Laporan Pendahuluan Histerektomi
Laporan Pendahuluan Histerektomi
HISTEREKTOMI
A. DEFINISI
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan,
rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi
adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh
ahli kandungan.
B. ETIOLOGI
Adanya mioma uteri fibroid yang merupakan tumor jinak pada rahim,
Histerektomi perlu dilakukan karena tumor ini dapat menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, dan tekanan pada
kandung kemih.
Endometriosis, suatu kelainan yang disebabkan dinding rahim bagian
dalam yang seharusnya tumbuh didalam rahim saja, juga ikut tumbuh
diindung telur, tuba falopii, atau bagian tubuh lainnya. Hal ini bisa
membahayakan bagi ibu, oleh karena itu, biasanya dianjurkan untuk
melakukan histerektomi oleh dokter.
C. TUJUAN
Histerektomi bertujuan untuk mengangakat rahim melalui operasi yang
disebabakan karena berbagai alasan seperti kanker rahim atau mulut rahim,
D. JENIS-JENIS HISTEREKTOMI
Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahimn
diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu,
penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu
pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim
diangkat secara keseluruhan.
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini
mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti
menopause meskipun usianya masih muda.
Histerektomi radikal, histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina,
jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya
dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan
nyawa penderita.
Kontra Indikasi
1. Atelektasis
2. Luka infeksi
3. Infeksi saluran kencing
4. Tromoflebitis
5. Embolisme paru-paru.
6. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada
adneksa
7. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses
pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.
F. KOMPLIKASI
1. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan
dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial,
venus atau kapiler, berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau
terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika tekanan darah naik
reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis
sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
2. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-
paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan
penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin subkutan
profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum mobilisasi
sesudah pembedahan yang memadai.
3. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya
didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
4. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1
organ dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari
histerektomi radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini
sekarang telah jarang terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan
ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan.
Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan secara
umum yang membantu meminimalkan infeksi.
G. PENATALAKSANAAN
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan
sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter
bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan
kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang
operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja pada
kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic
biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien
mendapat sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari
pembedahan akan membantu pasien rileks
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen
diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk
mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan
sirkulasi dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium
dan keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal
dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya leiomiosarkoma
sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma
dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau
adenokarsinoma endometrium).
GAMBAR
I. ASUHAN KEPERAWATAN TINDAKAN HISTEREKTOMI
Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Sebelum Operasi
Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
Nyeri di daerah benjolan.
Mual, muntah, kembung.
Konstipasi.
Tidak nafsu makan.
b. Sesudah Operasi
Nyeri di daerah operasi.
Lemas.
Pusing.
Mual, kembung.
2. Data Obyektif
a. Sebelum Operasi
Nyeri bila benjolan tersentuh.
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi.
b. Sesudah Operasi
Terdapat luka.
Puasa.
Selaput mukosa mulut kering.
Diagnosa keperawatan
a. Pre operatif
1) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin
2) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia u
b. Intra operatif
1) Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasiv
bedah, anastesi regional.
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosesur tindakan pembedahan
c. Post operatif
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi
2) Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
3) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi pre operatif
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri berkurang Tindakan Mandiri:
dengan eliminasi urin sampai hilang 1. Observasi tanda-tanda vital
terganggu secara bertahap 2. Observasi keluhan nyeri,
lokasi, jenis dan intensitas
nyeri
3. Jelaskan penyebab rasa sakit,
cara menguranginya.
4. Beri posisi senyaman
mungkin buat pasien.
5. Ajarkan tehnik-tehnik
relaksasi, tarik nafas dalam.
6. Ciptakan lingkungan yang
tenang.
Tindakan kolaboratif:
1. Beri obat-obat analgetik
sesuai pesanan dokter.
Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar
Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
Leveno, Kenneth J . 2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC
Banjarmasin, 06 Juli 2017
Preseptor Akademik Preseptor Klinik
( ) ( )