Anda di halaman 1dari 32

NILAI-NILAI BELA NEGARA DALAM MEMBANGUN SIKAP DAN

KARAKTER BANGSA

Dalam pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa “Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut dalam upaya pembelaan negara.” Dalam pernyataan ini, bela
negara bukan sekedar kewajiban, tetapi juga kesempatan bagi setiap warga negara (seluruh
bangsa) untuk berpartisipasi membela negara. Sementara itu, dalam Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, penjelasan pasal 9 ayat (1) upaya bela
negara adalah “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Bela Negara didefinisikan sebagai tekad, sikap dan perilaku, serta tindakan
warga negara, baik secara perorangan maupun kolektif, dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman 1.
Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi
setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Dalam pernyataan ini, sebagai
sikap, bela negara itu perlu dihayati atau diinternalisasi, dan sebagai perilaku, bela negara
perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua ini dijiwai oleh kecintaan kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

A. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, Memperkokoh NKRI2


Berdasarkan pemahaman makna bela negara tersebut dan bahwa perjuangan
bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan NKRI serta mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan kesinambungan hidup
bangsa, mencerminkan kemampuan berjuang yang penuh semangat dan pantang
menyerah dari para pendahulu bangsa. Maka, berdasarkan sumber pemikiran
tersebut di atas, serta hasil diskusi para pemangku kepentingan di bidang
pertahanan, nilai-nilai dasar yang terkandung dalam upaya bela negara dapat
dirumuskan dan dikategorisasikan ke dalam 5 (lima) kelompok nilai yaitu:
1. Cinta Tanah Air;
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara;
4. Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara; dan
5. Kemampuan Awal Bela Negara.
Kelima nilai-nilai dasar Bela Negara tersebut di atas kemudian dikukuhkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara pada Bab III Pasal 6
ayat (3).

1
Undang-Undang RI No.23 Tahun 2019, Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
2
Tataran Dasar Bela Negara, Kementerian Pertahanan 2019, hlm. 2.
1. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah komitmen terhadap tanah air, yang tercermin di
dalam sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa hormat, tanggung jawab,
perhatian, dan kebulatan hati atau tekad terhadap keutuhan wilayah tanah air
dari Sabang sampai Merauke, kelangsungan hidup dan kemajuan NKRI,
mencintai dan melestarikan hidup, serta menjaga nama baik dan
mengharumkan tanah air Indonesia. Komitmen ini merupakan pondasi kokoh
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara mencerminkan adanya ikatan batin
karena tanah air itu telah menjadi bagian integral dari diri kita sebagai warga
negara.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
Sebuah negara tidak dapat eksis, hidup, dan berkembang secara
berdaulat tanpa adanya kesadaran bela negara dalam diri warganya.
Kesadaran bela negara sesungguhnya adalah pengembangan dari kesadaran
individu untuk membela diri dan mempertahankan kehidupan. Ketika individu
menyatu dalam kelompok, maka kesadaran membela diri itu juga berkembang
menjadi kesadaran membela kelompok. Ketika kelompok itu berkembang
selanjutnya menjadi sebuah negara, maka kesadaran itupun berkembang
menjadi kesadaran bela negara sebagai efek dari kesadaran berbangsa dan
bernegara. Karena itu tingkat kesadaran bela negara juga bisa terlihat dan
teruji ketika kedaulatan negara terancam.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dalam menghadapi berbagai ancaman negara adalah sikap dan
perilaku yang selalu menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman di lingkup masing-masing; menumbuhkan rasa memiliki jiwa
besar dan patriotisme yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar NKRI
sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan memiliki kesadaran atas tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia yang didukung dengan pengetahuan,
watak perilaku, dan keterampilan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila telah disepakati sebagai falsafah dan ideologi bangsa dan
negara dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara guna
tercapainya tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia 1945. Tujuan nasional tersebut yaitu: “untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Dalam rangka meningkatkan dan menumbuhkan
keyakinan dan kesetiaan akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, maka setiap
warga negara Indonesia harus benar-benar memahami dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila merupakan sumber hukum dan sekaligus sebagai kerangka
acuan NKRI, karena Pancasila sebagai dasar negara telah dapat
mempersatukan rakyat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama,
suku bangsa, bahasa, asal-usul keturunan dan tingkat sosial ekonomi. Hal ini
terlihat pada perjalanan sejarah bahwa yang telah berkali-kali dipecah belah
oleh bangsa penjajah maupun pihak-pihak yang tidak menyukai Pancasila,
namun bangsa Indonesia sampai saat ini masih tetap utuh sebagai bangsa
yang bersatu dan kuat terutama dalam menuju cita-cita nasional yaitu untuk
mencapai negara yang adil dan makmur dalam berkeadilan maupun adil dalam
kemakmuran.
Kesinambungan kehidupan bangsa dan negara hingga saat ini,
menunjukkan bahwa kesetiaan warga negara kepada Pancasila sebagai
ideologi negara yang senantiasa harus tetap terjaga di masa kini dan
mendatang. Kesetiaan warga negara kepada Pancasila, dapat dikatakan
sebagai cerminan dari kesadaran berbangsa dan bernegara dari setiap warga
negara Indonesia yang didasari oleh rasa cinta tanah air.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Rela berkorban dengan mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi/golongan merupakan nilai bela negara, mutlak harus terus
dibangun secara berkesinambungan untuk memperkokoh kekuatan bangsa
dan ketahanan nasional yang berdaya tangkal tinggi terhadap ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan, baik dari pihak luar negeri maupun dalam
negeri yang ingin menghancurkan atau mengancam kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.
Rela berkorban waktu, harta, raga maupun jiwa untuk kepentingan nusa
dan bangsa merupakan nilai bela negara yang seharusnya dilaksanakan dalam
setiap kesempatan dan di setiap bidang kegiatan yang kita tekuni atau yang
menjadi kegiatan masing-masing atau bidang masing-masing. Hal ini haruslah
merupakan kesadaran bahwa tidak mungkin bangsa Indonesia hidup merdeka
hingga sekarang ini apabila generasi-generasi pendahulu tidak berjuang dan
berkorban harta, raga dan jiwanya untuk tercapainya kemerdekaan bangsa dari
belenggu penjajah.
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara merupakan perpaduan dari dua bentuk
kemampuan yaitu: kemampuan psikis (mental); dan kemampuan fisik
(jasmani). Memiliki kemampuan awal bela negara dalam bentuk kemampuan
psikis yaitu setiap warga negara dituntut untuk memiliki sikap dan perilaku
disiplin, ulet, bekerja keras menaati segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku, percaya akan kemampuan sendiri, tahan uji dan pantang
menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup untuk mencapai cita-cita dan
tujuan nasional. Tanpa sikap mental yang sebagaimana tersebut di atas sulit
bagi sebuah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional, bahkan
mungkin akan membawa kepada jurang kehancuran. Sedangkan kemampuan
fisik dalam bentuk fisik (jasmani) artinya warga negara memiliki kesehatan yang
baik, tangkas, postur tubuh yang memadai yang akan mendukung kemampuan
psikis. Perpaduan kedua kemampuan tersebut mencerminkan pepatah kuno
yang mengatakan bahwa “Men sana in corpore sano” atau dalam badan yang
sehat terdapat jiwa yang kuat.
B. Nilai Karakter dan/atau Nilai Kebangsaan Dalam Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara
Di dalam setiap nilai-nilai dasar bela negara terkandung nilai-nilai karakter
(bersumber dari nilai praktis Pancasila) dan/atau nilai-nilai kebangsaan (bersumber
dari 4 landasan/konsensus bela negara) yang beroperasi di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengembangan indikator-indikator yang
mencerminkan implementasi dari setiap nilai-nilai dasar bela negara telah diatur
dalam Peraturan Menteri Pertahanan.3
Tabel 1. Indikator Implementasi Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
Nilai-Nilai Dasar Nilai Karakter dan/atau Nilai
No Indikator Perilaku
Bela Negara Kebangsaan
1. Nilai Cinta Tanah Air a. Menjaga tanah dan perkarangan 1) Nilai Cinta Tanah Air
serta seluruh ruang wilayah Indonesia 2) Nilai Cinta Lingkungan
b. Bangga sebagai bangsa Indonesia 1) Nilai Kemandirian
2) Nilai Bangga sebagai
Bangsa Indonesia
3) Nilai Tidak Merasa Rendah
Diri
c. Menjaga nama baik bangsa dan 1) Nilai Jujur
negara 2) Nilai Tanggung Jawab
3) Nilai Menjaga
Kehormatan/Martabat
4) Nilai Beradab
5) Nilai Santun
6) Nilai Ramah
d. Memberikan kontribusi pada 1) Nilai Kerja Keras
kemajuan bangsa dan negara 2) Nilai Produktif
e. Mencintai produk dalam negeri, Nilai Cinta Seni dan Budaya
budaya kesenian bangsa Indonesia
2. Nilai Sadar a. Memiliki kesadaran keragaman, 1) Nilai Toleransi/ Keselarasan
Berbangsa dan budaya, suku, agama, bahasa dan 2) Nilai Kerukunan
Bernegara adat istiadat
b. Menjalankan hak dan kewajibannya 1) Nilai Demokratis
sebagai warga negara sesuai 2) Nilai Kesamaan Derajat
peraturan perundang-undangan yang 3) Nilai Disiplin/Ketaatan
berlaku Hukum
c. Mengenal keragaman individu di Nilai Kekeluargaan
rumah dan di lingkupnya
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang 1) Nilai Berpikir Positif
terbaik bagi bangsa dan negara 2) Nilai Rasa Malu
Indonesia. 3) Nilai Kreatif dan Inovatif
3. Nilai Setia Pada a. Memahami nilai-nilai dalam 1) Nilai Selalu Mau Belajar
Pancasila Sebagai Pancasila. 2) Nilai Terbuka
Ideologi Negara b. Mengamalkan nilai-nilai dalam 1) Nilai Religius
Pancasila ke dalam kehidupan 2) Nilai Gotong Royong
sehari-hari. 3) Nilai Keadilan
4) Nilai Cinta Damai
5) Nilai Kerjasama
6) Nilai Bersahaja/ Sederhana
7) Nilai Menghormati Orang
yang Lebih Tua

c. Menjadikan Pancasila sebagai Nilai Menjaga Persatuan


pemersatu bangsa dan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai Nilai Kerakyatan
Pancasila

3
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pembinaan Kesadaran Bela Negara.
Nilai-Nilai Dasar Nilai Karakter dan/atau Nilai
No Indikator Perilaku
Bela Negara Kebangsaan
e. Setia pada Pancasila dan 1) Nilai Persatuan Bangsa
meyakininya sebagai dasar NKRI 2) Nilai Amanah
4. Nilai Rela Berkorban a. Bersedia mengorbankan waktu, 1) Nilai Ikhlas
Untuk Bangsa dan tenaga, pikiran dan materi untuk 2) Nilai Komitmen
Negara kemajuan bangsa dan negara. 3) Nilai Kesetiakawanan
Sosial/Solidaritas Sosial
b. Siap membela bangsa dan negara 1) Nilai Setia/Loyal dan Patuh
dari berbagai ancaman 2) Nilai Kesatuan Wilayah
c. Memiliki kepedulian terhadap 1) Nilai Peduli
keselamatan bangsa dan negara 2) Nilai Kewaspadaan Dini
d. Memiliki jiwa patriotisme terhadap Nilai Berani dan Rela berkorban
bangsa dan negaranya.
e. Mendahulukan kepentingan 1) Nilai Menonjolkan Kewajiban
bangsa dan negara di atas daripada Hak
kepentingan pribadi dan golongan 2) Nilai Musyawarah Mufakat
3) Nilai rendah hati

5. Nilai Kemampuan a. Memiliki kecerdasan intelektual, 1) Nilai Siap Bersaing


Awal Bela Negara spiritual, emosional dan 2) Nilai Percaya Diri Percaya
kecerdasan Diri (Self Confidence)
b. dalam bertahan hidup atau
kecerdasan dalam mengatasi
kesulitan
c. Senantiasa memelihara kesehatan 1) Nilai Senantiasa Menjaga
jiwa dan raganya Kesehatan
2) Nilai Riang Gembira
d. Ulet dan pantang menyerah dalam Nilai Pantang Menyerah
menghadapi tantangan dan
ancaman.
e. Terus membina kemampuan Nilai Konsisten
jasmani dan rohani
f. Memiliki kemampuan fisik untuk 1) Nilai Gemar Berolahraga
bela negara dalam bentuk 2) Nilai Sportif
keterampilan.

Dengan memperhatikan keenam nilai dasar pada Indikator Implementasi


Nilai-Nilai Dasar Bela Negara (lampiran), kita dapat memahami bahwa nilai dasar
tersebut merupakan nilai yang harus dimiliki setiap warga negara agar dapat
melakukan bela negara. Nilai bela negara ini harus ditanam secara sadar, dipupuk
dan dirawat agar tumbuh dengan baik serta berbuah dalam bentuk karya nyata yang
dapat membanggakan masyarakat, bangsa dan negara.

C. Strategi Membangun Nilai-Nilai Bela Negara


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi suatu aktivitas dalam kurun
waktu tertentu4. Strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara, merupakan
berbagai pendekatan yang dilakukan menjadi suatu kesatuan menyeluruh, di dalam
upaya membangun nilai-nilai bela negara untuk mencapai tujuan nasional yaitu
menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan dan
keberlanjutan kehidupan segenap bangsa dan negara.
Berbagai pendekatan yang dilakukan meliputi: pendekatan wawasan
kebangsaan; pendekatan wawasan nusantara; pendekatan kearifan lokal;

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi (diakses 28 Maret 2022).
pendekatan ketahanan nasional; dan pendekatan kepemimpinan, yang akan
dijabarkan sebagai berikut ini:5
1. Pendekatan Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang
membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh
Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Awalnya perjuangan yang dilakukan
masih bersifat lokal yang ternyata tidak membawa hasil, namun kemudian
munculah kesadaran untuk bergerak melakukan perjuangan secara nasional,
yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh
bangsa Indonesia.
Sumpah Pemuda dan Gerakan Kebangkitan Nasional telah memadukan
kebhinekaan dan ketunggalikaan. Kesepakatan pemersatu bangsa Indonesia
adalah tetap menghormati keberadaan keanekaragaman seperti suku bangsa,
adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Wawasan Kebangsaan Indonesia tidak mengenal
adanya warga negara kelas satu atau kelas dua, atau warga negara mayoritas
atau minoritas, semua warga negara sederajat.
Kesepakatan-kesepakatan yang mencerminkan wawasan kebangsaan
tersebut dikukuhkan melalui lambang-lambang dan simbol-simbol negara, yang
wajib dihormati, dipahami maknanya serta dijaga karena merupakan
perwujudan sarana pemersatu bangsa Indonesia,6 yaitu antara lain: Burung
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sang Saka
Merah Putih, dan Bahasa Negara, Bahasa Indonesia.
2. Pendekatan Wawasan Nusantara
Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya terkait wawasan nusantara
sebagai modal dasar pemersatu bangsa. Strategi membangun nilai-nilai dasar
bela negara melalui pendekatan wawasan nusantara ini adalah melalui
pemahaman nilai-nilai pokok yang terkandung di dalam wawasan nusantara,
mencakup7; Perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan politik;
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan ekonomi; Perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial-budaya; Perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.
3. Pendekatan Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan
masyarakat lokal dalam mengatasi berbagai masalah dalam upayanya
memenuhi kebutuhan mereka yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti
antara lain: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial,
bahasa dan komunikasi, serta kesenian, dengan cara memperhatikan sumber
daya alam di lingkupnya.

5
Tataran Dasar Bela Negara, Kementerian Pertahanan 2019, Op. Cit., hlm. 24.
6
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Lembaga Administrasi Negara, 2017, hlm. 33-44.
7
Modul Pemantapan Wawasan Kebangsaan , Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik
Indonesia, hlm. 41-42.
Tumbuh kembangnya kearifan lokal berangkat dari upaya menyelaraskan
dengan kondisi lingkup fisik dan biologisnya, kemudian meyakini
kebenarannya, melalui kebiasan untuk mempraktikannya tradisi ini kemudian
diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi dapat dikatakan bahwa, strategi
membangun nilai dasar bela negara melalui pendekatan kearifan lokal
mengungkapkan bagaimana mempertahankan dan menginternalisasikan
nilai-nilai kearifan lokal di setiap daerah yang sarat akan nilai-nilai bela negara
ke dalam kehidupan sehari-hari warga negara yang berada di lingkup kearifan
lokal tersebut.
4. Pendekatan Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia
yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (AGHT), baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.
Kondisi dinamik yang dimaksud adalah kondisi yang terus-menerus
berubah, bergerak secara aktif dan mengalami perkembangan yang berarti.
Seperti halnya kondisi saat ini, dimana perkembangan lingkup strategis dunia
industri mengalami perubahan dengan hadirnya revolusi industri generasi ke
4.0. Revolusi terjadinya perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat
perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital
dan biologi. Dunia yang semakin terkoneksi sehingga batas-batas negara
seolah-olah tidak ada. Revolusi Industri ini ditandai dengan perubahan
besar-besaran di berbagai bidang seperti bidang pertanian, pertambangan,
transportasi, manufaktur dan teknologi.
Kondisi yang sangat dinamis ini juga merupakan tantangan bagi
ketahanan nasional yang terdiri dari delapan (asta) unsur (gatra), Asta-Gatra,
yaitu8:
a. Tiga unsur pertama (TriGatra) merupakan aspek kehidupan alamiah –
Gatra letak dan kedudukan geografi, Gatra keadaan dan kekayaan alam,
Gatra keadaan dan kemampuan penduduk; dan
b. Lima unsur (PancaGatra) berikutnya merupakan aspek kehidupan sosial –
Gatra Ideologi, Gatra Politik, Gatra Ekonomi, Gatra Sosial Budaya, dan
Gatra Pertahanan dan Keamanan.
Jadi dapat dikatakan bahwa, pendekatan ketahanan nasional merupakan
perwujudan membangun kelima nilai dasar bela negara dalam menghadapi
ancaman astagatra mencakup: wilayah/geografi, sumber daya alam, sumber
daya manusia/ demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan-keamanan.
5. Pendekatan Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan di dalam proses bimbingan pembelajaran bela
negara yang dijiwai oleh kelima nilai dasar bela negara kepada seluruh warga

8
R.M. Sunardi. Pembinaan Ketahanan Bangsa: Dalam Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(PT Kuaternita Adidarma Jakarta, 2004).
negara Indonesia di setiap tingkatan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sangatlah penting. Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin baik di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat maupun di lingkup
pekerjaan, baik di tataran komunitas maupun tataran bangsa, sangat
menentukan keberhasilan dalam menanamkan nilai dasar bela negara.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah mendorong terjadinya
digitalisasi di semua aspek kehidupan, yang secara langsung maupun tidak
langsung telah merubah sikap dan perilaku warga negara, sebagai
konsekuensi penyesuaian terhadap perubahan tersebut. Terdapat beberapa
kemampuan yang menurut beberapa pakar9 harus dimiliki oleh para pemimpin
di era sekarang ini agar berhasil memimpin berbagai generasi yang berbeda di
setiap lingkup tempat kerja atau tempat kegiatan berlangsung lainnya, yaitu:
a. kemampuan komunikasi,
b. berpikiran terbuka,
c. tanggap terhadap perubahan,
d. berani mengambil resiko,
e. mengoptimalkan energi diri sendiri,
f. memperoleh dan memberikan energi pada pemimpin lainnya,
g. memberikan energi pada keseluruhan organisasi,
h. mengelola konflik antar-generasi di tempat kerja.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan kepemimpinan
sebagai strategi internalisasi nilai-nilai bela negara sangat dipengaruhi oleh
kemampuan yang dimiliki dari setiap pemimpin di era digital tersebut.

9
Eric Mary, Country Manager dari Robert Walters Indonesia, persh spesialis rekrutmen professional berskala global, disari dan
dikutip dari: http://www.industry.co.id/read/51773/kepemimpinan-di-era-digital; dan https://money.kompas.com?read/
2019/08/04/134200326/kepemimpinan-di-era-milenial?page=all
AKSI BELA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM
KEMENKEU SATU

Sebagai Institusi pengelola keuangan Negara, Kementerian Keuangan memiliki peran


strategis dalam upaya pencapaian tujuan nasional yakni untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, serta
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagai upaya terstruktur dilakukan untuk membuat
Kementerian Keuangan menjadi institusi yang mampu berdaya dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.

A. Reformasi Birokrasi sebagai Langkah Awal Bela Negara


Diawali ketidakpuasan masyarakat yang melakukan protes secara masif,
perubahan paradigma birokrasi pemerintahan dimulai. Dari government (pemerintah)
menjadi governance (pelayan), artinya para pelaku birokrasi pemerintah kini tidak
lagi menjadi orang yang memerintah rakyat, akan tetapi menjadi pelayan bagi
seluruh masyarakat. Era pun berganti dari orde baru menjadi orde reformasi.
Momentum protes rakyat tersebut menjadi tonggak bersejarah yang mendorong
semua jajaran birokrasi pemerintahan melakukan perbaikan di segala bidang, tidak
terkecuali di lingkungan Kementerian Keuangan.
Perjalanan reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan diawali dengan
modernisasi administrasi perpajakan dalam bentuk pendirian kantor pajak modern
pada tahun 2002. Namun reformasi secara masif sesungguhnya dimulai pada tahun
2007 dengan pembentukan kantor-kantor percontohan di Ditjen Perbendaharaan
secara nasional, maupun pembentukan kantor-kantor modern di seluruh unit eselon I
di Kementerian Keuangan. Standard Operating Procedure (SOP) baru untuk
memperbaiki pelayanan pun disusun secara massif. Berbagai pungutan liar yang
selama itu marak, dengan SOP baru tersebut berhasil dihilangkan.
Gambar 4. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan

Sumber: kemenkeu.go.id

Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari Reformasi Nasional yang dipicu dengan adanya krisis
ekonomi 1998 yang berimbas pada seluruh lapisan kehidupan masyarakat. 
Pada tataran nasional, era reformasi ditandai dengan diterbitkannya TAP MPR
No.XI/1998 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) dan UU No. 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.
Periode I (2002-2006)
Pada tataran Kementerian Keuangan, sejak tahun 2002-2006 telah dilakukan
berbagai pembaharuan antara lain sebagai berikut.
a. Diterbitkannya Paket UU Keuangan Negara yang terdiri dari UU No. 17 Th.
2003 Tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Th. 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
b. Pemisahan fungsi penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran;
c. Pembentukan Large Tax Office sebagai bagian dari modernisasi
administrasi perpajakan tahap I.
Periode II (2007-2012)
Selanjutnya pada tahun 2007 Kementerian Keuangan melakukan
Reformasi Birokrasi secara masif yang dilaksanakan melalui 3 Pilar Utama
yaitu:
a. Pilar Organisasi, antara lain melalui penajaman tugas dan fungsi,
pengelompokan tugas-tugas yang koheren, eliminasi tugas yang tumpang
tindih, dan modernisasi kantor baik di bidang perpajakan, kepabeanan dan
cukai, perbendaharaan, kekayaan negara, dan fungsi-fungsi keuangan
negara lainnya.
b. Pilar Proses bisnis, antara lain melalui penetapan dan penyempurnaan
Standar Operasi Prosedur yang memberikan kejelasan dan memuat janji
layanan, dilakukannya analisa dan evaluasi jabatan, penerapan sistem
peringkat jabatan, dan pengelolaan kinerja berbasis balance scorecard
serta pembangunan berbagai sistem aplikasi e-government;
c. Pilar SDM, antara lain melalui peningkatan disiplin, pembangunan
assessment center, Diklat berbasis Kompetensi, pelaksanaan merit system,
penataan sumber daya manusia, pembangunan SIMPEG, dan penerapan
reward and punishment secara konsisten.
Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan telah
memberikan dampak positif bagi peningkatan kinerja dalam pelaksanaan tugas,
peningkatan pelayanan dan kepercayaan masyarakat, serta mendorong dan
menginspirasi Kementerian/Lembaga/Pemda untuk melakukan hal yang sama
sehingga reformasi birokrasi menjadi agenda bersama secara nasional untuk
dilaksanakan.
Selanjutnya pada tahun 2010, Presiden Republik Indonesia menetapkan
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025, yang ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Dengan
adanya peraturan-peraturan tersebut, Reformasi Birokrasi Kementerian
Keuangan diintegrasikan dengan Reformasi Birokrasi Nasional yang dilakukan
melalui 8 Area Perubahan dan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi.
Gambar 5. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan diintegrasikan dengan Reformasi
Birokrasi Nasional

Sumber: kemenkeu.go.id

Periode III (2013-2016)


Pada tahun 2013 Kemenkeu merancang Cetak Biru Program
Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan (Tahun 2013-2019) yang
kemudian ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan pada tahun 2014.
Cetak biru ini terdiri atas rumusan 87 inisiatif transformasi yang terbagi dalam
lima tema yaitu tema perpajakan, tema penganggaran, tema perbendaharaan,
tema sentral, serta tema kepabeanan dan cukai. Selain itu, dirumuskan pula
sembilan arah kebijakan transformasi organisasi serta penetapan visi
Kemenkeu yaitu menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang inklusif di abad ke-21. Pada periode ini pula, pada tahun 2014 dibentuk
Tim Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Pusat (Central
Transformation Office) untuk mengawal reformasi birokrasi dan transformasi
kelembagaan Kementerian Keuangan di tingkat pusat. Untuk melengkapi 87 IS
tersebut, pada tahun 2017 juga ditetapkan 7 IS tambahan sehingga total IS
RBTK yang dilaksanakan sebanyak 94 IS.
Gambar 6. Transformasi Kelembagaan

Sumber: kemenkeu.go.id
Periode IV (2017-2018)
Selanjutnya pada periode IV Reformasi Birokrasi dan Transformasi
Kelembagaan (RBTK), dari tahun 2017 hingga 2018, merupakan periode
dilakukannya perubahan mendasar terhadap rumusan inisiatif strategis RBTK.
Dalam tahap ini, disusun inisiatif strategis guna mencapai strategic outcome
Kemenkeu “Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang
optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan
negara yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dan sustainable”.
Tahap keempat Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan
(RBTK), dari tahun 2017 hingga 2018, merupakan periode dilakukannya
perubahan mendasar terhadap rumusan inisiatif strategis RBTK. Dalam tahap
ini, disusun inisiatif strategis guna mencapai strategic outcome Kemenkeu
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal,
belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara
yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dan sustainable”.
Strategic outcome Kemenkeu tersebut diharapkan dapat dicapai melalui
implementasi 20 inisiatif strategis baru pada tema sentral, tema penerimaan,
tema perbendaharaan, dan tema penganggaran. Selain itu, inisiatif yang baru
juga bersifat connecting the dots, yaitu fokus pada inisiatif yang memerlukan
sinergi antar unit eselon I atau K/L.
Gambar 7. 20 Inisiatif Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan

 
Sumber: kemenkeu.go.id
Periode V (2019 - saat ini)
Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi informasi dan
komunikasi, Kemenkeu mulai mengintegrasikan inisiatif transformasi ke dalam
konteks yang lebih modern dengan menerapkan aspek digitalisasi secara
masif. Dalam transformasi digital, Kemenkeu menggunakan Enterprise
Architecture (EA) sebagai tool utama menuju Kemenkeu modern yang berbasis
digital. EA merupakan alat untuk membantu perencanaan strategis organisasi
untuk mencapai visi dan misinya dengan memberikan kemampuan untuk
melihat dan melakukan perbaikan pada bisnis, informasi, dan teknologi yang
digunakan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan komitmen transformasi digital
Kementerian Keuangan tersebut, dalam Leaders’ Offsite Meeting (LOM) pada
tanggal 4 Desember 2020 telah ditetapkan 26 (dua puluh enam) Inisiatif
Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS
RBTK) sebagaimana gambar berikut:

Secara garis besar implementasi 26 IS RBTK 2021 berjalan sesuai


rencana di mana realisasinya adalah sebesar 98,5% dari target 87,5%.
Capaian implementasi Program RBTK yang di atas target tersebut tidak
terlepas dari pelaksanaan program change management, monitoring, dan
langkah-langkah strategis lainnya baik yang dilakukan oleh pemilik inisiatif,
Project Management Office (PMO), Central Transformation Office (CTO),
maupun komitmen jajaran pimpinan Kementerian Keuangan.
Selanjutnya, atas dampak dari merebaknya pandemi Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia pada awal tahun 2020 berimbas pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia, Kementerian
Keuangan dituntut untuk dapat menyikapi dinamika politik, makro ekonomi, dan
dampak dari digital disruption. Oleh karena itu, Kementerian Keuangan perlu
merumuskan kembali Inisiatif Strategis untuk mempercepat transformasi digital
yang terdiri atas 41 Inisiatif Strategis Kemenkeu yang mulai diimplementasikan
tahun 2019 sampai dengan tahun 2022 seperti yang tertera sebagai berikut.
B. Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, Melahirkan Budaya
Kemenkeu Satu
Keberhasilan reformasi birokrasi yang dijalankan di lingkungan Kementerian
Keuangan diharapkan bukan hanya untuk keberhasilan jangka pendek. Oleh karena
itu, peralatan untuk menjaga agar reformasi birokrasi tetap berjalan dan memberikan
hasil sesuai yang diharapkan sudah diterbitkan. Setidaknya ada dua ‘penjaga’
gerakan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu Nilai-nilai
Kementerian Keuangan dan Kampus Kompetensi Kementerian Keuangan. Dua
produk hukum yang berbentuk Keputusan Menteri Keuangan (KMK) dan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) tersebut berisi panduan bagaimana pegawai Kementerian
Keuangan bersikap dan menjalankan kewajibannya di lingkungan pekerjaan kantor.
Nilai-nilai Kementerian terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama. Kelima nilai
tersebut diharapkan dapat diinternalisasi dan tereksternalisasi dalam kehidupan para
pegawai, utamanya saat menjalankan semua tugas dan pekerjaan. Kelima nilai
tersebut beserta definisinya adalah sebagai berikut.
1. Integritas
Dalam integritas terkandung makna bahwa dalam berpikir, berkata,
berperilaku, dan bertindak, Pimpinan dan seluruh Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Keuangan melakukannya dengan baik dan benar
serta selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Perilaku
utama integritas dalam nilai Kementerian Keuangan adalah:
a. Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya
Sikap jujur, tulus dan dapat dipercaya merupakan sikap yang harus terus
dikembangkan. Salah satu sikap jujur ditunjukkan dengan memberikan
informasi berdasarkan fakta.
b. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal yang tercela.
Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal yang tercela merupakan
perbuatan yang mulia. Pegawai Kementerian Keuangan diharapkan agar
selalu menjaga kehormatan dirinya dengan tidak melakukan sesuatu yang
melanggar norma, baik norma hukum, norma agama maupun norma sosial.
Dengan menjaga kehormatan diri, berarti telah menjaga kehormatan
organisasi.
2. Profesionalisme
Dalam profesionaIisme terkandung makna bahwa dalam bekerja,
Pimpinan dan seluruh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian
Keuangan melakukannya dengan tuntas dan akurat berdasarkan kompetensi
terbaik dan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Nilai
profesionalisme dijabarkan ke dalam perilaku utama sebagai berikut:
a. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas
Tugas pokok dan fungsi organisasi Kementerian Keuangan sangat luas dan
kompleks. Oleh karenanya seluruh pegawai Kementerian Keuangan
dituntut mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas.
b. Bekerja dengan hati
Salah satu ciri seseorang yang profesional adalah bekerja dengan hati.
Dalam bekerja terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu SOP
dan hati nurani atau perasaan. Salah satu ciri seorang profesional
adalah mampu mempertemukan dua simpul yang berlawanan tersebut.
3. Sinergi
Dalam Sinergi terkandung makna bahwa Pimpinan dan seluruh Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan memiliki komitmen untuk
membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkuaIitas. Perilaku utama dari nilai
sinergi adalah:
a. Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati
Persangkaan baik kepada teman, atasan maupun bawahan adalah modal
awal dalam membangun hubungan yang baik. Berprasangka baik kepada
rekan maupun mitra kerja akan menjadikan kita merasa aman jika bekerja
sama dengan mereka. Rasa aman akan menimbulkan rasa saling percaya
dan saling menghormati. Hal inilah yang akan mendorong terjadinya sinergi
atau kerjasama.
b. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik
Solusi yang baik hanya dapat diperoleh manakala didukung dengan data
dan informasi terkini, lengkap dan akurat. Menemukan dan melaksanakan
solusi terbaik mempunyai kreativitas.
4. Pelayanan
Dalam nilai Pelayanan terkandung makna bahwa dalam memberikan
pelayanan, pimpinan dan seluruh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan melakukannya untuk memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat,
dan aman. Perilaku utama pelayanan adalah:
a. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan
Berorientasi kepada pemangku kepentingan, artinya pegawai Kementerian
Keuangan harus memiliki perilaku memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan stakeholder-nya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam
rangka memahami kebutuhan stakeholder tersebut. Survei kebutuhan
stakeholder adalah salah satu contoh usaha memahami kebutuhan
stakeholder.
b. Bersikap proaktif dan cepat tanggap
Proaktif dan cepat tanggap merupakan salah satu ciri pelayanan yang baik.
Sebagai contoh, jika ada seseorang nampak kebingungan saat memasuk
salah satu kantor pelayanan, tanpa disuruh atau diminta kita menghampiri
dan menanyakan sesuatu yang mungkin kita bisa membantunya. Kita yang
menawarkan bantuan, bukan mereka (stakeholder).
5. Kesempurnaan
Dalam Kesempurnaan terkandung makna bahwa Pimpinan dan seluruh
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan senantiasa
melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan
yang terbaik. Nilai kesempurnaan dijabarkan ke dalam dua perilaku utama.
Kedua perilaku itu adalah:
a. Melakukan perbaikan terus menerus
Berawal dari keyakinan bahwa tidak ada yang sempurna selain Allah,
Tuhan Yang Maha Kuasa, maka akan tumbuh semangat melakukan
perbaikan secara terus menerus. Pegawai Kementerian Keuangan harus
memiliki perilaku tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah didapatkan
saat ini.
b. Mengembangkan inovasi baru dan kreativitas
Inovasi diartikan sebagai proses pengembangan. Inovasi dapat juga
diartikan sebagai hasil pengembangan, pemanfaatan atau mobilisasi
pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan
pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau
jasa) atau sistem yang baru, yang memberikan nilai tambah secara
signifikan (terutama nilai ekonomi dan sosial).
C. BerAKHLAK sebagai Salah Satu Wujud Bela Negara ASN
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi meluncurkan core
values Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu BerAKHLAK. Latar belakang core values
BerAKHLAK adalah adanya perbedaan penerjemahan terhadap nilai-nilai dasar serta
kode etik dan kode perilaku ASN yang tertuang pada Undang-Undang No.5/2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu Kemenpan-RB menetapkan core
values baru untuk menciptakan persepsi yang sama atas nilai-nilai dasar ASN. Core
values BerAKHLAK juga merupakan penggabungan dan pengerucutan nilai-nilai
ASN yang ada di berbagai instansi pemerintahan. Berbagai nilai-nilai yang ada di
instansi pemerintah digabungkan dan dikerucutkan menjadi tujuh nilai yang dapat
berlaku secara umum. Core values BerAKHLAK merupakan singkatan dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan
Kolaboratif.
Makna di balik core values ini bertujuan agar para ASN memiliki standar nilai/
prinsip agar dapat memberikan layanan yang optimal, prima, dan berkualitas demi
kepuasan masyarakat, bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan,
selalu belajar dan mengembangkan kapabilitas diri, saling peduli dan menghargai
perbedaan, berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
senantiasa berinovasi dan antusias dalam menggerakkan dan menghadapi
perubahan, serta membangun kerja sama yang sinergis, sebagaimana gambar
berikut.
Apabila dilihat pada gambar di bawah, keikutsertaan ASN dalam gerakan Bela
Negara merupakan salah satu bentuk pengamalan nilai loyal yaitu dengan
memegang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, NKRI serta pemerintahan yang sah. Nilai bela negara yang
mencerminkan nilai Loyal adalah sadar berbangsa dan bernegara dan setia pada
Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Gambar 9. Definisi BerAKHLAK

Sumber: menpan.go.id
Peluncuran core values ASN ini bukan berarti menggantikan nilai-nilai
Kementerian Keuangan yang sudah ada. Core values ASN sangat berkaitan erat
dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan akan semakin menguatkan nilai-nilai
tersebut. Keterkaitan antara core values ASN dengan nilai-nilai Kementerian
Keuangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 10. Keterkaitan Core Values ASN BerAKHLAK dengan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

Sumber: Paparan Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan

Dalam struktur pelembagaan Budaya Kemenkeu, Core Values ASN


BerAKHLAK menjadi prinsip yang melandasi seluruh proses bisnis dan budaya kerja
Kementerian Keuangan. Dengan serangkaian upaya terstruktur, Kemenkeu telah
memiliki strategi pencapaian output akhir yakni menjadikan Kemenkeu bersinergi
dalam bingkai Kemenkeu Satu dengan kompetensi mumpuni setiap pegawai yang
mampu bekerja secara produktif untuk capaian kinerja organisasi yang optimal dan
terpercaya.
Gambar 11. Pelembagaan Budaya Kementerian Keuangan

Sumber: Paparan Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan


Sebagai instansi pengelola keuangan negara yang menjadi penjaga alat
pencapaian tujuan negara, tentunya peran Kementerian Keuangan sangat strategis,
sehingga menjadi organisasi yang akuntabel merupakan suatu keharusan dalam
upaya bela negara.

D. Implementasi Aksi Bela Negara dalam Kemenkeu Satu


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, seperti yang kita ketahui bahwa
Kementerian Keuangan telah menetapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan sebagai
dasar perilaku seluruh pegawai dan diperkuat dengan Core Values ASN yang telah
disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021. Melalui penguatan nilai-nilai
perilaku berlandaskan Core Values ASN tersebut Kementerian Keuangan diharapkan
dapat menjadi contoh bagi organisasi pemerintahan lainnya dalam melaksanakan
tugas. Masyarakat dapat melihat dan merasakan peran penting yang telah dilakukan
oleh Kementerian Keuangan, sehingga mereka melihat bahwa Kementerian
Keuangan bekerja sungguh-sungguh dengan penuh integritas dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya karena itu merupakan salah satu aksi nyata Bela Negara.
Selain itu, sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, ASN memiliki peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945 serta harus memiliki integritas,
profesional, netral, dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi dan
nepotisme sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat.
Dalam rangka menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
dimaksud, pada Tahun 2019 Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Edaran
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Bela Negara.
Harapannya dengan diterbitkannya Surat Edaran tersebut para pegawai
Kementerian Keuangan dapat memahami secara mendalam makna persatuan dan
kesatuan bangsa dan senantiasa memegang teguh serta mengamalkan Nilai-Nilai
Pancasila dan Nilai-Nilai Bela Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Berikut adalah penjelasan implementasi Nilai-Nilai Bela Negara dan kaitannya
dengan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan.
1. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan perwujudan dari pelaksanaan seluruh nilai-nilai
Kementerian Keuangan yaitu integritas, profesional, sinergi, pelayanan, dan
kesempurnaan. Integritas adalah berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak
dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip
moral. Integritas merupakan nilai yang menjadi modal dasar pegawai
Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang juga
merupakan nilai dasar yang wajib dimiliki untuk dapat mengimplementasikan
keempat nilai Kementerian Keuangan lainnya.
ASN yang memiliki integritas yang tinggi akan menyadari pentingnya
menjadi ASN yang profesional, sadar akan pentingnya melakukan sinergi
dengan berbagai pihak sehingga hasil pekerjaannya lebih bernilai dan
bermanfaat, memiliki kesadaran untuk memberikan pelayanan kepada
pemangku kepentingan (stakeholder) dan menyadari pentingnya melakukan
perbaikan dan inovasi secara terus menerus dengan nilai kesempurnaan.
Apabila nilai-nilai Kementerian Keuangan ini dapat diimplementasikan
dengan baik, kontribusi dari setiap ASN Kementerian Keuangan akan optimal
dan dapat dirasakan oleh masyarakat serta mempermudah mereka dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut secara langsung juga akan
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan dalam
mengelola keuangan negara yang merupakan perwujudan rasa cinta tanah air
sebagai salah satu nilai bela negara.
a. Kemenkeu Peduli
Dalam bidang sosial, Kementerian Keuangan juga ikut berperan aktif dalam
gerakan kemanusiaan. Seperti gerakan kemanusiaan peduli korban gempa
bumi dan tsunami yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
melalui pengumpulan dan penyaluran bantuan serta pembentukan tim
untuk melakukan kegiatan bakti sosial. Kegiatan kemanusian ini biasanya
terbentuk secara spontan dan tidak terbatas hanya pada tingkat
kementerian maupun eselon satu tetapi juga pernah dilakukan di tingkat
eselon IV seperti KP2KP. Hal ini tidak lain merupakan bentuk empati
pegawai Kemenkeu yang lahir dari perasaan senasib sepenanggungan
sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
b. Jumat Berbagi
Selain Kemenkeu Peduli, beberapa unit kerja vertikal di Kementerian
Keuangan menyelenggarakan program Jumat Berbagi, yakni memberikan
makanan secara rutin kepada kaum dhuafa. Hari Jumat diyakini sebagai
waktu yang utama untuk melakukan kebaikan menjadi alasan program ini.
Dengan adanya Jumat Berbagi, diharapkan para pegawai Kementerian
Keuangan memiliki sikap cinta kepada sesama yang merupakan salah satu
bentuk cinta tanah air. Beberapa unit kerja yang rutin melakukan program
Jumat Berbagi antara lain: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta
Kembangan, KPP Pratama Cilacap, dan KPP Pratama Curup.
Gambar 12. Program Jumat Berbagi oleh KPP Pratama Jakarta Kembangan

Sumber: pajak.go.id
c. Berbatik dan Selasa Berkebaya
Batik merupakan identitas nasional bangsa Indonesia yang kini telah diakui
oleh dunia melalui keputusan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity). Memakai dan menggunakan batik
merupakan contoh sederhana yang dapat kita lakukan sebagai bentuk cinta
terhadap budaya tanah air. Dengan memakai batik berarti kita turut serta
melestarikan budaya leluhur sekaligus memajukan industri batik. Beranjak
dari pemikiran tersebut, Kemenkeu melalui KEP-579/KMK.01/2014 secara
serius berkomitmen untuk melestarikan budaya batik dengan mewajibkan
para pegawai di lingkungannya untuk berseragam batik sebagai identitas
dan simbol pemersatu pegawai. Bahkan pada 2 (dua) dari 5 (lima) hari
kerja, seluruh pegawai Kemenkeu wajib mengenakan batik yakni pada hari
Selasa dan Jumat (khusus Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanya pada
hari Jumat).

Sumber: djkn.kemenkeu.go.id
Tidak terbatas pada penggunaan seragam kerja batik saja, Kemenkeu juga
turut menggalakkan penggunaan kebaya yang merupakan busana
tradisional asli Indonesia. Dimotori oleh Tim Pengarusutamaan Gender
(PUG), Kemenkeu turut mendukung gerakan nasional Indonesia berkebaya
dengan menghimbau kepada seluruh pegawai perempuan di lingkungan
Kemenkeu untuk mengenakannya di hari Selasa pertama setiap bulan.

Sumber: djkn.kemenkeu.go.id

d. Upacara Bendera dan Apel


Sikap cinta tanah air dapat diwujudkan dengan menumbuhkan rasa bangga
di dalam diri sendiri sebagai bagian dari bangsa pejuang. Contoh konkret
untuk dapat mewujudkan hal tersebut adalah dengan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan upacara bendera dan apel. Pada kegiatan ini, peserta
upacara tidak hanya diajak untuk mendengarkan pidato atau sambutan dari
pemimpin upacara, namun juga secara bersama-sama menyaksikan proses
berkibarnya bendera merah putih yang diiringi dengan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Lebih dari itu, peserta upacara juga diajak untuk
mengheningkan cipta dalam rangka mengenang jasa dan perjuangan para
pahlawan bangsa dalam memperoleh kemerdekaan Indonesia.
Kementerian Keuangan secara rutin menyelenggarakan kegiatan upacara
bendera pada tanggal 1 Juni, 17 Agustus dan 30 Oktober untuk
memperingati Hari Kelahiran Pancasila, Hari Kemerdekaan dan Hari Oeang
serta rutin melaksanakan apel setiap tanggal 17 tiap bulan. Melalui kegiatan
upacara bendera ini, diharapkan para pegawai dapat menghayati esensi
perjuangan bangsa Indonesia dan mempertahankan hasil dari perjuangan
tersebut.
Gambar 13. Pegawai Kementerian Keuangan Mengikuti Upacara Peringatan Kemenrdekaan

Sumber: djpk.kemenkeu.go.id

e. Mengurangi Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)


Peningkatan konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) berkontribusi
terhadap peningkatan limbah plastik, sedangkan limbah plastik
menyumbang 14% dari total sampah di Indonesia. Dalam usaha
mengurangi sampah plastik, Kementerian Keuangan mengeluarkan
himbauan yang tertuang dalam SE-6/MK.1/2019 tentang Penerapan Kantor
Ramah Lingkungan (Program Eco Office) di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Salah satu poin dalam surat edaran tersebut adalah
menggunakan botol minum isi ulang sebagai pengganti botol minum sekali
pakai. Hal ini bertujuan untuk membatasi penggunaan plastik setidaknya di
lingkungan Kementerian Keuangan, mengingat saat ini Indonesia
menduduki peringkat dua sebagai negara penghasil sampah plastik yang
dibuang ke sungai dan laut. Tidak hanya itu, Menteri Keuangan juga
berharap bahwa hal ini akan sedikit demi sedikit mengubah gaya hidup
pegawai Kementerian Keuangan agar lebih ramah lingkungan.
Gambar 14. Penggunaan Botol Minum Isi Ulang di Lingkungan Kementerian Keuangan
Sumber: bppk.kemenkeu.go.id

2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dalam menghadapi berbagai ancaman negara adalah sikap dan
perilaku yang selalu menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman di lingkup masing-masing; menumbuhkan rasa memiliki jiwa
besar dan patriotisme yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar NKRI
sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan memiliki kesadaran atas tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia yang didukung dengan pengetahuan,
watak perilaku dan keterampilan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat timbul apabila seseorang
yang memiliki integritas yang tinggi. Kesadaran ini antara lain melalui
pemahaman atas hak dan kewajiban sebagai warga negara diwujudkan
dengan membayar pajak dan bekerja dengan hati. Bekerja dengan hati dapat
diwujudkan dengan menjadi ASN yang profesional, menerapkan sinergi,
pelayanan dan selalu melakukan perbaikan dengan kesempurnaan.
a. Taat peraturan yang berlaku
Pegawai Kemenkeu diharapkan untuk memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara, salah satunya dengan cara menaati peraturan dalam kehidupan
sehari-hari. Pegawai Kemenkeu tidak hanya terikat oleh kode etik dan
perilaku di lingkungan kantor, akan tetapi diwajibkan untuk taat pada
peraturan yang berlaku di masyarakat, baik norma maupun hukum positif di
Indonesia. Dengan ditaatinya peraturan yang berlaku, maka akan tercipta
tatanan masyarakat yang teratur. Sebagai contoh: jika seseorang
melanggar aturan lalu lintas (mengendarai kendaraan bermotor dengan
melawan arus) maka akan sangat mungkin terjadi kemacetan yang berefek
merugikan berbagai pihak baik waktu maupun materi. Contoh lainnya jika
salah seorang pegawai Kemenkeu melakukan fraud sehingga merugikan
negara, maka peristiwa tersebut telah mencoreng nama baik tidak hanya
pegawai yang bersangkutan tetapi seluruh pegawai di Kemenkeu.
Masyarakat tidak akan percaya kepada Kementerian Keuangan sebagai
institusi pengelola keuangan negara. Dampak ketidakpercayaan
masyarakat tersebut, bisa timbul gerakan boikot bayar pajak. Jika
masyarakat apatis dalam membayar pajak misalnya, maka besar
kemungkinan penerimaan negara tidak akan tercapai sehingga tidak dapat
membiayai pengeluaran negara yang strategis yang akibatnya kembali
dirasakan oleh masyarakat.
b. Aktif dalam kegiatan masyarakat
Benih-benih kesadaran berbangsa dan bernegara telah ada dalam diri
seseorang sehingga untuk dapat tumbuh perlu diupayakan salah satunya
melalui partisipasi aktif di masyarakat. Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti,
menjadi pengurus RT/RW dan kegiatan lain di masyarakat akan
menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan. Apabila persatuan dan
kesatuan warga meningkat maka meningkat pula kekuatan nasional.
3. Setia pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Kesetiaan dan keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara,
dimulai dari memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Kesetiaan dan keyakinan terhadap Pancasila ini dapat
muncul apabila ASN Kemenkeu memiliki integritas yang tinggi dengan berpikir,
berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang
teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
a. Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara
Sikap setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara akan tumbuh apabila
setiap warga negara secara sadar memahami Pancasila dan
menerapkannya secara murni dan konsekuen dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di lingkungan Kementerian
Keuangan, sikap yakin bahwa Pancasila merupakan satu-satunya ideologi
yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang majemuk dapat
diwujudkan dengan mengamalkan sila-sila Pancasila.
b. Tidak ada diskriminasi dalam manajemen SDM di Kemenkeu
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memberikan amanat agar
tidak ada pembedaan/diskriminasi kepada setiap warga negara. Setiap
warga negara Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendaftar
menjadi pegawai di Kemenkeu tanpa adanya diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) sepanjang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Seluruh pegawai Kemenkeu berhak
untuk mengembangkan diri dan mempunyai kesempatan yang sama untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi berdasarkan sistem merit di
Kemenkeu.
c. Libur fakultatif untuk kantor-kantor di wilayah tertentu
Setiap daerah memiliki adat kebiasaan yang berbeda sehingga diperlukan
kebijaksanaan Kementerian Keuangan dalam menyikapi perbedaan
tersebut. Sebagai contoh di wilayah Bali, pegawai Kemenkeu diberikan
tambahan hari libur dalam memperingati hari besar agama Hindu sesuai
dengan kebijakan pemerintah daerah setempat.
d. Memberikan kebebasan untuk beribadah bagi semua pemeluk agama
Salah satu upaya untuk menumbuhkan sikap setia kepada Pancasila
adalah dengan memberikan kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Hal tersebut merupakan
contoh riil dalam mengamalkan sila pertama Pancasila. Pegawai Kemenkeu
diberikan kebebasan dan kesempatan untuk menyelenggarakan
peribadatan di unit kerja masing-masing. Misalnya: pada hari Jumat ketika
pegawai yang muslim melaksanakan sholat Jumat, pegawai yang
menganut agama lain juga dapat mengadakan ceramah keagamaan.
e. Memperingati hari-hari besar keagamaan
Kementerian Keuangan melakukan peringatan hari-hari besar kegamaan
setiap tahun yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
pegawai Kemenkeu. Peringatan hari-hari besar keagamaan juga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap toleran kepada setiap umat
beragama dan menghormati perbedaan dalam beragama dan
berkeyakinan.
f. Pajak Bertilawah memperingati Hari Pajak
Dalam memperingati Hari Pajak setiap tanggal 14 Juli, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) melakukan kegiatan Pajak Bertilawah. Kegiatan ini dilakukan
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa terdapat campur tangan Tuhan
Yang Maha Esa di setiap usaha yang dilakukan oleh pegawai DJP dalam
mengamankan penerimaan negara. Dengan meningkatnya keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pegawai DJP bertambah yakin bahwa
Pancasila merupakan ideologi yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang
memberikan kesempatan dan kebebasan bagi setiap warga negara untuk
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing.
Gambar 15. Pajak Bertilawah di KPP Tamansari

Sumber: www.pajak.go.id

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara


Rela berkorban waktu, harta, raga maupun jiwa dengan mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi/golongan untuk bangsa dan
negara merupakan salah satu bentuk implementasi nilai profesionalisme.
Seorang ASN yang profesional akan berusaha bekerja tuntas dan akurat atas
dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang
tinggi.
ASN yang profesional akan berusaha untuk terus meningkatkan
kompetensinya sebagai wujud rela berkorban, karena menyadari akan manfaat
dari pengorbanannya. ASN yang profesional akan menghasilkan pelayanan
yang semakin sempurna yang akan dinikmati oleh masyarakat. ASN yang
profesional akan selalu bekerja dengan semangat yang akan mempengaruhi
semangat masyarakat untuk membangun negara. Kaum profesional berusaha
menguasai kompetensi bidang tertentu sampai tuntas, tetapi kompetensi
bidang lainnya diserahkan kepada pihak lain. Kaum profesional kemudian
mengajak bekerja sama dengan pihak profesional lainnya untuk bersinergi
secara profesional untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.
Kemauan rela berkorban diharapkan memberikan hasil kepada pihak
pihak yang membutuhkan. Kesediaan Rela berkorban diharapkan tidak sia sia.
Karena itu rela berkorban harus memastikan bahwa pengorbanannya efektif
memberikan pelayanan kepada pemangku kepentingan. Kemauan rela
berkorban juga dilakukan dengan melakukan perbaikan secara terus menerus
sampai memberikan hasil yang optimal.
a. Menjalankan Tugas Negara dengan bersedia ditempatkan dimanapun di
seluruh Indonesia
Bentuk rela berkorban untuk bangsa dan negara tidak harus diwujudkan
dengan berperang dengan senjata atau menjadi perwira militer, tetapi
menjadi pegawai Kementerian Keuangan merupakan wujud sikap rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Sebelum menjadi pegawai
Kementerian Keuangan, setiap pegawai menandatangani surat pernyataan
bersedia ditempatkan dimanapun di seluruh Indonesia. Ketika seorang
pegawai ditugaskan ke daerah yang jauh dari keluarga dan kampung
halaman, sesungguhnya pegawai tersebut sudah melaksanakan salah satu
nilai bela negara yaitu: rela berkorban untuk bangsa dan negara. Betapa
tidak, demi mengemban tugas sebagai pegawai Kementerian Keuangan di
seluruh pelosok negeri, seorang pegawai rela untuk berpisah dari keluarga
dan meninggalkan kenyamanan di daerah asal. Dengan kata lain, para
pegawai tersebut telah mendahulukan kepentingan organisasi atau
nasional di atas kepentingan pribadi. Inilah salah satu contoh konkret sikap
rela berkorban dan mengesampingkan ego pribadi untuk bangsa dan
Negara yang dapat ditunjukkan oleh pegawai Kementerian Keuangan. Oleh
karena itu, kepada pegawai Kementerian Keuangan di seluruh Indonesia,
yakinlah bahwa tugas yang kita kerjakan dengan sepenuh hati dan ikhlas
merupakan bentuk perwujudan rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Gambar 16. Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai yang Ditempatkan di Atambua

Sumber: kemenkeu.go.id
b. Kegiatan donor darah di unit kerja Kemenkeu
Perwujudan Bela Negara dapat dilakukan melalui kegiatan donor darah
secara individu di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) di seluruh
Indonesia maupun di tempat penyelenggaraan kegiatan donor darah. Hal
ini diperlukan karena Indonesia kekurangan 1 (satu) juta kantong darah
setiap tahunnya, padahal, standar World Health Organization (WHO),
jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sebesar 2% dari jumlah
penduduk atau sekitar 5,2 juta kantong darah per tahun (Media Indonesia,
2018). Dengan mengikuti kegiatan donor darah, diharapkan kebutuhan
kantong darah dapat terpenuhi sehingga dapat menyelamatkan masyarakat
yang membutuhkan transfusi darah.
Ketersediaan kantong darah merupakan tanggung jawab baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Demi terpenuhinya ketersediaan
kantong darah di Indonesia secara optimal, Kementerian Keuangan
sebagai bagian dari pemerintah pusat dapat menginstruksikan unit-unit
kerja yang di bawahnya untuk melakukan kegiatan donor darah secara
berkala. Dengan adanya kegiatan donor darah secara berkala dan
keikutsertaan unit-unit kerja Kementerian Keuangan yang tersebar di
seluruh Indonesia, diharapkan dapat membantu untuk memenuhi
kebutuhan kantong darah di Indonesia.
c. Pembuatan Buku Perekat Indonesia dan Buku Berkah
Kemenkeu berusaha menanamkan nilai rela berkorban kepada para
pegawai dengan menerbitkan Buku Perekat Indonesia. Buku Perekat
Indonesia berisikan kisah-kisah inspiratif dari pegawai Kemenkeu di seluruh
Indonesia. Dengan membaca buku tersebut, pegawai Kemenkeu
diharapkan untuk rela dan bangga dalam menjalankan setiap tugasnya,
menumbuhkan sikap persatuan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Buku ini dapat diunduh melalui
www.kemenkeu.go.id/media/13326/buku-perekat-indonesia.pdf.
Direktorat Jenderal Pajak juga mengeluarkan kumpulan kisah pegawai di
Direktorat Jenderal Pajak yang dirangkum dalam Buku Berkah. Buku
tersebut mengisahkan tentang perjuangan para pegawai DJP sebelum
modernisasi perpajakan yang tetap memegang teguh integritas dan
profesionalismenya. Sampai dengan saat ini, Buku Berkah telah diterbitkan
sebanyak 2 jilid, Buku Berkah I dan Buku Berkah II.
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara berarti memiliki kemampuan Fisik,
Intelligence Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, dan Social
Quotient yang baik. Kemampuan dasar bela negara ini bersumber dari
integritas yang tinggi. Integritas berarti mampu menyatukan potensi dasar yang
dimilikinya. Potensi dasar tersebut kemudian dikembangkan melalui nilai
profesionalisme dan sinergi dengan pihak lain, dengan tujuan untuk melayani
dan secara terus menerus mengasah kemampuan. Dengan demikian
kemampuan setiap ASN Kemenkeu menjadi optimal dalam melaksanakan
tugasnya. Kemampuan ini juga didukung dengan adanya reformasi birokrasi
dan deregulasi yang dapat mempermudah proses pelaksanaan tugas dan
fungsi.
Kemampuan ASN dalam bela negara akan semakin kuat dengan adanya
program pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM termasuk ASN
Kementerian Keuangan. ASN perlu meningkatkan kompetensi untuk dapat
melakukan inovasi atau perbaikan secara terus menerus misalnya dengan
melakukan benchmarking ke instansi lain yang sudah mempraktekkan dengan
baik. Diharapkan adanya dukungan dari organisasi berupa anggaran dan
kesedian untuk melakukan inovasi di kantor masing masing.
Dengan melakukan perbaikan dan meningkatkan kesempurnaan,
kemampuan negara di segala bidang akan meningkat. Apabila ASN Kemenkeu
memiliki kemampuan yang semakin sempurna dalam mengelola keuangan
negara, masyarakat akan melihatnya sebagai contoh yang baik sehingga
masyarakat semakin percaya terhadap negara. Jadi kemampuan bela negara
oleh Kemenkeu adalah apabila Kemenkeu mampu mengelola keuangan
negara yang semakin akuntabel.
Kemampuan awal bela negara merupakan kesiapan tiap warga negara
dalam melaksanakan upaya pembelaan negara, siap secara fisik maupun
mental. Setiap warga negara diharapkan memiliki fisik yang sehat dan jiwa
yang kuat sebagai syarat awal bela negara. Kementerian Keuangan juga
berkepentingan agar para pegawainya memiliki badan yang prima sehingga
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, Kemenkeu mencanangkan beberapa program seperti di bawah ini.
a. Pencanangan Hari Krida dan Penyediaan Sarana Olah Raga
Dengan program ini, diharapkan pegawai Kemenkeu dapat terdorong untuk
melakukan aktivitas fisik. Dengan tersedianya sarana olah raga yang
beragam, pegawai dapat memilih jenis olahraga yang dilakukan tentunya
tanpa mengganggu waktu bekerja. Dengan berolahraga, badan menjadi
lebih kuat dan pikiran menjadi lebih segar sehingga modal awal bela negara
dapat dimiliki oleh pegawai Kemenkeu.
b. Klinik dan Jaminan Kesehatan
Di beberapa unit kerja Kemenkeu juga tersedia klinik berobat bagi pegawai
jika menderita gejala sakit ringan. Dengan akses fasilitas kesehatan yang
mudah dijangkau, pegawai yang merasa kurang sehat dapat segera
berobat sehingga tidak mengganggu tugas dan pekerjaan. Sesuai arahan
pemerintah pusat, seluruh pegawai Kemenkeu dan keluarganya diwajibkan
untuk mengikuti program jaminan kesehatan nasional yaitu Kartu Indonesia
Sehat (KIS). Dengan KIS, pegawai dapat mengakses fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap seperti rumah sakit jika pegawai menderita sakit yang
perlu penanganan intensif. Tersedianya klinik dan jaminan kesehatan
memberikan rasa aman bagi pegawai sehingga tugas dan pekerjaannya
dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Pelatihan Dasar bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) perlu dipersiapkan secara fisik dan
mental sebelum memasuki dunia kerja. CPNS harus mengikuti Pelatihan
Dasar (Latsar) di seluruh Kementerian dan Lembaga. CPNS di beberapa
Eselon I Kemenkeu, seperti Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (DJPb), dan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN), harus mengikuti Pelatihan Pembinaan Karakter. Khusus di
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diharuskan mengikuti Pelatihan
Kesamaptaan baik yang berstatus CPNS maupun pegawai. Pada pelatihan
tersebut, peserta dilatih fisik dan mentalnya dengan berbagai macam
pelatihan yang kegiatannya diawasi oleh perwira militer seperti Komando
Pasukan Khusus (Kopassus). Dengan demikian, calon pegawai akan
memiliki kesiapan secara fisik dan mental dalam bela negara.
d. Bekerja Secara Profesional
Sebagai pegawai Kementerian Keuangan, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk membela Negara adalah dengan bekerja secara optimal
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Hal ini merupakan bentuk
kesiapan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan aksi
bela Negara sesuai dengan profesi dan kemampuan di lingkungan
masing-masing. Pegawai yang bekerja di bidang sumber daya manusia
(SDM), hendaknya secara optimal mengembangkan kapasitas SDM di
lingkungan Kementerian Keuangan. Pegawai yang bekerja di bidang
pelayanan, hendaknya secara optimal memberikan pelayanan kepada
publik untuk mencapai kepuasan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Begitu juga dengan pegawai-pegawai yang bekerja di bidang lainnya.
Karena setiap bidang yang ada di Kemenkeu bertujuan untuk mendukung
fungsi Negara di bidang keuangan. Dengan bekerja secara optimal sesuai
tugas dan fungsi yang diberikan, secara tidak langsung kita juga sudah
membela Negara agar fungsi keuangannya dapat berjalan dengan baik.
Gambar 17. Pegawai DJKN Sedang Melaksanakan Tugas Menilai Aset di Balai Arkeologi

Sumber: djkn.kemenkeu.go.id

e. Penyuluhan Keamanan Data dan Informasi


Tidak hanya itu, salah satu upaya untuk membela Negara adalah dengan
melakukan antisipasi atas berbagai ancaman yang dapat muncul baik di
masa sekarang maupun di masa mendatang. Salah satu ancaman tersebut
adalah terkait serangan atau kejahatan siber atas berbagai informasi
keuangan di daerah-daerah di Indonesia. Oleh karena itu, salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh pegawai Kementerian Keuangan untuk membela
Negara atas ancaman tersebut adalah dengan menyelenggarakan edukasi
atau penyuluhan keamanan informasi dan transaksi elektronik di
daerah-daerah yang terindikasi marak dan rawan penipuan keuangan
melalui media elektronik. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat
lebih sadar akan potensi kejahatan siber tersebut sehingga tingkat
kejahatan siber terutama terkait keuangan dapat diminimalkan.
PENUTUP

Menjalankan Amanah Para Pahlawan adalah Mutlak


Negeri zamrud khatulistiwa dengan segala kekayaan alam yang nyaris tak terbatas
adalah warisan nenek moyang yang harus dijaga. Kemerdekaan bangsa Indonesia dicapai
dengan tetesan darah dan air mata para pahlawan. Jutaan nyawa meregang di medan laga
dan di rumah-rumah karena kelaparan, menjadi biaya yang tak bisa dilupakan begitu saja,
demi memerdekakan negeri, demi mewariskan kekayaan alam Indonesia tersebut kepada
anak cucu mereka, kita semua. Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dipilih untuk
disepakati menjadi bentuk negeri ini. Ia adalah amanah yang harus dijalankan.
Setelah Indonesia merdeka, bukan berarti perjuangan terus berhenti. Ada cita-cita
besar para pendiri bangsa ini yang belum tercapai. Cita-cita itu tertuang di dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Ada empat cita-cita nasional bangsa Indonesia.
Keempatnya tidak akan tercapai jika NKRI tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Keempatnya tidak akan dapat diraih jika ancaman, gangguan, hambatan maupun tantangan
tidak diatasi oleh anak-anak bangsa.
Negeri yang kaya raya selalu menarik perhatian bangsa lain. Tidak hanya masa
penjajahan, masa pasca penjajahan pun mereka akan tetap berusaha mengambil
keuntungan, atau bahkan menguasai kembali Indonesia dengan berbagai bentuknya yang
berbeda dari masa penjajahan dahulu. Berbagai macam cara mereka temukan untuk tetap
menguasai Indonesia. Jika bukan secara teritorial mereka akan berusaha menguasai secara
sosial budaya dan ekonomi. Penguasaan secara politik menjadi jalan lain menjajah negeri
ini, dengan pelemahan mental generasi muda sebagai salah satu senjatanya.
Peredaran narkoba di Indonesia yang semakin massif mereka gunakan untuk
menaklukkan bangsa Indonesia di masa depan. Berbagai jenis narkoba berhasil
diselundupkan. Jika narkoba sudah menguasai generasi muda, tidak akan ada lagi yang
bisa mempertahankan NKRI.
Pergaulan di era global menambah kuat rencana mereka menguasai nusantara.
Kondisi kejiwaan yang labil oleh pengaruh narkoba, langkah selanjutnya menguasai pola
pemikiran generasi muda. Berbagai ideologi (isme) dengan bebas masuk untuk mengubah
cara berfikir anak-anak muda. Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 semakin
mempercepat keberhasilan dalam menjalankan strategi tersebut. Jika kondisi demikian terus
berlangsung, bukan suatu yang mustahil Indonesia kelak tinggal nama yang tertulis dalam
sejarah.
Karakter asli bangsa Indonesia yang luhur, sebenarnya cukup menjadi senjata untuk
mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan tersebut. Nilai-nilai
karakter asli yang diwariskan para pahlawan pendiri negeri ini telah dibakukan pada saat kali
pertama mendirikan negeri. Semua sepakat, karakter asli itu dirangkum menjadi Pancasila
dan ditetapkan sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa sekaligus sebagai dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penguatan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat, akan memperkuat jati
diri bangsa. Seberapapun besar ancaman dan gangguan, jika karakter bangsa telah kembali
kuat, NKRI tetap eksis adalah sesuatu yang mudah. Oleh karenanya, internalisasi nilai-nilai
Pancasila yang pada zaman orde baru diejawantahkan dalam bentuk Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau yang dikenal dengan sebutan P4 sangat
penting untuk digelorakan kembali pada setiap momentum pertemuan di masyarakat. Hanya
saja, model penyampaiannya saja dicarikan cara paling tepat sesuai dengan kondisi zaman
ini.
Pemuda, Cetaklah Sejarah, Bela Negara Itu Keren
Nenek moyang kita, para pahlawan pendiri negeri ini, dalam perjuangan
memerdekakan bangsa bukan perkara mudah. Kemerdekaan bukan pemberian dari kaum
penjajah. Kemerdekaan negeri ini direbut dengan darah dan air mata. Jutaan nyawa
melayang dalam perjuangan. Para pahlawan tersebut telah menciptakan sejarahnya. Nama
mereka telah tertulis indah hingga sekarang bahkan nanti. Di era ini pun semua bisa
mencetak sejarah kita masing-masing. Masih sangat luas medan perjuangan untuk
membela dan mempertahankan negeri.
Akan sangat bernilai perjuangan kita dalam membela negara, di saat lebih banyak
orang tidak peduli pada negeri. Akan sangat berarti setiap langkah kita dalam membela
bangsa, di saat semua disibukkan dengan kemajuan teknologi di era Revolusi Industri
industri 4.0, dan akan sangat keren jika kita memilih menjadi bagian dari para pembela
negara. Generasi muda yang tidak terbuai oleh manjaan teknologi, masih ingat dan peduli
dengan negeri, akan menjadi barang langka, dan itu suatu kesempatan besar bagi kita untuk
meninggikan nama hingga gaungnya sampai ke generasi berikutnya. Anak cucu kita kelak
akan berdecak kagum dengan kiprah pengorbanan kita karena membela negara.
Bela Negara itu Keren.

Anda mungkin juga menyukai