Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

SUB KAJIAN ERA ORDE BARU DAN ERA REFORMASI

Dosen pengajar : Bapak. Rohman, M.Pd


Disusun Oleh Kelompok II Reguler 1 :
1. Avhiez Kurniawan
2. Novaldo Labara
3. Ilham Ramadhan Setiadi
4. Dhea Azima Masadi
5. Alya Tzania
6. Dwi Suciati
7. Gishela Nuriani Aziz
Program Studi Sanitasi D III Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita hanturkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SUB KAJIAN ERA ORDE BARU DAN
ERA ORDE REFORMASI” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga bagi para penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak. Rohman, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 9 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian / Bagaimana keadaan Pancasila dilihat sebagai kajian sejarah bangsa
indonesia .......................................................................................................
B. Bagaimana Pancasila pada era orde baru.......................................................
C. Bagaimana Pancasila pada era orde reformasi...............................................
D. Jenis-jenis dalam jurnal ilmiah .....................................................................
E. Cara pembuatan jurnal ilmiah ......................................................................
BAB 3 PENUTUPAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa
yang saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang
berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bersumber
pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia
pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk
mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas, pijakan atau fundamen yang mampu
memberikan kekuatan terhadap berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia
dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila.
Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah, wilayah, dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan
pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai
Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di
Negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana keadaan Pancasila dilihat sebagai kajian sejarah bangsa Indonesia?


b. Bagaimana Pancasila pada era orde baru?
c. Bagaimana Pancasila pada era orde reformasi?
d. Norma-norma pancasila

C. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis mempunyai tujuan yaitu :


a. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pendidikan pancasila
b. Untuk mengetahui keadaan pancasila dilihat sebagai kajian sejarah bangsa
indonesia
c. Sebagai bahan kajian untuk memahami dan mempelajari sejarah pancasila pada era
orde baru dan reformasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian / Bagaimana keadaan Pancasila dilihat sebagai kajian sejarah


bangsa Indonesia

Pancasila merupakan dasar negara yang berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai
kaidah negara yang fundamental. Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa
Pancasila menjadi pedoman dalam penyelenggaraan segala norma hukum dan negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh Instruksi
Presiden Nomor 12/1968.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki arti bahwa segala
peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Menurut sejarawan Inggris, John Tosh, sejarah merupakan memori kolektif,
pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial manusia dan prospek
manusia tersebut di masa yang akan datang. Terbentuknya negara Indonesia adalah
suatu proses sejarah yang panjang dan melalui beberapa tahap, yang dalam tahapan
tersebut mencakup beberapa peristiwa berkaitan dengan nilai-nilai perumusan
Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang
dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan
melalui sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Semua nilai Pancasila
merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah
karena Pancasila saling memiliki keterkaitan dari sila pertama hingga sila kelima.

Pancasila merupakan jiwa bangsa yang harus diwujudkan dalam setiap lembaga atau
organisasi dan insan yang ada di Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti
Pancasila memberikan ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia dan membedakannya
dengan bangsa lain. Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, namun dalam
pengaplikasiannya harus bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat
Indonesia yang dapat menerima dan mengakomodasikan pemikiran dari luar
sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi 1
identitas bangsa. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami membahas tentang
“Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia” untuk menelusuri proses sejarah
dalam pembentukan Pancasila hingga menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara serta menjadi jati diri bangsa Indonesia
B. Pancasila pada masa orde baru

Setelah lengsernya Ir. Soekarno sebagai presiden, selanjutnya Jenderal


Soeharto yang memegang kendali terhadap negeri ini. Dengan berpindahnya
kursi kepresidenan tersebut, arah pemahaman terhadap Pancasila pun mulai
diperbaiki.

Pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 1967 Presiden Soeharto


mengatakan, “Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan makin
bulat tekad kita mempertahankan Pancasila”. Selain itu, Presiden Soeharto
juga mengatakan, “Pancasila sama sekali bukan sekedar semboyan untuk
dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar
dikeramatkan dalam naskah UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan .

Jadi, Pancasila dijadikan sebagai political force di samping sebagai kekuatan


ritual. Begitu kuatnya Pancasila digunakan sebagai dasar negara, maka pada 1
Juni 1968 Presiden Soeharto mengatakan bahwa Pancasila sebagai pegangan
hidup bangsa akan membuat bangsa Indonesia tidak loyo, bahkan jika ada
pihak-pihak tertentu mau mengganti, merubah Pancasila dan menyimpang dari
Pancasila pasti digagalkan (Pranoto dalam Dodo dan Endah .

Selanjutnya pada tahun 1968 Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi


Presiden Nomor 12 tahun 1968 yang menjadi panduan dalam mengucapkan
Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:
Satu : Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Instruksi Presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13 April 1968.


Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan ketetapan (disingkat TAP) MPR
Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) yang salah satu pasalnya
tepatnya Pasal 4 menjelaskan,
“Pedoman Penghayatan dan Pengamalan pancasila merupakan penuntun dan
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik Pusat maupun di
Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh”
Ketika itu, sebagian golongan Islam menolak reinforcing oleh pemerintah
dengan menyatakan bahwa pemerintah akan meng-agamakan Pancasila.
Kemarahan Pemerintah tidak dapat dibendung sehingga Presiden Soeharto
bicara keras pada Rapim ABRI di Pekanbaru 27 Maret 1980. Intinya Orba
tidak akan mengubah Pancasila dan UUD 1945, malahan diperkuat sebagai
comparatist ideology. Jelas sekali bagaimana pemerintah Orde Baru merasa
perlu membentengi Pancasila dan TAP itu meski dengan gaya militer. Tak
seorang pun warga negara berani keluar dari Pancasila . Selanjutnya pada
bulan Agustus 1982 Pemerintahan Orde Baru menjalankan “Azas Tunggal”
yaitu pengakuan terhadap Pancasila sebagai Azas Tunggal, bahwa setiap partai
politik harus mengakui posisi Pancasila sebagai pemersatu bangsa .

Dengan semakin terbukanya informasi dunia, pada akhirnya pengaruh luar


masuk Indonesia pada akhir 1990an yang secara tidak langsung mengancam
aplikasi Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Demikian pula
demokrasi semakin santer mengkritik praktek pemerintah Orde Baru yang
tidak transparan dan otoriter, represif, korup dan manipulasi politik yang
sekaligus mengkritik praktek Pancasila. Meski demikian kondisi ini bertahan
sampai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 .

C. Pancasila pada masa reformasi


Masa Reformasi dimulai setelah Soeharto memutuskan mundur dari kursi jabatannya
dan digantikan oleh BJ Habibie. Dalam pemerintahannya, BJ Habibie berusaha
memperbaiki sistem ekonomi, mereformasi bidang politik dan hukum, mengeluarkan
UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka
Umum, dan sebagainya. Mulai masa Reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi
negara juga terus dikembangkan sampai saat ini. Masa sebelumnya, penerapan
Pancasila di era Orde Lama dan Orde Baru dianggap tidak berhasil. Orde Lama dan
Orde Baru dianggap gagal menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah sistem
ketatanegaraan Indonesia dipengaruhi oleh kepentingan elite.
Berikut penyebab kegagalan lainnya Orde Lama dan Orde Baru
Orde Lama
• MPRS melakukan pengangkatan Soekarno untuk menjadi Presiden Indonesia
seumur hidup
• Terjadi penyimpangan ideologi, yaitu ideologi Pancasila berubah makna menjadi
nasionalis, agama, dan komunis
• Hilangnya sikap politik Indonesia, yaitu sikap politik luar negeri bebas dan aktif
yang berubah menjadi Politik Poros
• DPR dibubarkan oleh presiden
• Hak melaksanakan budget DPR tidak lagi berjalan setelah tahun 1960
Orde Baru
• Banyak kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme
• Pembangunan di Indonesia tidak merata, hanya terjadi di Pulau Jawa dan terjadi
kesenjangan pembangunan di pulau-pulau lainnya
• Timbul rasa ketidakpuasan di Aceh dan Papua karena kesenjangan tersebut
• Timbul kecemburuan antarpenduduk dalam kegiatan transmigrasi
• Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang memarak Pembungkaman kritik dan
oposisi
Inti dari Reformasi sendiri adalah memelihara kinerja bangsa dan negara yang sudah
baik di masa lampau dan memperbaiki kekurangannya. Pada era Reformasi,
Pancasila direinterpretasi, yaitu Pancasila harus selalu diinterpretasikan kembali
sesuai dengan perkembangan zaman.
Penginterpretasian Pancasila harus relevan dan kontekstual, serta sinkron atau sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya. Berbagai perubahan dilakukan untuk
memperbaiki nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah ideologi
Pancasila. Namun, masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum juga
terselesikan.
Pancasila di era Reformasi dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan era Orde Lama
dan Orde Baru, karena tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut
adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih terus terjadi. Pancasila
seakan-akan tidak memiliki kekuatan untuk menuntun masyarakat.
Beberapa kelemahan yang melenceng dari nilai-nilai Pancasila di era Reformasi,
yaitu:
1. Pancasila dijadikan sebagai ideologi bangsa tanpa memperhatikan relevansinya
dengan perkembangan zaman
2. Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini untuk
meraih kekuasaan
3. Pemerintah kurang konsisten dalam menegakkan hukum
4. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di
beberapa daerah
Dalam rangka mengaktualisasi nilai-nilai Pancasila, pemerintah Republik Indonesia
melakukan pembinaan ideologi Pancasila terhadap seluruh penyelenggara negara.
Pada 19 Mei 2017, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-
PIP). Akan tetapi, UKP-PIP dirasa masih butuh disempurnakan lagi dan direvitalisasi
tugas dan fungsinya. Selain itu, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 juga perlu
diganti untuk penguatan pembinaan ideologi Pancasila. Atas pertimbangan tersebut,
maka tanggal 28 Februari 2018, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
BPIP bertugas untuk
• Membantu Presiden merumuskan arah kebijakaan pembinaan ideologi Pancasila
• Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi
Pancasila
• Melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan
• Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
• Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi
yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian,
pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya.
Namun pembentukan BPIP kerap dikritik karena dianggap tidak jelas fungsi dan
tujuannya
D.Norma-norma pancasila

Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut
meliputi 36 butir, yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia


a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Nilai-nilai Pancasila yang terdiri atas 36 butir tersebut, kemudian pada tahun 1994
disarikan/dijabarkan kembali oleh BP-7 Pusat menjadi 45 butir P4. Perbedaan yang
dapat digambarkan yaitu: Sila Kesatu, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila Kedua, menjadi 10
(sepuluh) butir; Sila Ketiga, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila Keempat, menjadi 10
(sepuluh) butir; dan Sila Kelima, menjadi 11 (sebelas) butir. Sumber hukum dan tata
urutan peraturan perundangundangan di negara Indonesia diatur dalam Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966. Ketetapan ini menegaskan, “Amanat penderitaan rakyat
hanya dapat diberikan dengan pengamalan Pancasila secara paripurna dalam segala
segi kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dan dengan pelaksanaan secara murni
dan konsekuen jiwa serta ketentuan-ketentuan UUD 1945, untuk menegakkan
Republik Indonesia sebagai suatu negara hukum yang konstitusionil sebagaimana
yang dinyatakan dalam pembukaan UUS 1945”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

demokrasi pancasila pada orde baru (1966 - 1998) berkeinginan melaksanakan


pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen. orde baru merencanakan dan
melakukan program pembangunan ekonomi di segala bidang untuk memperbaiki
keadaan bangsa indonesia. hingga pada akhir tahun 1980 dan 1990 pembangunan
ekonomi berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima. akibatnya, kesenjangan
ekonomi terjadi antara pusat dan daerah serta KKN semakin merajalela di tubuh
pemerintahan.
•demokrasi era reformasi berlangsung dari 1998 sampai saat ini. pada masa ini
kebebasan masyarakat dlm menggunakan haknya menjadi lebih terbuka dan meluas.
masyarakat semakin kritis dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah.
jadi yg paling baik dan stabil adalah pada era reformasi

Anda mungkin juga menyukai