangkar besar,
lalu kami bawa ke pasar hewan.
Di pasar hewan, beberapa orang pedagang langsung mendatangi kami
dan menawar ayam-ayam tersebut. Setelah tawar-menawar, akhirnya
bapak sepakat untuk menjual ayam itu pada salah satu pedagang
tersebut.
Kami tak menyangka ternyata hasilnya sangat banyak. Pulang dari
pasar hewan, bapak langsung membelikan baju baru untuk saya dan Dik
Sinta.

42 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 43


Keluargaku Hidup dari Ternak
Beberapa bulan pun berlalu semenjak saya dan bapak menjual ayam-
ayam itu ke pasar hewan. Saat ini, keluarga kami sudah mulai dapat
mengambil manfaat dari memelihara hewan-hewan ternak.
Setelah dikawinkan, sapi dan kambing milik bapak pun sudah bunting.
Saat ini kami tengah bersiap-siap menyambut kelahiran anak-anak hewan
tersebut.
Sementara itu, pupuk kandang dari kotoran sapi, kambing, dan ayam
juga sudah mulai dapat dimanfaatkan. Sebagian kami gunakan sendiri
untuk ladang, sebagian lagi dijual ke pedagang. Proses pengolahan pupuk
kandang itu pun juga masih berlanjut hingga saat ini.
Ayam-ayam saya juga terus bertambah banyak. Setiap bulan selalu
ada yang bisa dibawa dan dijual ke pasar hewan. Perlahan namun pasti
keluarga kami mulai mendapatkan penghasilan yang cukup layak dari
hasil beternak.
O, ya, satu bulan lagi saya akan lulus SD dan akan melanjutkan ke SMP.
Keluarga saya tidak khawatir lagi dengan biaya pendidikan karena kami
telah mendapatkan hasil yang cukup dari usaha ternak kami.

44 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 45


46 | Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian | 47
AYO SAYANGI TERNAK KITA!

48 | Badan Litbang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai