Anda di halaman 1dari 56

bpkp

BUKU KERJA

TATA KELOLA, MANAJEMENRISIKO,


DAN PENGENDALIAN INTERN
II

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2018
Buku Kerja - TKMRPI II
Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka
Diklat Fungsional Auditor — Pembentukan Auditor Ahli

Edisi Pertama Tahun 2014


Edisi Kedua Tahun 2018

Perevisi I Ketut Tunas Wijaya, S.E.


Suwatno, Ak., M.Si
Narasumber Andilo Tohom, Ak., M.A.
Pereviu David Bobby, Ak., M.Kom.
Penyunting Erwin Adiyatno, S.S.T., M.Si.
Penata Letak Didik Hartadi, S.E.

ISBN 978-979-3873-96-1

873961

Pusdiklatwas BPKP
JI. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 - 8249003
Fax. (0251) 8248986 - 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdikIatwas.bpkp.go.id
e-Learning : http://lms.bpkp.go.id

Dilarang mengutip, menjiplak, memperjualbelikan, dan menggandakan


sebagian atau seluruh isi modul ini tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
Kata Pengantar

Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan,
berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Kami menyadari bahwa
pelatihan selain harus memberikan pemahaman terhadap suatu pengetahuan, juga harus
memberikan keterampilan untuk mampu menerapkan pengetahuan tersebut. Setelah pelaksanaan
diklat diharapkan peserta diklat siap menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh di tempat kerjanya. Untuk itu, selain modul yang bermuatan konsep-konsep, bahan
ajar pelatihan di Pusdiklatwas BPKP dilengkapi dengan modul buku kerja.

Modul buku kerja akan digunakan sebagai bahan latihan dalam menerapkan konsep-konsep
yang terkait. Melalui proses survei di lapangan, perbaikan berkelanjutan, dan kendali mutu
yang cukup, kami berusaha untuk dapat menyajikan modul buku kerja yang dapat
mencerminkan kondisi yang terjadi di lapangan.

Buku kerja ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses
pembelajaran diklat yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Buku Kerja ini tidak dimaksudkan
untuk menjadi satu-satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materinya. Peserta
diklat diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi Iain yang terkait.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi atas terwujudnya modul ini.

Ciawi, Desember 2018


Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP

Djoko Prihardono

i
ii 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B P Y P
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................ i

Daftar Isi...................................................................................................................................... iii

KASUS 1 Tata Kelola 1............................................................................................................. 1

KASUS 2 Tata Kelola 2............................................................................................................. 5

KASUS 3 Identifikasi Risiko 1.................................................................................................. 11

KASUS 4 Identifikasi Risiko 2................................................................................................. 15

KASUS 5 Analisis Dan Penanganan Risiko............................................................................ 19

KASUS 6 Kasus Komprehensif............................................................................................... 23

i
iV 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B P Y P
KASUS 1
Tata Kelola 1

Baca secara seksama


Pada saat Saudara diminta menjadi narasumber sosialisasi tata
informasi yang ada pada
kolom di samping. pemerintahan yang baik kepada para pejabat di lingkungan Kota
Selawase, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Informasi tersebut terkait
dengan prinsip tata (BPSDM) Kota Selawase berkomentar sebagai berikut.
kelola pemerintahan
yang baik “menurut Saya, kantor kami telah menerapkan tata kelola
pemerintahan yang baik. Hal tersebut nampak dari kegiatan sebagai
Tugas Saudara adalah berikut:”
mengkritisi apa yang
disampaikan oleh Kepala - BPSDM telah memiliki visi dan misi yang jelas. Sebagian besar
BPSDM.
diklat yang dilaksanakan telah sejalan dengan visi dan misi
Tugas dikerjakan secara tersebut, bentuk dari prinsip wawasan kedepan (visionary).
kelompok.
- Informasi diklat yang diselenggarakan BPSDM dapat diakses
oleh masyarakat luas melalui website BPSDM dengan terlebih
dahulu mendaftarkan diri ke BPSDM, bentuk dari prinsip
keterbukaan dan transparansi.

- Para pegawai di lingkungan Kota Selawase telah dimintai usulan


diklat yang dibutuhkan sebagai dasar penyusunan rencana diklat
tahun berikutnya, bentuk dari prinsip partisipasi masyarakat.

- Selama 3 tahun terakhir temuan audit BPK telah ditindaklanjuti


tepat waktu, bentuk dari prinsip tanggung gugat.

- Semua pegawai BPSDM yang bolos kerja diberi sanksi berupa


pemotongan tunjangan kinerja, bentuk dari prinsip supremasi
hukum.

- Seluruh pegawai telah diinstruksikan untuk menaati setiap


peraturan yang berlaku di BPSDM, bentuk dari prinsip
demokrasi.

- Telah dilakukan survei kepuasan pegawai intern BPSDM


terhadap penyelenggaraan diklat, bentuk dari prinsip
profesionalisme dan kompetensi.

1
- Kapan pun walikota memanggil Saya dan staf, kami siap
menghadap, bentuk dari prinsip daya tanggap.

- Semua kegiatan diklat yang direncanakan selalu berhasil


dilaksanakan, bentuk dari prinsip keefisienan dan keefektifan.

- Saya telah mendelegasikan kegiatan diklat kepada bawahan


saya, bentuk dari prinsip desentralisasi.

- Pemasok katering peserta diklat berasal dari rekanan/pihak


ketiga, bentuk dari prinsip kemitraan dengan dunia usaha
swasta dan masyarakat.

- Setiap pegawai telah mendapatkan gaji dan tunjangan sesuai


dengan pangkat dan golongannya, bentuk dari komitmen dan
pengurangan kesenjangan.

- Agar peserta diklat betah telah dibuatkan taman-taman teduh,


bentuk dari komitmen kepada lingkungan hidup.

- Biaya diklat di BPSDM disubsidi oleh Pemkot Selawase, bentuk


dari prinsip komitmen pasar yang fair.

2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Lembar Jawaban

3
Lembar Jawaban

4 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
KASUS 2
Tata Kelola 2

Baca dengan seksam a


Saat ini semakin banyak inovasi yang dilakukan oleh Kementerian/
yang
disajikan pada kolom Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam rangka menerapkan tata
disamping. kelola pemerintahan yang baik. Beberapa diantaranya adalah
Informasi tersebut sebagai berikut:
berisi beberapa contoh
penerapan tata kelola 1. Aplikasi SelfAssessment Tax Reporting Aplication (E-Satria)
yang baik

Tugas Saudara adalah Kota Bandung mengembang E Satria dalam rangka mempermudah
mengidentifikasi prinsip masyarakat untuk membayar pajak, wajib pajak tidak perlu
tata kelola pemeintahan
datang ke Badan Pelayanan dan Pendapatan Daerah untuk
yang baik pada masing-
masing membayar kewajibannya. E Satria sekaligus menutup celah
terjadinya pungli, karena memutus sistem transaksi tatap muka,
Tugas dikerjakan
secara kelompok. sehingga petugas dan wajib pajak tidak bertemu. Sejak
diluncurkan tahun 2016, telah berdampak positif pada
pendapatan daerah Kota Bandung. Aplikasi ini dikhususkan
untuk wajib pajak self assessment seperti pajak restauran,
hotel, tempat hiburan, parkir dan pajak penerangan jalan. Wajib
pajak hanya perlu teregistrasi terlebih dahulu.

2. Mini Lab Food Security

Sejak tahun 2016, pasar-pasar tradisional dan modern di Kota


Bandung telah dilengkapi mini lab food security. Inovasi ini
bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan
warga Kota Bandung dalam mengkonsumsi bahan pangan segar
sehingga kasus penggunaan bahan kimia berbahaya pada
pangan segar, residu pestisida dan pemalsuan bahan pangan
segar dapat dihilangkan. Fungsi alat tersebut antara Iain dapat
mendeteksi klorin pada beras, durante test untuk daging ayam
tiren, uji formalin/borax pada beberapa bahan pangan seperti
ikan, daging ayam dan produk olahan lainnya.

5
3. Jesika Imut Pisan

Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncurkan inovasi


berbasis android diberinama Jendela Informasi Karantina Ikan dan
Mutu Penuh Inspirasi dan Pesan atau disingkat Jesika Imut
Pisan. Aplikasi ini adalah one stop service untuk mempermudah
masyarakat khususnya nelayan dalam mendapatkan informasi
bisnis perikanan termasuk untuk proses sertifikasi karantina
ikan. Adanya tuntutan masyarakat perikanan pada era digital
untuk mendapatkan layanan yang efektif dan efisien menjadi
latar belakang hadirnya inovasi ini. Dampak makro adanya
inovasi ini adalah meningkatkan nilai ekspor produk perikanan
dan semakin bertambahnya kesadaran hukum masyarakat
perikanan, sedangkan dampak mikronya meningkatnya
pendapatan masyarakat pembudidaya ikan.

4. Datang Ki Katon

Latar belakang inovasi ini adalah adanya sampah di lima


provinsi besar di Indonesia yang cukup memprihatinkan, tahun
2004 timbunannya mencapai 35,41 juta ton dan tahun 2019
diproyeksikan mencapai 64 juta ton dimana sekitar 0,1% atau
64 ribu ton adalah sampah dari kemasan minuman karton.
Inovasi yang dikembangkan Kementerian Perindustrian adalah
mengubah limbah minuman karton menjadi barang seperti kotak
sampah, partikel board, mebel dan bahan bangunan. Inovasi ini
di dinamakan Daur Ulang Kemasan Minuman Karton atau
Dalang Ki Katon. Proses daur ulang dilakukan dengan
memasukkan bekas kemasan minuman karton ke alat daur
ulang (hidropulper) selama kurang lebih 45 menit sehingga
dihasilkan bubur serat yang siap diolah menjadi barang Iain.
Inovasi ini menyasar Industri Kecil dan Menengah mitra
Kementrian Perindustrian.

5. Simpanan Cantik

Sistem Pelayanan Cepat Akurat dan Tepat Medik atau


Simpanan Cantik adalah aplikasi yang dikembangkan oleh
RSUD Depati Bahrin Kabupaten Bangka yang berguna untuk
mempercepat pelayanan pengobatan oleh Dokter Penanggung

6 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Jawab Pasien

7
(DPJP) kepada pasiennya. Dengan aplikasi ini kondisi pasien dapat
dipantau selama 24 jam serta dapat memberikan terapi atau
advice untuk pasiennya dimanapun DPJP berada. Penggunaan
aplikasi ini merupakan salah satu upaya pembangunan
pelayanan Pemkab Bangka kepada masyarakat dalam bidang
pelayanan kesehatan karena dapat mengefisiensikan waktu
pelayanan med is kepada masyarakat.

6. Anjas Go Clear

Inovasi berupa Aplikasi Nominatif Jabatan Struktural


Government Clear atau Anjas Go Clear adalah inovasi yang
dikembangkan oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Aparatur (BKSDA) Kota Bogor. Aplikasi ini
berguna untuk memastikan dan memilih pegawai dengan
konsep the right man on the right place. Melalui Anjas Go Clear,
pengisian jabatan struktural dapat dilakukan sesuai kompetensi
yang disyaratkan sehingga meritokrasi (menentang birokrasi
yang sarat KKN terutama pada aspek nepotisme) dapat
dilaksanakan.

8 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
9
Lembar Jawaban

1 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Lembar Jawaban

1
KASUS 3
Identifikasi Risiko 1

Baca secara seksama


Sebagai Seorang Auditor Inspektorat, Saudara diminta
informasi yang disajikan
pada kolom disebelah. membantu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kota Selawase untuk mengidentifikasi risiko yang dimilikinya. Core
Tugas Saudara adalah
business dari BPSDM Kota Selawase adalah menyelenggarakan diklat
meng mana
saja informasi yang bisa bagi pegawai di lingkungan Kota Selawase. Beberapa informasi yang
merupakan pernyataan didapatkan adalah sebagai berikut:
risiko
- Jumlah pegawai BPSDM terbatas terutama kekurangan
Tugas dikerjakan secara
kelompok. jumlah pengajar.

- Adanya kemungkinan ketidakhadiran peserta diklat karena


kesibukan di unit kerjanya.

- Adanya ruang diklat yang kondisi lantainya rusak sehingga


tidak digunakan untuk kegiatan diklat.

- Kesibukan Kepala BPSDM mendampingi Walikota, mengancam


sertifkat diklat terlambat di tanda tangani.

- Tidak dilakukan pre dan post test pada beberapa diklat teknis
yang seharusnya dilakukan.

- Kemungkinan keterlambatan penyerahan berkas administrasi


peserta diklat.

- Keluhan peserta diklat terhadap kualitas katering meningkat


khususnya pada variasi dan rasa makanan.

- Potensi hambatan dalam pembukaan dan penutupan diklat


seperti hambatan sound system dan bahan tayang.

- Potensi penyusunan modul terlambat.

- Penyusun modul tidak mendapatkan pelatihan yang cukup


tentang penyusunan modul yang baik.

- Potensi perubahan pengajar karena kesibukan penugasan lainnya.

1 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
- Beberapa diklat yang telah direncanakan sepi peminat sehingga
batal dilaksanakan.

- Aturan yang berubah tentang kebijakan pengembangan SDM


oleh Walikota.

- Sebanyak 50% laporan pelaksanaan diklat oleh panitia terlambat


dibuat.

- Kondisi cuaca yang tidak menentu, berpotensi banyaknya peserta


diklat yang sakit.

- Adanya kemungkinan materi diklat tidak sesuai dengan


kompetensi dasar yang diharapkan.

- Dua ruang diklat dikeluhkan peserta tidak dingin, sehingga


mengganggu kegiatan diklat.

- Potensi tertukarnya baju/pakaian peserta yang di laundry oleh


petugas.

- Pengendalian intern penyelenggaraan diklat masih perlu adanya


perbaikan baik dari konten maupun pelaksanaannya.

- Anggaran diklat tahun 2018 Kota Selawase berkurang dari tahun


sebelumnya karena fokus Pemkot adalah membangun infra
struktur.

1
Lembar Jawaban

1 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Lembar Jawaban

1
KASUS 4
Identifikasi Risiko 2

Baca secara seksama


Saudara sedang dalam penugasan untuk melakukan asistensi
pada kolom di
samping penerapan manajemen risiko pada Sekretariat Daerah Kota Selawase.
Saat ini Saudara sedang dalam tahap membantu proses identifikasi
Tugas Saudara adalah
mengidentifikasi risiko- risiko pada kegiatan pengadaan barang dan jasa.
risiko dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa Sesuai dengan Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
sesuai dengan tahapan Barang/Jasa, pengadaan barang dan jasa bertujuan untuk:
PBJ.
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap yang
Tugas dikerjakan secara
kelompok. dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi dan penyedia;
Asumsi: pada setiap
kelompok ada yang 2. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
berperan sebagai
pemilik risiko yaitu 3. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
Sekretariat Daerah Kota Usaha Menengah;
Selawase
4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;

5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa


hasil penelitian;

6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;

7. Mendorong pemerataan ekonomi; dan

8. Mendorong pengadaan berkelanjutan.

Sedangkan tahapan kegiatan pengadaan barang/jasa adalah sebagai


berikut:

1. Penyusunan anggaran

2. Perencanaan Pengadaan

3. Pemilihan penyedia barang/jasa

4. Pelaksanaan pengadaan

5. Penerimaan Hasil Pengadaan

6. Penggunaan/Pemeliharaan Hasil Pengadaan

1 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
1
Lembar Jawaban

NO TAHAPAN PENGADAAN
1. Penyusunan Anggaran

2. Perencanaan Pengadaan

3. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

4. Pelaksanaan Pengadaan

5 Penerimaan Hasil Pengadaan

6 Penggunaan/Pemeliharaan Hasil
Pengadaan

1 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
1
KASUS 5
Analisis Dan Penanganan Risiko

Baca kembali hasil diskusi Melanjutkan pada kasus 4, Sekretariat Daerah Kota Selawase telah
kasus 4 menetapkan kriteria kemungkinan dan dampak sebagaimana telah
Tugas Saudara adalah: ditetapkan dalam peraturan walikota sebagai berikut:

1. menentukan satu
risiko pada masing- 1. Skala Dampak
masing tahapan
pengadaan barang
dan jasa sesuai hasil 1. Sangat Rendah 1 Pengaruh terhadap capaian tujuan
diskusi kasus 4 dan sangat rendah
membuat analisis 2. Rendah 2 Pengaruh terhadap capaian tujuan
berupa peta risikonya. rendah
2. Membuat prioritas 3. Besar 3 Pengaruh terhadap capaian tujuan
atas 6 risiko dalam besar
pengadaan barang dan 4. Sangat Besar 4 Pengaruh terhadap capaian tujuan
jasa.
sangat besar
3. Merekomendasikan
penanganan yang 2. Skala Kemungkinan
tepat atas keenam
risiko sesuai
prioritasnya.

Tugas dikerjakan secara


kelompok.

Asumsi: pada setiap


kelompok ada yang
berperan sebagai pemilik
risiko yaitu Sekretariat

2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
1. Sangat Jarang 1 Hampir tidak pernah terjadi
2. Jarang 2 Mungkin terjadi tetapi tidak sering
3. Sering 3 Mungkin terjadi dan kejadiannya cukup
banyak
4. Sangat Sering 4 Dapat terjadi dan kejadiannya
sangat banyak
Daerah Kota Selawase Sekretariat Daerah Kota Selawase telah menetapkan risiko yang
dapat ditoleransi adalah nilai kurang atau sama dengan 2 (skala
dampak X skala kemungkinan)

2
2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Lembar Jawaban

1.
2.
3.
4.
5.
6.

2
Lembar Jawaban

1.
2.
3.
4.
5.
6.

2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
KASUS 6
Kasus Komprehensif

Baca secara seksama


kasus yang ada A. LATAR BELAKANG PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
pada kolom PANTAI TERTINGGAL (PPM-PT)
disamping.

Kasus ini merupakan Program Pemberdayaan Masyarakat Pantai Tertinggal merupakan


kasus komprehensif agar suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian
Saudara memahami masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi
proses manajemen risiko
dan hubungannya kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis
dengan pengendalian karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat yang
intern serta mampu representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan
mengidentifikasi titik-titik
kritis elemen manajemen modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang
risiko serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah
Tugas Saudara adalah: dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat
dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan
1. Nlengidentifikasi kelompok peduli setempat.
pengendalian intern
yang sudah ada
sesuai dengan Program ini akan menghasilkan Organisasi Keswadayaan
klasifikasi SPIP. Masyarakat atau OKM yang diharapkan mampu menjadi wadah
perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan
2. Mengidentifikasi risiko
atas program. kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya
penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat
3. Melakukan penilaian
atas risiko yang secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan
teridentifikasi. kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program,
pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.
4. Nlengidentifikasi
respon atas risiko
yang telah dilakukan Tiap OKM bersama masyarakat dirancang untuk membangun desa
oleh pihak kawasan pantai yang mayoritas penduduknya menggantungkan
manajemen.
sumber penghasilannya dari hasil-hasil kelautan secara partisipatif,
5. Mengidentifikasi sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di
pengendalian yang wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa
perlu ditambahkan
berdasarkan risiko. masyarakat, OKM-OKM ini mulai menjalin kemitraan dengan
berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.
Tugas dikerjakan secara
kelompok. PPMPT merupakan bagian dari PNPM Mandiri dan diarahkan
untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan

2
Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium
Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan
penduduk miskin sebesar 50% sepuluh tahun mendatang.

Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip, dan


pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi
tujuan, prinsip dan pendekatan PPMPT.

B. TUJUAN PROGRAM

1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan PPMT adalah meningkatkan pendapatan


masyarakat pantai dan mendukung program ketahanan
pangan di sektor perikanan laut. Sedangkan sasaran
program adalah terciptanya pertumbuhan pendapatan
masyarakat pantai tertinggal dan meningkatnya produksi
pangan dari hasil laut.

2. Prinsip

Prinsip penyelenggaraan PPM-PT adalah:

- Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah


desa (acceptable). Hal ini berlaku baik pada pemilihan
lokasi dan penentuan solusi teknis, penentuan
mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengadaan,
maupun pada penetapan mekanisme pengelolaan dan
pemeliharaan.

- Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat


secara terbuka dan diketahui semua unsur
masyarakat (transparent) melalui penyediaan media
komunikasi dan informasi yang akurat dan mudah
diakses oleh masyarakat.

- Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggung-


jawabkan (accountable), dalam hal ketepatan sasaran,
ketepatan waktu, ketepatan pembiayaan, dan ketepatan
mutu.

2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
- Penyelenggaraan kegiatan dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable)

2
3. Pendekatan

PPM-PT dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:

- Pemberdayaan masyarakat, artinya seluruh proses


implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan) melibatkan
partisipasi aktif masyarakat berdasarkan kesamaan
kepentingan dan kebutuhan.

- Keberpihakan kepada yang miskin, artinya orientasi


kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil
ditujukan kepada penduduk miskin.

- Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah


daerah dan masyarakat bertanggung jawab penuh pada
penyelenggaraan program dan keberlanjutan kelompok.

- Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif


dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan
pemanfaatan dengan memberikan kesempatan secara
luas partisipasi aktif dari perempuan.

- Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama


dalam keberhasilan pembangunan, baik melalui
keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan kegiatan dan pemeliharaan.

- Keterpaduan program pembangunan, artinya program


yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan program
pembangunan yang Iain.

- Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan


kegiatan diupayakan dapat mendorong sinergi antara
pemda, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam
penanganan permasalahan kemiskinan.

2 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
4. Indikator Kinerja Program

Indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh kementerian


teknis selaku penanggung jawab PPM-PT adalah:

- masyarakat nelayan di lokasi sasaran meningkat


pendapatannya dari hasil kelautan;

- masyarakat nelayan di lokasi sasaran tidak hanya


mengandalkan pendapatan dari melaut namun mempunyai
penghasilan sampingan selain hasil melaut;

- terbentuknya lembaga pelaksana program dari masyarakat


setempat yang sustainable (berkelanjutan);

- meningkatnya pengetahuan dan keterampilan nelayan


dalam mengolah hasil perikanan;

- meningkatnya jumlah wisatawan pantai; dan

- terwujudnya sinergi antara aparat pemerintah dan


lembaga masyarakat dalam pengelolaan perikanan.

C. KETENTUAN PELAKSANAAN PPM-PT

1. Penetapan Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran PPM-PT tahun 200x meliputi 1.000


kelurahan/ desa di 500 kecamatan yang tersebar di 200
kabupaten di 15 provinsi di seluruh Indonesia.

Seleksi pemilihan lokasi sasaran adalah sebagai berikut

Langkah I:

Berdasarkan data BPS tahun 200x-3 dipilih kabupaten yang


memiliki wilayah pantai dan diranking berdasarkan indeks
kemiskinan dimulai dari yang paling miskin dan diambil
sebanyak 200 kabupaten.

2
Langkah II:

Dari 200 kabupaten tersebut kemudian dipilih kecamatan


yang memiliki batas-batas dengan laut dan diranking
berdasarkan persentase keluarga miskin, serta dipilih
sebanyak 500 kecamatan.

Langkah III:

Di kecamatan sasaran tersebut kemudian dipilih desa


dengan persentase KK miskin ? 10%, desa terpilih
dimasukkan dalam Daftar I Desa Calon Lokasi Sasaran.

Langkah IV:

Desa yang termasuk dalam desa calon lokasi sasaran


berjumlah 1567 buah. Dari daftar tersebut kemudian setiap
desa diminta untuk membuat proposal pengajuan dana
BLM.

Langkah V:

Seluruh usulan calon lokasi sasaran diverifikasi oleh tim


teknis PPM-PT yang kemudian dikeluarkanlah Daftar Final
Lokasi Sasaran PPM-PT.

2. Kelompok Sasaran dan Penerima Manfaat

Kelompok sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran PPM-PT adalah:

Masyarakat Masyarakat warga Warga desa pinggir


kelurahan peserta pantai yang miskin
PPM-PT, OKM/ yang sumber
Organisasi penghasilan
Keswadayaan utamanya
Masyarakat, KSM/ tergantung pada
kelompok swadaya hasil-hasil laut
masyarakat.

3 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Pemerintah Perangkat
Kabupaten pemerintahan
kabupaten s.d. desa
yang terkait dengan
pelaksanaan PPM-PT
Para Pemangku Perorangan atau
Kepentingan terkait asosiasi profesi,
asosiasi usaha
sejenis, perguruan
tinggi, LSM, Bank,
notaris, auditor
publik, media masa
(radio, tv, dsb) yang
peduli dengan
kemiskinan.

Penerima Manfaat Dana BLM PPM-PT

Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang


disediakan melalui PPM-PT adalah keluarga miskin yang
diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta
ditetapkan bersama oleh masyarakat desa, melalui proses
musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan
swadaya (community self survey) berorientasi IPM-MDGs.

3. Bantuan Program

Program PPM-PT memberikan bantuan kepada dua kelompok


sasaran utama; masyarakat dan pemerintah termasuk
pemangku kepentingan daerah sebagai berikut:

Bantuan Pendampingan

Bantuan pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk


penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana
operasional untuk mendampingi dan memberdayakan
masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan
program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di
kelurahan masing-masing.

3
Proses pendampingan ini sekurang-kurangnya harus
menghasilkan:

- Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan dan pelestarian


lingkungan serta mampu mengaktualisasikan dirinya
sebagai bagian dari upaya penangulangan kemiskinan.

- Organisasi Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang


dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntabel.

- Forum OKM di tingkat kecamatan dan kota/kabupaten


untuk mendukung harmonisasi berbagai program.

Secara rinci jenis kegiatan pendampingan mencakup:

- Pertemuan-pertemuan/musyawarah/diskusi, dsb di
tingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik
yang bersifat pengambilan keputusan maupun untuk
penyebarluasan informasi (sosialisasi).

- Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan


dan media belajar.

- Survei swadaya, termasuk identifikasi calon penerima


bantuan, analisis, pembuatan peta tapak dan penulisan
laporan.

- Kerja kelompok penyusunan program pembangunan untuk


kurun waktu 3 tahun dan rencana tahunan dengan
rencana investasi tahun pertama penangulangan
kemiskinan

- Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana investasi


tahunan untuk penanggulangan kemiskinan.

Bantuan Sarana dan Prasarana Peningkatan Produksi


Perikanan

Bantuan khusus diberikan kepada OKM yang mengusulkan


kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan produksi
perikanan. Bantuan tersebut berupa benih ikan laut untuk
perikanan bentuk karamba, dan bibit rumput laut.

3 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Pengadaan

3
dan penyaluran benih dan bibit tersebut dilaksanakan
oleh pihak ketiga sesuai kontrak yang disepakati.

Bantuan Dana

Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana BLM (dana


bantuan langsung masyarakat). BLM ini bersifat stimulan
dan sengaja disediakan untuk memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba
melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan
kemiskinan yang telah direncanakan pada tahun pertama.

Substansi dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat


untuk lebih memprioritaskan kepentingan bersama dan
keberpihakan pada masyarakat miskin. Untuk itu
penggunaan dana BLM lebih diprioritaskan pada
kegiatankegiatan kolektif dan menyentuh langsung
masyarakat miskin.

a. Alokasi Dana BLM

Besarnya dana BLM tiap desa sesuai dengan proposal


yang telah disetujui dengan plafond maksimal
sebesar Rp300.000.000,00. Nilai alokasi dana BLM tiap
desa harus diinformasikan secara luas dan transparan
kepada semua warga desa.

b. Persyaratan Penyaluran dan Pencairan BLM

Dana BLM disalurkan langsung kepada OKM


(Organisasi Keswadayaan Masyarakat), secara
bertahap yaitu 40%, 40% dan 20%. Apabila
berdasarkan hasil evaluasi kinerja oleh konsultan
ternyata kinerja OKM maupun masyarakat desa dinilai
tidak memuaskan, maka konsultan dapat
“mengusulkan” penundaan pencairan BLM tahap
berikutnya dalam batas waktu yang ditetapkan.
Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, OKM
dan masyarakat harus dapat memperbaiki kinerjanya
sesuai dengan ketentuan, apabila tidak ada tindakan
perbaikan menurut penilaian konsultan, maka dana
BLM akan dihentikan dan dialihkan ke desa Iain
3 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
yang termasuk

3
dalam daftar calon desa sasaran dengan nilai
anggaran sebesar sisa dana BLM yang belum
dicairkan.

c. Penggunaan Dana BLM

Pada dasarnya dana BLM hanya dapat digunakan


untuk kegiatankegiatan yang menunjang secara langsung
dalam peningkatan ekonomi masyarakat di kawasan
pantai.

Secara singkat ketentuan penggunaan dana BLM


dapat diilustrasikan seperti tabel berikut ini:

Pengolahan dan Usaha untuk Usaha pengolah Pengadaan


pemasaran hasil meningkatkan abon ikan, alat/mesin
kelautan penghasilan kerupuk ikan, pengolah
dengan memberi bakso ikan, - bahan/alat
nilai tambah siomay, nugget, ml3Sin
terhadap produk manisan rumput pengemas
perikanan dan laut, sirup rumput
kelautan. laut
Pengembangan Dalam rangka Sarana Pengadaan
wisata kelautan mendukung pendukung gerai
kapasitas kegiatan cinderamata,
masyarakat untuk pariwisata dan peralatan
mengembangkan apresiasi seni pemandu
kegiatan budaya wisata,
pariwisata, tradisional Pembangunan
diperlukan fasilitas
fasilitasi sarana homestay, dsb
dan prasarana
pendukung - Pengadaan
alat kesenian,
sanggar
kesenian,
bahan baku
kerajinan
Kegiatan Mendukung Pelatihan Biaya
pelatihan peningkatan pemandu wisata, narasumber
produksi pelatihan - Konsumsi
pengolahan hasil pengrajin
perikanan dan souvenir, Akomodasi
pariwisata pantai pelatihan Bahan,
pengolahan hasil ATK dsb.
perikanan dsb.

3 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
PPM-PT melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-
hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya
penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak
keresahan sosial dan kerusakan lingkungan,
berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok
tertentu dan bertentangan dengan norma-norma,
hukum serta peraturan yang berlaku.

d. Bantuan Untuk Pemerintah Kabupaten dan Para


Pemangku Kepentingan

Bantuan teknis pendampingan peningkatan kapasitas


pemerintah provinsi/ kabupaten dan para pemangku
kepentingan pada dasarnya merupakan kegiatan yang
berorientasi pada upaya membangun tata pemerintahan
daerah yang baik (local good governance),
khususnya dalam menanggulangi kemiskinan dan
mengawal program PPM-PT di tingkat desa.

Secara rinci bentuk-bentuk bantuan teknik/


pendampingan untuk pemerintah daerah dan para
pemangku kepentingan setempat mencakup:

- Fasilitasi pertemuan-pertemuan/musyawarah di
tingkat daerah, baik yang bersifat reorientasi
pemikiran, pendalaman pemahaman (workshop)
maupun penyebarluasan informasi (sosialisasi);

- Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan


bahan dan media belajar;

- Penyediaan media-media sosialisasi;

- Kunjungan lapangan baik dalam rangka pendalaman


pemahaman maupun penggalian aspirasi masyarakat;

- Pengorganisasian monitoring, fasilitasi, supervisi da


n evaluasi bersama, dll.

3
e. Bantuan tenaga konsultan

Setiap desa akan didampingi oleh seorang tenaga


konsultan yang dikoordinir oleh salah seorang senior
konsultan di tiap kabupaten. Tugas konsultan
sebagai berikut:

- memfasilitasi pemerintah/masyarakat agar mampu


mengambil keputusan secara rasional dan bertanggung
jawab;

- memberikan informasi terkait pedoman dan


kebijakan program;

- proses perencanaan, penetapan dan pelaksanaan


program penangulangan kemiskinan di tingkat
masyarakat harus dilakukan oleh masyarakat sendiri,
pendamping memfasilitasi agar proses kegiatan sesuai
dengan nilai, prinsip dan ketentuan PPM-PT;

- pendamping tidak diperkenankan meminta uang atau


imbalan apapun dari pemerintah/masyarakat;

- pendamping tidak diperkenankan menerima imbalan


uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung (tenaga kerja, dll);

- pendamping bertanggung jawab terhadap


penyelesaian persoalan yang ada di wilayah
dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya
penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi,
sebagai konsekuensi logis tanggungjawab pendamping
mengawal nilai, prinsip dan ketentuan PPM-PT;

- pendamping berkewajiban menyelesaikan persoalan


penyimpangan dana yang terjadi di masyarakat
dengan mengutamakan mekanisme penyelesaian
oleh masyarakat hingga proses hukum sesuai
ketentuan; dan

- ikatan kerja dengan konsultan pendamping dilakukan


oleh Satker provinsi dan dalam pengendalian
substansi maupun operasional.

3 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
D. ORGANISASI PELAKSANA

PPM-PT merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM


Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga
merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM
Mandiri yang telah diatur dalam Pedoman Umum Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang diterbitkan oleh
Tim Pengendali PNPM Mandiri.

Organisasi penyelenggaraan yang diuraikan di sini adalah


khusus organisasi penyelenggaraan PPM-PT saja yang secara
struktur organisasi berada di bawah kendali Tim Pengendali
PNPM Mandiri Nasional.

Penyelenggaraan program PPM-PT ini dilakukan secara berjenjang


dari tingkat nasional sampai tingkat desa/kelurahan dengan
pengorganisasian sebagai berikut:

1. Tingkat Nasional

a. Project Management Unit (PMU)

Penanggung jawab pengelolaan program tingkat


nasional PPM-PT adalah Kementerian ABC yang
bertindak sebagai lembaga penyelenggara program
(Executing Agency) yang dalam pelaksanaannya
menunjuk Direktorat Jenderal XYZ yang selanjutnya
membentuk PMU (Project Management Unit) yang
diketuai oleh seorang Kepala PMU sebagai penangung
jawab operasional kegiatan seluruh pelaksanaan
program, sedangkan untuk urusan administrasi
keuangan dan personalia ditunjuk pejabat yang untuk
pelaksanaan tugas sehari-hari ditunjuk PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

Untuk melaksanakan tugas tersebut PMU dibantu oleh


Konsultan Manajemen Pusat (KMP) PPM-PT yang bertugas
melakukan pengawasan, pengorganisasian dan
pengendalian KMW-KMW (Konsultan Manajemen
Wilayah). PMU juga dibantu oleh Tim Penelitian dan

3
Pengembangan (Litbang) yang bertanggung jawab dalam
merumuskan pengembangan konsep dan penyusunan
pedoman umum program, termasuk melakukan kajian-
kajian substantif yang dibutuhkan.

b. Kepala Satker CDE Kementerian ABC

Kepala Satker CDE berperan sebagai penanggung jawab


umum pelaksanaan PPM-PT yang berkedudukan di
pusat. Tanggung jawab dan tugas pokok kepala satker CDE
adalah:

- bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan


PPM-PT;

- menyiapkan Buku Pedoman Operasional Umum dan


Pedoman Operasional Teknik PPM-PT;

- mengarahkan, memantau, dan menilai kinerja KMP


dan KMW;

- melaksanakan sosialisasi secara nasional; dan

- bertanggung jawab terhadap replenishment dana loan.

c. Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen adalah penyelenggara dan


sekaligus mewakili Kementerian ABC sebagai instansi
penyelenggara PPM-PT dan bertindak atas nama
program di tingkat pusat (executing agency), dengan
tugas pokok sebagai berikut:

- bertanggung jawab atas kelancaran administrasi proyek;

- menetapkan Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference)


konsultan manajemen wilayah tingkat provinsi;

- menyiapkan dokumen pelaksanaan PPM-PT;

- memantau, dan menilai kinerja konsultan pelaksana;

- melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap


replenishmen dana loan (BLM);

- melakukan proses pengadaan dan pembayaran


konsultan pelaksana.
4 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
2. Tingkat Kabupaten

Di tingkat kabupaten dikoordinasikan langsung oleh Bupati


setempat melalui dinas terkait dengan menunjuk Tim
Koordinasi Pelaksanaan PNPM (TKPP). Pemkab dibantu oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diangkat Menteri ABC
atas usulan Bupati dibawah koordinasi Satker Kabupaten
dalam mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pendampingan dan pencairan dana BLM. TKPKD Kabupaten
dalam PPM-PT berperan mengkoordinasikan TKPP dari
berbagai program penanggulangan kemiskinan.

Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat


Kabupaten akan dilakukan oleh Senior Konsultan (SK),
para tenaga pendamping di tingkat desa.

3. Tingkat Desa

Di tingkat desa, unsur utama pelaksanaan PPM-PT adalah


(1) Kades dan perangkatnya, dan (2) Organisasi
Keswadayaan Masyarakat (OKM) dengan peran dan tugas
masing-masing unsur adalah sbb:

a. Kepala Desa

Secara umum peran utama Kepala Desa adalah


memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan
PPM-PT di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan
yang diharapkan melalui PPM-PT dapat tercapai
dengan baik. Untuk itu Lurah/Kepala Desa dapat
mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai
dengan fungsi masing-masing.

Secara rinci tugas dan tanggung jawab Kepala Desa


dalam pelaksanaan PPMPT adalah sebagai berikut:

- membantu sosialisasi awal PPM-PT ke seluruh


masyarakat di wilayahnya;

4
- memfasilitasi proses pemahaman masyarakat
mengenai PPM-PT, dan atas nama warga
mengajukan surat ke KMW dan Bappeda
Kota/Kabupaten, yang menyatakan kesiapan warga
masyarakat melaksanakan PPM-PT;

- memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus


RT/RW dan masyarakat dengan KMW/Tim
Fasilitator, dan relawan masyarakat dalam upaya
penyebarluasan informasi dan pelaksanaan PPM-
PT;

- memfasilitasi proses pengorganisasian masyarakat


warga dan pembentukan lembaga kepemimpinan
masyarakat di kelurahan/desanya, koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan
penanggulangan kemiskinan termasuk peninjauan
lapangan oleh berbagai pihak berkepentingan;

- memfasilitasi OKM dan masyarakat agar mampu


mencapai kinerja mandiri;

- memberi laporan bulanan kegiatan PPM-PT di


wilayahnya kepada Bupati; dan - berkoordinasi
dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan
LKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan
konflik serta penanganan pengaduan yang muncul
dalam pelaksanaan PPM-PT di wilayah kerjanya.

b. OKM (Organisasi Keswadayaan Masyarakat)

OKM ini bertanggung jawab menjamin keterlibatan


semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan yang kondusif untuk pengembangan
keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan
kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat
desa pada umumnya.

Oleh sebab itu peran utama OKM adalah:

- mengorganisasikan warga secara partisipatif untuk

4 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
merumuskan rencana jangka menengah (3 tahun)
dan

4
diajukan untuk mencairkan dana BLM;

- menyusun usulan kegiatan pembangunan terkait


dengan penanggulangan kemiskinan;

- mengelola dana yang diperolehnya untuk mendanai


kegiatan pembangunan yang diusulkan;

- mencatat dan membuat laporan kegiatan dan


keuangan kegiatan pembangunan yang diusulkan;

- menerapkan nilai-nilai luhur dalam pelaksanaan


pembangunan yang

- ditekuninya (transparansi, demokrasi, membangun


dengan mutu, dsb); dan

- secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial


(social control) pelaksanaan penangulangan
kemiskinan di wilayahnya.

Tim telah menetapkan kriteria skala kemungkinan


keterjadian (likelihood) dan dampak dari risiko adalah
sebagai berikut:

Skala likelihood:

- Skor 1 = kemungkinan terjadinya sangat jarang,


probabilitas < 20%
- Skor 2 = kemungkinan terjadinya jarang,
probabilitas 20% s.d 50%
- Skor 3 = kemungkinan terjadinya sering, probabilitas
sekitar 50% s.d 70%
- Skor 4 = kemungkinan terjadinya sering sekali,
probabilitas diatas 70%

Skala dampak:

- Skor 1 = berdampak sangat rendah


- Skor 2 = berdampak rendah bagi organisasi
- Skor 3 = berdampak besar bagi organisasi
- Skor 4 = berdampak sangat besar bagi organisasi

4 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Lembar Jawaban

4
Lembar Jawaban

4 2 0 1 8 | P u s d i #1 o I z o s B
Mata Ajar Diklat Pembentuh an Au.ditor Ahli

• Ko.de EU.k dan Standar Audit lñtefn:


• Komuriikasi Audit Intern
• Tata Kélolé, Mana|eme,p Ris!ko, dari Pengendal.ian lnt’em
• Manajémen Pemériñtahan
• Audit. lritem
• Pra’ktlk Audit l?tem

ISBN 978-979-3873-96-1

789793 873961

P’ u s a I . P.,e n d i d i k a n d a n P e I a t .i h a ’d P e.n g a .w a s a n B P K P
Jfn. Beringin Ti; Pandansari, Ctaw , 8pgor 16720 Email’ : pusdiklatGbpkp.go.id
Teip. (£iZ51 ) 8249001 - 8249003 (Sentral,) WebsPte ” : http:.//}›usdiktatwas. .go.id.
Fax. .(02fi1) 8248986,. 82w987 ' e-Learniñg : http:/ /tñzs.bpi p: .id

Anda mungkin juga menyukai