Anaerobic Aerobic Submerged Bio filter adakah salah satu dari berbagai macam STP dengan proses
pengolahan biologis. Terjadi reaksi kimia biologis didalam reaktor reaktor STP. Untuk menghitung
kapasitas peralatan dan dimensi bak bak reaktor, terlebih dahulu kita harus memahami cara kerja dari
STP itu sendiri. Dalam pikiran kita tentunya terbayang rumus-rumus rekasi kimia yang sangat rumit,
sulit dimenegerti dan menakutkan. Nah, dalam tulisan saya kali ini saya tidak akan menyentuh
tentang rumitnya reaksi kimia bilologis yang terjadi di dalam STP, tetapi sebaliknya saya mengajak
para pembaca untuk mencoba merancang sebuah STP dengan menggunakan parameter parameter
besaran FISIKA. Parameter yang dipakai di sini adalah Debit (satuan volume per satuan waktu), Luas
(panjang x lebar) dan Volume (panjang x lebar x tinggi). Reaksi - reaksi kimia itu telah
disederhanakan menjadi koefisien - koefisien dengan nilai tertentu yang didapat dari percobaan,
penelitan secara empirik ataupun perhitungan dari penelitan para pakar. Nama lain yang biasa
dipakai dipasaran adalah :
Banyak sekali vendor - vendor yang memproduksi STP / IPAL jenis ini dalam bentuk paket dengan
konstruksi fiber glass sebagai tanki reaktornya. Terkadang vendor hanya memberikan informasi
kapasitas dalam satuan M3/hari untuk produk produknya tanpa memberikan penjelasan dengan jelas
mengenai jenis dan voleume media yang digunakan juga kapasitas rotating equipment yang
dipasang. Ada baiknya kita menentukan dengan spesifik dari komponen-komponen STP yang akan
dipasang pada bangunan yang kita rancang.
Berikut ini adalah contoh hitungan sederhana untuk menentukan dimensi dari bak-bak reaktor atau
peralatan rotating equpiment / peralaltan berputar dari STP / Sewage Treatment Plant Anaerobik
Submerged Bio Filter.
Perhitungan Disain
BAk pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi
sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruangan yang di lengkapi dengan bar screen pada
bagian inletnya.
30
60 x 24
Dimensi Bak :
Panjang: 4,0 m
Lebar: 1,6 m
Tebal Dinding: 20 cm
5
Volume bak yang diperlukan = hari X 300 m3 / hari = 62.5 m3
24
Panjang bak: 8m
Tebal Dinding: 20 cm
Chek :
Volume efektif: 64 m3
Debit air limbah = 300 m3 /hari = 12,5 m3/jam = 208,34 liter per menit.
Spesifikasi Pompa:
Total Head: 5 – 8 m
Efisiensi: 25 %
3
Volume bak yang diperlukan = x 300 m3 =137,5 m3
24
Dimensi Ditetapkan :
Lebar: 4,0 m
Panjang: 5,0 m
Tebal dinding: 20 cm
Chek :
4 m x 5,0 m x 2 m
T = 3,2 jam
300m3 / hari
4 m x 5,0 m
1.2.5.Biofilter Anaerob
BOD Keluar: 45 mg/l
Unutk pengolahan air dengan proses biofilter standar BEban BOD per volume media0,4 –
4,7 kg BOD / m3. hari
Beban BOD di dalam air limbah = 300 m3 / hari X 225 g/m3 = 67,5 kg / hari
67,5 kg/hari
1,0 kg/m3.hari
112,5 m3
= 9 jam
Dimensi :
Lebar : 4,0 m
Panjang: 14,0 m
112 m3
= 9 jam
66,5 kg BOD/hari
(4 x 14 x 1,2) m3
Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari. (Ebie Kunio, 1995)
1.2.6.Biofilter Aerob
BOD Masuk: 45 mg/l
Efisiensi: 60%
BOD Keluar: 18 mg/l
Beban BOD di dalam air limbah = 300 m3/hari X 45 g/m3= 13500 g/hari = 6,75 kg/hari
Beban BOD per volume media yang digunakan = 0,5 kg/m3. hari
Biofilter aerob terdiri dari dua ruangan yakni ruang aerasi dan ruang bed Media.
Ruang aerasi :
Lebar: 4,0 m
Panjang: 4,0 m
Lebar: 4,0 m
Panjang: 4,8 m
Tebal dinding: 20 cm
Chek :
Chek :
BOD Loading Per volume media = (13,5 / 28,8) = 0,47 Kg BOD/m 3.hari.
Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik 150 m2/m3, maka :
Kebutuhan oksigen di dalam reactor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang
dihilangkan.
Jadi :
16,2 kg/hari
=
= 59,6 m3/hari
Efisiensi Difuser = 3 %
59,6 m3/hari
0,05
= 820 liter/menit
Spesifikasi Blower :
Kelistrikan: 1 fase
Difuser Udara :
Tipe Difuser yang digunakan : Perforated Pipe Diffuser atau yang setara (diffuser bentuk
piringan dll)
BOD Masuk: 20 mg/l
BOD Keluar: 20 mg/l
24
Dimensi :
Lebar: 4,0 m
Panjang: 5,0 m
Tebal dinding: 20 cm
Chek :
4 m x 5,0 m x 2 m
4 m x 5,0 m
Media biofilter yang digunakan adalah media dari bahan plastic yang ringan, tahan lama,
mempunyai luas spesifik yang besar, ringan serta mempunyai volume rongga yang besar
sehingga resiko kebuntuan media sangat kecil.
Ukuran MModul: 25 cm x 30 cm x 30 cm
Diameter lubang: 3 cm x 3 cm
Jumlah, total media yang dibutuhkan = 67.5 m3 + 28.8 m3 = 96.3 m3
Spesifikasi Pompa:
Hitungan ini saya sadur dan dari berbagai sumber yang ditulis oleh pakar peneliti ahli di
negeri ini. Mudah mudahan ada guna dan manfaatnya.
Bagaimana gambar dimensional dari rancangan STP ini ? jawabannya akan saya posting
pada potingan berikutnya.
Dibawah ini contoh gambar denah furnitur dan perkiraan titik - titik utilitas
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 18.40 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: MEP
Diagram Satu Garis Pemanggil Perawat
Gambar Diagram Satu Garis Pemanggil Perawat / Nurse Call Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 18.20 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Gambar di atas adalah contoh sketsa layout ruang pompa hydrant
- springkler dan pompa booster
Spesifikasi Pompa Pemadam Kebakaran
ELECTRIC FIRE PUMP, ELECTRIC JOCKEY PUMP, DIESEL FIRE PUMP C/W FIRE
PUMP CONTROLLER, The fire pump, driver, controller, and accessories shall all be
furnished by the pump manufacturer. The pumping unit shall be listed by
Underwriters’ Laboratories, Inc. (UL) and/or Factory Mutual Research Corp. (FM).
The pumping unit shall also meet the requirements of the National Fire Protection
Association, pamphlet No. 20 (NFPA 20), and be acceptable to the authority having
jurisdiction.
Tapak atau site tempat atau lokasi dimana bangunan itu berdiri struktur bangunan yang
merupakan penopang utama supaya bangunan bisa berdiri building empelove yang merupakan
bagian perimeter pembungkus luar sebuah bangunan,baik dari sisi samping, atas maupun bawah.
Partisi yang merupakan sekat antar ruangan - ruangan yang berada di dalam bangunan
Bukaan yang marupakan jalan sirkulasi bagi penghuni bangunan, atau cahaya atau udara.
Isi dari bangunan itu sendiri.
tidak hanya terbatas dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada banyak lagi komponen
komponen bangunan. Dapat kita simpulkan, sebuah bangunan bisa berdiri kokoh dengan struktur
bangunan yang memadai mampu menopang semua beban struktur, pembungkus bangunan dapat
melindungi isi bangunan dari gangguan cuaca, panas matahari, hujan, debu dan pengganggu dari
luar. Fungsi fungsi ruang pada bangunan terjaga dengan adanya sekat - sekat antara ruang. Sirkulasi
penghuni bangunan yang efektif disesuaikan dengan fungsi dari bangunan tersebut. Pasokan udara
segar dan pertukaran udara yang memadai, dan masuknya sinar matahari yang mencukupi ke dalam
bangunan untuk mencegah kelembaban yang berlebihan. Itulah kira kira sekilas tentang bagaimana
sebuah bangunan bekerja.
Selain prinsip kerja sebuah bangunan, hal lain yang menjadi dasar pemikiran adalah prinsip prisip
pemindahan panas. Panas dapat berpindah dari dengan cara sebagai berikut :
Konduksi ; rambatan
Kenveksi : aliran
Radiasi : pancaran
Untuk saat ini kita belum membahas lebih dalam lagi mengenai teori dasar thermodinamika, karena
memerlukan bahasan yang sangat panjang dan waktu yang sangat lama.
Mengkondisikan udara di dalam ruangan dilakukan dengan cara meyerap panas dari ruangan dengan
suatu mesin pendingin udara, sehingga suhu ruangan turun sesuai dengan suhu yang diharapkan.
Besarnya kapasitas dari mesin pengkondisian udara ini di sebut kapasitas pendinginan atau cooling
capacity. Untuk Effisensi energi, besarnya kapasitas mesin pendinginan udara ini harus harus sama
dengan daya yang diperlukan untuk menurunkan panas ruangan dari suhu awal ke suhu rancangan.
Faktor faktor yang mempengaruhi penambahan panas dalam ruangan, baik faktor internal maupun
eksternal harus diperhitungkan untuk menentukan berapa besar kapasitas mesin pendingain yang
akan dipasang. Jika kapasitas mesin pendingin udara terlalu kecil maka suhu yang diingikan tidak
akan tercapai, jika terlalu besar, terjadi pemborosan energi dan investasi.
Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke detector dan
ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di
dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan
api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel
dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire
Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan dengan Panel
Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan antar detector satu dengan lainnya dilakukan
secara PARALEL dengan syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus ada titik AWAL dan ada
titik AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir
dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang satu
buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah EOL Resistor ini dipasang
di UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop.
Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).
3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing yang berupa
lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang
disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat
detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu.
Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah seperti ini:
4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan dengan Panel
Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke
sensor yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai
supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan dengan terminal bertanda
ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa
Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar
mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler
system ataureleasing agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara
12VDC sampai dengan 24VDC.
Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel,
perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam
hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan
identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi
berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone
bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor
Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable
(istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional yang memiliki
module yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus dihubungkan
dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada contoh di bawah ini:
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat ditentukan secara berurutan,
misalnya dari 001 sampai dengan 127.
Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan sistem
konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah module
adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah"
ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan Addressable, hanya saja satu
module melayani beberapa detector konvensional.
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah terminal Loop.Dalam
satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa
sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk model panel
addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel
addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama dengan 254 zone dan seterusnya.
3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama
semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika
kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di
dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-
Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.
Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa
sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian
plafon 4m.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita
menempatkanHeat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus
mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang
kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam
(tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas
karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin)
dan sejenisnya.
4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi
detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada
hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.
-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu
halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api (spark), seperti
di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini
menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam
jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan
sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa
juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu
saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel".
5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa
mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan
LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak
terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya
akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana ilustrasi di
bawah ini:
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah
detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam
ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari
4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon
dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke
udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.
PERINGATAN - Dapur atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat berbahaya
dan berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat mudah terbakar (highly
flammable).
Conventional Fire Alarm Control Panel
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh
seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan
maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakaninti dari semua
sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada
sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial
menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan
merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan
sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan kapasitas
panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di
bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil
apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator
lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi
selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang
memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera
dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun ditempatkan
dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif
jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah
yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire
Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah.
Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi
bel terdengar paling nyaring.
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai
pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs dikatakan begini:
"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem with a
circuit or if something is working properly".
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya
berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem
yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya
tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator
yang berkedip-kedip.
Unjuk kerja kompresor sentrifugal berkaitan dengan beberapa parameter utama, yaitu :
Head
Efisiensi
Kapasitas
Daya
Untuk dapat mengetahui harga masing-masing parameter berdasarkan kondisi operasi, maka digunakan
berbagai rumus perhitungan dan proses pendekatan. Kompresor sentrifugal didalam proses kerjanya dapat
ditinjau dengan menggunakan dua pendekatan :
1. Proses adiabatic (isentropic), yaitu proses dengan menggunakan asumsi ideal, dimana proses berlangsung pada
entropi konstan (tidak ada panas yang masuk dan keluar) meskipun pada kenyataannya energi panas tidak bisa
2. Proses Politropik adalah proses kerja aktual yang dihasilkan oleh kompresor itu sendiri.
1. Head
1.1 Head isentropik
Head isentropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada proses isentropic.
Yang ditujukan dalam rumus :
Perbedaan head isentropik dan head aktual, ditunjukan pada gambar Isentropic Versus Actual Compression
Proses.
Untuk mencari harga eksponen politropik (n) digunakan persamaan :
Dimana :
T1 = Temperatur pada sisi suction.
T2 = Temperatur pada sisi discharge.
P1 = Tekanan pada sisi suction.
P2 = Tekanan pada sisi discharge.
Proses kompresi dalam kompresor dapat diasumsikan berlangsung secara isentropic, dimana gas masuk pada
suhu dan tekanan tertentu (P1 dan T1), sehingga diperoleh harga entropi masuk (S1).
Pada proses isentropic dimana S1 = S21, dapat ditentukan suhu gas keluar kompresor yaitu T21 sedangkan
pada proses aktual gas keluar kompresor pada suhu T2.
2. Efisiensi
3. Kapasitas
Kapasitas kompresor sentrifugal dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti :
1. Inlet volume flow (ICFM) atau actual inlet volume flow (ACFM).
2. Standard inlet volume flow (SCFM) pada kondisi standard yaitu pada tekanan 14,7 psia dan suhu 60oF = 520o R.
3. Mass flow rate : kapasitas yang dihitung dalam laju aliran massa dengan satuan lbm/minute.
Hubungan antara kondisi standard dengan kondisi inlet (actual), dapat digunakan persamaan gas ideal :
Dimana :
Ps = Tekanan standard = 14,7 psia
Ts = Temperatur standard = 60o F = 520o R
maka didapat :
Bila kapasitas dihitung dalam laju aliran massa, maka harus dilihat hubungan kapasitas dan laju aliran massa.
2
Catatan : Angka 144 merupakan faktor konversi dari psia ke lb/ft Karena 1 foot-pound = 12 inch-
.
2
pound, maka 1 lb/ft = 144 psi.
Bila dikoreksi terhadap faktor kompresibilitas, maka :
4. Daya
Ada beberapa daya yang berhubungan dengan gas :
4.1 Daya gas
Daya yang di terima oleh gas di namakan gas power atau aerodinamic power yang dapat dihitung dengan
persamaan :
4.2. Daya kompresor
Daya dihitung dengan persamaan :
2. Siapkan tabel berat molekul, tekanan kritis, dan temperatur kritis setiap fraksi gas.
3. Masukan juga nilai kalor spesifik pada tekanan konstan, Cp untuk setiap gas, pada temperatur kondisi
campuran. (dengan satuan berbasis mol, seperti Btu/lbm mol atau J/k mol. K).
4. Hitung dan buat daftar kontribusi dari setiap gas untuk berat molekul, tekanan kritis, temperatur kritis dan panas
5. Jumlahkan masing-masing kontribusi setiap gas hingga didapat parameter dalam kondisi campuran (BM mix, Pc
7. Hitung nilai tekanan reduksi (Pr) dan temperatur reduksi (Tr) untuk mendapatkan faktor kompesibilitas, dengan
persamaan :
9. Dapatkan nilai faktor kompesibilitas (Z) dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada grafik kompresibilitas.
Unjuk kerja kompresor centrifugal dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh Suhu Gas Masuk (T1)
Bila suhu gas masuk naik menyebabkan :
Untuk menjaga tekanan gas keluar kompresor yang konstan, maka kompresor diharuskan beroperasi dengan
Naiknya kebutuhan daya yang diperlukan sesuai dengan perbandingan putaran pangkat 3.
Kenaikan daya yang diperlukan kompresor sesuai dengan perbandingan kenaikan diameter impeller pangkat 3.