Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

Pancasila sebagai Dasar Negara

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

A. NASMA HAFIZHAH B.PARASSA PO714203221001


AINI DIAN ANTONO QOLBY PO714203221002
ANDI DARNI RESKY SUCI INDAH SARI PO714203221003
ANDI MULFI SHABARA PO714203221004
ANDINI DWI LESTARI PO714203221005
ANNISA MAGHFIRAH PO714203221006
ARLIN LOBORAN PO714203221007
ASTI FERA PO714203221008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan sayang-Nya memberikan pengetahuan,kemampuan dan kesempatan kepada
penyusun sehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Penyusun menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan
penyusun,untuk itu,masukan yangbersifat membangun akan sangat membantu
penyusun untuk semakin membenihkekurangannya Demikia dari kami selaku
penulis makalah ini,apabila terdapat masalah padamakalah ini saya ucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya harap makalahini dapat nbermanfaat
bagi kalian yang membacanya. Terima kasih.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 17 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
B. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
C. FUNGSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
D. KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
E. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BAB III
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima butir tersebut
tercantum dalam alinea ke -4 Pembukaan UUD 1945. Sebagaimana yang telah
diketahui oleh hampir semua warga Negara Indonesia bahwa fungsi pokok dari
Pancasila adalah sebagai dasar negara, meskipun sebenarnya masih banyak
fungsi-fungsi lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa
Indonesia sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.Inilah
sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama,yakni sebagaidasar negara
Republik Indonesia.
Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
telah ditetapkan sebagai dasar negara padatanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI
yang telah dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang
merdeka.Penerapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah negara Pancasila Hal itu terkandung artibahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam
seluruh perundang-undang.
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan YME dan ternyata merupakan
light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu
dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan
sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri
dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan
ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia
yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu
benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya
keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1.1.1 Rumusan Masalah


1. Sejarah Perumusan Pancasila?
2. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Dasar Negara?
3. Apa Sajakah Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara?
4. Bagaimanakah Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara?
5. Bagaimnakah Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara?

1.1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Perumusan Pancasila
2. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Dasar Negara
3. Untuk mengetahui Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
4. Untuk mengetahui Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara
5. Untuk mengetahui Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan Pancasila


Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato mengenai rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian Soekarno memberi istilah dasar negara dengan nama “Pancasila”.
Menurut Prof. Mr Muhammad Yamin, perkataan Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta
yang terdiri dari dua suku kata dan mengandung dua macam arti, yaitu: Panca artinya
“lima” dan Syila artinya “batu sendi, alas, atau dasar”. Sedangkan menurut huruf
Dewanagari “Syiila” yang artinya peraturan tingkah laku yang penting/baik/senonoh.
Dari kata “Syiila” ini dalam bahasa Indonesia menjadi “susila” artinya tingkah laku yang
baik2 . Menurut Ir. Soekarno Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun
menurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia3 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa,
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang berada, tumbuh dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Oleh karena keluhuran sifat nilai-nilai
Pancasila tersebut, dia merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam hidup masyarakat
pendukungnya yaitu masyarakat Indonesia. Dengan begitu, kedudukan nilai-nilai
Pancasila merupakan ukuran bagi baik-buruknya atau benar-salahnya sikap warga negara
secara nasional. Dengan kata lain, nilai Pancasila merupakan tolok ukur, penyaring, atau
alat penimbang, bagi semua nilai yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara
Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Artinya, Pancasila
harus senantiasa menjadi ruh atau Power yang menjiwai kegiatan dalam membentuk
negara5 . Setijo menyatakan bahwa konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni
1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Falsafah negara atau
filosophische grondslag bagi negara Indonesia mereka. Usulan tersebut ternyata dapat
diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasilhasil sidang selanjutnya dibahas oleh panitia
kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar”
pada tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi
nama Jakarta Charter, atau pandangan hidup bangsa, Pancasila mengandung nilai-nilai
luhur yang berada, tumbuh dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak
dahulu kala. Oleh karena keluhuran sifat nilai-nilai Pancasila tersebut, dia merupakan
sesuatu yang akan dicapai dalam hidup masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat
Indonesia. Dengan begitu, kedudukan nilai-nilai Pancasila merupakan ukuran bagi baik-
buruknya atau benar-salahnya sikap warga negara secara nasional. Dengan kata lain, nilai
Pancasila merupakan tolok ukur, penyaring, atau alat penimbang, bagi semua nilai yang
ada, baik dari dalam maupun luar negeri .
sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara Republik
Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Artinya, Pancasila harus
senantiasa menjadi ruh atau Power yang menjiwai kegiatan dalam membentuk negara5 .
Setijo menyatakan bahwa konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni
1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Falsafah negara atau
filosophische grondslag bagi negara Indonesia mereka. Usulan tersebut ternyata dapat
diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasilhasil sidang selanjutnya dibahas oleh panitia
kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar”
pada tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi
nama Jakarta Charter, atau Piagam Jakarta, yang didalam-Nya terdapat Pancasila pada
alinea IV, Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang
bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar negara6 . Sejak saat itu Pancasila
sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai berikut: 1. Sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. 2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar
1945. 3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara. 4. Menjadi sumber
semangat bagi UUD 1945, dan 5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD
untuk mewajibkan perintah maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara
budi pekerti luhur.

C. Fungsi Pancasila Sebagai Dasar


Negara Kelima butir tersebut tercantum dalam alinea ke -4 Pembukaan UUD 1945.
Sebagaimana yang telah diketahui oleh hampir semua warga Negara Indonesia bahwa
fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai dasar negara, meskipun sebenarnya masih
banyak fungsi-fungsi lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa
Indonesia sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, berikut adalah penjelasan mengenai fungsi-fungsi Pancasila:
1. Pancasila sebagai pedoman hidup
Di sini Pancasila berperan sebagai dasar dari setiap pandangan di Indonesia.
Pancasila haruslah menjadi pedoman dalam mengambil keputusan dalam menghadapi
suatu masalah.
2. Pancasila sebagai jiwa bangsa
Pancasila haruslah menjadi jiwa bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan
jiwa bangsa harus terwujud dalam setiap lembaga maupun organisasi dan insan yang ada
di Indonesia.
3. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah penting dan juga sebagai identitas bangsa
Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus diam dalam diri tiap pribadi bangsa Indonesia
agar bisa membuat Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
4. Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila menjadi sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di Indonesia.
Dengan kata lain Pancasila sebagai dasar negara tidak boleh ada satu persatuan yang
bertentangan dengan Pancasila.
5. Pancasila sebagai cita-cita bangsa
Pancasila yang dibuat sebagai dasar negara juga dibuat untuk menjadi tujuan negara
dan cita-cita bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia haruslah mengidamkan sebuah negara
yang punya Tuhan yang Maha Esa punya rasa kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta
solid, selalu bermusyawarah dan juga munculnya keadilan social.

D. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan
UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang
menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
didapatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik
Indonesia. Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 telah ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI yang telah dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang
merdeka.
Dengan syarat utama seluruh negara menurut Emest Renan kehendak untuk bersatu
dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan
sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan keseragaman
sistematikanya melalui instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara
hierarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/asas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu dengan lainnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-
sia. Oleh karena itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan
utuh, yang tidak dapat dipisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh
dari Pancasila akan mengakibatkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi negara kesatuan Republik
Indonesia dengan alasan sebagai berikut:
1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistis masyarakat Indonesia
yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan secara berkeadilan yang sesuai
dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan sila kemanusiaan
yang adil dan beradab.
2. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan negara kesatuan republik Indonesia
yang terbentang dari sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau sesuai sila
Persatuan Indonesia.
3. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak- hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini selaras dengan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
4. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam mencapai tujuan tersebut.
Pancasila sebagai kaidah negara fundamental yang berarti bahwa pada sila ketuhanan
yang maha esa, menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan
masing-masing. Kemudian pada sila persatuan Indonesia, bangsa yang tetap menghormati
sifat masing-masing seperti apa adanya.

E.Implementasi Pancasila sebagai Dasar Negara


Negara Indonesia merupakan negara yang lahir dari tetesan darah para
pejuang kemerdekaan Indonesia. Proklamasi Presiden Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1945 memiliki arti yang penting dan sakral bagi bangsa Indonesia yaitu
sebagai tonggak lahirnya bangsa Indonesia, sebagai tanda lahirnya tata hukum
Indonesia yang baru serta sebagai norma tata hukum pertama di Indonesia. Suatu
negara akan berdiri kukuh jika negara tersebut mempunyai dasar negara untuk
mengatur setiap warga negara dan aparatur negara dalam bertindak. Dasar yang
digunakan untuk mengatur kehidupan suatu negara harus sesuai dengan
kepribadian bangsa dan pandangan hidupnya.
Negara Indonesia memiliki Ideologi Pancasila yang dijadikan asas serta
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup di negara Republik
Indonesia. Para pendiri negara Indonesia telah meletakkan dasar-dasar bagi negara
yang dibentuk. Para pendiri bangsa melaksanakan tugas yang amat berat untuk
merumuskan secara arif suatu intisari yang paling hakiki dari keseluruhan
pemikiran pendiri negara untuk suatu bangsa. Pandangan hidup bangsa Indonesia
tersebut terangkum dalam perumusan sila-sila Pancasila yang kemudian dijadikan
falsafah hidup bernegara berdasarkan UUD 1945. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan falsafah bernegara, merupakan sumber hukum dalam arti
materiil yang tidak saja menjiwai, tetapi bahkan harus dilaksanakan dan tercermin
oleh dan dalam setiap peraturan hukum Indonesia. Oleh karena itu, hukum
Indonesia haruslah berkiblat pada nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan
Pancasila.
Pancasila yang dijadikan asas serta memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup bernegara berdasarkan prinsip “Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka”. Prinsip ini bermakna bahwa bangsa Indonesia diharuskan mempertajam
kesadaran akan nilai-nilai dasarnya yang bersifat abadi, di lain pihak didorong
untuk mengembangkan secara kreatif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan
zaman. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasannya “Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka” bahwasannya nilai dasar dari Pancasila tersebut tetap namun
penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan
kebutuhan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Pancasila
sebagai falsafah bangsa Indonesia memiliki lima nilai dasar yang tersusun secara
sistematis dalam satu kesatuan yang saling mengilhami antar sila-nya. Setiap sila
memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna bahwasannya bangsa Indonesia
menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga rakyat Indonesia diharuskan memiliki agama dan kepercayaan masing-
masing. Sila kemanusiaan yanga adil dan beradab memiliki makna bahwasannya
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki harkat dan martabat
yang wajib dihormati oleh sesama manusia tanpa membedakan suku, keturunan,
agama, jenis kelamin, kepercayaan dan sebagainya. Oleh karena itu sikap saling
mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa, saling menghargai harus
dikembangkan diantara manusia. Pada intinya sila kedua ini bermakna
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sila Persatuan Indonesia menempatkan
bahwa manusia Indonesia merupakan satu kesatuan. Kepentingan negara dan
bangsa Indonesia berada di atas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan
dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan
demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan bermakna
bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama oleh karena itu tidak boleh ada pemaksaan kehendak kepada orang lain.
Dalam hal menggunakan haknya, maka harus memperhatikan kepentingan Negara
dan kepentingan masyarakat. Musyawarah mufakat merupakan elemen penting
dalam rangka pengambilan keputusan. Keputusan harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha esa. Sila Keadilan Sosial bagi
Seluruh rakyat Indonesia bermakna bahwa rakyat Indonesia memiliki hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan sikap adil terhadap sesama
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak orang
lain.
Sebagai falsafah bangsa yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara tentunya harus kita taati dan kita amalkan dalam
kehidupan bernegara. Akan tetapi dewasa ini banyak penyimpangan yang
dilakukan oleh warga negara terhadap nilai-nilai pancasila. Segala perpecahan dan
konflik konflik yang terjadi sungguh tidak mencerminkan jati diri bangsa.
Penyimpangan terhadap nilai-nilai pancasila dapat kita contohkan dengan
beberapa kasus yang terjadi di Indonesia. Penyimpangan sila pertama, misalnya
konflik antar agama yang terjadi di Ambon. Dalam konflik ini, antara agama
Katolik dan agama Islam saling menyerang tanpa adanya toleransi sedikitpun. Sila
kedua pancasila pada kenyataannya juga telah dilanggar. Kasus Tri Sakti tanggal
12 Mei 1998 merupakan bukti bahwa sila kedua pancasila belum sepenuhnya
dipahami dan diamalkan oleh warga Indonesia. Hal lain yang menjadi perhatian
kita adalah pnyimpangan sila ketiga tentang persatuan antar warga Negara.
Persatuan antar warga negara Indonesia sudah mulai merenggang, hal ini dapat
kita lihat dengan munculnya tragedi monas yaitu pertikaian antara FPI dengan
AKKBB yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai persatuan. Penerapan sila
keempat juga tidak dapat sepenuhnya dijalankan misalnya saja dengan perilaku
yang ditunjukan oleh para wakil rakyat, yang seharusnya mereka mewakili rakyat
dalam menetukan dan mengambil kebijakan, mereka dengan terang-terangan
mengabaikan kewajiban mereka contohnya dalam menyelesaikan masalah para
wakil rakyat menggunakan kekerasan, seperti tidak mencerminkan bahwa mereka
tidak beretika dan tidak berwibawa. Selain itu masalah sila kelima tentang
keadilan sosial yang masih berkembang ditengah-tengah masyarakat Indonesia
menjadi salah satu indikator bahwa keadilan sosial belum tercapai. Kesenjangan
yang tercipta antara kaum elite dengan kaum miskin masih terjadi, yang kaya
semakin kaya yang miskin semakin miskin. Selain itu penyimpangan sila kelima
juga dapat ditengarai dengan munculnya ketimpangan pendidikan, kesehatan dan
juga kemiskinan. Setelah melihat contoh diatas jelas bahwa nilai-nilai pancasila
belum sepenuhnya diimplementasikan di dalam kehidupan bernegara.
Dalam pengimplementasian sila-sila pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara tentunya ada kendala yang dihadapi oleh berbagai elemen
masyarakat. Kendala dari sila pertama dapat berupa pertentangan antar agama
yang dilatar belakangi tidak adanya toleransi antar umat beragama, yang pada
dasarnya kendala tersebut ada karena individu atau kelompok dalam masyarakat
itu sendiri saling mengeksklusifkan kelompok masing-masing. Selain itu
banyaknya aliran agama yang bermunculan, yang mana mereka membawa
ideologi masing-masing yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang diakui di
Indonesia. Kendala dari sila kedua sendiri yaitu masih banyaknya kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena hukum
yang berlaku masih belum merepresentasikan sebagaimana fungsinya.
Pengimplementasian sila ketiga masih belum dilaksanakan sepenuhnya, hal ini
dikarenakan masih banyaknya daerah di Indonesia yang mau mimisahkan diri dari
kesatuan Republik Indonesia. Hal ini bisa dicontohkan dengan munculnya
berbagai gerakan di Indonsia seperti gerakan OPM di Papua serta GAM di Aceh.
Hal tersebut terjadi karena dari pemerintah sendiri belum bisa mengayomi daerah
tersebut seperti daerah lain di Indonesia misalnya Jakarta. Kendala dari sila
keempat sendiri nampak jelas dari wakil rakyat yang tidak amanah dalam
menjalankan tugasnya. Selain itu masih banyaknya sistem pengambilan keputusan
dengan cara voting dan sebagainya. Kendala dari sila kelima sendiri yakni sistem
distribusi pendapatan yang tidak merata baik dalam bidang pendidikan, kesehatam
maupun bidang kesejahteraan lainnya.
Masalah-masalah tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan kembali kepada
kelima sila Pancasila. Dengan menghidupkan kembali Pancasila sebagai dasar
utama dan jati diri bangsa, yaitu dengan cara mengembangkan pemahaman
Pancasila yang transformatif, edukatif, dan berwawasan melalui pendidikan dan
pembudayaan. Sebab, tanpa memasyarakatkan Pancasila bangsa Indonesia sudah
dipastikan akan runtuh dan segala problematika tidak akan kunjung selesai.
Internalisasi Keyakinan atau Pembudayaan terhadap Pancasila. Proses
pemahaman Pancasila, perlu dilakukan sedemikian rupa, sampai pada tingkat
dimana bukan hanyasekedar paham, namun juga tumbuhnya keyakinan pada
warga negara bahwa Pancasila adalah falsafah dan nilai-dasar bangsa yang sesuai
untuk bangsa Indonesia, mampu acuan arah dan pendorong pembagunan Nasional
dan mampu menjadi penguat persatuan kebangsaan.
Kualitas internalisasi pada individu, diharapkan dimulai dari penerimaan
atas ideologi Pancasila, kemampuan pengendalian diri, sampai pada kondisi,
dimana tumbuhnya motivasi kuat untuk mengamalkannya. Tingkat keyakinan
tersebut juga diharapkan dapat membangun kekuatan internal individu, sehingga
individu yang bersangkutan mampu melakukan seleksi dengan benar atas
pengaruh dari luar, mengambil pengaruh positif dan menolak pengaruh negatif.
Merumuskan Kebijaksanaan Pemerintah tentang implementasi Pancasila, dapat
dilakukan dengan meningkatkan wawasan kebangsaan untuk mengatasi
permasalahan bangsa. Yaitu dengan menggerakan lembaga, instansi dan
ORMAS/ORPOL dalam upaya memasyarakatkan dan menanamkan ideologi
Pancasila di masyarakat. Sehingga dalam merumuskan implementasi pancasila
diperlukan kebijakan dari instansi yang berwenang, agar dapat mendorong upaya
sosialisasi Pancasila di bidang pendidikan dan gerakan untuk menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya ideologi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara.
Meningkatkan keteladanan pemimpin dalam implementasi Pancasila,
terutama para pemimpin yang sekaligus sebagai penyelenggara negara, akan
berdampak positif pada upaya untuk mengurangi KKN. Hanya pemimpin yang
bermoral dan etika yang tinggi, yang mampu tampil sebagai teladan. Oleh
karenaya, perlu upaya penanaman dan pengembangan etika dan moral bagi
pelajar, pemuda dan mahasiswa sebagai kader kepemimpinan nasional dimasa
depan. Disisi lain, keteladanan hanya dapat berkembang dengan baik, bila para
elit bangsa, memmpunyai kemauan yang keras dan tinggi untuk mengembangkan
etika dan moralnnya. Etika dan moral yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia
adalah implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan dan megnimplementasikan sila-sila
pancasila.
Meningkatkan pemahaman masyarakat pada Pancasila untuk untuk memecahkan
permasalahan bangsa, sekaligus mendukung kondisi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Peningkatan pemahaman semua Komponen Masyarakat
terhadap ideologi Pancasila. Pemahaman merupakan suatu kondisi awal yang
sangat penting agar tiap warga negara mampu mengamalkan Pancasila dengan
benar. Tanpa pemahaman yang benar, maka proses berpikir, ucapan dan tindakan
tiap warga yang berkaitan dengan kepentingan pembangunan dapat menjadi salah
arah, bahkan dapat mengganggu pembangunan Nasional yang pada akhirnya akan
memperlemah persatruan dan kesatuan bangsa. Kualitas pemahaman individu para
penyelenggara negara terhadap pancasila diharapkan akan semakin tinggi, dengan
meningkatnya tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan dalam kegiatan
kenegaraan. Pemahaman tersebut diharapkan dapat terus meningkat dan dapat
dijaga kondisi pemahamannya.Dengan dipaparkannya berbagai masalah yang
terkait dengan pengimplementasian pancasila serta solusi untuk mengatasi
berbagai masalah tersebut, tentunya membuat kita semua semakin sadar
bahwasannya Pancasila memiliki posisi sentral dalam kehiduan berbangsa dan
bernegara.
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki Ideologi Pancasila, harus
memahami apa arti dari Pancasila itu sendiri, seperti kata Ir. Soekarno Pancasila
adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Maka dari itu Pancasila sebagai pandangan
hidup suatu bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila telah melekat
dan mendarah daging pada masyarakat Indonesia. Maka masyarakat Indonesia
menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup ataupun menjadikan Pancasila
sebagai perjuangan utama oleh masyarakat bangsa Indonesia. Pancasila juga
diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila
pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat,
baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini
ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.
Proklamasi Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 memiliki arti
yang penting dan sakral bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai tonggak lahirnya
bangsa Indonesia, sebagai tanda lahirnya tata hukum Indonesia yang baru serta
sebagai norma tata hukum pertama di Indonesia.
Penerapan sila keempat juga tidak dapat sepenuhnya dijalankan misalnya
saja dengan perilaku yang ditunjukan oleh para wakil rakyat, yang seharusnya
mereka mewakili rakyat dalam menetukan dan mengambil kebijakan, mereka
dengan terang-terangan mengabaikan kewajiban mereka contohnya dalam
menyelesaikan masalah para wakil rakyat menggunakan kekerasan, seperti tidak
mencerminkan bahwa mereka tidak beretika dan tidak berwibawa.
Proses pemahaman Pancasila, perlu dilakukan sedemikian rupa, sampai
pada tingkat dimana bukan hanyasekedar paham, namun juga tumbuhnya
keyakinan pada warga negara bahwa Pancasila adalah falsafah dan nilai-dasar
bangsa yang sesuai untuk bangsa Indonesia, mampu acuan arah dan pendorong
pembagunan Nasional dan mampu menjadi penguat persatuan kebangsaan.

B.Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Saran
kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagi wawasan bagi para pembaca
agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu menjunjung tinggi dan mengamalkan
setiap sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Danang Prasetyo , Hastangka, Upaya Meningkatkan Pemahaman
Epistemologis Pancasila di Perguruan Tinggi INTEGRALISTIK Volume 32 (2)
(2020) Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

Fachruddin Pohan, Kembali Memahami Pancasila, (Bandung: Citapustaka


Media,2002), hlm.,113.

Gesmi, Irwan & Yun Hendri.2018. Buku Ajar Pendidikan Pancasila.


Ponorogo:

Herman, Pancasila Dalam Kedudukan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara


dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,(Surabaya: Usaha Nasional,1981),hlm.,
56

http://satujam.com/pancasila-dan-lambangnya/

Irwan Gesmi dan Yun Hendri, Buku Ajar Pendidikan Pancasila, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hlm. 4-5

Irwan Gesmi dan Yun Hendri, Buku Ajar Pendidikan Pancasila..., hlm. 5-8.

Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21


di SD/ MI). Yogyakarta: Samudra Biru.

Maulana Arafat Lubis, Op.Cit,hlm.,55-56. Maulana Arafat Lubis,


Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21 di SD/ MI), (Yogyakarta:
Samudra Biru, 2018), hlm. 40-41.

Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, (Jakarta: PT Balai


Pustaka, 2012), hlm.1 Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara.
Jakarta: PT Balai Pustaka.

2 Puji syukur selalu kami


panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih
3 dan sayang-Nya
memberikan
pengetahuan,kemampuan
dan kesempatan kepada
4 penyusun sehingga
mampu menyelesaikan
penyusunan makalah
yang berjudul
5 “Pancasila Sebagai
Dasar Negara”. Makalah
ini ditulis sebagai tugas
mata kuliah
6 Pengantar Manajemen.
7 Penyusun menyadari,
bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak
kekurangan-
8 kekurangan karena
keterbatasan
kemampuan
penyusun,untuk
itu,masukan yang
9 bersifat membangun
akan sangat membantu
penyusun untuk
semakin membenih
10 kekurangannya
11 Demikian dari kami
selaku penulis makalah
ini, apabila terdapat
masalah pada
12 makalah ini saya
ucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Saya harap makalah
13 ini dapat bermanfaat
bagi kalian yang
membacanya. Terima
kasih.
14 Wassalamualaikum
Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai