Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERSIAPAN PRE OPERASI


SECTIO CAESAREA
(Dosen Pengampu : Siti Kistimbar ,Skep.,Ners.,MKes)

Disusun Oleh :

1. Hayu Puspitasiwi P1337420417002


2. Rudyah Anggis S P1337420417004
3. Tri Wahyu Yulianti P1337420417006

TINGKAT 2B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D III KEPERAWATAN BLORA
2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Sectio Caesarea


Sub Pokok Bahasan : Persiapan Pre Operasi Sectio Caesarea
Sasaran : Ibu Hamil
Waktu : 20 menit
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Desember 2018
Tempat : Balai desa Kunden, Blora
Penyuluh : Perwakilan Mahasiswa DIII Keperawatan Blora Poltekkes
Kemenkes Semarang

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, ibu hamil diharapkan
mampu memahami persiapan apa saja yang dilakukan sebelum melakukan oprasi
caesar
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil, ibu hamil
diharapkan mampu :
1) Menjelaskan pengertian Sectio Caesarea
2) Menyebutkan 5 dari 9 indikasi Sectio Caesarea
3) Menyebutkan 4 dari 7 persiapan fisik pre operasi Sectio Caesarea
4) Menyebutkan 4 dari 6 persiapan penunjang pre operasi Sectio Caesarea
5) Menyebutkan persiapan mental atau psikis pre operasi Sectio Caesarea
B. Materi Bahasan
1) Pengertian Sectio Caesarea
2) Indikasi Sectio Caesarea
3) Persiapan fisik pre operasi Sectio Caesarea
4) Persiapan penunjang pre operasi Sectio Caesarea
5) Persiapan mental atau psikis pre operasi Sectio Caesarea
C. Proses Belajar Mengajar

Waktu Kegiatan petugas Sasaran

5 menit 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam

2. Menjelaskan tujuan dan materi 2. Mendengarkan dan


yang akan disampaikan memberikan tanggapan

10 menit 1. Memberikan penjelasan tentang 1. Mendengarkan dan


: memperhatikan

a. Pengertian Sectio Caesarea 2. Memberikan


b. Pengertian pre operasi Sectio pertanyaan
Ceasarea 3. Memperhatikan
c. Indikasi Sectio Caesarea dengan saksama
d. Persiapan fisik pre operasi
Sectio Caesarea
e. Persiapan penunjang pre
operasi Sectio Caesarea
f. Persiapan fisik pre operasi
Sectio Caesarea
2. Memberikan kesempatan
bertanya
3. Menjelaskan hal-hal yang di
tanyakan

5 menit 1. Melakukan Tanya jawab 1. Bertanya atau


dengan sasaran menjawab

2. Menutup penyuluhan dan 2. Mendengarkan dan


menyimpulkan memperhatikan

3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam


A. Materi
Terlampir
B. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
C. Media
Lembar Balik
D. Sumber
1. Achadiat,M,chrisdiono (2001).Obstetri dan ginekologi.EGC, Jakarta.
2. Syahlan (1996). Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.
3. Saifudin, Bari, Abdul (2001). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
4. Harnawatiaj (2008) Askep Sectio Caesaria. Diakses 26-3-2011
http://harnawatiaj.wordpress.com
5. Sarwono (1991). Kontra indikasi sc Diakses pada 12-1-2011
http://harnawatiaj.wordpress.com
6. Gail Wiscarz Stuart (1995). Askep Sectio Caesaria. Diakses 12-1-2011
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/26
E. Evaluasi
Prosedur : Tanya Jawab
Jenis tes : Lisan
Pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian Sectio Caesarea
2. Sebutkan 5 dari 9 indikasi Sectio Caesarea
3. Sebutkan 4 dari 7 persiapan fisik pre operasi Sectio Caesarea
4. Sebutkan 4 dari 6 persiapan penunjang pre operasi Sectio Caesarea
5. Sebutkan persiapan mental atau psikis pre operasi Sectio Caesarea
Lampiran Materi

PERSIAPAN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA

A. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Moctar. R, 1998).

Fase Praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan
berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.

B. Indikasi

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)


2. Panggul sempit
3. Disproporsi sevalo pelvic yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
pangul
4. Ruptur uteri
5. Partus lama
6. Partus tidak maju
7. Distosia sereviks
8. Preeklamsia, eklamsia dan hipertensi
9. Mal presentase janin :
a. Letak lintang

b. Letak bokong

c. Presentase dahi dan muka

D. Persiapan Fisik Pre Operasi Sectio Caesarea

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara

lain :

a. Status Kesehatan fisik Secara Umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan

secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit, seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, status kardiovaskuler, status

pernapasan, fungsi ginjal dan hepatic, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-

lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat dan tidur

yang cukup pasien tidak akan mengalami stress fisik, tubuh lebih rileks, sehingga

bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.

b. Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,

lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan

keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defenisi Nutrisi harus di koreksi sebelum

pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi

pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di Rumah Sakit.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi

(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan

luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa

mengakibatkan kematian.

c. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output

cairan.Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana

ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obat

anestesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun

jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, nefritis akut maka operasi

harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus – kasus yang

mengancam jiwa.

d. Kebersihan Lambung Dan Kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan

yang bisa diberikan adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan

lambung dan kolon dengan tindakan enema. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai

8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan

lambung dan kolon adalah menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan

sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien

yang membutuhkan operasi CITO (segera) maka pengosongan lambung dapat

dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube)

e. Pencukuran daerah operasi

Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan

pembedahan. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan

daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin ( pubis ) dilakukan

pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.

Misalnya appendioktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada

fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan pencukuran pada

lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

f. Personal Hygiene

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh

yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada

daerah yang dioperasi.

g. Pengosongan kandung kemih

Dilakukan dengan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder


tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance.

E. Persiapan Penunjang Pre Operasi Sectio Caesarea


Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan

pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,maka dokter bedah tidak


mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.

Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,

laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG (elektrocardiography) dan lain-

lain.

Di bawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan

pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan pada pasien,

namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).

Pemeriksaan penunjang antara lain :

a. Pemeriksaan Radiologi dan Diagnostik, seperti : foto thoraks, abdomen, foto tulang,

( daerah fraktur ), USG ( Ultra Sono Grafi ), CT scan ( computerized Tomography Scan

), MRI ( Magnetic Resonance Imagine ), BNO – IVP, Renogram, Cystoscopy,

Mammography, CIL (Colon In Loop), EKG, dan lain lain.

b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit,

Limfosit, LED ( laju endap darah ), jumlah Trombosit, protein total, elektrolit , CT (

clooting time ) BT ( blooding time ), Ureum kreatinin, dll. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.

c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh

untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk

memastikan apakah ada tumor ganas / jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.

d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah ( KGD ). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk

mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalam batas normal atau tidak. Uji KGD

biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam

PP ( Post Prandial ).

e. Inform consent
Selain dilakukannya pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat

penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu

Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan

medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang

akan menjalani tindakan medis wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan

dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).

f. Latihan pra operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat

penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi. Latihan

yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

1) Latihan napas dalam.

Latihan napas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri

setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih

mampu beradaptasi dengan nyeri.

2) Latihan batuk efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama yang

mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami

pemasangan alat bantu napas selama dalam kondisi teranestesi, sehingga ketika

sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan, kareana

banyak lendir. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi

untuk mengeluarkan lendir atau secret.

3) Latihan gerak sendi.

Setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang

diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan karena akan lebih cepat

merangsang usus(peristaltic usus) sehingga pasien akan lebih cepat flatus.


Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran

pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan

lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah statis vena dan

menunjang fungsi pernafasan optimal.

F. Persiapan Mental atau Psikis Pre-op Sectio Ceasarea


Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh

terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial

maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi strees

fisiologis maupun psikologis. (Barbara C. Long, 2005).

Secara mental penderita harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan, karena

selalu ada rasa cemas, takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anestesi, bahkan terhadap

kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik antara penderita,

keluarga,perawat dan dokter sangat menentukan. Atas dasar pengertian, penderita dan

keluarganya dapat memberikan persetujuan dan ijin untuk pembedahan (Sjamsuhidajat

dan Jong 2004 : 426).

Respon psikologis secara umum berhubungan dengan adanya ketakutan-ketakutan

terhadap anestesi, diagnosis yang belum pasti, keganasan, nyeri, cerita yang mengerikan

dari orang lain dan sebagainya. Itu adalah gambaran atau fakta tentang kecemasan pre

operasi. Pasien yang akan menjalani pembedahan sangat membutuhkan informasi yang

berhubungan dengan prosedur tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. (Depkes

RI,1989).

Anda mungkin juga menyukai