Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH : PANCASILA

DOSEN PENGASUH : Drs. H. MUHSIN ASERI, M. Ag

PANCASILA PADA MASA REFORMASI

DISUSUN OLEH :

HASTUTI ARIYANTI ( 2011121338 )

S T A I DARUL ULUM KANDANGAN


TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Swt. Yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah
Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pancasila. Yang meliputi
nilai tugas, nilai kelompok, nilai individu, dan nilai keaktifan.

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun.
Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau membandingkan beberapa materi
yang sama dari berbagai referensi. Yang semoga bisa member tambahan pada hal yang terkait
dengan Kepentingan Pendidikan Pancasila dalam perkembangan Negara Indonesia di Era
Reformasi.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………….……………………................................................................1
B. Rumusan Makalah………………………………………………………………………….1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………1
D. Sistematika Penulisan………………………………………………………………………1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila………………………………………………………………....…..2
B. Perkembangan Pancasila..……………………………………….……..............................3
C. Peran Pancasila di Era Reformasi..………………………………………………………..5

BAB III : PENUTUP


- Kesimpulan ..............................................................................................................................9

- Saran –saran………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur.

Pancasila sesungguhnya adalah nafas bangsa Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan
oleh peran Pancasila di dalam kehidupan bangsa ini. Pancasila menempati posisi yang sangat
strategis di tengah kehidupsn bangsa Indonesia yang plural dan multikultural. Bisa
dibayangkan seandainya kita sebagai bangsa kemudian tidak memiliki common platform yang
sama untuk menjadi bangsa.

B. Rumusan Masalah

Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka


penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:

1. Apa arti Pancsila?


2. Bagaimana peran Pancasila di era reformasi?

C. Tujuan
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya
2. Peran Pancasila di era reformasi?

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study


kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan Pancasila dan
kewarganegaraan.
BABA II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara
Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV
yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma
karangan Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi yang
lima” (dari bahasa Sangsekerta) Pancasila juga mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang
lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan


2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18


Agustus 1945. sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan
sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan kenyataan, nilai-nilai
yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan
kita teruskan sampai sekarang.1

Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dijadikan Dasar Negara Indonesia.

B. Perkembangan Pancasila
1
Budiyanto. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional
terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi
diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

·         Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Sejak kelahirannya (1 Juni 1945) Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, atau lebih dikenal sebagai Dasar Negara (Philosofische groundslag). Hal
ini, dapat diketahui pada saat Soekarno diminta ketua Dokuritsu zyunbi Tyoosakai untuk
berbicara di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal
1 Juni 1945, menegaskan bahwa beliau akan memaparkan dasar negara merdeka.

Prinsip-prinsip filsafati Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai dasar


negara (philosofische grondslag, Weltanschauung) Republik Indonesia, yang kemudian diberi
status (kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 (18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

·         Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Generasi Soekarno – Hatta telah mampu menunjukkan keluasan dan kedalaman


wawasannya, dan dengan ketajaman intelektualnya telah berhasil merumuskan gagasan-
gagasan vital sebagaimana dicantumkan didalam pembukaan UUD 1945, dimana Pancasila
sebagai dasar negara ditegaskan dalam satu kesatuan integral dan integratif. Oleh karena itu
para tokoh menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang 1945 merupakan sebuah
dokumen kemanusiaan yang terbesar dalam sejarah kontemporer setelah American
Declaration of Independent 1976. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 nyaris sempurna,
dengan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, oleh karenanya Pancasila merupakan dasar
yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila
telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia
(Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara
dalam tiga tahap yaitu : (1) tahap 1945 – 1968 sebagai tahap politis, (2) tahap 1969 – 1994
sebagai tahap pembangunan ekonomi, dan (3) tahap 1995 – 2020 sebagai tahap repositioning
Pancasila. Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum
ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara yaitu : (1) 1945
– 1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ; (2) 1949 – 1950 masa konstitusi
RIS ; (3) 1950 – 1959 masa UUDS 1950 ; (4) 1959 – 1965 masa orde lama ; (5) 1966 – 1998
masa orde baru dan (6) 1998 – sekarang masa reformasi. Hal ini patut dipahami, karena
adanya perbedaan pendekatan, yaitu dari segi politik dan dari segi hukum.

1. 1945 – 1968 merupakan tahap politis dimana orientasi pengembangan Pancasila


diarahkan kepada Nation and Character Building.

Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai
tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai
panglima sangat dominan. Disisi lain pada masa ini muncul gerakan pengkajian ilmiah
terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara misalnya oleh Notonagoro dan Driarkara. Kedua
ilmuwan tersebut menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan suatu paham atau
aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati
tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif melainkan
menjadi suatu imperatif dan suatu philosophical concensus dengan komitmen transenden
sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam menyongsong kehidupan masa depan
bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan Notonagoro menyatakan bahwa Pembukaan
UUD 1945 merupakan staatfundamental Norm yang tidak dapat diubah secara hukum oleh
siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai tantangan baik dari dalam
maupun dari luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu menempatkan
Pancasila sebagai asas tunggal.

2.     1969 – 1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi yaitu upaya mengisi
kemerdekaan melalui program-program ekonomi.

Orientasi pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya


cenderung menjadikan ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi
menunjukkan keberhasilan secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala
ketidakmerataan dalam pembagian hasil pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan
fenomena yang dilematis dengan program penataran P4 yang selama itu dilaksanakan oleh
pemerintah. keadaan ini semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala KKN dan
Kroniisme yang nyata-nyata bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Bersamaan
dengan itu perkembangan perpolitikan dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis,
lahirnya tiga raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Oleh karena
itu Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme
melainkan juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping
menhadapi tantangan baru yaitu KKN dan kroniisme.

3.     1995 – 2020 merupakan repositioning Pancasila.

Karena dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru
dunia, khususnya di adab XXI sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar,
maka semakin terasa orgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam
kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih
kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini.

Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila sebagai
dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan
Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya yaitu :

Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai


ceminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian
nilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”

Idealitasnya bahwa idelisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa
makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah dan
optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif menuju hari esok
yang lebih baik.

Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
mendeg dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru
untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang, dengan demikian tanpa
kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa semangat Bhinneka
Tunggal Ika.2

2
Abdulkarim, Aim. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Grafindo
Reposisi Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan dan
pengembangan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah untuk
mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas Pancasila harus disertai penegakkan (supremasi)
hukum.

C.    Peranan Pancasila Di Era Reformasi

1.     Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau
pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasa kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia
harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum
setiap perbuatan, baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan
harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya
dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang
akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Sekurang-
kurangnya, substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila Pancasila.

2.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa
nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan sbb :

-            Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

-     Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan ;

-         Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan ;

-         Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan


yang adil dan beradab ;

-         Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan, kejujuran (yang menghasilkan) dan toleransi
bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa.

3.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang ekonomi


Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian bagaimana
suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam kehidupan nyata.

4.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung


pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan
sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh karena itu smeboyan
Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut pembangunan
kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional sangat
diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasa
Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan.

5.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang hankam

Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus diaktualisasikan
untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya atau mengakhiri
dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.

6.     Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan

Dengan memasukai kawasan filsafat ilmu (philosophy of science) ilmu pengetahuan yang
diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah
penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis, yaitu
bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam
upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus
dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai masyarakat, sebagai proses, dan sebagai
produk. Sebagai masyarakat menunjukan adanya suatu academic community yang akan dalam
hidup kesehariannya para warganya mempunyai concerm untuk terus menerus menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebagai proses menggambarkan suatu aktivitas warga
masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi,
eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
Sebagai produk, adanya hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya
ilmiah beserta aplikasinya yang berwujud fisik ataupun non fisik.

Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dijadikan
metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah didalam pengembangan ilmu
pengetahuan ; yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Aksilogi yaitu bahwa dengan
menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengemabgnan ilmu
pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif
mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila. Lebih dari itu, dengan penggunaan
Pancasila sebagai paradigma, merupakan keharusan bahwa Pancasila harus dipahami secara
benar, karena pada gilirannya nilai-nilai Pancasila kita jadikan asumsi-asumsi dasar bagi
pemahaman di bidang otologis, epistemologis, dan aksiologisnya.3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karena faktor-faktor seperti latar belakang yang berbeda baik dari segi etnis, budaya, bahasa,

3
Munawar, Rachman. Artikel Yayasan Paramadina. Yayasan Paramadina 2006. Catatan
Kritis dan Analisis Aktual
dan keadaan ekonomi. Bangsa Indonesia meyakini bahwa paham ideologi terbuka adalah
jalan terbaik pemersatu perbedaan-perbedaan tersebut.

Salah satu alasan terbentuknya paham tersebut adalah karena paham tersebut bersifat
fleksibel (tidak mutlak) dan interaktif tidak seperti paham ideologi tertutup (bersifat mutlak)
yang harus sesuai dengan isi dari kesepakatan-kesepakatan dari ideologi tersebut. Apalagi di
zaman yang semakin berkembang ini, apabila Indonesia dengan ragam budaya yang begitu
kaya tidak menggunakan ideologi terbuka, bangsa ini pasti tidak akan mampu menghadapi
tantangan perkembangan zaman..

B. Saran-Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung
jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga

Abdulkarim, Aim. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Grafindo


Munawar, Rachman. Artikel Yayasan Paramadina. Yayasan Paramadina 2006. Catatan Kritis
dan Analisis Aktual

Anda mungkin juga menyukai