Anda di halaman 1dari 21

STANDARD OPERATING PROCEDURE

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN dan KONTROL RESIKO (HIRADC)

TUJUAN:

Memastikan bahwa perusahaan melaksanakan dan memelihara prosedur-prosedur


identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan menentukan langkah pengendalian yang
diperlukan, meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan rutin, tidak rutin dan keadaan darurat.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seluruh karyawan di tempat kerja,
termasuk mitra kerja

3. Fasilitas yang ada di tempat kerja, baik yang disediakan oleh perusahaan
ataupun pihak ketiga.

4. Perilaku, kemampuan dan faktor manusia lainnya

RUANG LINGKUP:

Seluruh Divisi PT. PT. Darmawan Putera Pratama

REFERENSI:

OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.3.1

DEFINISI:
Bahaya : Sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi untuk membahayakan dalam
artian cedera pada manusia atau gangguan kesehatan atau gabungan keduanya

Identifikasi Bahaya : proses untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan


karakteristiknya

Risiko : kombinasi dari kecenderungan dari kejadian dari kondisi bahaya atau paparan
kondisi bahaya dan keseriusan dari cedera atau gangguan kesehatan yang dapat
diakibatkan oleh kondisi atau paparan tersebut

Penilaian resiko : proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh suatu bahaya dengan
mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang ada dan memutuskan apakah resiko
dapat diterima atau tidak.

Pengendalian resiko : pemilihan dan penggunaan penanganan yang sesuai untuk


mengurangi resiko

Best HSE Practice : adalah tindakan/aktivitas untuk menjamin kondisi HSE yang baik dan
efektif berdasarkan pengalaman kerja, pengetahuan, pendidikan, kompetensi dan
referensi praktek-praktek HSE untuk kegiatan sejenis yang bisa di buktikan secara sah
atau di demonstrasikan.

PROSEDUR:

5.1 Setiap General Manajer / Senior Manajer / Manajer yang dibantu oleh
Superintendent/Supervisor/Engineer bertanggung jawab untuk melakukan
identifikasi bahaya-bahaya bersama-sama Dept. HSE yang ada di setiap unit
kegiatan yang akan dilaksanakan, menilai resiko-resiko dari bahaya-bahaya yang
ada dan menentukan kontrol yang dibutuhkan.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 1


Pratama
5.2 Untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol harus mengacu
kepada langkah-langkah sebagai berikut:

5.2.1 Identifikasikan aktifitas (activity):

- Aktifitas Rutin (Routine), Tidak Rutin (Non-Routine) dan


Darurat (Emergency)

- Aktifitas seluruh karyawan termasuk mitra kerja dan tamu


(visitor).

- Fasilitas di tempat kerja, baik yang disediakan oleh


perusahaan ataupun pihak lain.

- Perilaku, kemampuan dan faktor manusia lainnya

- Bahaya dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan


dampak merugikan terhadap kesehatan dan keselamatan
personil didalam kendali organisasi dilingkungan tempat kerja

- Bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja, hasil aktivitas kerja


yang terkait didalam kendali organisasi

- Perubahan atau usulan perubahan didalam organisasi,


aktivitas atau material

- Modifikasi sistem manajemen OH & S termasuk perubahan


sementara, dan dampaknya terhadap operasional, proses dan
aktivitas

- Kewajiban peraturan perundangan yang relevan

- Rancangan area kerja, proses, instalasi, mesin/ peralatan,


SOP dan organisasi, termasuk adaptasinya terhadap
kemampuan manusia

5.2.2 Tentukan bahaya atas aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh


Divisi / Bagian / Departemen yang melaksanakan aktifitas-aktifitas
tersebut.

5.2.3 Tentukan angka keparahan (severity score) dari setiap potensi


bahaya yang merugikan, seperti tabel di bawah ini :

Severity Score

Score Definisi/Definition
1 Tidak terjadi kecelakaan/sakit
No Accident / Sickness
3 Kecelakaan ringan/sakit, pertolongan pertama atau tidak
kehilangan waktu kerja
Minor Accident / Sickness, First Air or No Lost Time
5 Hilang waktu karena kecelakaan/sakit tanpa cacat permanen
Lost Time due to Accident / Sickness without
permanent disability
9 Mati, cacat permanen/sakit tidak dapat disembuhkan
Death, permanent disability /non-incurable sickness

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 2


Pratama
5.2.4 Menentukan angka kemungkinan (Probability score) kejadian, seperti tabel di
bawah ini :

Probability Score

Score Definisi/Definition
1 Hampir tidak mungkin terjadi
Almost Impossible
3 Kemungkinan terjadinya kecil
Small Probability
9 Sangat mungkin terjadi
High Probability

5.2.5 Menentukan angka kejadian (Occurence score) kejadian, seperti tabel di


bawah ini :

Occurrence Score

Score Definisi/Definition
1 Tidak pernah terjadi
Never Occurs
3 Pernah terjadi dalam 5 (lima) tahun terakhir
Occured within the last 5 (five) years
5 Pernah terjadi dalam 1 (satu) tahun terakhir
Occured within the last 1 (one) year
9 Sering terjadi
Frequently Occurs

5.2.6 Menentukan angka persyaratan peraturan perundangan (Legal score)


kejadian, seperti tabel di bawah ini :

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 3


Pratama
IDENTIFIKASI PERUNDANGAN & PERSYARATAN LAINNYA

1. TUJUAN:

Untuk mengidentifikasi dan mengakses perundangan dan persyaratan HSE lainnya


yang dapat dipakai di dalam bisnis perusahaan dan menjaganya agar selalu
diperbaharui

2. RUANG LINGKUP:

Prosedur ini berlaku untuk panduan dalam mengidentifikasi dan mengakses


perundangan dan persyaratan HSE lainnya di lingkungan perusahaan.

3. REFERENSI:

 OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.3.2

4. DEFINISI:

Perundangan dan persyaratan HSE lainnya yang dapat diaplikasikan pada PT. PT.
Darmawan Putera Pratama

a. UU/Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

b. Peraturan Menteri Pertambangan & Energi


SK Dirjen Migas

c. SK Dirut Pertamina

d. Asosiasi/Institusi

e. Peraturan dari klien

f. Peraturan Internal PT. PT. Darmawan Putera Pratama.

5. PROSEDUR:

5.1 Setiap General Manajer / Sr. Manajer / Manajer yang dibantu oleh
Superintendent/Supervisor/Engineer bersama-sama Dept. HSE
melakukan identifikasi terhadap semua perundangan dan persyaratan
HSE lainnya yang berhubungan dengan bisnis/pekerjaan yang ada di
setiap Divisi/Dept. yang bersangkutan.
5.2 Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, General Manajer / Sr.
Manajer / Manajer bersama dengan Manajer HSE menentukan
perundangan dan persyaratan HSE lainnya yang terkait di dalam
bisnis/pekerjaan yang ada di setiap divisi/dept. yang bersangkutan
kedalam Formulir Identifikasi Perundangan (Formulir FHSE-02-01).
5.3 Setelah mengidentifikasi peraturan perundangan dan persyaratan lain
yang terkait, General Manajer / Sr. Manajer / Manajer bersama dengan
Manajer HSE menentukan peraturan yang sudah dilaksanakan dan yang
belum dilaksanakan.
5.4 Peraturan perundangan yang belum dilaksanakan wajib dibuat program
pemenuhannya oleh General Manajer / Sr. Manajer / Manajer Unit kerja
yang bersangkutan.
5.5 Semua hasil identifikasi yang sudah dilakukan kemudian ditabulasikan
kedalam FHSE-02-01 ditandatangani oleh General Manajer / Sr.
Manajer / Manajer Unit kerja yang bersangkutan dan disahkan oleh HSE
Manager. Dokumen asli dikendalikan Dept. HSE.
STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 4
Pratama
5.6 Manajer HSE dan atau General Manajer / Sr. Manajer / Manajer
melakukan monitoring atas perundangan dan persyaratan lainnya yang
terkait guna mengetahui setiap perubahan yang terjadi, melalui internet,
kunjungan seminar/training, informasi majalah, dll.
5.7 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer menginformasikan setiap ada
perubahan terhadap perundangan dan persyaratan lainnya kepada
Manager HSE.
5.8 Manager HSE bertanggung-jawab memberikan informasi kepada
karyawan/crew lapangan dan mitra kerja atau pihak lain yang
berkepentingan mengenai perundangan dan persyaratan lainnya yang
diperlukan dalam bentuk pamplet, poster dan lain-lain serta safety
meeting/briefing sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 5


Pratama
SASARAN, TARGET DAN PROGRAM HSE

1. TUJUAN:

Untuk memastikan bahwa Target dan Program HSE setiap Dept./Div. guna landasan
operasional yang sesuai dengan kebijakan dan Sasaran HSE Perusahaan.

2. RUANG LINGKUP:

Seluruh Departemen/Divisi di PT. PT. Darmawan Putera Pratama

3. REFERENSI:

OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.3.3

4. DEFINISI:

Sasaran HSE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk kinerja HSE
perusahaan, harus terukur dan konsisten dengan kebijakan HSE.
Kinerja HSE adalah hasil terukur dari manajemen perusahaan terhadap resiko HSE
mencakup efektifitas dan pengendalian resiko.

5. PROSEDUR:

5.1 Pada rapat tahunan ditetapkan sasaran-sasaran HSE perusahaan


dengan memberikan penekanan kepada persoalan-persoalan HSE
perusahaan secara luas dan spesifik sesuai dengan proses bisnis PT
PT. Darmawan Putera Pratama. Sasaran OH&S harus mencakup
komitmen untuk pencegahan cedera dan sakit, kesesuaian dengan
peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan dan
‘continual improvement’

5.2 Penetapan sasaran harus mempertimbangkan perkembangan dan


laternatif teknologi, keuangan, persyaratan bisnis dan operasional dan
pandangan dari pihak lainnya yang terkait

5.3 VP HSE memastikan bahwa sasaran HSE yang ditetapkan dijabarkan


lebih lanjut menjadi target HSE dan program HSE oleh masing-masing
div./dept. Target HSE dan program HSE harus spesifik, terukur, dapat
dicapai, realistis dan ada batas waktu.
5.4 DD dan VP dalam menetapkan target HSE minimal harus mencakup :

 Sasaran penurunan tingkat resiko;

 Pengurangan atau penurunan frekuensi kecelakaan;

 Perbaikan secara terus-menerus (Continual improvement).

5.5 Selain itu DD dan VP harus mempertimbangkan HIRADC didalam


penyusunan Program-program HSE

5.6 Program yang dikembangkan minimum harus mencakup:

 Personil yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk


mencapai sasaran pada fungsi dan level organisasi yang relevan

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 6


Pratama
 Ukuran dan batas waktu pencapaian sasaran

5.7 DD dan VP bertanggung jawab memonitor dan mendistribusikan


dokumen tersebut ke setiap level yang terkait.

5.8 DD dan VP harus melakukan review terhadap Program HSE secara


periodik dan apabila dibutuhkan dapat dilakukan perubahan-perubahan
terhadap Program HSE tersebut.

5.9 HSE Dept. akan mendokumentasikan semua dokumen-dokumen


program HSE yang diserahkan oleh tiap-tiap Div./Dept. dan memberikan
salinannya ke tiap-tiap div./dept. yang bersangkutan.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 7


Pratama
SUMBERDAYA, PERAN, TANGGUNG JAWAB, AKUNTABILITAS DAN WEWENANG

1. TUJUAN:

1. Untuk merinci ketentuan-ketentuan mengenai sumberdaya, peran,


tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang manajemen HSE.

2. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan serta menyediakan


sumberdaya yang cukup untuk memungkinkannya tugas-tugas HSE
dilaksanakan dengan baik.

3. Menetapkan peran, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas,


pendelegasian wewenang dan komunikasinya untuk memfasilitasi
penerapan system manajemen HSE yang efektif.

2. RUANG LINGKUP:

Seluruh karyawan PT. PT. Darmawan Putera Pratama Tbk

3. REFERENSI:

OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.1

4. DEFINISI:

4.1 Direksi menetapkan personil penanggungjawab dan yang berwenang


terhadap kegiatan sistem manajemen HSE dan dikomunikasikan
kepada yang bersangkutan maupun kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam bentuk struktur organisasi dan uraian jabatan
dari HR Corporate.

4.2 Tanggung jawab dari masing-masing tingkatan di organisasi pada


masing-masing fungsi, termasuk hubungannya dengan fungsi lain baik
secara vertical maupun horizontal serta kontraktor ditetapkan secara
jelas didalam dokumen Uraian Jabatan dari HR Corpoate

4.3 DD/VP/ GM menetapkan kewenangan, tanggungjawab, fungsi dan


target dari masing-masing personil dibawahnya dalam kaitannya
dengan system manajemen OH&S serta akuntabilitas yang dituntut dari
mereka masing-masing.

4.4 Setiap personil PT PT. Darmawan Putera Pratama memiliki tanggung


jawab dan peran dalam HSE. Tanggung jawab, peran dan wewenang
masing-masing personil tersebut dicantumkan dalam Uraian Jabatan
masing-masing. Khusus untuk VP keatas, wajib menandatangani Pakta
Integritas yang diantaranya mencakup tanggung jawab dan
akuntanbilitas terhadap HSE.

4.5 Tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing personil dalam


penerapan OH&S secara spesifik dinyatakan dalam prosedur dan
Instruksi Kerja terkait.

4.6 Semua personil yang menjalankan fungsi manajemen OH&S dalam


pendelegasian tugas dan tanggungjawab kepada bawahan, tetap
memiliki akuntanbilitas atas pencapaian sasaran dari aktivitas yang
didelegasikan
STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 8
Pratama
4.7 Direktur Utama menunjuk dan mengangkat VP HSE sebagai
Management Representative (MR) yang bertanggungjawab atas
efektifitas dan pelaksanaan sistem manajemen HSE :
 Memastikan sistem manajemen HSE ditetapkan, dijalankan dan
dipelihara sesuai persyaratan OHSAS 18001:2007.
 Memastikan peningkatan kesadaran dan pengetahuan semua
karyawan dan mitra kerja mengenai HSE.
 Melaporkan kinerja sistem manajemen HSE kepada Direksi untuk
ditinjau ulang dan digunakan sebagai dasar perbaikan
berkesinambungan.
 Mengkomunikasikan sistem manajemen HSE secara efektif di
dalam perusahaan dan pihak-pihak luar
4.8 Semua personil PT PT. Darmawan Putera Pratama Tbk memiliki akses
langsung terhadap baik HSE Manager maupun VP HSE. Komunikasi
dengan VP HSE dimungkinkan melalui email, telefon kantor maupun
HP dan disosialisasikan kepada semua personil PT PT. Darmawan
Putera Pratama Tbk.

4.9 VP HSE dan Manager HSE diberi wewenang penuh untuk menjalankan
peran mereka didalam penerapan sistem manajemen OH&S dan
dinyatakan dalam SK Pengangkatan VP HSE.

4.10 Tanggung jawab dan wewenang HSE harus didokumentasikan di dalam


uraian jabatan masing-masing.

4.11 Akuntanbilitas dari masing-masing personil dalam menjalankan sistem


manajemen OH&S dan dalam mengendalikan dampak aktivitasnya
terhadap health dan Safety dinilai dalam penilaian kinerja tahunan.
Komunikasi dan partisipasi dari masing-masing personil diatur dalam
Prosedur Komunikasi dan Konsultasi

4.12 VP HSE, DD dan VP harus memastikan tersedianya sumberdaya yang


perlu untuk mendukung implementasi Sistem Manajemen HSE
termasuk memastikan tempat kerja aman, peralatan, fasilitas, sumber
daya, keahlian, pelatihan dan lingkungan kerja yang nyaman.

4.13 Setahun sekali Direksi, DD dan VP melakukan review terhadap


sumberdaya dan alokasinya didalam tinjauan manajemen untuk
memastikan :

 kecukupannya didalam menjalankan kegiatan dan program OH&S,

 pengukuran dan monitoring kinerja OH&S

 pencapaian sasaran OH&S


4.14 Direksi, DD dan VP harus mempertunjukkan komitmen yang jelas
terhadap perbaikan berkesinambungan dengan menciptakan kebiasaan
mengutamakan keselamatan kerja, seperti berkunjung dan melakukan
inspeksi di lapangan, melakukan tindakan pencegahan, menghadiri
setiap Rapat-rapat HSE, mendorong terbitnya berita/pesan HSE,
terlibat langsung dalam investigasi kecelakaan dan melakukan tindakan
pencegahan supaya kecelakaan tidak terulang kembali.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 9


Pratama
KOMPETENSI, PELATIHAN DAN KESADARAN

1. TUJUAN:

1. Untuk memenuhi kebutuhan kompetensi HSE setiap karyawan

2. Memastikan bahwa semua karyawan memiliki kesadaran akan HSE


dan mengikuti pelatihan yang tepat sesuai tugasnya terkait dengan
HSE.

2. RUANG LINGKUP:

Prosedur ini berlaku untuk panduan dalam pelaksanaan pelatihan di lingkungan


perusahaan

3. REFERENSI:

OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.2

4. DEFINISI:

4.1 Setiap akhir tahun masing-masing Dept./Divisi bersama-sama dengan


HR Corporate dan Manajer HSE mengidentifikasi kebutuhan
kompetensi dengan mengisi Competency Assessment (Formulir
FHSE-05-04), Competency Matrix (Formulir FHSE-05-03), dan Sistem
Penilaian Kinerja (SPK) khusus untuk aspek HSE.

4.2 Manager HSE memberikan usulan ke setiap Div/Dept. pelatihan HSE


dan pelatihan lainnya yang dibutuhkan untuk memastikan karyawan
mengetahui Kebijakan, tanggung jawab, prosedur-prosedur, peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya dalam sistem manajemen HSE .
Usulan tersebut dimasukkan ke dalam Matriks Kebutuhan Pelatihan
(Formulir FHSE-05-05).
Usulan harus mencakup sertifikasi personil yang dipersyaratkan oleh
Klien dan peraturan perundangan

4.3 Berdasar Matriks Kebutuhan Pelatihan (Formulir-9.6/RO) dan


Competency Action Plan, yang diterima dari masing-masing Manager
Dept./Divisi, HR Corporate membuat Jadwal Pelatihan Tahunan
(Formulir-9.8/RO) dan Competency Action Plan, yang dibagikan
kepada Manager HSE dan masing-masing Departemen/Divisi terkait.

4.4 Pelatihan yang dilakukan harus mempertimbangkan perbedaan level


tanggung jawab, kemampuan, pendidikan , bahasa, dan resiko dari
aktivitas masing-masing karyawan

4.5 Catatan mengenai hasil pelaksanaan pelatihan maupun Competency


Action Plan dapat berupa sertifikat pelatihan, bahan pelatihan atau
daftar hadir pelatihan (bila dilakukan internal). Catatan hasil pelatihan di
atas harus diserahkan oleh setiap peserta pelatihan kepada HR
Corporate untuk diarsipkan.

4.6 Karyawan PT. PT. Darmawan Putera Pratama yang mengikuti pelatihan
(internal maupun eksternal) harus membuat evaluasi terhadap pelatihan
yang telah diikutinya dengan mengisi Formulir Evaluasi Hasil Pelatihan
(Formulir-9.9/RO). Formulir evaluasi tersebut harus diserahkan oleh
STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 10
Pratama
setiap peserta pelatihan kepada HR Corporate.

4.7 Setelah tiga bulan dari waktu pelatihan, HR Corporate mengirimkan


formulir evaluasi yang telah diisi di atas kepada atasan Langsung atau
Manager/VP/DD peserta pelatihan tersebut untuk mengevaluasi
pemenuhan kompetensi karyawan yang bersangkutan, dengan mengisi
Formulir Evaluasi Hasil Pelatihan (Formulir-9.9/RO) pada kolom-kolom
yang sesuai.

4.8 Berdasar hasil evaluasi tersebut, masing-masing Manager/VP/DD


melaporkan efektifitas pelatihan bagi personilnya berdasarkan
peningkatan kompetensi.

4.9 Semua pelatihan yang telah diikuti oleh Karyawan harus dicatat dalam
Registrasi Pelatihan Personil (Formulir-9.10/RO) oleh masing-masing
Manager/VP/DD terkait dan diserahkan kepada HR Corporate.

4.10 Bila ada karyawan PT. PT. Darmawan Putera Pratama yang mengikuti
pelatihan/ lokakarya/ seminar diluar jadwal yang direncanakan, maka
karyawan tersebut juga harus mengisi Formulir Evaluasi Hasil Pelatihan
(Formulir-9.9/RO) Formulir evaluasi yang telah diisi diserahkan kepada
HR Corporate untuk ditindaklanjuti kembali seperti prosedur di atas.

4.11 Pelatihan/ lokakarya/ seminar diluar jadwal yang direncanakan di atas,


juga harus dicatat dalam Jadwal Pelatihan Tahunan (Formulir-9.8/RO)
periode yang akan datang Jadwal Pelatihan Tahunan di perbaharui
setiap tiga bulan sekali dan dibagikan pada Rapat Tinjauan Manajemen
yang paling dekat waktu pelaksanaannya.

4.12 Setiap penambahan karyawan baru wajib diinformasikan oleh HR


Corporate kepada HSE Manager. Karyawan baru tersebut wajib
melapor dan mengikuti kegiatan induksi yang dilakukan oleh HSE Dept.
Hasil induksi dicatat dalam Formulir Induksi dan Evaluasi Induksi
(Formulir-9.2/RO) oleh HSE Dept. dan diserahkan kepada HR
Corporate sebagai bahan untuk menyusun Kebutuhan Pelatihan tahun
berikutnya.

4.13 Karyawan baru yang telah mengikuti Induksi, akan diberikan HSE
Passport sebagai persyaratan untuk mulai bekerja . HSE Passport
adalah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum resmi bekerja
pertama kalinya.

4.14 Prosedur ini berlaku sama untuk semua personil yang bekerja atas
nama PT PT. Darmawan Putera Pratama Tbk, termasuk personil
‘outsourcing’.

4.15 Khusus untuk karyawan kontraktor, maka kompetensi dievaluasi


sebelum proses pengadaan sesuai dengan prosedur Procurement.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 11


Pratama
KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

1. TUJUAN:

1. Untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur yang berhubungan dengan


HSE telah di komunikasikan dan dikonsultasikan kepada karyawan serta
pihak lain yang terkait (mitra kerja, tamu, dll.) untuk dijalankan secara
konsisten

2. RUANG LINGKUP:

Seluruh Dept./ Divisi PT. PT. Darmawan Putera Pratama dan pihak-pihak lain
yang terkait.
3. REFERENSI:

OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.3


4. DEFINISI:

4.1 HSE Manager wajib menyusun Matriks Komunikasi (FHSE-06-01)


terkait dengan penerapan sistem manajemen HSE. Matriks Komunikasi
meliputi :

 Informasi yang dikomunikasikan


 Media
 Frekuensi
 PIC pelaksana
 Target komunikasi
 PIC respons (informasi dari luar)
 Pencatatan
4.2 Matriks Komunikasi didistribusikan dan disosialisasikan kepada semua
pihak yang terkait didalam Matriks tersebut.

4.3 Informasi yang dikomunikasikan harus mempertimbangkan :


 Keterlibatan karyawan di dalam peninjauan dan pengembangan
kebijakan dan sasaran HSE
 Implementasi pengendalian resiko sesuai dengan HIRADC dari
aktifitas masing-masing div./dept.
 Konsultasi perubahan-perubahan yang berpengaruh di tempat
kerja, seperti modifikasi peralatan, bahan kimia, teknologi, pola
kerja yang baru.
 Kondisi normal, abnormal dan darurat
4.4 Semua komunikasi yang berhubungan dengan HSE dari semua pihak
terkait (termasuk dengan kontraktor dan vendor) yang diterima oleh
semua personil PT PT. Darmawan Putera Pratama Tbk, baik dalam
bentuk tertulis maupun lisan, wajib disampaikan secara tertulis kepada
HSE Manager. HSE Manager wajib mencatat komunikasi yang
disampaikan dalam formulir Konsultasi HSE (FHSE-06-02).

4.5 HSE Manager wajib merespons komunikasi tersebut berkoordinasi


dengan VP Humas dalam waktu maksimum 1 hari kerja. Komunikasi
dan hasilnya wajib dicatat dalam formulir Konsultasi HSE(FHSE-06-02).

4.6 HSE Manager wajib mendokumentasikan formulir Konsultasi HSE

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 12


Pratama
(FHSE-06-02). Rangkuman dari komunikasi dengan pihak terkait
dilaporkan oleh HSE Manager dalam Rapat Tinjauan Manajemen yang
terdekat waktunya.

4.7 HSE Manager dapat melakukan konsultasi dengan karyawan,


kontraktor dan vendor, Migas, Depnaker, Klien atau badan resmi
lainnya berkenaan dengan masalah-masalah HSE. Hasil konsultasi
wajib dicatat didalam Formulir Konsultasi HSE (FHSE-06-02).

4.8 Khusus untuk konsultasi dengan Kontraktor dan Vendor, HSE Manager
wajib berkoordinasi dengan Procurement Manager dan/ atau VP
Product Development, Innovation & Maintenance

4.9 Data konsultasi wajib dipresentasikan dalam Rapat Tinjauan


Manajemen yang terdekat waktunya.
4.10 HSE Manager wajib melibatkan karyawan dan Div./Dept terkait dalam
penyusunan matriks komunikasi, konsultasi maupun perubahan
HIRADC.
4.11 VP HSE memprakarsai dan mendorong karyawan untuk meninjau,
memberikan saran-saran dan umpan balik mengenai HSE melalui
Survey Kepedulian HSE minimum setahun sekali terhadap semua
karyawan dan mitra kerja.

4.12 HSE Manager menetapkan tugas dan mekanisme komunikasi dengan


manajemen, seperti:
 Keterlibatan karyawan dalam investigasi kecelakaan dan insident;

 Inspeksi-inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lapangan,


dll;

 HSE Meeting, HSE Briefing;


 HSE Award/HSE Party;

 Risk Alert.

4.13 HSE Manager bertanggung jawab untuk melaksanakan briefing Sistem


Manajemen HSE kepada karyawan perusahaan dan pihak-pihak lain
dan memonitor serta mengevaluasi implementasi atas komunikasi
tersebut.

4.14 HSE Manager dan manajer Div./Dept. memastikan di setiap lokasi


tersedia papan pemberitahuan yang berisikan data-data kinerja,
informasi-informasi, laporan berkala, poster-poster dan tanda-tanda
yang berhubungan dengan HSE.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 13


Pratama
PENGENDALIAN DOKUMEN

1. TUJUAN:

a. Untuk memastikan agar setiap dokumen dan catatan yang berkaitan dengan
sistem mutu diperiksa dan disahkan oleh pihak yang berwenang sebelum
digunakan.

b. Untuk memastikan agar setiap dokumen dan catatan yang berkaitan dengan
sistem mutu serta perubahannya tersedia pada pihak yang
membutuhkannya.

c. Untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan yang kadaluarsa tidak


digunakan lagi.

d. Untuk menjamin bahwa penggandaan dan pengarsipan dokumen tersebut


diatas hanya dilakukan oleh petugas yang telah ditentukan.

e. Untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan yang kadaluarsa tidak


digunakan lagi.

f. Untuk menjamin bahwa penggandaan dan pengarsipan dokumen tersebut di


atas hanya dilakukan oleh petugas yang telah ditentukan.

2. RUANG LINGKUP:

Seluruh Dept./ Divisi PT. PT. Darmawan Putera Pratama yang terkait.

3. REFERENSI:

Dokumentasi yang dimaksudkan dalam Standard Operating Procedure ini meliputi:


HSE Manual, Health & Safety Procedures, Work Instruction, HIRADC, Occupational
Health & Safety Program, dan Formulir-formulir.

4. DEFINISI:

 OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.4

5. PROSEDUR:

5.1 Dokumentasi Sistem Manajemen HSE yang akan diterbitkan, harus


ditandatangani oleh personil yang berwenang sesuai dengan Tabel
Autorisasi Dokumentasi HSE (Formulir FHSE-07-01) pada halaman
judulnya (Formulir F-04) yang juga berisi Sejarah Revisi yang
menyatakan bagian yang direvisi pada dokumen tersebut.

5.2 Setelah digandakan, setiap Dokumentasi HSE yang akan


didistribusikan oleh QUALITY CONTROL (QC), harus diberi cap
‘CONTROLLED COPY’ pada semua halamannya (tidak termasuk
lampiran formulirnya). Untuk keperluan penggandaan tambahan,
QUALITY CONTROL (QC) harus menyimpan Dokumen Induk Sistem

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 14


Pratama
Mutu yang tidak diberi cap ‘CONTROLLED COPY’.

5.3 QUALITY CONTROL (QC) mendistribusikan Dokumen HSE kepada


personil-personil yang terkait dengan penerapan HSE dengan Daftar
Pemegang Kontrol Copy (Formulir F-06). Distribusi dokumen HSE
dilakukan dengan Distribusi Dokumen (Formulir F-07).

5.4 Jika dalam implementasi terdapat penyimpangan atau


ketidaksesuaian maka Divisi mengusulkan untuk melakukan revisi
dokumen dengan mengisi formulir “Usulan Perubahan” (Formulir F-
08).

5.5 Bila HSE Manager memutuskan perlu adanya Rapat Tinjauan


Manajemen untuk membahas usulan revisi dokumen, maka HSE
Manager bertanggung jawab mencatat usulan revisi dokumen
tersebut dalam agenda rapat pada Undangan Rapat (Formulir F-01).
Rapat Tinjauan Manajemen yang dilaksanakan untuk membahas
usulan perubahan dokumen tersebut dapat bersifat ad-hoc,
tergantung tingkat kepentingannya.

5.6 HSE Manager juga memutuskan perlu tidaknya penerapan uji coba
terlebih dahulu atas usulan revisi dokumen. Masa uji coba ditentukan
oleh HSE Manager. Perlu atau tidaknya revisi dokumen diputuskan
oleh HSE Manager dari hasil penerapan uji coba tersebut.

5.7 HSE Manager bertanggung jawab untuk menindak-lanjuti semua


usulan revisi yang disetujui dalam Catatan Koreksi.

5.8 Dokumen yang tidak berlaku, harus dimusnahkan. QUALITY


CONTROL (QC) bertugas mengarsipkan Induk Copy yang telah
mengalami perubahan dan diberi cap ‘OBSOLETE COPY’. Dokumen
yang dimusnahkan harus dibuatkan Berita Acara Pemusnahan
Dokumen/Catatan yang ditandatangani oleh petugas yang ditunjuk
oleh VP HSE.

5.9 Dokumen yang telah direvisi kemudian di sahkan oleh Management


representative.

5.10 QUALITY CONTROL (QC) mendistribusikan Revisi Dokumen HSE


kepada Divisi terkait dengan penerapan HSE sesuai dengan Daftar
Pemegang Kontrol Copy. Dokumen Distribusi HSE dilakukan dengan
Distribusi Dokumen.

5.11 Selanjutnya diimplementasikan oleh Divisi sesuai dengan Prosedur


HSE yang berlaku.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 15


Pratama
PENGENDALIAN CATATAN

1. TUJUAN:

1. Untuk memastikan pengendalian semua dokumen, data dan catatan.

2. Memastikan bahwa pengidentifikasian, pengumpulan, peng-indeksan, pengarsipan,


penyimpanan, pemeliharaan, akses, pengambilan kembali dan pemusnahan catatan
- catatan hasil penerapan Sistem Manajemen HSE sehingga mudah dan cepat untuk
diambil kembali bila diperlukan.
2. RUANG LINGKUP:

Seluruh Dept./ Divisi PT. PT. Darmawan Putera Pratama yang terkait.

3. DEFINISI:

Catatan adalah data, dan atau keterangan yang dibuat dan diterima oleh perusahaan
dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain
maupun terekam dalam bentuk apapun yang dapat dilihat, dibaca dan didengar.

4. REFERENSI:
 OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.5

5. PROSEDUR:

5.1 Semua Manager/Superintendent/ Supervisor/ Engineer bertugas mendata semua


data yang dihasilkan dari penerapan Sistem Manajemen HSE dalam Daftar
Catatan Mutu (Formulir F-09). Setelah direview bersama semua penanggung
jawab pengarsipan. Daftar Catatan Mutu yang dihasilkan dikendalikan oleh QA
Dept, 1 copy dari Daftar Catatan Mutu diberikan kepada HSE Dept.

5.2 Masing-masing penanggung jawab pengarsipan harus memberikan/


menempelkan nama dan kode identifikasi dokumen-dokumen dan data-data
Sistem Manajemen HSE pada map atau ordner tempat pengarsipan dokumen
dan data yang bersangkutan. Bila ordner-ordner dokumen dan data disimpan
dalam box file/ lemari, maka pada box file/lemari tersebut juga harus diberi
identifikasi atau katalog dokumen dan data yang tersimpan didalamnya.

5.3 Dokumen yang tidak berlaku, harus dimusnahkan. QA/ HSE Manager bertugas
mengarsipkan Induk Copy yang telah mengalami perubahan dan diberi cap
‘OBSOLETE COPY’. Dokumen yang dimusnahkan harus dibuatkan Berita Acara
Pemusnahan Dokumen/Catatan yang ditandatangani oleh petugas yang ditunjuk
oleh Dept./Divisi dan staf Dept. QA/ HSE.

5.4 Masing - masing penanggung jawab pengarsipan, harus memelihara Daftar


Catatan HSEnya selama masa penyimpanan yang telah ditentukan. Setelah
lewat masa penyimpanannya Daftar catatan HSE dapat dimusnahkan.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 16


Pratama
Pemusnahan Daftar Catatan HSE harus dengan sepengetahuan HSE Manager.
Penanggung jawab pengarsipan harus membuat daftar catatan-catatan HSE
yang dimusnahkan. HSE Manager. harus membubuhkan tandatangan-nya pada
Daftar Catatan Mutu yang dimusnahkan tersebut, sebagai bukti persetujuannya.

5.5 Bila sewaktu - waktu karyawan lain memerlukan data HSE, maka karyawan
tersebut dapat meminjamnya dari penanggung jawab pengarsipannya. Masing -
masing penanggung jawab pengarsipan Daftar Catatan Mutu harus menyiapkan
Formulir Peminjaman Dokumen/ Arsip.

KESIAPAN DAN TANGGAP DARURAT


1. TUJUAN:

Untuk menjamin, memelihara rencana dan prosedur identifikasi yang mempunyai potensi
terjadinya insiden dan situasi darurat, untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan sakit,
cedera serta kerusakan peralatan/asset yang disebabkan oleh situasi tersebut.

2. RUANG LINGKUP:

Proyek, Work Shop, Gedung Kantor Cabang dan Gedung Kantor Pusat PT. PT. Darmawan
Putera Pratama dan Lingkungan sekitar.

3. DEFINISI:

Kondisi darurat adalah kejadian yang tidak terduga yang menyebabkan kematian, luka serius,
dan sakit yang menimpa karyawan atau pihak lainnya serta rusaknya peralatan/asset yang
dapat menyebabkan bisnis berhenti, mengganggu operasional, area kerja dan menimbulkan
citra yang jelek terhadap perusahaan.

4. REFERENSI:
 OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.7

5. PROSEDUR:

5.1 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer yang dibantu oleh Superintendent /
Supervisor / Engineer bersama dengan Manajer HSE membuat rencana
tanggap darurat (emergency response plan) untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan terjadinya kematian, luka serius, dan sakit yang menimpa
karyawan atau pihak lainnya serta rusaknya peralatan/asset yang dapat
menyebabkan bisnis berhenti, mengganggu operasional, area kerja dan
menimbulkan citra yang jelek terhadap perusahaan serta menyediakan
personil dan peralatan yang sesuai dengan keadaan darurat.

5.2 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer yang dibantu oleh Superintendent /
Supervisor / Engineer bersama dengan Manajer HSE membuat rencana
tanggap darurat, yang meliputi :

 Identifikasi kondisi darurat;

 Organisasi tanggap darurat;

 Rincian tindakan tanggap darurat;

 Instruksi kerja tanggap darurat;

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 17


Pratama
 Nomor kontak darurat;

 Koordinasi dengan pihak berwenang yang terkait;

 Menyediakan informasi penting, seperti: layout bangunan dan data


material berbahaya.

5.3 Semua kondisi darurat yang diidentifikasi dari masing-masing aktivitas


(seismic, drilling dan oil field services) wajib dibuat instruksi kerja tanggap
daruratnya untuk setiap kondisi darurat yang mungkin terjadi oleh
Superintendent / Supervisor / Engineer dan dikendalikan oleh HSE Manager.

5.4 Instruksi kerja tanggap darurat juga harus mencakup :

 Pelaporan kepada pihak berwenang

 Informasi dan briefing (bila diperlukan) terhadap pihak terkait (termasuk


masyarakat sekitar) rencana tanggap darurat

 Pelatihan dan simulasi (termasuk bersama pihak terkait dan masyarakat


sekitar bila diperlukan)

 Petugas yang bisa dihubungi bila terjadi kondisi darurat

 Kontak dan nomor telefon dari lembaga yang terkait bila terjadi kondisi
darurat (mis. Pemadam kebakaran, PMI, klinik/rumah sakit, Polisi

 Rencana Evakuasi
5.5 Organisasi tanggap darurat wajib divisualisasikan pada semua tempat yang
memiliki kemungkinan terjadinya kondisi darurat.

5.6 Penyusunan rencana tanggap darurat harus menggunakan HIRADC sebagai


salah satu inputnya.

5.7 General Manajer / Sr.Manajer / Manajer yang dibantu oleh Superintendent/


Supervisor / Engineer bersama dengan Manajer HSE melakukan identifikasi
semua peralatan tanggap darurat yang dibutuhkan, dan menyediakan
peralatan dalam kuantitas yang cukup. Semua peralatan tanggap darurat ini
harus di test pada interval waktu yang telah ditentukan untuk dapat
melanjutkan operasi.
5.8 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer yang dibantu oleh Superintendent /
Supervisor / Engineer bersama dengan Manajer HSE menyusun jadwal latihan
atau simulasi kondisi darurat.
5.9 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer yang dibantu oleh Superintendent /
Supervisor / Engineer bersama dengan Manajer HSE melakukan evaluasi atas
hasil latihan tanggap darurat yang telah dilakukan dan melakukan perubahan-
perubahan yang dianggap perlu untuk segera diimplementasikan.
5.10 General Manajer / Sr. Manajer / Manajer bersama dengan Manajer HSE wajib
melakukan kaji ulang terhadap rencana tanggap darurat bila terjadi kondisi
darurat.
5.11 Review terhadap rencana tanggap darurat wajib dilakukan bila terjadi
perubahan lokasi kerja.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 18


Pratama
KONTROL OPERASIONAL

1. TUJUAN:

Untuk memastikan efektifitas penerapan pengendalian operasional terhadap resiko


dan potensi resiko operasi, memenuhi kebijakan dan sasaran HSE serta sesuai
dengan undang-undang dan peraturan lainnya.

2. RUANG LINGKUP:

Prosedur ini berlaku untuk panduan dalam pelaksanaan operasional PT. PT.
Darmawan Putera Pratama.

3. REFERENSI:

- OHSAS 18001 : 2007 Clause 4.4.6

4. DEFINISI:

4.1 Direksi dan Manajer terkait wajib memastikan bahwa prosedur-


prosedur/SOP-SOP OHSAS 18001 : 2007 yang terkait dengan sistem
manajemen HSE sesuai dengan daftar lampiran tersebut
diimplementasikan dan sebagai salah satu acuan untuk
mengidentifikasi resiko-resiko yang dapat menyebabkan kecelakaan
atau penyimpangan lainnya dari kebijakan dan sasaran HSE,
perundangan dan peraturan laninya yang berlaku, pemilihan teknologi,
keuangan, operasional dan persyaratan-persyaratan bisnis serta
mensosialisasikannya kepada kontraktor dan pihak lain yang
memerlukan serta melakukan review secara regular.

4.2 Pembelian atau pengiriman bahan kimia dan bahan-bahan berbahaya


lainnya (termasuk bahan peledak dan radioaktif) harus melalui
persetujuan dari General Manager (GM) / Senior Manager (SM) yang
bersangkutan.

4.3 DIREKSI dan Manajer terkait wajib memastikan tersedianya


dokumentasi penanganan yang aman untuk mesin-mesin, peralatan,
material, atau bahan-bahan kimia (termasuk bahan peledak dan
radioaktif) pada saat pembelian.

4.4 DIREKSI dan Manajer melakukan evaluasi, dan secara periodik


mengevaluasi kembali kemampuan (competency) kontraktor dalam
masalah HSE.

4.5 DIREKSI dan Manajer memberikan persetujuan bentuk bangunan atau


jenis peralatan baru.yang sesuai dengan persyaratan HSE.

4.6 DIREKSI dan Manajer bertanggung jawab melakukan identifikasi


STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 19
Pratama
terhadap tugas-tugas beresiko yang diberikan kepada karyawan,
menentukan dan menyetujui sebelumnya metode-metode kerja (work
instruction) yang akan dilaksanakan, menentukan kualifikasi personil
untuk tugas-tugas berbahaya dan menjalankan sistem ijin kerja (work
permit system) serta membuat prosedur pengawasan (control
procedure) keluar masuk personil ke tempat kerja berbahaya.

4.7 DIREKSI dan Manajer bertanggung jawab melakukan inventarisasi


lokasi-lokasi tempat penyimpanan material berbahaya, menentukan
tempat penyimpanan yang aman dan mengontrol jalan masuk ke
tempat penyimpanan dan menyediakan MSDS dan informasi lainnya
yang sesuai.

4.8 DIREKSI dan Manajer terkait menentukan maintenance bangunan dan


peralatan, seperti :

 Mengontrol bangunan, maintenance peralatan dan menentukan


organisasi bahaya

 Pengontrolan dan maintenance peralatan safety dan PPE

 Pemisahan dan pengontrolan keluar masuk

4.9 DIREKSI dan Manajer bertanggung jawab melakukan inspeksi dan


pengetesan HSE berhubungan dengan sistem dan peralatan, seperti :

 Sistem perlindungan operator

 Perlindungan dan penjagaan fisik;

 Shutdown system;

 Peralatan deteksi api;

 Crane, forklift, hoist dan peralatan lifting lainnya;

 Peralatan khusus untuk monitoring;

 Sistem pembuangan dan ventilasi

 Fasilitas medical.

4.10 Selama kegiatan Operasi, maka harus dilakukan aktivitas sebagai


berikut :
 Sebelum Project dimulai : Kick Off Meeting (untuk Drilling dilakukan
dalam bentuk Pre Spud Meeting oleh Client)

 Selama kegiatan berlangsung (running job), harus dilakukan

o Meeting Rutin :

 Tail Gate Meeting/ Toolbox Meeting/ HSE Meeting (daily)

 Review Progress dan Problem (Action Tracking


Plan/CPAR) dalam Weekly dan Monthly HSE Meeting

o Meeting Non Rutin :

 Pre Job Meeting, termasuk membahas Job Safety Analysis


STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 20
Pratama
(JSA) dan review Hazard Identification Risk Assessment
and Determine Control (HIRADC)

o Preliminary HSE Inspection

o Daily, Weekly, Monthly, annual HSE Inspection (untuk semua


hal yang terkait dengan Health & Safety, termasuk sanitasi dan
hygiene)

o Induction dan Training

o Third Party Certification untuk peralatan yang dipersyaratkan

o Work Permit System (Permit to Work), termasuk Simultaneous


Operation dan Lock Out Tag Out (LOTO)

o Safety dan Emergency Response Drill

o Hazard Observation Card

4.11 Dalam kegiatan operasi, setiap aktivitas yang dilakukan wajib dibuktikan
dengan pengisian daftar periksa (checklist), formulir (form) atau laporan
dengan format standar yang berlaku.

4.12 Format dari masing-masing laporan dapat juga disesuaikan dengan


format yang dipersyaratkan client/customer bila diperlukan.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. Darmawan Putera 21


Pratama

Anda mungkin juga menyukai