Saya Tiara Aulia Falah Rizka setuju membaca buku yang berjudul Pedoman
Budidaya Beternak Ikan Nila, disusun oleh Tim Karya Tani Mandiri, tahun terbit
2009, diterbitkan oleh CV. Nuansa Aulia yang mulai dibaca pada hari Sabtu, 21
Maret 2020 dan selesai dilaporkan tanggal 23 Maret 2020.
1) Usaha Budidaya
Pada umumnya usaha budidaya ikan nila di Indonesia masih dilakukan secara tradisional di
kolam-kolam meskipun budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk dan perairan umum
sudah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dalam usaha budidaya tradisional skala kecil,
pada umumnya produksi ditujukan untuk konsumsi keluarga, sedangkan pada skala usaha atau
bisnis masih menghadapi berbagai kendala.
Dalam usaha pembenihan, pengembangbiakan masih dilakukan secara bebas dan tidak
terkontrol oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) tanpa mempedulikan penurunan kualitas benih
yang dihasilkan. Penurunan kualitas benih mengakibatkan penurunan produksi. Ikan mudah
terserang penyakit, ukuran dalam satu umur menjadi sangat beragam dan tingkat pertumbuhan
rendah. Budidaya ikan nila di dalam KJA belum berkembang di waduk dan danau-danau, kecuali
pada sebagian waduk di Jawa.
Ikan nila adalah ikan dengan pertumbuhan paling cepat dibandingkan ikan lain. Ikan nila
dapat tumbuh sampai 1 kg per ekornya dengan rasa dagingnya yang sangat enak. Ikan nila juga
merupakan ikan favorit bagi para peternak ikan karena nilai jualnya tiggi sekaligus
pertumbuhannya yang pesat menyebabkan waktu panennya lebih pendek.
2) Sejarah Perkembangan Ikan Nila
Ikan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar pada tahun 1969. Setelah diteliti, ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan
dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Nama ini menunjukkan daerah asal
ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya, ikan ini mendiami hulu sungai Nil di
Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan
(ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir.
a. Habitat Ikan Nila, ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Artinya, ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran
yang tinggi dengan suhu yang rendah.
b. Perkembangbiakan, ikan nila dapat mencapai dewasa pada umur 4-5 bulan dan ia akan
mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5-2 tahun.
c. Kebiasaan Makan Ikan Nila, ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau
omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun
nabati. Ikan nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut, sedangkan
jika sudah dewasa akan diberi makanan, seperti pelet dan daun talas.
3) Prospek Pasar
Ketertarikan untuk memelihara ikan nila sebagai spesies pilihan adalah suatu pilihan
yang tepat . Minat pasar untuk ikan nila masih sanagt lebar, mulai dari nila yang stadium bibit
sampai ikan nila yang dikategorikan sebagai ikan konsumsi. Semua pasar tersebut masih sangat
memungkinkan untuk membesarkan ikan nila karena termasuk ikan konsumsi dengan harga yang
cukup terjangkau oleh masyarakat.
4) Sebuah Ulasan Mengenai Potensi dan Tantangan Perikanan
Program-program perikanan dimaksudkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi baru di bidang perikanan. Hal ini sangatlah wajar mengingat begitu besarnya potensi
dan lahan yang tersedia. Pada akhirnya, program-program perikanan tersebut diarahkan untuk
menciptakan iklim usaha perikanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat demi
meningkatnya pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat pada umumnya.
Namun demikian, potensi dan besarnya lahan perikanan yang tersedia tidak akan berjalan
dengan baik jika arah kebijakan dan pola usaha yang diterapkan tidak sesuai. Jika melihat
potensi lahan perikanan di berbagai daerah, sebenarnya sudah cukup alasan untuk mengatakan
bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra perikanan yang potensial.
5) Waduk sebagai Lokasi Budidaya Ikan
Mungkin bagi masyarakat luar kota Bandung akan terasa asing tatkala mendengar kalau
di Bandung ternyata ada waduk selain Waduk Cirata ataupun Waduk Jatiluhur yang memiliki
para budidaya ikan tawar, yaitu Waduk Saguling.
Waduk Saguling adalah salah satu waduk buatan yang terletak di daerah Bandung barat
643 meter diatas permukaan laut. Pada awalnya waduk ini dibangun dengan tujuan sebagai
pembangkit tenaga listrik saja. Namun, Proyek Induk Pembangkit Hidro (PIKITDRO) dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN), Departemen Pertambangan dan Energi (sekarang menjadi
Departemen Energi dan Sumber daya Mineral Republik Indonesia) mengubah Waduk Saguling
menjadi waduk multiguna untuk kegunaan pengembangan ain, seperti perikanan, agri-
akuakultur, pariwisata, dan lain-lain.
1) Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok, yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat,
tidak porous (rembes), ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air, sumber
pemasokan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing-masing 200 m. Di samping
itu, perlu diperhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu,
kucing, dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar lingkungan perkolaman bebas dari pohon-pohon
yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
2) Tata Laksana Pembenihan
a. Pembuatan Kolam, terbagi menjadi dua, yaitu konstruksi kolam dan persiapan kolam.
Konstruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari konstruksi
sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai outlet. Outlet kolam menggunakan
“standing pipe”. Di sisi lain, persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila adalah
penemplokan/perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam
dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu
pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan, dan pengisian
kolam dengan air.
b. Pemilihan Induk (Bibit) dan Penyimpanan
c. Pematangan Gonad dan Telur Induk, pematangan gonad dan telur induk merupakan tahap
pertama dalam pemijahan benih. Dalam bak penyimpanan, aliran air paling sedikit 0,8 L/
menit.
d. Pemijahan dan Penetasan Telur
e. Pendederan dan Pembesaran
4) Panen Larva
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantug luas kolam,
penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyururtan air kolam dilakukan
pertama-tama sampai setengahnya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu
dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan.
Proses pengambilan larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan
secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar
sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
5) Penanganan Benih
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih adalah sebagai berikut.
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat, yaitu bebas dari penyakit, parasit, dan tidak cacat.
Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau
keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta
bahan organik lainnya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi
semalam.
c. Sebelum diangkut, benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan
tempat pemberokan berupa bak berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik.
8) Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dipergunakan, kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan,
dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan
pintu air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar.
Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk
memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk hal ini dipergunakan kapur tohor
sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, CaO). Kalau memakai kapur pertanian,
dosisnya 500-1.000 kg/ha.
b. Penyakit
o Penyakit pada kulit memiliki gejala pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna
dan tubuh berlendir. Pengendaliannya dengan cara merendam dalam Negovon (kalium
permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5%.
o Penyakit pada insang memiliki gejala pada tutup insang yang membengkak, lembar
insang pucat/keputihan. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit
pada kulit.
o Penyakit pada organ dalam memiliki gejala pada perut ikan yang membengkak, sisik
berdiri, ikan tidak gesit. Pengendaliannya dengan cara melakukan pengeringan dasar
kolam secara teratur setiap selesai panen.
10) Panen
Pemanenan dapat dilakukan dengan cara panen total dan panen sebagian. Yang dimaksud
panen total adalah panen yang dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian
air tinggal 10 cm. Sedangkan, panen sebagian atau panen selektif adalah panen yang dilakukan
tanpa pengeringan kolam. Ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu.
11) Pascapanen
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup
maupun ikan segar.
Penanganan Ikan Hidup
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar ikan sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar, dan
sehat adalah ketika diangkut, gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20⁰C, waktu
pengangkutan hendaknya pagi hari atau sore hari, dan jumlah kepadatan ikan dalam alat
pengangkutan tidak terlalu padat.
ULASAN
Sinopsis :