KARAKTER BANGSA
Dalam pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa “Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut dalam upaya pembelaan negara.” Dalam pernyataan ini, bela
negara bukan sekedar kewajiban, tetapi juga kesempatan bagi setiap warga negara (seluruh
bangsa) untuk berpartisipasi membela negara. Sementara itu, dalam Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, penjelasan pasal 9 ayat (1) upaya bela
negara adalah “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Bela Negara didefinisikan sebagai tekad, sikap dan perilaku, serta tindakan
warga negara, baik secara perorangan maupun kolektif, dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman 1.
Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi
setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Dalam pernyataan ini, sebagai
sikap, bela negara itu perlu dihayati atau diinternalisasi, dan sebagai perilaku, bela negara
perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua ini dijiwai oleh kecintaan kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
1
Undang-Undang RI No.23 Tahun 2019, Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
2
Tataran Dasar Bela Negara, Kementerian Pertahanan 2019, hlm. 2.
1. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah komitmen terhadap tanah air, yang tercermin di
dalam sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa hormat, tanggung jawab,
perhatian, dan kebulatan hati atau tekad terhadap keutuhan wilayah tanah air
dari Sabang sampai Merauke, kelangsungan hidup dan kemajuan NKRI,
mencintai dan melestarikan hidup, serta menjaga nama baik dan
mengharumkan tanah air Indonesia. Komitmen ini merupakan pondasi kokoh
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara mencerminkan adanya ikatan batin
karena tanah air itu telah menjadi bagian integral dari diri kita sebagai warga
negara.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
Sebuah negara tidak dapat eksis, hidup, dan berkembang secara
berdaulat tanpa adanya kesadaran bela negara dalam diri warganya.
Kesadaran bela negara sesungguhnya adalah pengembangan dari kesadaran
individu untuk membela diri dan mempertahankan kehidupan. Ketika individu
menyatu dalam kelompok, maka kesadaran membela diri itu juga berkembang
menjadi kesadaran membela kelompok. Ketika kelompok itu berkembang
selanjutnya menjadi sebuah negara, maka kesadaran itupun berkembang
menjadi kesadaran bela negara sebagai efek dari kesadaran berbangsa dan
bernegara. Karena itu tingkat kesadaran bela negara juga bisa terlihat dan
teruji ketika kedaulatan negara terancam.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dalam menghadapi berbagai ancaman negara adalah sikap dan
perilaku yang selalu menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman di lingkup masing-masing; menumbuhkan rasa memiliki jiwa
besar dan patriotisme yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar NKRI
sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan memiliki kesadaran atas tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia yang didukung dengan pengetahuan,
watak perilaku, dan keterampilan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila telah disepakati sebagai falsafah dan ideologi bangsa dan
negara dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara guna
tercapainya tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia 1945. Tujuan nasional tersebut yaitu: “untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Dalam rangka meningkatkan dan menumbuhkan
keyakinan dan kesetiaan akan Pancasila sebagai Ideologi Negara, maka setiap
warga negara Indonesia harus benar-benar memahami dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila merupakan sumber hukum dan sekaligus sebagai kerangka
acuan NKRI, karena Pancasila sebagai dasar negara telah dapat
mempersatukan rakyat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama,
suku bangsa, bahasa, asal-usul keturunan dan tingkat sosial ekonomi. Hal ini
terlihat pada perjalanan sejarah bahwa yang telah berkali-kali dipecah belah
oleh bangsa penjajah maupun pihak-pihak yang tidak menyukai Pancasila,
namun bangsa Indonesia sampai saat ini masih tetap utuh sebagai bangsa
yang bersatu dan kuat terutama dalam menuju cita-cita nasional yaitu untuk
mencapai negara yang adil dan makmur dalam berkeadilan maupun adil dalam
kemakmuran.
Kesinambungan kehidupan bangsa dan negara hingga saat ini,
menunjukkan bahwa kesetiaan warga negara kepada Pancasila sebagai
ideologi negara yang senantiasa harus tetap terjaga di masa kini dan
mendatang. Kesetiaan warga negara kepada Pancasila, dapat dikatakan
sebagai cerminan dari kesadaran berbangsa dan bernegara dari setiap warga
negara Indonesia yang didasari oleh rasa cinta tanah air.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Rela berkorban dengan mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi/golongan merupakan nilai bela negara, mutlak harus terus
dibangun secara berkesinambungan untuk memperkokoh kekuatan bangsa
dan ketahanan nasional yang berdaya tangkal tinggi terhadap ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan, baik dari pihak luar negeri maupun dalam
negeri yang ingin menghancurkan atau mengancam kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.
Rela berkorban waktu, harta, raga maupun jiwa untuk kepentingan nusa
dan bangsa merupakan nilai bela negara yang seharusnya dilaksanakan dalam
setiap kesempatan dan di setiap bidang kegiatan yang kita tekuni atau yang
menjadi kegiatan masing-masing atau bidang masing-masing. Hal ini haruslah
merupakan kesadaran bahwa tidak mungkin bangsa Indonesia hidup merdeka
hingga sekarang ini apabila generasi-generasi pendahulu tidak berjuang dan
berkorban harta, raga dan jiwanya untuk tercapainya kemerdekaan bangsa dari
belenggu penjajah.
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara merupakan perpaduan dari dua bentuk
kemampuan yaitu: kemampuan psikis (mental); dan kemampuan fisik
(jasmani). Memiliki kemampuan awal bela negara dalam bentuk kemampuan
psikis yaitu setiap warga negara dituntut untuk memiliki sikap dan perilaku
disiplin, ulet, bekerja keras menaati segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku, percaya akan kemampuan sendiri, tahan uji dan pantang
menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup untuk mencapai cita-cita dan
tujuan nasional. Tanpa sikap mental yang sebagaimana tersebut di atas sulit
bagi sebuah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional, bahkan
mungkin akan membawa kepada jurang kehancuran. Sedangkan kemampuan
fisik dalam bentuk fisik (jasmani) artinya warga negara memiliki kesehatan yang
baik, tangkas, postur tubuh yang memadai yang akan mendukung kemampuan
psikis. Perpaduan kedua kemampuan tersebut mencerminkan pepatah kuno
yang mengatakan bahwa “Men sana in corpore sano” atau dalam badan yang
sehat terdapat jiwa yang kuat.
B. Nilai Karakter dan/atau Nilai Kebangsaan Dalam Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara
Di dalam setiap nilai-nilai dasar bela negara terkandung nilai-nilai karakter
(bersumber dari nilai praktis Pancasila) dan/atau nilai-nilai kebangsaan (bersumber
dari 4 landasan/konsensus bela negara) yang beroperasi di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengembangan indikator-indikator yang
mencerminkan implementasi dari setiap nilai-nilai dasar bela negara telah diatur
dalam Peraturan Menteri Pertahanan.3
Tabel 1. Indikator Implementasi Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
Nilai-Nilai Dasar Nilai Karakter dan/atau Nilai
No Indikator Perilaku
Bela Negara Kebangsaan
1. Nilai Cinta Tanah Air a. Menjaga tanah dan perkarangan 1) Nilai Cinta Tanah Air
serta seluruh ruang wilayah Indonesia 2) Nilai Cinta Lingkungan
b. Bangga sebagai bangsa Indonesia 1) Nilai Kemandirian
2) Nilai Bangga sebagai
Bangsa Indonesia
3) Nilai Tidak Merasa Rendah
Diri
c. Menjaga nama baik bangsa dan 1) Nilai Jujur
negara 2) Nilai Tanggung Jawab
3) Nilai Menjaga
Kehormatan/Martabat
4) Nilai Beradab
5) Nilai Santun
6) Nilai Ramah
d. Memberikan kontribusi pada 1) Nilai Kerja Keras
kemajuan bangsa dan negara 2) Nilai Produktif
e. Mencintai produk dalam negeri, Nilai Cinta Seni dan Budaya
budaya kesenian bangsa Indonesia
2. Nilai Sadar a. Memiliki kesadaran keragaman, 1) Nilai Toleransi/ Keselarasan
Berbangsa dan budaya, suku, agama, bahasa dan 2) Nilai Kerukunan
Bernegara adat istiadat
b. Menjalankan hak dan kewajibannya 1) Nilai Demokratis
sebagai warga negara sesuai 2) Nilai Kesamaan Derajat
peraturan perundang-undangan yang 3) Nilai Disiplin/Ketaatan
berlaku Hukum
c. Mengenal keragaman individu di Nilai Kekeluargaan
rumah dan di lingkupnya
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang 1) Nilai Berpikir Positif
terbaik bagi bangsa dan negara 2) Nilai Rasa Malu
Indonesia. 3) Nilai Kreatif dan Inovatif
3. Nilai Setia Pada a. Memahami nilai-nilai dalam 1) Nilai Selalu Mau Belajar
Pancasila Sebagai Pancasila. 2) Nilai Terbuka
Ideologi Negara b. Mengamalkan nilai-nilai dalam 1) Nilai Religius
Pancasila ke dalam kehidupan 2) Nilai Gotong Royong
sehari-hari. 3) Nilai Keadilan
4) Nilai Cinta Damai
5) Nilai Kerjasama
6) Nilai Bersahaja/ Sederhana
7) Nilai Menghormati Orang
yang Lebih Tua
3
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pembinaan Kesadaran Bela Negara.
Nilai-Nilai Dasar Nilai Karakter dan/atau Nilai
No Indikator Perilaku
Bela Negara Kebangsaan
e. Setia pada Pancasila dan 1) Nilai Persatuan Bangsa
meyakininya sebagai dasar NKRI 2) Nilai Amanah
4. Nilai Rela Berkorban a. Bersedia mengorbankan waktu, 1) Nilai Ikhlas
Untuk Bangsa dan tenaga, pikiran dan materi untuk 2) Nilai Komitmen
Negara kemajuan bangsa dan negara. 3) Nilai Kesetiakawanan
Sosial/Solidaritas Sosial
b. Siap membela bangsa dan negara 1) Nilai Setia/Loyal dan Patuh
dari berbagai ancaman 2) Nilai Kesatuan Wilayah
c. Memiliki kepedulian terhadap 1) Nilai Peduli
keselamatan bangsa dan negara 2) Nilai Kewaspadaan Dini
d. Memiliki jiwa patriotisme terhadap Nilai Berani dan Rela berkorban
bangsa dan negaranya.
e. Mendahulukan kepentingan 1) Nilai Menonjolkan Kewajiban
bangsa dan negara di atas daripada Hak
kepentingan pribadi dan golongan 2) Nilai Musyawarah Mufakat
3) Nilai rendah hati
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi (diakses 28 Maret 2022).
pendekatan ketahanan nasional; dan pendekatan kepemimpinan, yang akan
dijabarkan sebagai berikut ini:5
1. Pendekatan Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang
membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh
Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Awalnya perjuangan yang dilakukan
masih bersifat lokal yang ternyata tidak membawa hasil, namun kemudian
munculah kesadaran untuk bergerak melakukan perjuangan secara nasional,
yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh
bangsa Indonesia.
Sumpah Pemuda dan Gerakan Kebangkitan Nasional telah memadukan
kebhinekaan dan ketunggalikaan. Kesepakatan pemersatu bangsa Indonesia
adalah tetap menghormati keberadaan keanekaragaman seperti suku bangsa,
adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Wawasan Kebangsaan Indonesia tidak mengenal
adanya warga negara kelas satu atau kelas dua, atau warga negara mayoritas
atau minoritas, semua warga negara sederajat.
Kesepakatan-kesepakatan yang mencerminkan wawasan kebangsaan
tersebut dikukuhkan melalui lambang-lambang dan simbol-simbol negara, yang
wajib dihormati, dipahami maknanya serta dijaga karena merupakan
perwujudan sarana pemersatu bangsa Indonesia,6 yaitu antara lain: Burung
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sang Saka
Merah Putih, dan Bahasa Negara, Bahasa Indonesia.
2. Pendekatan Wawasan Nusantara
Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya terkait wawasan nusantara
sebagai modal dasar pemersatu bangsa. Strategi membangun nilai-nilai dasar
bela negara melalui pendekatan wawasan nusantara ini adalah melalui
pemahaman nilai-nilai pokok yang terkandung di dalam wawasan nusantara,
mencakup7; Perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan politik;
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan ekonomi; Perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial-budaya; Perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.
3. Pendekatan Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan
masyarakat lokal dalam mengatasi berbagai masalah dalam upayanya
memenuhi kebutuhan mereka yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti
antara lain: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial,
bahasa dan komunikasi, serta kesenian, dengan cara memperhatikan sumber
daya alam di lingkupnya.
5
Tataran Dasar Bela Negara, Kementerian Pertahanan 2019, Op. Cit., hlm. 24.
6
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Lembaga Administrasi Negara, 2017, hlm. 33-44.
7
Modul Pemantapan Wawasan Kebangsaan , Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik
Indonesia, hlm. 41-42.
Tumbuh kembangnya kearifan lokal berangkat dari upaya menyelaraskan
dengan kondisi lingkup fisik dan biologisnya, kemudian meyakini
kebenarannya, melalui kebiasan untuk mempraktikannya tradisi ini kemudian
diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi dapat dikatakan bahwa, strategi
membangun nilai dasar bela negara melalui pendekatan kearifan lokal
mengungkapkan bagaimana mempertahankan dan menginternalisasikan
nilai-nilai kearifan lokal di setiap daerah yang sarat akan nilai-nilai bela negara
ke dalam kehidupan sehari-hari warga negara yang berada di lingkup kearifan
lokal tersebut.
4. Pendekatan Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia
yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (AGHT), baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.
Kondisi dinamik yang dimaksud adalah kondisi yang terus-menerus
berubah, bergerak secara aktif dan mengalami perkembangan yang berarti.
Seperti halnya kondisi saat ini, dimana perkembangan lingkup strategis dunia
industri mengalami perubahan dengan hadirnya revolusi industri generasi ke
4.0. Revolusi terjadinya perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat
perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital
dan biologi. Dunia yang semakin terkoneksi sehingga batas-batas negara
seolah-olah tidak ada. Revolusi Industri ini ditandai dengan perubahan
besar-besaran di berbagai bidang seperti bidang pertanian, pertambangan,
transportasi, manufaktur dan teknologi.
Kondisi yang sangat dinamis ini juga merupakan tantangan bagi
ketahanan nasional yang terdiri dari delapan (asta) unsur (gatra), Asta-Gatra,
yaitu8:
a. Tiga unsur pertama (TriGatra) merupakan aspek kehidupan alamiah –
Gatra letak dan kedudukan geografi, Gatra keadaan dan kekayaan alam,
Gatra keadaan dan kemampuan penduduk; dan
b. Lima unsur (PancaGatra) berikutnya merupakan aspek kehidupan sosial –
Gatra Ideologi, Gatra Politik, Gatra Ekonomi, Gatra Sosial Budaya, dan
Gatra Pertahanan dan Keamanan.
Jadi dapat dikatakan bahwa, pendekatan ketahanan nasional merupakan
perwujudan membangun kelima nilai dasar bela negara dalam menghadapi
ancaman astagatra mencakup: wilayah/geografi, sumber daya alam, sumber
daya manusia/ demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan-keamanan.
5. Pendekatan Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan di dalam proses bimbingan pembelajaran bela
negara yang dijiwai oleh kelima nilai dasar bela negara kepada seluruh warga
8
R.M. Sunardi. Pembinaan Ketahanan Bangsa: Dalam Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
(PT Kuaternita Adidarma Jakarta, 2004).
negara Indonesia di setiap tingkatan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sangatlah penting. Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin baik di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat maupun di lingkup
pekerjaan, baik di tataran komunitas maupun tataran bangsa, sangat
menentukan keberhasilan dalam menanamkan nilai dasar bela negara.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah mendorong terjadinya
digitalisasi di semua aspek kehidupan, yang secara langsung maupun tidak
langsung telah merubah sikap dan perilaku warga negara, sebagai
konsekuensi penyesuaian terhadap perubahan tersebut. Terdapat beberapa
kemampuan yang menurut beberapa pakar9 harus dimiliki oleh para pemimpin
di era sekarang ini agar berhasil memimpin berbagai generasi yang berbeda di
setiap lingkup tempat kerja atau tempat kegiatan berlangsung lainnya, yaitu:
a. kemampuan komunikasi,
b. berpikiran terbuka,
c. tanggap terhadap perubahan,
d. berani mengambil resiko,
e. mengoptimalkan energi diri sendiri,
f. memperoleh dan memberikan energi pada pemimpin lainnya,
g. memberikan energi pada keseluruhan organisasi,
h. mengelola konflik antar-generasi di tempat kerja.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan kepemimpinan
sebagai strategi internalisasi nilai-nilai bela negara sangat dipengaruhi oleh
kemampuan yang dimiliki dari setiap pemimpin di era digital tersebut.
9
Eric Mary, Country Manager dari Robert Walters Indonesia, persh spesialis rekrutmen professional berskala global, disari dan
dikutip dari: http://www.industry.co.id/read/51773/kepemimpinan-di-era-digital; dan https://money.kompas.com?read/
2019/08/04/134200326/kepemimpinan-di-era-milenial?page=all
AKSI BELA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM
KEMENKEU SATU
Sumber: kemenkeu.go.id
Sumber: kemenkeu.go.id
Sumber: kemenkeu.go.id
Periode IV (2017-2018)
Selanjutnya pada periode IV Reformasi Birokrasi dan Transformasi
Kelembagaan (RBTK), dari tahun 2017 hingga 2018, merupakan periode
dilakukannya perubahan mendasar terhadap rumusan inisiatif strategis RBTK.
Dalam tahap ini, disusun inisiatif strategis guna mencapai strategic outcome
Kemenkeu “Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang
optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan
negara yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dan sustainable”.
Tahap keempat Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan
(RBTK), dari tahun 2017 hingga 2018, merupakan periode dilakukannya
perubahan mendasar terhadap rumusan inisiatif strategis RBTK. Dalam tahap
ini, disusun inisiatif strategis guna mencapai strategic outcome Kemenkeu
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal,
belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara
yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dan sustainable”.
Strategic outcome Kemenkeu tersebut diharapkan dapat dicapai melalui
implementasi 20 inisiatif strategis baru pada tema sentral, tema penerimaan,
tema perbendaharaan, dan tema penganggaran. Selain itu, inisiatif yang baru
juga bersifat connecting the dots, yaitu fokus pada inisiatif yang memerlukan
sinergi antar unit eselon I atau K/L.
Gambar 7. 20 Inisiatif Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan
Sumber: kemenkeu.go.id
Periode V (2019 - saat ini)
Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi informasi dan
komunikasi, Kemenkeu mulai mengintegrasikan inisiatif transformasi ke dalam
konteks yang lebih modern dengan menerapkan aspek digitalisasi secara
masif. Dalam transformasi digital, Kemenkeu menggunakan Enterprise
Architecture (EA) sebagai tool utama menuju Kemenkeu modern yang berbasis
digital. EA merupakan alat untuk membantu perencanaan strategis organisasi
untuk mencapai visi dan misinya dengan memberikan kemampuan untuk
melihat dan melakukan perbaikan pada bisnis, informasi, dan teknologi yang
digunakan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan komitmen transformasi digital
Kementerian Keuangan tersebut, dalam Leaders’ Offsite Meeting (LOM) pada
tanggal 4 Desember 2020 telah ditetapkan 26 (dua puluh enam) Inisiatif
Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS
RBTK) sebagaimana gambar berikut:
Sumber: menpan.go.id
Peluncuran core values ASN ini bukan berarti menggantikan nilai-nilai
Kementerian Keuangan yang sudah ada. Core values ASN sangat berkaitan erat
dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan akan semakin menguatkan nilai-nilai
tersebut. Keterkaitan antara core values ASN dengan nilai-nilai Kementerian
Keuangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 10. Keterkaitan Core Values ASN BerAKHLAK dengan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan
Sumber: pajak.go.id
c. Berbatik dan Selasa Berkebaya
Batik merupakan identitas nasional bangsa Indonesia yang kini telah diakui
oleh dunia melalui keputusan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity). Memakai dan menggunakan batik
merupakan contoh sederhana yang dapat kita lakukan sebagai bentuk cinta
terhadap budaya tanah air. Dengan memakai batik berarti kita turut serta
melestarikan budaya leluhur sekaligus memajukan industri batik. Beranjak
dari pemikiran tersebut, Kemenkeu melalui KEP-579/KMK.01/2014 secara
serius berkomitmen untuk melestarikan budaya batik dengan mewajibkan
para pegawai di lingkungannya untuk berseragam batik sebagai identitas
dan simbol pemersatu pegawai. Bahkan pada 2 (dua) dari 5 (lima) hari
kerja, seluruh pegawai Kemenkeu wajib mengenakan batik yakni pada hari
Selasa dan Jumat (khusus Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanya pada
hari Jumat).
Sumber: djkn.kemenkeu.go.id
Tidak terbatas pada penggunaan seragam kerja batik saja, Kemenkeu juga
turut menggalakkan penggunaan kebaya yang merupakan busana
tradisional asli Indonesia. Dimotori oleh Tim Pengarusutamaan Gender
(PUG), Kemenkeu turut mendukung gerakan nasional Indonesia berkebaya
dengan menghimbau kepada seluruh pegawai perempuan di lingkungan
Kemenkeu untuk mengenakannya di hari Selasa pertama setiap bulan.
Sumber: djkn.kemenkeu.go.id
Sumber: djpk.kemenkeu.go.id
Sumber: www.pajak.go.id
Sumber: kemenkeu.go.id
b. Kegiatan donor darah di unit kerja Kemenkeu
Perwujudan Bela Negara dapat dilakukan melalui kegiatan donor darah
secara individu di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) di seluruh
Indonesia maupun di tempat penyelenggaraan kegiatan donor darah. Hal
ini diperlukan karena Indonesia kekurangan 1 (satu) juta kantong darah
setiap tahunnya, padahal, standar World Health Organization (WHO),
jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sebesar 2% dari jumlah
penduduk atau sekitar 5,2 juta kantong darah per tahun (Media Indonesia,
2018). Dengan mengikuti kegiatan donor darah, diharapkan kebutuhan
kantong darah dapat terpenuhi sehingga dapat menyelamatkan masyarakat
yang membutuhkan transfusi darah.
Ketersediaan kantong darah merupakan tanggung jawab baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Demi terpenuhinya ketersediaan
kantong darah di Indonesia secara optimal, Kementerian Keuangan
sebagai bagian dari pemerintah pusat dapat menginstruksikan unit-unit
kerja yang di bawahnya untuk melakukan kegiatan donor darah secara
berkala. Dengan adanya kegiatan donor darah secara berkala dan
keikutsertaan unit-unit kerja Kementerian Keuangan yang tersebar di
seluruh Indonesia, diharapkan dapat membantu untuk memenuhi
kebutuhan kantong darah di Indonesia.
c. Pembuatan Buku Perekat Indonesia dan Buku Berkah
Kemenkeu berusaha menanamkan nilai rela berkorban kepada para
pegawai dengan menerbitkan Buku Perekat Indonesia. Buku Perekat
Indonesia berisikan kisah-kisah inspiratif dari pegawai Kemenkeu di seluruh
Indonesia. Dengan membaca buku tersebut, pegawai Kemenkeu
diharapkan untuk rela dan bangga dalam menjalankan setiap tugasnya,
menumbuhkan sikap persatuan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Buku ini dapat diunduh melalui
www.kemenkeu.go.id/media/13326/buku-perekat-indonesia.pdf.
Direktorat Jenderal Pajak juga mengeluarkan kumpulan kisah pegawai di
Direktorat Jenderal Pajak yang dirangkum dalam Buku Berkah. Buku
tersebut mengisahkan tentang perjuangan para pegawai DJP sebelum
modernisasi perpajakan yang tetap memegang teguh integritas dan
profesionalismenya. Sampai dengan saat ini, Buku Berkah telah diterbitkan
sebanyak 2 jilid, Buku Berkah I dan Buku Berkah II.
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara berarti memiliki kemampuan Fisik,
Intelligence Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, dan Social
Quotient yang baik. Kemampuan dasar bela negara ini bersumber dari
integritas yang tinggi. Integritas berarti mampu menyatukan potensi dasar yang
dimilikinya. Potensi dasar tersebut kemudian dikembangkan melalui nilai
profesionalisme dan sinergi dengan pihak lain, dengan tujuan untuk melayani
dan secara terus menerus mengasah kemampuan. Dengan demikian
kemampuan setiap ASN Kemenkeu menjadi optimal dalam melaksanakan
tugasnya. Kemampuan ini juga didukung dengan adanya reformasi birokrasi
dan deregulasi yang dapat mempermudah proses pelaksanaan tugas dan
fungsi.
Kemampuan ASN dalam bela negara akan semakin kuat dengan adanya
program pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM termasuk ASN
Kementerian Keuangan. ASN perlu meningkatkan kompetensi untuk dapat
melakukan inovasi atau perbaikan secara terus menerus misalnya dengan
melakukan benchmarking ke instansi lain yang sudah mempraktekkan dengan
baik. Diharapkan adanya dukungan dari organisasi berupa anggaran dan
kesedian untuk melakukan inovasi di kantor masing masing.
Dengan melakukan perbaikan dan meningkatkan kesempurnaan,
kemampuan negara di segala bidang akan meningkat. Apabila ASN Kemenkeu
memiliki kemampuan yang semakin sempurna dalam mengelola keuangan
negara, masyarakat akan melihatnya sebagai contoh yang baik sehingga
masyarakat semakin percaya terhadap negara. Jadi kemampuan bela negara
oleh Kemenkeu adalah apabila Kemenkeu mampu mengelola keuangan
negara yang semakin akuntabel.
Kemampuan awal bela negara merupakan kesiapan tiap warga negara
dalam melaksanakan upaya pembelaan negara, siap secara fisik maupun
mental. Setiap warga negara diharapkan memiliki fisik yang sehat dan jiwa
yang kuat sebagai syarat awal bela negara. Kementerian Keuangan juga
berkepentingan agar para pegawainya memiliki badan yang prima sehingga
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, Kemenkeu mencanangkan beberapa program seperti di bawah ini.
a. Pencanangan Hari Krida dan Penyediaan Sarana Olah Raga
Dengan program ini, diharapkan pegawai Kemenkeu dapat terdorong untuk
melakukan aktivitas fisik. Dengan tersedianya sarana olah raga yang
beragam, pegawai dapat memilih jenis olahraga yang dilakukan tentunya
tanpa mengganggu waktu bekerja. Dengan berolahraga, badan menjadi
lebih kuat dan pikiran menjadi lebih segar sehingga modal awal bela negara
dapat dimiliki oleh pegawai Kemenkeu.
b. Klinik dan Jaminan Kesehatan
Di beberapa unit kerja Kemenkeu juga tersedia klinik berobat bagi pegawai
jika menderita gejala sakit ringan. Dengan akses fasilitas kesehatan yang
mudah dijangkau, pegawai yang merasa kurang sehat dapat segera
berobat sehingga tidak mengganggu tugas dan pekerjaan. Sesuai arahan
pemerintah pusat, seluruh pegawai Kemenkeu dan keluarganya diwajibkan
untuk mengikuti program jaminan kesehatan nasional yaitu Kartu Indonesia
Sehat (KIS). Dengan KIS, pegawai dapat mengakses fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap seperti rumah sakit jika pegawai menderita sakit yang
perlu penanganan intensif. Tersedianya klinik dan jaminan kesehatan
memberikan rasa aman bagi pegawai sehingga tugas dan pekerjaannya
dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Pelatihan Dasar bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) perlu dipersiapkan secara fisik dan
mental sebelum memasuki dunia kerja. CPNS harus mengikuti Pelatihan
Dasar (Latsar) di seluruh Kementerian dan Lembaga. CPNS di beberapa
Eselon I Kemenkeu, seperti Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (DJPb), dan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN), harus mengikuti Pelatihan Pembinaan Karakter. Khusus di
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diharuskan mengikuti Pelatihan
Kesamaptaan baik yang berstatus CPNS maupun pegawai. Pada pelatihan
tersebut, peserta dilatih fisik dan mentalnya dengan berbagai macam
pelatihan yang kegiatannya diawasi oleh perwira militer seperti Komando
Pasukan Khusus (Kopassus). Dengan demikian, calon pegawai akan
memiliki kesiapan secara fisik dan mental dalam bela negara.
d. Bekerja Secara Profesional
Sebagai pegawai Kementerian Keuangan, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk membela Negara adalah dengan bekerja secara optimal
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Hal ini merupakan bentuk
kesiapan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan aksi
bela Negara sesuai dengan profesi dan kemampuan di lingkungan
masing-masing. Pegawai yang bekerja di bidang sumber daya manusia
(SDM), hendaknya secara optimal mengembangkan kapasitas SDM di
lingkungan Kementerian Keuangan. Pegawai yang bekerja di bidang
pelayanan, hendaknya secara optimal memberikan pelayanan kepada
publik untuk mencapai kepuasan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Begitu juga dengan pegawai-pegawai yang bekerja di bidang lainnya.
Karena setiap bidang yang ada di Kemenkeu bertujuan untuk mendukung
fungsi Negara di bidang keuangan. Dengan bekerja secara optimal sesuai
tugas dan fungsi yang diberikan, secara tidak langsung kita juga sudah
membela Negara agar fungsi keuangannya dapat berjalan dengan baik.
Gambar 17. Pegawai DJKN Sedang Melaksanakan Tugas Menilai Aset di Balai Arkeologi
Sumber: djkn.kemenkeu.go.id