Anda di halaman 1dari 10

A.

Mutu Rumah Sakit


1. Pengertian Mutu
Menurut Prof A Donabedian, mutu adalah sifat / nilai yang dimiliki
oleh suatu program / produk / pelayanan. Terdapat 3 pendekatan
evaluasi mutu yaitu meliputi aspek:
a. Input / struktur (sumber daya)
b. Proses (pengubahan / transformasi)
c. Outcome (hasil akhir)

2. Indikator Mutu Prioritas


a. Indikator Area Klinis
1) IGD : Kelengkapan asesmen risiko PK, risiko
bunuh diri, dan risiko lari
2) Rawat Inap : Angka kejadian pasien lari, angka kekerasan
fisik
b. Indikator Area Manajerial
1) Waktu tunggu obat di apotek rawat jalan 1
2) Ketersediaan obat antipsikotik
c. Indikator Area Keselamatan Pasien
1) Kepatuhan identifikasi pasien dengan mencocokkan foto pada
lembar CPO sebelum memberikan obat
2) Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telepon
3) Ketepatan pelabelan obat High Alert
4) Kepatuhan cuci tangan
5) Kelengkapan asesmen risiko jatuh setiap pasien rawat inap
6) Kelengkapan asesmen risiko lari

3. Indikator Mutu Unit

Unit No Indikator Standar


Kemenkes
Klinik Saraf 1 Waktu tunggu rawat jalan < 60 100%
menit
Klinik Jiwa 2 Kecepatan pelayanan surat bebas 100%
narkoba
Klinik 3 Respon time pelayanan klinik 80%
Umum & umum dan penyakit dalam < 60
PD menit
4 Kecepatan pelayanan surat 100%
keterangan sehat fisik dan/bebas
buta warna
Ikeswar 5 Waktu tunggu dokter spesialis
psikiateri di Ikeswar
6 Waktu tunggu dokter spesialis
saraf di Ikeswar
7 Waktu tunggu dokter spesialis
rehab di Ikeswar
8 Waktu tunggu dokter spesialis
anak di Ikeswar
9 Angka kelengkapan assesmen awal
keperawatan Tumbuh Kembang
Anak
Klinik 10 Kepuasan pelanggan
Psikologi 11 Tidak adanya pasien jatuh
Edelwis 12 Angka kejadian pasien lari
13 Angka kejadian cidera restrain
mekanik
14 Angka kejadian kekerasan fisik
Dewandar 15 Angka kejadian pasien lari
u 16 Angka kejadian kekerasan fisik
17 Angka kejadian bunuh diri
Geranium 18 Angka kejadian pasien lari
19 Angka kejadian kekerasan fisik
20 Angka kejadian bunuh diri
Helikonia 21 Angka kejadian pasien lari
22 Angka kejadian kekerasan fisik
23 Angka kejadian bunuh diri
IVY 24 Angka kejadian pasien jatuh
25 Kepatuhan edukasi pasien risiko
jatuh
Camelia I 26 Kelengkapan pemberian edukasi
pada pasien nyeri
27 Kepatuhan identifikasi pasien saat
pemberian obat
Camelia II 28 Respontime pemberian obat anti
trombotik pada pasien stroke
infark
29 Respontime pemberian obat
koagulan pada pasien stroke
hermoragik
Rekam 30 Kelengkapan informed consent
Medik 31 Keterlambatan pengambilan
dokumen rekam medis (1 x 24
jam)

4. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan pasien


a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin dan dukung staf RS
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Budaya keselamatan:

 Terbuka dan adil


 Pendekatan pasien
 Pelaporan insiden bebas hukuman (No Blamming)

5. Deklarasi Keselamatan Pasien RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, 22 Mei 2014


Isi pernyataan mengandung elemen:
a. Nyatakan bahwa Patient Safety sangat penting dan menjadi
prioritas
b. Komitmen tentang tanggung jawab eksekutif dalam Patient Safety
c. Aplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mutakhir
d. Berkelakuan “Blameless Reporting”
e. Percepat proses perubahan

6. Tingkat Budaya Keselamatan Pasien (Manchester Patient Safety


Assesment Tool)
a. Pathological : mengapa membuang waktu untuk keselamatan
b. Reactive : kita berbuat sesuatu jika terjadi insiden
c. Bureaucratic : kita sudah punya sistem untuk mengelola risiko
yang teridentifikasi

d. Proactive : kita selalu waspada akan risiko-risiko yang


mungkin timbul
e. Generative : manajemen risiko merupakan bagian integral dari
semua kegiatan yang kita kerjakan

7. Istilah dalam Insiden Keselamatan Pasien


 Insiden Keselamatan Pasien (IKP, Patient Safety Incident)
Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan /
berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, ceder, cacad,
kematian, dll) yang seharusnya tidak terjadi.
 Kondisi Potensial Cedera (KPC, Reportable circumstance)
Suatu kondisi / situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
Contoh : ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah staf selalu kurang
(understaff). Penempatan defibrillator standby di IGD ternyata
diketahui bahwa alat tersebut rusak.

8. Sasaran Keselamatan Pasien


a. Ketepatan identifikasi pasien
 Kebijakan / panduan identifikasi pasien
 SPO pemasangan gelang identifikasi
 SPO identifikasi sebelum memberikan obat, darah / produk
darah, mengambil darah / specimen lainnya, pemberian
pengobatan dan tindakan / prosedur
b. Peningkatan komunikasi efektif
c. Peningkatan obat yang perlu diwaspadai
 Kebijakan / panduan / prosedur mengenai obat-obat yang
high alert minimal mencakup identifikasi, lokasi, pelabelan,
dan penyimpanan obat high alert
 Daftar obat-obatan high alert
 Daftar obat Lasa/Norum
 Daftar elektrolit konsentrat missal KCI, Na Bic
d. Tepat lokasi tepat prosedur dan tepat pasien yang beroperasi
 Kebijakan / panduan / SPO pelayanan bedah untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi /
dental

 SPO penandaan lokasi operasi


 Dokumen : ECT PRAMEDIKASI Safety Checklist dilaksanakan
dan dicatat di rekam medis pasien operasi
e. Pencegahan infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pencegahan risiko jatuh

B. Ketentuan Disiplin PNS (Etika, Nilai-Nilai, Kewajiban & Larangan


PNS)
1. Nilai dasar kode etik yang harus dijunjung tinggi oleh pegawai RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah meliputi:
a. Ketaqwaan kepada TuhanYang Maha Esa
b. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
c. Semangat nasionalisme
d. Mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau
golongan
e. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan
f. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
g. Tidak Diskriminatif
h. Profesionalisme. Netralisme, dan bermoral tinggi
i. Semangat jiwa korps

Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap


pegawai wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara,
dalam penyelenggaraan pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam
bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama pegawai.

2. Etika dalam bernegara meliputi:


a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-UndangDasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia
c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
d. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam melaksanakan tugas
e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintah
yang bersih dan berwibawa
f. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah
g. Menggunakan atau manfaatakan semua sumber daya Negara secara
efisien dan efektif
h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar

3. Etika dalam berorganisasi meliputi:


a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku
b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
d. Membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi
e. Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang
terkait dalam rangkai mencapai tujuan
f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas
g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja
h. Mengambangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi
i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja

4. Etika dalam bermasyarakat meliputi:


a. Mewujudkan pola hidup sederhana
b. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun tanpa
pamrih dan tanpa unsur pemaksaan
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta
tidak diskriminatif
d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat
e. Berorientasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam melaksanakan tugas

5. Etika terhadap diri sendiri meliputi:


a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak
benar
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun
golongan
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
kemampuan, ketrampilan, dan sikap
e. Memiliki daya juang yang tinggi
f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani
g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga
h. Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan

6. Etika terhadap sesama pegawai meliputi:


a. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan
b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama pegawai
c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal
maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi maupun antar
instansi
d. Menghargai perbedaan pendapat
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat pegawai
f. Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama pegawai

C. Pembangunan zona Integritas Menuju WBK


1. Hakikat Pembangunan Zona Integritas
Membangun dan mengimplementasikan program reformasi birokasi
secara baik sehingga mampu menumbuh-kembangkan budaya kerja
birokrasi yang anti korupsi dan budaya yang melayani public secara
baik di lingkungan K/L/Pemda.
Pembangunan zona integritas dilakukan dengan membangun
percontohan-percontohan pada tingkat unit kerja K/L dan Pemda
sebagai unit menuju WBK-BBM.

2. Dasar Hukum Permenpan


a. UU 28/1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
b. UU 30/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
c. UU 30/2002 tentang komisi tindak pidana korupsi
d. UU 14/2008 tentang keterbukaan informasi public
e. UU 25/2009 tentang pelayanan publik
f. UU 60/2008 tentang sistem pengendalian internal pemerintah
g. Perpres 54/2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
h. Perpres 81/2010 tentang grand design reformasi birokrasi 2010-
2025
i. Perpres 55/2012 tentang strategi nasional pencegahan dan
pemberantasan korupsi inpres 2/2014 tentang aksi pencegahan
dan pemberantasan korupsi
j. Permen PAN dan RB 14/2014 tentang pedoman evaluasi
pelaksanaan reformasi dan birokrasi

PERMENPAN tentang ZI:

Permen PANRB 20/2012 tentang pedoman umum pembangunan ZI


menuju Wilayah Bebas dari Korupsi di ubah Permen PANRB 60/2012
tentang pedoman pembangunan zona integritas menuju WBK dan
WBBM di linkungan K/L/ dan Pemda di ubah Permen PANRB
52/2014 tentang pedoman pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM
di lingkungan instansi pemerintah.

3. Definisi Zona Integritas (ZI)


Predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan
dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan
WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Definisi Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
Predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi
sebagian besar kriteria dalam manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
Definisi Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
Predikat yang diberikan kepadan suatu unit kerja yang memenuhi
sebagian besar criteria manajemen perubahan, penataan tatalaksana,
penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.

Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) merupakan predikat yang diberikan kepada unit
kerja pada instansi pemerintah yang memenuhi indikasi bebas dari
korupsi (KKN) dan melayani publik dengan baik.
4. Proses Pembangunan
a. Pencanangan ZI
Penandatangan fakta integritas oleh seluruh atau sebagian besar
pegawai, pernyataan komitmen telah siap membangun zona
integritas
b. Pembangunan
Menetapkan unit kerja yang akan diusulkan menuju WBK/WBBM,
membangun unit kerja menuju WBK/WBBM
c. Pengusulan
Penilaian mandiri oleh tim penilai internal (TPI), TPI melaporkan
kepada pimpinan instansi, pengusulan Kemen PANRB
d. Penetapan WBK/WBBM
MenPANRB mengusulkan kepada instansi pemerintah agar unit
kerja ditetapkan menjadi WBK, MenPANRB menetapkan unit kerja
sebagai WBBM

5. Langkah Membangun Unit Kerja Menuju WBK/WBBM


a. Instansi pemerintah menetapkan unit kerja percontohan yang
akan dijadikan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi
(WBK)/ wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM)
b. Unit kerja percontohan yang ditetapkan menyusun rencana aksi
pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM mengacu pada
pemenuhan criteria indicator WBK/WBBM (indicator pengungkit
dan hasil)
c. Unit kerja percontohan melaksanakan rencana aksi pembangunan
yang telah ditetapkan
d. Unit kerja percontohan melakukan monitoring dan evaluasi
berkala atas capaian pelaksanaan rencana aksi pembangunan
e. Tim penilai internal melakukan penilaian kepada unit kerja
percontohan atas hasil integritas menuju WBK/WBBM yang
dilakukan
f. Apabila hasil penilaian tim internal, unit kerja dinyatakan berhasil
memenuhi predikat WBK/WBBM, unit kerja tersebut diajukan
kepada kementerian PANRB, selaku tim penilai eksternal untuk
dilakukan evaluasi
6. Syarat Pengajuan WBK/WBBM

SYARAT WBK WBBM


TINGKAT INSTANSI Opini WBK “WTP” Opini BPK “WTP”
PEMERINTAH selama minimal 2
tahun berturut-turut
Nilai AKIP minimal “CC”
Setingkat Es, I s.d Es. III
Peran dan penyelenggaraan fungsi
pelayanan strategis
TINGKAT UNIT KERJA Melaksanakan program-program reformasi
birokrasi secara baik
Mengelola sumber daya yang cukup besar
Telah sebelumnya
mendapatkan
predikat WBK

Anda mungkin juga menyukai