Anda di halaman 1dari 3

Gabriella Silaban

2019220007
Kesejahteraan Sosial

Politik Anggaran

Dilihat dari perbandingan nilai penerimaan (T) dan pengeluaran (G), politik anggaran dapat
dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari
kebijakan fiskal merupakan interaksi (resultan) dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah
terhadap output keseimbangan. Pengaruh perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perubahan
pendapatan keseimbangan.

a. Anggaran Defisit (Deficit Budget)


Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran defisit (deficit budget) dan
anggaran surplus (surplus budget). Anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan
untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan untuk defisit, sebab (T < G atau G > T).
Politik anggaran defisit, biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulir pertumbuhan
ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Dengan
asumsi kondisi awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimbang (G = T), bila pemerintah
menempuh anggaran defisit, maka ∆G > ∆T, dimana ∆G ≥ 0 dan ∆T ≥0. Karena ∆G > 0 dan ∆G > ∆T,
maka jika pemerintah menempuh politik anggaran defisit, pemerintah dianggap memilih kebijakan
fiskal ekspansif.

b∆G
∆Y karena ∆G =
(1−b)

b ∆T
∆Y karena ∆T =
( 1−b )

Sehingga total pengaruhnya (karena ∆G dan ∆T) adalah :

∆G b∆T
∆Y = +-
(1−b) (1−b)

∆G b ∆T
= -
( 1−b ) ( 1−b )

Karena penyebutnya sama, yaitu (1-b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai :

∆ G−b ∆ T
∆Y =
(1−b)

Jika ∆G > ∆T, maka dapat dikatakan ∆G = ∆T + W, di mana W = ∆G - ∆T, sehingga :


∆ T +W −b ∆ T
∆Y =
(1−b)

(1−b) W
= ∆T +
(1−b) (1−b)

W
= ∆T +
(1−b)

Jadi bila politik anggarannya adalah anggaran defisit, maka pengarunya terhadap pertambahan
pendapatan lebih besar dibanding besarnya defisit pengeluaran direncanakan. Bila ∆T = 0; (W = ∆G)
atau ∆G = 0; (W = ∆T), maka

W
∆Y =
(1−b)

Kasus 22.4

C = 100 + 0,8Yd
I = 150
G = 250 dan T = 250

Kondisi keseimbangan awal:


Y = C+I+G
= 100 + 0,8(Y-250) + 150 + 250 = 500 + 0,8(Y-250)
= 500 + 0,8Y -200 = 300 – 0,8Y
0,2Y = 300
Y = 1.500

Jika pemerintah menempuh anggaran deifsit, di mana ∆G = 250, sementara ∆T = 150, maka :
G1 = 250 + 250 = 500
Yd1 = Y – 250 – 150 = Y – 400
sehingga fungsi konsumsi menjadi:
C1 = 100 + 0,8Yd1
= 100 + 0,8(Y-400)
= 100 + 0,8Y – 320
= -220 + 0,8Y
Y = C+I+G
= -220 + 0,8Y + 150 + 500 = 430 + 0,8Y
0,2Y = 430
Y = 2.150 atau ∆Y = 2.150 – 1.500 = 650
Angka 650 adalah ∆Y = ∆T + W/(1-b) = 150 + 100/(1-0.8) = 150 + 500 = 650

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget)


Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan penerimaan
lebih besar dari pengeluaran (T > G atau G < T). Atau dapat juga dikatakan pemerintah
menempuh politik anggaran surplus bila ∆C < ∆T, di mana ∆G dan ∆T ≥ 0. Karena itu juga, politik
anggaran surplus sering dihentikkan dengan kebijakan fiskal kontraktif. Politik anggaran surplus
dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap ekspansi dan terus memanas (overheating).
Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem pengeluarnnya untuk menurunkan tekanan
pemerintah atau mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak. Pengaruh anggaran surplus
terhadap output keseimbangan adalah kebalikkan dari pengaur anggaran defisit

Kasus 22.5
C = 100 + 0,8Yd
I = 150
G = 250 dan T -250
Kondisi keseimbangan awal :
Y = C+I+G
= 100 + 0,8(Y-250) + 150 + 250
= 500 + 0,8(Y-250) = 500 + 0,8Y – 200
= 300 – 0,8Y
0,2Y = 300
Y = 1500
Jika pemerintah menempuh anggaran surplus, di mana ∆G = 150, sementara ∆T = 250,
maka :
G1 = 250 + 150 = 400
Yd1 = Y – 250 – 250 = Y – 500
sehingga fungsi konfumsi menjadi :
C1 = 100 + 0,8Yd1 = 100 + 0,8(Y-500) = 100 + 0,8Y – 400
= -300 + 0,8Y
Kondisi keseimbangan baru
Y = C+I+G
= -300 + 0,8Y + 150 + 400 = 250 + 0,8Y
0,2Y = 250
Y = 1.250 atau ∆Y = 1.250 – 1.500 = -300
Angka -250 adalah ∆Y = ∆T – W(1-b) = 250 – 100/(1-0,8) = 250 – 500 = -250

Anda mungkin juga menyukai