D DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN : ISPA (INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS RAMBUNG
DALAM KECAMATAN BINJAI SELATAN
KOTA BINJAI TAHUN 2020
DAMERIA BR.
KARO
P07520119167
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Stugi D-III Kelas RPL
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
DAMERIA BR.KARO
P07520119167
Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah tidak terdapat Karya
yang pernah diajukan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak
terdapat Karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis di ajukan dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
DAMERIA BR.KARO
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P07520119167
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Prodi D-III Kelas RPL
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN :
ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS RAMBUNG
DALAM KECAMATAN BINJAI SELATAN KOTA BINJAI TAHUN 2020”.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini ini bisa
bermanfaat. Bersama ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :
Medan,
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..................................................................................................35
4.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................36
4.3 Perencanaan/ Implementasi........................................................................37
4.4 Evaluasi......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi pernafasan merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan
gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6
kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3
sampai 6 kali setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya,
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk.
2014).
1
Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Sumatera Utara (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur
(28,3%). Pada Riskesdas 2017, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi
tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013,
(25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2017 (25,5%). Karakteristik penduduk dengan
ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis
kelamin, tidak berbeda antara laki- laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak
dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan
menengah bawah (Kemenkes RI, 2018). Sampai dengan tahun 2018, angka cakupan
penemuan ISPA balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara
20%-30%. Pada tahun 2019, terjadi peningkatan angka cakupan penemuan ISPA sebesar
63,45%. Angka kematian akibat ISPA pada balita sebesar
0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar
0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,17%
dibandingkan pada
kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15% (Kemenkes RI, 2018).
Pada tahun 2018 cakupan penemuan ISPA Sumatera Utara mencapai 67
%. Faktor resiko yang berkontribusi terhadap insidens ISPA tersebut antara lain gizi
kurang, ASI eksklusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi
campak rendah dan BBLR. (DinKes Prov Sumut, 2018). Kejadian ISPA pada balita
merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh balita dibandingkan dengan penyakit-
penyakit lainnya seperti diare, cacingan, asma, dan lain-lain.
Menurut Sudiharto (2015), puskesmas mempunyai peran yang sangat penting
dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia di indonesia maupun
internasional. Puskesmas bertanggung jawab mengupayakan kesehatan pada jenjang
tingkat pertama dan berkewajiban menanamkan budaya hidup sehat kepada setiap
keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu menyelenggarakan asuhan keperawatan
keluarga.
Strategi untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari ISPA adalah
dengan memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi, pencegahan dan
manajemen infeksi HIV, dan memperbaiki gizi anak. Pemberian antibiotika segera pada
anak yang terinfeksi dapat mencegah kematian. UNICEF dan WHO telah
mengembangkan pedoman untuk diagnosis dan pengobatan ISPA di negara berkembang
yang telah terbukti baik, dapat diterima dan tepat
2
sasaran.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2020,
kunjungan pasien ISPA dalam 3 bulan terakhir berjumlah 526 orang. ISPA ini terbagi
atas 3 bagian yaitu pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia. Di
Puskesmas Rambung Dalam tidak ada pasien yang datang berkunjung dengan kasus
pneumonia berat, sementara untuk kasus pneumonia sebanyak 28 orang dan batuk
bukan pneumonia sebanyak 498 orang. Saat dilakukan wawancara dengan petugas
puskesmas, beliau mengatakan bahwa hampir setiap hari ada balita yang datang berobat
dengan diagnosa ISPA. Setelah dilakukan wawancara, salah satu orang tua pasien
mengatakan kondisi anaknya mengalami batuk-batuk, pilek, demam dan disertai sesak
nafas. Gejala awal yang dirasakan pasien yaitu bersin- bersin dan batuk. Disini
orang tua hanya menganggap anaknya demam biasa.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis telah melakukan studi
kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak “D” dengan ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Tahun 2020”
3
1.2 Tujuan
1. Umum
Untuk menggambarkan secara umum asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
2. Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian yang tepat dengan masalah gangguan sistem
pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai Selatan
Kota Binjai Tahun 2020.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat dengan masalah
gangguan sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan
Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
c. Mampu menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan tepat masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai Tahun 2020.
e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil dengan tepat dari tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan dengan tepat masalah gangguan sistem pernafasan : ISPA
di Puskesmas Rambung Dalam Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun
2020.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adlah untuk pengembangan ilmu keperawatan
dalam pembuatan Asuhan Keperawatan tentang klien ISPA agar perawat mampu
memenuhi kebutuhan dasar pasien selama dirawat di Puskesmas.
4
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan penatalaksanaan
kepada masyarakat terkait dengan gangguan sistem pernafasan : ISPA
b. Bagi Puskesmas
Dapat meningkatkan mutu perawatan pelayanan pada kasus pneumona dan
bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien pneumonia dengan masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA.
c. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang penyakit ISPA dengan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.
d. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan tentang
penyakit ISPA dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
BAB II Landasan Teoritis terdiri dari Konsep Dasar (Definisi, Etiologi, Manifestasi
Klinik, Patofisiologi, Penatalaksanaan, Konsep Asuhan keperawatan
(Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Fokus Perencanaan/
Implementasi, dan Evaluasi)
BAB III Tinjauan Kasus terdiri Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan,
Rencana keperawatan, Implementasi & Evaluasi.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
(coxsackie viruses Adan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo
viruses. Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus,
haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus
(Wilson, 2015).
Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen non-
infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau
bahan kimia, asap rokok, debu, dan gas.
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan
jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan
herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung (Sari, 2015).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain
yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).
2.1.3. Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
(Kending, 2014).
Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Seliff). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan
aktivitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol
adalah batuk.
7
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan infeksi
baakteri-bakteri patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti
streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut.
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi
batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya
daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem
pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas
maupun bawah (Fuad, 2016).
8
Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)
Respon pada
Peradangan pada saluran pernapasan Inflamasi saluran
dinding bronkus
(faring/laring dan tonsil) bronkus
Bronkus
Kuman melepaskan Peningkatan
menyempit
endotoksin produksi sekret
Bronkospasme
Merangsang tubuh mengeluarkan Obstruksi jalan
zat pirogen oleh leukosit nafas
Ketidakefektifan pola nafas
Suhu tubuh Ketidakefektifan
Perkembangan penyakit meningkat bersihan jalan nafas
Ketidakseimbangan
Nyeri dipersepsikan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri akut
9
2.1.4. Tanda dan Gejala
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi
oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada
sluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi,
keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth,
2014).
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi
saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu
pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata
berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering
pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya
didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu,
pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat,
biasanya dimualai dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan
terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga
mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara wheezing atau
ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic
(Rahmayatul, 2016).
1
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Wong, 2015).
2.1.5. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh,
amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1
mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x
½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti
antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik
1
sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017).
1
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan
batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada
malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda
: kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda :
kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
1
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok khusus
diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi secara
bersama-sama dan melalui intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah
dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk
menuliskan diagnosa keperawatan Gordon menguraikan komponen yang harus ada
sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan,
mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat
pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2015).
Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah
sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon
pada dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status
kesehatan.
1
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang
intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana
keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan
masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan
dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam
usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan
klien (Nursalam, 2015).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. (Wong, 2016).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur,
didengar, diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman
penulisan kriteria hasil berdasarkan “SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang
prilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan T :
Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi,
periksa, ukur, catat, amati.
1
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah,
pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,
sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk,
instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
1
Adapun intervensi keperawatan pada pasien ispa, berupa : Tabel
1
2. Hipertermi Tujuan : 1.Kaji/pantau 1. Perubahan TTV
berhubungan Setelah dilakukan TTV. dalam rentang
dengan tindakan keperawatan abnormal
peningkatan selama 3x24 jam mengindikasikan
suhu tubuh suhu tubuh kembali adanya respon
(proses normal. tubuh.
penyakit).
Kriteria hasil : 2. Berikan 2. Terjadinya
Tanda-tanda vital kompres vasodilatasisehi
(TTV) dalam batas hangat. ngga suhu tubuh
normal; cepat kembali
TD : 120/80 normal.
mmHg.
N : 80 x/ment. 3.Anjurkan klien 3. Mencegah
RR : 20 x/menit. untuk terjadinya
S : 37,00C memperbanyak kekurangan
minum air putih. cairan karena
dehidrasi.
2. Ketidaksesuaian
Kriteria hasil : 2.Kaji pernyataan antara verbal
verbal dan non dan non verbal
Tampak rileks dan verbal nyeri pasien. menunjukan.der
tidur/istrahat dengan ajat nyeri.
baik.
Melaporkan nyeri 3.Evaluasi 3. Memberikan
hilang/terkontrol. keefektifan obat
Berpatisipasi pemberian obat. berdasarkan
dalam aktivitas aturan.
yang diinginkan.
1
4. Meningkatkan
4.Berikan tindakan relaksasi dan
kenyamanan, ubah pengalihan
posisi, pijatan perhatian.
punggung dll.
5.Berikan
lingkungan 5. Penurunan
tenang. stress,
menghemat
energi.
6.Kolaborasi:
Berikan analgesik 6. Mempertahanka n
rutin s/d indikasi. kadar obat,
menghindari
puncak periode
nyeri.
1
dari kebutuhan Setelah dilakukan berat badan sering anoreksia
tubuh berhubungan tindakan dan ukuran karena dispnea,
dengan penurunan keperawatan tubuh. produksi sputum,
intake inadekuat, selama 3x24 dan obat-obatan.
penurunan nafsu jampasien akan
makan, nyeri menunjukan 2.Aukultasi bising . Membantu dalam
menelan. perbaikan nutrisi. usus. menentukan
respon untuk
makan atau
Kriteria hasil: berkembangnya
komplikasi.
. Tidak tampak mual
muntah, 3.Berikan makanan . Meningkatkan
. Peningkatan dalam jumlah proses pencernaan
pengecapan dan kecil dan dalam dan toleransi
menelan. waktu yang pasien terhadap
. Nafsu makan sering dan nutrisi yang
meningkat. teratur. diberikan dan dapat
meningkatkan
kerjasama pasien
saat makan.
2
Kriteria hasil : dan dorong mengidentifikasi
mengekspresikan perasaan.
. Tampak rileks perasaan.
. Klien dapat
beristrahat. 3. Libatkan . Dapat
. Dapat bekerja pasien/orang memperbaiki
sama dalam terdekat dalam perasaan kontrol.
program terapi. perencanaan
keperawatan.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan
suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien
terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan
intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat
digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
2
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
2
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat
untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat
menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai dengan
rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang.
2
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama : An. D
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal pengkajian : 3 Maret 2020
Diagnosa Medis : ISPA
2. Identitas orang tua
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Ayah kandung
Pendidikan ` : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Anamnese
a. Keluhan utama
Data subjektif : Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, batuk berdahak
susah dikeluarkan, pilek sejak 2 hari yang lalu, orang tua klien mengatakan
anaknya malas makan, porsi makan tidak dihabiskan.
Data Objektif : Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak lemas,
BB 24 ( menurun ), IMT: 18,7 (24 kg/128 cm x 100=18,7),TTV: P: 24x/
menit, N: 106x/ menit, S: 37,3oC, mukosa bibir kering, dan porsi makan
tampak tidak dihabiskan, ketidakseimbangan nutrisi.
b. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat penyakit yang lalu.
Orang tua klien mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas 2 hari
sebelum dipelayanan kesehatan.
2
2). Riwayat penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas,dan
susah makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 1 Maret 2020.
3). Riwayat penyakit keluarga / menurun
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung,
ginjal, hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan
pneumonia.
4).Riwayat sosial
a. Pengasuh
Orang tua klien mengatakan anaknya diasuh oleh mereka sendiri dan
keduanya saling membantu dan keduannya saling membantu dalam hal
mengurus anak.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan anggota
keluarga sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan teman
sebayanya sangat baik.
d. Lingkungan rumah
Orang tua klien mengatakan linkungan rumah aman, rapi dan bersih,
letak rumah berdekatan dengan rumah yang lain.
5). Pola kebiasaan sehari-hari a).
Nutrisi
Makanan yang disukai : orang tua klien mengatakan anaknya menyukai
makanan seperti ikan, telur dan sayur-sayuran.
Makanan yang tidak disukai : orang tua klien mengatakan bahwa tidak
ada makanan yang tidak disukai oleh anaknya.
b). Pola makan
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan
anaknya sangat baik, frekuensi makan tiga kali sehari dan makanan
yang dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan sayur- sayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu
2
makan anaknya berkurang, frekuensi makan dua kali sehari dan hanya
memakan bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 3 jam dan tidur malam kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 1 jam dan tidur malam kurang lebih 5 jam dan kadang sering
terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2 kali
sehari, rajin menggosok gigi, dan ganti baju sewaktu- waktu ketika baju
kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap 2x
sehari walaupun sakit
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif
bermain dengan teman-teman sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif, lemah,
dan sering mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3 x/hari
dengan konsistensi padat dan berwarna kecoklatan, dan BAK 5-6 x/hari,
dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari,
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari, warna
kuning pekat dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Mukosa bibir : tampak kering
2
Pemeriksaan Data Objektif
Kepala bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan
tidak rontok dan tidak ada lesi pada
kulit kepala.
Mata kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna
merah muda, sklera berwarna
putih dan bersih.
Muka bersih, tidak ada oedema, dan agak pucat.
Telinga simetris, tidak ada kanan kiri cairan yang
keluar, tidak ada peradangan dan tidak ada
nyeri tekan.
Hidung bentuk simetris, terdapat cairan / lendir
berwarna jernih, hidung bagian luar tampak
kemerahan.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada
peningkatan vena jugularis, dan tidak
ada pembengkakan pada leher.
Dada tidak ada tarikan dinding dada waktu
bernapas, bentuk dada simetris,
pernapasan terdengar stridor.
Perut tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri
tekan, dan tidak ada bekas luka
operasi.
2
4. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Infeksi saluran nafas Ketidakseimbangan
- Orangtua klien nutrisi kurang dari
mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
batuk, pilek diserta Merangsang refluks
demam sejak 2 hari peristaltik
yang lalu, anaknya
malas makan selama
dirawat dan porsi Menekan lambung
makannya tidak
dihabiskan
DO : Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemah,
pucat, kurus, BB 24
kg Ketidakseimbangan
- IMT : 24/128cm x 100 nutrisi kurang dari
= 18,7 kebutuhan tubuh
- TTV : R: 42x/menit, N
: 106x/menit, S :
37,30C
2. DS : Virus bakteri, jamur Bersihan jalan nafas
- orangtua klien tidak efektif
mengatakan anaknya Infeksi saluran nafas
batuk berdahak dan atas
susah bernafas
DO : Kuman berlebih
- keadaan umum dibronkus
lemah, kesadaran
compos mentis Proses peradangan
- klien tampak batuk
berdahak, suara nafas Akumulasi sekret di
vesikuler basah bronkus
disertai ronchi dan
perkusi sonor Bersihan jalan nafas
memendek, RR : tidak efektif
42x/menit, S : 37,30C, N
: 106x/menit
3 DS : Infeksi saluran nafas Gangguan pola tidur
- orang tua klien atas
mengatakan
biasanya anaknya tidur Kuman berlebih
siang 3 jam, tetapi dibronkus
selama sakit menjadi
hanya 1 jam
- tidur malam biasanya Proses peradangan
8 jam tetapi selama sakit
menjadi 5 jam dan
sering terbangun Akumulasi sekret di
bronkus
2
DO :
- klien tampak lemah, Batuk berdahak, sesak
mata cekung
- klien tampak batuk
berdahak, suara nafas Gangguan pola tidur
vesikuler basah
disertai ronchi dan
perkusi sonor
memendek, RR :
42x/menit, S : 37,30C, N
: 106x/menit
3.2.2 Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
O Keperawatan Kriteria hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan pasien 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan untuk semifowler
berhubungan bersihan jalan memaksimalka membantu klien
dengan akumulasi nafas yang n ventilasi. memaksimalka
secret di bronkus efektif n ventilasi
Kriteria hasil : sehingga
Setelah kebutuhan
dilakukan oksigen
tindakan terpenuhi.
keperawatan 2. Memastikan
selama 3x24 2. Auskultasi suara napas
jam maka suara napas, vesikuler.
kriteria hasil catat adanya
yang suara
diharapkan tambahan. 3. Batuk efektik
yaitu : 3. Ajarkan batuk membantu
kemudahan efektif. klien untuk
bernafas, mengeluarkan
frekuensi dan sekret sehingga
irama bernafas, pernafasan
pergerakan tidak
sputum keluar terganggu.
dari jalan 4. Penurunan
nafas, saturasi
pergerakan 4. Monitor repirasi
dan status O2
2
sumbatan oksigen dapat
keluar dari menunjukan
jalan nafas perubahan status
kesehatan klien
yang dapat
mengakibatkan
terjadinya
hipoksia.
5. Pemberian
terapi sesuai
5. Kolaborasi program
dengan tim membantu
medis lain memngeluarka
dalam n atau
pemberian mengencerkan
terapi sesuai secret pada
program saluran napas.
6. Memastikan
klien mengerti
6. Memberikan mengenai ISPA
edukasi dan mudah
mengenai ISPA untuk
kepada keluarga berkerjasama.
klien.
3
menunjukkan desain ruangan hiburan
peningkatan kepada anak
fungsi agar mau
pengecapan makan
dari menelan
3
3.2.3 Implementasi/ Evaluasi
N Tanggal/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
O Waktu
1 3 Maret Bersihan jalan 1. Membina hubungan S:
2020 napas tidak saling percaya pada Ibu klien mengatakan klien
09.00 efektif pasien dan keluarga masih batuk dan demam
wib berhubungan pasien untuk menjalin dan batuknya masih
dengan kerja sama yang baik terdengar grok-grok.
akumulasi dalam komunikasi
secret di terapeutik O:
bronkus 2. Memberikan edukasi Keadaan umum :
tentang ISPA pada lemah
orangtua pasien Kesadaran :
composmentis GCS 4-
3. Mengajarkan teknik
5-6, CRT < 2 detik
batuk efektif
Nampak batuk
4. Memposisikan klien berdahak
semifowler Suara napas : ronki
5. Memonitoring suara dan perkus i:
nafas klien dengan hipersonor.
auskultasi Tanda vital : RR :
6. Mengukur tanda- tanda 40x/menit, Suhu : 38
vital o
C, Nadi : 120x/menit
7. Mengkolaborasikan Klien Nampak lemah,
dengan dokter dalam tidak rewel, akral hangat.
pemberian terapi : Tidak terpasang
- Nebulizer : oksigen.
ventolin 1 cc + Nacl
1 cc A:
- Ambroxol syrup, Masalah teratasi
sanbe kid oral, sebagian
antrain 110mg/IV,
vitamin P:
A Intervensi di lanjutkan
200.000/IV ( 2,3,4,5,6,7)
Terapi
Nebulizer : ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x
cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oral
Antrain 110 mg/IV (jika
demam)
Vitamin A 200.000/IV
3
tubuh sering. makan dan porsi makan tidak
Berhubungan 3. Meyakinkan orang tua dihabiskan
dengan klien bahwa diet yang
anoreksia dimakan mengandung O:
tinggi serat.. klien tampak pucat, lemas
4. Berkolaborasi dengan BB: 24 kg
untuk menentukan IMT: 18,7
jumlah kalori dan porsi makan tampak tidak
nutrisi yang diihabiskan.
dibutuhkan pasien. TTV: P : 24 kali per menit,
5. Memberikan permainan N: 106 kali per menit, S:
atau desain ruangan. 38,3 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
A:
masalah belum teratasi P:
intervensi dilanjutkan dihari
kedua.
A:
masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan dihari
kedua
3
semifowler 5-6, CRT < 2 detik
5. Mengauskultasi suara Klien nampak
nafas klien batuk
6. Mengukur tanda-tanda Suara napas :ronki
vital klien Tanda vital :
7. Mengkolaborasikan RR : 38x/menit, Suhu : 372
pemberian terapi o
C, Nadi : 100x/menit
Klien nampak lemah, tidak
rewel, akral hangat.
Klien nampak bisa istirahat
Tidak terpasang
oksigen.
A:
masalah teratasi sebagian P :
intervensi di lanjutkan
2,3,4,5,6,7)
Terapi
Nebulizer: ventolin 2cc +
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x cth/oral
Sanbe kid 2x cth /oral
Antrain 110 mg/IV (jika
demam)
Vitamin A 200.000/IV
3
sekret aktivitas sebelum tidur sering terbangun pada malam
berlebih 3. Ciptakan lingkungan hari, tidur 6 jam malam hari
yang nyaman O:
4. Anjurkan klien minum air Klien tampak lemah, mata
hangat sebelum tidur cekung
5. Kolaborasi pemberian TTV: P : 24 kali per menit,
obat jika diperlukan Nadi: 100 kali per menit,
Suhu: 37.8 oC.
Klien tampak suka dengan
kamarnya
Klien mulai menghabiskan
minum air hangatnya
A:
masalah teratasi sebagian P :
intervensi dilanjutkan dihari
ketiga
3
dengan ahli gizi dalam BB: 24 kg
memberikan variasi IMT: 18,7
makanan pada anak porsi makan tampak sudah
4. Mengajarkan orangtua dihabiskan.
teknik TTV: P : 22 kali per menit,
distraksi N: 100 kali per menit, S:
dalampemberian makan 37,3 oC.
anaknya A:
masalah telah teratasi P:
Intervensi dihentikan.
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
ISPA pada umumnya infeksi pertama menyerang anak-anak karena kekebalan
tubuh yang di alami oleh anak belum terbentuk sempurna sehingga saat sistem imun
menurun dan infeksi ISPA semakin lama proses penyembuhanya karena setelah terpapar
virus ISPA sehingga dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari
sistem saluran pernafasan. Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara sangat tergantung pada 3 unsur alamiah yang selalu
terdapat pada orang sehat, yaitu: utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibodi. Infeksi saluran pernafasan akut dapat terjadi menjadi jalan masuk
bagi virus. Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. kuman mengilfitrasi
lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan inofoid superficial bereaksi sehingga
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimor fonuklear. Jadi yang
terjadi kerusakan adalah lapisan epitel dari saluran nafas akibatnya akan terjadi radang,
dan virus akan di keluarkan melalu batuk sehingga klien akan mengalami batuk untuk
mengeluarkan virus, dan klien akan mengalami pilek karena respon tubuh terhadap virus
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan terjadi akumulasi secret (Tamsuri, 2016).
Menurut Simon (2015), batuk terjadi lebih lama karena klien masih anak- anak.
Sistem imum pada anak belum bekerja secara sempurna dan menyebabkan proses
penyembuhan menjadi lambat karena sistem imun tidak bekerja secara sempurna untuk
melawan infeksi bakteri atau virus dalam tubuh jika tidak didukung oleh nutrisi yang
baik.
Berdasarkan data objektif An.D tampak batuk dan sulit mengeluarkan sekret.
Menurut Muttaqin (2015), sesak terjadi karena adannya infeksi virus dan bakteri. Faktor
utama yang berperan timbulnya sesak adalah infeksi bakteri atau virus akan
menyebabkan invansi saluran pernapasan akut, sehingga adanya kuman di bronkus,
kuman akan menginfeksi saluran pernafasan sehingga tubuh akan merespon dengan
produksi sekret sehingga adanya akumulasi sekret berlebih di bronkus. Jika klien tidak
dapat mengeluaran sekret secara efektif , penumpukan sekret di bronkus akan bertambah
sehingga klien kesulitan bernapas dan menyebabkan klien sesak napas.
3
Berdasarkan data yang diperoleh selama sakit An.D malas makan, makanan
tidak dihabiskan. Menurut Duarthe et al (2010), menyebutkan bahwa salah satu faktor
penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada anak adalah status gizi, dimana
status gizi yang kurang merupakan hal yang memudahkan proses terganggunya sistem
hormonal dan pertahanan tubuh pada anak. Kekurangan protein/gizi yang terjadi dapat
menurunkan sistem imun yang pada akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah
terpapar penyakit infeksi. Salah satu Masalah yang sering timbul pada anak dengan
infeksi saluran pernapasan akut yaitu penurunan nafsu makan hal ini di sebabkan oleh
proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada anak.
3
4.3 Perencanaan/ Implementasi
Menurut penulis perencanaan keperawatan pada klien yang meliputi kelengkapan
data, serta data penunjang lainnya, dan dilakukan menurut dengan kondisi klien, sehingga
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus dilahan praktik.
Pemberian terapi nebulizer dengan ventolin di tentukan berdasarkan kebutuhan
klien serta usia dan berat badan. Menurut Wijaya (2015), pengelolaan dari perwujudan
intervensi meliputi kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana, memberikan askep dalam pengumpulan data, melaksanakan advis dokter sesuai
sesuai kondisi klien.
Berdasarkan kasus An. D tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan intervensi
yang disusun pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Intervensi yang dilakukan oleh penulis
untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi dengan pendekatan non farmakologi untuk
mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi yaitu dengan pemberian porsi makan dengan
porsi kecil tapi sering guna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Menurut Rahardjo (2016), mengatakan mengkonsumsi makanan dalam porsi
kecil tapi sering lebih sehat dan dapat melancarkan metabolisme tubuh dibanding dengan
makan 3 porsi besar setiap harinya. Terapi ini dapat mempercepat penyembuhan, Hal ini
telah dibuktikan oleh para ahli seperti yang dilakukan ahmad al khadi bahwa
mengkonsumsi porsi makan kecil tapi sering memliki pengaruh signifikan dalam
mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi.
3
mengetahui perkembangan penyakit pada klien ISPA diperlukan suatu pemeriksaan fisik
dan penunjang yang dapat menggambarkan kondisi langsung dari ISPA dan mendeteksi
adanya perkembangan atau penurunan kestabilan klien setiap waktu sehingga bisa
diketahui efektifitas dari intervensi yang telah dilakukan. Apabila terdapat perubahan
pada keadaan seseorang yang sakit kemudian mendapatkan perawatan, dan selanjutnya
dikatakan sembuh karena seseorang tersebut memiliki factor pendukung yang meliputi
keinginan, harapan, kepatuhan, dan dukungan.
Evaluasi keperawatan pada An. D dengan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
evaluasi yang didapat dari pelaksanaan terapi pemberian makan dalam porsi kecil tapi
sering selama 3 hari.
Tanggal 3 Maret 2020 pemberian terapi dalam pemberian makan dalam porsi
kecil tapi sering diberikan tiga kali sehari, dan hasilnya An.D masih kurang nafsu makan
dan porsi makan belum dihabiskan, masalah belum teratasi. Tanggal 4 Maret 2020
pelaksanaan terapi dalam pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering disertai dengan
menganjurkan kepada orang tua klien untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat
dan pemberian obat(vitamin C), hasilnya nafsu makan An. D sudah mulai membaik dan
porsi makan hampir dihabiskan masalah belum teratasi. Tanggal 5 Maret 2020
pelaksanaan terapi dalam pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering disertai
kolaborasi dengan ahli gizi dan pemberian obat (aceminophen dan vitamin C) pada hari
ketiga, hasilnya An. D sudah mulai nafsu makan dan porsi makan telah dihabiskan
masalah teratasi.
4
BAB V
KESIMPPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah ISPA telah dilakukan secara komperhensif dan
diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama batuk, pilek, susah mengeluarkan
sekret, disertai demam dan malas makan, keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, tanda-tanda vital: pernapasan: 42 x/menit, nadi: 106 x/menit, suhu:
tanda-tanda vital: pernapasan: 42 x/menit, nadi: 106 x/menit, suhu: 37,8oC, berat
badan 24 kg.
3. Perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dengan memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
memberikan latihan teknik batuk efektif dan cupping / fisioterapi dada, memonitor
respirasi dan beeeerkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai program. Sedangkan
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
memberikan yaitu terapi pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. D selama 3 hari.
Implementasi sesuai dengan intervensi, sebagian besar rencana tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, catatan
perkembangan klien mengalami kemajuan yang signifikan, serta menunjukkan
kemajuan yang baik dibuktikan oleh keadaan umum klien baik, tidak batuk
hidung bersih, tidak sesak, suara nafas vesikuler, tidak ada tarikan dinding dada
dan TTV dalam batas normal. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada An. D sudah
4
dapat teratasi pada hari ketiga dan intervensi dihentikan.
5.2 Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ISPA, penulis
memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Hal ini diharapkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerja sama antar tim kesehatan maupun klien.
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
pada umumnya dan pasien ISPA khususnya, diharapkan pelayanan kesehatan
dapat menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung
kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya
pada pasien dengan ISPA. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
profesonal dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat tang profesional, terampil, inovatif
danbermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
berdasarkan kode etik keperawatan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Andarmoyo.
Rahajoe. dkk. (2014). Buku Ajar Respirologi Anak. Cetakan Ketiga Dokter Indonesia.
4
Wilson, et al. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States of
America : Mosby Elsevier
Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application
Made Easy. South Africa : Juta and Company Ltd.
4
KEGIATAN BIMBINGAN
NIM : P07520119167
Tanda
No Tanggal Materi Bimbingan Saran Tangan
Pembimbing
ACC judul
2 Perbaikan Judul Lanjut Bab I
ACC Bab I
4 Perbaikan Bab I Lanjut Bab II
ACC Bab II
6 Perbaikan Bab II Lanjut Bab III
4
ACC Bab III
8 Perbaikan Bab III
Lanjut Bab IV
ACC Bab IV
10 Perbaikan Bab IV Lanjut Bab V
Revisi Bab V,
11 Konsul Bab V kesimpulan askep
12 ACC Bab V
Perbaikan Bab V
Revisi Daftar
13 Konsul Daftar Pustaka Pustaka, cara
penulisan
ACC Daftar
14 Perbaikan Daftar Pustaka
pustaka
Pembimbing