Anda di halaman 1dari 14

Pembangunan Embung Tambakboyo Sebagai Konservasi Air di

Kawasan Perkotaan Sleman

DI

OLEH :

HENDRY / F111 19 135

S-1 TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDY DI LUAR KAMPUS UTAMA

UNIVERSITAS TADULAKO

MOROWALI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’ Pembangunan Embung
Tambakboyo Sebagai Konservasi Air di Kawasan Perkotaan Sleman’’ ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Air. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pemanfaatan Drainase bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusfi Hasanah ST., MT , selaku dosen
pada mata kuliah “Pengembangan Sumber Daya Air” yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini karena esensinya manusia tidak luput dari kesalahan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah ..................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6

1.6 Lokasi Penelitian..................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Embung ................................................................................................. 7

2.2 Perencanaan Rehabilitasi Embung ........................................................................... 9

BAB III ............................................................................................................................... 12


PENUTUP .......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12

3.2 Saran..................................................................................................................... 12

Daftar pustaka ..................................................................................................................... 13


Lampiran ............................................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir
embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah
tangkapan airnya (catchment area). Sedimen yang terkandung dalam air sungai
tangkapan embung tersebut terbawa hanyut oleh aliran air dan masuk ke dalam embung.

Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau bagian-bagian tanah di


permukaan. Erosi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadinya
proses erosi maupun tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan
sehingga terbentuk sedimen yang menyebabkan pendangkalan sungai, waduk atau
embung dan saluran irigasi. Di Indonesia erosi yang sering dijumpai adalah erosi yang
disebabkan oleh air.

Data teknis Embung Tambakboyo berdasarkan Laporan Tahun 2003 studi


kelayakan yang dilakukan oleh PT. Puser Bumi adalah luas genangan sebesar 7.8 Ha;
volume tampungan 400.000 m3; keliling basah sepanjang 2.900 m; debit rata-rata
sungai saat musim kemarau dan penghujan adalah sebesar 150 l/dt dan 2500 l/dt;
dengan kedalaman rata-rata air adalah 7 m.

Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Embung Tambakboyo bagian hulu dari
daerah Sungai Tambakbayan berada di daerah Pakem pada ketinggian +500 m dari
muka air laut. Sedangkan Embung Tambakboyo berada pada ketinggian +150 m.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Embung Tambakboyo terdiri dari Sungai Buntung dan
Sungai Tambakbayan yang memiliki 3 stasiun yaitu stasiun Prumpung, Ngemplak dan
Santan yang merupakan curah hujan Sleman dengan panjang terjauh DAS adalah 13,25
Km. Kondisi tata guna lahan pada umumnya adalah berupa areal persawahan yang pada
beberapa tempat terdapat perkampungan atau perumahan.

Embung yang selesai dibangun pada tahun 2008 ini tidak menutup kemungkinan
bahwa sekarang sudah terjadi penumpukan sedimen pada dasar embung hingga
keseluruhan. Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk meneliti dan mengkaji seberapa
besar volume sedimen yang tertampung pada embung dikarenakan umur embung juga
dipengaruhi oleh sedimen. Umur embung dapat diketahui dengan memperkirakan
seberapa besar erosi lahan pada wilayah tangkapan dan laju sedimentasi yang terjadi.
Pada Desa Tambakboyo ditemukan sungai namun jumlah sedimen sebagian besar
dipengaruhi oleh erosi lahan. Guna mengetahui besarnya volume sedimen pada
tampungan Embung Tambakboyo akibat erosi lahan digunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) dan diperlukan data-data diantaranya data curah hujan
untuk erosivitas hujan (R), hasil pengujian tanah untuk nilai erodibilitas tanah (K),
panjang dan kemiringan lereng (LS) wilayah tangkapan air (catchment area), faktor
tanaman penutup dan manajemen tanaman (C), serta konservasi praktis (P).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang dipaparkan, penyusun akan melakukan penelitian
antara lain :
1. besar volume sedimen yang tertampung dalam Embung Tambakboyo yang terjadi
akibat erosi lahan dari aliran Sungai Buntung dan Sungai Tambakbayan dalam
wilayah tangkapan air Embung Tambakboyo dengan metode USLE.
2. laju sedimentasi Embung Tambakboyo.
3. memperkirakan umur efektif dari Embung Tambakboyo.

1.3 Batasan Masalah

Adanya batasan-batasan masalah ini diharapkan penelitian dapat berjalan sesuai


dengan yang diharapkan. Batasan-batasan masalah tersebut diantaranya :
1. Dalam proses penyelesaian perhitungan erosi yang terjadi pada Embung
Tambakboyo menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equotion (USLE)
dengan parameter perhitungan diantaranya : kemiringan dan panjang lereng, faktor
curah hujan, faktor erodibilitas tanah, dan konservasi tata guna lahan yang
digunakan.
2. Daerah yang ditinjau adalah Desa Tambakboyo, Kelurahan Wedomartani,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Perhitungan jumlah erosivitas hujan digunakan data curah hujan Sleman stasiun
Prumpung selama 10 tahun (tahun 2000-2009).
4. Peta kontur sebagai bahan untuk mengolah data kemiringan lereng dan panjang
lereng.
5. Penggunaan Google Earth sebagai pengamatan tata guna lahan pada wilayah
Embung Tambakboyo serta menentukan koordinat-kordinat untuk menghasilkan
kontur, interval kontur dan wilayah tangkapan air (catchment area) dengan
menggunakan Aplikasi Surfer8.
6. Pengujian tanah pada kawasan Embung Tambakboyo dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menghitung besarnya volume sedimen


yang masuk ke Embung Tambakboyo akibat erosi lahan, laju sedimentasi serta
merencanakan umur efektif Embung Tambakboyo, Sleman, DIY dengan pendekatan
USLE (Universal Soil Loss Equation).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini guna memperoleh data tentang volume sedimen akibat
erosi lahan pada wilayah tangkapan air, laju sedimentasi yang terjadi serta umur
rencana dari Embung Tambakboyo dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi maupun pedoman untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlokasi di Embung Tambakboyo, Kelurahan


Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Embung


Embung merupakan cekungan yang dalam di suatu daerah perbukitan. Air
embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah tangkapan. Ukuran
embung di klasifikasikan sangat keci, sedang, besar dan sangat besar. Berdasarkan
lama embung menampung air, diklasifikasikan menjadi embung dengan tampungan
sebentar (kemampuan menyimpan air antara 0-2 bulan), embung denga tampungan
menengah (kemampuan menyimpan air antara 3-5 bulan), dan embung dengan
tampungan panjang/lestari (kemampuan menyimpan air antara 6-8 bulan).
Embung atau waduk adalah tampungan yang berfungsi untuk menyimpan air pada
waktu kelebihan agar dapat dipakai pada waktu yang diperlukan. Usaha untuk
mengatur keluar dan masuknya air pada embung disebut manajemen air (water
management). Hal ini bertujuan agar pengaturan air untuk kebutuhan manusia dapat
dilakukan dengan baik. Air yang diatur adalah air hujan atau sungai yang ditampung
di Embung, sehingga air dapat disediakan dalam waktu atau tempat yang tepat sesuai
jumlah yang diperlukan.
Bagian utama embung/waduk berdasarkan fungsinya terbagi menjadi beberapa
bagian utama yaitu :
 Tampungan mati (dead storage)

 Tampungan efektif (effective storage)

 Tampungan Tambahan yang biasanya digunakan untuk pengendalian


banjir (flood storage)
Pembagian daerah (zone) tampungan pada waduk ada beberapa yaitu :

 Permukaan genangan normal (normal water level) adalah elevasi


maksimum kenaikan permukaan waduk pada kondisi operasi biasa,
pada kebanyakan waduk genangan normal ditentukan oleh elevasi
mercu pelimpah atau puncak pintu-pintu pelimpah.
 Permukaan genangan minimum (low water level) adalah elevasi
terendah yang diperoleh apabila genangan dilepaskan pada kondisi
normal. Permukaan ini dapat ditentukan oleh elevasi dari bangunan
pelepasan (intake) terendah di dalam bendungan atau pada elevasi
minimum yang diisyaratkan untuk operasi turbin-turbinnya (pada
waduk yang dioperasikan untuk pembangkit listrik).

 Tampungan efektif (effective storage) adalah tampungan yang berada


diantara genangan minimum dan genangan normal. Tampungan mati
(dead storage) adalah tampungan yang berada dibawah genangan
minimum yang berfungsi untuk menampung sedimen, dan apabila
volume sedimen yang ditampung lebih besar dari kapasitas yang
dicadangkan berarti usia guna embung/waduk tersebut telah berakhir.

Untuk menjamin fungsi dan keamanannya, desain rencana pengambangan embung


mempunyai beberapa bagian yang perlu di pertimbangkan meliputi hal-hal seperti
berikut ini.
1. Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau cekungan, sehingga air
dapat tertampung di sebelah hulunya.
2. Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.
3. Bangunan sadap berfungsi untuk mengeluarkan air di kolam bila diperlukan.
4. Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari kolam ke
lembah dan untuk mengamankan tubuh embung terhadap peluapan.
5. Kolam jebakan air berfungsi untuk menangkap air yang tersisa pada musim
kemarau, agar air terkumpl pada kolam embung.
6. Kolam jebakan lumpur digunakan untuk menangkap sedimentasi yang masuk
ke kolam embung, agar efektifitas embung tetap terjaga.

7. Jaringan irigasi atau distribusi dapat berupa rangkaian saluran terbuka atau pipa
yang berfungsi membawa air dari kolam embung ke daerah irigasi atau ke bak
penampung air harian yang terletak dekat pemukiman (bila hal ini
memungkinkan) secara gravitasi dan bertekanan dengan cara pemberian air
tidak kontinyu.
2.2 Perencanaan Rehabilitasi Embung
Fungsi utama dari rehabilitasi embung adalah menyediakan air baku bagi
masyarakat disekitar embung tersebut. Oleh sebab itu embung yang direncanakan
harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
8. Mampu menampung air, sehingga tercipta suatu kolam air dengan volume dan
lama masa tampung yang optimal.
9. Konstruksi mudah di laksanakan.
10. Biaya pembuatan konstruksi embung minimal.
11. Sedapat mungkin memanfaatkan sumber daya yang terdapat disekitar lokasi
embung.
Untuk dapat memenuhi kriteria-kriteria fungsi embung yang disebutkan diatas,
maka diperlukan pengenalan yang akurat berbagai komponen pendukung embung
yang merupakan fungsi dari keberlanjutan sistem embung.
Sistem pendukung embung mencakup tiga komponen yang berpengaruh besar
terhadap keberlanjutan fungsi embung. Tiga komponen tersebut meliputi kondisi dari
kolam embung, kondisi dari lahan tangkapan hujan di sekeliling embung dan kondisi
penduduk disekitar embung. Pengenalan yang akurat akan ketiga faktor penentu yang
sangat berpengaruh terhadap keberadaan embung tersebut akan sangat bermanfaat bagi
keberhasilan rehabilitasi embung secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan pada bagian terdahulu maka


perencanaan rehabilitasi embung disusun berdasarkan bagan seperti terlihat pada
gambar 1.
Memperbesar
luas genangan
Memperbesar Mempertinggi
volume
muka air

Pengerukan
sedimen

Mengurangi
Pembuata
resapan
n dinding
Mengurangi
Memperpanjang penguapan Pembuatan
Rehabilitasi Embung

masa lapisan
tampungan Memperbesa kedap
r direct run Tanaman
off pelindung

Perbaikan
Menggunakan
catchment area
bahan lokal

Konstruksi Optimalisasi Kemitraan


mudah atau fungsi vegetasi
murah pendampingan
Menggunaka
n teknologi Swa kelola
sederhana

Oprasional /
pemeliharaan
Partisipasi
murah /
masyaraka
mudah
t

Gambar 1. Bagan Konsep Perencanaan Rehabilitasi Embung


Rehabilitasi dan pengambangan embung yang selama ini diterapkan masih
dominan menggunakan pendekatan teknik hidrolik, dengan titik berat pada pekerjaan
struktur dikolam tampungan embung. Kegiatan rehabilitasi ini antara lain dilakukan
dengan :
1. Membuat talud dan pengerukan untuk meningkatkan daya tampung.
2. Memberikan lapis kedap air untuk mengurangi kehilangan-kehilangan air.
3. Meningkatkan kualitas air, dengan membuat fasilitas pengolah air
sederhana.
4. Membuat bangunan untuk mempermudah pengambilan air.
Pemilihan metode struktural seperti tersebut diatas memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing dengan cara-cara tersebut tidak dapat digeneralisir untuk
diterapkan pada semua embung.
Banyaknya jumlah sedimentasi yang berasal dari daerah tangkapan menjadikan
pendangkalan pada dasar embung yang selanjutnya mengurangi kapasitas tampung
embung. Selain problem sedimentasi, masalah yang timbul adalah kehilangan air yang
besar oleh penguapan dan kebocoran-kebocoran baik pada dasar maupun pada dinding
embung. Temperatur udara yang tinggi dilokasi tersebut menyebabkan penguapan
pada embung juga tinggi.
Dari serangkaian paparan konsep perencanaan rehabilitasi embung diatas maka
secara sederhana persoalan yang terjadi dalam rehabilitasi embung dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 2. Permasalahan Kerusakan Dan Konsep Rehabilitasi Embung


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Embung atau waduk adalah tampungan yang berfungsi untuk menyimpan air pada
waktu kelebihan agar dapat dipakai pada waktu yang diperlukan. Usaha untuk
mengatur keluar dan masuknya air pada embung disebut manajemen air (water
management). Hal ini bertujuan agar pengaturan air untuk kebutuhan manusia dapat
dilakukan dengan baik. Air yang diatur adalah air hujan atau sungai yang ditampung
di Embung, sehingga air dapat disediakan dalam waktu atau tempat yang tepat sesuai
jumlah yang diperlukan.
Untuk menjamin fungsi dan keamanannya, desain rencana pengambangan embung
mempunyai beberapa bagian yang perlu di pertimbangkan meliputi hal-hal seperti
berikut ini.
1. Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau cekungan, sehingga air
dapat tertampung di sebelah hulunya.
2. Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.
3. Bangunan sadap berfungsi untuk mengeluarkan air di kolam bila diperlukan.
4. Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari kolam ke
lembah dan untuk mengamankan tubuh embung terhadap peluapan.
5. Kolam jebakan air berfungsi untuk menangkap air yang tersisa pada musim
kemarau, agar air terkumpl pada kolam embung.
6. Kolam jebakan lumpur digunakan untuk menangkap sedimentasi yang masuk
ke kolam embung, agar efektifitas embung tetap terjaga.

3.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan
memisah antara embung-embung berdasarkan fungsinya, misal: embung sebagai
konservasi air, embung pertanian, embung pariwisata dan lain-lain. Hal ini di
karenakan fungsi embung turut mempengaruhi komponen-komponen pemeliharaan,
Penggantian serta operasional pada embung.
Daftar pustaka

Marliansyah, J. (2014). Tesis Analisis Rencana Life Cycle Cost Gedung Hostel Pada
Kawasan Rumah Sakit Jimbun Medika Kediri. Program Studi Magister Teknik
Sipil. Universitas Atmajaya Yogyakarta
Prawiro, K.Y. (2015). Tesis Evaluasi Kelayakan Bangunan Berdasarkan Life Cycle
Cost (LCC) Springhill Condotel Lampung. Program Studi Magister Teknik
Sipil. Universitas Atmajaya Yogyakarta
https://e-journal.uajy.ac.id
http://eprints.uny.ac.id
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai