Anda di halaman 1dari 3

MUSIM TANAM SEGERA TIBA,

DICARI “ BIBIT SENGON BERSERTIFIKAT !!!”

Oleh : Aceng Solihin, SP

Penyuluh Kehutanan Muda

Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VI

Memasuki awal milenium ketiga stok kayu di pulau pulau besar penghasil
kayu di Indonesia semakin menipis. Untuk mengeksplotasi kayu di Pulau
Sumatra, Kalimantau dan Papua membutuhkan biaya eksploitasi yang sangat
besar karena sisa yang ada semakin jauh ke dalam hutan, hal ini menyebabkan
harga kayu semakin mahal dan pasokan ke Pulau Jawa sebagai pulau tujuan
pemasaran semakin berkurang. Kondisi ini membuka peluang dunia usaha
perkayuan jenis lokal di Pulau Jawa pada umumnya dan Kabupaten Tasikmalaya
khususnya menjadi semakin bergairah. Untuk memenuhi kebutuhan pasar kayu
lokal tersebut mendorong terjadinya penebangan kayu di areal kawasan hutan
negara yang dikuasai oleh Perum Perhutani dan hutan rakyat.

Penebangan kayu dari hutan rakyat yang terus menerus dilaksanakan


karena terus meningkatnya permintaan pasar mengakibatkan semakin luasnya
hutan/lahan milik rakyat yang terbuka dan minim tegakan kayunya. Kondisi ini
mengisyaratkan prospek yang baik dalam usaha pembuatan bibit tanaman

Kecamatan Salawu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten


Tasikmalaya yang sudah lama dikenal masyarakat lokal sebagai penghasil bibit
tanaman kayu kayuan terutama jenis Sengon ( Pharaserianthes falcataria ).
Terdapat satu desa utama sebagai sentra penghasil bibit yaitu Desa Neglasari.
“Masyarakat pembudidaya bibitnya mencapai sekitar 50 kepala keluarga,
sedangkan di desa sekitarnya hanya beberapa orang saja yaitu di Desa Karang
Mukti satu orang dan Desa Sundawenang satu orang” demikian disampaikan
Mang Arum, pengurus Kelompok Tani Remaja Surya Mukti di Kampung Sindang
Lengo Desa Neglasari. Terdapat dua Kelompok Tani sebagai lembaga tempat

1 | A r ti k e l
berkumpul dan bersosialisasi sesama anggotanya yang menggeluti usahatani
pembibitan di Desa Neglasari yaitu Kelompok Tani Remaja Surya Mukti di
Kedusunan Naga dan Kelompok Tani Harapan di Kedusunan Tanjaknangsi.

Pembudidaya bibit kayu kayuan di Desa Neglasari sebagian besar memilih


Jenis Sengon ( Pharaserianthes falcataria ) yang utama dalam usahatani
pembibitannya dan hanya sebagian kecil mimilih jenis lain seperti Suren, Jabon,
Acasia, Manggis dll. Menurut Buku Manual Produksi Bibit Berkualitas : Sengon
(Paraserianthes falcataria) terbitan Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan
Madura, 2007. Kayu Sengon adalah jenis kayu yang berfungsi antara lain sebagai
pelindung dan penyubur tanah, bahan baku kayu bakar, bahan baku bangunan dan
perabotan dan bahan baku industry kertas.
Usahatani pembibitan jenis sengon ini berjalan biasa biasa saja dengan
untung alakadarnya sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, tujuan
pemasaran kepada perorangan adalah penyebab lambatnya penjualan, karena
kebutuhan perorangan ini tidak sebesar volume kebutuhan proyek pemerintah.
“Petani pembudidaya bukannya tidak mau menjual kepada pemerintah, tapi
aturannya ribet, pak!!” menurut Ketua Kelompok Tani Harapan Bapak Abdul
Rojak dengan Bahasa tubuh yang menunjukan kekesalan. “Tolonglah kami pak”
yang lain menimpali penuh harap.

Masalah mulai timbul ketika bibit hasil budidaya masyarakat ini tidak bisa
dijual untuk kebutuhan dalam pengadaan bibit untuk kegiatan proyek proyek
pemerintah, karena bibit yang dihasilkan tidak didukung oleh keberadaan
sertifikat, baik sertifikat sumber benih, sertifikat kualitas fisik dan fisiologis
benih, dan sertifikat bibit. Menurut Agus Astho Pramono (2016) bibit yang
bersertifikat merupakan hasil dari kegiatan berantai dan terdokumentasi secara
baik dari sumber benih hingga bibit siap tanam.

Sertifikasi benih dan bibit diajukan melalui Dinas Kehutanan atau


Lembaga Sertifikasi Benih (Balai Perbenihan Tanaman Hutan, atau Lembaga lain
yang ditunjuk). Proses yang Panjang dan biaya yang besar menyebabkan petani
enggan menempuhnya. Dan peluang pun sirna, petani tetap miskin dengan

2 | A r ti k e l
usahatani semakin mengecil, apa daya, petani semakin terlemahkan karena sistem,
dan akhirnya pengusaha besarlah yang menikmatinya.

Petani kecil sangat jelas tidak akan mampu bersaing dengan pengusaha
besar. Pemerintah sebagai tempat bersandar hendaknya membuat aturan yang
mudah, bila perlu disubsidi untuk pembuatan sertifikat benih/bibit.

Daftar Pustaka.

Agus Astho Pramono dkk,2016, Usaha Pembibitan Tanaman Hutan, Penerbit


Penebar Swadaya, Jakarta

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura, 2007, Manual Produksi Bibit
Berkualitas : Sengon ( Paraserianthes falcataria)

3 | A r ti k e l

Anda mungkin juga menyukai