Anda di halaman 1dari 57

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

R
Nomor 32 P/HUM/2018

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

do
gu 116/PMK.010/2017, tentang Barang Kebutuhan Pokok Yang Tidak Dikenai
Pajak Pertambahan Nilai, pada tingkat pertama dan terakhir telah

In
A
memutuskan sebagai berikut, dalam perkara:
NELPA ENITA, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal di Jalan
ah

lik
Bentengan Timur II, Nomor 65, RT 002, RW 006, Kelurahan Sunter
Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara;
Selanjutnya memberi kuasa kepada Edu Herdi Ginting, S.H. dan
am

ub
Farrengga Aceng Supriyatna, S.H., M.H., Advokat-advokat pada
Kantor Law Office Edu Ginting & Associates, beralamat di Hypermall
ep
k

Kelapa Gading, Lantai Dasar Blok D8 Nomor 105-106, Jalan


ah

Boulevard Barat Raya Kelapa Gading, Jakarta Utara, berdasarkan


R
Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Maret 2018;

si
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;

ne
ng

melawan:
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di

do
Kantor Kementerian Keuangan, Gedung Juanda, Jalan Dr. Wahidin
gu

Raya Nomor 1 Jakarta;


Selanjutnya memberi kuasa kepada
In
A

1. Sekretaris Jenderal, Kementerian Keuangan;


2. Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan;
ah

lik

3. Kepala Biro Bantuan Hukum, Sekretariat Jenderal, Kementerian


Keuangan;
m

ub

4. Direktur Peraturan Perpajakan II, Direktorat Jenderal Pajak,


Kementerian Keuangan;
ka

ep
ah

Halaman 1 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kesemuanya beralamat di Kantor Kementerian Keuangan, Gedung

si
Juanda, Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1 Jakarta, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Nomor SKU-249/MK.01/2018, tanggal 4 Juni 218;

ne
ng
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
Mahkamah Agung tersebut;

do
gu Membaca surat-surat yang bersangkutan;
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya

In
A
tertanggal 9 Mei 2018 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada
tanggal 16 Mei 2018 dan diregister dengan Nomor 32 P/HUM/2018 telah
ah

lik
mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017 tentang
am

ub
Barang Kebutuhan Pokok Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai,
dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
I. Kedudukan Hukum Pemohon
ep
k

Pemohon Sebagai Subjek Hukum Perorangan


1. Bahwa Pemohon adalah seorang warga Negara Republik Indonesia,
ah

R
Pemegang KTP No. 3172025208630011 beralamat di Jalan Bentengan

si
Timur II, Nomor 65, RT 002, RW 006, Kelurahan Sunter Jaya,

ne
ng

Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara ; (Vide Bukti P-2a dan P-2b);
2. Bahwa Pemohon selaku Warga Negara Indonesia sejak lahir memiliki
hak yang sama dihadapan hukum termasuk untuk mengajukan

do
gu

keberatan dan Permohonan Uji Materiil terhadap peraturan


perundang-undangan dibawah Undang-Undang sepanjang terdapat
In
A

haknya yang dilanggar akibat pemberlakuan peraturan tersebut;


3. Bahwa berdasarkan uraian di atas Pemohon adalah Subjek hukum yang
ah

lik

sah dan dapat mengajukan permohonan uji materiil sebagaimana diatur


dalam ketentuan Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
m

2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun


ub

1985 tentang Mahkamah Agung. (Vide Bukti P-3);


ka

ep
ah

Halaman 2 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang

si
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung;

ne
ng
“Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh

do
gu berlakunya peraturan perundang undangan di bawah undang-undang,
yaitu :
a. Perorangan warga negara Indonesia;

In
A
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
ah

lik
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
atau
am

ub
c. Badan hukum publik atau badan hukum privat;”
Pemohon adalah Pedagang Pasar Yang Terdampak Atas Berlakunya
Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
ep
k

116/PMK.010/2017;
ah

4. Bahwa Pemohon merupakan Pedagang Pasar yang sehari-hari


R

si
berjualan kacang-kacangan dan Ikan di Pasar ......... . (Vide Bukti P-4);
5. Bahwa Pemohon mengalami kendala ketika menjual barang

ne
ng

dagangannya. Preferensi konsumen yang lebih cenderung mencari


harga yang lebih murah menyebabkan komoditi pangan yang menjadi

do
gu

barang dagangan Pemohon seperti kacang-kacangan dan Ikan


mengalami penurunan dan konsumen beralih ke komoditi pangan
lainnya akibat pengenaan PPN atas kedua komoditi tersebut;
In
A

6. Bahwa akibat kecenderungan mencari harga termurah, hal ini


menyebabkan banyaknya komoditas pangan terkhusus
ah

lik

kacang-kacangan import selundupan yang harganya menjadi lebih


murah dikarenakan tidak dikenakan PPN. Barang-barang selundupan
m

ub

tersebut lebih laku dikalangan konsumen mengalahkan komoditi lokal


“resmi”. Hal ini menyebabkan dagangan Pemohon yang tak lain adalah
ka

komoditi lokal dan dikenai PPN tidak laku;


ep
ah

Halaman 3 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Bahwa komoditi pangan yang diperdagangkan oleh Pemohon

si
dikecualikan dari pengenaan bebas Pajak Pertambahan Nilai meskipun
bahan pangan konsumsi dan perdagangan Pemohon juga merupakan

ne
ng
bahan pangan yang diperlukan rakyat banyak, serta termasuk kedalam
komoditi pangan yang dapat dikategorikan kebutuhan dasar karena

do
gu Kandungan gizi yang sangat tinggi;
8. Bahwa Pemenuhan hak Pemohon serta masyarakat luas pada
umumnya akan kebutuhan pangan sehari-hari tersebut menjadi “mahal”,

In
A
“ekslusif”, dan semakin “berat” untuk dapat terpenuhi karena akibat
berlakunya Pasal aquo, menjadikan potensi pengembangan diri melalui
ah

lik
usaha perdagangan atas komoditi-komoditi pangan tersebut menjadi
terhambat;
am

ub
9. Bahwa seharusnya Pemerintah memperhatikan hal ini dan bukannya
hanya membuat peraturan yang justru semakin menjerat pelaku usaha
kecil;
ep
k

II. Kepentingan Hukum Pemohon Keberatan;


ah

10. Bahwa dalam pengajuan permohonan ini, Pemohon memiliki


R

si
kepentingan hukum dalam mengajukan permohonan ini karena:
 Pemohon adalah pedagang pasar yang menjual ikan dan

ne
ng

kacang-kacangan dimana kedua komoditi tersebut merupakan


komoditi pangan yang juga sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

do
gu

namun dikenakan PPN;


 Pemohon sebagai pedagang merasakan dampak secara langsung
dari kebijakan sebagaimana diatur dalam Pasal a quo dan
In
A

menyebabkan barang dagangan Pemohon menjadi tidak terlalu laku


dibandingkan komoditas lainnya;
ah

lik

 Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan membuat


peraturan yang justru semakin menyuburkan praktek-praktek
m

ub

penyelundupan serta membuat produk lokal menjadi kalah bersaing;


11. Bahwa akibat pengenaan PPN atas komoditi pangan selain 13 jenis
ka

komoditas yang diatur dalam Pasal a quo menyebabkan terjadinya


ep

beberapa hal, antara lain :


ah

Halaman 4 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Di pasaran dan di tengah-tengah masyarakat terdapat komoditas

si
pangan yang dikenai PPN dan ada juga yang tidak dikenai PPN;
2. Bagi masyarakat yang preferensi pangannya seperti ikan serta

ne
ng
kacang-kacangan harus menghadapi kenyataan kenaikan harga yang
cukup signifikan akibat pembebanan PPN atas komoditas tersebut;

do
gu 3. Pengenaan PPN atas mayoritas komoditas pangan sehari-hari
berdampak pada kenaikan harga yang harus ditanggung oleh
konsumen;

In
A
4. Akibat adanya kenaikan harga karena pembebanan PPN pada
komoditas pangan mengakibatkan daya beli dan jumlah konsumsi
ah

lik
menurun;
5. Penurunan daya beli berimbas pada turunnya kuantitas dan kualitas
am

ub
pangan yang dikonsumsi masyarakat;
6. Akibat kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi menurun,
berdampak pada terancamnya pemenuhan gizi bagi anak-anak dan
ep
k

keluarga;
ah

7. Di samping tidak terpenuhinya gizi, dampak lain akibat kenaikan


R

si
harga atas komoditas pangan karena pembebanan PPN berupa
hilangnya lapangan pekerjaan;

ne
ng

8. Bahwa aturan serupa dan nyaris sama secara sempurna seperti Pasal 1
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 116/PMK.010/2017

do
sebelumnya pernah ada yaitu sebagaimana diatur dalam Penjelasan
gu

Pasal 4 Ayat (2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang


saat itu mereduksi Kebutuhan Pokok yang Dibutuhkan oleh Rakyat
In
A

Banyak hanya terbatas pada komoditi pangan yang terdiri hanya dari 11
macam saja;
ah

lik

9. Bahwa peraturan tersebut kemudian diajukan permohoan uji materiil


oleh yang salah satu pemohonnya saat itu juga berprofesi sebagai
m

ub

pedagang komoditi pangan kecil;


10. Bahwa dalam Permohonan Uji Materiil tersebut, Mahkamah Konstitusi
ka

juga menyetujui jika Pemohon yang juga kebetulan adalah pedagang


ep
ah

Halaman 5 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengalami kerugian serta memiliki kepentingan hukum atas

si
pemberlakuan aturan tersebut;
11. Bahwa kemudian Peraturan tersebut dibatalkan namun kemudian justru

ne
ng
Pemerintah kembali tidak belajar dari kesalahan yang sudah pernah
dilakukan, justru kembali melahirkan peraturan yang isi dan

do
gu semangatnya sama sehingga, nasib yang dialami oleh Pedagang kecil
seperti Pemohon tidak berubah;
12. Bahwa atas dasar hal tersebut, Pemohon memiliki kepentingan hukum

In
A
atas Pasal a quo sehingga layak untuk menjadi Pemohon dan
mengajukan Permohonan Uji Materiil ini;
ah

lik
III. Dasar Hukum Permohonan;
13. Bahwa Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
am

ub
116/PMK.010/2017 Tentang Barang Kebutuhan Pokok yang Tidak
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai yang dijadikan objek permohonan
keberatan a quo merupakan peraturan perundang-undangan di bawah
ep
k

undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.12


ah

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;


R

si
14. Bahwa Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan jenis dan

ne
ng

hierarki Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

do
gu

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;


c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
In
A

d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
ah

lik

f. Peraturan Daerah;
15. Bahwa Pasal 8 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang
m

ub

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan selain apa


yang diuraikan dalam Pasal 7, peraturan perundang-undangan juga
ka

meliputi Peraturan Menteri;


ep
ah

Halaman 6 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana

si
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

ne
ng
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank

do
gu Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,

In
A
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat;
ah

lik
“2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
am

ub
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan;
ep
k

16. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No.


ah

48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No. 5


R

si
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung No. 01

ne
ng

Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, Mahkamah Agung memiliki


kewenangan untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah

do
undang-undang;
gu

17. Bahwa Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan :


“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
In
A

peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap


undang-undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan
ah

lik

undang-undang”;
18. Bahwa Pasal 20 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
m

ub

Kekuasaan Kehakiman Pasal 20 ayat (2) huruf b menyatakan:


“Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
ka

terhadap undang-undang”;
ep
ah

Halaman 7 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
19. Bahwa Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang

si
Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung menyatakan :

ne
ng
“Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji materiil hanya
terhadap peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang

do
gu terhadap undang-undang”;
20. Bahwa Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang

In
A
Mahkamah Agung menyatakan:
“Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan
ah

lik
perundang-undangan di bawah undang-undang atas alasan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
am

ub
atau pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku”;
21. Bahwa Pasal 31 A ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
ep
k

Mahkamah Agung menyatakan:


ah

“Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah


R

si
undang-undang terhadap undang-undang diajukan langsung oleh
pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Agung dan dibuat secara

ne
ng

tertulis dalam bahasa Indonesia”;


22. Bahwa Pasal 1 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Peraturan Mahkamah

do
Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil
gu

memberikan penegasan bahwa Mahkamah Agung memiliki kewenangan


Hak Uji Materiil atau Judicial Review Power terhadap peraturan
In
A

perundang-undangan di bawah undang-undang sesuai dengan asas lex


superior derogate legi inferior, yang disertai dengan kewenangan
ah

lik

Mahkamah Agung untuk menyatakan invalidated (tidak sah) dan


memerintahkan pencabutan peraturan perundang-undangan;
m

ub

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor


1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil:
ka

ep
ah

Halaman 8 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk menilai materi

si
muatan peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang
terhadap peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi” ;

ne
ng
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil:

do
gu “Peraturan perundang-undangan adalah kaidah hukum tertulis yang
mengikat umum dibawah undang-undang”;
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
A
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil:
“Permohonan keberatan adalah kelompok masyarakat atau
ah

lik
perorangan yang mengajukan permohonan keberatan kepada
Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan
am

ub
perundang-undangan tingkat lebih rendah dari undang-undang;
23. Bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil maka terkait
ep
k

tenggang waktu batas pengajuan permohonan keberatan telah dihapus


ah

sehingga meskipun PERPRES ini diajukan keberatan saat ini namun


R

si
masih dapat diterima dan dipertimbangkan serta diputus oleh
Mahkamah Agung;

ne
ng

Menimbang huruf (b) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil:

do
“Bahwa pada dasarnya penentuan tenggat waktu pengajuan
gu

permohonan keberatan Hak Uji Materiil adalah tidak tepat diterapkan


bagi suatu aturan yang bersifat umum (regelend) karena sejalan
In
A

dengan perkembangan hukum yang sedemikian rupa, dirasakan telah


bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan tidak lagi sesuai
ah

lik

dengan “hukum yang hidup (the living law)” ;


Menimbang huruf (c) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m

ub

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil:


“Bahwa oleh karena itu penentuan batas waktu 180 (seratus delapan
ka

puluh) hari seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (4) tersebut di
ep
ah

Halaman 9 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
atas, sudah seharusnya dihapuskan dan/atau dicabut dari materi

si
Peraturan Mahkamah Agung tersebut”;
24. Bahwa dengan demikian permohonan ini memiliki dasar hukum yang

ne
ng
sah dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil. Oleh

do
gu karena itu, Mahkamah Agung berwenang menguji Pasal 1 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 116/PMK.010/2017 Tentang
Barang Kebutuhan Pokok yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai;

In
A
IV. Pertentangan Dengan Aturan Diatasnya
Ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
ah

lik
Indonesia Nomor 116/Pmk.010/2017 Bertentangan Dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan Diatasnya;
am

ub
25. Bahwa Pemohon mengajukan Permohonan Keberatan Uji Materiil
terhadap Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017 yang berbunyi sebagai berikut :
ep
k

Pasal 1 Ayat (2);


ah

“Barang kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh rakyat banyak


R

si
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan barang yang
menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala pemenuhan

ne
ng

kebutuhan yang tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan


masyarakat yang berupa :

do
a. Beras dan Gabah;
gu

b. Jagung;
c. Sagu;
In
A

d. Kedelai;
e. Garam Konsumsi;
ah

lik

f. Daging;
g. Telur;
m

ub

h. Susu;
i. Buah-buahan;
ka

j. Sayur-sayuran;
ep

k. Ubi-ubian;
ah

Halaman 10 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
l. Bumbu-bumbuan, dan

si
m. Gula konsumsi
Ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

ne
ng
Nomor 116/Pmk.010/2017 Mengulangi Kesalahan Penjelasan Pasal 4 Ayat
(2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan

do
gu Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Yang Sudah Dinyatakan Tidak Berlaku

In
A
26. Bahwa Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 116/PMK.010/2017 mengulang kembali kesalahan yang
ah

lik
dilakukan oleh pembuat Undang-undang khususnya Penjelasan Pasal 4
Ayat (2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
am

ub
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No.8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah;
ep
k

27. Bahwa Penjelasan Pasal 4 Ayat (2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42


ah

Tahun 2009, telah dinyatakan tidak berlaku dan tidak memiliki kekuatan
R

si
hukum mengikat oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan
No.39/PUU-XIV/2016 karena disamping bertentangan dengan

ne
ng

Undang-Undang Dasar 1945 pembatasan yang bersifat limitatif terhadap


barang kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh rakyat banyak

do
hanya dengan 11 jenis (lebih lanjut didalam Pasal a quo menjadi hanya
gu

13 jenis) menjadikan produk eraturan perundang-undangan tersebut


bersifat tidak adil;
In
A

28. Bahwa disamping bersifat tidak adil, peraturan perundang-undangan


yang melakukan pembatasan yang bersifat limitatif terhadap barang
ah

lik

kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh rakyat banyak


sebagaimana yang dilakukan oleh pembuat Pasal a quo tidak sesuai
m

ub

dengan kondisi faktual-sosiologis masyarakat (Penjelasan Pasal 4 Ayat


(2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Vide Perimbangan
ka

Mahkamah Konstitusi dalam Putusan No.39/PUU-XIV/2016);


ep
ah

Halaman 11 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
29. Bahwa didalam Pasal a quo tidak dijelaskan kriteria kebutuhan pokok

si
yang dibutuhkan rakyat banyak baik dalam definisi yang jelas maupun
asumsi serta krieria ke-13 komoditi tersebut dimasukkan sebagai

ne
ng
kebutuhan pokok yang diperlukan rakyat banyak;
30. Bahwa dalam Putusan MK No.39/PUU-XIV/2016 yang menyatakan

do
gu Penjelasan Pasal 4 Ayat (2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 tidak berlaku dan memiliki kekuatan hukum mengikat diamanatkan
bahwa dalam menyusun peraturan perundang-undangan terkait

In
A
barang-barang yang diperlukan oleh rakyat banyak khususnya terkait
komoditi pangan haruslah memperhatikan beberapa faktor antara lain:
ah

lik
 Faktor ekologi (lingkungan fisik, sosial dan budaya,serta
ketersediaan pangan);
am

ub
 Faktor Ekonomi khususnya daya beli (harga pangan dan
pendapatan);
 Faktor kesukaan atau preferensi;
ep
k

31. Bahwa dalam penyusunan Pasal a quo terlihat jelas jika Termohon tidak
ah

memperhatikan ketiga faktor tersebut. Hal ini terbukti dari abusrd dan
R

si
tidak jelasnya kriteria “barang yang menyangkut hajat hidup orang
banyak” sehingga kemudian menjadi seolah-olah hanya 13 (tiga belas)

ne
ng

komoditi tersebut saja yang termasuk kedalam barang yang dibutuhkan


oleh rakyat banyak sehingga kepadanya harus dibebaskan dari PPN;

do
32. Bahwa pola konsumsi pangan penduduk Indonesia tidak hanya terdiri
gu

dari 13 kelompok komoditas pangan yang dibatasi oleh Pasal a quo. Hal
ini dikarenakan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
In
A

paling utama dan mendasar. Tanpa pangan, tubuh manusia tidak akan
memperoleh zat gizi. Tanpa zat gizi tubuh manusia tidak akan bisa
ah

lik

bergerak, tidak bisa berpikir, tidak bisa bekerja bahkan tidak bisa
bernafas. Jangankan tanpa gizi, seorang ibu hamil yang kekurangan gizi
m

ub

saja akan melahirkan bayi yang cacat fisik disertai gangguan motorik
dan mental, berisiko mengalami berbagai penyakit, sehingga akan
ka

melahirkan generasi lemah, sakit-sakitan dan tidak produktif. Sebaliknya


ep

dengan gizi yang baik akan melahirkan manusia atau generasi yang
ah

Halaman 12 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sehat cerdas dan produktif atau berkualitas. Itulah sebabnya penting gizi

si
pada 1000 hari pertama kehidupan, yang oleh PBB dijadikan sebagai
suatu gerakan gizi global yang disebut Scale Up Nutrition Movement

ne
ng
(SUN Movement);
33. Bahkan untuk hal tersebut Definisi pangan merujuk pada UU No. 18

do
gu Tahun 2012, yaitu :“Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

In
A
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
ah

lik
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman”;
am

ub
34. Bahwa berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, ada 33 (tiga
puluh tiga) zat gizi yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk hidup sehat.
ep
k

Pemenuhan semua zat gizi tersebut tidak mungkin hanya dari 13 jenis
ah

pangan saja. Itulah sebabnya Pemerintah setiap Negara menyusun


R

si
Pedoman Gizi Seimbang. Di Indonesia diatur dengan Permenkes No. 41
Tahun 2014, yaitu Tumpeng Gizi Seimbang;

ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

Halaman 13 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

35. Tumpeng Gizi Seimbang (Gambar 1) menganjurkan pentingnya


In
A

makan beraneka-ragam pangan, tidak hanya beragam antar kelompok


pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, bumbu) tetapi juga
ah

lik

pentingnya beragam dalam suatu kelompok pangan, misal makanan


pokok tidak hanya beras, lauk hewani tidak hanya daging;
m

ub

36. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan dari Sabang sampai


Merauke, dihuni oleh sekitar 240 juta penduduk dari ratusan etnis
ka

penduduk, dan kaya akan keragaman hayati termasuk keragaman


ep

jenis pangan yang tumbuh dan dikonsumsi penduduk. Secara umum


ah

Halaman 14 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pola konsumsi pangan penduduk terbentuk sejak waktu yang lama,

si
dipengaruhi oleh faktor ekologi (lingkungan fisik, sosial dan budaya
serta ketersediaan pangan), faktor ekonomi khususnya daya beli

ne
ng
(harga pangan dan pendapatan) dan faktor pengetahuan dan
kesukaan atau preferensi. Pada prinsipnya jenis pangan yang

do
gu dikonsumsi oleh suatu penduduk di suatu daerah atau wilayah adalah
pangan yang tersedia di daerah tersebut, baik tersedia dari kegiatan
produksi setempat maupun dari pangan yang didatangkan dari luar

In
A
daerah karena disukai dan terjangkau;
37. Bahwa berdasarkan persentase penduduk yang banyak mengonsumsi
ah

lik
pangan tersebut, kenapa sagu (hanya dikonsumsi 1.8% penduduk)
tetapi masuk dalam 13 pangan yang tidak dikenai PPN. Sebaliknya
am

ub
ikan yang dikosumsi banyak penduduk sebesar 19,6% tidak termasuk
dalam jenis pangan yang tidak dikenai PPN (Data dari Laporan Studi
Diet Total, Kementerian Kesehatan Tahun 2014 serta Data Survei
ep
k

Sosial Ekonomi Nasional BPS Tahun 2013, Makalah Keterangan Ahli


ah

Prof. Dr. Hardinsyah, halm. 4 s/d 5, beserta Lampiran I);


R

si
38. Bahwa dari segi pola konsumsi pangan lauk-pauk, penduduk
Indonesia juga mengonsumsi ikan dan berbagai kacang-kacangan

ne
ng

bukan saja kacang kedelai. Bahkan fakta lebih lanjut menyatakan di


Sulawesi Tenggara, nilai pengeluaran pangan penduduk untuk ikan

do
gu

mendekati nilai pengeluaran pangan untuk beras. ikan menjadi


komoditas penting dalam pola konsumsi penduduk di Sulawesi
Tenggara;
In
A

39. Disini terlihat sangat jelas telah terjadi ketidakadilan dan tidak
terlindunginya secara menyeluruh hak atas pangan rakyat. Sehingga
ah

lik

bukan hal yang mengherankan jika terjadi ketimpangan angka


kecukupan gizi di sebagian daerah di Indonesia dan Negara
m

ub

bertanggungjawab salah satunya dengan memperparah kesenjangan


tersebut melalui kebijakan “salah kaprah” pembebanan PPN atas
ka

komoditas pangan;
ep
ah

Halaman 15 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
40. Bahwa dengan demikian telah jelas jika Pasal a quo kembali mengulangi

si
kesalahan Pasal yang sebenarnya sudah dibatalkan oleh MK. Lebih
anehnya lagi, Pasal a quo ingin menterjemahkan pasal yang telah

ne
ng
dibatalkan oleh MK tetapi justru kembali mengulangi kesalahan yang
sama;

do
gu 41. Dengan demikian terdapat pertentangan norma antara Pasal a quo
dengan Pasal 4 Ayat (2) Huruf B Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
sehingga sudah selayaknya untuk dibatalkan oleh Mahkamah Agung.

In
A
Norma Ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 116/Pmk.010/2017 Bertentangan Dengan
ah

lik
Norma Dasar Dari Pajak Pertambahan Nilai Dan Pangan Sehingga
Bertentangan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang
am

ub
Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah Serta Uu No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;
42. Bahwa dapat diketahui jika maksud dari Termohon membetuk Pasal a
ep
k

quo adalah untuk membebaskan barang kebutuhan pokok khususnya


ah

komoditi pangan yang dibutuhkan oleh rakyat banyak dari pengenaan


R

si
PPN. Namun demikian,terjadi kesalahan dalam alur berpikir Termohon
yang hanya melimitasi barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan rakyat

ne
ng

banyak hanya menjadi 13 komoditi saja;


43. Bahwa ada beberapa komoditi pangan lainnya yang juga sangat

do
dibutuhkan rakyat namun tidak dimasukkan kedalam 13 komoditas yang
gu

dibebaskan dari pengenaan PPN, padahal komoditas tersebut belum


berubah bentuk dan memiliki nilai tambah sama seperti 13 komoditas
In
A

tersebut.
44. Hal ini membuat terdapat pertentangan norma dalam Pasal a quo
ah

lik

dengan ketentuan yang mengatur tentang Pangan dan Pajak


Pertambahan Nilai itu sendiri. Dimana seharusnya hal ini menjadi
m

ub

pertimbangan utama dari Termohon tetapi sayangnya sama sekali tidak


dipertimbangkan dengan baik, sehingga mengakibatkan lahirnya aturan
ka

yang kembali mengulangi kesalahan yang sama;


ep
ah

Halaman 16 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
45. Bahwa dengan memperhatikan uraian sebagaimana tersebut diatas,

si
penafsiran Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 116/Pmk.010/2017 setidaknya harus memperhatikan

ne
ng
hal-hal sbb :
a.Definisi “Pangan”, yang mengacu pada Pasal 1 Ayat (1) UU No. 18

do
gu Tahun 2012 tentang Pangan, sbb. :
“Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

In
A
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
ah

lik
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan,
bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
am

ub
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman”;
b.Prinsip “Value Added” dalam PPN, yaitu :
ep
k

“Pertambahan nilai atas BKP (Barang Kena Pajak) dan JKP


ah

(Jasa Kena Pajak) yang diserahkan sebagai akibat dari kegiatan


R

si
“menghasilkan” (Makalah Ahli Pajak Yustinus Prastowo, S.E.,
M.Hak Uji Materiil., M.A. Halm. 10);

ne
ng

c.Definisi “Menghasilkan” berdasarkan Pasal 1 huruf (m)


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

do
gu

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yaitu
:
“Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses
In
A

mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya


menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru termasuk
ah

lik

membuat, memasak, merakit, mencampur, me/ngemas,


membotolkan, dan menambang atau menyuruh orang atau
m

ub

badan lain melakukan kegiatan ini;


d. Yang tidak termasuk “Menghasilkan” berdasarkan Pasal 1 huruf (m)
ka

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan


ep
ah

Halaman 17 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

si
yaitu:
Yang tidak termasuk dalam pengertian “Menghasilkan” ialah:

ne
ng
1) menanam atau memetik hasil pertanian atau memelihara
hewan;

do
gu 2) menangkap atau memelihara ikan;
3) mengeringkan atau menggarami makanan;
4) membungkus atau mengepak yang lazimnya terjadi dalam

In
A
usaha perdagangan besar atau eceran;
5) menyediakan makanan dan minuman di restoran, rumah
ah

lik
penginapan, atau yang dilaksanakan oleh usaha ketering.”
e. Definisi “Menghasilkan” berdasarkan Pasal 1 butir 16
am

ub
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
ep
k

Barang Mewah :
ah

“Menghasilkan” adalah kegiatan mengolah melalui proses


R

si
mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang dari bentuk
aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru

ne
ng

atau kegiatan mengolah sumber daya alam, termasuk


menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan

do
tersebut;
gu

f. Definisi “Industri” berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 3


Tahun 2014 tentang Perindustrian :
In
A

“Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang


mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya
ah

lik

industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai


tambah atau manfaat lebih tinggi termasuk, jasa industri”;
m

ub

46. Bahwa jelas undang-undang telah memberikan pembatasan yang jelas,


atas apa yang bisa dikategorikan “kegiatan menghasilkan” melalui
ka

proses pengolahan sebagaimana dijelaskan di atas. Dengan demikian


ep

barang-barang komoditas pangan yang dimasukkan dalam kategori


ah

Halaman 18 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“tidak termasuk menghasilkan” tersebut seharusnya tidak dikenai PPN.

si
Sedangkan di luar kegiatan yang “dikecualikan” tersebut dapat
dikenakan PPN karena sudah memasuki “proses pengolahan/industrial

ne
ng
menjadi barang baru”;
47. Bahwa terminologi “nilai tambah” pada Undang-Undang Industri dan

do
gu “pengolahan” pada Undang-Undang PPN secara seragam mengaitkan
PPN dengan nilai tambah dan proses pengolahan yang bersifat
industrial. Hal ini kemudian sejalan dengan pendapat PARA Pemohon

In
A
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya yaitu hendaknya pembebanan
PPN atas komoditi pangan tidak memberatkan masyarakat namun di sisi
ah

lik
lain, fasilitas tidak dikenai PPN juga janganlah merugikan Negara;
48. Dengan demikian mengacu pada pedoman-pedoman di atas, adalah
am

ub
tepat bila Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 116/Pmk.010/2017 seharusnya dijelaskan, sbb. :
“Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
ep
k

adalah barang pangan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan,


ah

kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air yang diambil


R

si
langsung dari sumbernya atau diolah sebatas kegiatan pasca panen dan
bukan merupakan hasil dari proses pengolahan (industri) sebagaimana

ne
ng

dimaksud dalam pengertian “menghasilkan” dalam Pasal 1 angka (16)


Undang-undang ini, tidak dikenai PPN”;

do
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon
gu

mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan


keberatan dan memutuskan sebagai berikut:
In
A

Primair:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
ah

lik

2. Menyatakan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 116/Pmk.010/2017 Bertentangan Dengan Norma Dasar
m

ub

Dari Pajak Pertambahan Nilai Dan Pangan Sehingga Bertentangan


Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
ka

Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
ep

Mewah Serta Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;


ah

Halaman 19 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik

si
Indonesia sebagaimana mestinya;
Subsidair:

ne
ng
Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon, Putusan seadil-adilnya (ex
aequo et bono);

do
gu Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa:
1. Fotokopi Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

In
A
116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan Pokok yang tidak dikenai
Pajak Pertambahan Nilai (Bukti P-1);
ah

lik
2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Pemohon (Bukti P-2);
3. Fotokopi Kartu Keluarga Pemohon (Bukti P-3);
am

ub
4. Fotokopi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung (Bukti P-4);
ep
k

5. Fotokopi nota took Sinar Matahari (Bukti P-5);


ah

6. Fotokopi Bon PT. Sumber Alfaria Tria Jaya, Tbk (Bukti P-6);
R

si
7. Fotokopi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dean

ne
ng

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Bukti P-7);


8. Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 39/PUU-XIV/2016 (Bukti

do
gu

P-8);
9. Fotokopi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Bukti P-9);
In
A

10. Fotokopi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Bukti P-10);
ah

lik

11. Fotokopi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (yang


dipadukan dengan Perubahan I, II, III, & IV) (Bukti P-11);
m

ub

12. Fotokopi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009


tentang kekuasaan Kehakiman (Bukti P-12);
ka

ep
ah

Halaman 20 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
13. Fotokopi Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004

si
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung (Bukti P-13);

ne
ng
14. Fotokopi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 (Bukti P-14);

do
gu 15. Fotokopi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Bukti
P-15);

In
A
16. Fotokopi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang
Hak Uji Materiil (Bukti P-16, 17, 18, 19 dan 20);
ah

lik
17. Fotokopi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia (Bukti
am

ub
P-21);
18. Fotokopi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang (Bukti P-22);
ep
k

19. Fotokopi Keterangan Ahli Gizi Masyarakat Pemohon perkara Nomor


ah

39/PUU-XIV/2016 (Bukti P-23);


R

si
20. Fotokopi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Bukti
P-24);

ne
ng

21. Fotokopi Barang Kebutuhan Pokok Yang Sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak- Judicial Review Penjelesan Pasal 4A ayat (2) huruf b

do
gu

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan


Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) (Bukti P-25);
22. Fotokopi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
In
A

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (Bukti P-26);
ah

lik

23. Fotokopi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan


Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
m

ub

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (Bukti P-27);
ka

24. Fotokopi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian


ep

(Bukti P-28);
ah

Halaman 21 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut

si
telah disampaikan kepada Termohon pada tanggal 17 Mei 2018
berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung

ne
ng
Nomor 32/PER-PSG/V/32 P/HAK UJI MATERIIL/2018, tanggal 17 Mei 2018;
Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut,

do
gu Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 5 Juni 2018,
yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
I. Syarat Formal Penyampaian Jawaban Termohon;

In
A
Bahwa sebelum Termohon menyampaikan keberatan-keberatan atas
dalil-dalil Pemohon dalam Permohonannya, perlu kiranya Termohon
ah

lik
sampaikan bahwa terhadap permohonan Hak Uji Materiil register Nomor:
32 P/HUM/2018, telah diberitahukan secara resmi kepada Termohon
am

ub
melalui surat Panitera Mahkamah Agung RI Nomor:
32/PR/V/32P/HUM/2018 dan diterima oleh Termohon pada tanggal 23
Mei 2018. Oleh karena itu, jawaban Termohon kiranya dapat diterima
ep
k

oleh Ketua Mahkamah Agung RI sebab jawaban Termohon disampaikan


ah

masih dalam tenggang waktu 14 hari sejak diterimanya surat


R

si
permohonan keberatan sebagaimana yang ditentukan dalam ketentuan
Pasal 3 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011

ne
ng

Tentang Hak Uji Materiil;


II. Pokok Permohonan Pemohon

do
gu

Bahwa pada pokoknya Pemohon keberatan karena komoditas berupa


ikan dan kacang-kacangan tidak dimasukkan ke dalam Barang
Kebutuhan Pokok yang dibebaskan dari PPN sebagaimana diatur dalam
In
A

Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017;


III. Tanggapan Termohon Terhadap Legal Standing Pemohon;
ah

lik

Bahwa sebelum Termohon memberikan jawaban, pertama-tama


Termohon akan memberikan tanggapan apakah benar Pemohon
m

ub

dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017, karena


dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
ka

Perubahan Kedua Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang


ep

Mahkamah Agung telah diatur bahwa permohonan uji materiil hanya


ah

Halaman 22 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dapat diajukan oleh Pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh

si
berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang;
1. Bahwa sebagaimana telah Termohon kemukakan di atas, inti dari

ne
ng
keberatan Pemohon karena komoditas ikan dan kacang-kacangan
tidak dimasukkan ke dalam barang kebutuhan pokok yang

do
gu dibebaskan dari PPN sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) PMK No.
116/2017;
2. Bahwa mengenai kedua komoditas tersebut, dapat Termohon

In
A
sampaikan bahwa ikan dan kacang-kacangan tidak dikenakan PPN
meskipun tidak dicantumkan dalam Pasal 1 ayat (2) PMK No.
ah

lik
116/2017, dengan alasan sebagai berikut:
a. Perlakuan PPN terhadap komoditas berupa ikan;
am

ub
1) Dalam ketentuan Pasal 16B ayat (1) huruf b UU PPN, pajak
terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau
dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara
ep
k

waktu maupun selamanya, untuk penyerahan BKP tertentu


ah

atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu diatur


R

si
dengan Peraturan Pemerintah;
2) Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf b dan Pasal 1 ayat

ne
ng

(2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015


tentang Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang

do
Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN (PP
gu

81/2015), diatur bahwa BKP tertentu yang bersifat strategis


yang atas impor dan/atau penyerahannya dibebaskan dari
In
A

pengenaan PPN meliputi barang yang dihasilkan dari


kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
ah

lik

penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan


dalam Lampiran PP 81/2015;
m

ub

3) Dalam Lampiran PP 81/2015 diatur bahwa komoditi barang


hasil kelautan dan perikanan yang bersifat strategis meliputi
ka

ikan hias dan ikan (tidak termasuk ikan hias), artinya ikan
ep

merupakan komoditi yang atas impor dan/atau


ah

Halaman 23 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penyerahannya mendapat fasilitas pembebasan dari

si
pengenaan PPN;
4) Berdasarkan Pasal 2 ayat (6) huruf a angka 3 Perpres

ne
ng
71/2015, komoditi ikan segar merupakan barang kebutuhan
pokok hasil peternakan dan perikanan, namun mengingat

do
gu komoditi ikan telah diatur secara rinci sebagai BKP tertentu
yang bersifat strategis yang mendapat fasilitas pembebasan
PPN berdasarkan PP 81/2015, yang secara substansi tidak

In
A
ada unsur PPN yang dipungut dan secara formal kedudukan
Peraturan Pemerintah lebih tinggi dari pada Peraturan
ah

lik
Menteri Keuangan dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, maka komoditi ikan tidak dimasukkan
am

ub
dalam PMK 116/2017;
5) Dengan demikian keberatan Pemohon bahwa komoditi ikan
tidak termasuk barang yang tidak dikenakan PPN menjadi
ep
k

tidak relevan karena komoditi ikan telah mendapat fasilitas


ah

pembebasan PPN berdasarkan PP 81/2015;


R

si
b. Perlakuan PPN terhadap komoditas berupa kacang-kacangan.
1) Dalam Lampiran PMK 116/2017 mengatur lebih lanjut

ne
ng

mengenai komoditi sayur-sayuran yang tidak dikenai PPN


dengan kriteria dan/atau rincian, serta pos tarif tertentu yang

do
disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
gu

Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Klasifikasi


Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang
In
A

Impor;
2) Dalam Lampiran PMK 116/2017, kacang-kacangan telah
ah

lik

dimasukkan dalam pos tarif komoditi sayur-sayuran, antara


lain:
m

ub

a) 0708.10.00 Sayuran polongan, dikupas


atau tidak, segar atau dingin: kacang kapri
ka

(Pisum sativum);
ep
ah

Halaman 24 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b) 0708.20.10 Sayuran polongan, dikupas

si
atau tidak, segar atau dingin berupa
kacang (dengan genus Vigna spp,

ne
ng
Phaseolus spp): kacang perancis;
c) 0708.20.20 Sayuran polongan, dikupas

do
gu atau tidak, segar atau dingin berupa
kacang (dengan genus Vigna spp,
Phaseolus spp): kacang panjang;

In
A
d) 0708.20.90 Sayuran polongan, dikupas
atau tidak, segar atau dingin berupa
ah

lik
kacang (dengan genus Vigna spp,
Phaseolus spp): lain-lain, selain kacang
am

ub
perancis dan kacang panjang;
e) 0708.90.00 Sayuran polongan,
dikupas/tidak, segar atau dingin: lain-lain,
ep
k

selain kacang kapri dan kacang dengan


ah

genus Vigna spp, Phaseolus spp;


R

si
f) Ex 0710.21.00 Sayuran polongan
beku selain dimasak, dikupas atau tidak:

ne
ng

kacang kapri (Pisum sativum);


g) Ex 0710.22.00 Sayuran polongan

do
gu

beku selain dimasak, dikupas atau tidak,


berupa kacang (dengan genus Vigna spp,
Phaseolus spp);
In
A

h) Ex 0710.29.00 Sayuran polongan


beku selain dimasak, dikupas/tidak:
ah

lik

lain-lain, selain kacang kapri dan kacang


dengan genus Vigna spp, Phaseolus spp;
m

ub

3) Khusus untuk kacang-kacangan seperti biji mete dan kacang


tanah tetap dikenakan PPN karena Implikasi dari Putusan
ka

Mahkamah Agung Nomor 70P/HAK UJI MATERIIL/2013


ep

adalah Barang Hasil Pertanian sebagaimana ditetapkan


ah

Halaman 25 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 berupa

si
komoditi hasil perkebunan biji mete dan komoditi tanaman
pangan kacang tanah yang semula dibebaskan dari

ne
ng
pengenaan PPN berubah menjadi dikenai PPN, sehingga
atas impor dan/atau penyerahannya dikenai PPN tarif 10%

do
gu dan atas ekspornya dikenai PPN tarif 0%;
4) Dengan demikian keberatan Pemohon bahwa komoditi
kacang-kacangan tidak termasuk barang yang tidak

In
A
dikenakan PPN menjadi tidak relevan karena sebagian
komoditi kacang-kacangan telah termasuk dalam kriteria
ah

lik
dan/atau rincian dari komoditi sayur-sayuran;
3. Bahwa kerugian Pemohon terkait penurunan komoditi pangan
am

ub
berupa ikan dan kacang-kacangan yang menjadi barang dagangan
Pemohon dan konsumen beralih ke komoditi lainnya atau komoditi
impor yang lebih murah, tidak disebabkan oleh dampak secara
ep
k

langsung dari kebijakan PMK 116/2017 mengingat komoditi ikan


ah

yang mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN dan komoditi


R

si
kacang-kacangan berupa sayuran polongan yang merupakan
barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai PPN, sehingga tidak ada

ne
ng

unsur PPN baik dalam harga beli oleh pemasok maupun harga jual
komoditi kepada konsumen;

do
4. Bahwa mengingat kerugian yang didalilkan Pemohon tidak
gu

disebabkan oleh dampak secara langsung dari kebijakan PMK


116/2007, terbukti Pemohon tidak mempunyai legal standing dalam
In
A

mengajukan permohonan uji materiil a quo;


IV. Pemohon Salah Mengajukan Upaya Hukum;
ah

lik

1. Bahwa sebagaimana telah Termohon kemukakan di atas, inti dari


keberatan Pemohon karena komoditas ikan dan kacang-kacangan
m

ub

tidak dimasukkan ke dalam barang kebutuhan pokok yang


dibebaskan dari PPN sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) PMK No.
ka

116/2017;
ep
ah

Halaman 26 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa selain keinginan Pemohon tersebut telah terakomodir

si
sebagaimana telah Termohon jelaskan di atas, juga ternyata
Pemohon telah salah dalam mengajukan upaya hokum;

ne
ng
3. Bahwa seandainyapun Pemohon menganggap keinginannya belum
terakomodir, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 2 PMK 116/2017,

do
gu masih dibuka upayanya yakni Pemohon mengajukan usulan kepada
instansi yang terkait sehingga berdasarkan usulan dari instansi
tersebut, dapat ditetapkan kembali kriteria dan/rincian Barang

In
A
Kebutuhan Pokok;
4. Bahwa permohonan Pemohon dengan meminta pembatalan PMK a
ah

lik
quo justru akan menimbulkan kerugian bagi rakyat banyak karena
tidak ada lagi landasan hukum yang dipergunakan untuk
am

ub
membebaskan beberapa kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak dimaksud;
V. Jawaban Termohon Terhadap Pokok Permohonan Pemohon
ep
k

A. Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Penerbitan Pmk 116/2017


ah

Pemahaman terkait kewenangan Menteri Keuangan dalam


R

si
menentukan kriteria dan/atau rincian atas barang kebutuhan pokok
yang tidak dikenai PPN (penerbitan PMK 116/2017) adalah sebagai

ne
ng

berikut:
1. Bahwa secara umum mengenai kelompok jenis barang yang tidak

do
dikenai PPN diatur di dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN. Untuk
gu

kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh


rakyat banyak diatur dalam huruf b pasal dimaksud;
In
A

2. Sesuai dengan Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU PPN,


kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
ah

lik

rakyat banyak meliputi:


a. beras;
m

ub

b. gabah;
c. jagung;
ka

d. sagu;
ep

e. kedelai;
ah

Halaman 27 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;

si
g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah
melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,

ne
ng
dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur,
diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;

do
gu h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang
dibersihkan, diasinkan, atau dikemas;
i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses

In
A
didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau
ah

lik
tidak dikemas;
j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik
am

ub
yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong,
diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,
ep
k

ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk


ah

sayuran segar yang dicacah;


R

si
3. Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UU PPN, bahwa hal-hal yang
belum diatur dalam Undang-Undang ini diatur lebih lanjut dengan

ne
ng

Peraturan Pemerintah;
4. Bahwa selanjutnya ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 1

do
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8
gu

Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa


dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Sebagaimana Telah
In
A

Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor


42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
ah

lik

Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang


Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PP 1/2012).
m

ub

5. Dalam ketentuan Pasal 7 PP 1/2012 diatur:


(1) Jenis barang dan jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah
ka

sebagaimana diatur dalam Pasal 4A Undang-Undang PPN.


ep
ah

Halaman 28 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(2) Ketentuan mengenai kriteria dan/atau rincian barang dan

si
jasa yang termasuk dalam jenis barang dan jenis jasa yang
tidak dikenai PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ne
ng
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
6. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

do
gu 39/PUU-XIV/2016 yang menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 4A
ayat (2) huruf b UU PPN bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945 secara bersyarat dan tidak mempunyai kekuatan

In
A
hukum mengikat sepanjang rincian barang kebutuhan pokok
tersebut diartikan limitatif, maka perlu diatur dalam peraturan lebih
ah

lik
lanjut yang tidak bersifat limitatif mengenai jenis-jenis barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat banyak yang
am

ub
tidak dikenai PPN dan menyelaraskan dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 39/PUU-XIV/2016 untuk lebih
memberikan kepastian hokum;
ep
k

7. Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2)


ah

PP 1/2012 dengan menyelaraskan Putusan Mahkamah Konstitusi


R

si
Nomor 39/PUU-XIV/2016, maka ditetapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan

ne
ng

Pokok yang Tidak Dikenai PPN. Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 116/PMK.010/2017 bukanlah peraturan yang bersifat

do
limitatif, secara jelas hal tersebut termaktub dalam Pasal 2 yang
gu

menyatakan kriteria dan/atau rincian barang kebutuhan pokok


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) dapat dilakukan
In
A

penyesuaian setelah mendapat usulan dari kementerian pembina


sektor terkait;
ah

lik

Dengan demikian, kriteria dan/atau rincian Barang Kebutuhan


Pokok dapat setiap saat bertambah atau berkurang sesuai
m

ub

dengan barang kebutuhan pokok masyarakat;


8. Pasal 7 ayat (2) PP 1/2012 memberikan kewenangan kepada
ka

Menteri Keuangan untuk menentukan batasan yang menjadi


ep

dasar penilaian atau penetapan apakah suatu barang dan jasa


ah

Halaman 29 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
termasuk dalam kriteria Barang Kena Pajak (BKP) atau Non BKP

si
sehingga kriteria dan/atau rincian jenis barang kebutuhan pokok
yang sangat dibutuhkan rakyat banyak diatur secara rinci dan

ne
ng
jelas, serta cakupannya jenis barang kebutuhan pokok tidak
dimaknai terbatas pada 11 (sebelas) jenis barang sebagaimana

do
gu tercantum dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU PPN;
9. Bahwa sebagai gambaran, dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (2)
huruf b UU PPN, jenis barang kebutuhan pokok yang sangat

In
A
dibutuhkan oleh rakyat banyak yang dikategorikan Non BKP
meliputi 11 (sebelas) jenis barang. Namun, Penjelasan Pasal 4A
ah

lik
ayat (2) huruf b UU PPN tidak menjelaskan definisi, jenis, kriteria,
dan/atau rincian barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
am

ub
oleh rakyat banyak. Oleh karena itu, masih diperlukan pengaturan
yang lebih rinci mengenai barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak, mana yang termasuk BKP dan
ep
k

mana yang termasuk Non BKP;


ah

10. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017 diatur mengenai
R

si
definisi barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak, sedangkan dalam Pasal 1 ayat (3) PMK 116/2017

ne
ng

diatur mengenai kriteria dan/atau rincian barang kebutuhan pokok


yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak yang dikategorikan

do
sebagai Non BKP, yang dituangkan dalam bentuk Lampiran pada
gu

PMK 116/2017;
11. Dalam ketentuan Pasal 2 PMK 116/2017 diatur bahwa kriteria
In
A

dan/atau rincian barang kebutuhan pokok dapat dilakukan


penyesuaian setelah mendapat usulan dari kementerian pembina
ah

lik

sektor terkait, yang artinya kriteria dan/rincian barang kebutuhan


pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (2) PMK
m

ub

116/2017 tidak dimaknai terbatas pada 13 (tiga belas) jenis


barang dan memberi ruang kepada publik untuk menyesuaikan
ka

kriteria dan/atau rincian barang kebutuhan pokok sepanjang telah


ep

mendapat usulan dari kementerian pembina sektor terkait;


ah

Halaman 30 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
12. Definisi mengenai barang kebutuhan pokok yang sangat

si
dibutuhkan oleh rakyat banyak sebagaimana diatur dalam pasal 1
ayat (2) PMK 116/2017 telah sesuai dengan definisi “Barang

ne
ng
Kebutuhan Pokok” yang mengacu pada Pasal 1 angka 1
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan

do
gu dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
(Perpres 71/2015), mengingat jenis barang yang tidak dikenai
PPN sesuai Pasal 4A ayat 2 huruf b UU PPN bukanlah “pangan”

In
A
melainkan “barang kebutuhan pokok”;
13. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Perpres 71/2015 diatur bahwa
ah

lik
Barang Kebutuhan Pokok adalah barang yang menyangkut hajat
hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang
am

ub
tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat;
14. Bahwa prinsip yang dianut dalam UU PPN adalah negative list,
sepanjang tidak disebutkan secara tegas sebagai barang yang
ep
k

dikecualikan dari pengenaan PPN, maka barang tersebut apabila


ah

ditransaksikan adalah terutang PPN. Dengan demikian, suatu


R

si
barang dikenakan PPN atau tidak, bukan didasarkan atas ada
atau tidaknya proses untuk menghasilkan suatu barang, namun

ne
ng

didasarkan atas apakah barang tersebut termasuk negative list


atau bukan;

do
15. Bahwa Pemohon telah salah dalam memahami prinsip-prinsip
gu

yang diatur dalam UU PPN, yang tidak lagi mengkategorikan


proses pengolahan untuk menghasilkan suatu barang sebagai
In
A

dasar penetapan suatu barang sebagai BKP. Sebagai contoh:


a. Makanan dan minuman yang juga diatur dalam Pasal 4A UU
ah

lik

PPN sebagai barang yang tidak dikenai PPN. Produk


makanan dan minuman banyak yang telah mengalami proses
m

ub

pengolahan/menghasilkan, namun demikian hal tersebut tidak


menjadikan makanan dan minuman sebagai BKP yang
ka

dikenai PPN. Pemerintah dan DPR sepakat untuk


ep

mengaturnya sebagai barang yang tidak dikenai PPN melalui


ah

Halaman 31 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 4A UU PPN sebagai kebijakan instrumentalnya

si
(instrumental policy);
b. Batu bara walaupun telah mengalami berbagai proses, namun

ne
ng
sepanjang belum menjadi briket batu bara, maka diperlakukan
sebagai Non BKP (vide Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf a

do
gu poin e UU PPN);
16. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘kriteria’ dan
‘rincian’/’perincian’, secara berturut-turut, didefinisikan sebagai

In
A
berikut:
a. ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu;
ah

lik
b. uraian yang berisi bagian yang kecil-kecil satu demi satu;
17. Bahwa dengan demikian, PP1/2012 selain menegaskan isi dan
am

ub
substansi Pasal 4A ayat (2) huruf a UU PPN juga memberikan
kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menentukan:
a. ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu;
ep
k

dan/atau
ah

b. uraian yang berisi bagian yang kecil-kecil satu demi satu;


R

si
yang diperlukan untuk mengatur jenis barang kebutuhan pokok
yang dikategorikan sebagai Non BKP;

ne
ng

18. Dengan demikian, ketentuan Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017 yang
mengatur barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh

do
rakyat banyak yang tidak dikenai PPN, dengan rincian dan/atau
gu

kriterianya diatur dalam Lampiran PMK 116/2017, telah sejalan


dengan ketentuan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU PPN, yakni hanya
In
A

merinci cakupan barang kebutuhan pokok yang sangat


dibutuhkan oleh rakyat banyak;
ah

lik

19. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas PMK 116/2017 tidak


bertentangan dengan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU PPN dan
m

ub

asas-asas umum pemerintahan yang baik;


B. Pengaturan Terkait Bkp Secara Umum, Perlakuan Ppn Atas Komoditi
ka

Tertentu (Ikan Dan Kacang-Kacangan), Dan Batasan Pengusaha


ep

Kecil
ah

Halaman 32 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pengaturan Terkait BKP;

si
1. Pemohon berpendapat bahwa barang-barang komoditas pangan
yang dimasukkan dalam kategori “tidak termasuk menghasilkan”

ne
ng
seharusnya tidak dikenai PPN, artinya Pemohon memunculkan
kembali konsep dimana PPN adalah pajak yang dikenakan

do
gu terhadap BKP dan suatu barang menjadi BKP karena barang
tersebut telah melalui proses pengolahan atau proses
menghasilkan;

In
A
2. Pola pikir mengenai BKP yang seperti ini adalah pola pikir kriteria
BKP pada saat yang berlaku UU PPN 8/1983, sedangkan sejak
ah

lik
perubahan pertama pada UU PPN 8/1983 melalui
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, yang kemudian diubah
am

ub
lagi oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, dan terakhir
diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, tidak
terdapat lagi pola pikir/pemahaman bahwa suatu barang adalah
ep
k

otomatis menjadi BKP jika barang tersebut telah melalui proses


ah

pengolahan atau poses menghasilkan;


R

si
3. Mengenai hal ini dapat Termohon jelaskan dengan menggunakan
tabel sebagai berikut:

ne
ng

UU PPN yang saat ini berlaku


Pokok
N (UU PPN 8/1983 sebagaimana telah

do
Pengaturan UU PPN 8/1983
gu

o diubah beberapakali terakhir dengan


tentang:
UU No 42 Tahun 2009)
1 Barang Pasal 1 huruf b Pasal 1 angka 2
Barang adalah Barang adalah barang berwujud,
In
A

barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya


yang menurut sifat dapat berupa barang bergerak atau
atau hukumnya barang tidak bergerak, dan barang
ah

dapat berupa barang tidak berwujud


lik

bergerak maupun
barang tidak
bergerak
m

ub
ka

ep
ah

Halaman 33 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2 Barang Kena Pasal 1 huruf c Pasal 1 angka 3
Pajak (BKP) Barang Kena Pajak Barang Kena Pajak adalah

si
adalah barang barang yang dikenai pajak
sebagaimana berdasarkan Undang-Undang ini
dimaksud pada huruf

ne
ng
b sebagai hasil
proses pengolahan
(pabrikasi) yang

do
dikenakan pajak
gu be r d asa r k an
undang-undang ini
3 Menghasilkan Pasal 1 huruf m Pasal 1 angka 16

In
A
Menghasilkan Menghasilkan adalah kegiatan
adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah
mengolah melalui bentuk dan/atau sifat suatu barang
proses mengubah dari bentuk aslinya menjadi barang
ah

lik
bentuk atau sifat baru atau mempunyai daya guna
suatu barang dari baru atau kegiatan mengolah
bentuk aslinya sumber daya alam, termasuk
am

menjadi barang baru menyuruh orang pribadi atau badan

ub
atau mempunyai lain melakukan kegiatan tersebut
daya guna baru
termasuk membuat,
memasak, merakit,
ep
k

m e n c a m p u r ,
mengemas, tolkan,
ah

dan menambang
R
atau menyuruh orang

si
atau badan lain
melakukan kegiatan

ne
itu
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

Halaman 34 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4 Penggunaan Frasa ‘menghasilkan’ a. Frasa ‘menghasilkan’ menjadi
f r a s a menjadi relevan tidak relevan lagi untuk

si
‘menghasilka untuk mentukan menentukan suatu barang
n dalam kapan suatu barang menjadi BKP yang dikenai PPN
UU’PPN menjadi BKP atau tidak karena Pasal 1 angka

ne
ng
sehingga dikenai 3 sudah tidak lagi
PPN dan atau Pajak mendefinisikan BKP sebagai
Penjualan atas hasil proses pengolahan

do
Barang Mewah
gu (PPnBM).
(pabrikasi),
kepada
namun
hasil
Pemerintah dan DPR yang
strict
kebijakan

disepakati dengan disahkannya

In
A
UU PPN ini.
b. Frasa ‘menghasilkan’ digunakan
untuk menentukan pengenaan
PPnBM, sebagaimana disebutkan
ah

lik
dalam Pasal 5 ayat (1) sebagai
berikut:
(1) Di samping pengenaan Pajak
am

ub
Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1),
dikenai juga Pajak Penjualan
ep
atas Barang Mewah
k

terhadap:
a. penyerahan Barang
ah

Kena Pajak yang


R
tergolong mewah yang

si
dilakukan oleh
pengusaha yang

ne
ng

menghasilkan barang
tersebut di dalam Daerah
Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya;

do
gu

dan
b. impor Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah.
(2) Pajak Penjualan atas
In
A

Barang Mewah dikenakan


hanya 1 (satu) kali pada
waktu penyerahan Barang
Kena Pajak yang tergolong
ah

lik

mewah oleh pengusaha


yang menghasilkan atau
pada waktu impor Barang
m

ub

Kena Pajak yang tergolong


mewah.
ka

ep
ah

Halaman 35 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Melihat uraian pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

si
Pemohon telah keliru dalam memahami apa itu BKP yang dikenai
PPN, karena Pemohon masih menggunakan pola pikir lama yang

ne
ng
sejak diubahnya UU PPN 8/1983 sudah tidak digunakan lagi;

do
gu 5. Kesalahan dalam memahami apa itu BKP, berakibat Pemohon
merasa pengaturan sebagaimana diatur dalam PMK 116/2017
menjadi bertentangan dengan Pasal 4A UU PPN;

In
A
6. Pada faktanya, suatu barang dikategorikan sebagai BKP yang
ah

lik
dikenai PPN atau non-BKP kini tidak bergantung pada ada
tidaknya proses menghasilkan/mengolah atas barang tersebut,
am

ub
namun bergantung pada bagaimana UU PPN mengaturnya,
sebagaimana telah kami contohkan tersebut di atas;
ep
Pengaturan Terkait Perlakuan PPN atas Komoditi Ikan dan
k

Kacang-Kacangan;
ah

si
1. Perlakuan PPN atas Komoditi Ikan;

ne
ng

6) Dalam ketentuan Pasal 16B ayat (1) huruf b UU PPN, pajak


terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau

do
gu

dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara


waktu maupun selamanya, untuk penyerahan BKP tertentu
atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu diatur
In
A

dengan Peraturan Pemerintah;


ah

lik

7) Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf b dan Pasal 1 ayat


(2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015
m

ub

tentang Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang


Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN (PP
ka

81/2015), diatur bahwa BKP tertentu yang bersifat strategis


ep

yang atas impor dan/atau penyerahannya dibebaskan dari


ah

Halaman 36 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pengenaan PPN meliputi barang yang dihasilkan dari

si
kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan

ne
ng
dalam Lampiran PP 81/2015;

8) Dalam Lampiran PP 81/2015 diatur bahwa komoditi barang

do
gu hasil kelautan dan perikanan yang bersifat strategis meliputi
ikan hias dan ikan (tidak termasuk ikan hias), artinya ikan

In
A
merupakan komoditi yang atas impor dan/atau
penyerahannya mendapat fasilitas pembebasan dari
ah

lik
pengenaan PPN;

9) Berdasarkan Pasal 2 ayat (6) huruf a angka 3 Perpres


am

ub
71/2015, komoditi ikan segar merupakan barang kebutuhan
pokok hasil peternakan dan perikanan, namun mengingat
ep
komoditi ikan telah diatur secara rinci sebagai BKP tertentu
k

yang bersifat strategis yang mendapat fasilitas pembebasan


ah

PPN berdasarkan PP 81/2015, yang secara substansi tidak


R

si
ada unsur PPN yang dipungut dan secara formal kedudukan

ne
Peraturan Pemerintah lebih tinggi dari pada Peraturan
ng

Menteri Keuangan dalam hierarki peraturan


perundang-undangan, maka komoditi ikan tidak dimasukkan

do
gu

dalam PMK 116/2017;


In
10) Dengan demikian keberatan Pemohon bahwa komoditi ikan
A

tidak termasuk barang yang tidak dikenakan PPN menjadi


tidak relevan karena komoditi ikan telah mendapat fasilitas
ah

lik

pembebasan PPN berdasarkan PP 81/2015;


m

ub

2. Perlakuan PPN atas Komoditi Kacang-Kacangan;


ka

5) Sesuai dengan Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU


ep

PPN, kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat


ah

Halaman 37 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi sayur-sayuran, yaitu

si
sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang

ne
ng
dicacah;

6) Dalam Lampiran PMK 116/2017 mengatur lebih lanjut

do
gu mengenai komoditi sayur-sayuran yang tidak dikenai PPN
dengan kriteria dan/atau rincian, serta pos tarif tertentu yang

In
A
disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Klasifikasi
ah

lik
Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang
Impor;
am

ub
7) Pos tarif komoditi sayur-sayuran dalam Lampiran PMK
116/2017 yang terkait kacang-kacangan antara lain:
ep
k

i) 0708.10.00 Sayuran polongan, dikupas


ah

atau tidak, segar atau dingin: kacang kapri


R

si
(Pisum sativum);

ne
ng

j) 0708.20.10 Sayuran polongan, dikupas


atau tidak, segar atau dingin berupa

do
gu

kacang (dengan genus Vigna spp,


Phaseolus spp): kacang perancis;
In
A

k) 0708.20.20 Sayuran polongan, dikupas


atau tidak, segar atau dingin berupa
ah

lik

kacang (dengan genus Vigna spp,


Phaseolus spp): kacang panjang;
m

ub

l) 0708.20.90 Sayuran polongan, dikupas


ka

atau tidak, segar atau dingin berupa


ep

kacang (dengan genus Vigna spp,


ah

Halaman 38 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Phaseolus spp): lain-lain, selain kacang

si
perancis dan kacang panjang;

ne
ng
m) 0708.90.00 Sayuran polongan, dikupas
atau tidak, segar atau dingin: lain-lain,
selain kacang kapri dan kacang dengan

do
gu genus Vigna spp, Phaseolus spp;

In
A
n) Ex 0710.21.00 Sayuran polongan
beku selain dimasak, dikupas atau tidak:
ah

kacang kapri (Pisum sativum);

lik
o) Ex 0710.22.00 Sayuran polongan
am

ub
beku selain dimasak, dikupas atau tidak,
berupa kacang (dengan genus Vigna spp,
ep
Phaseolus spp);
k
ah

p) Ex 0710.29.00 Sayuran polongan


R

si
beku selain dimasak, dikupas atau tidak:
lain-lain, selain kacang kapri dan kacang

ne
ng

dengan genus Vigna spp, Phaseolus spp;

8) Berdasarkan penjelasan sebagaimana dimaksud pada huruf

do
gu

c, barang kebutuhan pokok sayuran-sayuran yang tidak


dikenai PPN meliputi sayuran polong-polongan dalam
In
A

keadaan segar/dingin atau beku tanpa dimasak, dikupas atau


tidak berupa kacang kapri, kacang perancis, kacang panjang,
ah

dan sayuran polongan lainnya;


lik

9) Mengenai komoditi kacang-kacangan sebagai salah satu


kebutuhan pokok hasil pertanian, hal ini sesuai dengan Pasal
m

ub

2 ayat 6 huruf a Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015


Tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan
ka

ep
ah

Halaman 39 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pokok dan Barang Penting menyatakan bahwa jenis Barang

si
Kebutuhan Pokok hasil pertanian terdiri dari:
(1) Beras;

ne
ng
(2) Kedelai bahan baku tahu dan tempe;
(3) Cabe;

do
gu (4) Bawang merah.
10) Dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun
2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan

In
A
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan/atau
Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang
ah

lik
Dibebaskan dari Pengenaan PPN mengatur bahwa Barang
Hasil Pertanian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
am

ub
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 merupakan
BKP tertentu yang bersifat strategis sehingga atas impor
dan/atau penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN,
ep
k

dimana termasuk Barang Hasil Pertanian meliputi biji mete


ah

dan kacang tanah;


R

si
11) Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM
/2013, pasal-pasal terkait Barang Hasil Pertanian (Pasal 1

ne
ng

ayat (1) huruf c, Pasal 1 ayat (2) huruf a, Pasal 2 ayat (1)
huruf f, dan Pasal 2 ayat (2) huruf c) dalam Peraturan

do
gu

Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 dinyatakan bertentangan


dengan UU PPN sehingga Presiden Repubik Indonesia harus
mencabut pasal-pasal tersebut karena tidak sah dan tidak
In
A

berlaku umum;
12) Implikasi dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM
ah

lik

/2013 adalah Barang Hasil Pertanian sebagaimana


ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
m

ub

2007 berupa komoditi hasil perkebunan biji mete dan


komoditi tanaman pangan kacang tanah yang semula
ka

dibebaskan dari pengenaan PPN berubah menjadi dikenai


ep
ah

Halaman 40 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PPN, sehingga atas impor dan/atau penyerahannya dikenai

si
PPN tarif 10% dan atas ekspornya dikenai PPN tarif 0%;
13) Dengan demikian keberatan Pemohon bahwa komoditi

ne
ng
kacang-kacangan tidak termasuk barang yang tidak
dikenakan PPN menjadi tidak relevan karena sebagian

do
gu komoditi kacang-kacangan telah termasuk dalam kriteria
dan/atau rincian dari komoditi sayur-sayuran. Bahwa
beberapa jenis kacang-kacangan seperti biji mete dan

In
A
kacang tanah dikenakan PPN berdasarkan Putusan
Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM/2013;
ah

lik
3. Berdasarkan perlakuan PPN atas komoditi di atas, Pemohon
yang merupakan pedagang pasar yang menjual ikan dan
am

ub
kacang-kacangan dimana kedua komoditi tersebut komoditi
pangan yang juga sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak namun
dikenakan PPN dan menyebabkan barang dagangan Pemohon
ep
k

menjadi tidak terlalu laku dibandingkan komoditas lainnya,


ah

seharusnya tidak disebabkan oleh dampak secara langsung dari


R

si
kebijakan PMK 116/2017 mengingat komoditi ikan yang
mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN dan komoditi

ne
ng

kacang-kacangan berupa sayuran polongan yang merupakan


barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai PPN, sehingga

do
seharusnya tidak ada unsur PPN baik dalam harga beli oleh
gu

pemasok maupun harga jual komoditi kepada konsumen;


4. Seharusnya kendala Pemohon terkait penurunan komoditi
In
A

pangan berupa ikan dan kacang-kacangan yang menjadi barang


dagangan Pemohon dan konsumen beralih ke komoditi lainnya
ah

lik

atau komoditi impor yang lebih murah, tidak disebabkan oleh


pengenaan PPN atas kedua komoditi tersebut mengingat
m

ub

komoditi ikan yang mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN dan


komoditi kacang-kacangan berupa sayuran polongan yang
ka

merupakan barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai PPN


ep

Pengaturan Terkait Batasan Pengusaha Kecil;


ah

Halaman 41 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Dalam ketentuan Pasal 3A ayat (1) UU PPN diatur bahwa

si
pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPN, kecuali pengusaha kecil yang

ne
ng
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

do
gu (PKP) dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan
PPnBM yang terutang, yang artinya pengusaha kecil dengan
batasan tertentu sebenarnya tidak wajib untuk melaksanakan

In
A
kewajiban perpajakan terkait PPN;
2. Pasal 3A ayat (1a) dan ayat (2) UU PPN menjelaskan bahwa
ah

lik
pengusaha kecil yang dimaksudkan dapat memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP;
am

ub
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang
Batasan Pengusaha Kecil PPN sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013,
ep
k

mengatur antara lain:


ah

a. Pasal 1 ayat (1), bahwa pengusaha kecil merupakan


R

si
pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran

ne
ng

bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari


Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah);

do
b. Pasal 1 ayat (2), bahwa Jumlah peredaran bruto dan/atau
gu

penerimaan bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah jumlah keseluruhan penyerahan BKP dan/atau JKP
In
A

yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka kegiatan


usahanya;
ah

lik

c. Pasal 4 ayat (1), bahwa pengusaha wajib melaporkan


usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai
m

ub

dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto


dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00
ka

(empat miliar delapan ratus juta rupiah);


ep
ah

Halaman 42 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. Pasal 2 dan Pasal 3 menjelaskan bahwa pengusaha kecil

si
tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP dan tidak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan

ne
ng
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang

do
gu dilakukannya apabila pengusaha kecil tersebut memilih untuk
tidak dikukuhkan sebagai PKP;
4. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon yang merupakan

In
A
pedagang pasar yang sehari-hari berjualan kacang-kacangan dan
ikan di rumah diberi hak memilih untuk dikukuhkan atau tidak
ah

lik
dikukuhkan sebagai PKP dalam hal selama satu tahun buku
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah
am

ub
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari empat
miliar delapan ratus juta rupiah, sehingga mengurangi beban
sumber daya serta biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
ep
k

kewajiban perpajakan terkait PPN apabila memilih untuk tidak


ah

dikukuhkan sebagai PKP;


R

si
C. Arti Penting Barang Kebutuhan Pokok Yang Sangat Dibutuhkan
Rakyat Banyak Sebagaimana Dirumuskan Dalam Pmk 116/2017 Dan

ne
ng

Dampaknya Jika Pmk 116/2017 Dicabut;


1. Bahwa selain masalah kewenangan sebagaimana telah

do
dikemukakan di atas, barang kebutuhan pokok yang sangat
gu

dibutuhkan rakyat banyak sebagaimana dirumuskan dalam PMK


116/2017 tidak bersifat limitatif dan PMK 116/2017 memberi ruang
In
A

untuk dapat dilakukan penyesuaian atas barang kebutuhan pokok


yang telah diatur dalam PMK 116/2017;
ah

lik

2. Kendala Pemohon terkait penurunan komoditi pangan berupa ikan


dan kacang-kacangan yang menjadi barang dagangan Pemohon
m

ub

dan konsumen beralih ke komoditi lainnya atau komoditi impor


yang lebih murah, bukanlah karena dampak secara langsung dari
ka

kebijakan PMK 116/2017 dan tidak disebabkan oleh pengenaan


ep

PPN atas kedua komoditi tersebut dan mengingat komoditi ikan


ah

Halaman 43 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN dan komoditi

si
kacang-kacangan berupa sayuran polongan yang merupakan
barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai PPN;

ne
ng
3. Dalam kegiatan perdagangan komoditi ikan dan kacang-kacangan,
seharusnya secara substansi tidak ada unsur PPN yang dipungut

do
gu oleh pemasok atas pembelian komoditi dalam harga barang
dagangannya dan tidak ada unsur PPN dalam penjualan komoditi
Pemohon kepada konsumen;

In
A
4. Sebagai contoh, dapat diberikan transaksi penyerahan komoditi
ikan dan kacang-kacangan.
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

Keterangan Gambar:
Ketika Pemohon membeli komoditi ikan dari pemasok, tidak ada

do
gu

PPN yang dipungut oleh pemasok, baik Pemohon sebagai


pedagang tidak maupun telah dikukuhkan sebagai PKP, tidak ada
In
unsur PPN yang dapat dimasukkan Pemohon ke dalam komponen
A

harga komoditi. Begitu juga dengan penjualan komoditi oleh


Pemohon kepada konsumen. Sehingga, seharusnya PPN tidak
ah

lik

berdampak pada Pemohon atas penjualan komoditi ikan dan


kacang-kacangan;
m

ub

5. Dalam hal Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017 dinyatakan


bertentangan dan dicabut, maka tidak ada pengaturan yang lebih
ka

ep

rinci definisi barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan


ah

Halaman 44 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
rakyat banyak, termasuk di dalamnya kriteria dan/atau rincian

si
barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai PPN;
6. Implikasi dicabutnya Pasal 1 ayat (2) PMK 116/2017 adalah

ne
ng
barang kebutuhan pokok yang telah ditetapkan dalam PMK
116/2017 yang semula tidak dikenai PPN justru berubah menjadi

do
gu dikenai PPN, sehingga atas impor dan/atau penyerahannya
dikenai PPN tarif 10% dan atas ekspornya dikenai PPN tarif 0%,
dengan contoh sebagai berikut:

In
A
a. Gula yang merupakan barang kebutuhan pokok hasil industri
berdasarkan Perpres 71/2015 dan tidak dikenai PPN
ah

lik
berdasarkan PMK 116/2017, berubah menjadi BKP yang
dikenai PPN 10%. Mengingat harga gula di tingkat konsumen
am

ub
akhir telah ditetapkan pemerintah dan biaya produksi tebu yang
semakin naik, maka ada kekhawatiran pedagang terhadap
pengenaan PPN atas gula dari olahan tebu petani
ep
k

mengakibatkan gula tersebut tidak laku ketika dijual. Petani


ah

tebu akan menderita kerugian ketika PPN terutang atas gula


R

si
yang seharusnya ditanggung oleh pedagang dibebankan
kepada petani tebu;

ne
ng

b. Garam yang merupakan barang hasil pengolahan/industri yang


semula tidak dikenai PPN berdasarkan UU PPN dan PMK

do
gu

116/2017 berubah menjadi BKP yang dikenai PPN 10%. Hal ini
akan berdampak pada naiknya harga garam yang dipatok
kepada konsumen akhir sebagai penanggung beban PPN.
In
A

Kenaikan harga garam memicu adanya inflasi mengingat


tingginya kebutuhan garam nasional dan pentingnya manfaat
ah

lik

garam bagi konsumen maupun industri. Pemerintah dapat


mengambil langkah untuk menekan harga garam dengan cara
m

ub

memberikan subsidi, namun hal itu akan menambah beban


Negara yang akibatnya mengurangi subsidi di sektor lain;
ka

c. Barang hasil pertanian, baik yang merupakan barang


ep

kebutuhan pokok hasil pertanian berdasarkan Perpres 71/2015


ah

Halaman 45 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(seperti bawang merah dan cabe) maupun bukan (seperti

si
singkong dan ketela), dan tidak dikenai PPN berdasarkan PMK
116/2017, berubah menjadi BKP yang atas penyerahannya

ne
ng
terutang PPN 10%. Bawang merah, cabe, singkong, dan ketela
yang merupakan barang hasil pertanian yang semula

do
gu dibebaskan PPN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2007, kemudian berubah menjadi BKP yang
dikenakan PPN 10% sebagai dampak Putusan Mahkamah

In
A
Agung Nomor 70P/HAK UJI MATERIIL/2013, kemudian
berubah menjadi Non BKP berdasarkan PMK 116/2017, akan
ah

lik
berubah menjadi BKP yang dikenakan PPN 10%. Hal tersebut
dapat berdampak kepada status PKP bagi pengusaha yang
am

ub
melakukan penyerahan komoditi dan sumber daya yang akan
dikeluarkan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan terkait
PPN;
ep
k

PERTIMBANGAN HUKUM
ah

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak


R

si
uji materiil dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak

ne
ng

uji materiil Pemohon adalah Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan

do
gu

Pokok Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai (bukti P-1);


Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan
substansi permohonan yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu akan
In
A

mempertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi persyaratan


formal, yaitu mengenai kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek
ah

lik

permohonan keberatan hak uji materiil dan kedudukan hukum (legal


standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji
m

ub

materiil;
Kewenangan Mahkamah Agung
ka

ep
ah

Halaman 46 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji permohonan

si
keberatan hak uji materiil didasarkan pada ketentuan Pasal 24A ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 31A Undang-Undang

ne
ng
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan Pasal 20 ayat (2)

do
gu huruf b Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, serta Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, yang pada intinya menentukan bahwa

In
A
Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih
ah

lik
tinggi;
am

Bahwa peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang

ub
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum
ep
k

yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
ah

negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan


R
dalam peraturan perundang-undangan (vide Pasal 1 angka 2);

si
Bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan telah

ne
ng

ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,


yang terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

do
gu

Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c.


Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d.
In
Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi;
A

dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;


ah

lik

Bahwa selain peraturan perundang-undangan di atas, terdapat


peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
m

ub

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,


Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
ka

Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang


ep

dibentuk dengan undang-undang atau Pemerintah atas perintah


ah

Halaman 47 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,

si
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat, yang diakui keberadaannya dan mempunyai

ne
ng
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan

do
gu kewenangan (vide Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011);

Bahwa objek permohonan keberatan hak uji materiil berupa

In
A
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017
tentang Barang Kebutuhan Pokok Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan
ah

Nilai (bukti P-1), merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 7 ayat (2)

lik
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
am

ub
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8
ep
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
k

Penjualan atas Barang Mewah dan hierarkinya berada di bawah


ah

undang-undang, sehingga termasuk jenis peraturan perundang-undangan


R

si
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor

ne
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
ng

juncto Pasal 1 angka 2 Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun


2011, dengan demikian Mahkamah Agung berwenang untuk menguji objek

do
gu

keberatan hak uji materiil a quo;

Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon


In
A

Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan


ah

mempertimbangkan apakah Pemohon mempunyai kepentingan untuk


lik

mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil, sehingga Pemohon


mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mempersoalkan objek
m

ub

permohonan a quo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2)


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
ka

ep

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;


ah

Halaman 48 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3

si
Tahun 2009 menyatakan bahwa permohonan pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang hanya dapat dilakukan oleh

ne
ng
pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan
tersebut, yaitu:

do
gu a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

In
A
Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau
c. badan hukum publik atau badan hukum privat;
ah

lik
Bahwa lebih lanjut Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2011 menentukan bahwa Pemohon keberatan adalah
am

ub
kelompok orang atau perorangan yang mengajukan keberatan kepada
Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang-undangan
tingkat lebih rendah dari undang-undang;
ep
k

Bahwa dengan demikian, Pemohon dalam pengujian peraturan


ah

perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan dan


R

si
membuktikan terlebih dahulu:

ne
a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ng

31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 1 angka 4
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011;

do
gu

b. kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan


perundang-undangan yang dimohonkan pengujian;
In
A

Bahwa dalam permohonannya, Pemohon adalah Warga Negara


Indonesia, sebagai pedagang pasar yang sehari-hari berjualan
ah

lik

kacang-kacangan dan ikan di rumah yang merasakan dampak langsung


atas berlakunya objek hak uji materiil (vide Bukti P-2, P-3, P-5);
m

ub

Bahwa dengan berlakunya objek hak uji materiil kedua komoditi


dagangan Pemohon yaitu kacang-kacangan lokal dan ikan dikenakan Pajak
ka

ep

Pertambahan Nilai (PPN), sehingga harga jualnya mengalami kenaikan


ah

Halaman 49 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang tentunya mengakibatkan penjualan kedua komoditi tersebut

si
mengalami penurunan karena konsumen beralih ke komoditi pangan lainnya
yang lebih murah, seperti kacang-kacangan import selundupan yang lebih

ne
ng
murah karena tidak dikenakan PPN;

Bahwa dengan konsumen beralih ke komoditi pangan lainnya yang

do
gu lebih murah karena tidak dikenakan PPN, maka Pemohon dirugikan dengan
berlakunya objek hak uji materiil;

In
A
Bahwa dari dalil-dalil Pemohon dan Termohon dikaitkan dengan
bukti-bukti yang diajukan, Mahkamah Agung berpendapat, bahwa Pemohon
ah

lik
merupakan subjek hukum yang dirugikan haknya akibat berlakunya objek
hak uji materiil, dengan demikian Pemohon mempunyai kedudukan hukum
am

ub
(legal standing) untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil a
quo sebagaimana dimaksud Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
ep
k

Tahun 2011;
ah

Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah Agung


R

si
berwenang untuk menguji permohonan a quo dan Pemohon mempunyai
kedudukan hukum (legal standing), sehingga secara formal dapat diterima;

ne
ng

Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan


pokok permohonan, yaitu apakah ketentuan yang dimohonkan uji materiil a

do
gu

quo bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi


atau tidak;
In
A

Pokok Permohonan
Bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil adalah
ah

pengujian Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


lik

Nomor 116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan Pokok Yang Tidak


Dikenai Pajak Pertambahan Nilai (bukti P-1) terhadap Undang-Undang
m

ub

Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serta Undang-Undang Nomor 18
ka

ep

Tahun 2012 tentang Pangan.


ah

Halaman 50 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa batu uji yang digunakan oleh Pemohon yaitu Undang-Undang

si
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sudah tidak berlaku lagi, karena

ne
ng
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak

do
gu Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, sehingga batu uji yang digunakan oleh Majelis Hakim untuk menguji
objek Hak Uji Materiil a quo adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

In
A
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
ah

lik
Mewah;
Bahwa berdasarkan asas hakim aktif, Majelis Hakim akan melakukan
am

ub
pengujian atas objek Hak Uji Materiil sebagai berikut:
1. Pengenaan PPN atas komoditi ikan:
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 B ayat (1) huruf b
ep
k

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas


ah

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai


R

si
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak terutang
tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan

ne
ng

pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya. untuk penyerahan


Barang Kena Pajak (BKP) tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

do
tertentu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah;
gu

Bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
In
A

Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa
Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa
ah

lik

Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009


Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
m

ub

Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah:
ka

ep
ah

Halaman 51 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1) barang dan jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah

si
sebagaimana diatur dalam Pasal 4A Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai;

ne
ng
2) Ketentuan mengenai kriteria dan/atau rincian barang dan jasa yang
termasuk dalam jenis barang dan jenis jasa yang tidak dikenai Pajak

do
gu Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan;
Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) huruf b dan Pasal 1 ayat (2)

In
A
huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan
atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang dibebaskan dari
ah

lik
Pengenaan PPN, atas BKP tertentu yang bersifat strategis yang atas impor
dan/atau penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN meliputi barang
am

ub
yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015;
ep
k

Bahwa berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 81


ah

Tahun 2015, komoditi barang hasil kelautan dan perikanan yang bersifat
R

si
strategis meliputi ikan hias dan ikan (tidak termasuk ikan hias), artinya ikan
merupakan komoditi yang atas impor dan/atau penyerahannya mendapat

ne
ng

fasilitas pembebasan dari pengenaan PPN;


Berdasarkan uraian tersebut di atas, materi muatan objek Hak Uji

do
Materiil yang tidak memasukkan komoditi ikan sebagai jenis barang
gu

kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak sehingga


dikenai Pajak Pertambahan Nilai, tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan
In
A

Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan atau Penyerahan BKP
Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN;
ah

lik

Bahwa oleh karena dalam hierarki peraturan perundang-undangan,


kedudukan Peraturan Pemerintah lebih tinggi daripada Peraturan Menteri
m

ub

Keuangan objek Hak Uji Materiil a quo, maka berdasarkan ketentuan Pasal
5 huruf c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
ka

Peraturan Perundang-undangan, “Dalam membentuk Peraturan


ep

Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas


ah

Halaman 52 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: c.

si
Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”; dan berdasarkan
asas lex superior derogat legi inferior, objek Hak Uji Materiil yang tidak

ne
ng
memasukkan komoditi ikan sebagai jenis barang kebutuhan pokok yang
sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak sehingga dikenai Pajak Pertambahan

do
gu Nilai bertentangan dengan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
2015 tentang Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat
Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN dan Pasal 5 huruf c

In
A
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan serta asas lex superior derogat legi inferior ;
ah

lik
2. Pengenaan PPN atas komoditi kacang-kacangan:
Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 70 P/HUM/
am

ub
2013, barang hasil pertanian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang semula dibebaskan dari pengenaan
PPN berubah menjadi dikenai PPN;
ep
k

Bahwa peraturan perundang-undangan tentang komoditi yang tidak


ah

dikenai PPN telah mengalami perubahan dengan lahirnya Putusan


R

si
Mahkamah Konstitusi Nomor 39/PUU-XIV/2016, yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 4 A ayat (2) Huruf B Undang-Undang

ne
ng

Nomor 42 Tahun 2009 bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak


dimaknai sebagai sekedar contoh, bukan rincian yang limitatif. Putusan

do
Mahkamah Konstitusi tersebut memerintahkan bahwa rincian yang limitatif
gu

tentang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat


banyak diatur dalam Peraturan Pemerintah. Norma inipun juga diatur di
In
A

dalam Pasal 16 B ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009


tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
ah

lik

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.
m

ub

Selanjutnya berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan
ka

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai


ep

Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
ah

Halaman 53 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42

si
Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak

ne
ng
Penjualan Atas Barang Mewah, bahwa ketentuan mengenai kriteria dan/atau
rincian barang dan jasa yang termasuk dalam jenis barang dan jenis jasa

do
gu yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
Selanjutnya diterbitkanlah objek Hak Uji Materiil, yang memuat

In
A
ketentuan mengenai barang kebutuhan pokok yang tidak dikenai pajak
pertambahan nilai. Bahwa berdasarkan Lampiran objek Hak Uji Materiil,
ah

lik
mengatur lebih lanjut mengenai komoditi sayur-sayuran yang tidak dikenai
PPN yang terkait kacang-kacangan dengan kriteria dan/atau rincian serta
am

ub
pos tarif tertentu yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Klasifikasi Barang dan
Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor yang meliputi sayuran
ep
k

polong-polongan dalam keadaan segar/dingin atau beku tanpa dimasak,


ah

dikupas, atau tidak berupa kacang kapri, kacang perancis, kacang panjang,
R

si
dan sayuran polong lainnya;
Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

ne
ng

39/PUU-XIV/2016 juncto Pasal 16 B ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor


42 Tahun 2009, dan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik

do
Indonesia Nomor 1 Tahun 2012, serta berdasarkan Politik Hukum
gu

Perpajakan Nasional yang berkeadilan, kacang-kacangan adalah termasuk


komoditi sayur-sayuran yang tidak dikenai PPN. Dengan demikian objek Hak
In
A

Uji Materiil yang selanjutnya dalam Lampirannya, telah mengatur lebih lanjut
mengenai komoditi kacang-kacangan yang termasuk sayur-sayuran adalah
ah

lik

barang yang tidak dikenai PPN tidak bertentangan dengan peraturan


perundang-undangan yang lebih tinggi;
m

ub

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


tersebut di atas, terbukti bahwa Peraturan Menteri Keuangan Republik
ka

Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan Pokok


ep

Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai bertentangan dengan


ah

Halaman 54 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peraturan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

si
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan

ne
ng
Atas Barang Mewah, dan oleh karenanya permohonan keberatan hak uji
materiil dari Pemohon harus dikabulkan dan peraturan yang menjadi objek

do
gu dalam perkara uji materiil a quo harus dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum dan tidak berlaku untuk umum;
Menimbang, bahwa dengan dikabulkannya permohonan keberatan

In
A
hak uji materiil dari Pemohon sebagian, maka Termohon dihukum untuk
membayar biaya perkara;
ah

lik
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 31 A ayat (8)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan
am

ub
Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011, Panitera Mahkamah Agung
mencantumkan petikan putusan ini dalam Berita Negara;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun
ep
k

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun


ah

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan


R

si
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung

ne
ng

Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan


perundang-undangan lain yang terkait;

do
gu

MENGADILI,
1. Mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon
In
NELPA ENITA sebagian;
A

2. Menyatakan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 116/PMK.010/2017 tentang Barang Kebutuhan Pokok
ah

lik

Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai bertentangan dengan


Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
m

ub

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai


Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pasal 1
ka

ep

ayat (1) huruf b, ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
ah

Halaman 55 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2015 tentang Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat

si
Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN, Pasal 5 huruf c
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

ne
ng
Peraturan Perundang-undangan, sepanjang tidak memasukkan komoditi
ikan sebagai jenis barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan

do
gu oleh rakyat banyak sehingga dikenai pajak pertambahan nilai,
karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan tidak
berlaku umum;

In
A
3. Memerintahkan kepada Panitera Mahkamah Agung untuk mengirimkan
petikan putusan ini kepada Percetakan Negara untuk dicantumkan
ah

lik
dalam Berita Negara;
4. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sebesar
am

ub
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
ep
Agung pada hari Rabu, tanggal 8 Agustus 2018, oleh Dr. H. Supandi, S.H.,
k

M.Hum, Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata


ah

Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai


R

si
Ketua Majelis, Is Sudaryono, S.H., M.H., dan Dr. Yosran, S.H., M.Hum,

ne
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang
ng

terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta
Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Kusman, S.IP.,

do
gu

S.H., M.Hum, Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
In
A

Anggota Majelis: Ketua Majelis,


ah

lik

ttd. ttd.
m

ub

Is Sudaryono, S.H., M.H., Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum


ka

ep

ttd.
ah

Halaman 56 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Dr. Yosran, S.H., M.Hum.

ne
Panitera Pengganti,

ng
ttd.

do
gu
Kusman, S.IP., S.H., M.Hum.

In
A
ah

lik
Biaya-biaya
1. Meterai ……..….....… Rp 6.000,00
2. Redaksi ……….....… Rp 5.000,00
am

ub
3. Administrasi …....... Rp 989.000,00
Jumlah ………………. Rp1.000.000,00
ep
k

Untuk Salinan
ah

MAHKAMAH AGUNG – RI
R
a.n. Panitera

si
Panitera Muda Tata Usaha Negara,

ne
ng

H. ASHADI, SH

do
gu

NIP : 195409241984031001
In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

Halaman 57 dari 56 halaman. Putusan Nomor. 32 P/HUM/2018


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Anda mungkin juga menyukai