Anda di halaman 1dari 50

Sabtu, 28 April 2012

STP Anaerobic Aerobic Submerged Bio filter 300 m3 / hari


Setelah kita menghitung debit air buangan dari bangunan, selajutnya kita menghitung kapasitas STP,
Setelah itu kita memilih type STP yang cocok. kebanyakan para perancang Plumbing bangunan,
jarang sekali bahkan boleh dibilang tidak pernah merancang Sewage Treatment Plant.
Kebanyakannya menyerahkan sepenuhnya kepada vendor. Hal ini mungkin karena kerumitan atau
mungkin karena waktu perencanaan yang sangat mepet. Merancang STP pada dasarnya adalah
merancang dimensi dan kapasitas peralatan STP.

Anaerobic Aerobic Submerged Bio filter adakah salah satu dari berbagai macam STP dengan proses
pengolahan biologis. Terjadi reaksi kimia biologis didalam reaktor reaktor STP. Untuk menghitung
kapasitas peralatan dan dimensi bak bak reaktor, terlebih dahulu kita harus memahami cara kerja dari
STP itu sendiri. Dalam pikiran kita tentunya terbayang rumus-rumus rekasi kimia yang sangat rumit,
sulit dimenegerti dan menakutkan. Nah, dalam tulisan saya kali ini saya tidak akan menyentuh
tentang rumitnya reaksi kimia bilologis yang terjadi di dalam STP, tetapi sebaliknya saya mengajak
para pembaca untuk mencoba merancang sebuah STP dengan menggunakan parameter parameter
besaran FISIKA. Parameter yang dipakai di sini adalah Debit (satuan volume per satuan waktu), Luas
(panjang x lebar) dan Volume (panjang x lebar x tinggi). Reaksi - reaksi kimia itu telah
disederhanakan menjadi koefisien - koefisien dengan nilai tertentu yang didapat dari percobaan,
penelitan secara empirik ataupun perhitungan dari penelitan para pakar. Nama lain yang biasa
dipakai dipasaran adalah :

 STP bio media


 STP biofilter
 STP bio
 dan lain lain

Banyak sekali vendor - vendor yang memproduksi STP / IPAL jenis ini dalam bentuk paket dengan
konstruksi fiber glass sebagai tanki reaktornya. Terkadang vendor hanya memberikan informasi
kapasitas dalam satuan M3/hari untuk produk produknya tanpa memberikan penjelasan dengan jelas
mengenai jenis dan voleume media yang digunakan juga kapasitas rotating equipment yang
dipasang. Ada baiknya kita menentukan dengan spesifik dari komponen-komponen STP yang akan
dipasang pada bangunan yang kita rancang.

Berikut ini adalah contoh hitungan sederhana untuk menentukan dimensi dari bak-bak reaktor atau
peralatan rotating equpiment / peralaltan berputar dari STP / Sewage Treatment Plant Anaerobik
Submerged Bio Filter.

Kapasitas Disain yang direncanakan

Kapasitas Pengolahan: 300 m3 per hari

: 12,5 m3 per jam

: 208,34 liter per menit

BOD Air Limbah rata-rata: 300 mg/l

Konsentrasi SS: 300 mg/l

Total efisiensi Pengolahan: 90-95 %


BOD Air Olahan: 20 mg/l

SS Air Olahan: 20 mg/l

Perhitungan Disain

1.2.1.Disain BAk Pemisah Lemak/Minyak

BAk pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi
sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruangan yang di lengkapi dengan bar screen pada
bagian inletnya.

Kapasitas pengolahan: 300 m3 per hari

: 12,5 m3 per jam

: 208,34 liter per menit

Kriteria perencanaan: Retention Time =  30 menit.

30

Volume bak yang diperlukan =hari X 300 m3/hari = 6.25 m3

60 x 24

Dimensi Bak :

Panjang: 4,0 m

Lebar: 1,6 m

Kedalam air: 1,0 m

Ruang Bebas: 0.,5 m

Volume Efektif: 3,6 m3

Konstruksi: Beton K300

Tebal Dinding: 20 cm

1.2.2.Disain Bak Ekualisasi / Bak Penampung Air Limbah

Waktu Tinggal di dalam Bak (HRT) = 4-8 Jam

Ditetapkan : Waktu tinggal di dalam bak ekualisasi 5 jam. Jadi,

5
Volume bak yang diperlukan =  hari X 300 m3 / hari = 62.5 m3

24

Ditetapkan : Dimensi Bak :

Kedalaman bak: 2,0 m

Lebar bak: 4,0 m

Panjang bak: 8m

Tinggi Ruang Bebas: 0,5 m

Konstruksi: Beton K275

Tebal Dinding: 20 cm

Chek :

Volume efektif: 64 m3

Waktu Tinggal: HRT di dalam Bak = 5,12 jam

1.2.3.Pompa Air Limpah (PL)

Debit air limbah = 300 m3 /hari = 12,5 m3/jam = 208,34 liter per menit.

Spesifikasi Pompa:

Tipe: Pompa Celup / submersible pump

Tipe Kapasitas: 220 liter per menit

Total Head: 5 – 8 m

1.2.4.Bak Pengendapan Awal

Debit Air Limbah: 300 m3 / hari

BOD Masuk: 300 mg/l

Efisiensi: 25 %

BOD Keluar: 225 mg/l

Waktu Tinggal Di dalam BAk = 2 – 4 jam

3
Volume bak yang diperlukan =  x 300 m3 =137,5 m3

24

Dimensi Ditetapkan :

Lebar: 4,0 m

Kedalaman air efektif: 2,0 m

Panjang: 5,0 m

Tinggi ruang bebas: 0,4 m (disesuaikan dengan kondisi lapangan)

Konstruksi: Beton K275

Tebal dinding: 20 cm

Chek :

Waktu Tinggal 9Retention Time) rata-rata (T) =

4 m x 5,0 m x 2 m

T = x 24 jam / hari =

300 m3 / hari

T = 3,2 jam

300m3 / hari

Beban permukaan (surface loading) =  =15 m3 / m2. hari

4 m x 5,0 m

 Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,6 Jam

(asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).

 Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 15 m3 / m2. hari


 Beban permukaan pada saat puncak = 30 m3 / m2. hari
 Standar : Waktu tinggal : 2 – 4 jam
 Beban permukaan : 20 – 50 m3/m2. hari. (JWWA)

1.2.5.Biofilter Anaerob

BOD Masuk: 225 mg/l


Efisiensi: 80%

BOD Keluar: 45 mg/l

Debit Limbah: 300 m3 / hari

Unutk pengolahan air dengan proses biofilter standar BEban BOD per volume media0,4 –
4,7 kg BOD / m3. hari

Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD / m3. hari.

Beban BOD di dalam air limbah = 300 m3 / hari X 225 g/m3 = 67,5 kg / hari

67,5 kg/hari

Volume media yang diperlukan =  =67,5 m3

1,0 kg/m3.hari

Volume Media = 60 % dari total Volume rekator,

Volume Reaktor yang diperlukan = 100/60 x 67,5 m3 = 112,5 m3

Waktu Tinggal Di dalam Reaktor Anaerob =

112,5 m3

= x 24 jam / hari =

150 m3 / hari

= 9 jam

Ditetapkan dimensi Reaktor Anaerob :

 Dimensi :

Lebar : 4,0 m

KEdalaman air efektif: 2,0 m

Panjang: 14,0 m

Tinggi ruang bebas: 0,4 m

Volume efektif: 112 m3

Jumlah ruang: di bagi menjadi 4 ruangan

Konstruksi: Beton K300


Tebal dinding: 20 cm

Waktu Tinggal Reaktor Anaerob rata-rata =

112 m3

= x 24 jam / hari =

300 m3 / hari

= 9 jam

 Waktu tinggal rata-rata (per ruangan): 2,25 jam


 Tinggal ruang Lumpur: 0,2 m
 Tinggi Bed media pembiakan mikroba: 1,2 m
 Tinggi air di atas bed media: 30 cm

66,5 kg BOD/hari

BOD Loading per volume media =  = 1,0 KG BOD/m3.hari.

(4 x 14 x 1,2) m3

Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari. (Ebie Kunio, 1995)

Jika Media yang dipakai mempunyai luas spesifik  150 m2/m3 media, maka:

 BOD Loading per luas permukaan media = 6,0 gr BOD/m2 per hari

1.2.6.Biofilter Aerob

Debit Limbah: 300 m3/hari

BOD Masuk: 45 mg/l

Efisiensi: 60%

BOD Keluar: 18 mg/l

Beban BOD di dalam air limbah = 300 m3/hari X 45 g/m3= 13500 g/hari = 6,75 kg/hari

Jumlah BOD yang dihilangkan = 0,6 x 13,5 kg/hari = 8,10 kg/hari

Beban BOD per volume media yang digunakan = 0,5 kg/m3. hari

Volume media yang diperlukan = (13,5/0,5) = 27,0 m3

Volume media = 40% dari Volume Reaktor 


Volume Reaktor Biafilter Aerob yang diperlukan = 100/40 x 27m3 = 67,5 m3

Biofilter aerob terdiri dari dua ruangan yakni ruang aerasi dan ruang bed Media.

Dimensi Reaktor Biofilter Aerob:

 Ruang aerasi :

Lebar: 4,0 m

Kedalaman air efektif: 2,0 m

Panjang: 4,0 m

Tinggi ruang bebas: 0,4 m

 Ruang Bed Media :

Lebar: 4,0 m

Kedalaman air efektif: 2,0 m

Panjang: 4,8 m

Tinggi ruang bebas: 0,4 m

Total Volume Efektif Biofilter Aerob = 4 m x 8,8 m x 2 m = 70,4 m3.

Konstruksi: Beton K275

Tebal dinding: 20 cm

Chek :

 Waktu tinggal total rata-rata = (70,4/300) x 24 jam = 5,6 jam


 Waktu tinggal total pada saat beban puncak : 2,8 jam
 Tinggi Ruang Lumpur : 0,5 m
 Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,5 m
 Volume total media pada biofilter aerob = 4 m x 4,8 m x 1,5 m = 28,8 m 3

Chek :

 BOD Loading Per volume media = (13,5 / 28,8) = 0,47 Kg BOD/m 3.hari.

Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.

Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik 150 m2/m3, maka :

 BOD Loading = 3,13 g BOD/m2 luas media per hari.


Kebutuhan Oksigen :

Kebutuhan oksigen di dalam reactor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang
dihilangkan.

Jadi : Kebutuhan teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan =8,1 kg/hari.

Faktor keamanan ditetapkan  2,0

Kebutuhan Oksigen Teoritis = 2 x 8,1 kg/hari = 16,2 kg/hari.

Temperatur udara rata-rata = 28 o C

Berat Udara pada suhu 28 o C = 1,1725 kg/m3.

Di asumsikan jumlah oksigen di dalam udara 23,2%.

Jadi :

Jumlah Kebutuhan Udara Teoritis =

16,2 kg/hari

= 

1,1725 kg/m3 x 0,232 g O2/g Udara

= 59,6 m3/hari

Efisiensi Difuser = 3 %

59,6 m3/hari

Kebutuhan Udara Aktual = =

0,05

= 1192 m3/hari = 0,82 m3/menit

= 820 liter/menit

Blower Udara yang di perlukan :

Spesifikasi Blower :

Kapasitas Blower: 200 liter / menit

Head: 2000 mm-aqua ( 2 meter )

Jumlah: 4 unit x 2 (paralel alternate saat beban puncak)


Power: 200 watt X 4 x 2 = 1600 watt

Pipa outlet: ½ Inc

Kelistrikan: 1 fase

Difuser Udara :

Total transfer udara = 1600 liter/menit

Tipe Difuser yang digunakan : Perforated Pipe Diffuser atau yang setara (diffuser bentuk
piringan dll)

1.2.7.Bak Pengendap Akhir

Debit Limbah: 300 m3/hari

BOD Masuk: 20 mg/l

BOD Keluar: 20 mg/l

Waktu Tinggal di dalam Bak = 2 – 4 jam

Volume bak yang diperlukan =  X 300 m3 = 37,5 m3

24

 Dimensi :

Lebar: 4,0 m

Kedalaman air efektif: 2,0 m

Panjang: 5,0 m

Tinggi ruang bebas: 0,4 m (disesuaikan dengan kondisi lapangan).

Konstruksi: Beton K275

Tebal dinding: 20 cm

Chek :

Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata =

4 m x 5,0 m x 2 m

=  x 24 jam/hari = 3,2 jam


300 m3/hari

300 m3 / hari

Beban permukaan (surface loading) = = 15 m3/m2. hari

4 m x 5,0 m

 Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,6 Jam

(asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).

 Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 15 m3/m2. hari


 Beban permukaan pasa saat puncak = 30 m3/m2. hari.
 Standar : Waktu tinggal = 2 – 4 jam
 Beban permukaan = 20 -50 m3/m2. hari (JWWA)

1.2.8.Media Pembiakan Mikroba

Media biofilter yang digunakan adalah media dari bahan plastic yang ringan, tahan lama,
mempunyai luas spesifik yang besar, ringan serta mempunyai volume rongga yang besar
sehingga resiko kebuntuan media sangat kecil.

Spesifikasi Media biofilter yang digunakan :

Material: PVC sheet

Ukuran MModul: 25 cm x 30 cm x 30 cm

Ketebalan: 0,15 – 0,23 mm

Luas Kontak Spsesifik: 150 m2/m3

Diameter lubang: 3 cm x 3 cm

Warna: bening transparan.

Berat Spesifik: 30 – 35 kg/m3

Porositas Rongga: 0,98

Jumlah, total media yang dibutuhkan = 67.5 m3 + 28.8 m3 = 96.3 m3

Spesifikasi Media Biofilter Tipe Sarang Tawon :

Tipe : Sarang Tawon, cross flow


Material : PVC
Ukuran Modul : 30 cm x 25 cm x 30 cm
Ukuran Lubang : 3 cm x 3 cm
Ketebalan : 0,5 mm
Luas Spesifik : 150 m2/m3
Berat : 30 – 35 kg/m3
Porositas Ronga : 0,98
Warna : Bening transparan

1.2.9.Pompa Air Sirkulasi lumpur

Rasio Sirkulasi Hidrolik (Hydraulic Recycle Ratio, HRR) = 0,25 – 05

Laju Sirkulasi: 75 – 150 liter per menit

Spesifikasi Pompa:

Tipe: Pompa Celup

Kapasitas: 75-150 liter per menit

Total Head: 5-6 meter

Jumlah: 2 buah (satu untuk cadangan)

Listrik: 350 watt, 220-240 volt

Hitungan ini saya sadur dan dari berbagai sumber yang ditulis oleh pakar peneliti ahli di
negeri ini. Mudah mudahan ada guna dan manfaatnya.

Bagaimana gambar dimensional dari rancangan STP ini ? jawabannya akan saya posting
pada potingan berikutnya.

Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 19.03 4 komentar 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Rabu, 18 April 2012

Ruang Genset dan Trafo


Ruang Genset dan Trafo / Power House / Transformer and Generator Set Room
Ruang Genset dan Trafo

Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 15.58 4 komentar 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Tulisan MEP diganti Gambar MEP (sementara)
Untuk sementara, dikarenakan kesibukan mengasuh anak di rumah dan kesulitan waktu luang untuk
membuat artikel, artikel - artikel tentang Mekanikal Elektrikal Plambing diganti dengan posting gambar
gambar saja. Kata orang, gambar bisa berbicara sejuta kata. Tapi jika tidak dijelaskan dengan tulisan
memang cukup sulit juga untuk dimengerti, terkecuali untuk orang yang sudah terbiasa berkecimpung
di bidang ini.
Jadi untuk sementara waktu, artikel MEP nya saya stop dulu, kecuali jika dapat sumber yang tinggal
copy  - paste, baru akan di upload artikel lagi.
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 00.07 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: MEP
Elevator
Elevator / Lift / Tranportasi Vertikal / Vertical Transportation
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 00.01 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Transportasi Vertikal

Selasa, 17 April 2012

Skematik Diagram Kolam Renang Untuk Rumah Tinggal


Skematik Diagram Kolam Renang Untuk Rumah Tinggal / Hotel / Residential
Residential Swimming Pool Schematic Diagram
SKEMATIK DIAGRAM INSTLASI PEMIPAAN KOLAM RENANG KECIL UNTUK RESIDENTIAL

Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 23.52 0 komentar 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Plambing
Diagram Skematik Instalasi Pipa Air Kotor Hotel
Diagram Skematik Instalasi Pipa Air Kotor / Diagram Skematik Instalasi Pemipaan Air Kotor / Diagram
Skematik Instalasi Pipa Air Kotor, Air Bekas dan Vent / Diagram Skematik Instalasi Pipa Air
Buangan / Waste Water Schematic Diagram / Sewage Water Schematic Diagram / Black Water,
Waste Water & Vent Schematic Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 16.09 1 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Plambing
Diagram Skematik Pemipaan Air Bersih dan Air Panas Hotel
Diagram Skematik Pemipaan Air Bersih dan Air Panas / Diagram Skematik Instalasi Pemipaan Air
Bersih dan Air Panas / Cold Water and Hot Water Schematic Diagram / Domestic Water Schematic
Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 01.25 10 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Plambing
Diagram Skematik Sistem Hydrant dan Springkler - Hotel
Diagram Skematik Sistem Hydrant dan Springkler / Diagram Skematik Instalasi Pemadam Kebakaran
/ Fire Fighting Schematic Diagram.
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 01.14 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Fire Protection

Jumat, 13 April 2012

Menentukan Utilitas Kamar Hotel


Didalam sebuah hotel, biasanya terdapat banyak kamar dengan satu atau lebih type kamar. Langkah
awal mendisain MEP sebuah kamar hotel adalah menentukan titik-titik utilitas, seperti :

 air bersih & air panas


 buangan air kotor
 exhaust fan
 fresh air fan (jika ada)
 lampu
 sakat
 Stop kontak
 outlet data
 outlet tv
 outlet telephone
 key tag
 springkler head
 Air Conditioning
 Diffuser
 Speaker
 Fire Detector
 dan lain lain
setelah titik - tiktik itu ditentukan bersama dengan arsitek, interior disainer dan struktur engineer,
kemudian kita menentukan dimensi dan posisi shaft ulitiltas. Shaft ini diusahakan tegak lurus dari
kamar hotel lantai terbawah sampai kamar teratas. Untuk menghemat ruang dan biaya, 2 unit kamar
hotel dapat menggunakan satu buah shaft. Shaft ini tidak boleh terhalang balok struktrur, dimensinya
harus mencukupi untuk lewatnya pipa - pipa, ducting, kabel dan lain lain. Untuk mempermudah
perawatan, dibuatkan pintu shaft ke arah koridor hotel.

Dibawah ini contoh gambar denah furnitur dan perkiraan titik - titik utilitas
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 18.40 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: MEP
Diagram Satu Garis Pemanggil Perawat
Gambar Diagram Satu Garis Pemanggil Perawat / Nurse Call Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 18.20 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal

Kamis, 12 April 2012

Diagram Satu Garis Kamera Pengintai CCTV


Diagram Satu Garis Kamera Pengintai CCTV / CCTV Single Line Digram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 05.47 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Diagram Satu Garis Akses Pintu
Diagram Satu Garis Akses Pintu / Acces Control Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 05.45 1 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Diagram Satu Garis Jaringan Data
Diagram Satu Garis Jaringan Data / Local Area Network Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 05.41 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Diagram Satu Garis Telephone
Berikut ini contoh Diagram Satu Garis Telepone PABX / PABX Telephone Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 05.24 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Diagram Satu Garis Tata Suara
Diagram Satu Garis Tata Suara / Sound System Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 04.47 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal

Rabu, 11 April 2012

Diagram Satu Garis Deteksi Kebakaran


Dibawah ini contoh Diagram Satu Garis Deteksi Kebakaran / Fire Alarm Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 20.25 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Diagram Satu Garis Elektrikal
Berikut ini contoh Diagram Satu Garis Elektrikal / Electrical Single Line Diagram
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 20.14 3 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Dasar - Dasar Teori Elektrikal
Untuk mempelajari perencanaan sistem Elektrikal dalam bangunan, ada baiknya kita mempelajari
teori dasar dan teori praktis tentang elektrikal. Banyak sekali buku - buku teori maupun panduan
praktis yang sudah diterbitkan. Jika ingin belajar dari internet, saya rekomendasikan link di bawah ini :
http://www3.sea.siemens.com/step/downloads.html
Kenapa saya rekomendasikan ini ?
jawabannya :
 Gratis, dan bebas untuk disebarluaskan, yang dipelukan hanya sedikit bandwidth koneski
internet
 Insinya praktis, tentang hal hal yang ada di industri atau dilapangan pekerjaan
 di buat oleh salah satu vendor yang cukup punya nama.
kesulitannya adalah buku-buku ini ditulis dalam bahasa Inggris, tapi untuk sebagian orang hal ini
mungkin tidak masalah. Mudah - mudahan link diatas bisa bermanfaat untuk yang kebetulan sedang
mencari referensi tentang sistem Elektrikal.
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 02.20 2 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Elektrikal
Belajar HVACR di Internet
Untuk mempelajari lebih dalam tentang simulasi mesin - mesin pendingin, silahkan ikuti link - link di
bawah ini :
http://www.eere.energy.gov
http://au.refrignet.danfoss.com
Untuk dasar dasar dan aplikasi mesin pendingin dan tata udara yang berbahasa
Indonesia, saya rekomendasikan di blog dan website-nya Pak Asep Hermawan :
http://hvactutorial.wordpress.com/
http://hvac-tutorial.blogspot.com/
atau fan pagenya di facebook :
http://www.facebook.com/hvac.tutorial
Atau jika ingin bergabung dengan Asosiasi Pendingin Indonesia, forum diskusi maupun
membership, silahkan ikuti forum diskusi di facebook dan ataupun website API :
http://www.facebook.com/group.php?gid=78942594929
http://asosiasipendinginindonesia.wordpress.com/
Disana dapat kita dapatkan berton - ton informasi yang sangat berguna tentang HVACR,
juga terdapat forum diskusi dan berkenalan dengan kawan - kawan yang bergerak di
industri HVAC.

Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 01.28 1 komentar 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: HVAC

Selasa, 10 April 2012

Contoh - 2 Ruang Pompa Hydrant Springkler & Pompa


Booster
 

 
Gambar di atas adalah contoh sketsa layout ruang pompa hydrant
- springkler dan pompa booster
Spesifikasi Pompa Pemadam Kebakaran
ELECTRIC FIRE PUMP, ELECTRIC JOCKEY PUMP, DIESEL FIRE PUMP C/W FIRE
PUMP CONTROLLER, The fire pump, driver, controller, and accessories shall all be
furnished by the pump manufacturer. The pumping unit shall be listed by
Underwriters’ Laboratories, Inc. (UL) and/or Factory Mutual Research Corp. (FM).
The pumping unit shall also meet the requirements of the National Fire Protection
Association, pamphlet No. 20 (NFPA 20), and be acceptable to the authority having
jurisdiction. 

a. Electric Hydrant Pump 


Type : Horizontal End Suction 
Cap : 750 gpm 
Rotary : 2900 Rpm 
Head : 120 M 
Power : 111 kw/3Phs/50 Hz 
Max Temp : 80° Celcius 
lengkap dengan asesories, Electric Fire Pump Controller 

b. Diesel Hydrant Pump 


Type : Horizontal End Suction 
Cap : 750 gpm 
Rotary : 2100 Rpm 
Head : 145 M 
Power : 110 HP 
Max Temp : 80° Celcius 
lengkap dengan asesories, tangki BBM dan Diesel Fire Pump Controller 

c. Jockey Hydrant Pump 


Type : Vertical Inline Multistages 
Cap : 50 gpm 
Rotary : 2900 Rpm 
Head : 130 M 
Power : 11 KW/3Phs/50 Hz 
Max Temp : 80° Celcius 
lengkap dengan asesories
Spesifikasi Pompa Booster
Pressure booster system supplied as compact assembly according to DIN standard
1988/T5.
All pumps are speed-controlled.
From 0.37 to 22 kW, the booster set is equipped with CR(I)E pumps with integrated
frequency converter.
As from 30 kW, the booster system is equipped with CR pumps connected to
external
Grundfos CUE frequency converters (one per pump).
- Hydro MPC-E maintains a constant pressure through continuous adjustment of
the speed of the pumps.
- The system performance is adapted to the demand through cutting in/out the
required number of pumps and through parallel control of the pumps in
operation.
- Pump changeover is automatic and depends on load, time and fault.
- All pumps in operation will run at individual speeds.
The system consists of these parts:
- 3 vertical multistage centrifugal pumps, type CRN20-5.
Pump parts in contact with the pumped liquid are made of stainless steel EN
DIN 1.4301.
Pump bases and heads are of either cast iron) or cast iron
EN-GJS-500-7 (CR), depending on pump type; other vital parts are made of
stainless steel EN DIN 1.4301.
The pumps are equipped with a service-friendly cartridge shaft seal, HQQE
(SiC/SiC/EPDM).
- Two manifolds of stainless steel EN DIN 1.4571.
- Base frame of stainless steel EN DIN 1.4301.
- One non-return valve (POM) and two isolating valves for each pump.
Non-return valves are certified according to DVGW, isolating valves according
to DIN and DVGW.
- Adapter with isolating valve for connection of diaphragm tank.
- Pressure gauge and pressure transmitter (analog output 4-20 mA).
- Control MPC in a steel cabinet, IP 54, including main switch, all required fuses,
motor protection, switching equipment and microprocessor-controlled CU 351.
Dry-running protection and diaphragm tank are available according to the list of
accessories.
Pump operation is controlled by Control MPC with the following functions:
- Intelligent multi-pump controller, CU 351.
- Constant pressure control through continuously variable adjustment of the
speed of each individual pump.
- PID controller with adjustable PI parameters (Kp + Ti).
- Constant pressure at setpoint, independent of inlet pressure.
- On/off operation at low flow.
- Automatic cascade control of pumps for optimum efficiency.
- Selection of min. time between start/stop, automatic pump changeover and
pump priority.
- Automatic pump test function to prevent idle pumps from seizing up.
- Possibility of standby pump allocation.
- Possibility of backup sensor(redundant primary sensor).
- Manual operation.
- Possibility of external setpoint influence.system on/off,
* max., min. or user-defined duty
* up to 6 alternative setpoints.
- Digital inputs and outputs can be configured individually.
- Pump and system monitoring functions:
* minimum and maximum limits of current value
* inlet pressure
* motor protection.
* Sensors and cables monitored against malfunction.
* Alarm log with the previous 24 warnings/alarms.
- Display and indication functions:
* 320 x 240 pixels graphical display with backlight
* green indicator light for operating indications and red indicator light for fault
indications
* potential-free changeover contacts for operation and fault.
- Grundfos bus communication.
Pumps, piping, cabling complete as well as Control MPC are mounted on the base
frame.
The booster system has been preset and tested.
Allowed liquid temp.: 5 °C .. 70 °C
System pressure max.: 16 bar
Flow (Plant): 87 m³/h
Flow without one stand-by pump acc. DIN 1988/T5: 58 m³/h
Flow (Pump): 22.3 m³/h
Head: 47.1 m
Mains suply: 380 - 415 V, 50 Hz, PE
Nom. current of plant: 33 A
Number of main pumps: 3
Nominal power: 5.5 kW
Starting main: electronically
Number of aux. pump(s): 0
Suction port: DN 100
Discharge port: DN 100
Net weight: 426 kg
Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 02.49 0 komentar 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: ruang pompa

Senin, 09 April 2012

Bangunan dan Perancangan Air Conditioning


Esensi dari suatu sistem perancangan air conditioning adalah bagaimana menciptakan suatu kondisi
ruangan dengan temperatur, kebersihan dan kelembaban udara yang nyaman atau sesuai dengan
keinginan atau persyaratan. Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang sistem air conditioning ada
baiknya kita sedikit mempelajari bagaimana sebuah bangunan bekerja.

Sebuah bangunan biasanya terdiri dari:

 Tapak atau site tempat atau lokasi dimana bangunan itu berdiri struktur bangunan yang
merupakan penopang utama supaya bangunan bisa berdiri building empelove yang merupakan
bagian perimeter pembungkus luar sebuah bangunan,baik dari sisi samping, atas maupun bawah.
 Partisi yang merupakan sekat antar ruangan - ruangan yang berada di dalam bangunan
Bukaan yang marupakan jalan sirkulasi bagi penghuni bangunan, atau cahaya atau udara.
 Isi dari bangunan itu sendiri.

tidak hanya terbatas dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada banyak lagi komponen
komponen bangunan. Dapat kita simpulkan, sebuah bangunan bisa berdiri kokoh dengan struktur
bangunan yang memadai mampu menopang semua beban struktur, pembungkus bangunan dapat
melindungi isi bangunan dari gangguan cuaca, panas matahari, hujan, debu dan pengganggu dari
luar. Fungsi fungsi ruang pada bangunan terjaga dengan adanya sekat - sekat antara ruang. Sirkulasi
penghuni bangunan yang efektif disesuaikan dengan fungsi dari bangunan tersebut. Pasokan udara
segar dan pertukaran udara yang memadai, dan masuknya sinar matahari yang mencukupi ke dalam
bangunan untuk mencegah kelembaban yang berlebihan. Itulah kira kira sekilas tentang bagaimana
sebuah bangunan bekerja.

Selain prinsip kerja sebuah bangunan, hal lain yang menjadi dasar pemikiran adalah prinsip prisip
pemindahan panas. Panas dapat berpindah dari dengan cara sebagai berikut :

 Konduksi ; rambatan
 Kenveksi : aliran
 Radiasi : pancaran

Untuk saat ini kita belum membahas lebih dalam lagi mengenai teori dasar thermodinamika, karena
memerlukan bahasan yang sangat panjang dan waktu yang sangat lama.

Mengkondisikan udara di dalam ruangan dilakukan dengan cara meyerap panas dari ruangan dengan
suatu mesin pendingin udara, sehingga suhu ruangan turun sesuai dengan suhu yang diharapkan.
Besarnya kapasitas dari mesin pengkondisian udara ini di sebut kapasitas pendinginan atau cooling
capacity. Untuk Effisensi energi, besarnya kapasitas mesin pendinginan udara ini harus harus sama
dengan daya yang diperlukan untuk menurunkan panas ruangan dari suhu awal ke suhu rancangan.
Faktor faktor yang mempengaruhi penambahan panas dalam ruangan, baik faktor internal maupun
eksternal harus diperhitungkan untuk menentukan berapa besar kapasitas mesin pendingain yang
akan dipasang. Jika kapasitas mesin pendingin udara terlalu kecil maka suhu yang diingikan tidak
akan tercapai, jika terlalu besar, terjadi pemborosan energi dan investasi.

Diposkan oleh Dadan Hadiansyah di 02.54 0 komentar 

TENTANG FIRE ALARM SISTEM


Posted by Taufan Hatta

Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu: 


1. Sistem Konvensional. 
2. Sistem Addressable. 

Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke detector dan
ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di
dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan
api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel
dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire
Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti terlihat pada Gambar di bawah ini. 

Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan dengan Panel
Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan antar detector satu dengan lainnya dilakukan
secara PARALEL dengan syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus ada titik AWAL dan ada
titik AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir
dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang satu
buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah EOL Resistor ini dipasang
di UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop.
Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).
 

Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan sistem Addressable. Pada


sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang
khusus.

3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing yang berupa
lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang
disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat
detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu.
Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah seperti ini:

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan dengan Panel
Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke
sensor yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai
supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan dengan terminal bertanda
ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa
Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar
mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler
system ataureleasing agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara
12VDC sampai dengan 24VDC. 

Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel,
perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam
hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan
identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi
berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone
bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
 
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor
Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable
(istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional yang memiliki
module yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus dihubungkan
dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada contoh di bawah ini: 
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat ditentukan secara berurutan,
misalnya dari 001 sampai dengan 127. 

Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan sistem
konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah module
adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah"
ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan Addressable, hanya saja satu
module melayani beberapa detector konvensional.
 

Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah terminal Loop.Dalam
satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa
sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk model panel
addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel
addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama dengan 254 zone dan seterusnya. 

Jenis-jenis Detector Fire Alarm 


 

1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector 


Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat ini,
karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon
4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan
max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan
temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC -
63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran
(diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah
sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas. Karena
tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya
dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya
adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat
kontaknya adalah NO (Normally Open). 
 
2. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru
mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt,
gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan
terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi.
Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon
antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh
terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO
(Normally Open). 

3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama
semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika
kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di
dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-
Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.
Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa
sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian
plafon 4m. 

Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita
menempatkanHeat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus
mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah: 

Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang
kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam
(tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya. 

Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas
karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin)
dan sejenisnya. 

Jenis Smoke Detector: 


Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif
Am di dalam ruang detector (smoke chamber). 
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya lampu LED
di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.
 
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih
mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga
dan ruangan tidur. 
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok untuk
di hallway(lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan karenanya boleh
diletakkan di dekat dapur. 

4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi
detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada
hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.
-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu
halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api (spark), seperti
di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini
menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam
jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan
sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa
juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu
saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel".
 

5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa
mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan
LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak
terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya
akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana ilustrasi di
bawah ini:
 
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah
detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam
ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari
4m. 

Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon
dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke
udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m. 

PERINGATAN - Dapur atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat berbahaya
dan berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat mudah terbakar (highly
flammable). 
Conventional Fire Alarm Control Panel 

Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh
seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan
maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakaninti dari semua
sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada
sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial
menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan
merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan
sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan kapasitas
panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di
bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil
apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator
lainnya. 

Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi
selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang
memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera
dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran. 

Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan keseluruhan sistem


bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai
menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem
yang kita uji.

"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:


1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp. 
3. Fire Bell.

Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun ditempatkan
dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api). 
 

1. Manual Call Point (MCP) 


Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara
memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency
Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu
aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang: 
-sering terlihat oleh banyak orang, 
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan, 
-mudah dijangkau. 
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci
khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa
diganti dengan yang baru. 
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan
komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada
MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi. 

2. Fire Bell 
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif
jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah
yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire
Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah.
Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi
bel terdengar paling nyaring. 
3. Indicator Lamp 
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai
pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs dikatakan begini: 

"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem with a
circuit or if something is working properly". 
 

Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya
berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem
yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya
tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator
yang berkedip-kedip. 

4. Remote Indicating Lamp 


Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran. Ingat
kembali pembahasan ini pada Judul Bagian 1. Detector Heat atau Smoke yang akan dihubungkan dengan unit ini
harus ditempatkan pada Mounting Base 3-kabel. Lampu ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room),
seperti ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan maksud agar gejala kebakaran di
dalam dapat diketahui oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini bisa juga dipasang di luar kamar hotel
(sepanjang hallway), rumah sakit dan ruangan yang semisalnya.
Bersambung pada artikel berikutnya..... 

DASAR PERHITUNGAN UNJUK KERJA KOMPRESOR SENTRIFUGAL


Share

Unjuk kerja kompresor sentrifugal berkaitan dengan beberapa parameter utama, yaitu :

 Head

 Efisiensi

 Kapasitas

 Daya
Untuk dapat mengetahui harga masing-masing parameter berdasarkan kondisi operasi, maka digunakan
berbagai rumus perhitungan dan proses pendekatan. Kompresor sentrifugal didalam proses kerjanya dapat
ditinjau dengan menggunakan dua pendekatan :

1. Proses adiabatic (isentropic), yaitu proses dengan menggunakan asumsi ideal, dimana proses berlangsung pada

entropi konstan (tidak ada panas yang masuk dan keluar) meskipun pada kenyataannya energi panas tidak bisa

dirubah secara keseluruhan menjadi kerja, karena ada kerugian.

2. Proses Politropik adalah proses kerja aktual yang dihasilkan oleh kompresor itu sendiri.

1. Head
1.1 Head isentropik
Head isentropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada proses isentropic. 
Yang ditujukan dalam rumus :

1.2. Head Politropik


Head politropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada proses polytropik reversible
dengan kondisi gas masuk dan keluar kompresor yang sama.
Yang di tujukan dalam rumus :

Perbedaan head isentropik dan head aktual, ditunjukan pada gambar Isentropic Versus Actual Compression
Proses.
Untuk mencari harga eksponen politropik (n) digunakan persamaan :

Dimana :
T1 = Temperatur pada sisi suction.
T2 = Temperatur pada sisi discharge.
P1 = Tekanan pada sisi suction.
P2 = Tekanan pada sisi discharge.

Proses kompresi dalam kompresor dapat diasumsikan berlangsung secara isentropic, dimana gas masuk pada
suhu dan tekanan tertentu (P1 dan T1), sehingga diperoleh harga entropi masuk (S1).

Pada proses isentropic dimana S1 = S21, dapat ditentukan suhu gas keluar kompresor yaitu T21 sedangkan
pada proses aktual gas keluar kompresor pada suhu T2.

2. Efisiensi

2.1. Efisiensi isentropik


Effisiensi isentropic adalah perbandingan antara head isentropic dengan head aktual.
Effisiensi isentropic dapat dihitung dengan persamaan :
2.2. Effisiensi Politropik
Efisiensi politropik dari sebuah kompresor merupakan perbandingan antara head politropik dengan head
isentropik.
Rumus efisiensi politropik adalah :

3. Kapasitas
Kapasitas kompresor sentrifugal dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti :

1. Inlet volume flow (ICFM) atau actual inlet volume flow (ACFM).

2. Standard inlet volume flow (SCFM) pada kondisi standard yaitu pada tekanan 14,7 psia dan suhu 60oF = 520o R.

3. Mass flow rate : kapasitas yang dihitung dalam laju aliran massa dengan satuan lbm/minute.
Hubungan antara kondisi standard dengan kondisi inlet (actual), dapat digunakan persamaan gas ideal :

Dimana :
Ps = Tekanan standard = 14,7 psia
Ts = Temperatur standard = 60o F = 520o R
maka didapat :
Bila kapasitas dihitung dalam laju aliran massa, maka harus dilihat hubungan kapasitas dan laju aliran massa.


Catatan : Angka 144 merupakan faktor konversi dari psia ke lb/ft Karena 1 foot-pound = 12 inch-

2
pound, maka 1 lb/ft  = 144 psi.
Bila dikoreksi terhadap faktor kompresibilitas, maka :

4. Daya 
Ada beberapa daya yang berhubungan dengan gas :
4.1 Daya gas
Daya yang di terima oleh gas di namakan gas power atau aerodinamic power yang dapat dihitung dengan
persamaan :
4.2. Daya kompresor
Daya dihitung dengan persamaan :

4.3. Daya penggerak


Dihitung dengan persamaan :

5. Perhitungan Gas Propertis

Untuk menghitung gas propertis, digunakan langkah sebagai berikut :

1. Siapkan data komposisi gas campuran dengan setiap mol fraksinya.

2. Siapkan tabel berat molekul, tekanan kritis, dan temperatur kritis setiap fraksi gas.

3. Masukan juga nilai kalor spesifik pada tekanan konstan, Cp untuk setiap gas, pada temperatur kondisi

campuran. (dengan satuan berbasis mol, seperti Btu/lbm mol atau J/k mol. K).

4. Hitung dan buat daftar kontribusi dari setiap gas untuk berat molekul, tekanan kritis, temperatur kritis dan panas

spesifik dengan mengalikannya dengan mol fraksi setiap gas.

5. Jumlahkan masing-masing kontribusi setiap gas hingga didapat parameter dalam kondisi campuran (BM mix, Pc

mix, Tc mix dan Cp mix).


6. Hitung nilai perbandingan panas spesifik, K dengan persamaan :

7. Hitung nilai tekanan reduksi (Pr) dan temperatur reduksi (Tr) untuk mendapatkan faktor kompesibilitas, dengan

persamaan :

8. Dimana P dan T adalah tekanan dan temperatur yang diukur (aktual).

9. Dapatkan nilai faktor kompesibilitas (Z) dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada grafik kompresibilitas.

6. PARAMETER YANG MEMPENGARUHI UNJUK KERJA 

Unjuk kerja kompresor centrifugal dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh Suhu Gas Masuk (T1)
Bila suhu gas masuk naik menyebabkan :

 Kerapatan massa gas menurun pada kapasitas yang sama.

 Laju aliran massa yang dihasilkan menurun.

 Daya yang dibutuhkan oleh kompresor naik.

 Pressure ratio menurun.

 Begitu pula sebaliknya.


2. Pengaruh Tekanan Gas Masuk (P1)
Pada kompresor yang beroperasi pada putaran konstan dan laju aliran volume yang sama, maka penurunan
tekanan gas masuk menyebabkan :

 Laju aliran gas keluar kompresor turun.

 Tekanan gas keluar kompresor turun.

 Kebutuhan daya kompresor turun.

 Untuk menjaga tekanan gas keluar kompresor yang konstan, maka kompresor diharuskan beroperasi dengan

putaran tinggi, akibatnya daya yang dibutuhkan oleh kompresor bertambah.


3. Pengaruh Jenis Gas (S.G)
Bila jenis gas berubah komposisinya dan spesific gravity (S.G) gas turun menyebabkan :

 Laju aliran massa menurun.


 Daya yang dibutuhkan kompresor menurun.
4. Pengaruh Faktor Kompresibelitas (Z)
Faktor kompresibelitas gas sangat dipengaruhi oleh jenis/komposisi gas dan tekanan dan temperatur.
Bila Z naik dan kapasitas konstan menyebabkan :

 Daya yang diperlukan kompresor naik.

 Pressure ratio menurun.

 Dan begitu pula sebaliknya.


5. Pengaruh Putaran Kompresor (n)

Perubahan putaran kompresor akan berpengaruh banyak terhadap karakteristik kompresor.


Dengan kenaikan putaran kompresor mengakibatkan :

 Naiknya kapasitas/laju aliran massa sebanding dengan kenaikan putarannya.

 Naiknya head yang sesuai dengan perbandingan putaran pangkat 2.

 Naiknya kebutuhan daya yang diperlukan sesuai dengan perbandingan putaran pangkat 3.

 Dan begitu pula sebaliknya.


Hal tersebut diatas dapat dilihat dari teori kesamaan sebagai berikut :

6. Pengaruh Perubahan Diameter Luar Impeler (D2)


Perubahan ukuran diameter luar impeler mempunyai pengaruh yang sama dengan perubahan putaran.
Bila ukuran diameter luar impeler diperbesar dimana kompresor beroperasi pada putaran tetap, maka
menyebabkan :

 Kenaikan kapasitas sebanding dengan perbandingan kenaikan diameter.

 Kenaikan head sebanding dengan perbandingan kenaikan diameter impeler pangkat 2.

 Kenaikan daya yang diperlukan kompresor sesuai dengan perbandingan kenaikan diameter impeller pangkat 3.

 Dan begitu pula sebaliknya.


Hal tesebut diatas dapat dilihat dari teori kesamaan sebagai berikut :

7. Pengaruh Laju Aliran Massa (m)


Pada kondisi awal yang sama, maka kenaikan laju aliran massa mengakibatkan :

 Kenaikan tenaga yang diperlukan kompresor. Dan begitu pula sebaliknya.


DAFTAR PUSTAKA
Frank L. Evans,Jr.  Equipment Design Hand book for Refineries and Chemical Plants, Gulf Publisthing Company,
Texas,1979.
Lapina,Ronald P. Estimating Centrifugal Compresor Performance, Gulf Publisthing Company,
Houston,Texas,1982.
Lyman F.Scheel, Gas Machinary,  Gulf Publisthing Company, Houston, Texas, 1972. 

Anda mungkin juga menyukai