Anda di halaman 1dari 15

“DINAMIKA AWAL BULAN HIJRIAH :

UPAYA MENCARI TITIK TEMU PERBEDAAN PENETAPAN


AWAL BULAN HIJRIAH DI INDONESIA”
Oleh : Bashori Alwi
Problem Akademik

 Sampai saat  Sidang Isbat  Kriteria yang


ini, Umat Islam dirasa hanya ada dianggap
DIKOTOMI
belum memiliki MADZHAB
sebagai lebih rendah
kalender yang formalitas, secara ilmiah
mapan. dan (238)
Kalender yang Hisab Keputusan
disepakati sidang Isbat
secara lokal Lokal Global belum
lebih-lebih mengikat  Inkonsistensi
secara global` putusan
membuat
jarak pada
Rukyat
kesepakatan
Lokal Global
Problem Non Akademik

Maraknya pemberitaan
Hilangnya kepercayaan
Fokus tentang keragaman awal
terhadap otoritas agama
dan akhir ramadan
Bahasan
Inkonsistensi dan
Peran Pemerintah
dalam upaya
penyatuan kalender Kuatnya keyakinan
hijriah Kuatnya pengaruh
sehingga tidak
tokoh/organisasi bagi
menerima sesuatu yang
umat
lebih maslahah
TEORI PENETAPAN AWAL BULAN HIJRIYAH

 Bulan Sabit yang dapat dilihat (mar’i, visible)


Pola ini yang biasa
 waktu terlihatnya adalah tanggal 29 petang
Rukyat dilakukan sejak
pasca Matahari terbenam.
zaman rasul,
Sahabat dan
 Menggenapkan 30 hari manakala pada teori fukahah masa
Istikmal berikutnya
pertama tidak terpenuhi

MULAI MENGENAL HISAB

Bulan sabit yang terlihat


 Telah terjadi Ijtima’ pada tanggal 29, tapi
Hisab  Memiliki Kriteria Hilal belum terjadi ijtima’,
 Adanya batasan wilayah maka dianggap sabit
tua
Inskonsistensi Putusan Sidang Isbat
Awal Bulan Ijtimak Tinggi, Tinggi Rukyat Keputusan Teori
elongasi
(Taqribi)
(Hakiki)
Ramadan 1407 Selasa, 28-4-1987 M. Jam 1, 5 1 - 3 Tidak berhasil Rabu, 29-4- H
H/ 1987 M 08:36:08 WIB karena cuaca 1987 M

Syawal 1410 H / Rabu, 25-4-1990 M. Jam 15’, 6 -0,8 sampai √ Kamis, 26 -4- R
1990 M 11:29:50 WIB +2,3 1990 M.
Tinggi 2
Syawal 1412 H Jum'at, 03 -4-1992, 12:02 -1,8, +3 √ 5-4-1992 M I
WIB
Ditolak
Alasan Pengambilan Keputusan Ramadan Syawal 1410
1412
1407 HH
Istikmal
fatwa MUIsebagai
1. Menggunakan dasar
rukyat
tanggal penetapan
sebagai
1 juli awal syawal
1981 penentu 1412 H, karena
penetapan mayoritas perukyat tidak
awal bulan
melihat
2. Indonesia
hasil hilal
musyawarah
bagian timur
Hisabikut
Rukyat
bagiandi Jakarta
barat meskipun
pada tahun
di timur
1987 masih
menyatakan
negative,
bahwa
sementara
jika para
di
2. barat
Laporan
ahli hilalhilal
hisab telahterlihat
sudah sepakatdi malam
terlihat cakungitu
Jakarta
telah timur
imkandengan
rukyat ketinggian
maka dapat+3 (taqribi)keesokan
ditetapkan ditolak, hari
karena bulan
3. Menjaga
masuk selain laporan
kemaslahatan
baru datang
meskipun setelah
umat
hilal selesainya
tidak sidang terhalang
terlihat karena isbat, secara
olehastronomi
cuaca, belum masih
dibawah ufuk,
3. kalender hijriahNU merayakanke
internasional hari
VIraya berbedaal-mukarromah
di mekkah dengan Pemerintah
1985 yaitu 4 April bahwa
menyatakan 1992 M1
Ramadan 1407 H jatuh pada tanggal 29 April 1987 M
KRITERIA MABIMS
Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura

Pada tahun 1992 M, Indonesia bersama negara-negara MABIMS telah menyepakati kriteria
bersama untuk dijadikan dasar dalam penentuan awal bulan hijriah. Yaitu :
 ketinggian hilal tidak kurang dari 2 derajat,
 Jarak sudut Matahari ke Bulan tidak kurang dari 3 derajat, dan
 Ketika Matahari terbenam umur bulan tidak kurang dari 8 jam
Inskonsistensi Putusan Sidang Isbat
Awal Bulan Ijtimak Tinggi, Tinggi Rukyat Keputusan Teori
elongasi
(Taqribi)
(Hakiki)
Syawal 1413 H/ Selasa, 23-3-1993, -2,5, 5 +3 √ Kamis, 25-3-1993, H+I
1993 M Jam 13.34 WIB Rukyat Ditolak,
Ramadan 1414 Sabtu, 12-3-1994, Jam - √ Senin, 14-3-1994 H+I
H/ 1993 M 14:08 WIB Ditolak, Mayoritas M. NU, Ahad, 13-
tidak melihat 3-1994 M.
Ramadan 1417 Kamis, 09-1-1997, 45’, 6 +2 √ Jum’at, 10-1-1997 R
H /1997 M Jam 11.26 WIB Diterima
Syawal 1418 H / Rabu, 28-1-1998, Jam 36’, 6 +1,8 √ Jum’at, 30-1-1998, R+I
1998 M 12.02 WIB Ditolak, NU dan MD,
Kamis, 29-1-1998
Zulhijjah 1421 Jum’at, 23-2-2001, 1,2, 4 2,5 √ Sabtu, 24-2-2001, R
H/ 2001 M Jam 15:21:42 Diterima
Zulhijjah 1422 Selasa, 12-2-2002, 1,1 , 4,8 √ Rabu, 13-2-2002 R
H/ 2002 M Jam 14:42 WIB, Diterima
Sawal 1432 H / Senin, 29/08/2011. 0o 8’ sampai 1o +2 √ Rabu, 31/08/2011 H
2011 M 38’ Ditolak, MD berbeda
10:04
30/08/2011
Inskonsistensi Putusan Sidang Isbat
Awal Bulan Ijtimak Tinggi, Tinggi Rukyat Keputusan Teori
elongasi
(Taqribi)
Syawal
Ramadan 1413
1414 H/
1417
1418
Zulhijjah 1421 Selasa,
H / Jum’at,
Kamis, 23-3-1993,
Sabtu,28-1-1998,
Rabu, 12-3-1994,
09-1-1997, (Hakiki)
45’,
-2,5,
-
36’,
23-2-2001,Jam 1,2,65
4 +3
+2
+1,8
2,5 √
√ Jum’at,
Kamis, 25-3-
Senin, 14-3-1994
Sabtu, 30-1-
24-2-2001, H+I
10-1-1997 R
R+I
1993
H /1997
1998 M
H/ 2001 M Jam
12.0213.34
14:08
11.26
WIB WIB
WIB
15:21:42 Rukyat Ditolak,
Diterima
Ditolak, 1993,
M. NU,NU
1998, Ahad,
dan 13-
Zulhijjah 1422 Selasa, 12-2-2002, 1,1 , 4,8 √
Mayoritas tidak 3-199413-2-2002
MD,
Rabu, M.
Kamis, 29- R
Alasan
Alasan
H/ 2002 M
Pengambilan
Pengambilan Keputusan
Keputusan
Jam 14:42 WIB,
Syawal
Ramadan
Syawal 1418 1413
1417HH
H melihat
Diterima 1-1998
Alasan Pengambilan
1. Kesepakatan
Persaksian hilal Keputusan Syawal 1414 H Holeh
Alasan
1. Data Ahliditolak
Pengambilan
hilal belum karena
Keputusan
hisab dan
imkan atau tidakmencapai
ru’yat
Zulhijjah
belum di1421
isbat danhakim.
Zulhijjah
kriteria MABIMS 1422 H
1.
2. Persaksian
1. hilal
Hasil berhasil
Hilal rukyat ditolak bertentangan
bertentangan
dirukyat dengan dengan
hisab hisab mu’tabarah
mu’tabarah
Ketetapan
2. Merujuk inipada
membuat
kitab jarak antara
hasiyah rukyat
qalyubi dandan hisab semakin
al-khulasah lebar,bahwa
al-wafiah karenahanya
secara astronomi
hisab yang
2.
2. NU
3. dapatberbeda
Tinggi
Laporan hilal dengan
dalam
rukyat di pemerintah
hisab
terima hakiki
karena menunjjukkan
mayoritas negatif
kondisi hilal sangat
dijadikan tidak
dasar masuk dalam
penetapan awal bulanmelihat
kriteria astronomihilal meskipun berbeda dengan kreteria
MABIMS
3. NU dan Muhammadiayh berbeda dengan pemerintah
Faktor inkonsistensi putusan sidang isbat

Pengambilan
Perbedaan keputusan lebih
paradigmatik Kriteria 238 mengarah
hisab dan masih kepada hasil
rukyah yang dipersoalkan kesepakatan
masih sulit secara anggota sidang
dipertemukan astronomis. saat melakukan
secara praktik. sidang isbat
Harmonisasi Kriteria Penetapan Awal Bulan Hijriah dalam menyelesaikan problem inkonsistensi

Perbedaan Motede/Kreteria penetapan


awal bulan hijriah di Indonesia Perbandingan dengan Kriteria Internasional
Elonga Beda AZ Beda
Ormas Metod Kriteria Kriteria Tinggi Umur Mukus
si arc
e
Babylonia >24 j 12° 48 m
NU Rukyat 2o Danjon 7° 0° Berlaku, Az besar h kecil, Az kecil h
besar
Al-Jam’iyatul Rukyat Tinggi 2o, elongasi
M. Ilyas >< 0° >16 40 m
al-Washliyah 3o, dan umur 8 jam 10.5°
Al-Irsyad al- Rukyat Ikut Pemerintah LAPAN ><4° ><6.4°
Islamiyah Turki 5° 8° 8j
IICP ><4° 16 4,5° 40 m
Muhammadiyah Hisab Wujudul hilal 10° 0°
Persis Hisab Beda 4o, elongasi MABIMS 2° 3° 8j
6,4o
Harmonisasi Kriteria Penetapan Awal Bulan Hijriah dalam
menyelesaikan problem inkonsistensi

Untuk mewujudkan paradigma dan kriteria yang harmonis, maka perlu mengoreksi kriteria
imkanur rukyat pada MABIMS dengan kriteria yang lebih ilmiah, karena imkanur rukyat
merupakan perpaduan antara hisab dan rukyat.

maka diusulkan kriteria imkan rukyat yang baru dengan dua parameter yaitu: tinggi bulan
minimal 3 derajat dan elongasi bulan minimal 6,4 derajat
1972 BHR didirikan dan berstatus resmi dan berada
di bawah naungan Dirjen Bimas Islam Peran Pemerintah dalam upaya Penyatuan
kalender
Tujuan
Tim Falakiyah

Mengupayakan terciptanya kebersamaan dalam


Kegiatan penetapan tanggal 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10
Zulhijjah
BHR/

Perwakilan dari Departemen Agama


Perwakilan dari BMG  Melaksanakan penelitian, pengkajian, dan
Anggota

pengembangan hisab rukyat.


Perwakilan dari Planetarium  Menghimpun berbagai sistem hisab rukyat yang berada
di masyarakat, dan
Ahli hisab/falak (Dosen)  Membahas kasus-kasus perbedaan penetapan awal bulan
Ahli hukum Islam Kamariah.

Ormas Islam
Peran Pemerintah dalam
upaya Penyatuan kalender
Regulator
untuk memediasi dan mengakomodasi para ahli astronomi dan
kalangan ormas Islam
Fasilitator
Menfasilitasi ormas Islam dari berbagai kalangan alhi falak
melalui kajian ilmiah tingkat nasional dan internasional seperti
lokakarya dan musyawarah kerja nisional
Eksekutor
Penetapan awal bulan Hijriah melalui sidang isbat.
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam upaya
Penyatuan kalender Hijriah

‫سائِ ِل ِاِل ْجتِ َها ِد يَ ْرفَ ُع ْال ِخ ََلف‬


َ ‫ُح ْك ُم ْال َحا ِك ِم فِي َم‬

Untuk mewujudkan kalender yang tunggal khususnya Umat Islam atau bahkan ormas hendaknya mengikuti
di Negara ini, hendaknya pemerintah menggunakan keputusan pemerintah, karena keputusan pemerintah
otoritasnya dan menyatakan secara tegas bahwa adalah keputusan bersma
kalender hijriah harus menggunakan kritteria tunggal
yang telah menjadi ksesepakatan Bersama.
DINAMIKA PENETAPAN AWAL BULAN HIJRIAH DI
INDONESIA UNTUK MENCARI TITIK TEMU

Sekian
Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai