Anda di halaman 1dari 115

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

R
Nomor 31 P/HUM/2022

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun

do
gu 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

In
A
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227), pada
tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam
ah

lik
perkara:
YAYASAN KONSUMEN MUSLIM INDONESIA (YKMI), beralamat di
Caprof Building 1nd floor, Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH No. 73, Tebet,
am

ub
Jakarta Selatan, Indonesia, diwakili oleh Ahmad Himawan,
kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Ketua Umum Yayasan
ep
k

Konsumen Muslim Indonesia (YKMI);


Selanjutnya memberi kuasa kepada Amir Hasan, SH, M.H., dan
ah

R
kawan-kawan, Para Advokat dan Konsultan Hukum pada DAAR

si
AFKAR & Co. Lawyers Law Firm, beralamat di Caprof Buliding 2nd

ne
ng

floor, Rukan Grand Supomo Kav. B, Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH, No.
73, Tebet, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Tanggal
24 Januari 2022;

do
gu

Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;


melawan:
In
A

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, tempat kedudukan di Jalan


Medan Merdeka Utara Nomor 3, RT/RW 02/03, Kelurahan Gambir,
ah

lik

Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat:


Selanjutnya memberi kuasa kepada Menteri Sekretaris Negara
Republik Indonesia atas nama Presiden Republik Indonesia, memberi
m

ub

kuasa kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Menteri


ka

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dan Menteri Kesehatan Republik


ep

Indonesia tertanggal 14 Januari 2022;


ah

es

Halaman 1 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, kedudukan di Jalan

si
Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4 Jakarta Pusat;
Berdasarkan Surat Kuasa Substitusi dari Menteri Koordinator

ne
ng
Bidang Perekonomian RI Nomor: SKU-4/M.EKON/03/2022,
tanggal 7 Maret 2022 kepada Susiwijono, S.E., M.E., jabatan

do
gu Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan
kawan-kawan, kesemuanya kewarganegaraan Indonesia.
b. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

In
A
kedudukan di Jalan H.R Rasuna Said Kav. 6–7 Kuningan, Jakarta
Selatan;
ah

lik
Berdasarkan Surat Kuasa Substitusi Nomor: M.HH-PP.06.02-52
tanggal 16 Maret 2022 kepada R. Benny Riyanto, jabatan Direktur
am

ub
Jenderal Peraturan Perundang-Undangan, dan kawan-kawan,
kesemuanya kewarganegaraan Indonesia.
c. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kedudukan di Jalan H.R.
ep
k

Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan;


ah

Berdasakan Surat Kuasa Substitusi Nomor: HK.05.04/Menkes/


R

si
189/2022 tanggal 18 Maret 2022, kepada Kunta Wibawa Dasa
Nugraha., jabatan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI

ne
ng

dan kawan-kawan, kesemuanya kewarganegaraan Indonesia.


Selanjutnya disebut sebagai Termohon;

do
gu

Mahkamah Agung tersebut;


Membaca surat-surat yang bersangkutan;
DUDUK PERKARA
In
A

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya


tertanggal 2 Februari 2022 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung
ah

lik

pada Tanggal 7 Februari 2022 dan diregister dengan Nomor 31 P/HUM/2022


telah mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal 2
m

ub

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 tentang


Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
ka

Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)


ep
ah

es

Halaman 2 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227), dengan

si
dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
A. PENDAHULUAN

ne
ng
1. Bahwa menurut Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia ditegaskan bahwa, “Setiap orang berhak memeluk

do
gu agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak

In
A
kembali.”;
2. Bahwa maksud dari Pasal 28 E ayat (2) dimaksud mengandung makna
ah

lik
bahwa Negara Republik Indonesia memberikan hak dasar bagi warga
negaranya untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama
am

ub
yang diyakininya;
3. Bahwa Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
menegaskan:
ep
k

(1) “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”


ah

(2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


R

si
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.”

ne
ng

4. Bahwa sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 29 UUD 1945


dimaksud menegaskan kembali tentang jaminan bagi tiap-tiap penduduk

do
gu

untuk memeluk agamanya dan beribadah menurut agamanya dan


kepercayaan yang dianutnya, yang mana Negara memberikan kewajiban
penuh atas kebebasan bagi tiap-tiap penduduknya untuk menjalankan
In
A

ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya tersebut;


5. Bahwa ketentuan dalam Konstitusi dimaksud juga mengandung makna
ah

lik

bahwa negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan


atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa
m

ub

keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, negara juga
berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan sebagai jaminan
ka

hukum bagi warga negara untuk menjalankan ibadah sesuai dengan


ep

agama yang dianutnya, tanpa ada intervensi dari pihak manapun;


ah

es

Halaman 3 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. Bahwa dengan demikian, menjalankan agama dan beribadah sesuai

si
dengan agama yang dianut oleh warga negara, merupakan hak dasar
bagi setiap warga negara dan negara berkewajiban menjamin bagi

ne
ng
warga negaranya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya tersebut. Hak dasar tersebut adalah suatu bentuk grund norm

do
gu (norma dasar), yang tidak bisa ditawar lagi, yang melekat secara
mendasar pada kehidupan bernegara di Negara Republik Indonesia;
7. Bahwa demikian juga bagi umat Islam di Indonesia, negara memiliki

In
A
kewajiban konstitusional untuk menjamin kemerdekaan bagi tiap-tiap
penduduk untuk menjalankan agama Islam dan melakukan ibadah
ah

lik
menurut agama Islam, sebagaimana yang diperintahkan dalam Al Quran
dan Sunnah, yang menjadi panduan bagi umat Islam dalam menjalankan
am

ub
kegiatan agama dan ibadahnya;
8. Bahwa dalam agama Islam, Al Quran dan Sunnah merupakan pedoman
dasar untuk menjalankan kegiatan ibadah, yang didalamnya berisikan
ep
k

tentang perintah dan larangan bagi umat Islam, termasuk dalam urusan
ah

halal dan haram. Karena dalam Al Quran dan Sunnah, termaktub tentang
R

si
suatu hal yang dihalalkan, dan yang diharamkan, yang oleh karenanya
Negara Republik Indonesia berkewajiban memberikan jaminan bagi umat

ne
ng

Islam dalam mentaati hal-hal dimaksud;


9. Bahwa dengan demikian, Negara Republik Indonesia berkewajiban

do
gu

memberikan jaminan bagi pemeluk agama Islam untuk beribadah dan


menjalankan agamanya, dengan untuk mentaati hal-hal yang halal dan
diharamkan, termasuk berkewajiban memberikan perlindungan dan
In
A

jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan oleh


masyarakat muslim di Indonesia;
ah

lik

10. Bahwa oleh karena itu, Negara Republik Indoensia mengeluarkan


Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
m

ub

sebagai bentuk jaminan dan perlindungan dari negara kepada umat


Islam di Indonesia, untuk terjaga dari konsumsi produk yang bersifat
ka

halal dan adanya kepastian hukum tentang produk yang halal dan
ep

produk yang tidak halal (haram), yang tidak layak dikonsumsi oleh kaum
ah

es

Halaman 4 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
muslimin. Hal tersebut tercermin dalam substansi ketentuan Pasal 1 ayat

si
(1) dan 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal, yang masing-masing berbunyi sebagai berikut:

ne
ng
Pasal 1 ayat (1):
Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan,

do
gu minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk
rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat.”

In
A
Pasal 4
“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia
ah

lik
wajib bersertifikat halal”.
11. Bahwa mengacu pada tinjauan konstitusional dan peraturan perundang-
am

ub
undangan diatas, dapat disimpulkan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
ep
k

Untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan


ah

menjalankan ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan


R

si
pelindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan
digunakan masyarakat;

ne
ng

12. Bahwa terhitung sejak merebaknya wabah pandemi Corona Virus


Desease 2019 (COVID-19) maka dilakukanlah program vaksinasi yang

do
gu

bertujuan sebagai obat terhadap wabah penyakit yang melanda seluruh


dunia, termasuk wilayah negara Republik Indonesia;
13. Bahwa dalam rangka mewujudkan program vaksinasi dimaksud, guna
In
A

mencegah dan mengobati penduduk agar tidak terserang COVID-19


sebagai suatu penyakit yang menular, Indonesia turut serta dalam
ah

lik

melakukan upaya program vaksinasi tersebut.


14. Bahwa Pemerintah melalui Presiden Republik Indonesia kemudian
m

ub

menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 Tentang


Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
ka

Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).


ep

Peraturan a quo memberikan tugas dan kewenangan pemerintah untuk


ah

es

Halaman 5 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk

si
pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 tersebut (Vide Pasal 2);
15. Bahwa selanjutnya dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri

ne
ng
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi

do
gu Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), yang berbunyi: “Vaksin adalah
produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,

In
A
atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid
atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang
ah

lik
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
terhadap penyakit tertentu.”;
am

ub
16. Bahwa oleh karena itu, berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, maka
vaksin dapat dimaknai juga sebagai barang yang berasal dari produk
ep
k

rekayasa genetik, ataupun produk kimiawi yang digunakan, dipakai, atau


ah

dimanfaatkan oleh masyarakat, wajib memiliki sertifikat halal ketika


R

si
masuk dan beredar serta dipergunakan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

ne
ng

17. Bahwa oleh karena itu, berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, dapat

do
gu

dimaknai juga sebagai barang yang berasal dari produk rekayasa


genetik, atau pun produk kimiawi yang juga berkewajiban harus memiliki
sertifikat halal, tatkala masuk dan beredar serta di pergunakan di wilayah
In
A

Negara Kesatuan Republik Indonesia;


18. Bahwa dalam pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
ah

lik

Tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka


Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan
m

ub

peraturan pelaksanaan lainnya, ditetapkan jenis Vaksin yang


dipergunakan dalam program Vaksinasi di wilayah Negara Kesatuan
ka

Republik Indonesia dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri


ep

Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/6424/2021


ah

es

Halaman 6 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka

si
Penaggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pada
tanggal 21 September 2021, yang menentukan jenis vaksin yang

ne
ng
dipergunakan adalah sebagai berikut:

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

19. Bahwa selain Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, pada tanggal 12


R

si
Januari 2022, diterbitkan kembali Surat Edaran Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pencegahan Kementerian Kesehatan Republik

ne
ng

Indonesia Nomor: HK.02.02/II/252/2002 tentang Vaksinasi COVID-19


Dosis Lanjutan (Booster), yang menentukan jenis Vaksin yang

do
gu

dipergunakan dalam program Vaksinasi Dosis Lanjutan (Booster) adalah


sebagai berikut:
“Regimen dosis lanjutan (booster) yang diberikan pada bulan Januari
In
A

2022 yaitu:
a. Untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan:
ah

lik

 Vaksin Astra Zeneca, separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
 Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
m

ub

b. Untuk sasaran dengan dosis primer Astra Zeneca maka diberikan:


 Vaksin Moderna , separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
ka

 Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.


ep
ah

es

Halaman 7 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Bila ada regimen dosis lanjutan yang baru untuk Vaksinasi Program

si
akan disampaikan kemudian.”
20. Bahwa dari keseluruhan jenis Vaksin di atas, tercatat yang memiliki

ne
ng
Sertifikat Halal hanyalah satu jenis Vaksin saja yakni Vaksin produk
Sinovac, yang telah mendapatkan Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia

do
gu Nomor 02 Tahun 2021 Tentang Produk Vaksin COVID-19 Dari Sinovac
Life Science Ltd. China dan PT Bio Farma (Persero) tertanggal 11
Januari 2021 M/27 Jumadil Awal 1442 H, yang secara tegas telah

In
A
dinyatakan suci dan halal dan fakta hukum juga menyebutkan adanya
satu jenis Vaksin yang telah mendapatkan Sertifikat Halal dari Majelis
ah

lik
Ulama Indonesia (MUI) tertanggal 29 September 2021 untuk jenis vaksin
Zifivac;
am

ub
21. Bahwa oleh karena itu, fakta hukum yang tertera adalah vaksin untuk
pengobatan COVID-19 yang bersertifikat halal, sebagaimana sesuai
dengan norma hukum yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 33
ep
k

Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Peraturan Pemerintah


ah

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan


R

si
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal adalah sebenarnya telah tersedia dan bisa dipergunakan

ne
ng

terutama bagi kaum muslimin di Indonesia, yang dengan demikian tetap


terjaga hak-hak konstitusionalnya dalam menjalankan ibadah dan

do
gu

agamanya sesuai dengan jaminan Konsitusi Undang-Undang Dasar


Tahun 1945;
22. Bahwa sementara itu, menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
In
A

Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Hukum Penggunaan Vaksin COVID-19


Produk Astra Zeneca tertanggal 16 Maret 2021/2 Sya‟ban 1442 H,
ah

lik

ditegaskan bahwa jenis Vaksin tersebut mengandung bahan tripsin babi,


yang diputuskan haram digunakan oleh umat Islam, dan vaksin jenis
m

ub

Moderna dan vaksin jenis Pfizer sama sekali belum memiliki sertifikat
Halal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Tentang
ka

Jaminan Produk Halal dan Peraturan Pemerintah dimaksud, namun jenis


ep

vaksin dimaksud tetap dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan dari


ah

es

Halaman 8 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Peraturan Presiden a quo, yang hal itu berakibat dirugikannya hak-hak

si
konstitusional kaum muslimin karena dipaksa untuk mengkonsumsi jenis
vaksin yang tidak suci dan tidak halal;

ne
ng
23. Bahwa berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerbitan
Peraturan Presiden Republik Indonesia a quo menimbulkan dampak

do
gu yang besar umat Islam di Indonesia, khususnya pelaksanaan Pasal 2
Peraturan Presiden a quo dalam hal tugas dan kewenangan pemerintah
menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk

In
A
pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, yang tidak memberikan kepastian
hukum dan perlindungan untuk mendapatkan produk (vaksin) yang
ah

lik
bersertifikat halal sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 1
ayat (1) dan 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
am

ub
Produk Halal;
24. Bahwa Pasal 2 Peraturan Presiden a quo, nyata-nyata telah
menimbulkan kerugian konstitusional pada kaum muslimin sebagai
ep
k

mayoritas penduduk di Indonesia selaku konsumen yang mengkonsumsi


ah

Vaksin sebagai pengobatan dari COVID-19, terutama menjauhi hal yang


R

si
diharamkan dan wajib mengkonsumsi barang dan jasa yang halal
sebagaimana perintah dalam Al Quran dan Sunnah;

ne
ng

25. Bahwa Pemohon merupakan suatu badan hukum yang salah satu tujuan
dan tugasnya adalah melindungi konsumen muslim di Indonesia,

do
gu

melakukan monitoring kehalalan suatu produk, merasa sangat dirugikan


secara konstitusinal dengan terbitnya Peraturan Presiden a quo, oleh
karenanya Pemohon sangat berkepentingan untuk mengajukan
In
A

permohonan pengujian (judicial review) kepada Mahkamah Agung


Republik Indonesia atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
ah

lik

Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka


Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19
m

ub

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227)


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun
ka

2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun


ep

2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam


ah

es

Halaman 9 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-

si
19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 66);

ne
ng
B. KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGUJI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH UNDANG-

do
gu UNDANG.
1. Pemohon memohon agar Mahkamah Agung (MA) melakukan pengujian
terhadap Ketentuan Pasal 2 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK

In
A
INDONESIA Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
ah

lik
Corona Virus Disease 2019 (Covid 19), terhadap ketentuan ketentuan
Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
am

ub
Tentang Jaminan Produk Halal;
2. Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945 juncto
Pasal 5 ayat (2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
ep
k

Indonesia No. III/MPR/2000 juncto Pasal 31A ayat (1) Undang-undang


ah

No. 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.


R

si
14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung juncto Pasal 1 ayat (1)
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011

ne
ng

Tentang Hak Uji Materiil, bahwa salah satu kewenangan Mahkamah


Agung adalah pengujian peraturan perundang-undangan di bawah

do
gu

undang-undang terhadap undang-undang.


Pasal 24A ayat (1) UUD 1945 antara lain menyatakan:
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
In
A

peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap


undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
ah

lik

undang-undang
Pasal 5 ayat (2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
m

ub

Indonesia No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan


Peraturan Perundang-undangan secara tegas menyatakan:
ka

“Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan


ep

di bawah undang-undang”.
ah

es

Halaman 10 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 31A ayat (1) UU No. 3 Tahun 2009 antara lain menyatakan :

si
Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang diajukan langsung oleh

ne
ng
pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Agung dan dibuat secara
tertulis dalam bahasa Indonesia.

do
gu Pasal 1 ayat (1) PERMA RI No. 1 Tahun 2011 antara lain menyatakan:
“Hak uji materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk menilai materi
muatan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang

In
A
terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.”
3. Bahwa menguji peraturan perundang-undangan sebagaimana yang
ah

lik
dimaksud oleh ketentuan-ketentuan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945
tersebut tidaklah semata-mata menguji apakah norma peraturan
am

ub
perundang-undangan itu bertentangan dengan norma Undang-undang,
namun juga harus dimaknai bahwa yang dapat menjadi objek pengujian
ke Mahkamah Agung adalah materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian
ep
k

dalam peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan


ah

Undang-Undang. Hal tersebut dijabarkan lebih lanjut oleh ketentuan


R

si
Undang-Undang bahwa Pemohon wajib menguraikan dengan jelas
“materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian peraturan

ne
ng

perundang-undangan di bawah undang-undang dianggap


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

do
gu

(vide Pasal 31 ayat (3) huruf b angka 1 UU No. 3 Tahun 2009).


Ketentuan yang hampir sama ditemukan pula dalam Pasal 9 ayat (2) UU
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
In
A

Undangan yang mengatakan bahwa ”Dalam hal suatu Peraturan


Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan
ah

lik

dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah


Agung”.
m

ub

4. Bahwa dalam ketentuan UU No. 12 Tahun 2011 di atas, pada Pasal 7


ayat (1) secara jelas dan mendetail telah diatur perihal jenis dan hirarki
ka

peraturan perundang-undangan yang meliputi:


ep

“Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:


ah

es

Halaman 11 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

si
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

ne
ng
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;

do
gu f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.”
5. Bahwa objek Permohonan a quo terhadap Peraturan Presiden Nomor

In
A
Terhadap Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99
Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
ah

lik
dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
am

ub
227) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
ep
k

Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019


ah

(COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor


R

si
66), yang mana termasuk dalam jenis kategori peraturan perundang-
undangan yang tingkatannya di bawah undang-undang, sebagaimana

ne
ng

dimaksud ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU PPP dimaksud.


6. Bahwa berdasarkan hal itu maka objek Permohonan dalam perkara ini

do
gu

adalah termasuk dalam jenis kategori peraturan perundang-undangan


yang tingkatannya di bawah undang-undang, sebagaimana dimaksud
ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU PPP.
In
A

7. Bahwa menurut Pemohon, ketentuan a quo bertentangan dengan


sejumlah Undang-Undang yang lebih tinggi tingkatannya, diantaranya
ah

lik

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Produk Jaminan Halal,


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
m

ub

Konsumen, sehingga merugikan hak-hak Pemohon sebagai organisasi


publik pada umumnya. Oleh karenanya berdasarkan pada beberapa
ka

ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, khususnya ketentuan


ep
ah

es

Halaman 12 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 9 ayat (2) UU PPP, Pemohon mengajukan Permohonan a quo ke

si
Mahkamah Agung.
8. Bahwa berlandaskan sejumlah peraturan perundang-undangan,

ne
ng
sebagaimana telah diuraikan di atas (UUD 1945, UU Kekuasaan
Kehakiman, UU Mahkamah Agung, UU PPP, Perma Hak Uji Materiil),

do
gu dikarenakan permohonan ini adalah permohonan keberatan atas
berlakunya suatu peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang, maka Mahkamah Agung berwenang untuk mengujinya, untuk

In
A
kemudian memberikan putusan.
ah

lik
C. KEDUDUKAN HUKUM DAN KEPENTINGAN PEMOHON
1. Bahwa Pasal 31 ayat (2) UU No. 3 Tahun 2009 mengatur bahwa :
am

ub
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh
berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang,
ep
k

yaitu:
ah

a. perorangan warga negara Indonesia;


R

si
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

ne
ng

Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;


atau

do
gu

c. badan hukum publik atau badan hukum privat.


Selanjutnya Pasal 1 ayat (3) PERMA RI No. 1 Tahun 2011 menyatakan:
Pemohon keberatan adalah kelompok masyarakat atau perorangan yang
In
A

mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah Agung atas


berlakunya suatu peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah
ah

lik

dari undang-undang.
2. Bahwa dalam dalam Permohonan ini Pemohon adalah badan hukum
m

ub

privat yang berbentuk Yayasan. yang memiliki legal standing dan


menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan ini dengan
ka

menggunakan prosedur organization standing (legal standing).


ep
ah

es

Halaman 13 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Bahwa badan hukum atau Rechtpersoon adalah entitas yang

si
mengemban hak dan kewajiban berdasarkan hukum serta mampu
melakukan suatu tindakan hukum (rechtsbevoegd), sehingga dapat

ne
ng
dijadikan subjek hukum.
4. Bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai

do
gu Pemohon dalam Permohonan Keberatan atas berlakunya suatu
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undangan,
dikarenakan terdapat keterkaitan sebab akibat (causal verband) dengan

In
A
berlakunya Peraturan Presiden a quo sehingga hak-hak Para Pemohon
sebagai subjek hukum dirugikan.
ah

lik
5. Bahwa doktrin organization standing atau legal standing merupakan
sebuah prosedur beracara yang tidak hanya dikenal dalam doktrin akan
am

ub
tetapi juga telah dianut dalam berbagai peraturan perundangan di
Indonesia, seperti UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
ep
k

Konsumen, dan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.


ah

6. Bahwa pada praktik peradilan di Indonesia, termasuk dalam proses


R

si
peradilan di Mahkamah Agung legal standing telah diterima dan diakui
menjadi mekanisme dalam upaya pencarian keadilan, yang mana dapat

ne
ng

dibuktikan antara lain dalam Putusan MA No. 33 P/HUM/2011 dalam


Permohonan Keberatan atas berlakunya Keputusan Presiden No. 28

do
gu

Tahun 1975.
7. Bahwa organisasi dapat bertindak mewakili kepentingan publik/umum
adalah organisasi yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
In
A

berbagai peraturan perundang-undangan maupun yurisprudensi, yaitu:


a. berbentuk badan hukum atau yayasan;
ah

lik

b. dalam anggaran dasar organisasi yang bersangkutan menyebutkan


dengan tegas mengenai tujuan didirikannya organisasi tersebut;
m

ub

c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.


8. Bahwa Pemohon merupakan organisasi berbentuk Yayasan terdaftar di
ka

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia AHU-


ep

0001691.AH.01.04 Tahun 2022 tanggal 20 Januari 2022 dengan Akte


ah

es

Halaman 14 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Notaris Nomor 22 oleh Notaris Mochamad Rezky, SH, MKn, tanggal 20

si
Januari 2022.
9. Bahwa dasar dan kepentingan hukum Pemohon dalam mengajukan

ne
ng
Permohonan atas berlakunya Peraturan Presiden a quo, dapat
dibuktikan dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga

do
gu Pemohon. Dalam Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga
Para Pemohon disebutkan dengan tegas mengenai tujuan didirikannya
Yayasan, dan Pemohon juga telah melaksanakan visi, misi dan kegiatan

In
A
sesuai dengan Anggaran Dasar-nya.
10. Bahwa berdasarkan juga Pasal 3 Anggaran Dasar, Yayasan Konsumen
ah

lik
Muslim Indonesia (YKMI) selaku Pemohon melakukan kegiatan sebagai
berikut:
am

ub
“Untuk menjalankan maksud dan tujuan dimaksud, Yayasan
menjalankan kegiatan sebagai berikut:
1. Di bidang sosial:
ep
k

a. Lembaga formal dan non formal.


ah

b. Penelitian di bidang ilmu pengetahuan.


R

si
c. Studi banding khususnya di bidang perlindungan konsumen.
d. menyelenggarakan kegiatan seminar, training serta diskusi di

ne
ng

bidang perlindungan konsumen


2. Di bidang kemanusiaan:

do
gu

a. memberikan perlindungan konsumen.


3. Di bidang keagamaan:
a. Studi banding dalam bidang konsumen, khususnya konsumen
In
A

muslim.
b. Meningkatkan pemahaman konsumen muslim mengenai
ah

lik

kehalalan produk.
c. Melakukan monitoring terhadap kehalalan suatu produk.
m

ub

11. Bahwa hal diatas menunjukkan bahwa Pemohon peduli dan memiliki
perhatian terhadap upaya perlindungan konsumen khususnya bagi umat
ka

Islam di Indonesia, agar terjaga dan terlindungi hak-hak hukumnya


ep
ah

es

Halaman 15 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terkait dengan jaminan produk halal yang beredar baik barang dan jasa

si
di wilayah negara Republik Indonesia;
12. Bahwa dalam mencapai maksud dan tujuan, visi dan misi Pemohon

ne
ng
Keberatan telah melakukan berbagai macam usaha/kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus, sebagaimana halnya telah menjadi

do
gu pengetahuan umum (notoire feiten). Adapun, bentuk kegiatan yang telah
dilakukan oleh Pemohon sejak berdiri, telah aktif dalam melakukan
upaya-upaya, antara lain melakukan monitoring terhadap kehalalan

In
A
produk khususnya atas Vaksin yang beredar di umat Islam Indonesia,
melakukan kegiatan seminar berupa focus group discussion (FGD) atas
ah

lik
pembahasan pemahaman tentang Vaksin Halal yang prioritas bagi umat
Islam, melakukan syiar dakwah melalui media massa dan media sosial
am

ub
tentang pentingnya umat Islam untuk menerima Vaksin Halal, melakukan
unjuk rasa secara konstitusional di berbagai tempat yang bertujuan
penyaluran pendapat di muka umum dengan bertemakan pentingnya
ep
k

„Vaksin Halal bagi kaum muslimin‟, dan berbagai kegiatan lainnya.


ah

13. Bahwa upaya-upaya dan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


R

si
Pemohon adalah dalam rangka melaksanakan hak konstitusional yang
dimilikinya, guna memperjuangkan haknya secara bersama untuk

ne
ng

kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana ditegaskan oleh


ketentuan Pasal 28C ayat (2) UUD 1945, yang menyatakan,

do
“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
gu

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan


negaranya”.
In
A

14. Bahwa selain jaminan perlindungan konstitusional bagi ruang partisipasi


aktif masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara, penegasan
ah

lik

serupa juga mengemuka di dalam sejumla peraturan perundang-


undangan, seperti Pasal 15 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
m

ub

Manusia. Ketentuan ini mengatakan bahwa setiap orang, baik secara


pribadi maupun kolektif berhak untuk mengembangkan dirinya dalam
ka

rangka membangun masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan di dalam


ep

Pasal 16 UU Hak Asasi Manusia disebutkan secara khusus tentang hak


ah

es

Halaman 16 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
individu atau kelompok untuk mendirikan suatu organisasi untuk tujuan

si
sosial dan kebajikan, dan pendidikan.
15. Bahwa Peraturan Presiden a quo yang menjadi objek dalam

ne
ng
Permohonan ini sangat berkaitan erat dengan upaya-upaya serta
kelangsungan kegiatan dari Pemohon dikarenakan keberadaannya

do
gu menghambat upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
demokratis, berkeadilan sosial dan jaminan kebebasan menjalankan
agama yang diamanatkan oleh Konstitusi UUD 1945, yang selama ini

In
A
diperjuangkan oleh Pemohon.
16. Bahwa keberadaan Peraturan Presiden a quo telah sangat mengganggu
ah

lik
dan menghambat aktivitas Pemohon. Berlakunya peraturan a quo telah
merugikan hak-hak Pemohon untuk berperan secara kelembagaan
am

ub
dalam memastikan “menjamin kebebasan bagi warga negara untuk
menjalankan agamanya” untuk kepentingan bangsa dan negara sebagai
wujud pelaksanaan hak untuk berpatisipasi dalam pembangunan
ep
k

masyarakat, bangsa dan negara yang merupakan mandat dari UUD


ah

1945.
R

si
17. Bahwa dengan demikian, berlakunya Peraturan Presiden a quo baik
secara konkrit dan faktual maupun potensial merugikan hak-hak

ne
ng

Pemohon. Keberadaan peraturan a quo, baik secara langsung maupun


tidak langsung, telah merugikan berbagai macam usaha yang telah

do
gu

dilakukan secara terus-menerus dalam rangka menjalankan tugas dan


peranan dari Pemohon.
In
A

D. POKOK PERKARA DAN ARGUMENTASI YURIDIS


A. PENGUJIAN FORMAL
ah

lik

1. Bahwa dalam pembentukan suatu peraturan perundang- undangan,


selain harus memenuhi syarat materiil juga harus memenuhi syarat
m

ub

formil. Secara umum, konsepsi pengujian secara formil (formele toetsing)


dapat dimaknai sebagai sejauh mana peraturan perundang-undangan
ka

tersebut ditetapkan dalam bentuk yang tepat (appropriate form), oleh


ep

institusi yang tepat (appropriate institution), oleh materi muatan yang


ah

es

Halaman 17 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tepat dan menurut azas yang sesuai (appropriate principle). Dengan

si
demikian sebuah produk peraturan perundang-undangan wajib dengan
bentuk yang tepat, institusi yang tepat, materi muatan yang tepat, dan

ne
ng
azas yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Bahwa sesuai Pasal 31A Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang

do
gu Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung: ayat (3) huruf b berbunyi: uraian mengenai perihal
yang menjadi dasar permohonan dan menguraikan dengan jelas bahwa:

In
A
a. materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang dianggap bertentangan dengan
ah

lik
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; dan/atau
b. pembentukan peraturan perundang-undangan tidak memenuhi
am

ub
ketentuan yang berlaku; dan huruf c berbunyi „hal-hal yang diminta
untuk diputus.
3. Bahwa berdasarkan pada Pasal 31A ayat (3) huruf b Undang- Undang
ep
k

Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


ah

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung tersebut, maka


R

si
pengujian secara formil juga diakui dan menjadi bagian dari objek
kewenangan pengujian oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.

ne
ng

4. Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011


Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Negara

do
gu

Kesatuan Republik Indonesia telah menetapkan bahwa:


(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
In
A

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;


c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
ah

lik

d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
m

ub

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan


g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
ka

5. Bahwa berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


ep

12 Tahun 2021 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


ah

es

Halaman 18 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
di negara Kesatuan Republik Indonesia, disebutkan bahwa Azas

si
Pembentukan peraturan perundang-undangan, berbunyi:
“Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan

ne
ng
berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang baik, yang meliputi:

do
gu 1. kejelasan tujuan;
2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

In
A
4. dapat dilaksanakan;
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
ah

lik
6. kejelasan rumusan; dan
7. keterbukaan.
am

ub
6. Bahwa berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2021 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
di negara Kesatuan Republik Indonesia, berbunyi:
ep
k

(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan


ah

asas:
R

si
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;

ne
ng

c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;

do
gu

e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
In
A

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;


i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
ah

lik

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.


7. Bahwa pengertian atau yang dimaksud dengan Peraturan Presiden juga
m

ub

telah ditetapkan dalam Pasal 1 ayat (6) yaitu bahwa yang dimaksud
dengan Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan
ka

yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan


ep
ah

es

Halaman 19 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan

si
kekuasaan pemerintahan.
8. Bahwa merujuk pada Pasal 31 Undang-Undang a quo, bahwa Ketentuan

ne
ng
mengenai perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 29

do
gu berlaku secara mutatis mutandis terhadap perencanaan penyusunan
Peraturan Presiden.
9. Bahwa berdasarkan peraturan perundangan a quo, maka pihak yang

In
A
menyiapkan rancangan Peraturan Presiden adalah pihak Kementrian
dan/atau Lembaga Pemerintah Non Departemen sesuai dengan bidang
ah

lik
tugasnya. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
am

ub
Undangan;
10. Bahwa, selanjutnya tata cara Perencanaan Program Penyusunan
Peraturan Pemerintah, yang berlaku secara mutadis mutandis terhadap
ep
k

pembentukan Peraturan Presiden, Mentrinya menyiapkan program


ah

Penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan


R

si
Presiden Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

ne
ng

Peraturan Perundang-Undangan, yaitu sebagaimana diatur:


a) Pasal 27

do
gu

1. Ayat (1) Menteri menyiapkan perencanaan program penyusunan


Peraturan Pemerintah;
2. Ayat (2) Perencanaan program penyusunan Peraturan Pemerintah
In
A

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat daftar judul dan


pokok materi muatan Rancangan Peraturan Pemerintah yang
ah

lik

disusun berdasarkan hasil inventarisasi pendelegasian Undang-


Undang;
m

ub

b) Pasal 28 “Menteri menyampaikan daftar perencanaan program


penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
ka

Pasal 27 kepada kementerian/lembaga pemerintah non


ep

kementerian”;
ah

es

Halaman 20 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c) Pasal 29

si
1. Ayat (1) Menteri menyelenggarakan rapat koordinasi antar
kementerian dan/atau antar non kementerian dalam jangka

ne
ng
waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
daftar perencanaan program penyusunan Peraturan

do
gu Pemerintah disampaikan;
2. Ayat (2) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan untuk finalisasi daftar perencanaan program

In
A
penyusunan Peraturan Pemerintah;
3. Ayat (3) Daftar perencanaan program penyusunan Peraturan
ah

lik
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Presiden;
am

ub
d) Pasal 30
1. Ayat (1) Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun
Rancangan Peraturan Pemerintah di luar perencanaan program
ep
k

penyusunan Peraturan Pemerintah kepada Menteri;


ah

2. Ayat (2) Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah


R

si
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebutuhan
Undang-Undang atau putusan Mahkamah Agung;

ne
ng

3. Ayat (3) Dalam menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemrakarsa harus

do
gu

terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada


Presiden;
4. Ayat (4) Permohonan izin prakarsa kepada Presiden disertai
In
A

penjelasan mengenai alasan perlunya disusun Peraturan


Pemerintah;
ah

lik

5. Ayat (5) Dalam hal Presiden memberikan izin prakarsa


penyusunan Peraturan Pemerintah di luar daftar perencanaan
m

ub

program penyusunan Peraturan Pemerintah, Pemrakarsa


melaporkan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
ka

tersebut kepada Menteri.


ep
ah

es

Halaman 21 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
11. Bahwa, Pemrakarsa yang Membuat dan Menyusun Rancangan

si
Peraturan Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi

ne
ng
Corona Virus Disease (Covid 19), ternyata “Tidak Mentaati Azas-Asas
Hukum dan Ketentuan Hukum Yang Berlaku”, yaitu:

do
gu 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014

In
A
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perudang-undangan;
ah

lik
3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005
Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang,
am

ub
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden.
12. Bahwa merujuk pada Peraturan Presiden yang menjadi Objek
ep
k

Permohonan a quo, memuat konsideran dasar hukum pembentukannya


ah

yakni:
R

si
1) Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

ne
ng

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

do
gu

2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem


Keuangan untuk Penanganan Pancemi Corona Virus Disease (Covid
19) dan/atau Dalam Rangfka Menghadapi Ancaman yang
In
A

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem


Keuangan menjadi Undang-Undang.
ah

lik

13. Bahwa fakta hukum dimaksud menunjukkan bahwa proses pembentukan


Peraturan Presiden yang menjadi Objek Permohonan a quo, hanya
m

ub

melibat unsur Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan dan


tanpa melibat Kementerian Agama, yang semestinya menjadi bagian
ka

yang tak terpisahkan dalam rangka program Vaksinasi terhadap


ep

menghadapi Pandemi Covid 19 dimaksud.


ah

es

Halaman 22 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
14. Bahwa dengan tidak dilibatkannya unsur dari Kementerian Agama,

si
sebagai pihak yang menjadi pelaksana dari ketentuan dasar bagi umat
Islam dalam menjalankan kebebasan terhadap agama dan ibadahnya,

ne
ng
terlebih dalam proses penetapan vaksin sebagai produk biologi yang
dikonsumsi oleh penduduk Indonesia, dan mayoritas adalah beragama

do
gu Islam, sebagai Kementerian yang bertanggungjawab langsung terhadap
urusan agama, dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden a
quo, sampai dengan terbitnya Peraturan Presiden a quo., membuktikan

In
A
bahwa pembuatan Peraturan Presiden dimaksud “tidak Melalui
Harmonisasi”, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
ah

lik
undangan yang telah diuraikan di atas, sehingga Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, terbukti menyalahi Ketentuan hukum Formilnya”.
am

ub
15. Bahwa unsur Kementerian Agama menjadi sangat penting dan relevan
untuk diikutsertakan dalam proses pembentukan Peraturan Presiden a
quo, karena berkaitan dengan penetapan jenis Vaksin, sebagaimana
ep
k

dimaksud dalam Objek Permohonan a quo, yang berkaitan dengan hak-


ah

hak hukum kaum muslimin, yang dijamin kemerdekaan dan kebebasan


R

si
dalam menjalankan ibadah dan agamanya dilindungi oleh Pasal 28 dan
Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

ne
ng

16. Bahwa dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang utama
agar tercipta suatu kejelasan terhadap peraturan hukum, asas tersebut

do
gu

ialah kepastian hukum. Gagasan mengenai asas kepastian hukum ini


awalnya diperkenalkan oleh Gustav Radbruch dalam bukunya yang
berjudul “einführung in die rechtswissenschaften”. Radbruch menuliskan
In
A

bahwa di dalam hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni:


(1) Keadilan(Gerechtigkeit);
ah

lik

(2) Kemanfaatan (Zweckmassigkeit); dan


(3) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit)
m

ub

17. Bahwa di dalam suatu peraturan hukum, terkandung asas-asas hukum


yang menjadi dasar pembentuknya. Dikatakan oleh Satjipto Rahardjo,
ka

bahwa asas hukum dapat diartikan sebagai “jantungnya” peraturan


ep

hukum, sehingga untuk memahami suatu peraturan hukum diperlukan


ah

es

Halaman 23 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adanya asas hukum. Dengan bahasa lain, Karl Larenz dalam bukunya

si
“Methodenlehre der Rechtswissenschaft” menyampaikan bahwa asas
hukum merupakan ukuran-ukuran hukum ethis yang memberikan arah

ne
ng
kepada pembentukan hukum. Oleh karena asas hukum mengandung
tuntutan etis maka asas hukum dapat dikatakan sebagai jembatan antara

do
gu peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis
masyarakat;
18. Asas kepastian hukum merupakan suatu asas yang menurut Gustav

In
A
Radbruch termasuk kedalam nilai dasar hukum. Asas ini pada pokoknya
mengharapkan dan mewajibkan hukum dibuat secara pasti dalam bentuk
ah

lik
yang tertulis. Keberadaan asas ini menjadi penting karena akan
menjamin kejelasan dari suatu produk hukum positif yang ada. Makna
am

ub
penting dari asas ini pun memiliki suatu kesamaan (similarity) dengan
gagasan utama yang ada pada konstruksi penalaran positivisme hukum,
yakni kejelasan (certainty);
ep
k

19. Bahwa berdasarkan pada pandangan tersebut maka ketaatan pada azas
ah

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum merupakan hal mutlak


R

si
terhadap munculnya suatu peraturan perundangan, yang mana terkait
dengan Peraturan Presiden a quo, maka hak-hak hukum kaum muslimin,

ne
ng

untuk terjaga dari pengkonsumsian jenis vaksin yang tidak mengandung


hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

do
gu

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal,


akan tetap terjaga dan terjamin oleh peraturan perundang-undangan.
20. Bahwa pembentukan Peraturan Presiden yang menjadi Objek
In
A

Permohonan a quo, telah secara fakta hukum terjadi “tidak hamonisasi”


dalam peraturan perundang-undangan, yang berakibat dirugikannya hak-
ah

lik

hak kaum muslimin, sebagai konsumen besar yang melaksanakan


program Vaksinasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden
m

ub

dimaksud. Oleh karenanya pembentukan peraturan perundangan yang


memperhatikan azas „sinergi hukum‟ adalah sangat mutlak dan
ka

diperlukan bagi kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia.


ep
ah

es

Halaman 24 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
21. Bahwa berlandaskan pada hal-hal tersebut diatas, dapat disimpulkan

si
bahwa Peraturan Presiden yang menjadi Objek Permohonan a quo
nyata-nyata tidak didasarkan pada asas Pembentukan Peraturan

ne
ng
Perundang-undangan yang baik sebagaimana diatur dalam Pasal 5
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pembentukan

do
gu Peraturan Perundang-Undangan, khususnya asas Keterbukaan, yaitu
asas yang menekankan bahwa dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,

In
A
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat
ah

lik
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
am

ub
22. Bahwa berlandaskan pada hal-hal tersebut diatas, maka sudah
selayaknya Peraturan Presiden yang menjadi Objek Permohonan a quo
dinyatakan “tidak sah dan batal secara hukum.”
ep
k
ah

B. PENGUJIAN MATERIL
R

si
23. Bahwa sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 E ayat (2), Pasal 29
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

ne
ng

menyebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk


untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

do
gu

agamanya dan kepercayaannya tersebut.


24. Bahwa norma dasar (grund norm) yang termaktub dalam Konstitusi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 tersebut
In
A

menyatakan bahwa negara Indonesia adalah berdasar atas ke-Tuhanan


Yang Maha Esa, mengandung makna bahwa negara berkewajiban
ah

lik

memberikan perlindungan hukum dan jaminan hukum kepada tiap-tiap


warga negara dalam menjalankan ibadah menurut agama dan
m

ub

kepercayaannya dimaksud, dan berkewajiban membuat peraturan


perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi
ka

pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


ep
ah

es

Halaman 25 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
25. Bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, yang

si
memiliki kewajiban untuk patuh dan taat pada perintah dan larangan
sebagaimana yang tertera dalam Al Quran dan Sunnah, yang menjadi

ne
ng
panduan dasar bagi kaum muslimin dalam menjalankan agama dan
ibadahnya, yang mana Negara Indonesia menjamin kemerdekaan bagi

do
gu kaum muslimin untuk menjalankan dan mematuhi perintah dan larangan
sebagaimana dimaktub dalam Kitabullah dimaksud.
26. Bahwa salah satu bentuk perintah dan larangan yang menjadi kewajiban

In
A
mutlak kaum muslimin adalah menjauhi hal-hal yang bersifat haram dan
mewajibkan mengkonsumsi hal-hal yang bersifat halal, yang mana
ah

lik
Negara Indonesia memiliki kewajiban mutlak sebagai kewajiban
(mandatory) untuk menjamin kemerdekaan bagi kaum muslimin untuk
am

ub
menjalankannya.
27. Bahwa dalam Al Quran telah menyebutkan tentang larangan untuk
mengkonsumsi makanan haram seperti babi, bangkai, darah, hewan
ep
k

yang disembelih, khamar dan lainnya. Hal ini termaktub dalam:


ah

1. Surat Al Baqarah: 168


R

ُ َّ‫ض ۡر ۡاۡل َ فِى ِم َّما ا ُكلُ ۡو الن‬ ُ ‫ت ُخ‬


َ ۖ ‫طو اتَتَّبِعُ ۡو َّو َۡل‬
ِ ‫طٌِّباا اۡل َحل‬ َّ ‫َعد ٌُّو لَـ ُك ۡم اِنَّ ٗه ِِؕنطال‬

si
‫اس اٌَُّ َها ٰٓي‬ ِ ًۡ ‫ش‬
ًۡ ِ‫ٌ ُّنمب‬

ne
ng

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

do
gu

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

2. Surat Al Baqarah: 173


In
A

‫ال ُک ُم َع َل ًۡ َح َّر َم َما َِّن‬ ۡ ‫ۚاّٰلل ِلرغ ًَۡ بِ ٖه ا ُ ِه َّل َو َما ٰٓ ِرز ۡي ِخ ۡن‬
ۡ ًۡ ‫ال َم َو َل ۡح َوالد ََّم ت َ َةَم‬ ِ ‫اض فَ َم ِن ه‬ ُ ًَۡ ‫َّو َۡل بَاغٍ َرغ‬
ۡ ‫ط َّر‬
‫اّٰلل ا َِّنِؕ ِه َعلَ ًۡ ا َم ِۡث فَ َ َۤل َعا ٍد‬
َ ‫ٌَّمر ِح ًۡ ٌر َغفُ ۡو ه‬
ah

lik

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
m

ub

Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)


sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
ka

ep

maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun ,


lagi Maha Penyayang.”
ah

es

Halaman 26 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
3. Al Quran Surat Al Maidah: 3
‫ال ُك ُم َعلَ ًۡ ُح ِ ّر َم ۡت‬ ۡ ًۡ ‫ال ُم َولَحۡ َوالدَّ ُم ت َ َةُم‬ ۡ ‫اّٰلل ِلرغ ًَۡ ا ُ ِه َّل َو َم ۤا ِرز ۡي ِخ ۡن‬ ِ ‫ال بِ ٖه ه‬ ۡ ‫ال َخنِمَةُُم ۡ َنو‬
ۡ ‫ذَةُلُ ۡو َم َوۡو‬

ne
ng
‫ال‬ۡ ‫سبُ ُع ا َ َك َل َو َم ۤا َحةُۡي َوالنَّ ِط ُمت ََر ِدٌَّ َةُو‬ َّ ‫ب َعلَى ِب َح ذُ َو َما ت ُ ۡمذَ َّك ًۡ َما ا َِّۡل ال‬ ِ ‫ص‬ ُ ُّ‫َك َۡس َواَ ۡن الن‬ ‫ا ِس ُم ۡتو ۡت‬
َ ‫س ِل ُك ۡم ذ ِؕۖ َۡل ِم ۡز ِب ۡاۡل‬ ۡ ‫ق‬ ِ‫ي َمٌَ ۡا َو ۡل ِؕۖ ٌف‬ِٕ ‫س‬
َ‫ٮ‬ َ ‫ِي‬ ۡ ‫ِي ِم ۡن ا َكفَ ُر ۡو ا َنلَّذ‬ۡ ‫اخ ه ُۡمش َۡوت َۡخ فَ ََل ـنِ ُكۡدم‬ ۡ ‫َمٌَوۡۡل ا َ ِؕۖ ِنش َۡو َو‬

do
gu ‫ِي لَـ ُك ۡم تُ َم ۡلا َ ۡن‬
ۡ ‫ض ًۡ َم ِت ۡىنِعۡ ُك ۡم َع َل ًۡ تُ َم ۡ ۡمت َوا َ نَ ُكۡدم‬ ِۡ‫س‬
ِ ‫اۡل لَـ ُك ُم تُ َو َر‬ ۡ ‫اض فَ َم ِن ِؕۖ نادا‬
ۡ ‫ِي َۡل َم‬ ُ ‫ِف ۡى‬
ۡ ‫ط َّر‬
‫ص ٍة َم ۡخ‬ َ ‫ِث ُمت َ َجانِفٍ َرغ ًَۡ َم‬ ۡ ‫اّٰلل فَا َِّن ِ ّ ٍۙمۡل‬
َ ‫ٌَّمر ِح ًۡ ٌر َغفُ ۡو ه‬

In
A
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
ah

lik
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu
am

ub
memakan hewan) yang disembelih untuk berhala….”
4. Al Quran Surat Al An-am (145):
‫ىا ُ ۡو َم ۤا فِ ۡى اَ ِجدُ َّ ۤۡل لُل‬ َّ َ‫طا ِع ٍم ى َعل ُم َح َّر اما اِل‬
َ ‫ى ِح‬ َ ‫س دَ اما ا َ ۡو ت َ َةام ًۡ نَ ٌَّ ُك ۡو اَ ۡن ا َّ ِۤۡل َع ُمهٗۤ ٌ َّۡط‬
ۡ ‫احافُ ۡوَّم‬
ep
k

‫ف ٍ ِرز ۡي ِخ ۡن َملَ ۡح اَ ۡو‬ ٌ ‫س اَ ۡو‬


َ ‫س ِر ۡج اِنَّ ٗه‬ ۡ ‫اّٰللِ ِلرغ ًَۡ ا ُ ِه َّل لافِا‬
‫اض فَ َم ِن ۚبِ ٖه ه‬ ۡ ‫ط َّر‬ ُ ًَۡ ‫َربَّنَ فَا َِّن َعا ٍد َّو َۡل بَاغٍ َرغ‬
ah

‫ٌَّمر ِح ًۡ ٌر َغفُ ۡو‬


R

si
“Katakanlah Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

ne
ng

kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak


memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir,
atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang

do
gu

yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam


keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
In
A

tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha


Pengampun, Maha Penyayang.”
ah

lik

5. Surat Yunus: 59:


‫اّٰللُ زَ اَل ۡن َّم ۤا ت ُا َۡم َر َء ۡي ۡل ُق‬
‫ق ِ ّر ۡز ِّم ۡن لَـ ُك ۡم ه‬ ٰٓ
َّ ‫َعلَى ۡماَ لَـ ُك ۡم اَذِنَ هّٰللُا لُ ۡل ِؕۖ ا‬
ٍ ‫ۡلو َحل َح َرا اما هُِّم ۡن ت ُۡفَم َج َع ۡل‬
ِ‫اّٰلل‬
‫نَ ت َُرۡتو َۡف ه‬
m

ub

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang


ka

diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan


ep
ah

es

Halaman 27 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagiannya halal." Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin

si
kepadamu (ten-tang ini) ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?"
6. Surat Al Maidah: 100

ne
ng
‫س َّۡل لُ ْل‬ ۡ ًۡ ِ‫ث َخب‬
ٌَ ‫ال ت َ ِو‬
ۡ ‫ى‬ َّ ‫ال َركة ُ َۡث َجبَنَ ا َ ۡع َولَ ۡو َوال‬
ُ ُ‫ط ٌِّب‬ ِ ۖۚ ‫اّٰلل فَاتَّمُوا‬
ۡ ًۡ ِ‫ث َخب‬ َ ‫ىي ه‬ۤ ‫بل ۡاۡل َ اُو ِل‬
ِۡ ‫لَعَلَّ ُك ۡم بَا‬
‫نَ ِل ُحۡت ُو ۡف‬

do
gu Katakanlah (Muhammad), "Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah

In
kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu
A
beruntung."
7. Surat An Nahl: 116
ah

lik
‫ف َما ِل الُ ۡوتَمُ ۡو َو َۡل‬ُ ‫َص‬ِ ‫ال ِسنَـت ُ ُك ا َ ُم ۡل ت‬َ ‫اّٰللِ َعلَى ات َُر ِلّۡـوت َۡف َح َرا ٌم ذَا َّوه ٌل َحل ذَا ه َكذ‬
ۡ ‫ِب‬ ‫ال ه‬ ۡ ‫ِب‬ ۡ ‫ا َنلَّذ‬
َ ‫ِي ا َِّنِؕ َكذ‬
‫اّٰللِ َعلَى نَ ت َُرٌَۡو ۡف‬ َ ‫نَِؕ ِل ُحٌۡو ُۡف َۡل َكذ‬
ۡ ‫ِب‬
‫ال ه‬
am

ub
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan
ep
k

kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-


adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.
ah

R
8. Surat At Thaha: 81

si
‫طٌِّب ِم ۡن ا ُكلُ ۡو‬ِ ‫ف اغ َۡوت َۡط َو َۡل ُك ۡمنَرزَ ۡق َما‬
َ‫ت‬ َ ‫ضبِ ۡى ِه َعلَ ًۡ ِل ۡلٌَّحۡ َو َم ۡن ۚ َغ‬
ِ ‫ضبِ ۡى ُك ۡم َعلَ ًۡ فٌََ ِح َّل ِه ۡي‬ َ ‫فَمَ ۡد َغ‬

ne
ng

‫ىهَو‬
“Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan

do
gu

kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan


kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka
sungguh, binasalah dia.”
In
A

28. Bahwa selain dari pada itu, terdapat perintah untuk menjauhi hal yang
haram, sebagaimana termaktub dalam Hadist- Hadist Nabi
ah

lik

Shallahuallaihiwassalam, antara lain:


a. Hadist Nabi Shallahuallaihiwassalam tentang segala penyakit
m

ub

pasti ada obatnya, dan Hadist tentang perintah untuk berobat


dengan yang halal:
ka

o “Dari Abu Hurairah RA. Dari Nabi


ep

Shallahuallaihiwassalam: Sesungguhnya Allah Tidak


ah

es

Halaman 28 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula)

si
obatnya. (HR al Bukhari).
o “Dari Usamah bin Syarik sesungguhnya Rasulullah

ne
ng
Shallahuallaihiwassalam bersabda: Berobatlah, karena
Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan pula

do
gu obatnya, kecuali satu penyakit yaitu tua renta.” (HR Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa‟I, dan Ibnu Majah).
o Dari Abu Darda‟, ia berkata: Rasulullah

In
A
Shallahuallaihiwassalam bersabda: “Sesungguhnya Allah
telah menurunkan penyakit dan obat bagi setiap penyakit,
ah

lik
maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang
haram.” (HR Abu Dawud).
am

ub
b. Hadist Nabi Shalallahuallaihiwassalam tentang perintah
minum kencing unta untuk berobat:
“Dari Sahabat Anas bin Malik RA: Sekelompok orang Ukl
ep
k

atau Urainah datang ke kota Madinah dan tidak cocok


ah

dengan udaranya (sehingga mereka jatuh sakit), maka Nabi


R

si
SAW memerintahkan agar mereka mencari unta perah dan
(agar mereka) meminum air kencing dan susu unta

ne
ng

tersebut.” (HR al Bukhari).


c. Hadist Nabi Shallalahulallaihiwassalam tentang larangan

do
gu

membahayakan orang lain dan larangan membalas bahaya


dengan bahaya:
“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
In
A

Tidak boleh membahayakan orang lain (secara sepihak) dan


tidak boleh (pula) membalas bahaya (yang ditimbulkan oleh
ah

lik

orang lain) dengan bahaya (yang merugikannya).” (HR


Ahmad, Malik, dan Ibnu Majah).
m

ub

d. Hadist-Hadist tentang ikhtiar agar terhindar dari penyakit,


diantaranya:
ka

- “Dari Amir bin Sa‟d dari bapaknya, ia berkata:


ep

“Rasulullah Shallahuallaihiwassalam bersabda:


ah

es

Halaman 29 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Barangsiapa setiap pagi mengkonsumsi tujuh butir

si
kurma Ajwah, maka pada hari itu ia akan terhindar dari
racun dan sihir.” (HR al Bukhari).

ne
ng
- Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallalahuallaihiwassalam bersabda:

do
gu “Tutuplah wadah makan dan minum kalian. Karena tiap
satu tahun ada satu malam yang di sana turun wabah
penyakit ganas berbahaya! (dan) tidak ada sebuah

In
A
wadah makanan maupun minuman yang dilewatinya
dalam keadaan terbuka, melainkan wabah itu akan
ah

lik
berjangkit di sana.” (HR. Muslim).
29. Bahwa selain daripada itu, dalam beberapa literatur kitab klasik Islam,
am

ub
disebutkan tentang kebolehan untuk berobat dengan menggunakan
benda najis, seperti:
َّ ‫ِي‬
َ َ‫الطاه ِِر فَ ْم ِد ِع ْند‬
 ‫جا ِئ ٌز بِالنَّ ِج ِس َوالتَّدَا ِوي‬ ْ ‫ام ٌَمُ ْو ُم الَّذ‬
َ َ‫ ه ُ َمم‬.
ep
k

“Berobat dengan benda najis adalah boleh ketika belum ada benda suci
ah

yang dapat menggantikannya” (Muhammad al-Khathib al-Syarbaini,


R

si
Mughni al-Muhtaj, [Bairut: Dar al-Fikr, t.th.], juz I, h. 79).
 َ‫ت التَّدَا ِوي َجاز‬ ِ ‫سا‬ ْ ‫سَلَ َم ِة ْال َعافٌَِ ِة َم‬
َ ‫ ٌَمُ ْو ُم ه اِرا‬،‫صلَ َحةَ أل َ َّن َممَا َم َها‬
َ ‫طا ٌَ ِجدْ َل ْم ِإذَا بِالنَّ َجا‬ َّ ‫َوال‬

ne
ng

‫صلَ َح ِة ِم ْن أ َ ْك َم ُل‬
ْ ‫ب َم‬ َ ‫النَّ َجا‬.
ِ ‫س ِة اجْ تِنَا‬
“Boleh berobat dengan benda-benda najis jika belum menemukan benda

do
gu

suci yang dapat menggantikan-nya, karena maslahat kesehatan dan


keselamatan lebih sempurna (lebih diutamakan) dari pada maslahat
In
menjauhi benda najis” (al-„Izz bin „Abd al-Salam, Qawa‟id al-Ahkam fi
A

Mashalih al-Anam, [Qahirah: Mathba‟ah al-Istiqamah, t.th.), juz I, h. 81).


ah

30. Bahwa merujuk pada sebagian perintah-perintah dan larangan-larangan


lik

sebagaimana yang termaktub dalam Al Quran dan Hadist dimaksud,


maka kaum muslimin di Indonesia berkewajiban mematuhi perintah dan
m

ub

larangan dimaksud, sebagai bagian dari menjalankan ibadah dan


agamanya, yang norma dasar dalam Konstitusi Undang-Undang Dasar
ka

ep

Tahun 1945 memberikan jaminan dan kemerdekaan yang penuh atas


pelaksanaan ibadah dimaksud.
ah

es

Halaman 30 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
31. Bahwa dalam rangka memberikan jaminan dan perlindungan bagi kaum

si
muslimin untuk mengejewantahkan norma dasar (grund norm)
sebagaimana perwujudan dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945

ne
ng
tersebut, mana Negara Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal dan Peraturan

do
gu Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal.

In
A
32. Bahwa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, bahwa:
ah

lik
“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia
wajib bersertipikat halal”.
am

ub
33. Bahwa hal itu juga dipertegas dalam Pasal 68 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
ep
k

Produk Halal, yang berbunyi:


ah

(1) Produk yang wajib bersertifikat halal terdiri atas:


R

si
a. barang; dan/atau
b. jasa.

ne
ng

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:


a. makanan;

do
gu

b. minuman;
c. obat;
d. kosmetik;
In
A

e. produk kimiwawi;
f. produk biologi;
ah

lik

g. produk rekayasa genetic;


h. barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan.
m

ub

34. Bahwa norma hukum yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 33


Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal dan Peraturan Pemerintah
ka

Nomor Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-


ep

Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal adalah


ah

es

Halaman 31 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa norma hukum yang terkandung didalamnya adalah bahwa produk

si
yang bersertifikat halal adalah bersifat wajib (mandatory).
35. Bahwa dengan demikian norma hukum yang terkandung dalam Pasal 4

ne
ng
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal
berupa kewajiban pencatuman halal pada label produk baik bersifat

do
gu barang dan jasa adalah bersifat wajib (mandatory). Hal ini telah
mengubah paradigma norma lama yang muncul sebelum terbitnya
Undang-Undang Jaminan Produk Halal dimaksud, dimana sebelumnya

In
A
paradima sertifikasi halal bagi setiap produk yang masuk dan beredar di
Indonesia adalah bersifat sukarela (voluntary), yang telah menjadi norma
ah

lik
hukum yang mengikat pada aturan hukum setelahnya.
36. Bahwa selain daripada itu, menurut Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
am

ub
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi
ep
k

secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam


ah

label”.
R

si
37. Bahwa berdasarkan pada Pasal 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 Tentang Jaminan Produk Halal yang berbunyi lengkapnya:

ne
ng

(1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi:

do
gu

a. bangkai;
b. darah;
c. babi; dan/atau
In
A

d. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.


(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain
ah

lik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri


berdasarkan fatwa MUI.
m

ub

38. Bahwa menurut Codex Alimentarius Commision, badan antar pemerintah


internasional yang bertugas melaksanakan Joint FAO/WHO Food
ka

Standards Program (Program Standart Pangan FAO/WHO), menetapkan


ep

makanan haram adalah sebagai berikut:


ah

es

Halaman 32 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1) Babi dan babi hutan

si
2) Anjing, ular, dan monyet.
3) Hewan karnivora dengan cakar dan taring, seperti singa, harimau,

ne
ng
beruang dan hewan lainnya yang sejenis.
4) Burung pemangsa dengan cakar, seperti burung elang, burung

do
gu bangkai dan burung lainnya yang sejenis.
5) Hama, seperti tikus, kaki seribu, kalajengking, dan hewan lainnya
yang sejenis.

In
A
6) Hewan yang dilarang dibunuh dalam agama Islam, seperti semut,
lebah dan burung pelatuk,
ah

lik
7) Hewan yang dianggap menjijikkan pada umumnya, seperti kutu,
lalat, belatung, dan hewan lainnya yang sejenis.
am

ub
39. Bahwa dari keterangan diatas maka yang terkandung dalam Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
ep
k

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan


ah

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan


R

si
Produk Halal, ditegaskan bahwa norma hukum yang termaktub di
dalamnya adalah kewajiban sertifikat halal bagi setiap produk yang

ne
ng

beredar dan masuk di Indonesia adalah bersifat wajib (mandatory).


40. Bahwa berkaitan dengan Objek Permohonan a quo, dengan alasan ada

do
gu

beberapa ketentuan terkait pengadaan vaksin dan pelaksanaan


vaksinasi dalam Peraturan presiden Nomor 99 Tahun 2O2O perlu
disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pengadaan Vaksin COVID-
In
A

19, cakupan keadaan kahar (force majeurel, kejadian ikutan pasca


pelaksanaan vaksinasi, dan pembayaran uang di muka atau uang muka
ah

lik

untuk penyediaan Vaksin COVID-19, pemerintah pada tanggal 9


Februari 2021, kembali menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 14
m

ub

Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99


Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
ka

Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019


ep

(COVID-19);
ah

es

Halaman 33 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
41. Bahwa terkait dengan kewajiban pemerintah dalam menetapkan jenis

si
dan jumlah Vaksin Covid 19, diterbitkan peraturan-peraturan pelaksana
lainnya, diantaranya salah satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan

ne
ng
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan
Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus

do
gu Disease 2019 (Covid 19), yang berbunyi:
(1). “Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang

In
A
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
ah

lik
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
am

ub
spesifik terhadap penyakit tertentu.”
42. Bahwa materi muatan yang terkandung dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
ep
k

Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi


ah

Corona Virus Disease 2019 (Covid 19), ditentukan jenis Vaksin yang
R

si
dipergunakan dalam program Vaksinasi di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es

Halaman 34 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
43. Bahwa selain dari pada itu, pelaksanaan lebih lanjut dari implementasi
ep
k

Peraturan Presiden a quo dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


ah

Indonesia Nomor 10 Tahun 2021, diterbitkan kembali Surat Edaran


R

si
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pencegahan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.02.02/II/252/2002 Tentang

ne
ng

Vaksinasi COVID-19Dosis Lanjutan (Booster), yang menentukan jenis


Vaksin yang dipergunakan dalam program Vaksinasi Dosis Lanjutan

do
gu

(Booster) adalah sebagai berikut:


“Regimen dosis lanjutan (booster) yang diberikan pada bulan Januari
2022 yaitu:
In
A

a. Untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan:


• Vaksin Astra Zeneca, separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
ah

lik

• Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.


b. Untuk sasaran dengan dosis primer Astra Zeneca maka diberikan:
m

ub

• Vaksin Moderna , separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.


• Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
ka

c. Bila ada regimen dosis lanjutan yang baru untuk Vaksinasi Program
ep

akan disampaikan kemudian.”


ah

es

Halaman 35 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
44. Bahwa jenis Vaksin yang dipergunakan dalam program Vaksinasi Dosis

si
Lanjutan (Booster) sebagaimana yang ditentukan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pencegahan Kementerian

ne
ng
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.02.02/II/252/2002 Tentang
Vaksinasi COVID-19Dosis Lanjutan (Booster), yang merupakan

do
gu pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 Tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19

In
A
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun
2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
ah

lik
2020 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
am

ub
19), ternyata tidak seluruhnya bersertifikat halal. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2021
Tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid 19 Produk AstraZeneca yang
ep
k

mana dalam keputusannya menyatakan bahwa Vaksin produk Astra


ah

Zeneca hukumnya haram karena dalam tahapan proses produksinya


R

si
memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi, yang mana hal itu jelas
diharamkan dikonsumsi oleh kaum muslimin di Indonesia;

ne
ng

45. Bahwa sesungguhnya pada masa awal pandemi covid-19 terjadi,


Majelis Ulama Indonesia melalui Fatwanya Nomor 02 Tahun 2021

do
gu

Tentang Produk Vaksin Dari Sinovac Life Science Co. Ltd China dan PT
Bio Farma (Persero), telah memutuskan bahwa jenis Vaksin dimaksud
hukumnya suci dan halal, yang mana layak dikonsumsi oleh kaum
In
A

muslimin di Indonesia dan adanya jenis Vaksin dengan brand Zifivac


yang telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia
ah

lik

(MUI) tertanggal 29 September 2021, yang mana fakta hukum dimaksud


menunjukkan jenis vaksin yang halal dan memenuhi norma hukum
m

ub

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 33


Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Peraturan Pemerintah
ka

Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang


ep

Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal adalah telah


ah

es

Halaman 36 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tersedia. Oleh karenanya hal ini sejalan dengan perspektif Fiqih Islam,

si
yang menyatakan kebolehan menggunakan obat (vaksin) yang berasal
dari benda yang haram, hanya dibolehkan sepanjang belum adanya

ne
ng
barang yang halal.
46. Bahwa selain daripada itu, akibat dari ketidakpastian hukum yang

do
gu termaktub dalam norma hukum Peraturan Presiden a quo, maka
mengakibatkan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam

In
A
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan Surat Edaran Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan
ah

lik
Pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.02.02/II/252/2002 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan
am

ub
(Booster) yang mana pemberian Vaksin dimaksud, tidak mengikuti
norma hukum sebagaimana yang tertera dalam Undang Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Undang-Undang
ep
k

Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Peraturan


ah

Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan


R

si
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal,
dimana Vaksin produk Moderna, Vaksin produk Pfizer, dan Vaksin

ne
ng

produk lainnya yang sama sekali tidak memiliki sertifikat halal, tapi
diedarkan dipaksa diberikan kepada kaum muslimin di Indonesia, yang

do
gu

tentu saja hal itu merugikan hak-hak hukum kaum muslimin untuk
melakukan kewajibannya agar tidak mengkonsumsi barang yang
diharamkan sebagaimana perintah dalam Al Quran dan Sunnah tersebut.
In
A

47. Bahwa beradasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa eksistensi


Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020, menimbulkan dampak yang
ah

lik

besar umat Islam di Indonesia, khususnya pelaksanaan Pasal 2


Peraturan Presiden a quo dalam hal tugas dan kewenangan pemerintah
m

ub

menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19yang diperlukan untuk


pelaksanaan Vaksinasi Covid 19, yang tidak memberikan kepastian
ka

hukum dan perlindungan untuk mendapatkan produk (vaksin) yang


ep

bersertifikat halal sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 1


ah

es

Halaman 37 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ayat (1), Pasal 4 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014

si
Tentang Jaminan Produk Halal juncto Pasal 68 Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

ne
ng
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal;
48. Bahwa oleh karena itu perlu adanya tafsir yang tegas atas pemaknaan

do
gu Pasal 2 Peraturan Presiden a quo yang mana tetap mendukung program
Vaksinasi sebagaimana dimaksud dalam aturan dimaksud namun tidak
merugikan hak-hak konstitusional kaum muslimin yang dijamin

In
A
kemerdekaannya dalam menjalankan ibadah dan agamanya
sebagaimana dimaksud dalam Konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun
ah

lik
1945;
49. Bahwa penafsiran terhadap daya berlakunya norma suatu peraturan
am

ub
pernah beberapa kali dilakukan oleh Mahkamah Agung melalui lembaga
Hak Uji Materil, hal tersebut tertuang dalam yurisprudensi Mahkamah
Agung diantaranya antara lain, Putusan Nomor 54 P/HUM/2019 dan
ep
k

Putusan Nomor 28 P/HUM/2021;


ah

50. Bahwa hal tersebut sebagaimana juga diperkuat oleh Pendapat Ahli
R

si
yang Pemohon ajukan yaitu Dr. Zulham, SHi, M.Hum, yang dalam
pendapatnya mengatakan:

ne
ng

“Ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang mengatur bahwa “(1) Negara

do
gu

berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin


kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
In
A

itu.” mengandung norma perlindungan (protection). Bahwa negara


melindungi setiap warga negara dengan memberikan jaminan
ah

lik

kemerdekaan untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadah


menurut agamanya dan kepercayaannya. KonStruksi filosofi ketentuan
m

ub

tersebut didasarkan dan disandarkan kepada dan karena “Negara


berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.” Norma perlindungan yang
ka

terkandung di balik ketentuan “jaminan kemerdekaan” tersebut,


ep
ah

es

Halaman 38 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menuntut negara memberkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan

si
keberagamaan bagi setiap penduduknya.
Konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-

ne
ng
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK), “adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

do
gu tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.” Ketentuan tersebut mengandung norma bahwa

In
A
konsumen adalah konsumen akhir (end user/ultimate consumer).
Sedangkan “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
ah

lik
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.” (Pasal 1 angka 1 UUPK). Dengan demikian tegas
am

ub
sekali bahwa konstruksi norma UUPK bertujuan untuk memberikan
perlindungan terhadap konsumen akhir. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 UUPK, bahwa konsumen memiliki: “a. hak atas kenyamanan,
ep
k

keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau


ah

jasa; b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan


R

si
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan; c. hak atas informasi yang benar, jelas,

ne
ng

dan jujur mengenai konsidi dan jaminan barang dan/atau jasa; d. hak
untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

do
yang digunakan;...” Hak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
gu

tersebut mengandung makna jaminan perlindungan bagi konsumen.


Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
In
A

Jaminan Produk Halal (UUJPH) mengatur, bahwa “Jaminan Produk


Halal yang selanjutnya disingkat JPH adalah kepastian hukum terhadap
ah

lik

kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.”


Abstraksi norma yang terkandung di balik ketentuan “kepastian hukum”
m

ub

tersebut bermakna perlindungan, yakni dengan memberikan kepastian


hukum terhadap kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan
ka

Sertifikat Halal. Sedangkan produk sebagaimana dimaksud dalam


ep

Pasal 1 angka 1 UUJPH adalah “barang dan/atau jasa yang terkait


ah

es

Halaman 39 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk

si
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai,
digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.” Ketentuan ini dapat

ne
ng
menjelaskan bahwa vaksin adalah produk sebagaimana dimaksud
dalam UUJPH, karena termasuk dalam ruang lingkup produk obatan,

do
gu kimiawi, biologi, rekayasa genetik yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat. Penjelasan ini dapat dibuktikan
kemudian dalam ketentuan berikutnya.

In
A
Ketentuan produk halal diatur dalam Pasal 4 UUJPH,
menyatakan bahwa “Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan
ah

lik
di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.” Ketentuan ini
mengandung norma wajib bersertifikat halal (mandatory halal
am

ub
certification) bagi seluruh produk yang masuk, beredar, dan
diperdagangkan di wilayah Indonesia yang memang terhadap produk
yang dihalalkan (Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2/PUU-
ep
k

IX/2011 dan Nomor 8/PUU-XVII/2019). Pengaturan mandatory halal


ah

certification sebagaimana dimaksud, bertujuan untuk terciptanya


R

si
symmetric information bagi konsumen dan terselenggaranya control of
misleading information, sehingga terciptanya perlindungan konsumen

ne
ng

Muslim untuk mengakses dan mengkonsumsi produk halal yanga


merupakan ibadah, sebagaimana telah dijamin oleh Pasal 29 UUD

do
gu

1945. Selanjutnya ketentuan Pasal 10 UUJPH mengatur, bahwa


penetapan kehalalan produk diterbitkan oleh Majelis Ulama Indoesia
(MUI) dalam bentuk Keputusan Penetapan Halal Produk. Norma
In
A

ketentuan ini membuktikan bawah MUI merupakan lembaga yang


diberikan wewenang untuk menetapkan kehalalan produk.
ah

lik

‫اّٰللُفَ ُكلُ ۡو‬ َ ‫اش اۡل‬


‫ط ٌِّباا َحل ا ِم َّما َرزَ لَ ُك ُم ه‬ ‫اٌَِّاهُ ـت ُ ۡم ُك ۡن ا ِۡن َمتَ ه‬
ۡ ‫اّٰللِ ا نِعۡ ُك ُر َّوۡو‬
‫نَ بُد ُۡوتَ ۡع‬
m

ub

Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
ka

diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu


ep

Hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Al-Nahl [16]: 114).


ah

es

Halaman 40 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Konstruksi hukum ayat tersebut dirumuskan dengan kata

si
perintah (amar) yang bermakna wajib (obligatory) untuk mengkonsumsi
makanan halal dan thayyib, dan ditutup dengan kata “ta„budun” berarti

ne
ng
“kamu menyembah” juga berarti “ibadah”. Dengan demikian,
sesungguhnya ayat ini mewajibkan untuk mengkonsumsi makanan

do
gu halal, karena mengkonsumsi makanan yang halal merupakan bagian
dari ibadah. Ayat tersebut cukup membuktikan bahwa mengkonsumsi
makanan (produk) halal bagi konsumen Muslim merupakan ibadah

In
A
(ta‟abbudi), sehingga cukup argumentatif masuk dalam ruang lingkup
jaminan kemerdekaan menjalankan ibadah sebagaimana diatur dalam
ah

lik
Pasal 29 UUD 1945.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
am

ub
Kekarantinaan Kesehatan (UUKK) menentukan, bahwa “Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang
bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular
ep
k

dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran


ah

biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan


R

si
bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas
negara.” Definisi ini cukup menjelaskan bahwa Pandemi Covid-19

ne
ng

merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat. Norma perlindungan


terhadap pandemi tersebut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 4 UUKK

do
yang menyatakan, bahwa “Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
gu

bertanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit


dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi
In
A

menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui


penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.” Lebih lanjut Pasal 10 ayat
ah

lik

(1) UUKK menetapkan, bahwa “Pemerintah Pusat menetapkan dan


mencabut Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.”
m

ub

Konstruksi norma yang terkandung dalam ketentuan tersebut


cukup kuat untuk membuktikan peran negara dan pemerintah untuk
ka

melindungi masyarakat dari darurat kesehatan. Karena itu pula


ep

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang


ah

es

Halaman 41 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease

si
2019 (COVID-19) dapat dijustifikasi dengan UUKK, sebagai bentuk
perlindungan negara dari Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (Pandemi

ne
ng
Covid-19).
Sebagai wujud perlindungan terhadap Pandemi COVID-19,

do
gu Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019

In
A
(COVID-19) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
ah

lik
Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan
Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
am

ub
Disease 2019 (COVID-19), selanjutnya disebut Perpres Vaksin dan
Vaksinasi COVID-19. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Perpres Vaksin dan
Vaksinasi COVID-19mengatur, bahwa “Pemerintah menetapkan jenis
ep
k

dan jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk pelaksanaan


ah

Vaksinasi COVID-19.” Pengaturan tersebut tegas membuktikan peran


R

si
pemerintah, untuk melindungi warga negara dari kedaruratan kesehatan
masyarakat yang disebabkan Pandemi COVID-19. Konstruksi

ne
ng

pengaturan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-


undangan di atasnya (UUJPH), sepanjang belum ditemukan dan belum

do
gu

tersedianya vaksin halal, dengan memperhatikan kedaruratannya.


Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan
In
A

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) menjelaskan bahwa


“Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
ah

lik

mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,


masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang
m

ub

telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang


ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang
ka

akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit


ep

tertentu.” Definisi tersebut cukup untuk membuktikan penjelasan


ah

es

Halaman 42 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebelumnya, bahwa vaksin merupakan produk sebagaimana dimaksud

si
dalam Pasal 1 angka 1 UUJPH, karena merupakan produk biologi
sebagaimana telah dijelaskan.

ne
ng
Lebih lanjut, ketentuan Pasal 13A ayat (1) dan ayat (2) Perpres
Vaksin dan Vaksinasi COVID-19 mengatur, bahwa “(1) Kementerian

do
gu Kesehatan melakukan pendataan dan menetapkan sasaran penerima
Vaksin COVID-19. (2) setiap orang yang telah ditetapkan sebagai
sasaran penerima Vaksin COVID-19 berdasarkan pendataan

In
A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti Vaksinasi
COVID-19.” Berdasarkan pengaturan tersebut, membuktikan pula
ah

lik
bahwa sasaran vaksinasi adalah setiap orang (masyarakat) yang telah
ditetapkan, merupakan pengguna (konsumen) akhir (end user/ultimate
am

ub
consumer) vaksin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2
UUPK dan Pasal 1 angka 1 UUJPH.
Berdasarkan kewenangannya yang diatribusi berdasarkan Pasal
ep
k

10 UUJPH, MUI menerbitkan Fatwa Nomor 02 Tahun 2021 pada


ah

tanggal 11 Januari 2021, menyatakan bahwa Produk Vaksin COVID-19


R

si
dari Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan PT. Bio Farma (Persero)
hukumnya suci dan halal. Sedangkan Fatwa MUI Nomor 14 Tahun

ne
ng

2021 pada tanggal 16 Maret 2021, menyatakan bahwa “Vaksin COVID-


19 produk AstraZeneca hukumnya haram karena dalam tahapan proses

do
produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi.” Selanjutnya
gu

Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021 menetapkan, bahwa “Penggunaan


Vaksin COVID-19 produk AstraZaneca, pada saat ini, dibolehkan
In
A

(mubah) karena: kondisi kebutuhan yang mendesak; adanya


keterangan ahli tentang bahaya jika tidak segera dilakukan vaksinasi;
ah

lik

ketersediaan Vaksin COVID-19 yang halal dan suci tidak mencukupi;


adanya jaminan keamanan; dan Pemerintah tidak memiliki keleluasaan
m

ub

memilih jenis vaksin COVID-19 mengingat keterbatasan vaksin yang


tersedia.”
ka

Berdasarkan argumentasi regulasi yang telah dikemukakan di


ep

atas, dapat dirumuskan bahwa ketentuan Pasal 2 Perpres Vaksin dan


ah

es

Halaman 43 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Vaksinasi COVID-19 terikat dengan ketentuan Pasal 4 UUJPH, Pasal 4

si
UUPK dan Pasal 29 UUD 1945 sepanjang vaksin suci dan halal telah
ditemukan dan tersedia. Dengan ketersediaan Vaksin COVID-19 yang

ne
ng
halal dan suci sebagaimana dimaksud, maka konsumen Muslim
memiliki:

do
gu (1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan;
(2) hak untuk memilih;
(3) hak atas informasi; dan

In
A
(4) hak untuk didengar,
atas Vaksin COVID-19 yang diberikan kepadanya. Sehingga tercipta
ah

lik
perlindungan konsumen dengan keterbukaan informasi (disclosure
information) atas Vaksin COVID-19 yang halal dan suci. Berdasarkan
am

ub
ketersediaan Vaksin COVID-19 yang suci dan halal bersandarkan pada
Fatwa MUI Nomor 02 Tahun 2021, maka ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Perpres Vaksin dan Vaksinasi COVID-19 yang mengatur bahwa
ep
k

“Pemerintah menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang


ah

diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.”


R

si
50. Bahwa Pasal 2 Peraturan Presiden a quo, nyata-nyata telah
menimbulkan kerugian konstitusional pada kaum muslimin sebagai

ne
ng

mayoritas penduduk di Indonesia selaku konsumen yang mengkonsumsi


vaksin sebagai pengobatan dari COVID-19, terutama menjauhi hal yang

do
gu

diharamkan dan wajib mengkonsumsi barang dan jasa yang halal


sebagaimana perintah dalam Al Quran dan Sunnah.
51. Bahwa di akhir penjabaran ini, Pemohon menyampaikan sebuah Hadist
In
A

Rasulullah Shallahuallaihiwassalam yang berbunyi:


“Tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari (makanan)
ah

lik

yang haram, neraka lebih pantas baginya.” (HR Imam Ahmad).


Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon
m

ub

mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan


keberatan dan memutuskan sebagai berikut:
ka

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon;


ep
ah

es

Halaman 44 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Menyatakan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020

si
Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),

ne
ng
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi yaitu (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang

do
gu Jaminan Produk Halal, (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dan (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Peraturan

In
A
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal, sepanjang tidak dimaknai:
ah

lik
“Pemerintah menjamin kehalalan jenis Vaksin COVID-19 yang
ditetapkan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di wilayah
am

ub
Indonesia”;
3. Menyatakan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
ep
k

Rangka Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),


ah

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak


R

si
dimaknai:
“Pemerintah menjamin kehalalan jenis Vaksin COVID-19 yang

ne
ng

ditetapkan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di wilayah


Indonesia”;

do
gu

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara


Republik Indonesia sebagaimana mestinya.
Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Agung berpendapat lain,
In
A

mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).


Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
ah

lik

Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa:


1. Fotokopi Akta Notaris Nomor 22 Notaris Mochamad Rezky, SH, MKn,
m

ub

tanggal 20 Januari 2022 Tentang Pendirian Yayasan Konsumen Muslim


Indonesia (YKMI) (Bukti P-1);
ka

2. Fotokopi Lampiran Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia


ep

Republik Indonesia Nomor AHU-0001691.AH.01.04 Tahun 2022 Tanggal


ah

es

Halaman 45 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
20 Januari 2022 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan

si
Konsumen Muslim Indonesia (Bukti P-2);
3. Fotokopi Bundel berita Kegiatan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia

ne
ng
(YKMI) yang termuat di mass media nasional (Bukti P-3);
4. Fotokopi Kertas Kebijakan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia

do
gu berjudul “Kewajiban Negara Memberi Vaksin Halal” (Bukti P-4);
5. Fotokopi Surat PERMOHONAN KEBERATAN Terhadap Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

In
A
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.02.02/II/252/2002 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan
ah

lik
(Booster) (Bukti P-5);
6. Fotokopi Keterangan Ahli Pemohon, Dr. Zulham, SHI, M.Hum, Dosen
am

ub
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
(UINSU) (Bukti P-6);
7. Fotokopi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020
ep
k

tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka


ah

Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) (Lembaran


R

si
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227) (Bukti P-7);
8. Fotokopi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan

ne
ng

Produk Halal (Bukti P-8);


9. Fotokopi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

do
gu

Konsumen (Bukti P-9);


10. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
In
A

2014 Tentang Jaminan Produk Halal (Bukti P-10);


11. Fotokopi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
ah

lik

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-11);


12. Fotokopi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
m

ub

HK.01.07/MENKES/6424/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan


Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
ka

Disease 2019 (COVID-19) (Bukti P-12);


ep
ah

es

Halaman 46 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
13. Fotokopi Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan

si
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/II/252/2022 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis

ne
ng
Lanjutan (Booster) (Bukti P-13);
14. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 02 Tahun 2021

do
gu Tentang Produk Vaksin COVID-19 Dari Sinovac Life Science Co. Ltd.
China dan PT Bio Farma (Persero) (Bukti P-14);
15. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2021

In
A
Tentang Hukum Penggunaan Vaksin COVID-19 Produk Astra Zeneca
(Bukti P-15);
ah

lik
16. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 5 Tahun 2009
Tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jamaah Haji dan Umroh
am

ub
(Bukti P-16);
17. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 06 Tahun 2010
Tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jamaah Haji dan Umroh
ep
k

(Bukti P-17);
ah

Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut


R

si
telah disampaikan kepada Termohon pada Tanggal 7 Februari 2022
berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung

ne
ng

Nomor 31/PER-PSG/II/31 P/HUM/2022, Tanggal 7 Februari 2022;


Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut,

do
gu

Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada Tanggal 22 Maret 2022,


yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
I. POKOK PERMOHONAN PEMOHON:
In
A

A. PERMOHONAN PENGUJIAN FORMIL


Bahwa Pemohon mengajukan pengujian Formil Perpres 99/2020,
ah

lik

yang didasarkan atas alasan-alasan yang pada pokoknya sebagai


berikut:
m

ub

1. Bahwa dengan tidak dilibatkannya Kementerian Agama yang


bertanggungjawab langsung terhadap urusan agama dalam
ka

penyusunan Rancangan Peraturan Presiden a quo terkait


ep

penetapan vaksin sebagai produk biologi yang dikonsumsi oleh


ah

es

Halaman 47 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penduduk lndonesia yang mayoritas adalah beragama lslam,

si
membuktikan bahwa pembuatan Peraturan Presiden dimaksud
"tidak melalui harmonisasi", sebagaimana diatur datam peraturan

ne
ng
perundang-undangan dan menyalahi ketentuan hukum formilnya".
2. Bahwa pembentukan Peraturan Presiden yang menjadi objek

do
gu permohonan a quo nyata-nyata tidak didasarkan pada asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12

In
A
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, khususnya asas Keterbukaan, yaitu asas yang
ah

lik
menekankan bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan,
am

ub
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
ep
k

memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-


ah

undangan;
R

si
Bahwa Pemohon pada pokoknya memohon untuk menguji materiil
atas ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020, yang menyatakan:

ne
ng

Pasal 2
(1) Pemerintah menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19

do
gu

yang diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.


(2) Pelaksanaan penetapan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri
In
A

Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan Komite


Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan
ah

lik

Pemulihan Ekonomi Nasional.


(3) Dalam rangka penetapan jenis Vaksin COVID-19 sebagaimana
m

ub

dimaksud pada ayat (2), Kepala Badan Pengawas Obat dan


Makanan memberikan persetujuan penggunaan pada masa
ka

darurat (emergency use authorization) atau lzin Edar.


ep
ah

es

Halaman 48 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(4) Pengadaan untuk Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi

si
COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
Tahun 2020, Tahun 2021, dan Tahun 2022.

ne
ng
(5) Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan Pemulihan Ekonomi Nasional berdasarkan usulan Menteri

do
gu Kesehatan dapat memperpanjang waktu pengadaan Vaksin
COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana
dimaksud pada ayat (4).

In
A
(6) Dalam hal Vaksin COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah dapat diproduksi dan tersedia di dalam negeri,
ah

lik
Pemerintah mengutamakan pengadaan Vaksin COVID-19 dari
dalam negeri.
am

ub
Bertentangan dengan:
1. Pasal 28E ayat (2) dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945),
ep
k

yang menyatakan:
ah

Pasal 28E
R

si
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya

ne
ng

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

do
gu

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
In
A

2. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun


2014 tentang Jaminan Produk Halal (selanjutnya disebut UU
ah

lik

33/2014), yang menyatakan:


Pasal 1
m

ub

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan
ka

makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk


ep
ah

es

Halaman 49 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang

si
dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pasal 4

ne
ng
Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.

do
gu Pasal 18
(1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3)

In
A
meliputi:
a. bangkai;
ah

lik
b. darah;
c. babi; dan/atau
am

ub
d. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.
(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
ep
k

oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.


ah

3. Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31


R

si
Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (selanjutnya disebut

ne
ng

PP 31/2019), yang menyatakan:


Pasal 68

do
gu

(1) Produk yang wajib bersertifikat halal terdiri atas:


a. barang; dan/atau
b. jasa.
In
A

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


meliputi:
ah

lik

a. makanan;
b. minuman;
m

ub

c. obat;
d. kosmetik;
ka

e. produk kimiawi;
ep

f. produk biologi;
ah

es

Halaman 50 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
g. produk rekayasa genetik; dan

si
h. barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan.

ne
ng
4. Pasal 8 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UU

do
gu 8/1999), yang menyatakan:
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau

In
A
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
ah

lik
sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label;
am

ub
5. Pasal 5 huruf g Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya
disebut UU 12/2011), yang menyatakan:
ep
k

Pasal 5
ah

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus


R

si
dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

ne
ng

g. Keterbukaan.
Dengan alasan-alasan sebagai berikut:

do
gu

1. Bahwa ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020 tidak memberikan


kepastian hukum karena dalam pelaksanaannya mengakibatkan
terbitnya Permenkes 10/2021 dan SE Direktur Jenderal
In
A

Pencegahan dan Pencegahan Kemenkes Nomor:


HK.02.02/II/252/2002 tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis
ah

lik

Lanjutan (Booster) yang tidak mengikuti norma hukum


sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 28E ayat (2) dan
m

ub

Pasal 29 UUD 1945, Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 dan Pasal 18 UU


33/2014 jo Pasal 68 PP 31/2019 jo Pasal 8 ayat (1) UU 8/1999
ka

karena jenis vaksin yang digunakan seperti vaksin produk


ep

Moderna, Vaksin produk Pfizer, dan Vaksin Produk Lainnya


ah

es

Halaman 51 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sama sekali tidak memiliki sertifikat halal dan vaksin covid 19

si
produk Astrazeneca dinyatakan haram sesuai Fatwa MUI Nomor
14 Tahun 2021 tentang penggunaan Vaksin COVID-19 produk

ne
ng
Astrazeneca, yang tentu saja merugikan hak-hak umat Islam
untuk mendapatkan produk (vaksin) yang bersertifikat halal dan

do
gu terbebas dari bahan yang haram sebagaimana perintah Al Quran
dan Sunnah.
2. Bahwa perlu adanya tafsir yang tegas atas pemaknaan Pasal 2

In
A
PP 99/2020 yang mana tetap mendukung program vaksinasi
sebagaimana dimaksud dalam aturan dimaksud namun tidak
ah

lik
merugikan hak-hak konstitusional umat Islam yang dijamin oleh
UUD 1945.
am

ub
II. PENJELASAN TERMOHON TERHADAP KEDUDUKAN HUKUM
(LEGAL STANDING) PEMOHON
ep
k

Berkenaan dengan kedudukan hukum (legal standing/persona standi in


judicio) dan kepentingan hukum Pemohon dalam perkara a quo,
ah

R
Termohon menyampaikan penjelasan, sebagai berikut:

si
1. Bahwa ketentuan Pasal 31A ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang

ne
ng

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-


Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, yang
berbunyi:

do
gu

(1) …;
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat
In
A

dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh


berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-
ah

lik

undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup
m

ub

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip


ka

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam


ep

undang-undang; atau
c. badan hukum publik atau badan hukum privat.”
ah

es

Halaman 52 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(3) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:

si
a. nama dan alamat pemohon;
b. uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan

ne
ng
dan menguraikan dengan jelas bahwa:
1. materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian peraturan

do
gu perundang-undangan di bawah undang-undang
dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi; dan/atau

In
A
2. pembentukan peraturan perundang-undangan tidak
memenuhi ketentuan yang berlaku; dan
ah

lik
c. hal-hal yang diminta untuk dihapus.
2. Bahwa Mahkamah Agung sejak Putusan Nomor 54P/HUM/2013,
am

ub
tanggal 19 Desember 2013 dan Putusan Nomor 62P/HUM/2013,
tanggal 18 November 2013 serta putusan-putusan berikutnya
berpendirian bahwa kerugian hak sebagaimana dimaksud dalam
ep
k

Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 harus


ah

memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:


R

si
a. Adanya hak Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan
perundang-undangan;

ne
ng

b. Hak tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya


peraturan perundang-undangan yang dimohonkan pengujian;

do
gu

c. Kerugian tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual


atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang
wajar dapat dipastikan akan terjadi;
In
A

d. Adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara


kerugian dimaksud dan berlakunya peraturan perundang-
ah

lik

undangan yang dimohonkan pengujian;


e. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya
m

ub

permohonan maka kerugian seperti yang didalilkan tidak akan


atau tidak lagi terjadi.
ka

3. Bahwa ketentuan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung


ep

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, berbunyi:


ah

es

Halaman 53 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Pemohon keberatan adalah kelompok masyarakat atau perorangan

si
yang mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah Agung
atas berlakunya suatu peraturan perundang-undangan tingkat lebih

ne
ng
rendah dari undang-undang”.
4. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, permohonan uji materiil

do
gu hanya dapat diajukan oleh pihak-pihak yang tepat dan adanya
kerugian langsung yang diderita oleh pihak-pihak tersebut, dan
benar-benar diakibatkan karena berlakunya peraturan perundang-

In
A
undangan yang dimohonkan uji materi tersebut.
Menurut Termohon, Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum
ah

lik
didasarkan:
1. Bahwa Pemohon tidak terhalang-halangi dalam melaksanakan
am

ub
aktivitas maupun kegiatannya sebagai sebuah yayasan, yang
diakibatkan oleh berlakunya ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020
yang diuji. Hak Pemohon sebagaimana dijamin oleh ketentuan Pasal
ep
k

28E dan Pasal 29 UUD NRI 1945 sama sekali tidak dikurangi,
ah

dihilangkan, dibatasi, dipersulit maupun dirugikan oleh karena


R

si
berlakunya ketentuan a quo yang diuji.
2. Dalil Permohonan halaman 8 angka 20 dan 21 pada pokoknya

ne
ng

menyatakan bahwa Vaksin Sinovac dan Zifivax telah mendapatkan


sertifikat halal dari MUI, sehingga berdasarkan UU 33/2014 dan PP

do
gu

39/2021 Pemerintah menjamin kehalalan vaksin COVID-19 tersebut.


Bahwa dalam hal ini dengan adanya UU 33/2014 dan PP 39/2021
Pemerintah sudah berkewajiban menjamin kehalalan vaksin COVID-
In
A

19 sehingga tanpa mengubah pemaknaan Pasal 2 Perpres 99/2020


menjadi sebagaimana petitum Pemohon yang menyatakan
ah

lik

Pemerintah menjamin kehalalan vaksin COVID-19 pun Pemerintah


tentunya berkewajiban menjamin dan menyediakan vaksin halal.
m

ub

Akan tetapi perlu diketahui bahwa Vaksin Sinovac dan Vaksin Zifivax
yang telah bersertifikat halal tersebut saat ini masih terdapat kendala
ka

sehingga belum dapat disediakan sebagai vaksin booster karena


ep

beberapa faktor sebagai berikut:


ah

es

Halaman 54 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Ketersediaan vaksin Sinovac tidak mencukupi kebutuhan nasional

si
sebagai vaksin booster karena vaksin Sinovac telah banyak
digunakan untuk Vaksinasi Primer. Selain itu, saat ini vaksin

ne
ng
Sinovac adalah satu-satunya vaksin yang digunakan pada anak
usia 6 – 11 tahun. Hal ini sesuai dengan Rekomendasi Ikatan

do
gu Dokter Anak Indonesia tentang Pemberian Vaksin COVID-19 pada
Anak Usia 6 – 11 Tahun pemutakhiran 16 Desember 2021 (vide T-
1) dan rekomendasi ITAGI untuk Anak Usia 6 – 11 Tahun (vide T-

In
A
2), sehingga vaksin Sinovac saat ini tidak mencukupi kebutuhan
nasional untuk vaksin booster halal.
ah

lik
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/II/252/2022
am

ub
tanggal 12 Januari 2022 tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis
Lanjutan (booster) (vide T-3), menyatakan bahwa pemberian
vaksin booster dilakukan melalui dua mekanisme yaitu:
ep
k

1) Homolog, yaitu pemberian dosis lanjutan (booster) dengan


ah

menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer


R

si
dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya;
2) Heterolog, yaitu pemberian dosis lanjutan (booster) dengan

ne
ng

menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin


primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.

do
gu

Vaksin Sinovac yang sudah bersertifikat halal dalam hal ini hanya
dapat digunakan bagi pemberian booster dengan mekanisme
homolog. Secara sederhana dapat dikatakan Vaksin Sinovac
In
A

hanya dapat diberikan sebagai booster bagi masyarakat yang


memperoleh vaksin primer dengan jenis yang sama yaitu Vaksin
ah

lik

Sinovac, sehingga Vaksin Sinovac tersebut tidak dapat diberikan


dengan mekanisme heterolog, artinya penggunaan Vaksin
m

ub

Sinovac sebagai booster sangat terbatas.


c. Studi membuktikan bahwa Sinovac primer dengan booster
ka

heterolog lebih tinggi efektivitas vaksinnya dibandingkan dengan


ep

menggunakan booster Sinovac homolog. Hal ini bersesuaian


ah

es

Halaman 55 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan Surat Komite Penasihat Ahli Imunisasi

si
Nasional/Indonesian Technical Advisory Group on Immunization
(ITAGI) Nomor: ITAGI/SR/2/2022 tanggal 11 Januari 2022 tentang

ne
ng
Kajian Vaksin COVID-19 untuk Booster (vide T-4), pada halaman
3 menyatakan bahwa efektivitas vaksin booster Sinovac homolog

do
gu tidak mencapai angka 80% dibandingkan dengan efektivitas
vaksin booster heterolog dengan jenis AstraZeneca ataupun Pfizer
yang berada di atas 90% sehingga disimpulkan bahwa secara

In
A
konsisten Sinovac yang mendapat booster heterolog AstraZeneca
atau Pfizer menghasilkan efektivitas vaksin lebih tinggi daripada
ah

lik
booster Sinovac homolog walaupun tetap terjadi peningkatan yang
cukup baik.
am

ub
d. Adapun Vaksin Zifivax yang sudah bersertifikat halal merupakan
vaksin jenis baru yang belum ada bukti sebagai booster homolog.
Vaksin Zifivax hanya dapat digunakan sebagai booster heterolog
ep
k

terbatas pada vaksin primer jenis Sinovac dan Sinopharm,


ah

sehingga hanya masyarakat yang telah mendapatkan vaksin


R

si
primer Sinovac dan Sinopharm saja yang dapat diberikan Vaksin
booster Zifivax. Saat ini ketersediaan vaksin ini belum mencukupi

ne
ng

untuk kebutuhan vaksinasi booster nasional.


3. Dengan demikian, meskipun Vaksin Sinovac telah bersertifikat halal

do
gu

tetapi berdasarkan studi di atas dapat diketahui bahwa efektivitas


penggunaannya dan jumlah ketersediaannya masih sangat terbatas
dan tidak akan dapat menjangkau seluruh masyarakat yang
In
A

membutuhkan vaksin booster COVID-19 sehingga keberadaan


vaksin lainnya yang belum bersertifikat halal masih tetap dibutuhkan.
ah

lik

Atas pertimbangan tersebut maka secara implementasi Pemerintah


melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
m

ub

Kementerian Kesehatan menerbitkan kebijakan melalui Surat Nomor


SR.02.06/II/1188/2022 tanggal 25 Februari 2022 tentang
ka

Penambahan Regimen Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan


ep
ah

es

Halaman 56 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(booster) (vide T-05) menyatakan bahwa regimen dosis lanjutan

si
(booster) yang dapat diberikan yaitu:
Primer Booster Dosis

ne
ng
Sinovac Astra Zeneca separuh dosis (half dose) atau
0,25 ml

do
gu Pfizer separuh dosis (half dose) atau
0,15 ml
Moderna dosis penuh (full dose) atau

In
A
0,5 ml
Astra Zeneca Moderna separuh dosis (half dose) atau
ah

lik
0,25 ml
Pfizer separuh dosis (half dose) atau
am

ub
0,15 ml
Astra Zeneca dosis penuh (full dose) atau
0,5 ml
ep
k

Pfizer Pfizer dosis penuh (full dose) atau


ah

0,3 ml
R

si
Moderna separuh dosis (half dose) atau
0,25 ml

ne
ng

Astra Zeneca dosis penuh (full dose) atau


0,5 ml

do
gu

Moderna Moderna separuh dosis (half dose) atau


0,25 ml
In
Johnson and Moderna separuh dosis (half dose) atau
A

Johnson 0,25 ml
(J&J)
ah

lik

Sinopharm Sinopharm dosis penuh (full dose) atau


0,5 ml
m

ub

Regimen dosis lanjutan sebagaimana terlampir juga didukung oleh


ka

hasil penelitian gabungan yang dilakukan oleh Universitas


ep

Padjajaran dan Universitas Indonesia yang dilakukan untuk:


ah

es

Halaman 57 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. mengetahui kadar antibodi sebelum dan 28 hari (+7 hari) setelah

si
pemberian vaksin booster ChAdOx1-S (AstraZeneca),
Comirnaty (Pfizer) atau CoronaVac.

ne
ng
b. mengevaluasi kejadian KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
setelah 24 jam, pada hari ke tujuh dan ke dua puluh delapan.

do
gu c. membandingkan kadar antibodi antara booster ½ dosis dan satu
dosis (dosis penuh) dari vaksin ChAdOx1-S (AstraZeneca),
Comirnaty (Pfizer) atau satu dosis CoronaVac.

In
A
dengan subjek penelitian dewasa usia diatas 18 tahun yang telah
mendapat vaksinasi CoronaVac 2 kali dan vaksinasi AstraZeneca.
ah

lik
Dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kenaikan titer
antibodi untuk semua jenis vaksin walau kenaikan yang dialami tidak
am

ub
sama. (vide T-06)
4. Bahwa kebijakan vaksinasi booster di atas tentunya masih bersifat
sangat dinamis dan tergantung pada efektivitas dan ketersediaan
ep
k

vaksin. Apabila efektivitas dan ketersediaan vaksin halal Sinovac dan


ah

vaksin halal Zifivax sebagai booster telah mencukupi kebutuhan


R

si
masyarakat tentunya pemerintah akan kembali menyesuaikan
kebijakan dan memprioritaskan vaksin halal.

ne
ng

5. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya berlakunya kebijakan


pemerintah melalui Surat Direktur Jenderal Pencegahan dan

do
gu

Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor


SR.02.06/II/1188/2022 tanggal 25 Februari 2022 tidak akan
berpengaruh meskipun pemaknaan Pasal 2 Perpres 99/2020 diubah
In
A

menjadi “Pemerintah menjamin kehalalan jenis Vaksin COVID-19…”


sesuai dengan petitum Pemohon, karena implementasinya tetap
ah

lik

tergantung pada efektivitas dan ketersediaan vaksin halal itu sendiri.


6. Bahwa berlakunya Pasal 2 Perpres 99/2020 sama sekali tidak
m

ub

menimbulkan kerugian terhadap hak pemohon untuk memperoleh


vaksin halal. Karena apabila Pemohon tidak bersedia menggunakan
ka

vaksin booster yang belum bersertifikat halal maka Pemohon bisa


ep

saja menunggu ketersediaan vaksin booster yang halal. Dalam hal


ah

es

Halaman 58 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ini Pemohon masih bebas beraktifitas dimana saja dan dapat

si
bepergian kemana saja tanpa adanya pembatasan karena
masyarakat yang belum memperoleh vaksin booster tidak akan

ne
ng
terhambat untuk beraktifitas ataupun bepergian, karena untuk
beraktifitas maupun bepergian hanya dipersyaratkan minimal telah

do
gu memperoleh dosis vaksin primer. Artinya masyarakat yang telah
memperoleh dosis primer tetap dapat beraktifitas dan bepergian,
dengan demikian terbukti bahwa berlakunya Pasal 2 Perpres

In
A
99/2020 dan belum tercukupinya efektivitas dan ketersediaan vaksin
booster halal tidak menimbulkan kerugian bagi hak Pemohon,
ah

lik
sehingga permohonan Pemohon untuk mengubah pemaknaan Pasal
2 Perpres 99/2020 terbukti sangat tidak beralasan.
am

ub
7. Bahwa terkait dengan Vaksin AstraZeneca sebagaimana
Permohonan halaman 8 angka 22 yang telah dinyatakan haram oleh
MUI melalui Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 (vide T-07), menurut
ep
k

Termohon hanya dikutip secara parsial melalui Diktum Kedua angka


ah

1 oleh Pemohon sehingga mengaburkan substansi dari Fatwa MUI


R

si
tersebut. Karena pada Diktum Kedua angka 2 dinyatakan bahwa:
Penggunaan Vaksin COVID-19 produk AstraZeneca, pada saat ini

ne
ng

diperbolehkan (mubah) karena:


a. ada kondisi kebutuhan yang mendesak (hajah syar'iyyah) yang

do
gu

menduduki kondisi darurat syar'iy (dlarurah syar'iyyah);


b. ada keterangan dari ahli yang kompeten dan terpercaya tentang
adanya bahaya (resiko fatal) jika tidak segera dilakukan vaksinasi
In
A

COVID-19;
c. ketersediaan vaksin COVID-19 yang halal dan suci tidak
ah

lik

mencukupi untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 guna ikhtiar


mewujudkan kekebalan kelompok (herd immunity);
m

ub

d. ada jaminan keamanan penggunaannya oleh pemerintah; dan


e. pemerintah tidak memiliki keleluasaan memilih jenis vaksin
ka

COVID-19 mengingat keterbatasan vaksin yang tersedia.


ep
ah

es

Halaman 59 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa seluruh kriteria di atas masih terpenuhi hingga saat ini,

si
sehingga seluruh vaksin COVID-19 yang digunakan saat ini tidak
serta merta dapat dikategorikan sebagai vaksin tidak suci dan tidak

ne
ng
halal yang dipaksakan kepada masyarakat sebagaimana dalil
Pemohon. Dengan demikian keberadaan Pasal 2 Perpres 99/2020

do
gu sama sekali tidak menimbulkan kerugian langsung bagi Pemohon.
8. Bahwa Vaksinasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling
efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit menular

In
A
berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan vaksinasi
dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan
ah

lik
bahkan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Vaksinasi (PD3I). Dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-
am

ub
19, vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi
transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di
ep
k

masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-


ah

19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.


R

si
Upaya vaksinasi COVID-19 telah dilakukan oleh berbagai negara
termasuk Indonesia. Dalam penerapan vaksinasi tersebut dibutuhkan

ne
ng

kepastian dari aspek efektivitas dan efisiensi, sehingga upaya yang


dilakukan mulai dari penelitian dan pengembangan vaksin,

do
gu

penyediaan vaksin, dan pelaksanaan vaksinasi sesuai dengan


ketersediaan vaksin. Selain itu adanya karakteristik vaksin yang
berbeda juga merupakan tantangan sendiri dalam pelaksanaan
In
A

vaksinasi. Dalam proses pengembangan vaksin yang ideal untuk


pencegahan infeksi SARS-CoV-2 terdapat berbagai platform yaitu
ah

lik

vaksin inaktivasi (inactivated virus vaccines), vaksin virus yang


dilemahkan (live attenuated), vaksin vektor virus, vaksin asam
m

ub

nukleat, vaksin seperti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit


protein.
ka

Bahwa pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan hingga saat ini telah


ep

berjalan dengan baik, namun tetap perlu ditingkatkan. Tercatat


ah

es

Halaman 60 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam pelaksanaan vaksinasi kepada sasaran penerima vaksin

si
COVID-19 berdasarkan data dari dashboard Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) bahwa

ne
ng
sejumlah 194.418.117 orang telah mendapat vaksinasi primer dosis
1 dan sejumlah 154.315.562 orang telah mendapat vaksinasi primer

do
gu dosis 2, dan sejumlah 16.335.118 orang telah mendapatkan
vaksinasi dosis lanjutan (booster), dari jumlah total target sasaran
vaksinasi berjumlah 208.265.720 orang (Error! Hyperlink reference

In
A
not valid. diakses per tanggal 20 Maret 2022 pukul 19.35 WIB). Data
tersebut membuktikan pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan kepada
ah

lik
sasaran penerima vaksin COVID-19 sudah mencapai 93,35% untuk
dosis 1, 74,10% untuk dosis 2, dan 7,84% untuk dosis lanjutan
am

ub
(booster) dari target sasaran. Untuk mendapat manfaat optimal dari
vaksinasi di saat pandemi, maka untuk mencapai terjadinya imunitas
kelompok atau „herd immunity‟, cakupan vaksinasi paling sedikit
ep
k

harus mencapai angka 70% dari total penduduk (meliputi semua


ah

kelompok umur). Bahwa dari jumlah capaian vaksinasi tersebut,


R

si
hingga saat ini belum ada tuntutan kerugian materiil yang
disampaikan oleh masyarakat kepada Pemerintah terhadap

ne
ng

pelaksanaan vaksinasi. Sehingga berdasarkan uraian tersebut,


terhadap dalil kerugian Pemohon menjadi tidak terbukti, tidak benar

do
gu

dan tidak berdasar.


9. Bahwa Pemohon telah dengan tidak cermat dalam menyusun
gugatan yang menyebabkan tidak jelasnya gugatan dan
In
A

kebingungan Termohon, yang diantaranya:


a. Masih diacunya Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019
ah

lik

tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 33 Tahun


2014 tentang Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal
m

ub

yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan


ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
ka

tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 33 Tahun


ep

2014 tentang Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal.


ah

es

Halaman 61 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Masih diacunya Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005

si
tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

ne
ng
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan
Presiden yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

do
gu dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

In
A
undangan.
c. Kesalahan penulisan tahun pada Surat Edaran Direktur Jenderal
ah

lik
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan yang dinyatakan memiliki Nomor:
am

ub
“HK.02.02/II/252/2002” seharusnya “HK.02.02/II/252/2022”.
d. Kesalahan penulisan nomenklatur jabatan salah satu pejabat
Kementerian Kesehatan yang ditulis sebagai “Direktur
ep
k

Pencegahan dan Pencegahan” seharusnya “Direktur Jenderal


ah

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit”.


R

si
Berdasarkan uraian tersebut di atas, oleh karena tidak jelas (Obscuur
Libel) bentuk kerugian dan kepentingan hukum dari Pemohon, maka

ne
ng

menurut Termohon, Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal


standing). Oleh karena itu tepat jika Yang Mulia Ketua Majelis Hakim

do
gu

Agung Mahkamah Agung RI menyatakan menolak permohonan


Pemohon atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijk Verklaard).
In
A

III. PERMOHONAN NE BIS IN IDEM


ah

lik

Bahwa Incasu terhadap ketentuan Perpres 99/2020 pernah


dilakukan pengujian baik secara formil maupun materiil dalam Perkara
Nomor 19 P/HUM/2021 dan telah diputus oleh Mahkamah Agung pada
m

ub

tanggal 6 Mei 2021 yang pada pokok Amar Putusannya “menolak”


ka

permohonan Pemohon, serta dalam Perkara Nomor 48 P/HUM/2021 dan


ep

telah diputus oleh Mahkamah Agung pada tanggal 23 Desember 2021


ah

es

Halaman 62 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang pada pokok Amar Putusannya juga “menolak” permohonan

si
Pemohon, sehingga terhadap Permohonan a quo menjadi ne bis in idem;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Agung dalam

ne
ng
Putusan 19 P/HUM/2021 tanggal 6 Mei 2021 pada halaman 75-77
menyatakan:

do
gu - Bahwa objek permohonan hak uji materiil a quo merupakan tindakan
penanggulangan wabah penyakit menular COVID-19 yang
merupakan pandemi, sehingga perlu diambil tindakan oleh

In
A
pemerintah, yakni salah satunya meliputi tindakan vaksinasi secara
masif lebih lanjut belum diatur dalam ketentuan peraturan
ah

lik
perundang-undangan, oleh karenanya sebagai langkah-langkah luar
biasa (extraordinary) perlu dilakukan kebijakan pengadaan vaksin
am

ub
dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi
COVID-19 yang merupakan tanggung jawab pemerintah in casu
Presiden;
ep
k

- Bahwa vaksinasi COVID-19 secara nasional akan mendorong


ah

terbentuknya herd immunity atau kekebalan bagi masyarakat,


R

si
sehingga dengan mendapatkan vaksin COVID-19 seseorang tidak
hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang-orang

ne
ng

disekitar yang belum memiliki kekebalan terhadap virus corona;


- Bahwa tindakan vaksinasi atau tindakan pencegahan dan pemberian

do
gu

kekebalan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko terkena


wabah COVID-19, dilakukan dengan atau tanpa persetujuan dari
orang yang bersangkutan, hal itu dimaksudkan agar masyarakat
In
A

turut bertanggung jawab dalam penanggulangan wabah. Pasal 14


Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
ah

lik

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular menentukan bahwa


setiap orang diwajibkan untuk berperan serta dalam pelaksanaan
m

ub

penanggulangan COVID-19. Yang dimaksud dengan setiap orang


meliputi orang perorangan termasuk badan hukum, badan lainnya
ka

dalam pelaksanaan upaya penanggulangan COVID-19;


ep
ah

es

Halaman 63 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Bahwa objek permohonan hak uji materiil diterbitkan karena adanya

si
kegentingan yang memaksa, yaitu dalam rangka pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di bidang penanggulangan

ne
ng
wabah/pandemi COVID-19, yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

do
gu Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

In
A
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang;
ah

lik
- Bahwa setiap orang selain mempunyai hak atas kesehatan
sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36
am

ub
Tahun 2009, juga mempunyai kewajiban untuk ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, yakni meliputi upaya kesehatan
ep
k

perseorangan, upaya kesehatan masyarakat dan menghormati hak


ah

orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik


R

si
fisik, biologi maupun sosial (vide Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Hal demikian

ne
ng

sesuai maksud dengan ketentuan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 yang
menentukan bahwa “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,

do
gu

setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan


dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
In
A

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
ah

lik

umum dalam suatu masyarakat demokratis”;


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
m

ub

tersebut terbukti bahwa objek permohonan tidak bertentangan dengan


Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
ka

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019


ep

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


ah

es

Halaman 64 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Undang-Undang

si
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sehingga permohonan
keberatan hak uji materiil Pemohon harus ditolak, dan karenanya

ne
ng
Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara;

IV. LATAR BELAKANG PERATURAN PRESIDEN TENTANG

do
gu PENGADAAN VAKSIN DAN PELAKSANAAN VAKSINASI DALAM
RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI COVID-19

In
A
Bahwa wabah, berdasarkan Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (yang selanjutnya
ah

lik
disebut UU 4/1984) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
am

ub
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Pandemi, berdasarkan
berbagai referensi global serta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ep
k

merupakan wabah yang menyebar pada daerah geografi yang luas


misalnya antar negara bahkan benua;
ah

R
Bahwa penyebaran COVID-19 telah dinyatakan oleh World Health

si
Organization (WHO) sebagai global pandemic. Penyebaran COVID-19 di

ne
ng

Indonesia juga telah menjangkau seluruh wilayah provinsi di Indonesia


dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat dan
berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

do
gu

keamanan, kesejahteraan masyarakat, penurunan penerimaan negara,


dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan di Indonesia. Sehingga
In
A

pada tanggal 31 Maret 2020 Presiden Republik Indonesia menetapkan


Status Darurat Kesehatan di Indonesia melalui Keputusan Presiden
ah

lik

(Keppres) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan


Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Diktum
ke-2 (dua) menyebutkan “Menetapkan Kedaruratan Kesehatan
m

ub

Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di lndonesia yang


ka

wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan


ep

peraturan perundang-undangan”. Pada tanggal 14 April 2020 Presiden


Republik Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai Bencana Nasional
ah

es

Halaman 65 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
melalui Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Bencana Nonalam

si
Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional. Keppres tersebut
telah sesuai dengan ketentuan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor

ne
ng
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (yang selanjutnya
disebut UU 24/2007) yang menjelaskan bahwa Penetapan status darurat

do
gu bencana untuk skala nasional dilakukan oleh Presiden;
Penetapan Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Bencana
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai

In
A
Bencana Nasional juga merujuk kepada UU 4/1984, yang mana dalam
Pasal 5 mengamanatkan kepada Menteri Kesehatan untuk
ah

lik
melaksanakan serangkaian upaya penanggulangan wabah penyakit.
Dengan diterbitkannya Keppres Nomor 12 Tahun 2020 membuktikan
am

ub
bahwa negara berada dalam keadaan yang tidak normal sehingga
Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah
penyebaran COVID-19 untuk melindungi Warga Negara Indonesia;
ep
k

Penyebaran COVID-19 yang dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi


ah

karena penyebarannya yang luas pada sebagian besar negara di seluruh


R

si
dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan peningkatan kasus dengan
cepat dan telah menimbulkan banyak korban jiwa;

ne
ng

Selain banyaknya kasus dan korban jiwa, Pandemi COVID-19 juga


telah menyebabkan kerugian material yang semakin besar yang

do
gu

berimplikasi pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan


keamanan, kesejahteraan masyarakat, penurunan penerimaan negara,
peningkatan belanja negara, dan pembiayaan di Indonesia. Oleh karena
In
A

itu diperlukan percepatan penanggulangan wabah/pandemi COVID-19


untuk penyelamatan kesehatan masyarakat;
ah

lik

Bahwa tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia


sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28H ayat (1), Pasal 34 ayat (3)
m

ub

dan alinea keempat UUD NRI 1945 yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
ka

kesejahteraan umum serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas


ep

pelayanan kesehatan. Jika dikaitkan dengan perlindungan dimaksud


ah

es

Halaman 66 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memiliki arti yang sangat luas, salah satu bentuk perlindungan adalah

si
dengan melaksanakan penanggulangan terhadap wabah COVID-19;
Pengaturan mengenai penanggulangan wabah penyakit menular

ne
ng
pada dasarnya telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-
undangan, seperti dalam UU 4/1984 juncto UU 36/2009, Peraturan

do
gu Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (selanjutnya disebut PP 40/1991) dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis

In
A
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan (selanjutnya disebut Permenkes 1501/2010). Namun
ah

lik
dalam peraturan tersebut, terkait dengan tindakan penanggulangan
wabah penyakit menular COVID-19 yang salah satunya meliputi tindakan
am

ub
vaksinasi secara masif lebih lanjut belum diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Oleh karenanya sebagai langkah-
langkah luar biasa (extraordinary) perlu dilakukan kebijakan pengadaan
ep
k

vaksin dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan


ah

pandemi COVID-19 sebagaimana diatur dalam Perpres 99/2020


R

si
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor
33 Tahun 2022 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden

ne
ng

Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan


Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19

do
gu

(selanjutnya disebut Perpres 33/2022);


Kebijakan menetapkan Perpres 99/2020 dan perubahannya pada
dasarnya merupakan tanggung jawab konstitusional Presiden selaku
In
A

Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk melindungi segenap


bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta
ah

lik

memulihkan kembali perekonomian nasional yang terpuruk akibat dari


wabah pandemi COVID-19 sebagaimana diamanatkan dalam alinea
m

ub

keempat UUD NRI 1945, Pasal 4 ayat (1), Pasal 28A, Pasal 28H ayat
(1), Pasal 28I ayat (5), dan Pasal 34 ayat (3) UUD NRI 1945. Yang
ka

kemudian dijabarkan dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf d UU


ep

4/1984 juncto Penjelasan Pasal 13 PP 40/1991 dan Undang-Undang


ah

es

Halaman 67 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

si
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan

ne
ng
Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem

do
gu Keuangan Menjadi Undang-Undang. Dengan demikian Pemerintah wajib
segera melakukan tindakan penanganan dan pencegahan berdasarkan
prinsip/doktrin Salus Populi Suprema Lex Esto–Keselamatan Rakyat

In
A
adalah Hukum Tertinggi, dengan tetap memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ah

lik
Pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat ini sangatlah penting, bukan
hanya untuk melindungi dan menyelamatkan masyarakat dari COVID-19,
am

ub
tetapi juga memulihkan kondisi sosial dan ekonomi negara yang terkena
dampak pandemi COVID-19;
Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam
ep
k

rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara


ah

aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga apabila suatu saat terpapar


R

si
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan dan tidak menjadi sumber penularan;

ne
ng

Indonesia mempunyai pengalaman dalam program imunisasi/


vaksinasi rutin. Program yang dilakukan tersebut merupakan upaya

do
gu

pemerintah dalam pencegahan penyakit menular, mengurangi angka


kematian, dan kecacatan, akibat penyakit menular berbahaya seperti
cacar, polio, difteri, batuk rejan, campak, rubela dan sebagainya;
In
A

Dalam menjalankan program tersebut, Pemerintah juga berhadapan


dengan penolakan dari kelompok-kelompok tertentu, baik karena alasan
ah

lik

keagamaan maupun kekhawatiran terhadap efek samping vaksin,


sehingga cukup menghambat pelaksanaan program. Namun, dengan
m

ub

masifnya upaya sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat,


masalah tersebut dapat ditangani dengan baik. Adapun klaim sebagian
ka

orang yang tidak mempercayai imunisasi/vaksinasi, bahwa anak mereka


ep

tumbuh dengan baik tanpa imunisasi/vaksinasi merupakan klaim yang


ah

es

Halaman 68 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
keliru, karena sebenarnya anak mereka terlindungi oleh anak-anak lain di

si
sekitarnya yang mendapatkan imunisasi/vaksinasi;
Telah banyak keberhasilan yang dicapai dengan dilaksanakannya

ne
ng
program imunisasi/vaksinasi rutin ini, yaitu penyakit cacar telah menjadi
penyakit pertama yang dapat diberantas dari muka bumi sejak tahun

do
gu 1974. Penyakit berikutnya yang akan diberantas adalah polio. Di
Indonesia sendiri, WHO sudah menyatakan bahwa Indonesia bebas
polio sejak tahun 2014. Selain itu, Indonesia juga telah dinyatakan

In
A
berhasil mengeliminasi penyakit tetanus yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi baru lahir sejak tahun 2016;
ah

lik
Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi
transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan
am

ub
kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (herd immunity), dan melindungi masyarakat dari COVID-19
agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Meskipun orang yang
ep
k

sudah divaksinasi terpapar COVID-19, namun dengan vaksinasi dapat


ah

meringankan gejala yang timbul dan komplikasinya serta mencegah


R

si
peningkatan terjadinya kematian;
Dengan vaksinasi COVID-19 secara nasional akan mendorong

ne
ng

terbentuknya herd immunity atau kekebalan bagi masyarakat. Sehingga


dengan mendapatkan vaksin COVID-19 seseorang tidak hanya

do
gu

melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang-orang di sekitar yang


belum memiliki kekebalan terhadap virus COVID-19;
Tindakan vaksinasi atau tindakan pencegahan dan pemberian
In
A

kekebalan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko terkena wabah


COVID-19, dilakukan dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang
ah

lik

bersangkutan. Hal itu agar masyarakat turut bertanggungjawab dalam


penanggulangan wabah (vide Pasal 14 PP 40/1991). Setiap orang
m

ub

diwajibkan untuk berperan serta dalam pelaksanaan penanggulangan


COVID-19. Yang dimaksud dengan setiap orang meliputi orang
ka

perorangan termasuk badan hukum, badan lainnya dalam pelaksanaan


ep

upaya penanggulangan COVID-19 (vide Pasal 14 PP 40/1991);


ah

es

Halaman 69 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tindakan vaksinasi atau tindakan pencegahan dan pemberian

si
kekebalan dilaksanakan kepada sasaran yang memenuhi kriteria
penerima vaksin COVID-19 sesuai dengan indikasi vaksin COVID-19

ne
ng
yang tersedia telah diatur dalam ketentuan Pasal 13A Perpres Nomor 14
Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor

do
gu 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 (selanjutnya
disebut Perpres 14/2021), yang ditentukan dengan cara adanya

In
A
pendataan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam Pasal
13A Perpres 14/2021 juga ditegaskan bahwa bagi sasaran penerima
ah

lik
Vaksin COVID-19 yang tidak memenuhi kriteria penerima Vaksin COVID-
19 sesuai dengan indikasi Vaksin COVID-19 yang tersedia, dikecualikan
am

ub
dari kewajiban mengikuti vaksinasi COVID-19;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
ep
k

COVID-19 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan


ah

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2021 tentang Perubahan


R

si
Ketiga Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi

ne
ng

COVID-19 mengatur pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan secara


bertahap sesuai dengan ketersediaan vaksin COVID-19. Pelaksanaan

do
gu

vaksinasi COVID-19 menetapkan kriteria penerima vaksin COVID-19


sesuai dengan indikasi vaksin yang tersedia dan kajian Komite Penasihat
Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on
In
A

Immunization/ITAGI tertanggal 27 Agustus 2020) dan/atau Strategic


Advisory Group of Experts on Immunization of the World Health
ah

lik

Organization (SAGE WHO tertanggal 14 September 2020) sebagaimana


bukti Pemerintah berupa kajian dan dokumen dari ITAGI (vide T-08 dan
m

ub

vide T-09);
Pendataan sasaran dilakukan melalui penyusunan perencanaan
ka

vaksinasi COVID-19. Hasil pendataan sasaran penerima vaksin COVID-


ep

19 selanjutnya dimuat dalam Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi


ah

es

Halaman 70 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
COVID-19. Data sasaran dalam sistem informasi disusun berdasarkan

si
kategori penerima vaksin COVID-19, yang memuat nama dan alamat (by
name and by address), serta Nomor Induk Kependudukan (NIK);

ne
ng
Terkait kewajiban vaksinasi, ITAGI menyatakan bahwa untuk
keberhasilan penanggulangan bencana pandemi COVID-19 ini, vaksinasi

do
gu menjadi wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mendapat
manfaat optimal dari vaksinasi di saat pandemi, maka untuk mencapai
terjadinya imunitas kelompok atau „herd immunity‟, cakupan vaksinasi

In
A
paling sedikit mencapai 70% dari total penduduk (meliputi semua
kelompok umur);
ah

lik
Bahwa berdasarkan uraian tersebut, kemudian yang mendasari
adanya kewajiban untuk mengikuti vaksinasi bagi setiap orang yang
am

ub
telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin COVID-19 adalah
karena apabila pelaksanaan vaksinasi dilakukan secara sukarela maka
tidak akan terlaksana dengan baik yang menyebabkan upaya
ep
k

penanggulangan wabah COVID-19 tidak dapat berjalan optimal. Oleh


ah

karena itu, sebagai bentuk penegakkan kewajiban vaksinasi bagi setiap


R

si
orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin COVID-
19, diatur ketentuan mengenai sanksi bagi setiap orang yang tidak

ne
ng

mengikuti vaksinasi COVID-19 sebagaimana diatur dalam ketentuan


Pasal 13A dan Pasal 13B Perpres 14/2021;

do
gu

Berkaitan dengan permasalahan status kehalalan vaksin yang


digunakan, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa terhadap
Vaksin Sinovac, Vaksin AstraZeneca, dan Vaksin Sinopharm. Untuk
In
A

Sinovac, MUI telah menetapkan fatwa halal, sementara untuk vaksin


AstraZeneca fatwanya adalah haram namun penggunaan keduanya
ah

lik

adalah dibolehkan, karena kondisi darurat dan ada risiko atau bahaya
jika tidak dilakukan vaksinasi. Mengacu juga pada fatwa MUI Nomor 4
m

ub

Tahun 2016 tentang Imunisasi (vide T-10), bahwa imunisasi dengan


vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali digunakan
ka

pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; belum ditemukan bahan vaksin


ep

yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga medis yang
ah

es

Halaman 71 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal. Dalam hal

si
jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian,
penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa,

ne
ng
berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, maka
imunisasi hukumnya wajib;

do
gu Adapun Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021, pada Diktum Kedua
angka 2 dinyatakan bahwa: Penggunaan Vaksin COVID-19 produk
Astrazeneca, pada saat ini diperbolehkan (mubah) karena:

In
A
a. ada kondisi kebutuhan yang mendesak (hajah syar'iyyah) yang
menduduki kondisi darurat syar'iy (dlarurah syar'iyyah);
ah

lik
b. ada keterangan dari ahli yang kompeten dan terpercaya tentang
adanya bahaya (resiko fatal) jika tidak segera dilakukan vaksinasi
am

ub
COVID-19;
c. ketersediaan vaksin COVID-19 yang halal dan suci tidak mencukupi
untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 guna ikhtiar mewujudkan
ep
k

kekebalan kelompok (herd immunity);


ah

d. ada jaminan keamanan penggunaannya oleh pemerintah; dan


R

si
e. pemerintah tidak memiliki keleluasaan memilih jenis vaksin COVID-19
mengingat keterbatasan vaksin yang tersedia;

ne
ng

Bahwa seluruh kriteria di atas masih terpenuhi hingga saat ini,


sehingga vaksin Astrazeneca yang digunakan saat ini tidak serta merta

do
gu

dapat dikategorikan sebagai vaksin haram sebagaimana yang didalilkan


Pemohon.
In
A

V. PERKEMBANGAN SITUASI TERKINI PENANGANAN COVID-19


Bahwa dalam penanggulangan wabah COVID-19 yang dilaksanakan
ah

lik

melalui program vaksinasi sejak tahun 2021, telah mengalami


keberhasilan yang ditandai dengan terjadinya penurunan level transmisi
m

ub

COVID-19 sejak terjadinya lonjakan kasus pada Juli 2021;


Berdasarkan assessment situasi COVID-19 per 19 Maret 2022
ka

Indonesia berada pada level 2 dengan tingkat komunitas di tingkat 2 dan


ep

kapasitas respon di level sedang. Hal ini menunjukkan penurunan level


ah

es

Halaman 72 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dibandingkan bulan Juli 2021 yaitu level situasi pada level 3 dengan

si
tingkat transmisi komunitas di level 3 dan kapasitas respon di level
terbatas. (vide https://vaksin.kemkes.go.id/#/scprovinsi per tanggal 21

ne
ng
Maret 2022);
Level transmisi tersebut lebih detail dijabarkan dengan rincian kasus

do
gu harian (5.922 kasus), kematian harian (139 kasus), kasus aktif (219.688
kasus), dan rawat RS (13.986 kasus). (vide https://covid19.go.id/peta-
sebaran-covid19 per tanggal 21 Maret 2022);

In
A
Tercatat sejumlah 7.914 kasus COVID-19 Omicron dilaporkan,
dengan rincian sejumlah 5.048 kasus merupakan kasus lokal atau non
ah

lik
PPLN (Pelaku Perjalanan Luar Negeri), sejumlah 2.276 kasus
merupakan PPLN dan sejumlah 590 kasus tidak diketahui (vide
am

ub
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines diakses per tanggal 21 Maret
2022);
Dengan situasi mulai merebaknya COVID-19 Varian Omicron dan
ep
k

adanya hasil studi yang menunjukkan terjadinya penurunan antibodi 6


ah

bulan setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis primer lengkap,


R

si
maka dibutuhkan pemberian dosis lanjutan atau booster untuk
meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat

ne
ng

rentan terutama kelompok lanjut usia dan penderita imunokompromais.


Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI, berdasarkan

do
gu

kajian melalui surat Nomor ITAGI/SR/2/2022 mengenai Kajian Vaksin


COVID-19 dosis lanjutan (booster), menganjurkan pemberian dosis
lanjutan (booster) untuk memperbaiki efektivitas vaksin yang telah
In
A

menurun. Dengan mempertimbangkan kajian dan rekomendasi yang


dikeluarkan oleh ITAGI tersebut, maka pemberian vaksinasi COVID-19
ah

lik

dosis lanjutan atau booster dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang


ditetapkan;
m

ub

World Bank pun mengapresiasi Indonesia karena telah memberikan


sejumlah besar dosis vaksinasi kepada masyarakat, dimana Indonesia
ka

sempat menjadi salah satu negara paling terdampak pandemi dan


ep

dengan kondisi geografis yang menantang. Hal ini merupakan suatu


ah

es

Halaman 73 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
keberhasilan yang patut dibanggakan, sebagaimana dapat dilihat dalam

si
artikel “Indonesia has passed 100 million COVID-19 vaccine doses. What
can we learn?” (vide https://blogs.worldbank.org/eastasiapacific/

ne
ng
indonesia-has-passed-100-million-COVID-19-vaccine-doses-what-can-
we-learn diakses pada tanggal 20 Maret 2022;

do
gu Per 21 Maret 2022, total kasus varian Omicron di Indonesia
sebanyak 7.914 yang terdiri dari 2.276 kasus pelaku perjalanan
internasional (imported case), 5.048 kasus transmisi lokal dan 590 kasus

In
A
masih dalam investigasi. Pada kasus transmisi lokal dilaporkan, Provinsi
dengan kasus Omicron terbanyak dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
ah

lik
Jawa Tengah. Sebagian besar kasus merupakan tanpa gejala
(asimptomatik) (40,44%), ringan (58,96%), sedang (0,23%) dan berat
am

ub
(0,38%). Sebagian besar kasus (87,76%) yang asimptomatik dan ringan
memiliki riwayat vaksinasi lengkap. Manifestasi klinis kasus seperti
demam, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Upaya penanggulangan
ep
k

menghadapi Varian Omicron:


ah

a. Percepatan vaksinasi;
R

si
b. Terus Memperkuat pelaksanaan 3T (test, trace dan treat) termasuk
surveilans genomik baik di pintu masuk maupun wilayah,

ne
ng

memastikan kapasitas laboratorium;


c. Pelibatan elemen masyarakat dalam pelacakan;

do
gu

d. Pemanfaatan teknologi digital dalam 3T, vaksinasi dan protokol


Kesehatan;
e. Komunikasi risiko/sosialisasi terkait risiko varian Omicron dan
In
A

penguatan protokol kesehatan;


f. Kesiapan rumah sakit menghadapi lonjakan kasus seperti konversi
ah

lik

tempat tidur, ketersediaan oksigen, alat kesehatan dan obat-obatan


serta pengerahan sumber daya manusia;
m

ub

g. Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat


(PPKM) berbasis level;
ka

h. Penerapan protokol pelaku perjalanan luar negeri yang telah diatur


ep

melalui SE Ketua Satgas Penanganan COVID-19 No.12 Tahun 2022


ah

es

Halaman 74 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada masa

si
Pandemi COVID-19 (vide T-11);
i. SE Ketua Satgas Penanganan COVID-19 No.13 Tahun 2022 tentang

ne
ng
Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri khusus pintu masuk Bali,
Batam dan Bintan dalam masa Pandemi COVID-19 (vide T-12);

do
gu j. Penerapan protokol event atau pertemuan Internasional yang telah
diatur melalui SE Ketua Satgas Penanganan COVID-19 No. 8 Tahun
2022 tentang Protokol Kesehatan Mekanisme Sistem Bubble di Bali

In
A
dalam masa Pandemi COVID-19 (vide T-13);
k. SE Ketua Satgas Penanganan COVID-19 No.14 Tahun 2022 tentang
ah

lik
Protokol Kesehatan Sistem Bubble pada Kegiatan MotoGP 2022
Mandalika dalam masa Pandemi COVID-19 (vide T-14).
am

ub
VI. JAWABAN TERMOHON TERHADAP POKOK PERMOHONAN
PEMOHON
A. JAWABAN TERMOHON TERHADAP PENGUJIAN FORMIL
ep
k

Bahwa pembentukan Perpres 99/2020 telah memenuhi


ah

ketentuan mengenai prosedur dan teknik penyusunan peraturan


R

si
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketentuan:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

ne
ng

Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah


dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang

do
gu

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya
disebut UU 12/2011) yang mengatur bahwa prosedur
In
A

pembentukan Peraturan Presiden meliputi tahapan perencanaan,


penyusunan, penetapan, dan pengundangan (vide Pasal 1 angka
ah

lik

1, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 55, dan Pasal 82 UU 12/2011) serta
teknik penyusunan peraturan perundang-undangan (vide Pasal 64
m

ub

dan Lampiran II UU 12/2011);


2. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
ka

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


ep

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya


ah

es

Halaman 75 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
disebut Perpres 87/2014), yang mengatur secara lebih detil dan

si
sistematis proses pembentukan Peraturan Presiden termasuk
proses penyusunan Rancangan Peraturan Presiden yang bersifat

ne
ng
mendesak yang ditentukan oleh Presiden untuk kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan (vide Pasal 66 Perpres 87/2014);

do
gu 3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengundangan Peraturan
Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik

In
A
Indonesia, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara Republik
Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
ah

lik
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 31 Tahun 2017 (vide pengundangan
am

ub
Perpres 99/2020 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 66);
4. Adapun rangkaian penyusunan Perpres 99/2020 yang dimulai dari
ep
k

arahan Presiden RI, pembahasan, dan paraf persetujuan menteri


ah

terkait, merupakan bentuk pemenuhan terhadap aspek formil


R

si
penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana
terlampir dalam alat bukti surat yang disampaikan oleh Termohon

ne
ng

(vide T-15 s.d. T-25);


5. Kementerian Agama dilibatkan dalam kebijakan terkait

do
gu

penanganan COVID-19, Kementerian Agama antara lain pernah


diundang rapat pembahasan di Kementerian BUMN pada tanggal
1 Desember 2020 (vide T-26).
In
A

B. JAWABAN TERMOHON TERHADAP PENGUJIAN MATERIIL


ah

lik

1. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan:


Bahwa ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020 tidak memberikan
kepastian hukum karena dalam pelaksanaannya mengakibatkan
m

ub

terbitnya Permenkes 10/2021 dan SE Dirjen Pencegahan


ka

Kemenkes Nomor: HK.02.02/II/252/2002 tentang Vaksinasi


ep

COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster) yang tidak mengikuti norma


hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 28E ayat (2)
ah

es

Halaman 76 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan Pasal 29 UUD 1945, Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 dan Pasal 18

si
UU 33/2014 Jo Pasal 68 PP 31/2019 Jo Pasal 8 ayat (1) UU
8/1999 karena jenis vaksin yang digunakan seperti vaksin produk

ne
ng
Moderna, Vaksin produk Pfizer, dan Vaksin Produk Lainnya
sama sekali tidak memiliki sertifikat halal dan vaksin COVID-19

do
gu produk astrazeneca dinyatakan haram sesuai Fatwa MUI Nomor
14 Tahun 2021 tentang Penggunaan Vaksin COVID-19 Produk
Astrazeneca, yang tentu saja merugikan hak-hak umat Islam

In
A
untuk mendapatkan produk (vaksin) yang bersertifikat halal dan
terbebas dari bahan yang haram sebagaimana perintah Al-
ah

lik
Qur‟an dan Sunnah.
Bahwa terhadap dalil tersebut, dapat Termohon sampaikan hal-
am

ub
hal sebagai berikut:
a. Sebagaimana yang telah Termohon sampaikan pada poin
terkait legal standing bahwa meskipun telah terdapat vaksin
ep
k

halal jenis Sinovac dan Zifivax namun penggunaan kedua


ah

jenis vaksin tersebut untuk booster sangat terbatas baik dari


R

si
aspek efektivitas maupun ketersediaan. Berdasarkan Surat
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional/Indonesian

ne
ng

Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Nomor:


ITAGI/SR/2/2022 tanggal 11 Januari 2022 tentang Kajian

do
gu

Vaksin COVID-19 untuk booster, yang merekomendasikan:


1) Vaksin booster dapat diberikan secara homolog dan
heterolog setelah 6 bulan dari vaksinasi primer lengkap.
In
A

2) ITAGI menyetujui rilis dari BPOM pada tanggal 10


Januari 2022, yang berisi:
ah

lik

a) Vaksin booster homolog yang dapat digunakan


adalah Vaksin Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, dan
m

ub

Moderna;
b) Vaksin booster heterolog Zifivax dapat diberikan
ka

pada vaksin primer Sinovac atau Sinopharm;


ep
ah

es

Halaman 77 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c) Vaksin booster heterolog half dose Moderna dapat

si
diberikan pada vaksin primer AstraZeneca, Pfizer,
dan Johnson&Johnson.

ne
ng
3) ITAGI menyetujui hasil pertemuan Komnas COVID-19
BPOM yang diselenggarakan oleh Direktorat Registrasi

do
gu Obat, BPOM tanggal 11 Januari 2022, dengan
kesimpulan:
a) Pemberian booster Moderna half dose yang

In
A
diberikan 6 bulan setelah vaksinasi primer lengkap
dengan vaksin AstraZeneca, Pfizer, atau
ah

lik
Johnson&Johnson dapat diterima;
b) Pemberian booster Moderna full dose yang diberikan
am

ub
6 bulan setelah vaksinasi primer lengkap dengan
vaksin Sinovac dapat diterima;
c) Booster AstraZeneca half dose yang diberikan
ep
k

setelah sekurang-kurangnya 6 bulan vaksinasi


ah

primer Sinovac lengkap dapat diterima, dengan


R

si
ketentuan data NAb studi di Indonesia harus segera
diserahkan;

ne
ng

d) Booster AstraZeneca full dose yang diberikan


setelah sekurang-kurangnya 6 bulan vaksinasi

do
gu

primer BNT Pfizer lengkap dapat diterima;


e) Pemberian booster Pfizer half dose yang diberikan 6
bulan setelah vaksinasi primer lengkap dengan
In
A

vaksin Sinovac atau vaksin AstraZeneca dapat


diterima.
ah

lik

b. Berdasarkan rekomendasi ITAGI di atas dapat disimpulkan


bahwa meskipun telah tersedia Vaksin Sinovac yang sudah
m

ub

bersertifikat halal, namun penggunaan Vaksin Sinovac untuk


vaksin booster hanya terbatas pada vaksin booster homolog,
ka

yaitu pemberian booster dengan menggunakan jenis vaksin


ep

yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah


ah

es

Halaman 78 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
didapat sebelumnya. Secara sederhana dapat dikatakan

si
Vaksin Sinovac hanya dapat diberikan sebagai booster bagi
masyarakat yang memperoleh vaksin primer dengan jenis

ne
ng
yang sama yaitu Vaksin Sinovac saja. Vaksin Sinovac
secara ilmiah tidak dapat menjadi vaksin booster heterolog.

do
gu Adapun vaksin booster heterolog Zifivax hanya dapat
diberikan pada vaksin primer Sinovac dan Sinopharm.
Vaksin booster Zifivax tidak dapat menjadi vaksin booster

In
A
homolog, dan tidak tersedia dalam vaksin program;
c. Bahwa meskipun Vaksin Sinovac telah bersertifikat halal
ah

lik
tetapi penggunaannya pada saat ini diprioritaskan untuk
anak usia 6-11 tahun dan tidak akan dapat menjangkau
am

ub
seluruh masyarakat yang membutuhkan booster Vaksin
COVID-19 sehingga keberadaan vaksin lainnya yang belum
bersertifikat halal masih tetap dibutuhkan dan penggunaan
ep
k

vaksin tersebut masih bersifat mubah karena masih sejalan


ah

dengan kriteria mubah yang dinyatakan dalam Diktum Kedua


R

si
angka 2 Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021;
d. Adapun kewajiban sertifikat halal sebagaimana diatur dalam

ne
ng

Pasal 4 UU 3/2014 yang menyatakan bahwa produk yang


masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia

do
gu

wajib bersertifikat halal. Namun berdasarkan Pasal 139 PP


39/2021 kewajiban sertifikat halal dilakukan secara bertahap.
Untuk pertama kali kewajiban bersertifikat halal diberlakukan
In
A

bagi Produk makanan, minuman, hasil sembelihan dan jasa


penyembelihan sebagaimana diatur dalam Pasal 139 ayat
ah

lik

(2) PP 39/2021;
Sedangkan kewajiban sertifikat halal bagi vaksin COVID-19
m

ub

berdasarkan Pasal 139 ayat (3), Pasal 141 ayat (1) huruf j
dan Pasal 142 PP 39/2021 merupakan salah satu produk
ka

biologi yang dikenakan kewajiban bersertifikat halal secara


ep
ah

es

Halaman 79 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bertahap, yang hingga saat ini belum diwajibkan untuk

si
memiliki sertifikat halal;
e. Adapun penerbitan izin edar termasuk EUA adalah

ne
ng
berdasarkan evaluasi aspek efikasi, keamanan, dan mutu
dan tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan

do
gu aspek halal. Proses penerbitan sertifikat halal dan proses
pengajuan izin edar telah diatur dalam masing-masing
regulasi dan dapat dilakukan secara parallel;

In
A
f. Dengan demikian sangat tidak beralasan Petitum Pemohon
yang menyatakan Pasal 2 Perpres 99/2020 bertentangan
ah

lik
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
yaitu: UU 33/2014, UU 12/2011, dan PP 31/2019, sepanjang
am

ub
tidak dimaknai “Pemerintah menjamin kehalalan jenis Vaksin
COVID-19 yang ditetapkan untuk pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 di wilayah lndonesia" karena Pemerintah tentunya
ep
k

akan terus berusaha untuk memprioritaskan vaksin halal


ah

apabila vaksin tersebut sudah terbukti berkhasiat secara


R

si
ilmiah dan mempunyai ketersediaan yang memadai untuk
masyarakat;

ne
ng

2. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan:


Bahwa perlu adanya tafsir yang tegas atas pemaknaan Pasal 2

do
gu

Perpres 99/2020 yang mana tetap mendukung program


vaksinasi sebagaimana dimaksud dalam aturan dimaksud
namun tidak merugikan hak-hak konstitusional umat Islam yang
In
A

dijamin oleh UUD 1945;


Bahwa terhadap dalil tersebut, dapat Termohon sampaikan hal-
ah

lik

hal sebagai berikut:


a. Bahwa penyebaran COVID-19 telah dinyatakan oleh WHO
m

ub

sebagai global pandemic. Penyebaran COVID-19 di


Indonesia juga telah menjangkau seluruh wilayah provinsi di
ka

Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian


ep

semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik,


ah

es

Halaman 80 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan,

si
kesejahteraan masyarakat, penurunan penerimaan negara,
dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan di

ne
ng
Indonesia. Sehingga pada tanggal 31 Maret 2020 Presiden
Republik Indonesia menetapkan Status Darurat kesehatan di

do
gu Indonesia melalui Keppres Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Diktum ke-2 (dua)

In
A
menyebutkan “Menetapkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di
ah

lik
lndonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
am

ub
Pada tanggal 14 April 2020 Presiden Republik Indonesia
menetapkan COVID-19 sebagai Bencana Nasional melalui
Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Bencana Nonalam
ep
k

Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)


ah

sebagai Bencana Nasional. Keppres tersebut telah sesuai


R

si
dengan ketentuan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (yang

ne
ng

selanjutnya disebut UU 24/2007) yang menjelaskan bahwa


Penetapan status darurat bencana untuk skala nasional

do
gu

dilakukan oleh Presiden;


b. Penetapan Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Bencana
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
In
A

19) sebagai Bencana Nasional juga merujuk kepada UU


4/1984, yang mana pada Pasal 5 mengamanatkan kepada
ah

lik

Menteri Kesehatan untuk melaksanakan serangkaian upaya


penanggulangan wabah penyakit. Dengan diterbitkannya
m

ub

Keppres Nomor 12 Tahun 2020 membuktikan bahwa negara


berada dalam keadaan yang tidak normal sehingga
ka

Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah untuk


ep

mencegah penyebaran COVID-19 untuk melindungi Warga


ah

es

Halaman 81 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negara Indonesia. Penyebaran COVID-19 yang dinyatakan

si
oleh WHO sebagai pandemi karena penyebarannya yang
luas pada sebagian besar negara di seluruh dunia, termasuk

ne
ng
di Indonesia, menunjukkan peningkatan kasus dengan cepat
dan telah menimbulkan banyak korban jiwa;

do
gu c. Selain banyaknya kasus dan korban jiwa, Pandemi COVID-
19 juga telah menyebabkan kerugian material yang semakin
besar yang berimplikasi pada aspek politik, ekonomi, sosial,

In
A
budaya, pertahanan dan keamanan, kesejahteraan
masyarakat, penurunan penerimaan negara, peningkatan
ah

lik
belanja negara, dan pembiayaan di Indonesia. Oleh karena
itu diperlukan percepatan penanggulangan wabah/pandemi
am

ub
COVID-19 untuk penyelamatan kesehatan masyarakat;
d. Bahwa tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28H ayat (1), Pasal 34
ep
k

ayat (3) dan alinea keempat UUD NRI 1945 yaitu melindungi
ah

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


R

si
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum serta
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

ne
ng

kesehatan. Jika dikaitkan dengan perlindungan dimaksud


memiliki arti yang sangat luas, salah satu bentuk

do
gu

perlindungan adalah dengan melaksanakan penanggulangan


terhadap wabah COVID-19;
e. Pengaturan mengenai penanggulangan wabah penyakit
In
A

menular pada dasarnya telah diatur dalam beberapa


peraturan perundang-undangan, seperti dalam UU 4/1984
ah

lik

juncto UU 36/2009, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun


1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
m

ub

(selanjutnya disebut PP 40/1991) dan Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
ka

Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah


ep

Dan Upaya Penanggulangan (selanjutnya disebut


ah

es

Halaman 82 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Permenkes 1501/2010). Namun dalam peraturan tersebut,

si
terkait dengan tindakan penanggulangan wabah penyakit
menular COVID-19 yang salah satunya meliputi tindakan

ne
ng
vaksinasi secara masif lebih lanjut belum diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karenanya

do
gu sebagai langkah-langkah luar biasa (extraordinary) perlu
dilakukan kebijakan pengadaan vaksin dan pelaksanaan
vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi COVID-

In
A
19 sebagaimana diatur dalam Perpres 99/2020 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor
ah

lik
33 Tahun 2022 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin
am

ub
Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi COVID-19 (Selanjutnya disebut
Perpres 33/2022). Kebijakan menetapkan Perpres 99/2020
ep
k

juncto Perpres 33/2022 pada dasarnya merupakan tanggung


ah

jawab konstitusional Presiden selaku Kepala Negara dan


R

si
Kepala Pemerintahan untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta

ne
ng

memulihkan kembali perekonomian nasional yang terpuruk


akibat dari wabah pandemi COVID-19 sebagaimana

do
gu

diamanatkan dalam alinea keempat UUD NRI 1945, Pasal 4


ayat (1), Pasal 28A, Pasal 28H ayat (1), Pasal 28I ayat (5),
dan Pasal 34 ayat (3) UUD NRI 1945. Yang kemudian
In
A

dijabarkan dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf d UU


4/1984 juncto Penjelasan Pasal 13 PP 40/1991 dan Undang-
ah

lik

Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
m

ub

2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas


Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19
ka

dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang


ep

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas


ah

es

Halaman 83 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang. Dengan

si
demikian Pemerintah wajib segera melakukan tindakan
penanganan dan pencegahan berdasarkan prinsip/doktrin

ne
ng
Salus Populi Suprema Lex Esto–Keselamatan Rakyat adalah
Hukum Tertinggi, dengan tetap memperhatikan ketentuan

do
gu peraturan perundang-undangan;
f. Pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat ini sangatlah
penting, bukan hanya untuk melindungi dan menyelamatkan

In
A
masyarakat dari COVID-19, tetapi juga memulihkan kondisi
sosial dan ekonomi negara yang terkena dampak pandemi
ah

lik
COVID-19. Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus
diberikan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan
am

ub
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Sehingga apabila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
ep
k

Indonesia mempunyai pengalaman dalam program


ah

imunisasi/vaksinasi rutin. Program yang dilakukan tersebut


R

si
merupakan upaya pemerintah dalam pencegahan penyakit
menular, mengurangi angka kematian, dan kecacatan, akibat

ne
ng

penyakit menular berbahaya seperti cacar, polio, difteri,


batuk rejan, campak, rubela dan sebagainya;

do
gu

g. Bahwa penggunaan vaksin di masa pandemi harus


dilakukan berdasarkan kajian/bukti ilmiah dan penelitian
medis yang dilakukan secara seksama, hati-hati dan tepat.
In
A

Kajian yang dilakukan harus dapat dijadikan sebagai


landasan pengambilan langkah dan kebijakan yang efisien
ah

lik

demi meredam penularan virus COVID-19. Seperti yang


dilakukan oleh Saudi Arabia yang mempersyaratkan
m

ub

penggunaan 9 jenis produk vaksin sebagi syarat masuk ke


negaranya. 9 Vaksin tersebut antara lain Pfizer, Moderna,
ka

Oxford, AstraZeneca, Johnson and Johnson, Sinopharm,


ep

Sinovac, Covaxin, Sputnik dan Covovax (vide


ah

es

Halaman 84 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
https://saudigazette.com.sa/article/617715 yang diakses

si
pada tanggal 21 Maret 2022). Kepercayaan dan keyakinan
Saudi Arabia dalam keefektifan vaksinasi COVID-19 dalam

ne
ng
meredam penularan COVID-19 diperlihatkan dengan
penginisiasian penggunaan vaksin COVID-19 oleh

do
gu Mohammed bin Salman yang merupakan Pangeran Mahkota
Saudi Arabia (vide
https://www.opindia.com/2020/12/coronavirus-vaccine-

In
A
muslim-clerics-halal-haram-saudi-prince-gets-first-dose/amp/
yang diakses pada tanggal 21 Maret 2022) serta kewajiban
ah

lik
penggunaan vaksin booster produk Pfizer, Moderna,
AstraZeneca, dan Johnson and Johnson bagi orang yang
am

ub
akan memasuki wilayah Saudi Arabia (vide bukti T-27). Hal
ini membuktikan bahwa walaupun Saudi Arabia adalah pusat
peradaban Islam, namun menggunakan Vaksin Pfizer,
ep
k

Moderna, AstraZeneca, dan Johnson and Johnson walaupun


ah

di Indonesia, keempat vaksin tersebut dipermasalahkan


R

si
kehalalannya;
h. Perlu juga ditambahkan bahwa dalam penggunaan vaksin

ne
ng

COVID-19 secara global dapat kami sampaikan bahwa:


1) Australian National Imams Council (ANIC) dan the

do
gu

Australian Fatwa Council (AFC) telah secara aktif


melakukan riset dan diskusi mengenai kehalalan vaksin
COVID-19 terutama Pfizer dan Sinovac. AFC Bersama
In
A

sejumlah dokter muslim dan para ahli di bidang vaksin


dan virus menegaskan bahwa vaksin Pfizer dan vaksin
ah

lik

AstraZeneca tidak mengandung zat atau bahan terlarang


dan telah memenuhi standar klinis. Artinya, vaksin untuk
m

ub

COVID-19 diperbolehkan menurut Hukum Islam karena


tidak ada bahaya dan tidak terkandung bahan terlarang
ka

(vide https://www.anic.org.au/wp-content/uploads/2021/
ep
ah

es

Halaman 85 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
02/AFC-Coronavirus-COVID-19-Vaccine-Fatwa.pdf yang

si
diakses pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 12.00 WIB);
2) Pemerintah Inggris pun telah mengonfirmasi bahwa

ne
ng
vaksin Pfizer tidak mengandung bahan non halal
sebagaimana dapat diakses pada laman (vide

do
gu https://islamicportal.co.uk/is-the-pfzier-biontech-covid-19-
vaccine-halal/ yang diakses pada tanggal 21 Maret 2022
pukul 12.00 WIB). Yang diperkuat dengan pernyataan

In
A
Salman Waqar dari British Islamic Medical Association
(BIMA) menegaskan bahwa Pfizer tidak mengandung
ah

lik
bahan yang terlarang. Sebuah fatwa telah dikeluarkan
oleh Yusuf Shabbir dan disetujui oleh Mufti Shabbir
am

ub
Ahmad, Mufti Muhammad Tahir dan konsultan NHS
bahwa Vaksin Pfizer adalah vaksin yang aman dan halal
(vide https://www.newsweek.com/fact-check-pfizer-covid-
ep
k

19-vaccine-halal-1555998 yang diakses pada tanggal 21


ah

Maret 2022 pukul 12.00 WIB);


R

si
3) Konfirmasi Pemerintah Inggris terhadap status halal
vaksin Moderna (vide https://islamicportal.co.uk/is-the-

ne
ng

moderna-covid-19-vaccine-halal/ yang diakses pada


tanggal 21 Maret 2022 pukul 12.00 WIB);

do
gu

4) Konfirmasi Pemerintah Inggris terhadap status halal


vaksin AstraZeneca juga dapat diakses pada laman (vide
https://islamicportal.co.uk/is-it-permissible-to-use-the-
In
A

oxford-astrazeneca-vaccine/ yang diakses pada tanggal


21 Maret 2022 pukul 12.00 WIB);
ah

lik

Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, terhadap seluruh dalil Pemohon


yang menyatakan bahwa ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020 bertentangan
m

ub

dengan Pasal 28E ayat (2) dan Pasal 29 UUD 1945, Pasal 1 angka 1 dan
Pasal 4 UU 33/2014, Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2) PP 31/2019, Pasal 8 ayat
ka

(1) huruf h UU 8/1999, dan Pasal 5 huruf g UU 12/2011 adalah dalil yang
ep

tidak benar dan tidak berdasar dan sepatutnya ditolak, serta sama sekali
ah

es

Halaman 86 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak terdapat persoalan hukum terkait dengan proses pembentukan Perpres

si
99/2020 dan tidak terdapat pula kerugian dari Pemohon yang diakibatkan
oleh berlakunya Perpres 99/2020;

ne
ng
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil jawabannya,
Termohon telah mengajukan bukti berupa:

do
gu 1. Fotokopi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Pemberian Vaksin
COVID-19 (Coronavac®) pada anak usia 6 – 11 Tahun Pemutakhiran 16
Desember 2021 (Bukti T-01);

In
A
2. Fotokopi Surat Nomor 166/ITAGI/Adm/XII/2021 perihal Kajian Vaksinasi
Covid-19 pada Anak Usia 6-11 tahun (Bukti T-02);
ah

lik
3. Fotokopi SURAT EDARAN Nomor: HK.02.02/II/252/2022 Tentang
Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster) (Bukti T-03);
am

ub
4. Fotokopi Nomor ITAGI/SR/2/2022 Perihal Kajian Vaksin COVID-19 Untuk
Booster (Bukti T-04);
5. Fotokopi Surat Nomor SR.02.06/II/1188/2022, perihal Penambahan
ep
k

Regimen Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster) (Bukti T-05);


ah

6. Fotokopi Laporan Penelitian Booster, Penelitian ini Dibiayai oleh


R

si
Kemenkes, Dilaksanakan oleh UNPAD dan UI (Bukti T-06);
7. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 tentang

ne
ng

Hukum Penggunaan Vaksin COVID-19 Produk Astrazeneca (Bukti T-07);


8. Fotokopi Surat Nomor 52/ITAGI/Adm/VIII/2020 Perihal Kajian Vaksinasi

do
gu

COVID-19 (Bukti T-08);


9. Fotokopi WHO SAGE values framework for the allocation and
prioritization of COVID-19 vaccination (Bukti T-09);
In
A

10. Fotokopi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 Tahun 2016 tentang
Imunisasi (Bukti T-10);
ah

lik

11. Fotokopi Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2022 tentang Protokol


Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada Masa Pandemi Corona Virus
m

ub

Disease 2019 (COVID-19) (Bukti T-11);


12. Fotokopi Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2022 tentang Protokol
ka

Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Khusus Pintu masuk Bali, Batam, dan
ep
ah

es

Halaman 87 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bintan Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

si
(Bukti T-12);
13. Fotokopi Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan

ne
ng
Mekanisme Sistem Buble di Bali Dalam Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) (Bukti T-13);

do
gu 14. Fotokopi Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2022 tentang Protokol
Kesehatan Sistem Buble Pada Kegiatan MotoGP 2022 di Mandalika
Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Bukti T-

In
A
14);
15. Fotokopi Surat Nomor B.188/PMK/4/2021, perihal Penyampaian Arahan
ah

lik
Presiden (Bukti T-15);
16. Fotokopi Dokumen Rakor 5 Januari 2021 (Bukti T-16);
am

ub
17. Fotokopi Dokumen Rakor 6 Januari 2021 (Bukti T-17);
18. Fotokopi Surat Menko Ekuin Nomor PH.2.1-4/M.EKON/01/2021, Perihal
Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan
ep
k

Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan


ah

Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi


R

si
Corona Virus Diesease 2019 (Bukti T-18);
19. Fotokopi Surat Dirjen Anggaran kepada Sesmenko Ekon Nomor S-

ne
ng

11/AG/2021 (Bukti T-19);


20. Fotokopi Surat BPJS Kesehatan Nomor 407/VIII.2/0121, perihal

do
gu

Pernyampaian Masukan Atas Rancangan Peraturan Presiden tentang


Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 (Bukti T-20);
21. Fotokopi Dokumen Rakor 13 Januari 2021 (Bukti T-21);
In
A

22. Fotokopi Surat Sesmenko Ekon Nomor PH.2.1-


17/SES.M.EKON/01/2021, Perihal Penyempurnaan Rumusan Rancangan
ah

lik

Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor


99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
m

ub

Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Diesease 2019


(Bukti T-22);
ka

23. Fotokopi Surat Menteri Sekretaris Negara tentang Permintaan Paraf pada
ep

Naskah Rancangan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang


ah

es

Halaman 88 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 88
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka

si
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Diesease 2019 (Bukti T-23);
24. Fotokopi Surat Sesmenko Ekon Nomor PH.2.1-7/M.EKON/01/2021,

ne
ng
Perihal tentang Permintaan Paraf Persetujuan pada Naskah Rancangan
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin

do
gu dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
Corona Virus Diesease 2019 (Bukti T-24);
25. Fotokopi Surat Paraf Persetujuan Menteri Keuangan RI Nomor S-

In
A
44/MK.02/2021 Perihal Penyampaian Naskah Rancangan Peraturan
Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
ah

lik
2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Diesease 2019 (COVID-
am

ub
19) (Bukti T-25);
26. Fotokopi Undangan Rapat dari Kementerian BUMN RI Nomor: UND-
158/S.MBU/11/2020 perihal Undangan rapat (Bukti T-26);
ep
k

27. Fotokopi Surat Edaran dari Saudi Arabia (Bukti T-27);


ah

PERTIMBANGAN HUKUM
R

si
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak
uji materiil dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;

ne
ng

Menimbang, bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak


uji materiil dari Pemohon adalah Pasal 2 Peraturan Presiden Republik

do
gu

Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan


Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) - (selanjutnya disebut Perpres Nomor 99
In
A

Tahun 2020);
Bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan pokok
ah

lik

permohonan yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu akan


mempertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi syarat formal,
m

ub

yaitu mengenai kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek


permohonan keberatan hak uji materiil, dan kedudukan hukum (legal
ka

standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji


ep

materiil;
ah

es

Halaman 89 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 89
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Kewenangan Mahkamah Agung
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24A Undang-Undang Dasar

ne
ng
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal

do
gu 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, serta
Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang

In
A
Hak Uji Materiil, ditegaskan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah
Agung adalah berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah
ah

lik
undang-undang terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
Bahwa peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang
am

ub
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
ep
k

atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam


ah

peraturan perundang-undangan (vide Pasal 1 angka 2);


R

si
Bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan disebutkan
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

ne
ng

yaitu:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

do
gu

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;


c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
In
A

e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
ah

lik

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;


Bahwa di samping peraturan perundang-undangan di atas, ada
m

ub

peraturan perundang-undangan lain sebagaimana disebutkan dalam


ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang diakui
ka

keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang ada


ep

delegasi dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;


ah

es

Halaman 90 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak

si
uji materiil Pemohon adalah Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan

ne
ng
Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

do
gu dan menjadi salah satu kewenangan Mahkamah Agung, maka Mahkamah
berwenang mengadili permohonan a quo;

In
A
Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 31A ayat (2) Undang-
ah

lik
Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, mengatur bahwa:
am

ub
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang, yaitu:
ep
k

a. perorangan warga negara Indonesia;


ah

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan


R

si
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau

ne
ng

c. badan hukum publik atau badan hukum privat.


Selanjutnya Pasal 1 angka 3 PERMA RI Nomor 1 Tahun 2011

do
gu

menyatakan:
Pemohon keberatan adalah kelompok masyarakat atau perorangan yang
mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah Agung atas
In
A

berlakunya suatu peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah dari


undang-undang;
ah

lik

Bahwa dengan demikian, Pemohon dalam pengujian peraturan


perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap peraturan
m

ub

perundang-undangan yang lebih tinggi harus menjelaskan terlebih dahulu:


a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ka

A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;


ep
ah

es

Halaman 91 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 91
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. ada tidaknya haknya pemohon yang dirugikan sebagai akibat berlakunya

si
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang yang
dimohonkan pengujian;

ne
ng
Menimbang bahwa Pemohon dalam kedudukannya selaku badan
hukum yang berbentuk Yayasan di bidang sosial, kemanusiaan, dan

do
gu keagamaan, menganggap haknya dirugikan dengan diberlakukannya
Perpres Nomor 99 Tahun 2020, mendalilkan alasan-alasan yang pada
pokoknya sebagai berikut:

In
A
- Bahwa Pemohon adalah suatu badan hukum berbentuk Yayasan yang
didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Negara
ah

lik
Republik Indonesia, didirikan dengan Akta Pendirian Nomor 22 Tanggal
20 Januari 2022, dibuat dihadapan Mochamad Rezky, SH, MKn., Notaris
am

ub
di Kabupaten Bandung, pengesahan badan hukum dengan Keputusan
Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia AHU- 0001691.AH.01.04
Tahun 2022 tanggal 20 Januari 2022, beralamat di Caprof Building 2nd
ep
k

floor, Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH Nomor 73, Tebet, Jakarta Selatan,
ah

Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Ahmad Himawan;


R

si
- Bahwa dasar dan kepentingan hukum Pemohon dalam mengajukan
Permohonan atas berlakunya Peraturan Presiden a quo, menurut

ne
ng

pemohon dapat dibuktikan dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran


Rumah Tangga Pemohon;

do
gu

- Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Anggaran Dasar, disebutkan


bahwa Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) selaku Pemohon
melakukan kegiatan sebagai berikut:
In
A

“Untuk menjalankan maksud dan tujuan dimaksud, Yayasan menjalankan


kegiatan sebagai berikut:
ah

lik

1. Di bidang sosial:
a. Lembaga formal dan non formal;
b. Penelitian di bidang ilmu pengetahuan;
m

ub

c. Studi banding khususnya di bidang perlindungan konsumen;


d. Menyelenggarakan kegiatan seminar, training serta diskusi di
bidang perlindungan konsumen;
ka

2. Di bidang kemanusiaan:
ep

a. memberikan perlindungan konsumen;


3. Di bidang keagamaan:
ah

es

Halaman 92 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 92
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a.
Studi banding dalam bidang konsumen, khususnya konsumen

R
muslim;

si
b. Meningkatkan pemahaman konsumen muslim mengenai
kehalalan produk;

ne
ng
c. Melakukan monitoring terhadap kehalalan suatu produk;
- Bahwa Pemohon juga telah melaksanakan visi, misi dan kegiatan
sesuai dengan Anggaran Dasar-nya sebagaimana disebutkan di atas.

do
gu Hal demikian, menunjukkan bahwa Pemohon peduli dan memiliki
perhatian terhadap upaya perlindungan konsumen khususnya bagi

In
umat Islam di Indonesia, agar terjaga dan terlindungi hak-hak
A
hukumnya terkait dengan jaminan produk halal yang beredar baik
barang dan jasa di wilayah negara Republik Indonesia;
ah

lik
Menimbang bahwa dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 31A
ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 mengenai kedudukan hukum
am

ub
(legal standing) serta dikaitkan dengan kerugian yang dialami oleh Pemohon,
menurut Mahkamah Agung, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
ep
standing) untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil a quo:
k

Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang


ah

mengadili permohonan keberatan hak uji materiil a quo dan Pemohon


R

si
memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan
a quo, selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan pokok

ne
ng

permohonan;

do
gu

Pokok Permohonan
Menimbang bahwa pokok permohonan Pemohon adalah pengujian
In
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
A

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, in casu, Perpres Nomor 99


Tahun 2020;
ah

lik

Menimbang bahwa menurut Pemohon:


1. Bahwa terhitung sejak merebaknya wabah pandemi Corona Virus
m

ub

Desease 2019 (COVID-19), Pemerintah melakukan program vaksinasi di


wilayah negara Republik Indonesia yang bertujuan sebagai obat terhadap
ka

ep

wabah penyakit yang melanda seluruh dunia. Program vaksinasi


ah

es

Halaman 93 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 93
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dimaksud, guna mencegah dan mengobati penduduk agar tidak terserang

si
Covid 19;
2. Bahwa Pemerintah melalui Presiden Republik Indonesia kemudian

ne
ng
menerbitkan Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin
Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi

do
gu Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Peraturan a quo memberikan
tugas dan kewenangan pemerintah untuk menetapkan jenis dan jumlah
Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-

In
A
19 tersebut (Vide Pasal 2);
3. Bahwa sebagai pelaksanaan Perpres Nomor 99 Tahun 2020, diterbitkan
ah

lik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
am

ub
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dalam ketentuan
Pasal 1 angka 1 Permen a quo, disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
ep
k

mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,


ah

masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang


R

si
telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan

ne
ng

menimbulkan kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu”;


4. Bahwa selanjutnya sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan

do
gu

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021, dalam hal penetapan jenis


Vaksin yang dipergunakan dalam program vaksinasi di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, diterbitkan peraturan teknis berupa
In
A

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/Menkes/6424/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
ah

lik

Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus


Disease 2019 (COVID-19) pada tanggal 21 September 2021, yang
m

ub

kemudian dilanjutkan dengan penerbitan Surat Edaran Direktorat


Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Kementerian Kesehatan
ka

Republik Indonesia Nomor: HK.02.02/II/252/2002 tentang Vaksinasi


ep

COVID -19 Dosis Lanjutan (Booster), yang menentukan jenis vaksin yang
ah

es

Halaman 94 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 94
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dipergunakan dalam program Vaksinasi Dosis Lanjutan (Booster), pada

si
tanggal 12 Januari 2022;
5. Bahwa jenis Vaksin yang dipergunakan dalam program Vaksinasi Dosis

ne
ng
Lanjutan (Booster) dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

do
gu Nomor: HK.02.02/II/252/2002 adalah sebagai berikut:
“Regimen dosis lanjutan (booster) yang diberikan pada bulan Januari
2022 yaitu:

In
A
a. Untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan:
 Vaksin Astra Zeneca, separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
ah

lik
 Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
b. Untuk sasaran dengan dosis primer Astra Zeneca maka diberikan:
am

ub
 Vaksin Moderna , separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
 Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
c. Bila ada regimen dosis lanjutan yang baru untuk Vaksinasi Program
ep
k

akan disampaikan kemudian.”


ah

6. Bahwa dari keseluruhan jenis vaksin di atas, tercatat yang memiliki


R

si
Sertifikat Halal hanyalah satu jenis Vaksin saja yakni vaksin produk
Sinovac, yang telah mendapatkan Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia

ne
ng

Nomor 02 Tahun 2021 tentang Produk Vaksin Covid-19 Dari Sinovac Life
Science Ltd. China dan PT Bio Farma (Persero) tertanggal 11 Januari

do
gu

2021 M/27 Jumadil Awal 1442 H, yang secara tegas telah dinyatakan suci
dan halal dan fakta hukum juga menyebutkan adanya satu jenis Vaksin
yang telah mendapatkan Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia
In
A

(MUI) tertanggal 29 September 2021 untuk jenis Vaksin Zifivac. Hal


demikian sesuai dengan norma hukum yang termaktub dalam Undang-
ah

lik

Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang Peraturan
m

ub

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal;
ka

7. Bahwa sementara itu, menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)


ep

Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin COVID-19


ah

es

Halaman 95 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 95
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Produk AstraZeneca tertanggal 16 Maret 2021/2 Sya‟ban 1442 H,

si
ditegaskan bahwa jenis Vaksin tersebut mengandung bahan tripsin babi,
yang diputuskan haram digunakan oleh umat Islam, dan vaksin jenis

ne
ng
Moderna dan vaksin jenis Pfizer sama sekali belum memiliki Sertifikat
Halal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Tentang

do
gu Jaminan Produk Halal dan Peraturan Pemerintah dimaksud, namun jenis
vaksin dimaksud tetap dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan dari
Peraturan Presiden a quo, yang hal itu berakibat dirugikannya hak-hak

In
A
konstitusional kaum muslimin karena dipaksa untuk mengkonsumsi jenis
vaksin yang tidak suci dan tidak halal;
ah

lik
8. Bahwa berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerbitan
Peraturan Presiden Republik Indonesia a quo menimbulkan dampak yang
am

ub
besar bagi umat Islam di Indonesia, khususnya pelaksanaan Pasal 2
Peraturan Presiden a quo dalam hal tugas dan kewenangan pemerintah
menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk
ep
k

pelaksanaan vaksinasi COVID-19, yang tidak memberikan kepastian


ah

hukum dan perlindungan untuk mendapatkan produk (vaksin) yang


R

si
bersertifikat halal sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 1
angka 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan

ne
ng

Produk Halal;
9. Bahwa ketentuan Pasal 2 Perpres 99/2020 tidak memberikan kepastian

do
gu

hukum karena dalam pelaksanaannya mengakibatkan terbitnya


Permenkes 10/2021 dan SE Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes Nomor: HK.02.02/II/252/2002 tentang
In
A

Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster) yang tidak mengikuti


norma hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 28E ayat (2)
ah

lik

dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat (1), Pasal 4 dan
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Juncto Pasal 68
m

ub

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Juncto Pasal 8 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 karena jenis vaksin yang
ka

digunakan seperti vaksin produk Moderna, vaksin produk Pfizer, dan


ep

vaksin produk lainnya sama sekali tidak memiliki sertifikat halal dan
ah

es

Halaman 96 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 96
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
vaksin COVID-19 produk Astrazeneca dinyatakan haram sesuai fatwa

si
MUI Nomor 14 Tahun 2021 tentang Penggunaan Vaksin COVID-19
Produk Astrazeneca, yang tentu saja merugikan hak-hak umat Islam

ne
ng
untuk mendapatkan produk (vaksin) yang bersertifikat halal dan terbebas
dari bahan yang haram sebagaimana perintah Al Quran dan Sunnah;

do
gu 10. Bahwa Pasal 2 Peraturan Presiden a quo, nyata-nyata telah
menimbulkan kerugian konstitusional pada kaum muslimin sebagai
mayoritas penduduk muslim di Indonesia selaku konsumen yang

In
A
mengkonsumsi vaksin sebagai pengobatan dari COVID-19, terutama
menjauhi hal yang diharamkan dan wajib mengkonsumsi barang dan jasa
ah

lik
yang halal sebagaimana perintah dalam Al Quran dan Sunnah;
11. Bahwa oleh karena itu perlu adanya tafsir yang tegas atas pemaknaan
am

ub
Pasal 2 Peraturan Presiden a quo yang mana tetap mendukung program
vaksinasi sebagaimana dimaksud dalam aturan dimaksud namun tidak
merugikan hak-hak konstitusional kaum muslimin yang dijamin
ep
k

kemerdekaannya dalam menjalankan ibadah dan agamanya


ah

sebagaimana dimaksud dalam Konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun


R

si
1945;
Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalilnya Pemohon

ne
ng

mengajukan alat bukti tulis/surat (Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-17);
Menimbang bahwa Termohon telah memberikan Jawaban yang

do
gu

selengkapnya dimuat dalam uraian duduk perkara Putusan ini, pada


pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa Incasu terhadap ketentuan Perpres 99/2020 pernah dilakukan
In
A

pengujian baik secara formil maupun materiil dalam Perkara Nomor 19


P/HUM/2021 dan telah diputus oleh Mahkamah Agung pada tanggal 6
ah

lik

Mei 2021 yang pada pokok Amar Putusannya “menolak” permohonan


Pemohon, serta dalam Perkara Nomor 48 P/HUM/2021 dan telah diputus
m

ub

oleh Mahkamah Agung pada tanggal 23 Desember 2021 yang pada


pokok Amar Putusannya juga “menolak” permohonan Pemohon,
ka

sehingga terhadap Permohonan a quo menjadi ne bis in idem;


ep
ah

es

Halaman 97 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 97
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa berdasarkan Surat Komite Penasihat Ahli Imunisasi

si
Nasional/Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)
Nomor: ITAGI/SR/2/2022 tanggal 11 Januari 2022 tentang Kajian Vaksin

ne
ng
COVID-19 untuk booster dan Rekomendasi ITAGI hasil pertemuan
Komnas COVID-19 BPOM yang diselenggarakan oleh Direktorat

do
gu Registrasi Obat, BPOM tanggal 11 Januari 2022, dapat disimpulkan
bahwa meskipun telah tersedia Vaksin Sinovac yang sudah bersertifikat
halal, namun penggunaan Vaksin Sinovac untuk vaksin booster hanya

In
A
terbatas pada vaksin booster homolog, yaitu pemberian booster dengan
menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis
ah

lik
lengkap yang telah didapat sebelumnya. Secara sederhana dapat
dikatakan Vaksin Sinovac hanya dapat diberikan sebagai booster bagi
am

ub
masyarakat yang memperoleh vaksin primer dengan jenis yang sama
yaitu Vaksin Sinovac saja. Vaksin Sinovac secara ilmiah tidak dapat
menjadi vaksin booster heterolog. Adapun vaksin booster heterolog
ep
k

Zifivax hanya dapat diberikan pada vaksin primer Sinovac dan


ah

Sinopharm. Vaksin booster Zifivax tidak dapat menjadi vaksin booster


R

si
homolog, dan tidak tersedia dalam vaksin program;
3. Bahwa meskipun Vaksin Sinovac telah bersertifikat halal tetapi

ne
ng

penggunaannya pada saat ini diprioritaskan untuk anak usia 6-11 tahun
dan tidak akan dapat menjangkau seluruh masyarakat yang

do
gu

membutuhkan booster Vaksin COVID-19 sehingga keberadaan vaksin


lainnya yang belum bersertifikat halal masih tetap dibutuhkan dan
penggunaan vaksin tersebut masih bersifat mubah karena masih sejalan
In
A

dengan kriteria mubah yang dinyatakan dalam Diktum Kedua angka 2


Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021;
ah

lik

4. Bahwa adapun kewajiban sertifikat halal sebagaimana diatur dalam Pasal


4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa produk
m

ub

yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib


bersertifikat halal. Namun berdasarkan Pasal 139 Peraturan Pemerintah
ka

Nomor 39 Tahun 2021 kewajiban sertifikat halal dilakukan secara


ep

bertahap. Untuk pertama kali kewajiban bersertifikat halal diberlakukan


ah

es

Halaman 98 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 98
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bagi produk makanan, minuman, hasil sembelihan dan jasa

si
penyembelihan sebagaimana diatur dalam Pasal 139 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021. Sedangkan kewajiban sertifikat halal

ne
ng
bagi vaksin COVID-19 berdasarkan Pasal 139 ayat (3), Pasal 141 ayat
(1) huruf j dan Pasal 142 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021

do
gu merupakan salah satu produk biologi yang dikenakan kewajiban
bersertifikat halal secara bertahap, yang hingga saat ini belum diwajibkan
untuk memiliki sertifikat halal;

In
A
5. Bahwa adapun penerbitan izin edar termasuk EUA adalah berdasarkan
evaluasi aspek efikasi, keamanan, dan mutu dan tidak memiliki
ah

lik
keterkaitan secara langsung dengan aspek halal. Proses penerbitan
sertifikat halal dan proses pengajuan izin edar telah diatur dalam masing-
am

ub
masing regulasi dan dapat dilakukan secara paralel;
6. Dengan demikian sangat tidak beralasan Petitum Pemohon yang
menyatakan Pasal 2 Perpres 99/2020 bertentangan dengan peraturan
ep
k

perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu: Undang-Undang Nomor 33


ah

Tahun 2014, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, dan Peraturan


R

si
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019, sepanjang tidak dimaknai
“Pemerintah menjamin kehalalan jenis Vaksin COVID-19 yang ditetapkan

ne
ng

untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di wilayah lndonesia" karena


Pemerintah tentunya akan terus berusaha untuk memprioritaskan vaksin

do
gu

halal apabila vaksin tersebut sudah terbukti berkhasiat secara ilmiah dan
mempunyai ketersediaan yang memadai untuk masyarakat;
7. Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyatakan: Bahwa perlu adanya
In
A

tafsir yang tegas atas pemaknaan Pasal 2 Perpres 99/2020 yang mana
tetap mendukung program vaksinasi sebagaimana dimaksud dalam
ah

lik

aturan dimaksud namun tidak merugikan hak-hak konstitusional umat


Islam yang dijamin oleh UUD 1945, menurut Termohon adalah dalil yang
m

ub

tidak benar dan tidak berdasar hukum;


8. Bahwa Pengaturan mengenai penanggulangan wabah penyakit menular
ka

pada dasarnya telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-


ep

undangan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Juncto


ah

es

Halaman 99 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 99
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 40

si
Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
(selanjutnya disebut PP 40/1991) dan Peraturan Menteri Kesehatan

ne
ng
Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan

do
gu (selanjutnya disebut Permenkes 1501/2010). Namun dalam peraturan
tersebut, terkait dengan tindakan penanggulangan wabah penyakit
menular COVID-19 yang salah satunya meliputi tindakan vaksinasi

In
A
secara masif lebih lanjut belum diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Oleh karenanya sebagai langkah-langkah luar
ah

lik
biasa (extraordinary) perlu dilakukan kebijakan pengadaan vaksin dan
pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi COVID-
am

ub
19 sebagaimana diatur dalam Perpres 99/2020 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor 33 Tahun 2022
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
ep
k

2020 tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam


ah

Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 (Selanjutnya disebut


R

si
Perpres 33/2022). Kebijakan menetapkan Perpres 99/2020 Juncto
Perpres 33/2022 pada dasarnya merupakan tanggung jawab

ne
ng

konstitusional Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan


untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

do
gu

Indonesia serta memulihkan kembali perekonomian nasional yang


terpuruk akibat dari wabah pandemi COVID-19 sebagaimana
diamanatkan dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Negara
In
A

Republik Indonesia 1945, Pasal 4 ayat (1), Pasal 28A, Pasal 28H ayat
(1), Pasal 28I ayat (5), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar
ah

lik

Negara Republik Indonesia 1945. Yang kemudian dijabarkan dalam


ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf d UU 4/1984 Juncto Penjelasan Pasal
m

ub

13 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 dan Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
ka

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan


ep

Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan


ah

es

Halaman 100 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 100
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

si
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang. Dengan demikian Pemerintah wajib

ne
ng
segera melakukan tindakan penanganan dan pencegahan berdasarkan
prinsip/doktrin Salus Populi Suprema Lex Esto–Keselamatan Rakyat

do
gu adalah Hukum Tertinggi, dengan tetap memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
9. Bahwa Pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat ini sangatlah penting,

In
A
bukan hanya untuk melindungi dan menyelamatkan masyarakat dari
COVID-19, tetapi juga memulihkan kondisi sosial dan ekonomi negara
ah

lik
yang terkena dampak pandemi COVID-19. Vaksinasi adalah pemberian
vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau
am

ub
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Sehingga apabila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Indonesia mempunyai
ep
k

pengalaman dalam program imunisasi/vaksinasi rutin. Program yang


ah

dilakukan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam pencegahan


R

si
penyakit menular, mengurangi angka kematian, dan kecacatan, akibat
penyakit menular berbahaya seperti cacar, polio, difteri, batuk rejan,

ne
ng

campak, rubela dan sebagainya.


Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalilnya, Termohon

do
gu

mengajukan alat bukti tulis/surat (Bukti T-1 sampai dengan Bukti T-27);

Pendapat Mahkamah Agung


In
A

Menimbang bahwa setelah mempertimbangkan dalil-dalil Pemohon,


Jawaban Termohon dan alat bukti tulis/surat yang diajukan para pihak,
ah

lik

Mahkamah Agung berpendapat sebagai berikut;

a. Terhadap Dalil Termohon yang Menyatakan Permohonan a quo ne


m

ub

bis in idem
ka

Bahwa benar Mahkamah Agung pernah menguji Perpres Nomor 99


ep

Tahun 2020, dalam Perkara Nomor 19 P/HUM/2021 dan Perkara Nomor


48 P/HUM/2021, dan memutuskan bahwa terhadap kedua perkara tersebut,
ah

es

Halaman 101 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 101
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mahkamah Agung menolak permohonan yang diajukan para pemohon.

si
Namun bukan berarti, terhadap permohonan pemohon dalam sengketa a
quo otomatis menjadi ne bis in idem;

ne
ng
Bahwa dalam permohonan ini, Pemohon mengajukan Permohonan
atas Objek Permohonan dengan argumentasi hukum yang berbeda dengan

do
gu alasan-alasan permohonan sebagaimana yang didalilkan dalam Perkara
Nomor 19 P/HUM/2021 dan Perkara Nomor 48 P/HUM/2021, baik objek
permohonan maupun batu uji yang digunakan;

In
A
Bahwa Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang
Hak Uji Materiil tidak mengatur tentang larangan pengajuan kembali
ah

lik
peraturan perundang-undangan yang pernah diajukan permohonan uji
materiil di Mahkamah Agung. Pengaturan atas pengajuan kembali peraturan
am

ub
perundang-undangan yang pernah diajukan permohonan uji materiil dapat
ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
ep
k

Pasal 60 Undang-Undang tersebut menyatakan:


ah

1) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-


R

si
undang yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali;
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan jika

ne
ng

materi muatan dalam UUD Negara RI Tahun 1945 yang dijadikan dasar
pengujian berbeda;

do
gu

Bahwa dengan demikian, secara mutatis mutandis Mahkamah


Agung dapat melakukan pengujian kembali atas suatu peraturan perundang-
undangan apabila syarat-syarat legalitas pengujian yang menjadi alasan
In
A

permohonan berbeda dari alasan permohonan sebelumnya;


Bahwa, telah menjadi pendirian Mahkamah Agung yang diikuti oleh
ah

lik

putusan-putusan berikutnya dan telah menjadi yurisprudensi, bahwa


Mahkamah Agung berwenang menguji kembali permohonan hak uji materiil
m

ub

yang sebelumnya pernah diajukan, dengan syarat alasan permohonan dan


batu uji yang digunakan berbeda dari permohonan sebelumnya. Hal tersebut
ka

tercermin dalam beberapa putusan hak uji materiil, antara lain dalam
ep

Putusan Nomor 23 P/HUM/2018, tanggal 10 Desember 2018, halmana objek


ah

es

Halaman 102 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 102
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
permohonan pernah diuji dalam Putusan 28 Nomor P/HUM/2015, tanggal 29

si
Desember 2015. Kemudian Putusan Nomor 54 P/HUM/2019, tanggal 10
Oktober 2019, halmana objek permohonan pernah diuji dalam Putusan

ne
ng
Nomor 73 P/HUM/2018, tanggal 18 Desember 2018;
Bahwa dengan demikian, terhadap dalil Termohon yang

do
gu menyatakan permohonan Pemohon ne bis in idem adalah tidak berdasar dan
tidak beralasan menurut hukum;

In
A
b. Terhadap Pokok-pokok Permohonan
Bahwa isu hukum utama permohonan Pemohon adalah Apakah
ah

lik
dalam melakukan program vaksinasi di wilayah Negara Republik Indonesia,
Pemerintah dengan alasan prinsip/doktrin Salus Populi Suprema Lex Esto–
am

ub
(Keselamatan Rakyat adalah Hukum Tertinggi), tidak wajib memiliki sertifikat
halal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal, dan fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia
ep
k

(MUI), atas jenis Vaksin COVID-19 yang ditetapkan oleh Pemerintah?;


ah

Bahwa selanjutnya dari isu hukum tersebut melahirkan pertanyaan


R

si
hukum yaitu apakah penerapan pelaksanaan Perpres Nomor 99 Tahun
2020, khususnya pelaksanaan Pasal 2 Peraturan a quo, dalam hal tugas dan

ne
ng

kewenangan pemerintah menetapkan jenis Vaksin Covid 19, tidak wajib


memiliki sertifikat halal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

do
gu

33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, dan fatwa halal dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) atas jenis Vaksin COVID-19 yang ditetapkan?;
Bahwa sebelum mempertimbangkan isu hukum yang kemudian
In
A

diderivasi menjadi pertanyaan hukum tersebut di atas, Mahkamah Agung


terlebih dahulu akan mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
ah

lik

Bahwa dalam Konsideran “Menimbang” Perpres Nomor 99 Tahun


2020, disebutkan bahwa:
m

ub

a. bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah


dinyatakan oleh World Health Organizatioru (WHO) sebagai global
ka

pandemic dan Pemerintah telah pula menetapkan bencana non-alam


ep

penyebaran COVID-19 sebagai bencana nasional;


ah

es

Halaman 103 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 103
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. bahwa dalam rangka penanggulangan wabah/pandemi COVID-19 dan

si
menjaga kesehatan masyarakat, diperlukan percepatan dan kepastian
pengadaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19

ne
ng
sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Pemerintah;

do
gu c. bahwa dalam percepatan pengadaan Vaksin COVID-19 dan Vaksinasi
COVID-19 memerlukan langkah-langkah luar biasa (extraordinary) dan
pengaturan khusus untuk pengadaan dan pelaksanaannya;

In
A
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
ah

lik
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19);
am

ub
Bahwa berdasarkan Konsideran “Menimbang” di atas, dapat
dipahami bahwa Perpres Nomor 99 Tahun 2020 merupakan dasar hukum
bagi pemerintah dalam Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi
ep
k

Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019


ah

(COVID-19);
R

si
Bahwa terkait kewenangan pemerintah untuk menetapkan jenis dan
jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi

ne
ng

COVID-19 di wilayah Indonesia, diatur dalam ketentuan Pasal 2 Perpres


Nomor 99 Tahun 2020, yang berbunyi:

do
gu

(1) Pemerintah menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang


diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID- 19;
(2) Pelaksanaan penetapan jenis dan jumlah Vaksin COVID-l9
In
A

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri


Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan Komite Penanganan
ah

lik

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi


Nasional;
m

ub

(3) Dalam rangka penetapan jenis Vaksin COVID-19 sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
ka

memberikan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency


ep

use authorization) atau lzin Edar;


ah

es

Halaman 104 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 104
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(4) Pengadaan untuk Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi

si
COVID-l9 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk Tahun
2020, Tahun 2021, dan Tahun 2022;

ne
ng
(5) Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID19) dan
Pemulihan Ekonomi Nasional berdasarkan usulan Menteri Kesehatan

do
gu dapat memperpanjang waktu pengadaan Vaksin COVID-19 dan
pelaksanaan Vaksinasi COVID-l9 sebagaimana dimaksud pada ayat
(4);

In
A
(6) Dalam hal Vaksin COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah dapat diproduksi dan tersedia di dalam negeri, Pemerintah
ah

lik
mengutamakan pengadaan Vaksin COVID-19 dari dalam negeri;

Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


am

ub
Pasal 2 Perpres Nomor 99 Tahun 2020 memberikan kewenangan (atribusi)
kepada pemerintah untuk menetapkan jenis dan jumlah Vaksin COVID-19
ep
k

yang diperlukan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di wilayah


Indonesia, dengan penjabaran pembagian kewenangan sebagai berikut:
ah

R
1. Pelaksanaan penetapan jenis dan jumlah Vaksin COVID-l9 dilakukan

si
oleh Menteri Kesehatan;

ne
ng

2. Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan


Pemulihan Ekonomi Nasional memiliki tugas:
a. memberikan pertimbangan kepada Menteri Kesehatan mengenai

do
gu

jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang ditetapkan;


b. dapat memperpanjang waktu pengadaan Vaksin COVID-19 dan
In
A

pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 berdasarkan usulan Menteri


Kesehatan;
ah

lik

3. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki tugas


memberikan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency
use authorization) atau lzin Edar;
m

ub
ka

Menimbang bahwa selanjutnya terkait dengan pokok permohonan


ep

pemohon yang mempersoalkan, bahwa Pemerintah (Menteri Kesehatan,


Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan
ah

es

Halaman 105 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 105
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ekonomi Nasional, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan), tidak

si
memberikan perlindungan dan jaminan tentang kehalalan jenis Vaksin
COVID-19 yang ditetapkan untuk pelaksanaan Vaksinasi Covid 19 di wilayah

ne
ng
Indonesia, khususnya terhadap umat islam sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) dan Pasal 4 Undang-

do
gu Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, yang
berbunyi:
Pasal 1 angka (1):

In
A
Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan,
minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa
ah

lik
genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan
oleh masyarakat;
am

ub
Pasal 4;
Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia
wajib bersertifikat halal;
ep
k

Bahwa terhadap persoalan tersebut, Mahkamah mempertimbangkan


ah

sebagai berikut:
R

si
- Bahwa Penyebaran COVID-19 di Indonesia telah menjangkau seluruh
wilayah provinsi di Indonesia;

ne
ng

- Bahwa Pemerintah melalui Presiden Republik Indonesia kemudian


menerbitkan Perpres Nomor 99 Tahun 2020. Peraturan a quo

do
gu

memberikan tugas dan kewenangan pemerintah untuk menetapkan


jenis dan jumlah Vaksin COVID-19 yang diperlukan untuk
pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 tersebut;
In
A

- Bahwa Pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat bertujuan untuk


melindungi dan menyelamatkan masyarakat dari COVID-19, sekaligus
ah

lik

juga untuk memulihkan kondisi sosial dan ekonomi negara yang


terkena dampak pandemi COVID-19;
m

ub

- Bahwa terkait dengan permasalahan status kehalalan vaksin yang


ditetapkan oleh Pemerintah, Majelis Ulama Indonesia telah
ka

mengeluarkan 2 (dua) fatwa, yaitu Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia


ep

Nomor 02 Tahun 2021 tentang Produk Vaksin COVID-19 Dari Sinovac


ah

es

Halaman 106 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 106
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Life Science Ltd. China dan PT Bio Farma (Persero) tertanggal 11

si
Januari 2021 M/27 Jumadil Awal 1442 H dan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan

ne
ng
Vaksin COVID-19 Produk Astra Zeneca tertanggal 16 Maret 2021/2
Sya‟ban 1442 H;

do
gu - Bahwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 02 Tahun 2021 tentang
Produk Vaksin COVID-19 Dari Sinovac Life Science Ltd. China dan
PT Bio Farma (Persero) tertanggal 11 Januari 2021 M/27 Jumadil

In
A
Awal 1442 H, menyatakan Vaksin COVID-19 produksi Sinovac life
sciences co.Ltd China dan Pt. Bio Farma (persero) hukumnya suci
ah

lik
dan halal, boleh digunakan untuk umat Islam sepanjang terjamin
keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten;
am

ub
- Bahwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2021
tentang Hukum Penggunaan Vaksin COVID- 19 Produk Astra Zeneca
tertanggal 16 Maret 2021/2 Sya‟ban 1442 H, menyatakan bahwa jenis
ep
k

Vaksin tersebut mengandung bahan tripsin babi, dan diputuskan


ah

haram digunakan oleh umat Islam, selain itu vaksin jenis Moderna dan
R

si
vaksin jenis Pfizer juga belum memiliki sertifikat Halal;

ne
ng

Bahwa berdasarkan fakta yang demikian, dapat disimpulkan hal-hal


sebagai berikut:

do
gu

1. Bahwa Vaksin COVID-19 produksi Sinovac life sciences co.Ltd China


dan Pt. Bio Farma (persero) hukumnya suci dan halal, boleh digunakan
untuk umat Islam sepanjang terjamin keamanannya menurut ahli yang
In
A

kredibel dan kompeten, sebagaimana diputuskan dalam Fatwa Majelis


Ulama Indonesia Nomor 02 Tahun 2021. Vaksin COVID-19 produksi
ah

lik

Sinovac telah memperoleh sertifikat halal, dan telah sesuai dengan


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal;
m

ub

2. Bahwa Vaksin COVID-19 Produk AstraZeneca, hukumnya haram


digunakan oleh umat Islam, karena dalam tahapan proses produksinya
ka

memanfaatkan tripsin yang berasal babi, sebagaimana diputuskan dalam


ep

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2021. Vaksin


ah

es

Halaman 107 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 107
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
COVID-19 Produk AstraZeneca belum mendapatkan sertifikat halal dan

si
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal;

ne
ng
Menimbang bahwa terhadap kedua hal tersebut di atas, Mahkamah
mempertimbangkan sebagai berikut:

do
gu Bahwa Tindakan pemerintah yang menetapkan jenis vaksin berupa
Vaksin COVID-19 produksi Sinovac life sciences co.Ltd China dan Pt. Bio
Farma (persero) dalam pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat, khususnya

In
A
umat Islam adalah telah sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal;
ah

lik
Bahwa terhadap Tindakan pemerintah yang menetapkan jenis
Vaksin COVID-19 Produk AstraZeneca dalam pelaksanaan vaksinasi bagi
am

ub
masyarakat, khususnya umat Islam adalah nyata-nyata bertentangan dengan
ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal;
ep
k

Bahwa kondisi yang demikian, menunjukkan ketidak-konsistenan


ah

Pemerintah dalam menetapkan jenis vaksin untuk pelaksanaan vaksinasi


R

si
bagi masyarakat, khususnya terhadap umat Islam;
Menimbang bahwa dengan memperhatikan keadaan di atas,

ne
ng

dibutuhkan sikap kebijaksanaan dan kehati-hatian dari Para Hakim


Mahkamah Agung dalam mengadili Permohonan a quo, guna menghindari

do
gu

benturan pandangan mengenai hubungan negara dengan umat beragama,


berupa Kewajiban Pemerintah untuk melindungi warga negaranya dengan
Hak warga negara untuk menjalankan agama dan kepercayaannya, dalam
In
A

konteks pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat, khususnya terhadap umat


Islam;
ah

lik

Menimbang bahwa oleh karena itu, Mahkamah Agung memandang


perlu menguraikan pokok-pokok pemikiran mengenai Jaminan Produk Halal
m

ub

sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 33


Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal sebagai berikut:
ka

”Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


ep

mengamanatkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


ah

es

Halaman 108 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 108
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut

si
agamanya dan kepercayaannya itu.
Untuk menjamin setiap pemeluk agama beribadah dan menjalankan

ne
ng
ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan
jaminan tentang kehalalan Produk yang dikonsumsi dan digunakan

do
gu masyarakat. Jaminan mengenai Produk Halal hendaknya dilakukan sesuai
dengan asas pelindungan, keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan
transparansi, efektivitas dan efisiensi, serta profesionalitas. Oleh karena itu,

In
A
jaminan penyelenggaraan Produk Halal bertujuan memberikan kenyamanan,
keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi
ah

lik
masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan Produk, serta
meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan
am

ub
menjual Produk Halal.
Tujuan tersebut menjadi penting mengingat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, obat-obatan, dan kosmetik
ep
k

berkembang sangat pesat. Hal itu berpengaruh secara nyata pada


ah

pergeseran pengolahan dan pemanfaatan bahan baku untuk makanan,


R

si
minuman, kosmetik, obat-obatan, serta Produk lainnya dari yang semula
bersifat sederhana dan alamiah menjadi pengolahan dan pemanfaatan

ne
ng

bahan baku hasil rekayasa ilmu pengetahuan. Pengolahan produk dengan


memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan

do
gu

percampuran antara yang halal dan yang haram baik disengaja maupun
tidak disengaja. Oleh karena itu, untuk mengetahui kehalalan dan kesucian
suatu Produk, diperlukan suatu kajian khusus yang membutuhkan
In
A

pengetahuan multidisiplin, seperti pengetahuan di bidang pangan, kimia,


biokimia, teknik industri, biologi, farmasi, dan pemahaman tentang syariat.”
ah

lik

Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
m

ub

agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan


kepercayaannya;
ka

2. Negara berkewajiban memberikan pelindungan dan jaminan tentang


ep

kehalalan Produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat;


ah

es

Halaman 109 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 109
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu Produk, diperlukan

si
suatu kajian khusus yang membutuhkan pengetahuan multidisiplin,
seperti pengetahuan di bidang pangan, kimia, biokimia, teknik industri,

ne
ng
biologi, farmasi, dan pemahaman tentang syariat;
Bahwa konstruksi pemikiran di atas membawa konsekuensi logis

do
gu bahwa untuk menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan
menjalankan ajaran agamanya, negara berkewajiban memberikan
pelindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan

In
A
digunakan masyarakat;
Bahwa jaminan terhadap hak atas kebebasan beragama dan
ah

lik
beribadah dalam negara hukum Indonesia, selain dijamin dalam Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD NRI 1945, juga diatur dalam berbagai peraturan
am

ub
perundang-undangan. Jaminan atas kebebasan beragama dan beribadah
selanjutnya diatur dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang
didasari oleh TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Pandangan Hidup
ep
k

Bangsa Indonesia tentang HAM dan Piagam HAM;


ah

Bahwa Ketentuan Pasal 29 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan


R

si
bahwa: ”Negara menjamin kekebasan tiap-tiap warga negara untuk memeluk
agama dan kepercayaan masing-masing”, selanjutnya ketentuan Pasal 28E

ne
ng

ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa: ”Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai hati

do
gu

nuraninya.
Bahwa Pasal 22 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM mengatur
tentang hak atas kebebasan beragama dan beribadah sebagai berikut:
In
A

(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan beribadat


menurut agamanya dan kepercayaannya itu;
ah

lik

(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
m

ub

kepercayaannya itu;
ka

Bahwa selain itu, Jaminan atas kebebasan beragama dan beribadah


ep

warga negara juga diatur dalam International Covenant on Civil and Political
ah

es

Halaman 110 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 110
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rights (ICCPR) yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor 12 Tahun 2005

si
tentang Ratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
Ketentuan Pasal 18 undang-undang ini menyatakan bahwa:

ne
ng
1. Setiap negara berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan
beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan agama

do
gu atau kepercayaan atas pilihannya sendiri dan kebebasan, baik secara
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum
atau tertutup, untuk menjalankan aama dan kepercayaannya dalam

In
A
kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan dan pengajaran;
2. Tidak seorangpun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya
ah

lik
untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan sesuai
dengan pilihannya;
am

ub
3. Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau kepercayaan
seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan berdasarkan undang-
undang, dan yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban,
ep
k

kesehatan, atau moral masyarakat, atau hak-hak dan kebebasan dasar


ah

orang lain;
R

si
4. Negara pihak dalam Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan
orang tua dan apabila diakui, wali hukum yang sah untuk memastikan

ne
ng

bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai


dengan keyakinan mereka sendiri.

do
gu

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan di atas, dapat


disimpulkan bahwa hak kebebasan beragama dan beribadah merupakan
salah satu hak yang bersifat non-derogable, artinya tidak dapat dikurang-
In
A

kurangi pemenuhannya oleh negara dalam kondisi apapun. Norma-norma


tersebut jelas dan tegas membebankan kewajiban kepada Negara agar
ah

lik

menjamin penghormatan dan perlindungan terhadap hak atas kebebasan


beragama dan beribadah tersebut. Yang paling utama yang harus dijamin
m

ub

dan dilindungi oleh Negara adalah kebebasan internal (internal freedom) dari
agama, yaitu menyangkut keyakinan terhadap doktrin atau aqidah suatu
ka

agama. Kebebasan inilah yang tidak dapat diintervensi oleh Negara dengan
ep

tanpa syarat;
ah

es

Halaman 111 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 111
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang bahwa dengan memperhatikan keadaan objektif di atas,

si
dihubungkan dengan realita sosial yang terjadi di masyarakat dalam
kaitannya dengan Pelaksanaan vaksinasi di wilayah Indonesia, dapat

ne
ng
dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Pemerintah tidak boleh melakukan tindakan, membuat kebijakan

do
gu maupun mengeluarkan aturan yang tanpa batasan/tak terbatas, dalam
kaitannya dengan pelaksanaan Vaksinasi Covid 19 di wilayah Indonesia
- dengan alasan darurat wabah pandemi Covid-19, maupun dengan

In
A
alasan prinsip/doktrin Salus Populi Suprema Lex Esto–(Keselamatan
Rakyat adalah Hukum Tertinggi), kecuali adanya jaminan
ah

lik
penghormatan dan perlindungan dari pemerintah terhadap umat
beragama untuk menjalankan agama dan keyakinannya;
am

ub
2. Bahwa Pemerintah dalam melakukan program vaksinasi Covid-19 di
wilayah Negara Republik Indonesia, tidak serta merta dapat
memaksakan kehendaknya kepada warga negara untuk divaksinasi
ep
k

dengan alasan apapun dan tanpa syarat, kecuali adanya perlindungan


ah

dan jaminan atas kehalalan jenis Vaksin COVID-19 yang ditetapkan,


R

si
khususnya terhadap umat Islam;
Menimbang bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

ne
ng

Pelaksanaan penetapan jenis Vaksin COVID-19 yang dilakukan oleh


Pemerintah, Mahkamah memiliki kewajiban konstitusional untuk memberikan

do
gu

tafsir terhadap ketentuan Pasal 2 Perpres Nomor 99 Tahun 2020, guna


menjembatani hubungan antara negara dengan umat beragama, berupa
Kewajiban Pemerintah untuk melindungi warga negaranya dengan Hak
In
A

warga negara untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Mahkamah


berpendapat, bahwa Ketentuan Pasal 2 Perpres Nomor 99 Tahun 2020
ah

lik

bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun


2014 tentang Jaminan Produk Halal, dan tidak mempunyai kekuatan hukum
m

ub

mengikat sepanjang tidak dimaknai: “Pemerintah (Menteri Kesehatan,


Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan
ka

Ekonomi Nasional, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan), wajib
ep

memberikan perlindungan dan jaminan tentang kehalalan jenis Vaksin


ah

es

Halaman 112 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 112
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
COVID-19 yang ditetapkan untuk pelaksanaan Vaksinasi Covid 19 di wilayah

si
Indonesia”. Hal demikian dimaksudkan agar adanya kepastian hukum
terhadap perlindungan hak-hak umat beragama menyangkut keyakinan

ne
ng
terhadap doktrin atau aqidah suatu agama, khususnya umat Islam dalam
konteks pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di wilayah Indonesia;

do
gu Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan
tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon
dapat dikabulkan sepanjang menyangkut penerapan Ketentuan Pasal 2

In
A
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
ah

lik
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227);
am

ub
Menimbang, bahwa dengan dikabulkannya permohonan keberatan
hak uji materiil dari Pemohon, maka Termohon dihukum untuk membayar
biaya perkara;
ep
k

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 31 A ayat (8)


ah

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan


R

si
Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011, Panitera Mahkamah Agung
mencantumkan petikan putusan ini dalam Berita Negara;

ne
ng

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun


2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun

do
gu

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor
In
A

01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan perundang-


undangan lain yang terkait;
ah

lik

MENGADILI,
1. Mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon:
m

ub

YAYASAN KONSUMEN MUSLIM INDONESIA (YKMI) tersebut;


2. Menyatakan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
ka

Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka


ep

Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), bertentangan


ah

es

Halaman 113 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 113
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu ketentuan

si
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk
Halal, sepanjang tidak dimaknai: “Pemerintah (Menteri Kesehatan,

ne
ng
Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan
Pemulihan Ekonomi Nasional, dan Kepala Badan Pengawas Obat

do
gu dan Makanan), wajib memberikan perlindungan dan jaminan tentang
kehalalan jenis Vaksin COVID-19 yang ditetapkan untuk pelaksanaan
Vaksinasi Covid 19 di wilayah Indonesia”;

In
A
3. Menyatakan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
ah

lik
Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai:
am

ub
“Pemerintah (Menteri Kesehatan, Komite Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional, dan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan), wajib memberikan
ep
k

perlindungan dan jaminan tentang kehalalan jenis Vaksin COVID-19


ah

yang ditetapkan untuk pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di wilayah


R

si
Indonesia”;
4. Memerintahkan kepada Panitera Mahkamah Agung untuk mengirimkan

ne
ng

petikan putusan ini kepada Sekretariat Negara untuk dicantumkan dalam


Berita Negara;

do
gu

5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sebesar


Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
In
A

Agung pada hari Kamis,tanggal 14 April 2022, oleh Prof. Dr. H. Supandi,
S.H., M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan
ah

lik

Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H., dan
m

ub

Is Sudaryono. S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan


diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
ka

Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh


ep
ah

es

Halaman 114 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 114
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dr. Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri

si
oleh para pihak.

ne
ng
Anggota Majelis: Ketua Majelis,

do
gu ttd. ttd.

In
A
Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H. Prof. Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum.
ah

lik
am

ub
ttd.

Is Sudaryono. S.H., M.H.


ep
k
ah

Panitera Pengganti,
R

si
ne
ng

ttd.

do
gu

Dr. Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H.

Biaya-biaya
1. Meterai ……..…… Rp 10.000,00
In
A

2. Redaksi ……….… Rp 10.000,00


3. Administrasi …... Rp 980.000,00
Jumlah ………………. Rp1.000.000,00
ah

lik

Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG RI
a.n. Panitera
m

ub

Panitera Muda Tata Usaha Negara


ka

ep
ah

Simbar Kristianto, S.H.


R

NIP. 19620202 198612 1 001


es

Halaman 115 dari 116 halaman. Putusan Nomor 31 P/HUM/2022


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 115

Anda mungkin juga menyukai