Anda di halaman 1dari 12

KEANEKARAGAMAN BAMBU DI HUTAAN DESA ADAT PENGLIPURAN DAN POTENSINYA

Disusun untuk memenuhi laporan Studi Pengenalan Lapangan (SPL)

Dosen Pembimbing: Hj.Nura Fajria,Lc.M.Ag

Oleh

Miftah Badru Tamam

(2018080085)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN DI WONOSOBO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


PENGESAHAN LAPORAN

Nama : Miftah Badru Tamam

NIM : 2018080085

Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Tempat SPL : Desa Penglipuran Bali

Disetujui dan disahkan pada:

Kami berpendapat bahwa laporan tersebut telah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum sebagai syarat
memperoleh nilai STUDI PENGENALAN LAPANGAN.

Menyetujui,

An. Dekan

Kaprodi Ilmu Alquran dan Tafsir Pembimbing

Dr. M. Ali Mustofa kamal, AH,M.S.I Hj.Nura Fajria,Lc,M.Ag

NIlDN : 0620068204 NIDN: 0618058402


KEANEKARAGAMAN BAMBU DI HUTAN DESA ADAT PENGLIPURAN DAN POTENSINYA

Miftah Badru Tamam

Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Sains Al-Qur’an Di wonosobo

miftahtamam123456@gmail.com

ABSTRAK

Sejak awal Pemerintahan Kabupaten Bangli mengembangkan Desa Adat Penglipuran sebagai desa wisata, Hutan
Bambu Penglipuran Bangli juga mendapat tempat spesial. Terbukti dengan dibangunnya jalan yang memecah hutan
sebagai akses jalan menuju desa tetangga. Jalan yang sudah diaspal mulus juga menjadikan kenyamanan bagi
wisataan yang datang. Hutan bambu yang ada di Desa Penglipuran ini memiliki luas lahan 45 hektar. Selain
sebagai tanaman yang berguna untuk kegiatan masyarakat Desa Penglipuran sehari-hari, pohon-pohoon bambu ini
ternyata juga penopang dalam kegiatan pariwisata. Karena memang diperuntukan untuk kegiatan pariwisata, jalan
yang dipenuhi oleh daun bambu kering ini `sering dibersihkan sehingga tidak mengganggu wisatawan yang datang
berkunjung. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman bambu yang ada d Desa
Penglipuran, kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, untuk menentukan tingkat dominan bambu terlebih dahulu
menentukan jenis bambu dan nilai penting suatu jenis bambu. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena data
yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Hasil dari
penelitian ini, ada keanekaragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu dijumpai 8 jenis bambu yaitu Bambu
Ampel (bambusa vulgaris schrad. Ex Wendl), Bambu jajang Aya (gigantochloa, Aya Widjaja dan Astuti), Bambu
Jajang Taluh (gigantochloa taluh , Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Batu (gigantochloa ridley holtum), Bambu
Jajang Bali (gigantochloa spp, Kurz), Bambu Buluh (schizostachyum), Bambu siam (thrysostachys siamensis
gamble), Bambu Tamblang (schizostachyum brachycladum). Dari kedelapan jenis babu tersebut, Gigantochloa
apus (J.A. dan J.H Schultes) Kurz mendominasi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14,
dan dengan luas penutupan relatif 118,34 m2.

Kata kunci : Penglipuran, Bambu, `Jenis bambu.

ABSTRACT

Since the beginning the Bangli Regency Government developed the Penglipuran Indigenous Village as a tourist
village, Bangli Penglipuran Bamboo Forest also got a special place. Evidenced by the construction of roads that
break down the forest as access roads to neighboring villages. The smooth paved road also makes it comfortable
for tourists who come.The bamboo forest in Penglipuran Village has an area of around 75 hectares. Aside from
being a useful plant for the daily activities of the Penglipuran Village community, these bamboo trees also support
the tourism activities. Because it is intended for tourism activities, the road which is filled with dried bamboo
leaves is often cleaned so that it does not interfere with tourists who come to visit. Under this bamboo plant feels
fresh with a gentle breeze. This research is beginning to find out the bamboo diversity in Penglipuran Tourism
Village, District Bangli, Bangli Regency, to determine the level of dominance bamboo, then by first determining the
relative density, relative frequency, relative closure area, and the importance of a type of bamboo. The research is
descriptive research because the data is collected and analyzed is obtained from a reasonable situation of the
phenomenon in question. Results from this study, there is diversity in the Tourism Village bamboo Penglipuran are
found 8 species of bamboo that Tali bamboo, Jajang Bali bamboo, Jajang Stone bamboo, reed bamboo, Yellow
bamboo, Tamblangbamboo, Aya bamboo and Siam bamboo. Of the eight species of bamboo, Gigantochloa lear (JA
& JH Schultes) Kurz dominance density levels relative to the number 621, the relative frequency of 14, and with a
relative closure wide area 118.34 m2.

Keywords : Penglipuran, bamboo, species bamboo


PENDAHULUAN
Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di indonesia dengan karakteristik tanah yang tergolong
subur serta iklim yang mendukung, sehingga banyak tanaman yang tumbuh dengan baik. Salah satu tanaman
tersebut adalah bambu (bambusa spp) yang banyak tumbuh di plosok-plosok pulau Bali, bahkan tumbuhnya secara
liar.1 Hutan bambu yang berada di Desa Adat Penglipuran ini sangat dijaga kelestariannya, karena selain untuk
mewarisi sumber daya alam secara turun-temurun, masyarakat Desa Adat Penglipuran juga memanfaatkan
kegunaan bambu dari hutan bambu sebagai keperluan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
konservasi hutan bambu di Desa Adat Penglipuran tetap dilakukan sampai sekarang. Menurut IPB (1993), Bali
mempunyai kebun bambu seluas 12.681,77 hektar yang dapat menghasilkan 11.412.9900 batang bambu.
Kekurangan bambu sekitar 1.949.315 batang per bulan tidak mudah diatasi tanpa mengimpor dari pulau lain.
Kebutuhan sebanyak itu tidak dapat dipenuhi oleh produksi lokal sehingga bambu banyak didatangkan dari luar
Bali utamanya dari Jawa dan Nusa Tenggara Barat.2 Bambu di Indonesia banyak ditemukan di daerah pegunungan
yang berada di pedesaan maupun di kawasan hutan.3 Daerah pedesaan merupakan daerah tumbuhnya bambu,
karena kelnturannya da tanggap terhadap alam serta bersifat ringan bambu dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.4
Desa Penglipuran termasuk dalam kategori wilayah sejuk dan memiliki cadangan air dalam jumlah cukup
besar sehingga Pemerintah memberikan khusus kepada masyarakat adat yang ada di Desa Penglipuran untuk
mengelola desa adatnya.5 Desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu yang memberikan udara pedesaan yang
sejuk dan segar dengan bunyi gesekan pohon bambu yang unik bila bersentuhan satu sama lain di saat angin
berhembus. Ada berbagai jenis bambu yang terdapat di hutan Desa Penglipuran, seperti Bambu Ampel (bambusa
vulgaris schrad. Ex Wendl), Bambu jajang Aya (gigantochloa, Aya Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Taluh
(gigantochloa taluh , Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Batu (gigantochloa ridley holtum), Bambu Jajang Bali
(gigantochloa spp, Kurz), Bambu Buluh (schizostachyum), Bambu siam (thrysostachys siamensis gamble), Bambu
Tamblang (schizostachyum brachycladum). Hutan ini di miliki oleh Desa Penglipuran dan sebagian penduduk
dengan luas 45 hektar yang memiliki fungsi ekonomis, ekologis, dan konservasi. Jika dilihat dari fungsi ekonomis
bambu tersebut dapat dipakai untuk membangun rumah, kerajinan tangan, dan keperluan upaca adat. Disamping itu
hutan bambu ini juga memiliki fungsi ekologis dan konservasi dimana hutan bambu tersebut sebagai penyerap air
disaat hujan dan penyedia air bersih di musin kemarau bagi desa yang berada dibawahnya.6
Kebanyakan jenis bambu ditanam di pinggir sungai, ladang, perbatasan tanah milik dan lain-lain ada pula
yang tumbuh liar di hutan –hutan.7 Di Bali, bambu kebanyakan ditanam di atas tanah milik masyarakat yang
kurang produktif/ lahan marjinal, tebing, pinggir sungai, perbatasan hak milik dan teba (halaman belakang rumah).8
Bambu dari Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu bambu terbaik yang terdapat di Bali. Masyarakat
Penglipuran memercayai bahwa hutan tersebut tidak tumbuh sendiri melainkan di tanam oleh pendahulu mereka.
Oleh sebab itu bambu di anggap simbol akar sejarah mereka.9 Warga adat di Desa Penglipuran menjadikan bambu
sebagi penghasilan warga dengan cara menjual bambu dan di anyam menjadi bahan kerajinan. Apabila ada upacara
keagamaan seperti Galungan dan lain-lain warga di luar Penglipuran masih mendatangkan bambu dari daerah lain
sedangkan warga yang ada di desa Penglipuran sudah tersedia.10 Fungsi bambu di Bali sangatlah luas, dimulai sejak
manusia dilahirkan hingga manusia menemui ajalnya , bambu selalu dibutuhkan.11
Pertumbuhan teknologi saat ini telah menuntut hampir semua orang orang untuk hidup serba instan
sehingga pola fikir orang pun juga serba instan dalam ini dapat lihat pada teknologi material dan bahan bangunan
maupun kontruksi yag dipakai saat ini, salah satu teknologi yang sering diabaikan oarang adal teknologi bambu.

1
Ni Wayan ekayanti, “keanekaragaman hayati bambu (bambusa spp) di desa wisata penglipuran kannupaten
bamgli””, jurnal bakti saras wati. Vol 05 No.02, September 2016.
2
Arinasa dan ida Bagus Ketut dan I Nyoman peneng. Jenis jenis bambu di bali dan potensinya. Jakarta: LIPI Press
2013
3
Sastrapraja, S. Widyaja. E.A Prawiroatmodjo. S dan Soenarko. S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Lembaga Biologi
Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , Bogor.
4
Artiningsih, N.K.A 2012. Pemanfaatan Bambu Pada Kontruksi Bangunan Berdampak Positif Bagi Lingkungan.
Ejournal Undip.Ac. Id.
5
Nugroho, A.M. 2013, Arsitektur Nusantara Kontemporer Di- Ujung Pandang. Sains Lingkungan Binaan.
6
Ni Ketut Arismayanti, “pelatihan pengemasan paket petasan produk wisata di desa penglipuran kecamatan bangli
kabupaten bangli”, STP Trisakti. Vol. 20 No. 2, 2012, hal. 8.
7
Dransfield. S and E.A. Widjaja. 1995.Bamboos. Plant Resources of South-East-7 Prosea. Bogor.
8
Widjaja, E.A. 1999. Konservasi flora bambu Indonesia. Prosiding Seminar Nasioanl Konservasi Flora Nusanatara.
UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Indonesia- LIPI. Tabanan.
9
http://www.researchgate.net/publication/264241200-The Sacred Ecologi of Penglipuran:Atraditional bamboo vilage
on Bali
10
Hartati Kapita dan Y.W. Kapilawi, Pemanfaatan TeknologiBammbu di Pemukiman Desa Adat Penglipuran Bali.
Seminar Nasional.
11
Arinasa, I.B.K. 2010. Bambo diversity and utilazion in Balines rituals at Angsri village, Bali, Indonesia. Bambo
Science and Cultur, The Journal of the American Bamboo Society 23(1)::29-7
Bambu tetap bisa di manfaatkan oleh masyarakat Penglipuran sebagai alternatif bahan bangunan yang
berkelanjutan maka perlu jaga kelestariannya, karena bambu merupakan suatu tanaman yang mempunyai banyak
fugsi salah satunya adalah sebagai bahan material bangunan karena kelenturannya dan mudah di manfaatkan.12
Tidak semua bambu dilestarikan, dalam kehidupan sehari-hari, manfaat bambu sangat banyak mulai dari
akar hingga daun, misalnya bambu banyak dipakai untuk bahan kerajinan, anyaman, alat musik, nahan bangunan
dan upacara adat dan agama contohnya pada setiap upacara Panca Yadnya selalu menggunakan bambu. Kadang-
kadang jenis bambunyapun khusus dalam upacara tersebut. 13
Untuk mempertahankan populasi bambu di Desa Wisata Penglipuran agar tetap lestari dan terjaga sampai
turun-temurun, maka Desa Wisata Penglipuran turut serta dalam pelestariannya, dengan cara memberikan
pelindungan serta dubuatkan awig-awig (aturan-aturan) supaya masyarakat setempat tetap menjaga dan
melestarikan bambu tersebut. Salah satu contoh pelestarian bambu di Desa Wisata Penglipuran yaitu tetap
menggunakan bambu sebagai atap (sirat) pada angkul-angkul (pintu gerbang khas Bali), disamping untuk
keindahan juga sebagai ciri khas Desa Wisata Penglipuran itu sendiri, selain itu di Desa Wisata Penglipuran tidak
boleh menebang bambu secara sembarangan terutama padahari Kajeng Manis.14
Tulisan ini menyajikan informasi pertelaan diagnostik , keanekaragaman spesies bambu serta potensinya
yang ada di Desa Adat Penglipuran, sebagai pelengkap tulisan-tulisan yang telah ada sebelumnya. Semoga apa
yang disajikan dalam tulisan ini dapat bermannfaat bagi para pelaku industri, masyarakat pengguna, lembaga
penelitian maupun pihak penentu kebijakan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena data yang di kumpulkan dan dianalisis
diperoleh dari situasi yang wajar dari fenomena yang bersangkutan. Dlam penelitian ini membahas potensi bambu
dan menggunakan ulangan dengan subyek 10 plot yang diletakan menurut metode transek (garis) . Untuk
menentukan jarak antar plot berdasarkan topografi hutam bambu di Desa Wisata Penglipuran seluas 45 hektar (300
x 1.500 m) untuk memudahkan dalam pengambilan sampel di gunakan jarak yang terpendek yaitu 300 m sehingga
jarak antara plot satu dengan plot dua dan seterusnya yaitu berjarak 50 m. analisis data dalam penelitian ini
digunakan analisis vegetasi dan akan mengalami beberapa tahap yaitu : Pertelaan diagnostik bambu dan penentuan
indeks keaneka ragaman jenis dan Data frekuensi relatif bambu. 15

HASIL PEMBAHASAN
1. Jenis Bambu
Bambu adalah tanaman yang termasuk famili Poaceae yang merupakan famili dari rumput. Bambu
merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak tumbuh di kebun masyarakat pedesaan..16 Di wilayah
Indonesia diperkirakan terdapat 157 jenis bammbu, jumlah jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri dari 1.250.-
1.350 jenis. Bambu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Jenis tertentu dari bambu bahkan dapat tumbuh 5
cm per jam atau 120cm per hari. 17

Kingdom : Plantea
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceace
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa spp

12
Sri rulliyati sutardi dkk, , informasi sifat dasar dan kemungkinan ppengguna 10 jenis bambu.bogor: Ipb
preess,2015.
13
Widjaja, E.A. I.P Astuti. I.B.K Ariansa dan I W. Sumantera, 2005. Identik Bambu di Bali. Cetakan pertama. Bidang
Botani, Pusat Penelitian Biologi-LPI. Bogor.
14
Ibid. 43
15
Kajeng, Press.com 2006
16
Murtodo, A. dan D. Setyati. 201. Inventarisai Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Subersari Kabupaten
Jember. Jurnal Ilmu Dasar 15(2): 112.
17
Hakiki. 2016. Identifikasi dan Inventarisasi Bambu di Blok Pendidikan dan Penelitian Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman. Fakultas pertanian Universitas Lampung (skripsi)
Hasil dari penelitian yang dilakukan di Desa Penglipuran , Kabupaten Bangli diperoleh hasil delapan jenis
bambu yang akan diuraikan . Pada tabel 1 berikut ini akan diuraikan pertelaan diagnostik bambu yang terdapat di
Desa Wisata Penglipuran. Pertelaan diagnostik ini di urut dari yang umum sampai yang khusus. Urutan tersebut
meliputi: akar, rebung, buluh, pelapah buluh, percabangan, helai daun.

Tabel 1. Pertelaan Diagnostik Bambu

No. Nama Bambu Pertelaan Diagnostik


1 Gigantochloa apus Nama Daerah : bambu Tali/Tiing Tali
(J.A.dan J.H Schultes) Akar : Simpodial/pakimorf, rapat dan tegak lurus. Rebung : Hijau tertutup bulu
Kurz coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m-22m, dengan diameter
4-15 cm. Pelapah Buluh : tidah mudah luruh, tertutup buluh hitam dan coklat.
Percabangan : 1,5 m dipermukaan tanah, terdiri atas 5-11 cabang, satu cabang
lateral lebih besar dari pada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset
dengan ukuran 13-4 cm x 2- cm, berwarna hijau tua, permukaan bawah daun
agak berbulu.
2 Gigantochloa Ridleyi Nama Daerah : bambu Jajjang Batu/Tiing Batu
Holtum Akar : Simpodial/pakimorf, padat dan tegak lurus. Rebung : hijau keabu-abuan.
Buluh : mencapai tinggi antara 16 m dengan diameter 10 cm buluh-buluh
berwarna hijau. Pelepah Buluh : tidah mudah luruh, tertutup oleh bulu coklat
tua melekat. Percabangan : tumbuh pada bagian tengah keatas. Helai daun :
berbentuk lanset dengan ukuran 40 cm x 6 cm, berwarna hijau tua, permukaan
bawah daun gundul.
3 Gigantocloa spp Nama Daerah : bambu Jajang Bali/Tiing Jajang Bali.
Kurz Akar : Simpodial/pakimorf, rapat dan tegak lurus, Rebung : hijau tertutup bulu
coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 17 m -20 m, dengan diameter
6-8 cm. Pelapah Buluh : tidak mudah luruh, tertutup bulu coklat yang tersebar
di bagian punggungnya. Percabangan : tumbuh pada bagian tengah keatas, satu
cabang lateral lebih besar daripada cabang lainnya. Helai duan : berbentuk
lanset dengan ukuran 10-37 cm, x 2-6 cm, berwarna hijau tua, permukaan
bawah daunnya agak berbulu.
4 Schizostachyum Nama Daerah : bambu Buluh/Tiing Wuluh
silicatum Widjaja Akar : Simpodial/pakimorf, padat. Rebung : hujau tertutup bulu putih sampai
coklat. Buluh :mencapai tinggi antara 7 m – 14 , dengan diameter 2-5 cm.
Pelepah Buluh : menempel, tidak mudah luruh, tertutup buluh putih sampai
coklat. Percabangan : 1,5 cm dari permukaan tanah, cabang sama besar. Helai
daun : berbentuk lanset dengan ukuran 17-25 m x 2-6 cm, berwarna hijau tua,
permukaan bawah daun berbulu.
5 Gigantochloa aya Nama Daerah : bambu Aya/Tiing Aya
Widjaja dan Astuti Akar : simpodial/pakimorf, rapat dan tegak luas. Rebung : hujau dengan bulu
coklat hingga hitam melekat. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m- 22 m,
dengan diameter: 8-15 cm. Pelapah Buluh : melekat, tidak mudah luruh,
tertutup buluh hitam atau coklat. Percabangan : 1,5 cm dari permukaan tanah,
terdiri atas 5-11 cabang, satu cabang lateral lebih besar dari pada cabang
lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 21-35 cm x 3-6 cm,
berwarna hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu.
6 Thrysostachys siamensis Nama Daerah : bambu Siam
Gamble Akar : simpodial/pakimorf, padat dan tegak. Rebung : hijau pucat sampai
keunguan, gundul tidak berbulu. Buluh : mencapai tinggi 8 m, dengan diameter
: 3-5 cm. Pelapah Buluh : tidak mudah luruh, tertutup bulu putih. Percabangan
: terletak jauh dipermukaan tanah, satu cabang lebih besar daripada cabang
lainnya. Helai daun : berbentuk memita dengan ukuran 7-14 cm x 0,5-1 cm,
berwara hijau keputihan, permukaan bawah daun agak berbulu.
7 Bambusa Vulgaris Nama Daerah : bambu kuning/Tiing kuning
Var. Striata ex Wendl Akar : simpodial/pakimorf, tidak terlalu rapat dan tumbuh tegak. Rebung :
kuning tertutup bulu coklat dan hitam. Buluh : mencapai tinggi antara 20 m,
dengan diameter 5-12 cm. Pelapahh Buluh : mudah luruh, tertutup bulu hitam
atau coklat. Percabangan : 1,5 m dari permukaan tanah satu cabang lebih besar
daripada cabang lainnya. Helai daun : berbentuk lanset dengan ukuran 9-30 cm
x 1-4 cm, berwana hijau tua, permukaan bawah daun agak berbulu.

8 Schizostachyum Nama Daerah : bambu Tamblang/Tiing Tamblang


brachycladum Kurz Akar : simpodial/pakimorf, padat dan tegak, Rebung : hijau tertutup bulu
coklat hingga kuning orange. Buluh : mencapai tinggi antara 15 m, dengan
diameter 8-10 cm. Pelapah Buluh : tertutup bulu coklat, tidak mudah luruh.
Percabangan : terdapat diatas tanah 1-5 m. Helai daun : berbentuk lanset
dengan ukuran 20-35 cm x 4-7 cm berwarna hijau tua, permukaan bawah daun
berbulu.

Keaneka ragaman dan kegunaan bambu yang terdapat di Desa Wisata Penglipuran dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini. 18

Tabel 2. Keanekaragaman Bambu di Desa Penglipuran

No Jenis Bambu jumlah Kegunaan habitus


Nama latin Nama daerah
1 Gigantochloa apus Bambu Tali 621 Anyaman, industri, mebel bambu, Pohon
(J.A.dan J.H Schultes) bahan bangunan
Kurz
2 Gigantocloa spp Bambu Jajang 87 Anyaman Pohon
Kurz Bai
3 Gigantochloa Ridleyi Bambu Jajang 66 Belum diketahui (belum banyak Pohon
Holtum Batu dimanfaatkan)
4 Gigantochloa aya Bambu Aya 86 Semat (Penniti bambu) Pohon
Widjaja dan Astuti
5 Schizostachyum Bambu Buluh 21 Alat musik (suling) Pohon
silicatum Widjaja
6 Schizostachyum Bambu Tablang 3 Anyaman Pohon
brachycladum Kurz
7 Bambusa Vulgaris Bambu Kuning 5 Tanaman hias, pagar Pohon
Var. Striata ex Wendl
8 Thrysostachys Bambu siam 111 Tanaman hias Pohon
siamensis Gamble
Data penelitian frekuensi relatif bambu yang tumbuh di hutan kawasan Desa Wisata Penglipuran. Data frekuensi
relatif bambu disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

No Jenis Bambu Lokasi/Plot (m2) Jumlah


Nama Lain Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daerah
1 Gigantochloa Bambu Tali √ √ √ √ √ √ − √ √ √ 14
apus
(J.A.dan J.H
Schultes) Kurz
2 Gigantocloa Bambu √ − − √ − − − − − √ 3
spp Jajang Bali
Kurz
3 Gigantochloa Bambu √ √ − √ √ √ − − − √ 6
Ridleyi Jajang Batu
Holtum
4 Gigantochloa Bambu Aya _ _ _ _ _ _ √ _ _ _ 1
aya
Widjaja dan
Astuti
5 Schizostachyu Bambu _ _ _ √ _ √ _ _ _ √ 3
m silicatum Buluh

18
Ibid.136
Widjaja
6 Schizostachyu Bambu _ _ _ √ _ √ _ _ √ _ 3
m Tamblang
brachycladum
Kurz
7 Bambusa Bambu _ _ _ _ _ _ _ _ √ _ 1
Vulgaris Kuning
Var. Striata ex
Wendl
8 Thrysostachys Bambu Siam _ _ _ _ _ _ _ _ √ _ 1
siamensis
Gamble

Gambar 1. Rumpun Bambu Tali Gambar 2. Rebung Bambu Tali Gambar 3. Daun Bambu
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) ( Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)

Gambar 4. Bambu kuning Gambar 5. Bambu Jajang Aya Gambar 6. Bambu Jajang Bali
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)

Gambar 7. Bambu Tamblang Gambar 8 : Rumpun Jajang


(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)
Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh. Adapun faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan syarat tumbuh bambu yaitu : 1. Tanah dengan pH 5,6-5 2. Ketinggian tempat 0-
200 mdpl. 3. Suhu 8,8-36 C, curah hujan tahunan minimal 1.020 mm, sedangkan kelembaban 80% .19 Bambu juga
memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan sebagai pengganti tulang baja tarik, antara lain batangnya kuat,
ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan, sehingga mudah
diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan
di sekitar pemukiman pedesaan. Selain itu kelebihan bambu untuk membangun rumah adalah dari bencana gempa
karena mempunyai struktur yang elastis dan juga bisa dibentuk dengan berbagai motif anyaman atau pola sesuai
keindahan arsitektur yang akan di buat.20
Walaupun berpotensi digunakan sebagai material bangunan, bambu juga memiliki kelemahan seperti
mudah terbakar, rentan serangan rayap, dan berlubang. Dengan menggunakan bambu sebagai tulang beton, selain
dapat mengurangi biaya bangunan dan memakai material yang ramah lingkungan juga dengan bambu yang tercover
oleh lapisan beton maka akan mengurangi salah satau kekurangan bambu yang mudah terbakar. 21 Sebagai bahan
berlignoselulosa yang dapat digunakan untuk material produk sebaguna, bambu juga mempunyai kelemahan
sebagai bahan baku karena tingkat keawetan yang rendah sehingga rentan terhadap organisme perusak seperti rayap
dan bubuk kayu kering, dimana ketahana alami setiap jenis bambu berbeda terhadap organisme perusak yang
berbeda seperti jamur maupun serangga. Selain kayu, bambu juga dan produk-produk dari bambu juga banyk
diserang baik oleh rayap tanah maupun rayap kayu kering . 22

2. Potensi dan Pemanfaatan Bambu


Potensi dapat dimanfaatkan tidak hanya dalam kehidupan lokal namun juga dapat dikembangkan hingga
lingkup Internasional. Pada bidang ekologis, sudah jelas bambu sangat bermanfaat karena jenis-jenisnya yang
beragam dapat menambah kekayaan sumber daya hayati.23 Sementara peningkatan pendapatan dan kualitas sumber
daya manusia, secara perlahan menggeser tingkat selera masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan. Pola-pola
pergeseran tersebut berada pada posisi yang positif dan menguntungkan bagi eksistensi kawasan dan hasil hutan
atau justru sebaliknya berpengarush negatif.24
Manfaat bambu bagi masyarakat antara lain sebagai kontruksi ringan, sebagai bahan mebel dan kerajinan,
sebagai papan komposit (papan lamina, papan partikel dan papan serat), sebagai bahan baku pembuatan kertas dan
lain-lain.25. Pada pemanfaatan bambu masyarakat tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengambil bambu
yang sudah dapat dimanfaatkan karena bambu memiliki pertumbuhan yang sangat cepat.26
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan yang tidak bisa
ditinggalkan, misalnya upacara adat, upacara perkawinan, hajatan keluarga bahkan bahan baku menjadi alat musik
khas komunitas tertentu. Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah, daur, dan kerajinan,
bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu,
maupun industri kertas yang sudah modern. Hal ini dikarenakan harga perolehan bambu juga relatif murah
dibandingan dengan bahan bangunan lainnya karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan.27
Nilai ekonomis yang ada di Desa Penglipuran diantaranya yaitu masyarakat bermata pencaharian sebagai
pedagang souvenirs dari bambu , di setiap rumah masyarakat membuka kios kecil yang menjual souvenirs dan
cinderamata , walaupun penghasilan yang didapatkan tidak terlalu terlalu banyak. 28

19
Departemen Kehutanan: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 19992. Pedoma Budidaya Bambu. Jakarta:
Direktorat Reboisasi dan Penghijauan Lahan.
20
Kasiati, E dan B.wibowo. 2010. Pilihan Bambu Sebagai Alternatif Pengganti Tulang Tarik pada Blok Beton .
Jurnal Aplikasi 8 (1) :9.
21
Wonlele, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina Ilmiah 7(8):
24.
22
Ibid. 290-291.
23
Hanafi. H.R. B.Irawan. D.C. Pertiwi. Dan A. Litania. 2017. Pemanfaatan dan Pengelolaan bambu berkelanjutan di
Desa Cicegil. Cianjur. Jawa Barat sebagai upaya perwujudan Sustainable Development Goals (SGDs).3(2): 231
24
Sumanto, S.E. dan M. Takandjanji. 2016. Identifikasi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat : Upaya
Konservasi Konservasi Sumber Daya Genetik dan Sosial Budaya. Jurnal Buletin Plasma Nutfah 20 (1): 27-28
25
Wulandari, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina Ilmiah 78)
: 24
26
Mayasari, A. dan A. Suryawan. 2012. Keanekaragaman Jenis Bambu dan Pemanfaatannya di Taman Nasional Alas
Purwo. Keragaman Jenis Bambu 2(2) : 140.
27
Setiawan, B. 2010. Setrategi Pengembangan Usaha Kerajjinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeeleran Sukahati
Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Junal Manajemen dan Organisasi 1((2): 136.
28
Dwiki Hadi Santoso. Desa Adat Penglipuran dan Pewarisan nilai Moral dan Lokal, Jurnal Ilmiah dan Sosial Vol 1
No 1, 2015, hal. 5.
Gambar 9. Gedeg berbahan baku jajang aya Gambar 10. Atap berbahan baku jajang aya
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)

Gambar 11. Rumah Tradisional Gambar 12. Sokasi Gambar 13. Keranjang
dari Jajang Taluh
(Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id) (Sumber : ebook3d.bit.lipi.go.id)

KESIMPULAN

Hutan bambu yang tumbuh di Desa Adat Penglipuran mempunyai luas sebesar 37.7 hektar (sebelumnya 45
hektar) dan terdiri dari 8 spesies bambu yang seluruhnya berstatus milik desa. Sebagian dari hutan tersebut dikelola
langsung dibawah Adat Desa sebagai Laba Pura (diperuntukan untuk pemeliharaan bangunan pura) sedangkan
sebagian dikelola oleh beberapa penduduk dengan status hak pakai.

Ada berbagai jenis bambu yang terdapat di hutan, seperti Bambu Ampel (bambusa vulgaris schrad. Ex
Wendl), Bambu jajang Aya (gigantochloa, Aya Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Taluh (gigantochloa taluh ,
Widjaja dan Astuti), Bambu Jajang Batu (gigantochloa ridley holtum), Bambu Jajang Bali (gigantochloa spp,
Kurz), Bambu Buluh (schizostachyum), Bambu siam (thrysostachys siamensis gamble), Bambu Tamblang
(schizostachyum brachycladum).

Keaneka ragaman bambu di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli ada 8 jenis
bambu, yaitu Bammbu Tali, Bambu Buluh, Bambu kuning, Bambu Tamblang, Bambu Aya, dan Bambu Siam.
Indeks keaneka ragaman bambu ini tergolong sedang. Dari kedelapan jenis bambu tersebut, Gigantochloa (J.A dan
J.H Schlutes) Kurz mendominasi tingkat kerapatan relatif dengan jumlah 621, frekuensi relatif 14, dan dengan luas
penuntupan relatif seluas 118,34 m2 . Saran untuk penelitian ini adalah agar dilakukan penelitian lanjut untuk
mengetahui fungsi hutan bambu danjenis bambu yang mungkin ada di Desa Wisata Penglipuran yang belum
teridentifikasi.

Potensi dan manfaat dari ke-8 jenis bambu tersebut sendiri seputar kebutuhan masyarakat Desa Wisata
Penglipuran diantaranya anyaman, upacara adat , sebagai atap rumah dan masih banyak yang lainnya. Ditinjau dari
kelemahan dan kekuatannya bambu mempunya kelmahan tidak kuat di pakai sangat lama , karena dimakan rayap
tanah, sedangka kekuatan penggunaan bambu sebagai atap rumah, bisa di gunakan cukup lama dengan bantuan
lapisan benda lain . mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat semua kalangan .
DAFTAR PUSTAKA

Arinasa dan ida Bagus Ketut dan I Nyoman peneng. Jenis jenis bambu di bali dan potensinya. Jakarta:
LIPI Press 2013
Arinasa, I.B.K. 2010. Bambo diversity and utilazion in Balines rituals at Angsri village, Bali, Indonesia.
Bambo Science and Cultur, The Journal of the American Bamboo Society.
Artiningsih, N.K.A 2012. Pemanfaatan Bambu Pada Kontruksi Bangunan Berdampak Positif Bagi Lingkungan.
Ejournal Undip.Ac. Id.
Departemen Kehutanan: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1992. Pedoma Budidaya Bambu.
Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Penghijauan Lahan.
Dransfield. S and E.A. Widjaja. 1995.Bamboos. Plant Resources of South-East-7 Prosea. Bogor. Dwiki
Hadi Santoso. Desa Adat Penglipuran dan Pewarisan nilai Moral dan Lokal, Jurnal Ilmiah dan Sosial Vol 1 No 1,
2015, hal. 5.
Hakiki. 2016. Identifikasi ddan Inventarisasi Bambu di Blok Pendidikan dan Penelitian Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman. Fakultas pertanian Universitas Lampung (skripsi)
Hanafi. H.R. B.Irawan. D.C. Pertiwi. Dan A. Litania. 2017. Pemanfaatan dan Pengelolaan bambu
berkelanjutan di Desa Cicegil. Cianjur. Jawa Barat sebagai upaya perwujudan Sustainable Development Goals
(SGDs).
Hartati Kapita dan Y.W. Kapilawi, Pemanfaatan TeknologiBammbu di Pemukiman Desa Adat Penglipuran
Bali. Seminar Nasional.
Jasni, R. Damayanti, dan R. Pari. 2017. Ketahanan Alami Jenis-jenis Bambu Yang Tumbuh di Indonesia
Terhadap Rayap Tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
Kasiati, E dan B.wibowo. 2010. Pilihan Bambu Sebagai Alternatif Pengganti Tulang Tarik pada Blok
Beton . Jurnal Aplikasi.
Mayasari, A. dan A. Suryawan. 2012. Keanekaragaman Jenis Bambu dan Pemanfaatannya di Taman
Nasional Alas Purwo. Keragaman Jenis Bambu 2(2) : 140.
Murtodo, A. dan D. Setyati. 2001. Inventarisai Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Subersari
Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Dasar.
Ni Ketut Arismayanti, “pelatihan pengemasan paket petasan produk wisata di desa penglipuran
kecamatan bangli kabupaten bangli”, STP Trisakti.
Ni Wayan eka yanti, “keanekaragaman hayati bambu (bambusa spp) di desa wisata penglipuran
kabupaten Bangli””, jurnal bakti saras wati. 2016.
Nugroho, A.M. 2013, Arsitektur Nusantara Kontemporer Di- Ujung Pandang. Sains Lingkungan Binaan.
Sastrapraja, S. Widyaja. E.A Prawiroatmodjo. S dan Soenarko. S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Lembaga
Biologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , Bogor.
Setiawan, B. 2010. Setrategi Pengembangan Usaha Kerajjinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeeleran
Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Junal Manajemen dan Organisasi.
Sri rulliyati sutardi dkk, , informasi sifat dasar dan kemungkinan ppengguna 10 jenis bambu.bogor: Ipb
preess,2015.
Sumanto, S.E. dan M. Takandjanji. 2016. Identifikasi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat : Upaya
Konservasi Konservasi Sumber Daya Genetik dan Sosial Budaya. Jurnal Buletin Plasma Nutfah.
Widjaja, E.A. 1999. Konservasi flora bambu Indonesia. Prosiding Seminar Nasioanl Konservasi Flora
Nusanatara. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Indonesia- LIPI. Tabanan.
Widjaja, E.A. I.P Astuti. I.B.K Ariansa dan I W. Sumantera, 2005. Identik Bambu di Bali. Cetakan
pertama. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LPI. Bogor.
Wonlele, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di Kabupaten Sumbawa Barat. Media Bina
Ilmiah

Sumber dari internet


http://www.researchgate.net/publication/264241200-The Sacred Ecologi of Penglipuran: Atraditional
bamboo vilage on Bali.
Kajeng, Press.com. 2006.

Anda mungkin juga menyukai