Oleh
(2018080085)
NIM : 2018080085
Kami berpendapat bahwa laporan tersebut telah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum sebagai syarat
memperoleh nilai STUDI PENGENALAN LAPANGAN.
Menyetujui,
An. Dekan
miftahtamam123456@gmail.com
ABSTRAK
Sejak awal Pemerintahan Kabupaten Bangli mengembangkan Desa Adat Penglipuran sebagai desa wisata, Hutan
Bambu Penglipuran Bangli juga mendapat tempat spesial. Terbukti dengan dibangunnya jalan yang memecah hutan
sebagai akses jalan menuju desa tetangga. Jalan yang sudah diaspal mulus juga menjadikan kenyamanan bagi
wisataan yang datang. Hutan bambu yang ada di Desa Penglipuran ini memiliki luas lahan 45 hektar. Selain
sebagai tanaman yang berguna untuk kegiatan masyarakat Desa Penglipuran sehari-hari, pohon-pohoon bambu ini
ternyata juga penopang dalam kegiatan pariwisata. Karena memang diperuntukan untuk kegiatan pariwisata, jalan
yang dipenuhi oleh daun bambu kering ini `sering dibersihkan sehingga tidak mengganggu wisatawan yang datang
berkunjung. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman bambu yang ada d Desa
Penglipuran, kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, untuk menentukan tingkat dominan bambu terlebih dahulu
menentukan jenis bambu dan nilai penting suatu jenis bambu. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena data
yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Hasil dari
penelitian ini, ada keanekaragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu dijumpai 8 jenis bambu yaitu Bambu
Ampel (bambusa vulgaris schrad. Ex Wendl), Bambu jajang Aya (gigantochloa, Aya Widjaja dan Astuti), Bambu
Jajang Taluh (gigantochloa taluh , Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Batu (gigantochloa ridley holtum), Bambu
Jajang Bali (gigantochloa spp, Kurz), Bambu Buluh (schizostachyum), Bambu siam (thrysostachys siamensis
gamble), Bambu Tamblang (schizostachyum brachycladum). Dari kedelapan jenis babu tersebut, Gigantochloa
apus (J.A. dan J.H Schultes) Kurz mendominasi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14,
dan dengan luas penutupan relatif 118,34 m2.
ABSTRACT
Since the beginning the Bangli Regency Government developed the Penglipuran Indigenous Village as a tourist
village, Bangli Penglipuran Bamboo Forest also got a special place. Evidenced by the construction of roads that
break down the forest as access roads to neighboring villages. The smooth paved road also makes it comfortable
for tourists who come.The bamboo forest in Penglipuran Village has an area of around 75 hectares. Aside from
being a useful plant for the daily activities of the Penglipuran Village community, these bamboo trees also support
the tourism activities. Because it is intended for tourism activities, the road which is filled with dried bamboo
leaves is often cleaned so that it does not interfere with tourists who come to visit. Under this bamboo plant feels
fresh with a gentle breeze. This research is beginning to find out the bamboo diversity in Penglipuran Tourism
Village, District Bangli, Bangli Regency, to determine the level of dominance bamboo, then by first determining the
relative density, relative frequency, relative closure area, and the importance of a type of bamboo. The research is
descriptive research because the data is collected and analyzed is obtained from a reasonable situation of the
phenomenon in question. Results from this study, there is diversity in the Tourism Village bamboo Penglipuran are
found 8 species of bamboo that Tali bamboo, Jajang Bali bamboo, Jajang Stone bamboo, reed bamboo, Yellow
bamboo, Tamblangbamboo, Aya bamboo and Siam bamboo. Of the eight species of bamboo, Gigantochloa lear (JA
& JH Schultes) Kurz dominance density levels relative to the number 621, the relative frequency of 14, and with a
relative closure wide area 118.34 m2.
1
Ni Wayan ekayanti, “keanekaragaman hayati bambu (bambusa spp) di desa wisata penglipuran kannupaten
bamgli””, jurnal bakti saras wati. Vol 05 No.02, September 2016.
2
Arinasa dan ida Bagus Ketut dan I Nyoman peneng. Jenis jenis bambu di bali dan potensinya. Jakarta: LIPI Press
2013
3
Sastrapraja, S. Widyaja. E.A Prawiroatmodjo. S dan Soenarko. S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Lembaga Biologi
Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , Bogor.
4
Artiningsih, N.K.A 2012. Pemanfaatan Bambu Pada Kontruksi Bangunan Berdampak Positif Bagi Lingkungan.
Ejournal Undip.Ac. Id.
5
Nugroho, A.M. 2013, Arsitektur Nusantara Kontemporer Di- Ujung Pandang. Sains Lingkungan Binaan.
6
Ni Ketut Arismayanti, “pelatihan pengemasan paket petasan produk wisata di desa penglipuran kecamatan bangli
kabupaten bangli”, STP Trisakti. Vol. 20 No. 2, 2012, hal. 8.
7
Dransfield. S and E.A. Widjaja. 1995.Bamboos. Plant Resources of South-East-7 Prosea. Bogor.
8
Widjaja, E.A. 1999. Konservasi flora bambu Indonesia. Prosiding Seminar Nasioanl Konservasi Flora Nusanatara.
UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Indonesia- LIPI. Tabanan.
9
http://www.researchgate.net/publication/264241200-The Sacred Ecologi of Penglipuran:Atraditional bamboo vilage
on Bali
10
Hartati Kapita dan Y.W. Kapilawi, Pemanfaatan TeknologiBammbu di Pemukiman Desa Adat Penglipuran Bali.
Seminar Nasional.
11
Arinasa, I.B.K. 2010. Bambo diversity and utilazion in Balines rituals at Angsri village, Bali, Indonesia. Bambo
Science and Cultur, The Journal of the American Bamboo Society 23(1)::29-7
Bambu tetap bisa di manfaatkan oleh masyarakat Penglipuran sebagai alternatif bahan bangunan yang
berkelanjutan maka perlu jaga kelestariannya, karena bambu merupakan suatu tanaman yang mempunyai banyak
fugsi salah satunya adalah sebagai bahan material bangunan karena kelenturannya dan mudah di manfaatkan.12
Tidak semua bambu dilestarikan, dalam kehidupan sehari-hari, manfaat bambu sangat banyak mulai dari
akar hingga daun, misalnya bambu banyak dipakai untuk bahan kerajinan, anyaman, alat musik, nahan bangunan
dan upacara adat dan agama contohnya pada setiap upacara Panca Yadnya selalu menggunakan bambu. Kadang-
kadang jenis bambunyapun khusus dalam upacara tersebut. 13
Untuk mempertahankan populasi bambu di Desa Wisata Penglipuran agar tetap lestari dan terjaga sampai
turun-temurun, maka Desa Wisata Penglipuran turut serta dalam pelestariannya, dengan cara memberikan
pelindungan serta dubuatkan awig-awig (aturan-aturan) supaya masyarakat setempat tetap menjaga dan
melestarikan bambu tersebut. Salah satu contoh pelestarian bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu tetap
menggunakan bambu sebagai atap (sirat) pada angkul-angkul (pintu gerbang khas Bali), disamping untuk
keindahan juga sebagai ciri khas Desa Wisata Penglipuran itu sendiri, selain itu di Desa Wisata Penglipuran tidak
boleh menebang bambu secara sembarangan terutama padahari Kajeng Manis.14
Tulisan ini menyajikan informasi pertelaan diagnostik , keanekaragaman spesies bambu serta potensinya
yang ada di Desa Adat Penglipuran, sebagai pelengkap tulisan-tulisan yang telah ada sebelumnya. Semoga apa
yang disajikan dalam tulisan ini dapat bermannfaat bagi para pelaku industri, masyarakat pengguna, lembaga
penelitian maupun pihak penentu kebijakan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena data yang di kumpulkan dan dianalisis
diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Dlam penelitian ini membahas potensi bambu
dan menggunakan ulangan dengan subyek 10 plot yang diletakan menurut metode transek (garis) . Untuk
menentukan jarak antar plot berdasarkan topografi hutam bambu di Desa Wisata Penglipuran seluas 45 hektar (300
x 1.500 m) untuk memudahkan dalam pengambilan sampel di gunakan jarak yang terpendek yaitu 300 m sehingga
jarak antara plot satu dengan plot dua dan seterusnya yaitu berjarak 50 m. analisis data dalam penelitian ini
digunakan analisis vegetasi dan akan mengalami beberapa tahap yaitu : Pertelaan diagnostik bambu dan penentuan
indeks keaneka ragaman jenis dan Data frekuensi relatif bambu. 15
HASIL PEMBAHASAN
1. Jenis Bambu
Bambu adalah tanaman yang termasuk famili Poaceae yang merupakan famili dari rumput. Bambu
merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak tumbuh di kebun masyarakat pedesaan..16 Di wilayah
Indonesia diperkirakan terdapat 157 jenis bammbu, jumlah jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri dari 1.250.-
1.350 jenis. Bambu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Jenis tertentu dari bambu bahkan dapat tumbuh 5
cm per jam atau 120cm per hari. 17
Kingdom : Plantea
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceace
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa spp
12
Sri rulliyati sutardi dkk, , informasi sifat dasar dan kemungkinan ppengguna 10 jenis bambu.bogor: Ipb
preess,2015.
13
Widjaja, E.A. I.P Astuti. I.B.K Ariansa dan I W. Sumantera, 2005. Identik Bambu di Bali. Cetakan pertama. Bidang
Botani, Pusat Penelitian Biologi-LPI. Bogor.
14
Ibid. 43
15
Kajeng, Press.com 2006
16
Murtodo, A. dan D. Setyati. 201. Inventarisai Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Subersari Kabupaten
Jember. Jurnal Ilmu Dasar 15(2): 112.
17
Hakiki. 2016. Identifikasi dan Inventarisasi Bambu di Blok Pendidikan dan Penelitian Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman. Fakultas pertanian Universitas Lampung (skripsi)
Hasil dari penelitian yang dilakukan di Desa Penglipuran , Kabupaten Bangli diperoleh hasil delapan jenis
bambu yang akan diuraikan . Pada tabel 1 berikut ini akan diuraikan pertelaan diagnostik bambu yang terdapat di
Desa Wisata Penglipuran. Pertelaan diagnostik ini di urut dari yang umum sampai yang khusus. Urutan tersebut
meliputi: akar, rebung, buluh, pelapah buluh, percabangan, helai daun.
Keaneka ragaman dan kegunaan bambu yang terdapat di Desa Wisata Penglipuran dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini. 18
18
Ibid.136
Widjaja
6 Schizostachyu Bambu _ _ _ √ _ √ _ _ √ _ 3
m Tamblang
brachycladum
Kurz
7 Bambusa Bambu _ _ _ _ _ _ _ _ √ _ 1
Vulgaris Kuning
Var. Striata ex
Wendl
8 Thrysostachys Bambu Siam _ _ _ _ _ _ _ _ √ _ 1
siamensis
Gamble
Gambar 1. Rumpun Bambu Tali Gambar 2. Rebung Bambu Tali Gambar 3. Daun Bambu
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) ( Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)
Gambar 4. Bambu kuning Gambar 5. Bambu Jajang Aya Gambar 6. Bambu Jajang Bali
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)
19
Departemen Kehutanan: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 19992. Pedoma Budidaya Bambu. Jakarta:
Direktorat Reboisasi dan Penghijauan Lahan.
20
Kasiati, E dan B.wibowo. 2010. Pilihan Bambu Sebagai Alternatif Pengganti Tulang Tarik pada Blok Beton .
Jurnal Aplikasi 8 (1) :9.
21
Wonlele, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina Ilmiah 7(8):
24.
22
Ibid. 290-291.
23
Hanafi. H.R. B.Irawan. D.C. Pertiwi. Dan A. Litania. 2017. Pemanfaatan dan Pengelolaan bambu berkelanjutan di
Desa Cicegil. Cianjur. Jawa Barat sebagai upaya perwujudan Sustainable Development Goals (SGDs).3(2): 231
24
Sumanto, S.E. dan M. Takandjanji. 2016. Identifikasi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat : Upaya
Konservasi Konservasi Sumber Daya Genetik dan Sosial Budaya. Jurnal Buletin Plasma Nutfah 20 (1): 27-28
25
Wulandari, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina Ilmiah 78)
: 24
26
Mayasari, A. dan A. Suryawan. 2012. Keanekaragaman Jenis Bambu dan Pemanfaatannya di Taman Nasional Alas
Purwo. Keragaman Jenis Bambu 2(2) : 140.
27
Setiawan, B. 2010. Setrategi Pengembangan Usaha Kerajjinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeeleran Sukahati
Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Junal Manajemen dan Organisasi 1((2): 136.
28
Dwiki Hadi Santoso. Desa Adat Penglipuran dan Pewarisan nilai Moral dan Lokal, Jurnal Ilmiah dan Sosial Vol 1
No 1, 2015, hal. 5.
Gambar 9. Gedeg berbahan baku jajang aya Gambar 10. Atap berbahan baku jajang aya
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)
Gambar 11. Rumah Tradisional Gambar 12. Sokasi Gambar 13. Keranjang
dari Jajang Taluh
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)
KESIMPULAN
Hutan bambu yang tumbuh di Desa Adat Penglipuran mempunyai luas sebesar 37.7 hektar (sebelumnya 45
hektar) dan terdiri dari 8 spesies bambu yang seluruhnya berstatus milik desa. Sebagian dari hutan tersebut dikelola
langsung dibawah Adat Desa sebagai Laba Pura (diperuntukan untuk pemeliharaan bangunan pura) sedangkan
sebagian dikelola oleh beberapa penduduk dengan status hak pakai.
Ada berbagai jenis bambu yang terdapat di hutan, seperti Bambu Ampel (bambusa vulgaris schrad. Ex
Wendl), Bambu jajang Aya (gigantochloa, Aya Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Taluh (gigantochloa taluh ,
Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Batu (gigantochloa ridley holtum), Bambu Jajang Bali (gigantochloa spp,
Kurz), Bambu Buluh (schizostachyum), Bambu siam (thrysostachys siamensis gamble), Bambu Tamblang
(schizostachyum brachycladum).
Keaneka ragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli ada 8 jenis
bambu, yaitu Bammbu Tali, Bambu Buluh, Bambu kuning, Bambu Tamblang, Bambu Aya, dan Bambu Siam.
Indeks keaneka ragaman bambu ini tergolong sedang. Dari kedelapan jenis bambu tersebut, Gigantochloa (J.A dan
J.H Schlutes) Kurz mendominasi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14, dan dengan luas
penuntupan relatif seluas 118,34 m2 . Saran untuk penelitian ini adalah agar dilakukan penelitian lanjut untuk
mengetahui fungsi hutan bambu danjenis bambu yang mungkin ada di Desa Wisata Penglipuran yang belum
teridentifikasi.
Potensi dan manfaat dari ke-8 jenis bambu tersebut sendiri seputar kebutuhan masyarakat Desa Wisata
Penglipuran diantaranya anyaman, upacara adat , sebagai atap rumah dan masih banyak yang lainnya. Ditinjau dari
kelemahan dan kekuatannya bambu mempunya kelmahan tidak kuat di pakai sangat lama , karena dimakan rayap
tanah, sedangka kekuatan penggunaan bambu sebagai atap rumah, bisa di gunakan cukup lama dengan bantuan
lapisan benda lain . mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat semua kalangan .
DAFTAR PUSTAKA
Arinasa dan ida Bagus Ketut dan I Nyoman peneng. Jenis jenis bambu di bali dan potensinya. Jakarta:
LIPI Press 2013
Arinasa, I.B.K. 2010. Bambo diversity and utilazion in Balines rituals at Angsri village, Bali, Indonesia.
Bambo Science and Cultur, The Journal of the American Bamboo Society.
Artiningsih, N.K.A 2012. Pemanfaatan Bambu Pada Kontruksi Bangunan Berdampak Positif Bagi Lingkungan.
Ejournal Undip.Ac. Id.
Departemen Kehutanan: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1992. Pedoma Budidaya Bambu.
Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Penghijauan Lahan.
Dransfield. S and E.A. Widjaja. 1995.Bamboos. Plant Resources of South-East-7 Prosea. Bogor. Dwiki
Hadi Santoso. Desa Adat Penglipuran dan Pewarisan nilai Moral dan Lokal, Jurnal Ilmiah dan Sosial Vol 1 No 1,
2015, hal. 5.
Hakiki. 2016. Identifikasi ddan Inventarisasi Bambu di Blok Pendidikan dan Penelitian Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman. Fakultas pertanian Universitas Lampung (skripsi)
Hanafi. H.R. B.Irawan. D.C. Pertiwi. Dan A. Litania. 2017. Pemanfaatan dan Pengelolaan bambu
berkelanjutan di Desa Cicegil. Cianjur. Jawa Barat sebagai upaya perwujudan Sustainable Development Goals
(SGDs).
Hartati Kapita dan Y.W. Kapilawi, Pemanfaatan TeknologiBammbu di Pemukiman Desa Adat Penglipuran
Bali. Seminar Nasional.
Jasni, R. Damayanti, dan R. Pari. 2017. Ketahanan Alami Jenis-jenis Bambu Yang Tumbuh di Indonesia
Terhadap Rayap Tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
Kasiati, E dan B.wibowo. 2010. Pilihan Bambu Sebagai Alternatif Pengganti Tulang Tarik pada Blok
Beton . Jurnal Aplikasi.
Mayasari, A. dan A. Suryawan. 2012. Keanekaragaman Jenis Bambu dan Pemanfaatannya di Taman
Nasional Alas Purwo. Keragaman Jenis Bambu 2(2) : 140.
Murtodo, A. dan D. Setyati. 2001. Inventarisai Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Subersari
Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Dasar.
Ni Ketut Arismayanti, “pelatihan pengemasan paket petasan produk wisata di desa penglipuran
kecamatan bangli kabupaten bangli”, STP Trisakti.
Ni Wayan eka yanti, “keanekaragaman hayati bambu (bambusa spp) di desa wisata penglipuran
kabupaten Bangli””, jurnal bakti saras wati. 2016.
Nugroho, A.M. 2013, Arsitektur Nusantara Kontemporer Di- Ujung Pandang. Sains Lingkungan Binaan.
Sastrapraja, S. Widyaja. E.A Prawiroatmodjo. S dan Soenarko. S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Lembaga
Biologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , Bogor.
Setiawan, B. 2010. Setrategi Pengembangan Usaha Kerajjinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeeleran
Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Junal Manajemen dan Organisasi.
Sri rulliyati sutardi dkk, , informasi sifat dasar dan kemungkinan ppengguna 10 jenis bambu.bogor: Ipb
preess,2015.
Sumanto, S.E. dan M. Takandjanji. 2016. Identifikasi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat : Upaya
Konservasi Konservasi Sumber Daya Genetik dan Sosial Budaya. Jurnal Buletin Plasma Nutfah.
Widjaja, E.A. 1999. Konservasi flora bambu Indonesia. Prosiding Seminar Nasioanl Konservasi Flora
Nusanatara. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Indonesia- LIPI. Tabanan.
Widjaja, E.A. I.P Astuti. I.B.K Ariansa dan I W. Sumantera, 2005. Identik Bambu di Bali. Cetakan
pertama. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LPI. Bogor.
Wonlele, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina
Ilmiah