Anda di halaman 1dari 8

WEEK 6 - 7

KESEIMBANGAN EKONOMI TIGA SEKTOR

 Perekonomian tiga sektor: perekonomian yang terdiri dari sektor rumah


tangga, perusahaan dan pemerintah
 Perekonomian tiga sektor termasuk dalam perekonomian tertutup karena tidak
ada perdagangan luar negeri (ekspor-impor)
 Hakekat perekonomian tiga sektor: menganalisis peranan dan pengaruh
pemerintah terhadap kegiatan perekonomian
Ciri ciri pokok aliran pendapatan dan pengeluaran
1. Pengeluaran perusahaan: pembayaran kepada rumah tangga atas faktor-faktor
produksi dan pembayaran pajak pendapatan kepada pemerintah
2. Pendapatan rumah tangga: pembayaran dari perusahaan atas faktor-faktor
produksi dan pembayaran gaji/upah dari pemerintah
3. Penerimaan pemerintah: pajak yang dibayar oleh perusahaan dan pajak dari
rumah tangga
4. Pendapatan dari rumah tangga (Y) digunakan untuk: pengeluaran konsumsi
(C), disimpan sebagai tabungan (S), dan membayar pajak
5. pendapatan rumah tangga (T), sehingga Y = C + S + T
Tabungan rumah tangga dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada
perusahaan untuk menanam modal
6. Pengeluaran agregat (AE): pengeluaran konsumsi (C), investasi (I),
pengeluaran pemerintah (G), sehingga AE = C + I + G

SIRKULASI ALIRAN PENDAPATAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR


SYARAT KESEIMBANGAN
 Penawaran Agregat (AS) = Pengeluaran Agregat (AE) = Y
 Pengeluaran Agregat (AE) = Y = C + I + G
 Pendapatan (Y) = C + S + T
 Dengan demikian keseimbangan pendapatan nasional:

C + I + G = C + S + T, jika C dihilangkan maka:


I+G=S+T
I dan G = suntikan
S dan T = bocoran
Simpulan: keseimbangan perekonomian tiga sektor akan berlaku:
(i) Y=C+I+G
(ii) I+G=S+T
JENIS JENIS PAJAK

 Pajak merupakan pungutan yang ditarik pemerintah terhadap wajib pajak,


tanpa mendapatkan balas jasa secara langsung.
 Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut langsung dari wajib pajak atas
sejumlah kewajiban yang jumlah dan periodenya telah ditentukan berdasarkan
undang-undang yang berlaku. Contoh PPh dan PBB.
 Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dipungut pemerintah secara tidak
langsung dari wajib pajak, tetapi melalui wajib pungut yang kemudian
menyetorkan pajak yang dipungutnya kepada pemerintah, atau dengan kata
lain yaitu pajak yang bebannya dapat dipindahkan dari pihak tertentu ke pihak
lain. Contoh PPn dan pajak impor.
Pengaruh Pajak Proporsional terhadap Konsumsi dan Tabungan

C = a + bYd
T = t.Y
Yd = Y – T
Yd = Y – t.Y
Yd = (1 – t)Y, maka
C = a + b(1 – t)Y
Contoh:
C = 90 + 0,75Yd
T = 0,2Y
C = 90 + 0,75(1 – 0,2)Y
C = 90 + 0,75(0,8)Y
C = 90 + 0,6Y
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak proporsional,
konsumsi akan berkurang sebesar ∆C = -btY

S = -a + (1 – b)Yd
T = t.Y
Yd = Y – T
Yd = Y – t.Y
Yd = (1 – t)Y, maka
S= -a + (1 – b)(1 – t)Y
Contoh:
C = 90 + 0,75Yd
T = 0,2Y
S = -90 + (1 – 0,75)(1 – 0,2)Y
S = -90 + (0,25)(0,8)Y
S = -90 + 0,2Y
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan adanya pajak proporsional,
tabungan akan berkurang sebesar ∆S = -(1 – b)Ty

Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC)


Dalam perekonomian 3 sektor ada dua MPC, yaitu:
1) MPC : rasio antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan disposibel. MPC = ∆C/∆Yd
2) MPCy : rasio antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan nasional. MPCy = ∆C/∆
T = tY MPC = ∆C/∆Yd
Yd = Y – T MPC = ∆C/(1 – t) ∆Y
∆Yd = ∆Y – t.∆Y ∆C/∆Y = (1 – t) MPC
∆Yd = (1 – t) ∆Y Karena MPC = b, maka
∆C/∆Y = MPCy = (1 – t) . b

Kecondongan Menabung Marjinal (MPS)


1) MPS : Rasio antara pertambahan tabungan dengan pertambahan
pendapatan disposibel. MPS = ∆S/∆Yd
2) MPSy : Rasio antara pertambahan tabungan dengan pertambahan
pendapatan nasional. MPSy = ∆S/∆Y
Dalam perekonomian tiga sektor dengan sistem pajak proporsional, MPS > MPSy
MPS = ∆S/∆Yd
Karena ∆Yd = (1 – t) ∆Y, maka
MPS = ∆S/(1 – t) ∆Y
∆S/∆Y = (1 – t) MPS
MPSy = (1 – t) MPS
Karena MPS = (1 – b) maka
MPSy = (1 – t) (1 – b)
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL
3 SEKTOR SEBELUM ADA PAJAK
Contoh:

Diketahui:
C = 90 + 0,75Yd
I = 120

G = 60

Y = a + I + G / (1 – b)

Y = 90 + 120 + 60 / (1 – 0,75)
Y = 270/0,25 Y=1.080
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR
SETELAH ADA PAJAK BERSIH (T = Tx – Tr)

C = a + bYd
T = Tx – Tr
Yd = Y – T
C = a + b[Y – (Tx – Tr)]
C = a + b(Y – Tx + Tr)
C = a + bY – bTx + bTr
Tx = Pajak
Tr = Transfer/Subsidi

Y=C+I+G
Y = a + bY – bTx + bTr + I + G
Y – bY = a – bTx + bTr + I + G
– b)Y = a – bTx + bTr + I + G

 Fungsi Konsumsi dan Pendapatan setelah ada Investasi otonom,


Pajak Otonom Pendekatan AS-AE
Jika:
C = 90 + 0,75Yd
I = 150
T = 0,2Y
G = 240
Fungsi Konsumsi setelah pajak:
C = 90 + 0,75(Y – 0,2Y)
C = 90 + 0,75(0,8Y)
C = 90 + 0,6Y
Fungsi AE = C + I + G
AE = 90 + 0,6Y + 150 + 240
AE = 480 + 0,6Y

1. Fungsi Tabungan setelah ada Investasi otonom, Pajak Otonom Pendekatan


Suntukan-Bocoran (J = W)
Jika C = 90 + 0,75Yd maka
S = -90 + 0,25Yd
I = 150
T = 0,2Y
G = 240
Fungsi Tabungan setelah pajak:
S = -90 + 0,25(Y – 0,2Y)
S = -90 + 0,25(0,8Y)
S = -90 + 0,2Y
RANGKUMAN RUMUS KESEIMBANGAN
PENDAPATAN NASIONAL 3 SEKTOR

1. Sebelum Ada Pajak


Y = a + I + G / (1 – b)

2. Setelah Ada Pajak Otonom


Y = a – bT + I + G / (1 – b)

3. Setelah Ada Pajak Proporsional


Y = a + I + G / (1 – b + bt)

4. Setelah Ada Pajak Fungsional


Y = a – bto + I + G / (1 – b + bt)

5. Setelah Ada Pajak Fungsional, Investasi Fungsional


Y = a – bto + Io + G / (1 – b + bt – )
Multiplier (ke) dalam Perekonomian 3 Sektor

1. Sebelum ada Pajak


keC = keI = keG = 1/(1 – b)

2. Setelah Ada Pajak Otonom


keC = keI = keG = 1/(1 – b)
keT = -b/(1 – b)

3. Setelah Ada Pajak Proporsional


keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt)

4. Setelah Ada Pajak Proporsional


keT = b/(1 – b + bt)

5. Setelah Ada Pajak Fungsional


keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt)
keT = -bt/(1 – b + bt)

6. Setelah Ada Pajak Fungsional, Investasi Fungsional


keC = keI = keG = 1/(1 – b + bt - α)
keT = -bt/(1 – b + bt - α)

Keterangan:
keC = multiplier konsumsi
keI = multiplier investasi
keG = multiplier goverment
keT = multiplier pajak
Keseimbangan Pendapatan Nasional yang Baru

 Sebelum Ada Pajak


Jika investasi yang berubah:
Y1 = Y + ∆Y
∆Y = keI x ∆I
∆Y = 1/(1 – b) x ∆I
Jika pengeluaran pemerintah yang berubah:
Y1 = Y + ∆Y
∆Y = keG x ∆G
∆Y = 1/(1 – b) x ∆G

 Setelah Ada Pajak Otonom


Jika pajak yang berubah:
Y1 = Y + ∆Y
∆Y = keT x ∆T
∆Y = -b/(1 – b) x ∆T
Setelah Ada Pajak Proporsional
Jika pajak yang berubah:
Y1 = Y + ∆Y
∆Y = keT x ∆T
∆Y = b/(1 – b + bt) x ∆T

Anda mungkin juga menyukai