Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

(FISHBONE & KASUS RUANG RAWAT INAP TERKAIT


KEPERAWATAN)

Disusun oleh : Yesica Tumewah


(PO714201161094)

Mata Kuliah: Manajemen keperawatan

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2018
DIAGRAM FISHBONE
DALAM ANALISIS MASALAH DI KEPERAWATAN RAWAT INAP

A. Fishbone Diagram

1. Pengertian

Fishbone diagram merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi dan secara garfik menggambarkan secara detail semua

penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Fishbone Diagram

(diagram tulang ikan ) sering juga disebut cause and effect diagram (Andiani,

2016, hlm. 203).

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu

efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi

brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang

berkaitan, misalnya berdasarkan teori H. L. Bloom meliputi perilaku,

lingkungan, layanan kesehatan, dan genetik. Setiap kategori mempunyai sebab-

sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

2. Fishbone diagram dapat digunakan antara lain untuk:

a. Membuat pengelompokan penyebab masalah

Fishbone diagram dapat digunakan untuk membantu membuat

pengelompokan berbagai kemungkinan penyebab masalah atau untuk

menemukan akar penyebab masalah dari suatu masalah dengan cara yang

sistematis dan logis.


b. Mengembangkan kreativitas berpikir

Penggunaan fishbone diagram dalam menentukan penyebab masalah dapat

mengembangkan kreativitas berpikir secara sistematis kepada kelompok

pemecah masalah dalam menemukan atau mencari penyebab atau akar

penyebab masalah sehingga memudahkan pencarian solusi pemecahan

masalahnya.

c. Petunjuk pengumpulan data

Fishbone diagram dapat pula digunakan sebagai petunjuk atau dasar dalam

pengumpulan data untuk pembuktian hubungan antara penyebab masalah

atau akar penyebab masalah dengan masalah. (Pohan, 2006).

3. Langkah-langkah membuat Fishbone diagram

a. Menyepakati pernyataan masalah

Sepakati sebuah pernyataan masalah. Pernyataan masalah ini

diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti

“kepala ikan”.

Contoh : Masalah mengenai tingginya HIV/AIDS.

b. Mengidentifikasi kategori-kategori

1) Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.

Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab

ini diinterpretasikan sebagai “cause” atau secara visual dalam fishbone

seperti “tulang ikan”

2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa

sehingga masuk akal dengan situasi. Jumlah kategori biasanya sekitar 4

sampai dengan 6 kategori, misalnya menggunakan teori H. L. Bloom


yaitu dibagi menjadi kategori perilaku, lingkungan, pelayanan

kesehatan, dan genetik.

c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui

sesi brainstorming.

2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab

tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di

bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.

3) Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang”

kecil keluar dari garis diagonal.

4) Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang”

lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi.

5) Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut

berhubungan dengan beberapa kategori.

Sebagai contoh kasus masalah mengenai tingginya HIV/AIDS. :

a) Pada penyebab utama faktor lingkungan dapat disebabkan oleh

ekonomi yang rendah, dan masalah sosial. Pada ekonomi rendah

dapat pula disebabkan oleh pendapatan keluarga yang rendah.

Sedangkan untuk masalah sosial dapat disebabkan oleh pengaruh

teman dekat yang dapat menyebabkan pergaulan bebas dan dapat

menyebabkan terkena HIV, serta jenis pekerjaan yang dimana masih

banyak masyarakat yang berprofesi sebagai PSK.

b) Pada penyebab utama faktor perilaku dapat disebabkan oleh

pengetahuan yang rendah, sikap yang kurang baik dan praktik

secara langsung yang dapat menyebabkan risiko terhadap


HIV/AIDS. Pengetahuan yang rendah dikarenakan oleh pendidikan

yang rendah sehingga masih banyak masyarakat yang belum

mengetahui mengenai penyakit HIV/AIDS mulai dari cara

penularannya, gejala-gejalanya,pencegahan dan juga cara

pengobatannya. Dengan adanya sikap tidak peduli terhadap bahaya

HIV karena penderita itu sendiri pun tidak mengetahui gejala-gejala

dari HIV/AIDS dan juga sikap tidak setia terhadap pasangan dapat

menyebabkan timbulnya sikap bergonta ganti pasangan sehingga

menimbulkan risiko terhadap HIV/AIDS.

c) Pada penyebab utama pelayanan kesehatan disebabkan oleh

kurrangnya klinik VCT, tempat layanan kesehatan yang tidak

terjangkau dan tenaga kesehatan yang tidak profesional. Tenaga

kesehatan yang tidak profeional ini disebabkan dari proses transfusi

darah yang tidak sesuai prosedur dan kurangnya sosialisasi dari

tenaga kesehatan.

d) Pada penyebab utama genetik disebabkan oleh penularan

kongingetal, yaitu dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS

melahirkan seorang anak sehingga anak yang dilahirkan tersebut

akan berisiko terkena HIV/AIDS pula.


Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari

pemecahan masalah, akan tetapi biasanya diagram ini digunakan

bersama-sama dengan alat statistik lainnya. Sebaiknya saat menentukan

pilihan faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan besar merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah sedapat mungkin

dilakukan pengujian melalui alat-alat statistik lain (Kuswadi, 2004).

4. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram

Kelebihan dari fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah

yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan

saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang kekurangan

fishbone diagram adalah:


a. Diagram dibuat terlalu rumit atau terlalu sederhana sehingga sering sulit

mengidentifikasi masalah.

b. Untuk diagram dengan tipe klasifikasi proses produksi sering sebab yang

sejenis tampak berulang-ulang dan variasi dari kemungkinan sebab sulit

digambarkan.

c. Biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin

yang terdaftar pada diagram tersebut.

Identifikasi Masalah
1. Brain Storming

Hasil Brainstorming dilakukan untuk mencari akar penyebab masalah dan


alternatif solusi, dengan peserta 6 orang terdiri dari kepala perawat dan tim mutu
dilanjutkan dengan menggunakan tehnik “5 Whys” untuk menentukan akar
masalah, pemilihan alternatif solusi dengan metode Mc.Namara kemudian
dilakukan skoring, dengan skor tertinggi adalah solusi yang terpilih untuk
di implementasikan di RS X.
2. Hasil

Observasi di unit-unit RS X menunjukkan bahwa medis di RS X di kelompokkan menjadi dua


yaitu yang dilengkapi dengan form informed consent dan tindakan yang tidak
dilengkapi dengan form. Tindakan yang dilengkapi dengan form disepakati oleh
RS X sebagai tindakan invasif yang berisiko tinggi, sedangkan yang tidak dilengkapi
dengan form merupakan tindakan invasif yang berisiko rendah. Tabel 1 menjelaskan
bahwa tindakan terbanyak didapatkan pada pemasangan infus yang lebih sering
didapatkan karena hampir semua pasien di UGD dan Rawat Inap dilakukan
tindakan tersebut. Tindakan yang sering dilakukan dibatasi hanya 4 tindakan untuk
pemerataan terhadap tindakan yang jarang dilakukan. Pemasangan Naso Gastric
Tube (NGT) paling sedikit dilakukan karena tidak semua pasien rawat inap dilakukan
tindakan tersebut.
Tabel 1. Hasil observasi tindakan dan kelompok

No Tindakan Kelompok Jumlah


1. Pemasangan infuse Form 4
2. Skin test Form 3
3. Pemasangan NGT Form 1
4. Pemasangan Kateter Form 2
5. Pelepasan infuse Non form 3
6. Pelepasan kateter uretera Non form 1
7. Pelepasan NGT Non form -
8. Rawat luka nekrotomi Non form -
9. Menjahit luka minor Non form 4
10. Melepas jahitan luka Non form -
11. Melepas drainage Non form -
12. Melepas tampon Non form 2
Total 20
Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 20 tindakan, seluruh persetujuan
tindakan secara lisan diberikan oleh pasien sebelum petugas medis melakukan
tindakan.
3. Metode
Penelitian dilakukan dengan cara studi dokumen, tindakan yang
membutuhkan form, untuk pembubuhan observasi, dan brainstorming. Studi
dokumen dengan tanda tangan pasien pada form persetujuan tindakan
melihat laporan informed consent untuk mengetahui medis yang
menunjukkan bahwa pasien telah setuju kelengkapan informed consent dan
melihat SPO informed dengan tindakan yang diberikan, dari 10 tindakan
50% consent untuk mengetahui tata cara penyampaian dilakukan
sebelum tindakan dan 50% setelah tindakan. informed consent. Observasi
dilakukan di ruang rawat inap Persetujuan dan penandatanganan informed
consent dan UGD yang dilakukan selama 25 hari dengan sebaiknya
dilakukan pada saat pasien belum menjalani pembagian waktu selama 3 jam tiap
ruangan. Observasi terapi pengobatan medis.

Tabel 2. Hasil observasi penjelasan informasi medis berdasarkan


jenis form tindakan
No Penjelasan Non Form Form Analisis
Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak
1 Diagnosis 0 10 0 10 Tidak
dilakukan
2 Tujuan 0 10 2 8 Dilakukan
tindakan sebanyak 20%
hanya yang
ada form
3 Alternatif
tindakan
4 Risiko Dan 0 10 0 10 Tidak
komplikasi dilakukan
5 Prognosis 0 10 0 10 Tidak
dilakukan
6 Perkiraan 0 10 3 3 Dilakukan
pembiayaan sebanyak 30%
hanya yang
ada di form

Tabel 2 menjelaskan bahwa pemberian informasi medis pada tindakan yang dilengkapi
dengan form masih sangat rendah bahkan pada tindakan yang tidak dilengkapi

dengan form tidak ada penjelasan sama sekali. Berdasarkan data di atas
menunjukkan bahwa penyampaian informasi tindakan medis oleh perawat di RS X masih
rendah sehingga perlu di tingkatkan lagi. Hasil observasi ditemukan ketidak lengkapan
dokumentasi rekam medis berupa pembubuhan tanda tangan yang memberi
penjelasan dan saksi, akan tetapi kekurangan tersebut dapat diidentifikasi sebelum
pasien pulang sehingga perawat berusaha melengkapinya. mudah dilaksanakan.
Pemberian skor berdasarkan kesepakatan peserta brainstorming.

Tabel 3. Hasil kesepakatan alternatif solusi McNamara


No Alternatif Solusi Efektifitas Efesiensi Kemudahan Total
(biaya)
1 Mengadakan pelatihan 5 2 2 9
komunikasi cara
menyampaikan
informasi tindakan
medis
2 Pembuatan leaflet 4 4 4 12
terkait
penjelasan informasi
medis dan
flyer untuk edukasi
pasien
3 Melaksanakan fungsi 4 3 3 10
pengawasan
4 Membuat SK 2 4 4 10
pendelegasian
penyampaian
informasi medis
dan merevisi SPO

Gambar 1. Fishbone akar masalah penyampaian informasi medis oleh perawat


kurang efektif
Hasil brainstorming yang bertujuan untuk mencari akar masalah ditunjukkan pada diagram
fishbone (Gambar 1) dilanjutkan dengan pertanyaan “5 Whys” terhadap cabang sirip ikan.
Hasil proses brainstorming dan 5 whys ditemukan 3 akar penyebab masalah yaitu
pemahaman cara menjelaskan informasi medis rendah, belum ada SK pendelegasian pada
perawat untuk menyampaikan informasi medis, sistem pengawasan belum berjalan, SOP
kurang jelas atau kurang spesifik, belum ada alat bantu untuk menjelaskan dan perawat
tidak tahu cara komunikasi atau penyampaian yang benar. Identifikasi alternatif solusi
dilakukan dengan mengidentifikasi semua kemungkinan solusi yang dapat dilakukan pada
tiap level akar masalah, dengan tujuan untuk menghilangkan, mengendalikan dan
mendeteksi permasalahan. Metode untuk menemukan alternatif solusi yang dipakai adalah
metode tapisan Mc.Namara. Pemilihan alternatif solusi dengan memperhitungkan
efektifitas, efisiensi (biaya) dan kemudahan selanjutnya skor tertinggi adalah merupakan
solusi yang terpilih. Skor 1 berarti sangat tidak efektif/biaya sangat mahal/sangat sulit
dilaksanakan hingga skor 5 sangat efektif/biaya sangat murah/sangat mudah dilaksanakan.
Pemberian skor berdasarkan kesepakatan peserta brainstorming.

DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persetujuan tindakan secara lisan diberikan oleh
pasien sebelum perawat melakukan tindakan, tetapi untuk pembubuhan tanda tangan
pasien pada form persetujuan tindakan medis yang menunjukkan persetujuan pasien dan
sebagai bukti sah secara hukum hanya 50% di lakukan sebelum dan sisanya dilakukan
sesudah diberikan tindakan. Pemberian penjelasan informasi medis tidak dilakukan dengan
baik sesuai ketentuan permenkes. Para pemberi jasa kesehatan diharuskan untuk
memberikan informasi medis baik diminta maupun tidak kepada pasien atau keluarganya
(3). Pemberian persetujuan dan penandatanganan informed consent sebelum pasien
mendapatkan pengobatan atau terapi melindungi pihak pemberi jasa dari segi hukum (4).
Informasi medis harus dikomunikasikan dengan pasien atau keluarga pasien dengan baik,
agar pasien dan keluarga faham dengan kondisi kesehatannya dan sadar dengan
keputusannya untuk menerima atau menolak untuk menjelaskan dan perawat tidak tahu
cara diberikan tindakan medis (5-7). Dokter harus menjelaskan dan menandatangani
dokumentasi informed consent sebelum memasuki ruang terapi. Tujuan dari bentuk tertulis
adalah untuk melepaskan instansi rumah sakit dari tanggung jawab hukum. Dalam
memberi informasi dokter komprehensif membahas masalah-masalah klien mereka seperti
pembayaran, kerahasiaan, keterlibatan pihak ketiga, tujuan pengobatan, protokol, dan
durasi (8). Joffe dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian informasi medis
secara jelas dan lengkap membuat pasien merasa puas akan pelayanan (9). Kurangnya
penjelasan informasi
hingga skor 5 sangat efektif/biaya sangat murah/sangat berakibat pada ketidakpahaman
pasien tentang kondisinya dan jika terjadi kesalahan pada saat tindakan pasien
beranggapan bahwa dirinya adalah korban malpraktik (10). Pemberian informasi secara
jelas dan mereka dapat menolak atau menunda tindakan, lengkap sesusai kebutuhan pasien
dan keluarga dapat membuat pasien merasa puas, sehingga berpengaruh pada bagusnya
mutu suatu RS. Alasan rendahnya penyampaian sebelum melakukan tindakan antara lain
adalah pasien yang banyak, tindakan yang harus dilakukan cepat dan waktu yang lebih
lama untuk meminta tanda tangan. Tindakan yang tidak membutuhkan formulir dapat
dilakukan 100% sebelum tindakan karena untuk persetujuan informed consent hanya
membutuhkan persetujuan lisan saja. Memberikan informasi yang cukup dan jelas pada
pasien dapat menjelaskannya pada pasien. membantu pasien dan keluarga dalam
mengambil keputusan apakah pasien dan keluarga bersedia untuk untuk memberikan
edukasi agar pasien dan keluarga lebih menerima pengobatan bahkan mengambil
keputusan untuk tidak menerima pengobatan atau menolak (11). Informasi yang diberikan
petugas medis secara jelas, lengkap dan disampaikan dengan baik sesuai dengan kondisi
pasien, akan membuat pasien merasa lebih puas dan mudah untuk mengambil keputusan
secara bebas pasien dan atau keluarga untuk menerima informasi. (12). Pada pasien yang
sudah mendapatkan informasi medis tentang kondisinya dan sudah memahami informasi
yang diberikan sebaiknya dilakukan tidak

1 Brain Storming
Dari hasil brainstorming dengan beberapa teman dan petugas kesehatan didapatkan
beberapa masalah dalam kualitas pelayanan Rawat InapPuskesmasPutri Ayu.
A. Input
1. Ruang tunggu keluarga pasien tidak nyaman
2. Tidak ada dokter yang selalu jaga di Rawat Inap
3. Petugas Rawat Inap kurang empati dengan pasien
4. Bed Rawat Inap ada yang rusak
B. Proses
1. Kurangnya penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien
2. Kurang baiknya komunikasi antara petugas Rawat Inap dan pasien
C. Output
1. Menurunnya jumlah kunjungan Rawat Inap
D. Outcome
1. Angka capaian BOR Rawat Inaptahun 2016 dibawah standar

Dari hasil curah pendapat didapatkan 8masalah, dan setelah dilakukan pembahasan
maka masalah yang dipilih yaitu:
1. Menurunnya jumlah kunjungan Rawat Inap
2. Angka capaian BOR Rawat Inap tahun 2016 di bawah standar

2 Konfirmasi Masalah dengan Data


Setelah dilakukan pengumpulan data, maka didapatkan:
1. Menurunnya jumlah kunjungan Rawat Inap.
Berdasarkan laporan data kunjungan Rawat Inap terjadi penurunan jumlah
kunjungan pasien rawat. Pada januari-desember 2015 jumlah kunjungan sebesar
627 pasien, sedangkan pada januari-desember 2016 jumlah kunjungan sebesar
275 pasien.
2. Angka capaian BOR Rawat Inap tahun 2016 sebesar 11%, hal ini menunjukan
capaian BOR di bawah parameter ideal 60-85%.

3Penentuan Prioritas Masalah


Untuk menentukan prioritas masalah pada makalah ini, maka digunakan metode
MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment). Pada MCUA akan ditentuakan
kriteria dan bobot yang akan digunakan dari masing-masing masalah. Masalah yang
memiliki bobot nilai tertinggi akan menjadi prioritas masalah

Tabel 5.1 MCUA untuk menentukan prioritas masalah


pasienPengaruh terhadap kesehatan
Kriteria

Pengaruh terhadap kesehatan


Keseriusan masalah
Besarnya masalah

masyarakat
Masalah

No. Jumlah

Bobot 5 4 3 2

1. Menurunnya jumlah N 6 6 5 6
kunjungan Rawat Inap BN 30 24 15 12 81
2. Angka capaian BOR N 8 6 5 4
Rawat Inap tahun 2016
BN 40 24 15 8 87
di bawah standar
Keterangan:
B : Bobot
N : Nilai
BN : Bobot x Nilai
Bobot ditentukan 2-5
Nilai ditentukan 1-10
Dari hasil MCUA diatas diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah ini adalah
Angka capaian BOR Rawat Inap tahun 2016 di bawah standar
Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab dan Penyebab Masalah Dominan
1.Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)
Identifikasi penyebab masalah dengan metode Diagram tulang ikan (fish bone) atau
diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram ishikawa berdasarkan
kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini:
Material Manusia

Komunikasi
Ada bed yang kurang
yang rusak baik antara
pasien dengan
petugas
Kursi
tunggu
tidak ada
Petugas yang
kurang empati

Angka capaian
BOR Rawat Inap
tahun 2016 di
Keluarga pasien bawah standar
memenuhi kamar
Rawat Inap dan Kurangnya penjelasan
koridor jalan Banyaknya
Faskes Layanan tentang penyakit yang
Sempit tempat
keluarga pasien Rawat Inap diderita pasien
menunggu sekitar Putri Kurang baiknya
pasien Ayu komunikasi antara

Lingkungan Proses petugas Rawat Inap


dan pasien

2.Mencari Dukungan Data


1. Ada beberapa bed yang rusak
Dari hasil pengamatan terlihat diruang perawatan ada beberapa bed yang
sudah rusak
2. Kursi tunggu yang tidak ada
Dari hasil pengamatan tidak terdapat kursi untuk menunggu pasien
3. Petugas yang kurang empati
Dari hasil wawancara dengan salah satu petugas Rawat Inap dan melihat
buku catatan komplain pasien didapatkan ada komplain dari pasien terhadap
petugas Rawat Inap.
4. Sempitnya tempat keluarga pasien menunggu pasien
Dari hasil pengamatan ditemukan sempitnya tempat menunggu pasien hal ini
membuat keluarga tidak nyaman.
5. Banyaknya faskes layanan Rawat Inap sekitar PuskesmasPutri Ayu
Dari hasil pengamatan penulis, ada 6 faskes yang menyediakan Rawat Inap di
sekitar wilayah kerja Puskesmas, sehingga dengan secara tidak langsung
mempengaruhi jumlah kunjungan Rawat Inap di PuskesmasPutri Ayu.
6. Kurang baiknya komunikasi antara petugas Rawat Inap dan pasien
Dari hasil wawancara dengan salah satu petugas Rawat Inap dan melihat
buku catatan komplain pasien didapatkan ada complain dari pasien terhadap
petugas Rawat Inap karena komunikasi petugas yang kurang baik dengan
pasien.

3.Menentukan Penyebab yang Paling Dominan


Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan dengan adu
argumentasi sehingga diperoleh penyebab yang paling dominan yaitu Banyaknya
Faskes Layanan Rawat Inap sekitar PuskesmasPutri Ayu.

PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS DAN USULAN KEGIATAN UNTUK


PEMECAHAN MASALAH
1. Alternatif-alternatif Pemecahan Masalah
Dari masalah yang paling dominan yaitu angka capaian BOR Rawat Inap tahun 2016
di bawah standar, maka alternatif pemecahan masalahnya adalah:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan,mencakup tenaga kesehatan dan sarana-
prasarana.
b. Mensosialisasikan Rawat InapPuskesmasPutri Ayu kepada masyarakat sekitar
Puskesmas.

2. Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih


Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah, maka digunakan tabel MCUA
dibawah ini.

Tabel 6.1 MCUA Untuk Menentukan Prioritas Alternatif Pemecahan masalah


sempurna masalah dengan Dapat memecahkan
Kriteria

Dilaksanakan Mudah

Waktu singkat
Murah biaya
Alternatif
Pemecahan

Jumlah
No. Masalah

Bobot 5 4 3 2
1. Meningkatkan N 9 6 6 8
kualitas
pelayanan
mencakup
tenaga BN 45 24 18 16 103
kesehatan dan
sarana-
prasarana.
2. Mensosialisasik N 6 5 5 4
an Rawat
InapPuskesmas
Putri Ayu
kepada BN 30 20 15 8 73
masyarakat
sekitar
Puskesmas.
Keterangan:
B : Bobot
N : Nilai
BN : Bobot x Nilai
Bobot ditentukan 2-5
Nilai ditentukan 1-10
Dari hasil tabel MCUA diatas diperoleh prioritas alternatif pemecahan masalah pada
makalah ini, yaitu dengan Meningkatkan kualitas pelayanan mencakup tenaga
kesehatan dan sarana-prasarana.
3 . Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan curah pendapat (brainstorming) oleh tim pemecah masalah
didapatkan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan alternatif
pemecahan masalah yang telah diurutkan priotitasnya, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
- Sarana prasarana yang sudah lengkap
- Tenaga kesehatan yang sudah terlatih

2. Faktor Penghambat
- Membutuhkan waktu yang lama
- Membutuhkan dana

3. Upaya Mengantisipasi Faktor Penghambat


- Adanya koordinasi yang baik dalam pelaksanaan kegiatan

4 .Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah Yang Terpilih


Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.2 Rencana Usulan Kegiatan


No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Biaya Target
1 Rapat Agar terjadi Kepala Puskesmas Kepala Tidak Peningkatan
evaluasi peningkatan Puskesmas Puskesmas Ada kualitas
kinerja kualitas serta serta semua layanan
pelayanan semua petugas Rawat Inap
Rawat Inap petugas Rawat Inap
Rawat
Inap
2 Pengecekan Agar dapat Sarana- Puskesmas Kepala Tidak Adanya data
untuk mendata prasarana Puskesmas ada sarana-
sarana kekurangan Rawat dan prasarana
prasarana dari segi Inap penanggung Rawat Inap
sarana jawab
prsarana Rawat Inap

5. Monitoring Dan Evaluasi


Tabel 6.3 Contoh Format Monitoring Kegiatan
Kegiatan Indikator Standar Hasil Selisih Ket
Peningkatan Meningkatnya Meningkatnya Kualitas - Terlaksana
kinerja kualitas kualitas pelayanan
petugas pelayanan pelayanan meningkat
mencakup mencakup
tenaga tenaga
kesehatan kesehatan
Kelengkapan Meningkatnya Meningkatnya Kualitas - Terlaksana
dan kualitas kualitas pelayanan
kelayakan pelayanan pelayanan meningkat
sarana mencakup mencakup
prasarana sarana- sarana-
prasarana. prasarana.

6. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana kegiatan sudah
dilaksanakan dan bisa memecahkan masalah yang terjadi. Evaluasi dapat dilakukan
dengan cara:
a. Membandingkan frekuensi/tingkat masalah atau sebab masalah sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan bar chart
b. Menggunakan format evaluasi yang telah disediakan

Tabel 6.4 Contoh Format Evaluasi Kegiatan


Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektivitas Ket
Peningkatan Meningkat Kualitas Kualitas - Ada
kualitas pelayanan pelayanan peningkatan
pelayanan kurang meningkat
baik

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis menyimpulkan bahwa:
1. Masalah yang dihadapi pada pelayanan Rawat Inap yaitu, terjadi penurunan
jumlah kunjungan pasien Rawat InapPuskesmasPutri Ayu, dan angka capaian
BOR Rawat Inap tahun 2016 di bawah standar.
2. Masalah yang di prioritaskan adalah angka capaian BOR Rawat Inap tahun
2016 di bawah standar.
3. Faktor-faktor penyebab masalah dan penyebab masalah yang paling dominan
adalah banyaknya faskes layanan Rawat Inap sekitar PuskesmasPutri Ayu
4. Alternatif pemecahan masalah adalah meningkatkan kualitas pelayanan
mencakup tenaga kesehatan dan sarana-prasarana, Mensosialisasikan Rawat
Inap PuskesmasPutri Ayu kepada masyarakat sekitar Puskesmas.
5. Prioritas pemecahan masalah adalah meningkatkan kualitas pelayanan
mencakup tenaga kesehatan dan sarana-prasarana.

2 . Saran
Penulis menyarankan agar PuskesmasPutri Ayu melakukan upaya peningkatan
kualitas pelayanan dari segala aspek sehingga adanya peningkatan jumlah
kunjungan rawat inap, selain itu juga penulis menyarankan mensosialisaikan tentang
rawat inap puskesmas putri ayu.

DAFTAR PUSTAKA
Afebra. 2009. Analisis Penyebab Masalah. Available at
<https://www.scribd.com/doc/23912334/ANALISIS-Penybab> accessed on [Oct 7, 2014]

Poerwanto,Hendra.2012.DiagramFishbone.[online].
(https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone)

Delbecq A. L. and VandeVen A. H, (1971). A Group Process Model for


ProblemIdentification and Program Planning. Journal Of Applied Behavioral
ScienceVII (July/August, 1971), 466 -91
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2014.
Jayanti, Evi. 2008. Deskripsi Dan Faktor Yang Bepengaruh Terhadap Status HIVPada
Pengguna Klinik-klinik Layanan Tes HIV di DKI Jakarta dan Bali.Skripsi. Jakarta:
FKM UI.

Anda mungkin juga menyukai