Anda di halaman 1dari 6

Lampiran: kongres nasional fisioterapi indonesia xii

nomor : 03 / tap / KONAS XII / V / 2016

KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA

MUKADIMAH
Sejarah panjang peradapan manusia yang diawali dengan keraguan hubungan kepercayaan antara dua
insan yaitu sang pengobat dengan penderita, akhirnya melahirkan konsep profesi. Manusia sebagai
penderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan terutama adanya gangguan gerak dan
fungsi agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjalankan
kehidupannya, memercayakan bula-bulat dirinya, khususnya kelangsungan kehidupan, penderitaan,
ketergantungan dan kerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramat besar ini
sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang
pengobat sebagai profesi. Kepercayaan penderita atau pasien akhirnya di balas dengan pernyataan
sumpah atau janji profesi yang diucapkan di depan publik, dan inilah makna profesi.
Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh
organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin.
Perumusan norma etika berdasarkan ajaran filsafat tentang relasi pengobat-pasien mengedepankan
nilai-nilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa fisioterapi
dalam keberlangsungan profesi di era global.
dalam norma profesi.
Norma etika praktik fisioterapi yang dibakukan berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman fisioterapis
dalam bersikap, bertindak dan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan
dijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkali mendahului kebebasan
profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalam lapangan
pendidikan dan penelitian dan kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya.
Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis
maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidah
dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan (non malecence),
menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil ( justice).
Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun
perilaku sehari-hari setiap fisioterapis sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika
fisioterapi yang dilandaskan pada moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran “serba
baik” dari manusia penyandangnya. Para fisioterapis Indonesia selayaknya menjadi model panutan
bagi masyarakatnya.
Fisioterapis Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasar manusia baik dan bijaksana,
yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan
kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cinta
Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun
fisioterapisnya, akan menjadi cahaya penerang peradaban budaya profesi di tanah air tercinta
Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan
mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu fisioterapi sebagaimana dimaksud di atas, kami para
fisioterapis Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, membakukan dan
membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik
Fisioterapi Indonesia , yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :

Pasal 1
SETIAP FISIOTERAPIS WAJIB MENJUNJUNG TINGGI, MENGHAYATI DAN
MENGAMALKAN SUMPAH DAN ATAU JANJI PROFESI FISIOTERAPI.
1 | i fi s l e m a n
NASKAH SUMPAH PROFESI FISIOTERAPI INDONESIA
Demi Allah / Demi Tuhan , saya bersumpah :
(1) Sebagai tenaga Fisioterapi menjujung tinggi martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang memiliki hak-haknya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang
setinggi-tingginya.
(2) Sebagai tenaga Fisioterapi menerima kepercayaan dari pasien/klien dan melayaninya dengan
segenap kemampuan, tulus ikhlas demi kebaikan mereka.
(3) Sebagai tenaga Fisioterapi menjalankan profesi dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan
etika dan standar profesi kepada mereka yang membutuhkannya.
(4) Sebagai tenaga Fisioterapi senantiasa menjunjung tinggi martabat profesi.

Pasal 2
FISIOTERAPIS MENGHORMATI HAK-HAK DAN MARTABAT INDIVIDU
Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional. Hubungan
yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien/klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak
masing-masing.
(1). Hak pasien/klien
a. Mendapatkan Layanan fisioterapi yang terbaik dan aman
b. Mendapatkan perlindungan kerahasiaan
c. Mendapatkan privasi dan martabatnya
d. Mendapatkan informasi yang akurat
e. Mendapatkan pendidikan kesehatan
f. Dapat menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi
g. Memilih fisioterapis dalam pelayanan.
h. Dapat meminta berhenti untuk tidak melanjutkan pelayanan Fisioterapi.
i. Dapat terhidar dari pelayanan diskriminatif

(2). Hak-hak fisioterapis


a. Fisloterapis berhak atas kemandirian profesi dan otonomi
b. Fisloterapis berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasi dan kompetensi
serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela din terhadap gugatan
sesuai keadaan.
c. Fistoterapis berhak untuk bekerjasama dengan teman sejawat
d. Fisioterapis berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara, yang
terbaik bagi paslen/klien
e. Fisioterapis berhak atas jasa yang layak clan pelayanan profesionaInya.
f. Fisioterapi berhak menuntut/melibatkan kerjasama pasien/klien tingkat pertanggungjawaban dan
disiplin agar pengobatan berlanjut sesuai program yang telah disepakati.

Pasal 3
TIDAK BERSIKAP DISKRIMINATIF DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA
SIAPAPUN YANG MEMBUTUHKAN
Semua orang yang mencari jasa pelayanan fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan
tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi
seksual, kecacatan, status kesehatan atau politik.

2 | i fi s l e m a n
(1) Fisioterapis mempunyal kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang
membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, politik
dan status sosial ekonomi.
(2) Fisioterapis harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipillh bagi
individu dan masyarakat
(3) Fisioterapis dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/kllen dalam memberl
pelayanan
(4) Fisioterapis berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan

Pasal 4
MEMBERIKAN PELAYANAN PROFESIONAL DENGAN JUJUR, BERKOMPETEN
SERTA TANGGUNG JAWAB
(1) Fisioterapis mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan
memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat.
(2) Fisioterapis dimanapun berada hendaknya selalu meningkatkan kuafitas kehidupan masyarakat
dilingkungannya.
(3) Fisioterapis harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan
alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang aman dan berkualitas sesuai dengan tuntutan
kebutuhan individu, masyarakat, kolega dan profesi lain.
(4) Fisioterapis hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat
meningkatkan mutu pelayanan.
(5) Fisioterapis harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan'kode etik profesi
(6) Fisioterapis harus mencantumkan gelar secara benar untuk menggambarkan status profesinya
(7) Fisioterapis wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan
lainnya tentang fisloterapi dan pelayanan profesionalnya.
(8) Fisioterapis dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi
untuk semata-mata mencari keuntungan.
(9) Jasa profesional yang diterima fisioterapis harus didapatkan dengan cara yang jujur.
(10)Fisioterapis dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektifitas dan efisiensi demi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.
(11) Fisioterapis mengambil tanggung jawab untuk pelayanan pasien / klien yang didelegasikannya. :
1. Bertindak secara hormat dan tidak menolak perawatan / pengobatan untuk setiap pasien / klien atas
dasar ras, agama, asal etnis atau nasional, usia, jenis kelamin, orientasi seksual, sosial atau status
kesehatan.
2. Tindakan untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pasien / klien, sementara
menghormati mereka hak, martabat, kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai.
3. Menghormati hak-hak pasien / klien / pengganti pengambil keputusan 'untuk diberitahu tentang
efek dari pengobatan, risiko yang melekat, dan pilihan pengobatan alternatif.
4. Berikan kepada pasien / klien / pengganti pengambil keputusan, kesempatan untuk menyetujui atau
menolak pengobatan atau perubahan untuk rencana perawatan.
5. Tidak akan mengobati pasien / klien ketika diagnosis atau kelanjutan dari fisioterapi tidak
dibenarkan atau merupakan kontraindikasi.
6. Menghormati kerahasiaan, privasi, dan keamanan informasi pasien / klien dalam semua bentuk
komunikasi.
7. Melakukan praktik dengan cara yang aman, kompeten, akuntabel dan bertanggung jawab dalam
lingkup individu.
8. Mengambil tanggung jawab untuk perawatan pasien / klien didelegasikan kepada asisten
fisioterapis dan siswa.
9. Mengambil semua langkah yang wajar untuk mencegah kerusakan pada pasien / klien. Jika terjadi
kerusakan harus memberitahukan kepada pasien/ client / pengganti pengambil keputusan.

3 | i fi s l e m a n
10. Berkomunikasi secara efektif dan hormat, dan praktik secara kooperatif dengan rekan kerja,
profesional kesehatan lainnya dan lembaga terkait untuk kepentingan pasien / klien.

Pasal 5
MENGAKUI BATASAN DAN KEWENANGAN PROFESI DAN HANYA MEMBERIKAN
PELAYANAN DALAM LINGKUP PROFESI FISIOTERAPI
(1) Fisioterapis memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang dapat dipertanggung jawabkan
(2) Fisioterapis ticlak akan melakukan aktivitas profesi yang dapat merugikan pasien/khen, kolega
atau masyarakat
(3) Fisioterapis hendaknya selalu mensejajarkan pelayanannya dengan stanclar pelayanan praktek
fisioterapi
(4) Fisioterapis dalam mengambil keputusan berclasarkan kepada pengetahuan dan kehati-hatian
(5) Fisioterapis berkewajiban menyumbangkan gagasan, pengetahuan. dan ketrampilan untuk
memajukan profesi dan organisasi
(6) Apabila fisioterapis memiliki pengetahuan dan ketramplian yang kurang memadai untuk
mengatasi kondisi tertentu, maka harus:
1. Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman pada kondisi yang tepat.
2. Merujuk pasien/klien kepada profesi atau lembaga lain yang tepat.
(7) Apabila fisioterapis menerima pasien/klien yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka ia
tidak akan melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada kolega atau profesi lain tanpa
persetujuan pasien/kIlen clan fisioterapis yang merujuk.

Pasal 6
MENGHARGAI HUBUNGAN MULTIDISPLINER DENGAN PROFESI PELAYANAN
KESEHATAN LAIN DALAM MERAWAT PASIEN/KLIEN
(1) Menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam melakukan intervensi terapeutik terhadap
pasien/klien tidak dapat dilakukan sendiri tanpa peran serta pihak lainnya.
(2) Menyadari bahwa dalam berinteraksi selalu timbul kesamaan persepsi dalam menangani kasus
untuk perawatan kepada pasien/klien.
(3) Menyadari bahwa tujuan interaksi profesi khususnya kesehatan adalah memberikan pelayanan
Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya secara legal, absah dan berkualitas.

Pasal 7
MENJAGA RAHASIA PASIEN/KLIEN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA KECUALI
UNTUK KEPENTINGAN HUKUM/PENGADILAN.
(1) Informasi tentang pasien/kIien dilarang untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang tidak
berkepentingan tanpa persetujuan pasien/kiien/kuasa hukumnya
(2) Pencatatan informasi selama kegiatan penelitian hendaknya tidak mencanturnkan identitas pasien,
kecuali ada persetujuan dari yang bersangkutan.
(3) Informasi dapat diberikan apabila mempunyal kekuatan hukum atau bila cliperlukan untuk
keselarnatan seseorang atau masyarakat
(4) Privasi pasien/klien harus tetap terjaga selama wawancara
(5) Komputer atau catatan harus terlindung dad pihak yang ticlak berkepentingan
(6) Fisloterapis yang mengetahul terhadap informasi rahasia kolega/pasien/klien hanya, akan
membuka informasi tersebut bilamana sangat dibutuhkan
(7) Informasi rahasia yang cliberikan hendaknya tidlak tercatat I permanen tanpa persetujuan
individu.

4 | i fi s l e m a n
Pasal 8
SELALU MEMELIHARA STANDAR KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPI DAN
SELALU MENINGKATKAN PENGETAHUAN/KETRAMPILAN
(1) Fisioterapis bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini
(2) Fisloterapis secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui
literatur dan pendidikan
(3) Fisloterapis bertanggung jawab menggunakan teknik yang mereka kuasal, oleh karena itu
hendaknya:
(4) a Mendelegasikan hanya kepada fisioterapis yang kualifait.
(5) b Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/kIien,keluarga, asisten clan pihak lain apabila
dipandang pedu
(6) Fisloterapis sebagal pernilik institusi pelayanan harus memastikan bahwa karyawannya mampu
untuk menerima, tanggung jawabnya
(7) .Fisloterapis sebagai pemilik institusi pelayanan hendaknya memberikan kepada karyawannya
untuk berkembang sebagal fisioterapis profesional
(8) Fisioterapis dalam melakukan penelitian harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Ikatan
Fisioterapi Indonesia

Pasal 9
MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN INDIVIDU DAN
MASYARAKAT.
(1) Fisloterapis mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerasama dengan profeif lain dalarn
perencanaan dan pengelolaan pelayanan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi
kesehatan individu clan masyarakat
(2) Fisioterapis hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme clan melengkapi diri dengan
ketrampilan yang memadai untuk perencanaan clan pengelolaan dalam situasi tertentu yang
dihadapinya, sehingga sadar akan keberaclaan pelayannya dalam konteks sosial clan ekonomi secara
menyeluruh.
(3) Fisioterapis mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan clan mendukung penelitian untuk
perencanaan clan pengembangan
(4) Fisloterapis memberikan clorongan clan clukungan kepada sejawat dalam menyusun
perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan.

Pasal 10
TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI
(1) Menerima tanggung jawab untuk menegakkan integritas profesi, dan bertindak dengan integritas
dalam semua kegiatan profesional.
(2) Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi
dengan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dalam semua interaksi.
(3) Berjuang untuk keunggulan dalam peran apapun / di manapun daerah mereka bekerja.
(4) Meningkatkan keahlian mereka melalui akuisisi seumur hidup dan perbaikan pengetahuan,
keterampilan, sikap profesional.
(5) Menyadari tanggung jawab mereka untuk berbagi informasi berdasarkan bukti dan praktik klinis
terbaik di fisioterapi dengan masing-masing profesional kesehatan lainnya.
(6) Jadikanlah semboyan selalu bersiap, rajin dan tekun.

5 | i fi s l e m a n
Pasal 11
TANGGUNG JAWAB FISIOTERAPIS KEPADA MASYARAKAT
(1) Senantiasa menaruh rasa hormat terhadap masyarakat, profesi, dan profesi kesehatan lainnya
melalui perilaku mereka.
(2) Kenali tanggung jawabnya untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi,
dan untuk memenuhi tanggung jawab sosial yang lebih luas bahwa mereka berperan di tempat
mereka berada.
(4) Mematuhi semua persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan praktek
fisioterapi.
(5) Melaporkan ke pihak yang berwenang setiap anggota profesi yang menjalankan praktik dengan
cara yang tidak kompeten, tidak aman, ilegal atau tidak etis.

PENUTUP
Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan
sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan godaan penyimpangan profesi perorangan
fisioterapis yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia. Kode Etik Fisioterapi Indonesia
merupakan tempat melihat keabadian tentang hal-hal baik fisioterapis sebagai aktor penyelengara
pelayanan kesehatan. Komitmen, janji publik dan keberimbangan tekad dengan kenyataan yang
dilakukan Fisioterapis. Sekaligus pergulatan nilai-nilai universal yang didaratkan di bumi NKRI
melalui kaidah dasar moral/kaidah dasar bioetik yang berguna untuk bingkaian
norma etik yang ada di pasal-pasal.
Diharapkan Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini akan menjadi acuan utama pengajaran dan pelatihan
dan percontohan etik di semua institusi pendidikan fisioterapi. Akhirnya dengan
mengucapkan puji syukur, Alhamdulilllahi robbal alamiin, Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini telah
dapat disahkan oleh Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII di Bali 25 Mei 2016. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada kita semua.
Amin.

6 | i fi s l e m a n

Anda mungkin juga menyukai