Anda di halaman 1dari 4

Selamat Siang.

Saya Hwak Hunter akan menemani Anda pada hari ini, Senin,23,Mei,2022 selama 30 menit ke depan
dalam Bocah Bekasi Bertalenta yang menyajikan info-info terkini dan aktual.

Team Percepatan Pengembangan Pembangunan Demi Indonesia Kritik Proses Penunjukan Penjabat
Kepala Daerah Belum Transparan

Senin,23 Mei 2022

Bandung,TP3Demi Indonesia -- Team Percepatan Pengembangan Pembangunan Demi Indonesia


meminta agar proses pemilihan Penjabat (Pj.) kepala daerah oleh pemerintah pusat dilakukan secara
terbuka dan melibatkan publik.

Pengamat dari TP3 Demi Indonesia KANS HABSHI mengatakan langkah itu diperlukan lantaran sesuai
amanat konstitusi yang ada, pemilihan kepala daerah wajib dilakukan secara demokratis dan
melibatkan partisipasi dari masyarakat.

Di sisi lain, kata dia, hal itu juga menjadi penting karena akan ada banyak kepala daerah yang habis
masa jabatan definitifnya pada periode 2022-2023 Ke Depan.

"Maka menjadi penting untuk kita berbicara bagaimana proses pengisian penjabat kepala daerah.
Mengingat akan ada banyak kepala daerah yang habis masa jabatan definitifnya," ujarnya dalam
diskusi virtual.

Lebih lanjut, KANS HABSHI mengatakan, banyak para penjabat kepala daerah yang dipilih itu akan
mengisi kekosongan kepemimpinan pemerintah daerah dalam waktu yang sangat lama.

Bahkan menurutnya, para Penjabat yang sudah dilantik sejak Mei ini, berpotensi memegang
jabatannya selama tiga tahun hingga 2025.

Menurut Kans Habshi, dilakukan berdasarkan timeline pelaksanaan Pilkada serentak yang baru akan
dilakukan pada November 2024.

Sementara berdasarkan proses Pemilu, akan ada tahapan rekapitulasi dan perselisihan hasil yang
setidaknya akan memakan waktu selama tiga bulan sejak pencoblosan.

"Kalau kita lihat time frame waktunya, paling cepat kepala daerah definitif hasil Pemilu baru bisa
dilantik paling cepat di bulan Maret atau April 2025," Ujarnya.

Panjangnya masa jabatan itulah yang menurutnya kemudian sudah menggeser makna Penjabat
kepala daerah dalam konstitusi. Pasalnya dengan kewenangan yang setara dan masa jabatan yang
panjang maka pemilihan harus dilakukan secara terbuka dan partisipatif.

Sehingga tidak mengkhianati konstitusi yang ada dan juga agar tidak terkesan politis lantaran
ditetapkan secara mutlak oleh pemerintah pusat.
"Kita tahu sekarang proses pengisian penjabat yang dilakukan itu belum partisipatif, terbuka, dan
demokratis. Kita tidak pernah tahu prosesnya, tiba-tiba muncul saja nama penjabat," tegasnya.

Padahal menurut Kans Habshi, para Penjabat kepala daerah ini memiliki dua pekerjaan rumah yang
besar. Pertama, mereka harus memastikan legitimasi hukum yang ada sudah tuntas ketika akan
memulai kedudukannya penjabat kepala daerah.

Kedua, mereka juga harus memastikan roda pemerintahan, pelayanan publik berjalan dengan baik.
Sementara dari segi elektoral 2024, para penjabat juga bertugas untuk memastikan anggaran
penyelenggaraan Pilkada serentak bisa direncanakan dan diadakan sesuai dengan kebutuhan.

"Dan kita semua tahu persiapan untuk penganggaran penyelenggaraan Pilkada melalui APBD itu
tidak mudah," tuturnya.

Belum lagi, kata dia, para penjabat itu mesti berkomunikasi dengan seluruh stakeholder terkait di
daerah khususnya DPRD guna memastikan keberlangsungan Pilkada serentak 2024.

"Tantangan elektoral kedua, para Penjabat ini juga wajib menjaga netralitas ASN, menjaga stabilitas
politik dan sosial di tengah kuatnya pertarungan dalam kontestasi pemilu 2024," pungkasnya.

Desak Buat Aturan

Senada, Pelaksana tugas (Plt) Ketua Konstitusi dan Demokrasi (KoDe) Inisiatif Violla Reininda
meminta agar pemerintah dapat membentuk aturan pelaksanaan pemilihan Penjabat kepala daerah.

Tokoh Politik Akar Rumput Basuni Muaragebong Berpendapat Dengan Situasi PJ.Bupati Bekasi Yang
Mana Dalam pembentukan aturan mengenai mekanisme pengisian penjabat kepala daerah penting
dilakukan untuk menjamin penunjukan berlangsung secara transparan dan demokratis.

Sekaligus untuk menunjukkan bahwa pengisian kepala daerah yang kosong dilakukan secara
transparan dan akuntabel. Serta memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa tidak ada unsur
politik praktis dalam penentuan Penjabat kepala daerah.

"Karena penjabat ini hal yang sifatnya transisional untuk mengisi kekosongan ketika mau
menormalisasi Pilkada serentak," ujarnya.
"Maka jadi suatu keniscayaan bagaimana pemerintah untuk mencari cara yang paling demokratis
mungkin untuk mengisi jabatan kepala daerah yang kosong itu," Ujarnya.

Kans Habshi Menjelaskan, bahwasanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor


67/PUU-XIX/2021, 15/PUU-XX/2022, dan 15/PUU-XX/2022 telah meminta agar pemerintah
mempertimbangkan untuk membuat aturan turunan terkait Penjabat kepala daerah.

Aturan turunan yang dimaksud salah satunya, kata dia, yakni terkait mekanisme pemilihan calon
Penjabat kepala daerah. Menurutnya, dalam hal tersebut MK secara jelas berpesan agar proses
pemilihan dilakukan secara terbuka dan kompetitif.

Selain itu, Violla mengatakan, MK juga telah meminta agar para calon Penjabat memiliki kompetensi,
kepemimpinan, dan memahami birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang
dimaksud.

"Kemudian yang tidak kalah penting juga bagaimana pemerintah ke depan membuat mekanisme
tertentu untuk melibatkan publik. Khususnya dalam penilaian pengisian Penjabat kepala daerah ini,"
tegasnya.

"Aturan main ini menjadi sangat penting untuk dibuat, karena pemilihan atau pengisian ini bukan
hanya untuk satu atau dua daerah saja. Tetapi secara serentak dari 2022-2023 untuk 271 daerah,"
lanjutnya.

Lebih lanjut, Kans Habshi menegaskan, penerbitan aturan itu juga akan menjadi preseden
pemerintahan saat ini dalam menjalankan amanat konstitusional yang telah diperjuangkan sejak
lama.

"Ini menjadi salah satu catatan bagaimana Presiden yang sekarang dapat mewariskan nilai-nilai
demokrasi konstitusional dalam pemerintahannya," Ujarnya.

Di sisi lain, KoDe Inisiatif memandang, pelbagai aturan turunan itu menjadi hal yang krusial untuk
memastikan para Penjabat kepala daerah memahami konteks dan pemerintahan lokal.

Mengingat mereka-mereka yang dipilih akan bertanggung jawab terhadap hajat masyarakat
setempat dengan waktu yang tidak sebentar.
"Karena masyarakat lokal yang nanti akan terikat dengan pengelolaan pemerintahan penjabat.
Apalagi sudah disebutkan bahwa penjabat ini kewenangannya akan sama dengan kepala daerah
definitif," pungkasnya.

Sebagai informasi, akibat pilkada yang semestinya dihelat 2022-2023 diundur ke pilkada serentak
2024, sejumlah daerah akan mengalami kekosongan kepala daerah definitif lantaran habis masa
jabatan.

Pada 2022 saja, ada 101 daerah yang akan mengalami kekosongan semacam itu. Sementara secara
total akan ada 271 daerah yang akan mengalami kekosongan hingga Pilkada serentak di 2024.

Salam Akal Sehat.

Bocah Bekasi Bertalenta

Sekian berita yang dapat kami sampaikan hari ini. Saya Hwak Hunter, pembawa acara BOCAH BEKASI
BERTALENTA Siang ini mengucapkan terima kasih. Dan sampai jumpa pada waktu dan acara yang
sama esok hari. Selamat Siang.

Anda mungkin juga menyukai