Idoc - Pub - Program Kerja Tim Ppra 2018

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KERJA

TIM PPRA

RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA


CIAMIS
2018
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA CIAMIS
NOMOR:
TENTANG
PEMBERLAKUAN PROGRAM KERJA TIM PPRA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu Bagian dan Instalasi di RSU
Dadi Keluarga Ciamis;
b. bahwa peningkatan mutu dapat dilakukan melalui pengembangan
pelayanan, sistem kerja dan sarana prasarana;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a
dan b di atas, perlu disusun Program Kerja Bagian dan Instalasi di RSU
Dadi Keluarga Ciamis.

Mengingat: 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
PERTAMA  Pemberlakuan Program Kerja Bagian dan Instalasi di RUMAH SAKIT
UMUM DADI KELUARGA CIAMIS2018.
KEDUA  Daftar Program Kerja Bagian dan Instalasi adalah sebagaimana
terlampir.
KETIGA  Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.
KEEMPAT  Apabila di kemudian hari terdapat kelemahan dalam penerbitan
keputusan ini maka akan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Ciamis
Tanggal : 24 Desember 2018
Direktur RSU Dadi Keluarga Ciamis

dr. H. Muhamad Ikbal


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan kepada
kita sehingga dapat menyelesaikan Program Kerja Tim PPRA RSU Dadi Keluarga Ciamis.
Buku ini merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan pengendalian penggunaan
antimikroba di RSU Dadi Keluarga Ciamis. Dengan dibuatnya Program Kerja Tim PPRA ini
diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya resistensi antimikroba.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan
Program Kerja Tim PPRA ini. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam
buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan
dalam pengembangan RSU Dadi Keluarga Ciamis.

Ciamis, 24 Desember 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


BAB II LATAR BELAKANG ......................................................................................... 2
BAB III TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS .................................................... 4
BAB IV KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN ......................................... 5
BAB V CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN .......................................................... 9
BAB VI SASARAN .......................................................................................................... 11
BAB VII JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN......................................................... 13
BAB VIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN ................... 14
BAB IX PANCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN ................... 15
BAB X PENUTUP ........................................................................................................... 16
1

BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini resistensi antibiotik menjadi suatu permasalahan global di dunia medis.
Berbagai data di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa antibiotik merupakan
salah satu obat yang paling sering diresepkan di dunia. Hal ini menjelaskan bagaimana
collateral damage terjadi. Collateral damage adalah suatu kondisi penciptaan
resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu, akibat penggunaan antibiotik yang tidak
rasional.
Timbulnya resistensi kuman terhadap berbagai antibiotik tentunya mengancam
patient safety. Tidak jarang timbulnya infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman
Multi-Drug Resistant menyebabkan lama tinggal di rumah sakit dan biaya perawatan
di rumah sakit menjadi bertambah. Isu-isu seperti ini tentunya sudah harus diwaspadai
oleh rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan secara umum.
2

BAB II
LATAR BELAKANG

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,


antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi
(selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba, dan
penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat
dengan cara menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat
dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal.
Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba
yang efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan
parasit. Bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang
dimaksud adalah penggunaan antibiotik. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in
Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-2005 pada 2494 individu di masyarakat,
memperlihatkan bahwa 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis
antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol
(25%). Sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%
Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin
(18%).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa masalah resistensi antimikroba juga
terjadi di Indonesia. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa di Surabaya dan
Semarang terdapat masalah resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik yang tidak
bijak, dan pengendalian infeksi yang belum optimal. Penelitian AMRIN ini
menghasilkan rekomendasi berupa metode yang telah divalidasi (validated method)
untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara efisien. Hasil penelitian tersebut
telah disebarluaskan ke rumah sakit lain di Indonesia melalui lokakarya nasional
pertama di Bandung tanggal 29-31 Mei 2005, dengan harapan agar rumah sakit lain
dapat melaksanakan “self-assessment program” menggunakan “validated method”
seperti yang dimaksud di atas. Pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di masing-masing rumah sakit, sehingga akan diperoleh data resistensi
antimikroba, data penggunaan antibiotik, dan pengendalian infeksi di Indonesia.
3

Namun, sampai sekarang gerakan pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit


secara nasional belum berlangsung baik, terpadu, dan menyeluruh sebagaimana yang
terjadi di beberapa negara.
Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi
antimikroba ini baik di tingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau lembaga
pemerintahan, dalam kerja sama antar-institusi maupun antar-negara. WHO telah
berhasil merumuskan 67 rekomendasi bagi negara anggota untuk melaksanakan
pengendalian resistensi antimikroba. Di Indonesia rekomendasi ini tampaknya belum
terlaksana secara institusional. Padahal, sudah diketahui bahwa penanggulangan
masalah resistensi antimikroba di tingkat internasional hanya dapat dituntaskan
melalui gerakan global yang dilaksanakaan secara serentak, terpadu, dan
bersinambung dari semua negara. Diperlukan pemahaman dan keyakinan tentang
adanya masalah resistensi antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan
nasional melalui program terpadu antara rumah sakit, profesi kesehatan, masyarakat,
perusahaan farmasi, dan pemerintah daerah di bawah koordinasi pemerintah pusat
melalui kementerian kesehatan. Gerakan penanggulangan dan pengendalian resistensi
antimikroba secara paripurna ini disebut dengan Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba (PPRA).
Dalam rangka pelaksanaan PPRA di rumah sakit, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaan agar pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit di seluruh
Indonesia berlangsung secara baku dan data yang diperoleh dapat mewakili data
nasional di Indonesia.
4

BAB III
TUJUAN

A. Tujuan Umum
Menyelenggarakan PPRA di RSU Dadi Keluarga Ciamis untuk menanggulangi masalah
resistensi antimikroba ini baik di tingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau
lembaga pemerintahan agar berlangsung secara baku, terpadu, berkesinambungan,
terukur, dan dapat dievaluasi.

B. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan untuk melaksanakan program PPRA selama satu periode.
b. Pendokumentasian penggunaan antibiotic secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya resistensi yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak
rasional.
d. Meningkatkan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin dan
terintegrasi.
e. Menurunkan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resisten.
5

BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Kegiatan Pokok
Dalam melakukan tugasnya, Tim PPRA berkoordinasi dengan unit kerja: SMF/bagian,
bidang keperawatan, instalasi farmasi, laboratorium mikrobiologi klinik, komite/tim
pencegahan pengendalian infeksi (PPI), komite/tim farmasi dan terapi (KFT). Tugas
masing-masing unit adalah sebagai berikut:
1. SMF/Bagian
a. Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijak dan menerapkan
kewaspadaan standar.
b. Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi antimikroba di
SMF/bagian.
c. Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik di
SMF/bagian.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
2. Bidang keperawatan
a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran mikroba
resisten.
b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
c. Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik.
3. Instalasi Farmasi
a. Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum
dalam formularium.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring
penggunaan antibiotik, visite ke bangsal pasien bersama tim.
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat
dan benar.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
4. Laboratorium mikrobiologi klinik
a. Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi melalui visite ke bangsal pasien bersama tim.
6

c. Memberikan informasi pola mikroba dan pola resistensi secara berkala setiap
tahun.
5. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (KPPI) Komite PPI berperanan dalam
mencegah penyebaran mikroba resisten melalui:
a. penerapan kewaspadaan standar,
b. surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
c. cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten,
d. menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa mikroba multiresisten.
6. Komite/tim farmasi dan terapi (KFT)
a. Berperanan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik di
rumah sakit,
b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di
rumah sakit,
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
7

B. Rincian Kegiatan
Rencana
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Langkah Kerja Pelaksanaan Sasasan Kegiatan Penanggung Jawab
Anggaran
1 Oprasional Tim PPRA Pemenuhan Sarana Pengadaan:
Prasarana Penunjang  Penggandaan Rp. 500.000 Juni 2018 - Tim PPRA
kegiatan PPRA Formulir
Surveilans
 Pengadaan Rp. 500.000
Formulir
Kepatuhan
Penggunaan
Antibiotik
 Kesekretariatan Rp. 7.000.000
(Komputer,
Printer, kertas,
map, box file,
outner, bolpoin,
label, dll)
2 Sosialisasi Program Tim In House PPRA Mengundang Tidak ada Juli 2018 Seluruh Anggota Dr. Ayatullah sp.PD
PPRA seluruh bagian anggaran Tim PPRA
terkait untuk
diberikan
sosialisasi terkait
tugas dan
pelaksanaan PPRA
di rumah sakit
3 Surveilans Antibiotik a. Pengukuran Visite ke ruangan- Tidak ada Setiap Hari Pasien yang Triamis S., Apt
Kuantitas ruangan untuk anggaran menggunakan
Penggunaan melihat kuantitas antibiotik
Antibiotik penggunaan
antibiotik
b. Pengukuran Visite ke ruangan- Tidak ada Setiap hari Pasien yang
Kualitas ruangan untuk anggaran menggunakan
Penggunaan melihat kualitas antibiotik
Antibiotik penggunaan
antibiotik
8

4 Peningkatan Mutu Rapat Koordinasi Mengundang Tidak ada Insidental Pasien yang Tim PPRA dan
Penanganan Kasus Infeksi Multidisiplin Profesi multidisiplin anggaran terinfeksi Komite PPIRS
secara multidisiplin dan terkait penanganan profesi untuk
terintegrasi membahas terkait
penanganan kasus
infeksi guna
menurunkan angka
infeksi yang sudah
terjadi
5 Penetapan Pola Kuman a. Pemeriksaan Bekerjasama Rp. 4.000.000 Insidental Pasien yang Tim PPRA
Kultur melaksanakan terinfeksi
pemeriksaan kultur
dengan
laboratorium
terkait
b. Pemeriksaan Bekerjasama Rp. 4.000.000 2 kali dalam Unit/ Bagian Tim PPRA
Pola Mikroba melaksanakan satu tahun terkait yang
Secara Periodik pemeriksaan pola dibutuhkan
mikroba dengan
laboratorium
terkait
6 Peningkatan kompetensi Tim Pelatihan/ Seminar/ Bekerjasama Rp. 3.000.000 Minimal 1 kali Anggota Tim
PPRA Workshop yang dengan diklat dalam satu PPRA
berhubungan dengan dalam mengadakan tahun
PPRA pelatihan/ seminar/
workshop internal
maupun external
9

BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Pelaksanaan PPRA di rumah sakit dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Identifikasi kesiapan infrastruktur rumah sakit yang meliputi keberadaan dan fungsi
unsur infrastuktur rumah sakit serta kelengkapan fasilitas dan sarana penunjang.
b. Identifikasi keberadaan dan/atau penyusunan kebijakan dan pedoman/panduan yang
berkaitan dengan pengendalian resistensi antimikroba, antara lain:
1) panduan praktek klinik penyakit infeksi
2) panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi
3) panduan pengelolaan spesimen mikrobiologi
4) panduan pemeriksaan dan pelaporan hasil mikrobiologi
5) panduan PPI
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peningkatan pemahaman
1) Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba
2) Sosialisasi dan pemberlakuan pedoman/panduan penggunaan antibiotik
b. Menetapkan pilot project pelaksanaan PPRA meliputi:
1) pemilihan SMF/bagian sebagai lokasi pilot project
2) penunjukan penanggung jawab dan tim pelaksana pilot project
3) pembuatan rencana kegiatan PPRA untuk 1 (satu) tahun
c. Pelaksanaan pilot project PPRA:
1) SMF yang ditunjuk untuk melaksanakan pilot project PPRA menetapkan Panduan
Penggunaan Antibiotik (PPAB) dan algoritme penanganan penyakit infeksi yang
akan digunakan dalam pilot project
2) melakukan sosialisasi dan pemberlakuan PPAB tersebut dalam bentuk pelatihan
3) selama penerapan pilot project jika ditemukan kasus infeksi sulit/kompleks maka
dilaksanakan forum kajian kasus terintegrasi
4) melakukan pengumpulan data dasar kasus yang diikuti selama penerapan dan
dicatat dalam form lembar pengumpul data
5) melakukan pengolahan dan menganalisis data yang meliputi: data pola
penggunaan antibiotik, kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik, pola mikroba
dan pola resistensi (jika tersedia laboratorium mikrobilogi)
10

6) Menyajikan data hasil pilot project dan dipresentasikan di rapat jajaran direksi
rumah sakit
7) Melakukan pembaharuan panduan penggunaan antibiotik berdasarkan hasil
penerapan PPRA
d. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap:
1) laporan pola mikroba dan kepekaannya
2) pola penggunaan antibiotik secara kuantitas dan kualitas
e. Laporan kepada Kepala/Direktur rumah sakit untuk perbaikan
kebijakan/pedoman/panduan dan rekomendasi perluasan penerapan PPRA di rumah
sakit
f. Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan PPRA kepada Kepala/Direktur
rumah sakit
11

BAB VI
SASARAN

A. Sasaran Program
Melibatkan :
1. Seluruh Staf Rumah Sakit
Seluruh Staf Rumah Sakit dilibatkan dalam pengendalian resistensi antimikroba
dalam memberikan pelayanan kepada pasien, baik secara langsung maupun tidak
langsung di unitnya masing-masing.
2. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan antibiotik secara bijak dan rasional sehingga
meminimalkan terjadinya resistensi akibat penggunaan antibiotic.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke Rumah Sakit diberikan edukasi tentang PPI
dengan harapan ikut serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika
mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular, immunocompromissed,
maupun tentang upaya lain yang berhubungan dengan PPI seperti pelaksanaan
kebersihan tangan dan etika batuk.

B. Mengendalikan Resistensi Antimikroba


Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit
dapat dievaluasi dengan menggunakan indikator mutu atau Key Performance Indicator
(KPI) sebagai berikut:
1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik
Menurunnya konsumsi antibiotik, yaitu berkurangnya jumlah dan jenis antibiotik
yang digunakan sebagai terapi empiris maupun definitif
2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
Meningkatnya penggunaan antibiotik secara rasional (kategori nol, Gyssens) dan
menurunnya penggunaan antibiotik tanpa indikasi (kategori lima, Gyssens
3. Perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba multiresisten yang
tergambar dalam pola kepekaan antibiotik secara periodik setiap tahun
12

4. Penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba multiresisten,
contoh Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil
extended spectrum beta-lactamase (ESBL)
5. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum
kajian kasus infeksi terintegrasi.

C. Memaksimalkan Kepatuhan dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman dan atau


SPO tentang PPRA di Semua Unit Pelayanan
Lingkup Area:
1. Klinis
2. Keperawatan
3. Farmasi
4. Laboratorium
5. Komite PPI
D. Meningkatkan Kualitas/Kompetensi Pettugas Tim PPRA
1. Melaksanakan pelatihan bagi seluruh petugas yang terlibat
2. Melaksanakan audit secara berkala
13

BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahun 2018
No Kegiatan Keterangan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Surveilans data PPRA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
2 Audit pelaksanaan Kewaspadaan Standar √ √ √ 1 kali 3 bulan
3 Audit pelaksanaan Kewapadaan Berdasarkan Transmisi √ √ √ 1 kali 3 bulan
4 Monitoring Pelaksanaan Bundles HAIs √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
5 Monitoring Penggunaan Antibiotik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
6 Monitoring Kepatuhan dalam penggunaan Antibiotik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
7 Pelaksanaan Konsultasi klinik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Koordinasi PKRS
8 Pelaporan Pola Mikroba Secara Periodik √ √ 2 Kali dalam satu tahun
9 Evaluasi Penggunaan Antibiotik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
10 Rapat Tim PPRA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap bulan
11 Peninjauan, evaluasi, perbaikan dan pengembangan 1 kali 3 bulan
√ √ √
kebijakan/SPO
12 Usulan pelatihan lanjutan anggota Tim PPRA √ √ 2 Kali dalam satu tahun
13 In house training PPRA √ 1 Kali dalam satu tahun
14 Seminar/simposium/work shop yang berkaitan dengan 2 Kali dalam satu tahun

PPRA
14

BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap triwulan, semester dan akhir tahun
yang dilakukan oleh Tim PPRA. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai
pelaksanaan evaluasi kegiatan, ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Wiradadi Husada
Sokaraja, menyangkut jadwal pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/ belum/ tidak
dapat dilaksanakan agar dapat dilakukan perbaikan bilamana diperlukan.
15

BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan
1. Setiap hari petugas terkait mencatat data Surveilans HAIs & Surveilans Antibiotik
dengan formulir harian dari yang sudah dibuat oleh masing-masing bagian,
mendokumentasikan hasil audit kepatuhan dan atau monitoring penerapan
pengendalian PPRA di semua Unit Pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPRA dan
bagian lain yang berkaitan.
B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh Tim
PPRA untuk didiskusikan.
2. Data selama periode 3 bulan (triwulan), semester, tahunan dianalisa dan
didiskusikan dengan Tim PPRA, selanjutnya dibuatkan laporan yang dikirim ke
Direktur Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga Ciamis ditembuskan ke semua
Kepala Bidang.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.
b. Formulir terisi sesuai surveilans dan audit dari masing-masing bagian.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil kegiatan program PPRA setiap bulan akan dilakukan feedback oleh Tim
PPRA untuk dilakukan tindak lanjut oleh Manajer Pelayanan Medis.
b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu tahun akan dilakukan
feedback oleh Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada.
16

BAB X
PENUTUP

Program Tim PPRA di RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA CIAMISyang


disusun untuk tahun 2018, meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian
resistensi antimikroba dan kegiatan yang baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk
peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Program Tim PPRA tahun 2018 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan, disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Tim PPRA
Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada.
Demikian Program Kerja Tim PPRA tahun 2018 yang sudah tersusun, harapan kami
dari Tim PPRA agar program PPRA dapat berjalan dengan baik di rumah sakit dengan
dukungan dan peran dari seluruh staf dan karyawan mulai dari area manajemen sampai
dengan area pelayanan. Oleh karena itu akan terus terus dilakukan evaluasi dan perbaikan
supaya program pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik
sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai