Anda di halaman 1dari 6

Nama: Novita Tri Supriyanti

NDH: 30
Angkatan: CXX
ANALISIS ISU AKTUAL INSTANSI (RUMAH SAKIT)

A. IDENTIFIKASI ISU DAN MENETAPKAN ISU PRIORITAS


Langkah pertama sebelum menentukan isu prioritas adalah menginventarisir atau
mengidentifikasi isu-isu yang terjadi di Instansi. Dalam hal ini, penulis/siswa latsar menggunakan
teknik Focus Group Discussion (FGD) untuk keseluruhan proses dalam menganalisis isu aktual
RS.
Adapun tujuan dari FGD antara lain:
a) Mengidentifikasi berbagai isu aktual internal RS
b) Menentukan prioritas masalah
c) Menentukan Akar Penyebab Masalah
d) Menentukan Alternatif pemecahan masalah
Kegiatan FGD dihadari oleh 4-6 orang narasumber yang dipilih berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh narasumber tersebut, adapun narasumber tersebut antara lain: dokter, perawat,
penyuluh kesehatan, epidemiolog kesehatan, dan administrator kesehatan. Dalam kegiatan FGD
ini, siswa latsar berperan sebagai fasilitator yang memandu kegiatan FGD tersebut. Teknik FGD
dipilih untuk proses identifikasi masalah, hal ini bertujuan agar mendapatkan informasi yang
representative terkait isu aktual yang terjadi di instansi, sehingga harapannya bisa memberikan
rekomendasi/solusi atas isu aktual yang terjadi di instansi.
Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam proses FGD yaitu:
a) Untuk menetapkan isu aktualMenggunakan teknik AKPL
b) Untuk Memvalidasi isu aktual Menggunakan teknik USG
c) Untuk Menentukan akar penyebab masalah Menggunakan diagram ishikawa/Fishbone
Akar penyebab masalah nantinya yang akan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah.

Berikut adalah hasil Identifikasi masalah dan penetapan isu prioritas:


a) Menetapkan isu aktual Teknik APKL
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan proses
pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Kelayakan (APKL). Teknik APKL yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:
a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga
masa sekarang;
b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang
menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau
sekelompok kecil orang;
d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas
sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya
diangkat menjadi isu yang prioritas.

Tabel. 1 Analisis Isu Berdasarkan Teknik APKL (Penetapan Isu Aktual)


FAKTOR
NO ISU KETERANGAN
A P K l
Keterbatasan Nakes (Dokter dan Perawat) di IGD dan R. Isolasi
1 karena banyaknya nakes yang terpapar covid-19 V V V V LAYAK
masih ditemukan pengunjung yang abai prokes (berkumpul,
2 gelar tikar, tidak pakai masker) V V V V LAYAK
baik pengunjung dan petugas masih ditemukan merokok di
3 lingkungan rs V V V V LAYAK
lonjakan kasus covid sehingga berpengaruh pada ketersediaan
4 TT, sehingga ruang isolasi covid penuh V V V V LAYAK
Kecemasan ptgs terkait kondisi keshtan pribadinya dan garansi
5 lingk kerja yg aman V V V V LAYAK
Masih ada masyarakat kurang/tidak mampu yg belum memiliki
6 jaminan kesehatan V TIDAK LAYAK

7 prasangka dari masyarakat, RS mencovidkan pasien V V V V LAYAK


8 Nutrisi utk nakes d ruang covid V V V V LAYAK
Losnya pengamanan, sehingga d ruang covid masih ada yg
9 besuk,px covid. V V V V LAYAK

Dari 9 daftar isu aktual yang terjadi di RS, berdasarkan hasil diskusi dengan narasumber
dalam FGD satu isu tidak layak. Maka langkah selanjutnya adalah memvalidasi isu aktual.

b) Memvalidasi Isu Aktual Teknik USG


Dalam menentukan prioritas masalah, penulis juga menggunakan analisis USG sebagai
alat untuk mengetahui isu mana yang menjadi paling prioritas dengan menggunakan
kriteria Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut identifikasi
USG. Lebih jelasnya, kriteria USG dijelaskan sebagai berikut:
1. Urgency: Berarti seberapa mendesaknya masalah tersebut untuk diselesaikan berkaitan
dengan dimensi waktu;
2. Seriousness: Mengacu pada penyelesaian masalah dikaitkan dengan akibat, bisa
menimbulkan masalah baru; dan
3. Growth: Berkaitan dengan kemungkinan berkembang memburuk kalau tidak
diselesaikan.

Adapun penetapan skoring saat FGD dilakukan dengan menyamakan persepsi terlebih
diantara peserta FGD. Kemudian fasilator memprobing satu-persatu peserta FGD hingga
memperoleh kesepakatan untuk menetapkan skoring tiap isu dengan kriteria USG. Berikut
adalah hasil skoring isu dengan teknik USG:

Tabel 2. Penetapan Prioritas Masalah Dengan Teknik USG


KRITERIA
NO ISU PRIORITAS
U S G
Keterbatasan Nakes (Dokter dan Perawat) di IGD dan
1 R. Isolasi karena banyaknya nakes yang terpapar covid- 5 5 5 15
19
Msih ditemukan pengunjung yang abai prokes
2 4 4 4 12
(berkumpul, gelar tikar, tidak pakai masker)
baik pengunjung dan petugas masih ditemukan merokok
3 4 4 4 12
di lingkungan rs
lonjakan kasus covid sehingga berpengaruh pada
4 4 4 4 12
ketersediaan TT, sehingga ruang isolasi covid penuh
Kecemasan ptgs terkait kondisi keshtan pribadinya dan
5 4 4 4 12
garansi lingk kerja yg aman
Masih ada masyarakat kurang/tidak mampu yg belum
6 3 3 3 9
memiliki jaminan kesehatan
7 prasangka dari masyarakat, RS mencovidkan pasien 4 4 4 12
8 Nutrisi utk nakes d ruang covid 4 4 4 12
Losnya pengamanan, sehingga d ruang covid masih ada
9 4 4 4 12
yg besuk,px covid.
Keterangan:
 Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat
 Angka 2: tidak mendesak/gawat
 Angka 3: cukup mendesak/gawat
 Angka 4: mendesak/gawat dan dampak
 Angka 5: sangat mendesak/gawat
Berdasarkan hasil skoring tersebut dapat ditetapkan bahwa nilai skor terbesar adalah pada
banyaknya nakes di ruang IGD dan ruang isolasi yang terpapar covid-19 .
B. MENENTUKAN AKAR PENYEBAB MASALAH
Setelah menetapkan isu prioritas selanjutnya adalah menentukan akar penyebab masalah
dengan menggunakan diagram fishbone/ishikawa.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau
masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan
dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming.
Adapun langkahnya adalah:
1. Menyepakati pernyataan masalah
2. Mengidentifikasi kategori-kategori (6 M, 8P. dsb)
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
4. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
Terus bertanya “mengapa”, jika mengapa sudah tidak dapat diidentifikasi kembali
maka kemungkinan itulah akar penyebab masalahnya.

Berikut hasil analisis diagram ishikawa:


ANALISIS AKAR PENYEBAB MASALAH
METHOD (ALWAYS ASK WHY)
MACHINE TT kurang MAN
Lingkungan RS tdk aman
penerapan prokes yang krg optimal attitude petugas

jumlah nakes yang kurang Penerapan prokes yg krg optimal

minimnya sukarelawan
Banyaknya nakes yang
terpapar Covid-19

ketersediaan APD di r isolasi kurang karena keterbatasan anggaran MASALAH PRIORITAS

anggaran mamin kurang


lonjakan pasien covid anggaran mamin kurang
MATERIAL
hunian RS meningkat
MEASUREMENT/ENVIRONMENT Nutrisi nakes untuk shift pagi kurang Pemberian insentif nakes yang tidak tepat waktu
MONEY
Diagram tersebut menggambarkan bahwa masalah prioritas yang digambarkan dengan
kepala ikan yaitu “Banyaknya nakes yang terpapar covid-19). Adapun faktor penyebab
yang paling sering muncul pada diagram tersebut adalah penerapan protocol kesehatan
yang kurang optimal dan anggaran mamin kurang.

C. DAMPAK APABILA MASALAH TIDAK SEGERA DIATASI


Berikut adalah dampak apabila masalah banyaknya nakes yang terpapar covid-19
tidak segera diatasi antara lain:
a. Pelayanan RS akan tidak optimal akibat berkurangnya jumlah nakes terpapar covid
yang harus diisolasi/dirumahkan.
b. Meningkatkan risiko terjadinya penularan covid-19 di lingkungan RS baik antar
petugas maupun dari petugas kepada pasien maupun sebaliknya.
Gambar dibawah ini adalah situasi ketika ruang IGD harus disterilisasi akibat banyak
nakes terpapar, sehingga tindakan triase dilakukan di luar ruangan.

D. REKOMENDASI PENYELESAIAN ISU


Berdasarkan hasil diagram fishbone bahwa akar masalah penyebab banyaknya nakes yang
terpapar covid-19 adalah penerapan prokes yang masih kurang optimal. Hal ini dapat terjadi
karena factor “man” atau human dimana nakes kemungkinan dapat terapar saat bekerja atau
diluar jam kerja. Menurut salah satu peserta FGD, walaupun pada saat menangani pasien
nakes telah menggunakan APD lengkap. Namun factor paparan bisa saja terjadi saat jam
istirahat makan/berkumpul dengan rekan sesama nakes. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan protocol kesehatan masih belum optimal. Selain itu pada kategori material terdapat
penyebab “kurangnya asupan nutrisi pada nakes saat shift pagi”, asupan nutrisi dapat
mempengaruhi imunitas. Kurangnya asupan nutrisi pada nakes saat bertugas shift pagi adalah
sebagai dampak dari kurangnya anggaran makanan-dan minuman.
Berdasarkan hal tersebut, maka adapun rekomendasi atau gagasan pemecahan masalah yang
dapat penulis/siswa latsar lakukan jika dihubungakan dengan TUPOKSI penulis/siswa latsar
sebagai Penyuluh Kesehatan Mayarakat sesuai Kepmenpan 58 /KEP/M.PAN/8/2000 Tentang
Jabataan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Dan Angka Kreditnya adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat;
Penulis akan melakukan langkah advokasi kepada pihak manajemen RS dimana penulis
bekerja, sehingga menambah anggaran untuk mamin petugas. Dengan demikian asupan
nutrisi petugas terpenuhi dan berdampak pada meningkatnya imunitas
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan
saluaran komunikasi
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para nakes agar lebih optimal dalam
menerapkan protokol kesehatan tidak hanya saat merawat pasien, tetapi di berbagai
momen yang justru banyak tidak disadari sebagai penyebab penularan. Misalnya lebih
waspada ketika berkumpul saat jam istirahat kerja dan sebagainya.

Dengan rekomendasi tersebut diharapkan dapat meminimalisir tenaga kesehatan yang terpapar
covid-19 di ingkungan kerja, sehingga pelayanan kesehatan di RS dapat berjalan secara
optimal.

Anda mungkin juga menyukai