Anda di halaman 1dari 173

TESIS

EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI


SALAH SATU PILAR PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

UNMAS DENPASAR

Disusun Oleh :

NAMA : ANAK AGUNG DWI WULANTARI


NPM : 168103351010305
PROGRAM STUDI : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan
Lingkungan
Konsentrasi : Pengelolaan Lingkungan

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING

Judul : Evaluasi Stop Buang Air Besar Sembarangan Sebagai Salah Satu
Pilar Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten
Bangli
Nama : Anak Agung Dwi Wulantari
NPM 168103351010305
Konsentrasi : Pengelolaan Lingkungan

Untuk Memenuhi Syarat Penyusunan Tesis Guna Memperoleh Gelar Magister


(M.Si) Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan (P2WL)
Program Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar

Denpasar, 3 Maret 2018

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. IGN Alit Wiswasta, MP) (Dr. Ir. I Made Sukerta, M.Si)
NIP. 19501118 198103 1 001 NPK. 826 200 217

ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN TESIS

Judul : Evaluasi Stop Buang Air Besar Sembarangan Sebagai Salah Satu
Pilar Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten
Bangli
Nama : Anak Agung Dwi Wulantari
NPM 168103351010305
Konsentrasi : Pengelolaan Lingkungan

Untuk Memenuhi Syarat Penyusunan Tesis Guna Memperoleh Gelar Magister


(M.Si) Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan (P2WL)
Program Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar

Denpasar, 3 Maret 2018

Direktur Sekretaris

Prof. Dr. Drs. Anak Agung Putu Agung, M.Si. Dr. Ir. Ketut Sumantra, MP
NIP. 19560923 198602 1 001 NIP. 19611231 1989031 017

iii
PERNYATAAN
ORISINAL TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam naskah TESIS dengan judul “Evaluasi Stop Buang Air Besar

Sembarangan Sebagai Salah Satu Pilar Program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di Kabupaten Bangli” tidak pernah terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan

tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini, disebutkan

dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur Plagiat, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang

saya peroleh (M.Si) dibatalkan, serta diproses sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Denpasar, 3 Maret 2018


Mahasiswa

Nama : Anak Agung Dwi Wulantari


NPM : 168103351010305
PS : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pengelolaan Lingkungan Program Pasca
Sarjana Universitas Mahasaraswati
Denpasar

iv
Evaluasi Stop Buang Air Besar Sembarangan Sebagai Salah Satu Pilar
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Bangli
Anak Agung Dwi Wulantari1*, I Gusti Ngurah Alit Wiswasta2*, I Made
Sukerta2*
1
Mahasiswa Magister Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan
Lingkungan Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar,
2
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pengelolaan Lingkungan Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar
*Email : gk_wik4@yahoo.com

ABSTRAK

Akses masyarakat terhadap jamban sehat di wilayah Kabupaten


Bangli pada tahun 2016 masih terendah di Provinsi Bali. Tujuan
penelitian ini adalah mengevaluasi program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat pilar stop Buang Air Besar Sembarangan dengan metode
evaluasi CIPP (Context, Input, Process & Product) dan menghasilkan
strategi melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threath). Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2017 di 12
Puskesmas dengan jumlah responden 63 orang. Hasil penelitian
menunjukan pada evaluasi context tujuan program dan landasan yuridis
masih mempunyai kategori yang sangat kurang. Pada evaluasi input alat
pembuat jamban masuk dalam kategori sangat kurang dan kebijakan
program masih mempunyai kategori yang kurang. Pada evaluasi process
pendampingan masih dalam kategori kurang, hal ini terjadi karena
hampir diseluruh puskesmas belum melaksanakan pendampingan setelah
dilakukan pemicuan stop BABS. Pada evaluasi product capaian desa
yang stop BABS masih dalam kategori kurang, itu artinya hampir
diseluruh puskesmas belum memiliki desa ODF (Open Defication Free).
Strategi yang dikembangkan di tahun berikutnya ialah Strategi S-T.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan program STBM pilar
stop BABS di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun
2016 secara umum dalam kategori baik, namun harus ada perbaikan dan
peningkatan pada beberapa variabel program dan hampir di semua
komponen Context, Input, Process, & Product ada yang harus diperbaiki
dan ditingkatkan, yang perlu ditingkatkan adalah yang masih dalam
kategori cukup dan yang perlu diperbaiki adalah yang masih dalam
kategori kurang dan sangat kurang. Model yang dihasilkan untuk
perbaikan program yaitu perbaikan penyusunan Kebijakan di tingkat
Dinas Kesehatan, di tingkat Puskesmas meningkatkan pendampingan
dan tingkat desa dengan pembentukan natural leader dan alat pembuat
jamban.

Kata Kunci : Stop BABS, Evaluasi,Sistem Manajemen

v
Evaluation of Stop Carelessly Defecation As One Pillar of Community-Based
Total Sanitation Program In Bangli District
Anak Agung Dwi Wulantari1*, I Gusti Ngurah Alit Wiswasta2*, I Made
Sukerta2*
1
Student Master of Science of Regional Development and Environmental
Management Postgraduate Mahasaraswati University Denpasar,
2
Lecturer of Study Program of Regional Development and Environmental
Management Postgraduate Mahasaraswati University Denpasar
*Email : gk_wik4@yahoo.com

ABSTRACT

Public access to healthy latrines in Bangli Regency in 2016 is still the lowest in
Bali Province. The purpose of this research to evaluate the program of
Community Based Sanitation of the pillar stop carelessly defecation (Stop BABS)
with the method of evaluation of CIPP (Context, Input, Process & Product) and
produce strategy through SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat). The study was conducted in December 2017 at 12 Public Health centers
with 63 respondents. The results of the research show that in the context
evaluation of program objectives and juridical foundations still have very less
categories. In the input evaluation of latrines in the category of very poor and
program policies still have less categories. In the evaluation of mentoring process
is still in the category of less, this happens because almost all Public health center
(Puskesmas) have not implemented assistance after the trigger Stop BABS. In the
evaluation of village achievement products that Stop BABS is still in the category
of less, that means almost all Public Health Centre do not have ODF (Open
Defecation Free) village. The strategy developed in the next year is the S-T
Strategy. The conclusion of this research is the implementation of STBM program
of Stop BABS in the work area of Bangli Regency Health Office (Dinas
Kesehatan) 2016 in general in good category, but there must be correction and
improvement in some program variables and almost all components of Context,
Input, Process, & Product exist which should be corrected and improved, which
needs to be improved are still in the category of enough and that need to be
corrected are still in the category of less and very less. The resulting model for the
correction of the program is the correction of policy formulation at Bangli
Regency Health Office level, at the level of the Public Health Center increasing
the assistance and the village level with the formation of natural leader and
healthy latrine tool.

Keywords : Stop BABS, Evaluation, Management System

xii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida

Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia-Nya seingga penulis dapat menyelesaikan

Tesis yang berjudul “Evaluasi Stop Buang Air Besar Sembarangan Sebagai

Salah Satu Pilar Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten

Bangli”. Dalam proses pembuatan Tesis ini penulis banyak memperoleh

bimbingan dan petunjuk serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd selaku Rektor Universitas

Mahasaraswati Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis dalam penyusunan Tesis ini.

2. Prof. Dr. Anak Agung Putu Agung, M.Si, selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar.

3. Dr. Ir Nyoman Utari Vipriyanti, M.Si, selaku Ketua Program Studi P2WL

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

4. Prof. Dr. Ir IGN Alit Wiswasta, MP selaku Pembimbing I dan Dr. Ir I

Made Sukerta, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan Kepala Puskesmas Se-

Kabupaten Bangli beserta staf yang telah membantu untuk memperoleh

data.

6. Kepala Desa dan Kader Desa yang telah membantu dalam memperoleh

data.

xiii
7. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memotivasi dan memberikan

dorongan untuk menyelesaikan Tesis ini.

8. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan di P2WL yang membantu dalam

penyelesaian Tesis ini

Selanjutnya penulis mengharapkan saran-saran serta masukan dari

pembaca untuk kesempurnaan Tesis ini.

Denpasar, 3 Maret 2018

Penulis,

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN KOMISI
PEMBIMBING........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN TESIS...........................................iii
PERNYATAAN ORISINAL TESIS......................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT…………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………..……….. xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiii
GLOSARIUM.......................................................................................................xiv
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah….................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian….................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian…...............................................................................7
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi......................................................................................................9
2.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.......................................................10
2.3 Evaluasi Program…………………………………………………. 15
2.4 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)… 20
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian…........................................................24
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….. 28
3.2 Rancang Bangun Penelitian………………………………………. 28
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………….. 29
3.4 Subjek Penelitian…………………………………………………. 30
3.5 Kerangka Operasional……………………..………………….…... 32

xv
3.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengumpulan 35
3.7 Instrumen Penelitian…..........................................................................51
3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.............................................51
3.9 Analisis Data.........................................................................................51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Geografi..................................................................................52
4.2 Kependudukan......................................................................................54
4.3 Cakupan Akses Jamban………………………………………….. 56
4.4 Hasil Penelitian………………………………………………….. 57
4.5 Pembahasan…......................................................................................85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan…..........................................................................................115
5.2 Saran….................................................................................................116
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................119

xvi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Empat Jenis Evaluasi Model CIPP.....................................................18

3.1 Lokasi Penelitian…............................................................................29

3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian……………………… 30

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional


dan Cara Pengumpulan Data………………………………….. 35

4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio,


Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/
Kota Keadaan Terakhir Tahun 2016……….………………… 54

4.2 Capaian Akses Jamban Sehat Provinsi Bali sampai Tahun 2016.......56

4.3 Hasil Evaluasi Komponen Context Program STBM Pilar Stop BABS
Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016…60

4.4 Hasil Evaluasi Komponen Input Program STBM Pilar Stop BABS
Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016. 67

4.5 Hasil Evaluasi Komponen Process Program STBM Pilar


Stop BABS Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Tahun 2016………………………………………………… 71

4.6 Hasil Evaluasi Komponen Product Program STBM Pilar


Stop BABS Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Tahun 2016…………………………………………………… 73

4.7 Hasil Evaluasi Context, Input, Process, & Product (CIPP) Program
STBM Pilar Stop BABS Di Wilayah Kabupaten Bangli………. 74

4.8 Kategori Penilaian Puskesmas dan Capaian Desa SBS/ODF Di


Wilayah Kabupaten Bangli……………………………………. 77

4.9 Variabel Penilaian Yang Masih Dalam Kategori Cukup, Kurang Dan
Sangat Kurang Program STBM Pilar Stop BABS di Wilayah
Kabupaten Bangli……………………………………………… 78

4.10 Matriks Eksternal Faktor Evaluasi (EFE)…………………... 80

4.11 Matriks Internal Faktor Evaluasi (IFE)……………………….. 81

xvi
4.12 Matriks SWOT……………………………………………… 84

xvi
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Contoh Perubahan Perilaku Stop BABS......................................12

2.2 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian…...................................24

2.3 Alur Verifikasi Desa Stop BABS.................................................26

3.1 Kerangka Operasional Penelitian Evaluasi Program STBM Pilar


Stop BABS di Kabupaten Bangli.................................................34

4.1 Peta Kabupaten Bangli................................................................53

4.2 Perbandingan Piramida Penduduk Bangli


Tahun 2010 dan 2016…...............................................................55

4.3 Diagram Cartesius SWOT...........................................................82

4.4Model Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS Tingkat


Penanggung Jawab Program Dinas Kesehatan Kabupaten….......107

4.5 Model Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS Tingkat


Puskesmas…................................................................................111

4.6 Model Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS Tingkat


Sasaran….....................................................................................112

xix
1

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Lembar Penjelasan Sebelum Penelitian….........................................123

2. Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden.....................................125

3. Kuisioner Penelitian….......................................................................128

4. Data dan Informasi Hasil Wawancara...............................................151

5. Hasil Uji Validitas….........................................................................188

6. Surat Ijin Penelitian….......................................................................194

1
2

GLOSARIUM

STBM = Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


OD = Open Defecation
ODF = Open Defecation Free
BABS = Buang Air Besar Sembarangan
BAB = Buang Air Besar
PAMSIMAS = Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat
CIPP = Contex, Input, Process, Product
PMK = Peraturan Menteri Kesehatan

1
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam penyelenggaraannya, pemerintah dan masyarakat menjamin tersedianya

lingkungan yang sehat di pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi dan fasilitas

umum lainnya (Kemenhumkam, 2014)

Para ahli Kesehatan Masyarakat sepakat bahwa lingkungan merupakan

determinan utama derajat kesehatan penduduk. Meskipun sakit bukan satu-

satunya variable pembentuk derajat kesehatan, namun tidak mungkin suatu

kelompok penduduk dikatakan sehat apabila kelompok masyarakat sakit-sakitan.

Derajat Kesehatan penduduk digambarkan ke dalam angka-angka morbiditas,

mortalitas, angka harapan hidup yang merupakan unsur pokok dalam setiap

pembicaraan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2011)

Sanitasi memiliki pengertian yang luas yakni mencangkup kotoran

manusia, limbah padat dan drainase. Penelitian yang dilakukan oleh Economics of

Sanitation Initiative (ESI) di India mengenai kotoran manusia dan perilaku

masyarakat yang dikaitkan dengan beban kesehatan yang akan ditanggung oleh

masyarakat India khususnya masyarakat miskin akibat sanitasi buruk yang

diperkirakan mengakibatkan kerugian ekonomi India sampai 2,4 trilliun pada

tahun 2006 (Kumar, 2011). Berdasarkan pengalaman berbagai negara mencapai

tujuan Millenium Development Goals (MDG’s), sanitasi termasuk sektor yang

1
4

sulit mencapai target. Indonesia termasuk masih bekerja keras untuk memastikan

target MDG’s bidang sanitasi tercapai. Data terakhir di tahun 2014 menyebutkan

capaian akses sanitasi di Indonesia telah mencapai 59,71 % dan optimis bahwa di

Tahun 2016 target 62,41% tercapai. Oleh sebab itu, sanitasi dan air bersih secara

khusus dibahas pada tujuan enam dari Sustainable Development Goals (SDG’s)

yang menjadi agenda dalam pembangunan berkelanjutan dari suatu negara

(Ishartono, 2015).

Permasalahan di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat

sedang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia. Mulai Otonomi

Daerah diterapkan yaitu sejak Januari 2001, masalah sanitasi tidak lagi menjadi

urusan Pemerintah Pusat, namun menjadi urusan wajib bagi Pemerintah

Kabupaten/Kota sesuai UU No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah. Namun

kenyataannya, Pemerintah Kabupaten/Kota masih banyak yang belum mampu

mengurus dan memecahkan masalah sanitasi dan Hygiene. Hasil studi Indonesia

Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 menunjukkan 47

persen masyarakat masih berperilaku Buang Air Besar (BAB) ke sungai, sawah,

kolam, kebun dan tempat terbuka (Kemenkes, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan

proporsi rumah tangga di Indonesia yang menggunakan fasilitas BAB milik

sendiri adalah 76,2 %, milik bersama 6,7 %, dan fasilitas umum adalah 4,2 %,

masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB atau masih

BABS, sebesar 12,9 % dan proporsi Rumah Tangga yang memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi improved (kriteria WHO-UNICEF) di Indonesia adalah

sebesar 58,9 %. (Kemenkes, 2013)

1
5

Akses terhadap sanitasi yang rendah, menambah beban finansial dan

ekonomi Indonesia, bukan saja pada belanja individu tetapi juga pada belanja

publik dan swasta. Untuk tahun 2010, kerugian akibat buruknya kondisi sanitasi

dan perilaku hygiene masyarakat diperkirakan mencapai 6,3 USD atau 56 trilliun

Rupiah. Kerugian ini dihitung dari pengeluaran biaya pengobatan, pembelian air

bersih dan kehilangan waktu kerja. Sanitasi buruk menyebabkan 120 juta

kesakitan dan 50.000 kematian dini per tahun. (Apriatman, 2011)

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu

pendekatan yang mengajak masyarakat berpartisipasi dalam menganalisis kondisi

sanitasi kelompok masyarakat melalui proses pemicuan, sehingga masyarakat

diajak berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air

besar yang masih di sembarang tempat. Dalam melakukan pendekatan, dengan

cara menyerang serta menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat

tentang kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Melalui pendekatan ini kesadaran

akan kondisi lingkungan dan sanitasi yang buruk dimunculkan. Pendekatan ini

juga ditimbulkan kesadaran BAB di sembarang tempat adalah masalah kesehatan

lingkungan dan dapat berimplikasi kepada semua masyarakat, pemecahan

masalahnya harus dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat (Pamsimas,

2009).

Program STBM mengharapkan masyarakat dapat menjalankan lima pilar

yang termasuk program tersebut. Pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar

Sembarangan (BABS), dilanjutkan dengan perilaku hygiene masyarakat

meningkat dengan kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai pilar

kedua, mengkonsumsi air dan makanan sehat sebagai pilar ketiga, mengelola

1
6

sampah dengan benar adalah pilar ke empat serta membuang limbah cair secara

aman sebagai pilar kelima (Kemenkes, 2014)

Tercapainya kondisi Open Defecation Free (ODF)/Stop BABS ialah salah

satu indikator keberhasilan pendekatan program STBM, yang ditandai dengan (i)

keseluruhan masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran

bayi hanya ke jamban, (ii) tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar, (iii)

upaya penigkatan kualitas jamban yang ada menuju jamban aman, kuat, sehat, dan

nyaman, (iv) penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk

mencegah kejadian BAB di sembarang tempat, (v) pemantauan mandiri oleh

komunitas (Apriatman, 2011).

Dinas Kesehatan Bangli melalui Puskesmas telah melaksanakan Program

STBM sejak tahun 2013 dan berfokus pada pilar pertama yaitu stop BABS,

sehingga program yang dilaksanakan adalah program STBM pilar pertama Stop

BABS. Capaian akses jamban sehat sebagai hasil program STBM pilar stop

BABS di tingkat Provinsi Bali, Kabupaten Bangli menempati urutan ke 2 dari 9

kabupaten dan kota yang ada di Bali. Capaian akses jamban sehat Provinsi Bali

Tahun 2016 untuk Kabupaten Bangli yang terdiri dari empat Kecamatan, 72

Desa/Kelurahan dan 64.672 KK dengan persentase akses jamban sehat sebesar

80,07 % jauh dibawah Kota Denpasar yang menempati peringkat pertama sebesar

99,19 % dan peringkat terakhir ditempati Kabupaten Karangasem 59,81 %

(Dinkes, 2016).

Desa Stop BABS merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan program

STBM Pilar Stop BABS. Desa Stop BABS adalah suatu kondisi dimana setiap

individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku BABS yang

1
7

berpotensi menyebarkan penyakit (Kemenkes, 2014). Pencapaian desa Stop

BABS di Kabupaten Bangli sampai dengan tahun 2016 ialah 3 Desa yang ada di

wilayah Puskesmas Kintamani III (DINKES, 2016). Dilihat dari jumlahnya maka

jumlah desa yang sudah stop BABS ada 3 desa, atau secara persentase hanya 4 %

dari seluruh desa yang ada di Bangli yaitu 72 desa. Target yang ingin dicapai pada

setiap tahun adalah 1 desa pada setiap puskesmas, sehingga target tahun 2014

sampai dengan tahun 2016 adalah 36 desa Stop BABS, tetapi hanya dapat tercapai

3 desa yang Stop BABS. Rendahnya capaian desa Stop BABS berbanding lurus

dengan capaian akses penduduk terhadap jamban sehat di Kabupaten Bangli.

Capaian tersebut menggambarkan pelaksanaan program STBM pilar Stop BABS

masih jauh dari keberhasilan untuk mewujudkan desa Stop BABS di Kabupaten

Bangli (Dinkes, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka harus dilakukan evaluasi program

STBM Pilar Stop BABS dengan berpedoman pada Permenkes RI Nomor 03

Tahun 2014 tentang STBM sehingga dapat dirumuskan rekomendasi sebagai

perbaikan program STBM Pilar Stop BABS dalam mewujudkan desa Stop BABS

dan meningkatkan akses penduduk terhadap jamban sehat di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangli.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah Context Program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ?

b. Bagaimanakah Input Program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ?

1
8

c. Bagaimanakah Process Program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ?

d. Bagaimanakah Product Program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ?

e. Bagaimanakah Strategi yang diperlukan dalam menjalankan Program

STBM Pilar Stop BABS di Kabupaten Bangli ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengevaluasi program STBM Pilar stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis konteks (context) program STBM pilar stop BABS yang

meliputi tujuan program stop BABS, sasaran program dan landasan yuridis

program ini di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli.

2. Menganalisis masukan (input) program STBM pilar stop BABS yang

meliputi (1) pengelola program STBM meliputi kuantitas, kualitas :

pendidikan, pengetahuan, pelatihan, intensitas melakukan pemicuan stop

BABS (2) Pembiayaan program STBM pilar stop BABS, (3) Alat

pembuatan jamban, (4) Kebijakan STBM, (5) Pedoman Teknis STBM, (6)

Media dan Alat Promosi stop BABS, (7) Waktu pelaksanaan Program

STBM Pilar stop BABS.

3. Menganalisis proses (process) program STBM pilar stop BABS yang

meliputi proses pemicuan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pemantauann dan evaluasi, pendampingan dan penyusunan laporan

1
9

program STBM pilar stop BABS di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli.

4. Menganalisis hasil atau keluaran (product) program STBM pilar stop

BABS yaitu desa yang mencapai Stop Buang Air Besar

Sembarangan/ODF di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli.

5. Mengetahui strategi dalam menjalankan Program STBM Pilar Stop BABS

di Kabupaten Bangli.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sarana mempelajari program STBM pilar Stop BABS yang

dicanangkan oleh Pemerintah untuk upaya peningkatan kesehatan

masyarakat.

b. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bidang

Ilmu Perencanaan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan khususnya

mengenai Pengelolaan Lingkungan

c. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

bacaan dan studi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana informasi tentang hasil evaluasi program STBM pilar Stop

BABS yang dijalankan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangli

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan

mengenai program STBM pilar Stop BABS dan bahan untuk

1
1

merumuskan rencana tindak lanjut pelaksanaan Program STBM pilar Stop

BABS

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi

Sanitasi merupakan upaya pengawasan faktor-faktor lingkungan fisik

manusia yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan fisik manusia,

kesehatan maupun kelangsungan hidupnya, sanitasi sebagai sebuah kumpulan

metode atau cara mengumpulkan tinja, urin, dan air limbah masyarakat dengan

cara yang higienis, agar kesehatan manusia dan masyarakat tidak terganggu.

Sanitasi ditujukan untuk mengurangi penyebaran penyakit oleh tidak memadainya

pengolahan limbah, tinja dan limbah lainnya, dan penanganan air dan makanan

secara benar dengan cara mencegah munculnya penyebab penyakit. Masalah

penyehatan lingkungan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian

pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak dilihat dari masalah

kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari segi yang ada pengaruhnya terhadap

msalah kesehatan tersebut (Kusnoputranto, 2000).

Pengaruh lingkungan terhadap derajat kesehatan msayarakat tercermin

dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Akses terhadap air

bersih dan sanitasi dasar di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan

negara lain di Asia Tenggara. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas

sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan. Masalah

kesehatan lingkungan utama di negara yang sedang berkembang adalah

penyediaan air minum, tempat pembuangan kotoran, pembuangan sampah,

kondisi rumah dan pembuangan pengelolaan air limbah (Notoadmojo, 2003).

9
1

2.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

2.2.1 Pengertian

STBM adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat

untuk menganalisis kondisi sanitasi kelompok masyarakat melalui suatu proses

pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk

meninggalkan kebiasaan buang air besar yang masih ditempat terbuka dan

sembarang tempat (Pamsimas, 2009).

STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi sedehana yang dapat

merubah sikap lama, kewajiban sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat, dan

satu kepercayaan bahwa kondisi bersih, nyaman, sehat adalah kebutuhan alami

manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM yaitu

menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi

lingkungannya. Menurut PMK Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dijelaskan bahwa Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Kemenkes, 2014).

2.2.2 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Pilar STBM adalah perilaku higienis dan sanitasi yang digunakan sebagai

acuan dalam penyelenggaraan STBM. Pilar STBM tersebut tercantum dalam

pasal 3 ayat 2 PMK Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat terdiri atas perilaku: (Kemenkes, 2014)

1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), yaitu suatu kondisi ketika setiap

individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.


1

2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), merupakan perilaku cuci tangan dengan

menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT),

merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air

minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.

4) Pengamanan sampah rumah tangga, merupakan kegiatan pengumpulan,

pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulangan atau pembuangan dari material

sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan

lingkungan.

5) Pengamanan limbah cair rumah tangga, suatu kegiatan yang bertujuan untuk

menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan

penyakit berbasis lingkungan.

2.2.3 Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Stop BABS adalah suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu

komunitas tidak melakukan buang air besar sembarangan (Kemenkes, 2014).

Stop BABS merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan (i) keseluruhan

masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya

ke jamban, (ii) tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar, (iii) upaya

peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban aman, kuat,

sehat, dan nyaman, (iv) penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh

masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat, (v) pemantauan

mandiri oleh komunitas (Apriatman, 2011).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat perilaku masyarakat


1

stop BABS harus diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa

jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar

dan persyaratan kesehatan yaitu :

1) Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran secara langsung bahan-bahan

yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.

2) Mampu mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada

pemakai dan lingkungan sekitarnya. Contoh perilaku stop BABS dapat

dilihat pada (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Contoh Perubahan Perilaku Stop BABS (Kemenkes, 2014)

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan

penempatan (didalam rumah atau diluar rumah) yang mudah dijangkau oleh

penghuni rumah. Standar dan persyaratan jamban sehat menurut Permenkes No.3

Tahun 2014 adalah sebagai berikut :


1

a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas jamban harus

berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan

lainnya.

b. Bangunan tengah jamban

Didalam bangunan tengah jamban terdapat 2 (dua) bagian bangunan,

yaitu:

1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter

dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi

saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus

diberi tutup.

2) Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan mempunyai

saluran untuk pembuangan

c. Bangunan Bawah

Bangunan bawah merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan

pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau

kontaminasi dari tinja melalui vector pembawa penyakit, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ada 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban,

yaitu:

1) Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat

dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan

bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui

bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka

dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.


1

2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan

cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan

limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan

bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk

cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari

longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata,

batu kali, besi beton, anyaman bambu, penguat kayu..

Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status Stop

BABS berdasarkan Permenkes No.3 Tahun 2014 adalah :

1) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang

tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).

2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

3) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk

mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

4) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban sehat.

5) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat.

2.3. Evaluasi Program

Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau

melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari

evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program,

melanjutkan program, dan menyebarluaskan program, dalam hal ini Evaluasi

disama artikan dengan kegiatan supervisi.(Supriyanto, 2007)


1

Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu

mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian

pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program dapat dibedakan berdasarkan fokus

atau penekanannya, yaitu (1) evaluasi yang berorientasi pada tujuan program -

good oriented, (2) evaluasi yang berorientasi pada keputusan – decision oriented,

(3) evaluasi yang berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya

– transactional oriented, dan (4) evaluasi yang berorientasi pada pengaruh dan

dampak program – research oriented. Model-model evaluasi program yang sering

digunakan untuk mengevaluasi program adalah : (Arikunto, 2008)

1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler

2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Micgael Scriven

3. Formatif-Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Micgael Scriven

4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

6. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam

7. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

2.3.1 Model Evaluasi Context, Input, Process dan Product (CIPP)

Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang terdiri dari empat

komponen evaluasi yaitu: Context, Input, Process dan Product. Komponen

evaluasi CIPP pada dasarnya merupakan komponen dari prosesi sebuah kegiatan.

CIPP merupakan sebuah singkatan dari context evaluation artinya evaluasi

terhadap konteks, input evaluation artinya evaluasi terhadap masukan, process

evaluation artinya evaluasi terhadap proses dan product evaluation artinya

evaluasi terhadap hasil. Melihat penjelasan tersebut, maka langkah evaluasi yang
1

dilakukan adalah menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-

komponennya. Evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk

mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek

program, proyek, personalia, produk, institusi dan sistem. Model evaluasi ini

dikonfigurasi untuk dipakai oleh evaluator internal yang dilakukan oleh organisasi

evaluator, evaluasi diri yang dilakukan oleh tim proyek atau penyedia layanan

individual yang dikontrak atau evaluator eksternal. Model evaluasi ini dipakai

secara meluas di seluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai disiplin

dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan masyarakat,

transportasi dan sistem evaluasi personalia militer. (Arikunto, 2008)

Pada Tahun 1996 Model evaluasi CIPP mulai dikembangkan oleh Daniel

L. Stufflebeam, mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan (delineating),

mempeoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai altenatif-

alternatif pengambilan keputusan. Melukiskan artinya menspesifikasikan dan

menjelaskan untuk memfokuskan informasi yang diperlukan oeh para pengambil

keputusan. Memperoleh artinya memakai pengukuran dan statistik untuk

mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisis informasi. Menyediakan artinya

mensintesiskan informasi sehingga akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi

para pemangku kepentingan evaluasi (Wirawan, 2011).

Evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Daniel

L.Stufflebeam dkk, model evaluasi ini terdiri dari empat komponen yaitu; Context,

Input, Process dan Product. Komponen model evaluasi CIPP bersifat linier.

Artinya; evaluasi input didahului dengan evaluasi context; evaluasi process harus

di dahului dengan evaluasi input. Berdasarkan penjelasan tersebut maka langkah


1

evaluasi yang dilakukan adalah menganalisis program tersebut berdasar

komponen-komponennya. Secara sederhana model evaluasi CIPP dapat dijelaskan

sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

1) Evaluasi konteks (context) menentukan kebutuhan, masalah-masalah asset,

dan kesempatan untuk membantu mengambil keputusan menetapkan tujuan

dan prioritas serta membantu kelompok lebih luas dalam pengambilan tujuan,

prioritas dan hasil.

2) Evaluasi input (input) menentukan alternatif pendekatan, pelaksanaan rencana

kegiatan, penyediaan sarana, penyediaan biaya efektif untuk penyaiapan

kebutuhan dan pencapaian tujuan.

3) Evaluasi proses (process) menilai pelaksanaan rencana untuk membantu staff

melaksanakan kegiatan, kemudian membantu pengguna menilai kinerja

program, dan menafsirkan hasil.

4) Evaluasi produk (product) mengidentifikasi dan menilai hasil baik jangka

pendek dan jangka panjang untuk membantu staff untuk lebih fokus pada

hasil penting dan hasil akhir serta mengukur keberhasilan upaya dalam

memenuhi target yang ditetapkan.

Evaluasi konteks, input, proses dan produk perlu dilakukan secara

simultan. Evaluasi konteks adalah evaluasi untuk menentukan kebutuhan,

masalah-masalah asset, dan kesempatan untuk membantu mengambil keputusan

menetapkan tujuan dan perioritas. Evaluasi input adalah evaluasi untuk

menentukan alternatif pendekatan, pelaksanaan rencana kegiatan, penyediaan

sarana, penyediaan biaya dan pencapaian tujuan. Evaluasi proses adalah evaluasi

untuk menilai pelaksanaan rencana untuk membantu staff melaksanakan kegiatan,


1

kemudian membantu pengguna menilai kinerja program, dan menafsirkan hasil,

dan yang terakhir evaluasi produk adalah evaluasi untuk mengidentifikasi dan

menilai hasil baik jangka pendek dan jangka panjang dalam rangka membantu

staf untuk lebih focus pada hasil penting dan hasil akhir serta mengukur

keberhasilan (Arikunto, 2008). Empat jenis evaluasi dalam model CIPP sesuai

Tabel 2.1

Tabel 2.1 Empat Jenis Evaluasi Model CIPP

Konteks Input Proses Produk

Tujuan untuk Untuk menilai Untuk memastikan Untuk


mengidentifi perubahan yang Perubahan yang mengetahui
kasi masalah mungkin disarankan apakah
dan menilai dilakukan program
kebutuhan sebagaimana kegiatan
dimaksud , dan benar-benar
untuk membuat
mengidentifikasi perbedaan
masalah dalam
pelaksanaannya
Metode Metode Metode Pemantauan Mengukur
menggunakas menggunakan penilaian perubahan
eperti seperti pencarian pelaksanaan dalam
wawancara, literatur, kunjungan ke kegiatan atau proses
kinerja
analisis pengelola program di program dibandingkan
dokumen lapangan dengan target
dan tujuan
yang
diinginkan
Pengam Untuk Untuk menemukan Untuk membantu Untuk
bilan memberikan di mana ada dalam memutuska
Keputusan dasar untuk dukungan paling memperbaiki n apakah
memutuskan untuk perubahan program, dan juga perubahan
perubahan dan untuk untuk menyediakan harus
yang mengetahui solusi data yang dapat dilanjutkan
dibutuhkan yang paling layak digunakan , dihentikan
kemudian untuk atau diubah
menafsirkan
Sumber : Munte Ashiong (2015)
1

2.3.2 Evaluasi Context, Input, Proces dan Product (CIPP) Program STBM
Pilar Stop BABS

Evaluasi program STBM Pilar Stop BABS yang merujuk pada pendekatan

CIPP (Context, Input,Proces and Product) yang meliputi evaluasi terhadap situasi

atau latar belakang, perkiraan kebutuhan yang akan dicapai dan tujuan program

STBM Pilar Stop BABS, persiapan, pelaksanaan, dan dampak program, dapat

dijabarkan sebagai berikut : (Kemenkes, 2014)

1) Evaluasi Context, bertujuan untuk mengetahui latar belakang, tujuan,

sasaran, dampak yang ingin dicapai dalam program stop BABS. Evaluasi

Context meliputi tiga elemen dasar: kebijakan , lingkungan , dan

kebutuhan penilaian.

2) Evaluasi Input, bertujuan untuk mengetahui masukan awal dalam

pelaksananan program stop BABS. Evaluasi masukan mencakup empat

elemen dasar : rencana , peralatan , anggaran dan sumber daya manusia .

3) Evaluasi Process, bertujuan untuk menilai pelaksanaan program stop

BABS dan untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaannya.

4) Evaluasi Product, bertujuan untuk menilai keberhasilan program stop

BABS dan permasalahan yang digali adalah capaian akses penduduk

terhadap jamban sehat serta adanya desa Stop BABS.

2.4 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan

(Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin

terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau
2

institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut

diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan

internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga

dalam mencapai tujuan. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert

Humphrey yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-

1970 dengan analisis perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun

demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisis ini telah ada sejak tahun 1920-an

sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard

Business School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapa

kelemahan utama di antaranya analisis yang dibuat masih bersifat deskriptif dan

belum/tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa

dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan. Analisis

SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan, hal utama yang ditekankan

adalah bahwa dalam proses perencanaan suatu organisasi membutuhkan penilaian

mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang mempengaruhi proses

pencapaian tujuan organisasi. Analisis SWOT akan mendapatkan karakteristik dari

kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan

kelemahan tambahan berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang

dilakukan.(Bryson, 2000)

Pengalaman beberapa organisasi menunjukkan bahwa analisis SWOT

dapat diterapkan dalam paling sedikit tiga bentuk dalam membuat keputusan yang

sifatnya strategik :

1) Analisis SWOT memungkinkann para pengambil keputusan dalam organisasi

menggunakan kerangka berpikir logik dalam pembahasan situasi dalam


2

organisasi tersebut dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk

dipertimbangkan dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada alternatif yang

diperkirakan ampuh.

2) Penerapan analisis SWOT dengan membandingkan secara sistematik antara

peluang dan ancaman eksternal di satu pihak dan kekuatan serta kelemahan

internal di lain pihak. Tujuan utama penerapan pendekatan ini adalah

mengidentifikasi dan mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas dalam

keselarasan situasi internal dan ekternal.

3) Setiap orang yang sudah melakukan analisis SWOT pasti menyadari bahwa

tantangan utama dalam penerapan analisis SWOT terletak pada identifikasi dari

posisi sebenarnya suatu program. Memungkinkan para penentu strategi melihat

posisi organisasinya dari sudut produk yang dihasilkan dan pasar yang

dilayani.

Dalam penyusunan suatu strategi, organisasi tidak selalu harus mengejar

semua peluang yang ada. Tetapi, organisasi dapat membangun suatu keuntungan

kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa depannya

yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang mempertimbangkan

hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks. TOWS Matriks (TOWS

hanya kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana peluang dan

ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan

kelemahan dari organisasi, sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan

melalui empat set alternatif strategi (Hunger, 2003).

Strategi adalah kegiatan, mekanisme, atau sistem untuk mengantisipasi

secara menyeluruh dan meramalkan pencapaian tujuan ke depan melalui


2

pendekatan rasional. Strategi ini disusun dengan memadukan antara kekuatan

(strength, S) dengan peluang (opportunity, O) yang dikenal sebagai strategi S-O,

memadukan kelemahan (weakness, W) dengan peluang (opportunity, O) yang

dikenal sebagai strategi W-O, dan memadukan kekuatan (strength, S) dengan

ancaman (threath, T) yang dikenal sebagai strategi S-T. Strategi S-O

dimaksudkan sebagai upaya memaksimalkan setiap unsur kekuatan yang dimiliki

untuk merebut setiap unsur peluang yang ada seoptimal mungkin, strategi W-O

dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masing-masing unsur kelemahan agar

dapat memanfaatkan seoptimal mungkin setiap unsur peluang yang ada,

sedangkan strategi S-T dimaksudkan sebagai upaya untuk memaksimalkan setiap

unsur kekuatan untuk menangkal dan menundukkan setiap unsur tantangan

seoptimal mungkin (Wirawan, 2011).

Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal organisasi untuk menarik

keuntungan dari peluang eksternal. Setiap pimpinan mengharapkan kekuatan

internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan

kejadian ekternal. Secara umum, suatu organisasi akan menjalankan Strategi WO,

ST atau WT untuk mencapai situasi yang mana dapat dilaksanakan Strategi SO.

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara

mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang peluang-peluang besar

muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya

memanfaatkan peluang tersebut. Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah

organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal

ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi

ancaman secara langsung di dalam lingkungan eskternal. Strategi WT merupakan


2

taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta

menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai

ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang

membahayakan, berdasarkan penjelasan di atas akan diperoleh berbagai strategi

pilihan yang merupakan hasil perpaduan antar unsur kekuatan, kelemahan, dan

peluang. Masing-masing strategi pilihan tersebut harus diuji kembali relevansi dan

kekuatan relasinya dengan visi, misi, dan nilai-nilai organisasi pemerintah

Kabupaten dan Kota (Fred, 2010).


2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Program STBM
Pilar Stop
BABS

Conteks Input Process Product Analisis SWOT

Tujuan program STMB pilar stop BABS Pemicuan Desa/ kelurahan yang mencapai stopFaktor Internal
BABS / Open Defication Fr
Pengelola
Sasaran Program STBM pilar program STBM pilar stop
stop BABS BABS
4. Kebijakan Program STBM pilar stop BABS
PerencanaanSemua masyarakat telah buang air Kekuatan
besar hanya di jamban sehat
Landasan yuridis program Kuantitas
STBM pilar stop BABS PelaksanaanTidak terlihat tinja manusia di lingkungan
Kelemahan sekitar
Kualitas Pemantauan dan evaluasiAda penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
Pendidikan Pendampingan Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untu
Faktor Eksternal
Pengetahuan Penyusunan Laporan Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi
5. Pedoman Teknis Program STBM Pilar stop BABS Peluang
Pelatihan
Ancaman
Intensitas melakukan pemicuan stop BABS

6. Media dan alat Promosi Program STBM pilar stop BABS

2. Pembiayaan Program STBM pilar stop BABS


7. Waktu Pelaksanaan Prog STBM Pilar
Stop BABS

3. Alat Pembuatan Jamban

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian


2

Penelitian evaluatif ini menggunakan model evaluasi yang berorientasi pada

kegiatan dan orang-orang yang menanganinya – transactional oriented. Model

evaluasi yang digunakan adalah Model Evaluasi Context, Input, Process dan

Product (CIPP). Komponen Context menggambarkan kondisi yang mendukung

Input dan Process. Product dan Outcome atau efek menggambarkan hasil yang

diharapkan dari sebuah program yang dilaksanakan. Program STBM Pilar Stop

BABS dalam penelitian ini dipandang sebagai sebuah sistem, sehingga program

akan di analisis berdasarkan komponen-komponennya. Dasar yang digunakan

untuk melakukan penelitian evaluatif ini adalah tujuan dari program STBM pilar

Stop BABS seperti yang tercantum dalam Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014

tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu mewujudkan perilaku

masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Uraian kerangka

konseptual dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1) Contexs, yang akan dievaluasi meliputi Tujuan program STBM Pilar Stop

BABS, sasaran program STBM Pilar Stop BABS, dan landasan yuridis

program STBM Pilar Stop BABS.

2) Input, yang terdiri dari 7 komponen akan dilakukan evaluasi. komponen

tersebut adalah komponen (1) pengelola program STBM Pilar Stop BABS

yang meliputi kuantitas, kualitas : pendidikan, pengetahuan, pelatihan, dan

intensitas melakukan pemicuan Stop BABS (2) Pembiayaan program STBM

Pilar Stop BABS, (3) Alat pembuatan jamban, (4) Kebijakan program STBM

Pilar Stop BABS, (5) Pedoman program Teknis program STBM Pilar Stop
2

BABS, (6) Media dan alat promosi program STBM Pilar Stop BABS, (7)

Waktu Pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS.

3. Process, terdapat tiga proses yang akan dievaluasi yaitu proses pemicuan

yang terdiri dari perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta

pendampingan dan penyusunan laporan.

4. Product, yaitu hasil program, adapun hasil program yang akan dievaluasi

adalah desa/kelurahan yang mencapai Stop BABS yaitu desa ODF.

Gambar 2.3 Alur Verifikasi Desa Stop BABS

Verifikasi oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas memenuhi 5 indikator

yaitu : (1) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat, (2) Tidak terlihat

tinja manusia di lingkungan sekitar, (3) Ada penerapan sanksi, peraturan atau

upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat,

(4) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban sehat, (5) Ada strategi yang jelas untuk dapat

mencapai sanitasi total. Status desa Stop BABS dibuktikan dengan adanya

sertifikat dan dibuktikan dengan adanya hasil verifikasi dan berita acara verifikasi

Desa Stop BABS.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan pengambilan data, maka penelitian ini bersifat observasional,

karena data diperoleh melalui pengamatan dan tidak dilakukan perlakuan terhadap

subjek penelitian selama penelitian berlangsung.

3.2 Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif berupa penelitian evaluasi dengan

rancangan sumatif. Rancangan dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui

pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli.

Penelitian evaluatif ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

deskriptif yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan

program STBM pilar Stop BABS dan hasil yang didapatkan berupa fenomena

yang terjadi di masyarakat setelah program STBM pilar Stop BABS dilaksanakan.

Penelitian evaluatif ini merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil

program STBM pilar Stop BABS yaitu evaluasi yang mengkaji contexs, input,

proses, dan product program STBM pilar Stop BABS. Penelitian deskriptif

digunakan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang

keadaan secara objektif atau menggambarkan variabel penelitian yaitu contexs,

input, proses, product program STBM Pilar Stop BABS.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

27
2

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bangli Provinsi Bali

dengan mengambil puskesmas yang melaksanakan program STBM pilar Stop

BABS tahun 2016. Pemilihan lokasi adalah Puskesmas yang belum memiliki desa

Stop Buang Sembarangan (SBS) dan memiliki akses penduduk terhadap jamban

sehat rendah. Rincian lokasi penelitian dapat dilihat pada (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

Tahun Mulai Lokasi Penelitian


No Melaksanakan Program
Stop BABS Puskesmas Memiliki Puskesmas Belum
Desa ODF Memiliki Desa ODF
Puskesmas Bangli
Puskesmas Bangli Utara
Puskesmas Tembuku I
Puskesmas Tembuku II
Puskesmas Susut I
1. 2013 Puskesmas Kintamani III Puskesmas Susut II
Puskesmas Kintamani I
Puskesmas Kintamani II
Puskesmas Kintamani IV
Puskesmas Kintamani V
Puskesmas Kintamani VI

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan terhitung mulai dari kegiatan

praproposal, proposal, kaji etik, penelitian, pengumpulan data, seminar hasil

penelitian sampai dengan seminar laporan penelitian, lihat tabel (Tabel 3.2)

Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

2
2

No Uraian Kegiatan Bulan


Sept Okt Nov Des Jan Feb
2017 2017 2017 2017 2018 2018
1 Pra Proposal
2 Proposal
3 Kolokium
4 Penelitian
5 Pengumpulan dan Olah
Data
6 Seminar Hasil
Penelitian (Tesis)
7 Seminar Laporan/
Ujian Penelitian (Tesis)

3.4 Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai kebutuhan

peneliti. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan

tidak acak dan digunakan dalam rangka penelitian deskriptif atau eksplanatorik

atau penelitian lapangan. Metode ini memilih kasus dengan suatu tujuan spesifik

yang ada dipikiran peneliti (Kuntoro,2011).

Besaran sampel untuk subyek penelitian ini di setiap puskesmas ada 3

responden yang terdiri dari 1 orang kepala puskesmas, 1 orang petugas

kesehatan lingkungan, dan 1 orang petugas promosi kesehatan, sehingga jumlah

total sampel di 12 puskesmas ada 36 responden. Alasan dasar dalam pemilihan

responden adalah sebagai berikut :

1) Kepala Puskesmas

Kepala puskesmas dijadikan responden karena yang bersangkutan terlibat

langsung dalam hal perencanaan, pembahasan, dan penentuan anggaran

program STBM Pilar Stop BABS diwilayah puskesmas.

2) Petugas Kesehatan Lingkungan

2
3

Petugas kesehatan lingkungan dijadikan responden karena yang bersangkutan

terlibat langsung dalam pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS, dan

merupakan pelaksana program di wilayah puskesmasnya, sehingga dari proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi petugas kesehatan lingkungan menjadi

penanggung jawabnya.

3) Petugas Promosi Kesehatan

Petugas promosi kesehatan dijadikan responden karena yang bersangkutan

terlibat langsung dalam program STBM Pilar Stop BABS dari aspek promosi

kesehatan. Contohnya dalam kegiatan sosialisasi program STBM Pilar Stop

BABS dan pelaksanaan pemicuan.

Selain pengambilan informasi dan data di puskesmas, peneliti juga

mengambil data dan informasi di Dinas Kesehatan Kabupaten dengan 3

responden yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Kesehatan

Masyarakat serta Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan (Kasi PL).

Pengambilan data dan informasi di lapangan akan dilakukan di desa masing-

masing puskesmas 1 desa dengan responden adalah kepala desa dan kader

kesehatan ataupun natural leader program STBM Pilar Stop BABS. Sehingga

jumlah total untuk responden di desa ada 24 responden. Total responden

keseluruhan adalah 63 responden.

3.5 Kerangka Operasional

Kerangka operasional penelitian evaluatif program Stop BABS di

kabupaten Bangli melalui tahap sebagai berikut :

1) Penelitian dimulai dengan menentukan lokasi dan waktu penelitian.

2) Mengumpulkan data awal dari Dinas Kesehatan Bangli

3
3

3) Melakukan pengajuan pra proposal, setelah lolos dalam pra proposal

selanjutnya adalah melakukan pengajuan proposal dan setelah

dilakukan ujian proposal maka langkah selanjutnya adalah mengajukan

uji etik.

4) Tahap selanjutnya adalah melakukan pengurusan izin penelitian.

5) Pelaksanaan penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten,

Puskesmas dan di Desa, pengambilan data dengan melakukan wawancara

mendalam dan melakukan telaah dokumen. Langkah yang dilakukan

sebelum pengambilan data adalah memberikan penjelasan tujuan,

manfaat dan metode penelitian kepada calon responden atau informan.

Setelah dilakukan penjelasan tentang penelitian selanjutnya adalah

memberikan Informed concent sebagai bentuk persetujuan sebagai

responden penelitian. Wawancara dilakukan kepada responden yang

antara lain sebagai berikut :

a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli

b. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat

c. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan

d. Kepala Puskesmas

e. Petugas Kesehatan Lingkungan

f. Petugas Promosi Kesehatan

g. Kepala Desa

h. Kader Kesehatan / Natural Leader

6) Melakukan analisis komponen context, input, process & product dari

program STBM Pilar Stop BABS. Analisis dilakukan berdasarkan

3
3

pengambilan data dilokasi penelitan.

7) Menyusun rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan

pada komponen context, input, process & product dari program STBM

Pilar Stop BABS. Rekomendasi di buat untuk memberikan masukan

tentang keberadaan program STBM Pilar Stop BABS yang dilaksanakan

dengan tujuan untuk perbaikan ataupun peningktan program STBM Pilar

Stop BABS.

8) Melakukan Focus Grup Discussion untuk menemukan Faktor-Faktor

Eksternal dan Faktor-Faktor Internal dari hasil yang ditemukan secara

wawancara dan observasi.

9) Melakukan analisis SWOT dari faktor Internal dan Eksternal yang

ditemukan.

Kerangka operasional secara keseluruhan dapat di lihat pada gambar

(Gambar 3.1):

3
3

Menentukan Lokasi dan Waktu Penelitian

Mengumpulkan Data Awal dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pelaksanaan Penelitian
1. Melakukan1.Kunjungan
PengajuanLokasi
Pra Proposal
Penelitian
2. Memberikan 2. Penjelasan
Pengajuan Tujuan,
ProposalManfaat,
3. Pengajuan Etik
Metode Penelitian
3. Memberikan
Gambar. 3.1 Kerangka Operasional Informed Concent
Penelitian Kepada
Evaluasi Responden
program STBM Pilar
4. BABS
Stop Melakukan pengumpulan
di Kabupaten Banglidata di Dinas
Kesehatan Kabupaten
a. Indept Interview (Wawancara Mendalam)
i. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
ii. Kabid Kesmas
iii. Kasi Penyehatan Lingkungan
5. Melakukan Pengumpulan Data Primer di Puskesmas :
a. Indept Interview (Wawancara Mendalam)
i. Kepala Puskesmas
ii Petugas Kesehatan Lingkungan
iii. Petugas Promosi Kesehatan
6. Pengambilan Data di desa
a. Indept Interview (Wawancara Mendalam)
i. Kepala Desa
ii. Kader Kesehatan/ Natural Leader

Observasi Lapangan dan telaah dokumen

Melakukan Analisis komponen conteks, input, proses, dan product Program STBM Pilar Stop BABS

Analisis SWOT

Menyusun Rekomendasi & Strategi

3
3.6. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengumpulan Data

Tabel 3.3 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengumpulan Data


Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
Variabel Context, Bobot Penilaian 20
1 Tujuan Tuntutan atau sasaran yang Sangat Baik, apabila ada target capaian program STBM 5 1. Wawancara 1. Kepala
program ingin dicapai dalam Pilar stop BABS minimal selama 5 tahun dan target 2. Analisis Dinas
STBM melaksanakan program stop tercapai selama 5 tahun tersebut. Dokumen Kesehatan
Pilar stop BABS yaitu untuk Baik, apabila ada target capaian program STBM Pilar stop 4 2. Kabid
BABS mewujudkan perilaku BABS minimal selama 5 tahun dan dalam waktu 5 tahun Kesmas
masyarakat yang higienis tercapai lebih dari 1 kali 3. Kasie PL
dan saniter secara mandiri Cukup, apabila ada target capaian program STBM Pilar 3 4. Kepala
dalam rangka meningkatkan stop BABS minimal selama 5 tahun dan dalam kurun waktu Puskesmas
derajat kesehatan masyarakat 5 tahun ada 1 tahun yang tercapai 5. Petugas
dibuktikan dengan adanya Kurang, apabila ada target capaian program STBM Pilar 2 Kesling
target untuk mencapai akses stop BABS minimal selama 5 tahun dan dalam kurun
penduduk terhadap jamban waktu 5 tahun tidak pernah tercapai target
sehat (PMK RI No. 3 Tahun Sangat Kurang, apabila tidak ada target capaian program 1
2014) STBM Pilar stop BABS minimal selama 5 tahun

2 Sasaran Komunitas masyarakat Sangat Baik, apabila ada sasaran program STBM Pilar 5 1. Wawancara 1. Kepala
program (Desa, kelurahan, Dusun) stop BABS yang di jabarkan dalam rencana kerja tahunan 2. Analisis Dinas
STBM sebagai target implementasi dan bulanan untuk seluruh wilayah kerja. Dokumen Kesehatan
Pilar stop program STBM Pilar stop Baik, apabila ada sasaran program STBM Pilar stop BABS 4 2. Kabid
BABS BAB (PMK RI No. 3 Tahun yang di jabarkan dalam rencana kerja tahunan dan bulanan Kesmas
2014). Sasaran tersebut untuk sebagian wilayah kerja 3. Kasie PL
yaitu: Cukup, apabila ada sasaran program STBM Pilar Stop 3 4. Kepala
BABS yang di jabarkan dalam rencana kerja tahunan dan Puskesmas
bulanan saja untuk seluruh wilayah kerja 5. Petugas

3
3

1. Semua keluarga yang Kurang, apabila ada sasaran program STBM Pilar Stop 2 Kesling
belum melaksanakan Stop BABS yang di jabarkan dalam rencana kerja tahunan
BABS atau bulanan saja untuk sebagian wilayah kerja
2. Semua keluarga yang Sangat Kurang, apabila tidak ada sasaran program STBM 1
telah memiliki fasilitas Pilar Stop BABS.
sanitasi tetapi belum
memenuhi syarat
kesehatan
3 Landasan Keberadaan peraturan yang Sangat Baik, apabila puskesmas mengetahui 1. Kepala
yuridis mendukung dan menjadi memiliki dokumen peraturan tentang Stop BABS 5 1.Wawancara Dinas
program dasar dalam melaksanakan yaitu: 2.Analisis Kesehatan
STBM program STBM Pilar Stop 1. PMK RI No. 3 Tahun 2014 tentang STBM Dokumen Kabupaten
Pilar Stop BABS di Puskesmas 2. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 2. Kabid
BABS tentang STBM Kesmas
4
Baik, apabila puskesmas mengetahui memiliki 3. Kasi PL
dokumen PMK RI No. 3 Tahun 2014 tentang STBM 4. Kepala
Cukup, apabila puskesmas hanya memiliki dokumen 3 Puskesmas
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang STBM 5. Petugas
Kurang, apabila puskesmas hanya mengetahui peraturan Kesling
2
tentang Stop BABS
Sangat Kurang, apabila puskesmas tidak mengetahui dan
memiliki dokumen peraturan tentang Stop BABS 1

Penilaian Variabel context adalah sebagai berikut: Penilaian Evaluasi Context


Nilai Tertinggi : 12 Puskesmas 1200 Nilai tertinggi seluruh variable context 3600
Nilai Terendah : 12 Puskesmas 240 Nilai terendah seluruh variable context 720
Selisih nilai tertinggi dan terendah 960, karena dibuat 5 Selisih nilai tertinggi dan terendah 2880, karena dibuat 5 kategori penilaiannya
kategori maka kategori penilaiannya sebagai berikut : sebagai berikut :
Sangat Baik : Jika skor nilainya >1008-1200 Sangat Baik, jika skor nilainya >3024-3600
Baik, jika skor nilainya >816-1008 Baik, jika skor nilainya >2448-3024
Cukup, jika skor nilainya >642-816 Cukup, jika skor nilainya >1872-2448
Kurang, jika skor niainya >432-642 Kurang, jika skor nilainya >1296-1872
Sangat Kurang, jika skor nilainya >240-432 Sangat Kurang jika skor nilainya >720-1296

3
3

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
Variabel Input, Bobot Penilaian 30
1 Pengelola program STBM Pilar Stop BABS
a Kuantitas Jumlah orang yang bertugas Sangat Baik, apabila ada lebih dari 1 orang yang 5 Wawancara dan 1. Kepala
sebagai pelaksana dan menjadi pengelola program STBM Pilar Stop BABS telaah dokumen Puskesmas
penanggung jawab program dan pengelolaannya menjadi tupoksi orang tersebut 2. Petugas
STBM Pilar Stop BABS Baik, apabila ada 1 orang yang menjadi pengelola 4 kesehatan
program STBM Pilar Stop BABS dan pengelolaannya lingkungan
menjadi tupoksi orang tersebut
Cukup, apabila ada 1 orang atau lebih yang menjadi 3
pengelola program STBM Pilar Stop BABS dan
pengelolaannya bukan menjadi tupoksi orang tersebut.
Kurang, apabila ada 1 orang yang menjadi pengelola 2
program STBM Pilar Stop BABS dan pengelolaannya
bukan menjadi tupoksi orang tersebut tetapi hanya
tugas tambahan.
Sangat Kurang, apabila tidak ada yang menjadi 1
pengelola program STBM Pilar Stop BABS
b Kualitas Jenjang pendidikan formal Sangat Baik, apabila pengelola program 5 Wawancara dan 1. Kepala
Pendidikan yang telah ditempuh dan berpendidikan D IV, S1 dan S2 Bidang kesehatan telaah dokumen Puskes
diselesaikan oleh pengelola Baik, apabila pengelola program berpendidikan D III 4 mas
program STBM Pilar Stop bidang kesehatan 2. Petugas
BABS Cukup apabila pengelola program berpendidikan D I 3 kesehat
bidang kesehatan an
Kurang, apabila pengelola program berpendidikan D I, 2 lingkun
D III, D IV, S1 dan S2 bukan bidang kesehatan gan
Sangat Kurang, apabila pengelola program 1
berpendidikan SD, SMP, SMA

3
3

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
c Pengetahuan 1). Pemahaman pengelola Sangat Baik, apabila pengelola program memahami 5
program STBM Pilar Stop tujuan program STBM Pilar Stop BABS yaitu untuk Wawancara Petugas kesehatan
BABS terhadap tujuan mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter lingkungan
program STBM Pilar Stop secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
BABS berdasarkan PMK RI kesehatan masyarakat
No. 3 Tahun 2014 Baik, apabila pengelola program memahami tujuan 4
program STBM Pilar Stop BABS yaitu untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter

Cukup, apabila pengelola program memahami tujuan 3


program STBM Pilar Stop BABS yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
Kurang, apabila pengelola program memahami tujuan 2
program STBM Pilar Stop BABS untuk membuat jamban
sehat bagi masyarakat
Sangat Kurang, apabila tidak mengetahui tentang Stop 1
BABS
2). Pengetahuan pengelola Sangat Baik, apabila menjawab Stop BABS adalah buang 5 Wawancara Petugas kesehatan
program tentang Stop BABS air besar yang hanya di jamban sehat dan tidak lagi BAB lingkungan
berdasarkan PMK RI No. 3 sembarangan (sungai, kolam, kebun, lading, parit dan
Tahun 2014 tempat terbuka lainnya)
Baik, apabila menjawab Stop BABS adalah buang air 4
besar di jamban dan tidak lagi BAB sembarangan (sungai,
kolam, kebun, lading, parit dan tempat terbuka lainnya)
Cukup apabila menjawab Stop BABS adalah buang air 3
besar di jamban
Kurang, apabila menjawab Stop BABS adalah berhenti 2
buang air besar sembarangan
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
memahami tujuan program STBM Pilar Stop BABS

3
3

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
3). Pengetahuan tentang hal Sangat Baik, apabila menjawab:
yang ingin dicapai melalu 1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat 5 Wawancara Petugas
program STBM Pilar Stop 2. Mesyarakat mengadopsi sanitasi yang baik kesehatan
BABS berdasarkan PMK RI 3. Sanitasi total lingkungan
No. 3 Tahun 2014 tetang Baik, apabila 2 jawaban benar 4
STBM Cukup, apabila hanya menjawab 1 jawaban yang 3
benar
Kurang, apabila jawaban tidak tepat namun masih 2
menyinggung inti dari jawaban
Sangat Kurang, apabila pengelola tidak tau sama 1
sekali hal apa yang ingin dicapai oleh program STBM
Pilar Stop BABS
4). Pengetahuan tentang Sangat Baik, apabila menjawab semua jawaban 5 Wawancara Petugas
strategi utama dalam dengan benar dan mampu untuk menjelaskannya, kesehatan
pelaksanaan program STBM yaitu: lingkungan
Pilar Stop BABS berdasarkan 1. Penciptaan lingkungan yang kondusif
PMK RI No. 3 Tahun 2014 2. Peningkatan kebutuhan masyarakat
tentang STBM 3. Peningkatan penyediaan sarana sanitasi
Baik, apabila menjawab semua jawaban dengan benar 4
dan menjelaskannya sebagian dengan benar
Cukup apabila menjawab 2 jawaban dengan benar dan 3
menjelaskannya
Kurang, apabila menjawab 1 jawaban dengan benar 2
dan menjelaskannya
Sangat Kurang, apabila tidak mengetahui tentang 1
strategi pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS

3
3

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
d Pelatihan Upaya untuk meningkatkan Sangat Baik, apabila telah mendapatkan pelatihan
pengetahuan dan keterampilan tentang STBM dan prakter pemicuan Stop BABS lebih 5 Wawancara Petugas
dalam pelaksanaan program dari 1 kali pelatihan kesehatan
STBM Pilar Stop BABS Baik, apabila baru 1 kali mendapatkan pelatihan 4 lingkungan
tentang STBM dan praktek pemicuan Stop BABS
Cukup, apabila t elah mendapatkan pelatihan praktek 3
pemicuan Stop BABS
Kurang, apabila hanya mendapatkan pelatihan STBM 2
tanpa praktek pemicuan Stop BABS
Sangat Kurang, apabila belum pernah sama sekali 1
mendapatkan pelatihan
e Intensitas Seberapa sering pengelola Sangat Baik, apabila seorang pengelola program sudah 5 Wawancara dan 1. Kepala
Melakukan program Stop BABS melakukan pemicuan sebanyak 36 kali atau lebih telaah dokumen Puskesmas
pemicuan Stop melakukan kegiatan pemicuan Baik, apabila seorang pengelola program sudah 4 2. Petugas
BABS Stop BABS melakukan pemicuan sebanyak 24 sampai 35 kali kesehatan
Cukup apabila seorang pengelola program sudah 3 lingkungan
melakukan pemicuan sebanyak 12 sampai 23 kali
Kurang, apabila seorang pengelola program sudah 2
melakukan pemicuan sebanyak 4 sampai 11 kali
Sangat Kurang, apabila seorang pengelola program 1
sudah melakukan pemicuan kurang dari 3 kali
2 Pembiayaan Dana atau anggaran yang Sangat Baik, apabila ada anggaran yang secara khusus 5 Wawancara dan Petugas
program STBM digunakan untuk mendukung digunakan untuk kegiatan program STBM Pilar Stop telaah dokumen kesehatan
Pilar Stop pelaksanaan program STBM BABS dan besarannya ≥ 5% dari anggaran kegiatan di lingkungan
BABS Pilar Stop BABS yang Puskesmas
bersumber dari APBN, APBD, Baik, apabila ada anggaran yang secara khusus 4
masyarakat atau sumber lain digunakan untuk kegiatan STBM Pilar Stop BABS dan
yang sah menurut peraturan besarannya ≥ 3 - 5% dari anggaran kegiatan di
(Kementrian Kesehatan RI, Puskesmas
2014)

3
4

Cukup, apabila ada anggaran yang secara khusus 3


digunakan untuk kegiatan STBM Pilar Stop BABS dan
besarannya ≥ 2 - 3% dari anggaran kegiatan di
Puskesmas
Kurang, apabila ada anggaran yang secara khusus 2
digunakan untuk kegiatan STBM Pilar Stop BABS dan
besarannya ≥ 1 - 2% dari anggaran kegiatan di
Puskesmas
Sangat Kurang, apabila ada anggaran yang secara 1
khusus digunakan untuk kegiatan STBM Pilar Stop
BABS dan besarannya ≤1 - 2% dari anggaran kegiatan
di Puskesmas
3 Alat Pembuatan Peralatan yang digunakan Sangat Baik, apabila di puskesmas terdapat lebih dari 5 Wawancara dan 1. Kepala
jamban untuk membangun jamban 1 peralatan untuk membuat jamban sehat yang bisa telaah dokumen Puskesma
sehat dipinjamkan untuk masyarakat secara gratis 2. Petugas
Baik, apabila di puskesmas terdapat 1 peralatan untuk 4 kesehatan
membuat jamban sehat yang bisa dipinjamkan untuk lingkungan
masyarakat secara gratis
Cukup apabila puskesmas melakukan upaya 3
peminjaman atau bon pinjam peralatan pembuatan
jamban sehat kepada Dinas Kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pembuatan jamban di
wilayah kerjanya
Kurang, apabila puskesmas melakukan peminjaman 2
alat ke puskesmas lain atapun ke Dinas Kesehatan
Kabupaten hanya oada saat membutuhkan saja
Sangat Kurang, apabila di puskesmas tidak terdapat 1
peralatan membuat jamban sehat dan puskesmas
tidak pernah melakukan upaya peminjaman alat
kepada puskesmas lain yang memiliki peralatan
ataupun ke
Dinas Kesehatan

4
4

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
4 Kebijakan Kebijakan tertulis yang Sangat Baik, apabila ada PERDA atau peraturan Bupati 5 Wawancara dan 1. Kepala
STBM Pilar diterbitkan oleh Bupati, Camat tentang pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS telaah dokumen Dinas
Stop BABS dan Kepala Desa yang bisa Baik, apabila ada Surat Edaran Bupati tentang 4 Kesehatan
berupa PERDA, PERBUP, pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS Kabupaten
Surat Edaran, Surat Cukup, apabila ada Peraturan Camat tentang 3 2. Kabid
Himbauan, Peraturan Camat, pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS Kesmas
dan Peraturan Desa sebagai Kurang, apabila ada Peraturan Desa tentang 2 3. Kasi PL
pedoman pelaksanaan pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS 4. Kepala
program STBM Pilar Stop Sangat Kurang, apabila tidak ada 1 Puskesmas
BABS peraturan tentang pelaksanaan program STBM Pilar 5. Petugas
Stop BABS Kesling
5 Pedoman Teknis Keberadaan buku pedoman Sangat Baik, apabila terdapat 4 atau lebih buku 5 Wawancara dan Petugas
STBM Pilar tertulis tentang pelaksanaan pedoman pelaksanaan STBM Pilar Stop BABS secara telaah dokumen Kesling
stop BABS program STBM Pilar Stop lengkap
BABS Baik, apabila ada 3 buku pedoman STBM Pilar Stop 4
BABS
Cukup apabila ada 2 buku pedoman STBM Pilar Stop 3
BABS
Kurang, apabila ada 1 buku pedoman STBM Pilar Stop 2
BABS
Sangat Kurang, apabila tidak ada buku pedoman 1
STBM Pilar Stop BABS
6 Media dan alat Sarana dan prasarana yang Sangat Baik, apabila puskesmas memiliki sarana dan 5 Wawancara dan Petugas
promosi digunakan untuk mendukung prasarana berupa alat peraga, banner, leaflet, peralatan telaah dokumen Kesling
kegiatan sosialisasi tentang audio video yang digunakan untuk kegiatan promosi
program STBM Pilar Stop program STBM Pilar Stop BABS
BABS kepada masyarakat Baik, apabila puskesmas memiliki sarana dan 4
prasarana berupa alat peraga, banner, leaflet, yang
digunakan untuk kegiatan promosi program STBM
Pilar Stop BABS

4
4

Cukup, apabila puskesmas memiliki banner dan 3


leaflet, yang digunakan untuk kegiatan promosi
program STBM Pilar Stop BABS
Kurang, apabila puskesmas memiliki leaflet, yang 2
digunakan untuk kegiatan promosi program STBM
Pilar Stop BABS
Sangat Kurang, apabila puskesmas tidak memiliki 1
sarana dan prasarana untuk promosi program STBM
Pilar Stop BABS
7 Waktu Waktu dimulainya Sangat Baik, apabila pelaksanaan program STBM 5 Wawancara dan Petugas
pelaksanaan pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS dimulai tahun 2012 telaah dokumen Kesling
program STBM Pilar Stop BABS di wilayah Baik, apabila pelaksanaan program STBM Pilar Stop 4
Pilar Stop kerja puskesmas BABS dimulai tahun 2013
BABS Cukup apabila pelaksanaan program STBM Pilar Stop 3
BABS dimulai tahun 2014
Kurang, apabila pelaksanaan program STBM Pilar 2
Stop BABS dimulai Tahun 2016
Sangat Kurang, apabila pelaksanaan program STBM 1
Pilar Stop BABS dimulai tahun 2016
Penilaian Variabel Input adalah sebagai berikut: Penilaian Evaluasi Input
Nilai Tertinggi : 12 Puskesmas 1800 Nilai tertinggi seluruh variable context 25200
Nilai Terendah : 12 Puskesmas 360 Nilai terendah seluruh variable context 5040
Selisih nilai tertinggi dan terendah 1440, karena dibuat 5 kategori maka Selisih nilai tertinggi dan terendah 20160, karena dibuat 5 kategori penilaiannya sebagai
kategori penilaiannya sebagai berikut : berikut :
Sangat Baik : Jika skor nilainya >1512-1800 Sangat Baik, jika skor nilainya >21168-25200
Baik, jika skor nilainya >1224-1512 Baik, jika skor nilainya >17136-21168
Cukup, jika skor nilainya >936-1224 Cukup, jika skor nilainya >13104-17136
Kurang, jika skor niainya >648-936 Kurang, jika skor nilainya >9072-13104
Sangat Kurang, jika skor nilainya 360-648 Sangat Kurang jika skor nilainya 5040-9072

4
4

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
Variabel Process, Bobot Penilaian 30
1 Pemicuan
a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan oleh Sangat Baik, apabila ada mekanisme perencanaan 5 Wawancara dan 1. Kepala
pengelola program untuk pemicuan yang meliputi sasaran pemicuan, waktu, telaah dokumen Puskesmas
merencakan perubahan lokasi pemicuan, dan frekuensi pemicuan yang dibuat 2. Petugas
perilaku masyarakat untuk secara jelas dan terdokumentasi dengan melibatkan kesehatan
tidak buang air besar lintas program, lintas sector dan masyarakat. lingkungan
sembarangan (Kementerian Baik, apabila ada mekanisme perencanaan pemicuan 4 3. Petugas
Kesehatan RI, 2014) yang meliputi sasaran pemicuan, waktu, lokasi Promosi
pemicuan, dan frekuensi pemicuan yang dibuat secara kesehatan
jelas dan terdokumentasi dengan melibatkan lintas 4. Kepada
program Desa
Cukup, apabila ada mekanisme perencanaan pemicuan 3 5. Kader
yang meliputi sasaran pemicuan, waktu, lokasi kesehatan/
pemicuan, dan frekuensi pemicuan yang dibuat secara Natural
jelas dan terdokumentasi Leader
Kurang, apabila ada mekanisme perencanaan 2
pemicuan yang meliputi lokasi pemicuan yang dibuat
secara jelas dan terdokumentasi
Sangat Kurang, apabila tidak ada mekanisme 1
perencanaan pemicuan
b. Pelaksanaan Proses untuk mendorong Sangat Baik, apabila dilakukan sesuai dengan 5 Wawancara dan 1. Petugas
perubahan perilaku higienis langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3 telaah dokumen kesehatan
dan sanitasi individu atau Tahun 2014 Tentang STBM dan menghasilkan: lingkungan
masyarakat atas kesadaran 1. Natural Leader 2. Petugas
sendiri dengan menyentuh 2. Peta Sosial Promosi
perasaan, pola piker, perilaku, 3. Rencana kerja masyarakat untuk kesehatan
dan kebiasaan individu atau perubahan perilaku 3. Kepada

4
4

masyarakat. Kegiatan Baik, apabila dilakukan sesuai dengan langkah- 4 Desa


dilakukan minimal 1 kali di langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3 Tahun 2014 4. Kader
setiap komunitas masyarakat Tentang STBM dan menghasilkan: kesehatan/
(PMK RI No.3 Tahun 2014) 1. Natural Leader Natural
2. Rencana kerja masyarakat untuk Leader
perubahan perilaku
Cukup apabila dilakukan sesuai dengan langkah- 3
langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3 Tahun 2014
Tentang STBM dan menghasilkan:
1. Natural Leader
Kurang, apabila dilakukan sesuai dengan langkah- 2
langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3 Tahun 2014
Tentang STBM
Sangat Kurang, apabila tidak dilakukan sesuai 1
dengan langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No.
3 Tahun 2014 Tentang STBM
c. Pemantauan dan Kegiatan pemantauan yang Sangat Baik, apabila ada mekanisme pemantauan dan Wawancara dan 1. Petugas
evaluasi dilakukan oleh Pengelola evaluasi pasca pemicuan dengan melibatkan lintas 5 telaah dokumen Kesehatan
program terhadap perubahan program, lintas sector dan masyarakat lingkungan
perilaku masyarakat untuk Sangat Kurang, apabila tidak ada mekanisme 4 2. Petugas
tidak buang air sembarangan pemantauan dan evaluasi pasca pemicuan Promosi
dengan melakukan kunjungan Baik, apabila ada mekanisme pemantauan dan evaluasi 3 Kesehatan
langsung ke rumah warga dan pasca pemicuan dengan melibatkan lintas program dan 3. Kepala
melihat lingkungan sekitar masyarakat desa
rumah warga dan melihat Cukup, apabila ada mekanisme pemantauan dan 2 4. Kader
lingkungan sekitar rumah evaluasi pasca pemicuan dengan melibatkan lintas kesehatan/
warga dan melakukan program atau masyarakat saja natural
penilaian terhadap hasil Kurang, apabila ada mekanisme pemantauan dan 1 leader
pelaksanaan pemicuan (PMK evaluasi pasca pemicuan
RI No. 3 tahun 2014 Tentang
STBM)

4
4

d. Pendampingan Kegiatan pemberian Sangat Baik, apabila pengelola program melakukan 5 Wawancara dan 1. Petugas
bimbingan setelah dilakukan bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi telaah dokumen Kesehatan
kegiatan pemicuan yang masyarakat yang sudah merencanakan perubahan lingkungan
dilakukan oleh pengelola perilaku dengan melibatkan lintas program, lintas 2. Petugas
program STOP BABS dalam sector dan masyarakat Promosi
pelaksanaan program Stop Baik, apabila pengelola program melakukan 4 Kesehatan
BABS kepada masyarakat bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi 3. Kepala desa
PMK RI No.3 Tahun 2014 masyarakat yang sudah merencanakan perubahan 4. Kader
tentang STBM perilaku dengan melibatkan lintas program dan kesehatan/
masyarakat natural
Cukup, apabila pengelola program melakukan 3 leader
bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi
masyarakat yang sudah merencanakan perubahan
perilaku dengan melibatkan lintas program saja atau
masyarakat saja
Kurang, apabila pengelola program melakukan 2
bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi
masyarakat yang sudah merencanakan perubahan
perilaku
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
melakukan bimbingan pasca pemicuan dengan
mendatangi masyarakat yang sudah merencanakan
perubahan perilaku
3 Penyusunan Suatu proses membuat hasil Sangat Baik, apabila pengelola program membuat 5 Wawancara dan 1. Kepala
Laporan pelaksanaan kegiatan secara laporan hasil pelaksanaan kegiatan program STBM telaah dokumen Seksi PL
tertulis maupun secara online Pilar Stop BABS yang berupa pelaksanaan kegiatan 2. Kepala
untuk dapat diketahui oleh program STBM Pilar Stop BABS dan capaian akses Puskesmas
para pembuat kebijakan dan penduduk terhadap jamban sehat baik secara tertulis 3. Petugas
pihak yang berkepentingan dan lisan kepada Kepala Puskesmas, Dinas Kesling
dengan program Stop BABS Kesehatan Kabupaten dan Kemenkes secara online
Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Kemenkes secara online

4
4

Baik, apabila pengelola program membuat laporan 4


hasil pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS yang berupa capaian akses penduduk terhadap
jamban sehat baik secara tertulis dan lisan kepada
Cukup, apabila pengelola program membuat laporan 3
hasil pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS yang berupa capaian akses penduduk terhadap
jamban sehat baik secara tertulis dan lisan kepada
Kemenkes secara online
Kurang, apabila pengelola program membuat laporan 2
hasil pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS yang berupa capaian akses penduduk terhadap
jamban sehat secara lisan kepada Kepala Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kabupaten
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS
Penilaian Variabel Process adalah sebagai berikut: Penilaian Evaluasi Process
Nilai Tertinggi : 12 Puskesmas 1800 Nilai tertinggi seluruh variable context 9000
Nilai Terendah : 12 Puskesmas 360 Nilai terendah seluruh variable context 1800
Selisih nilai tertinggi dan terendah 1440, karena dibuat 5 kategori maka kategori Selisih nilai tertinggi dan terendah 7200, karena dibuat 5 kategori penilaiannya
penilaiannya sebagai berikut : sebagai berikut :
Sangat Baik : Jika skor nilainya >1512-1800 Sangat Baik, jika skor nilainya >7560-9000
Baik, jika skor nilainya >1224-1512 Baik, jika skor nilainya >6120-7560
Cukup, jika skor nilainya >936-1224 Cukup, jika skor nilainya >4680-6120
Kurang, jika skor niainya >648-936 Kurang, jika skor nilainya >3240-4680
Sangat Kurang, jika skor nilainya 360-648 Sangat Kurang, jika skor nilainya 1800-3240

4
4

Cara Responden /
No Variabel Definisi Operasional Indikator Nilai Pengumpulan Informan
Data
Variabel Product, Bobot Penilaian 20
1 Desa/kelurahan Suatu komunitas masyarakat Sangat Baik, apabila ada suatu komunitas masyarakat 5 Wawancara, 1. Petugas
yang mencapai Stop yang menyatakan bahwa telah memiliki indicator Desa Stop BABS yaitu : telaah dokumen kesehatan
Buang secara kolektif telah terbebas 1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan observasi lingkungan
Sembarangan dari perilaku buang air besar sehat lapangan 2. Kepala
(Open Defecation sembarangan dibuktikan 2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar Desa
Free) dengan kegiatan verifikasi 3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain 3. Kader
SBS (PMK RI No. 3 Tahun oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di kesehatan/
2014 tentang STBM) sembarang tempat Natural
4. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat Leader
masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk
dapat mencapai sanitasi total
Baik, apabila ada suatu komunitas masyarakat telah 4
memiliki indikator Desa Stop BABS yaitu :
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban
sehat
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain
oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat
4. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat
masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat

4
4

Cukup, apabila ada suatu komunitas masyarakat telah 3


memiliki indikator Desa Stop BABS yaitu :
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban
sehat
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain
oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat
Kurang, apabila ada suatu komunitas masyarakat telah 2
memiliki indikator Desa Stop BABS yaitu :
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban
sehat
2. Tidak terlihat Tinja manusia di Lingkungan
Sekitar Sangat Kurang, apabila tidak ada suatu 1
komunitas masyarakat belum memiliki indicator Desa
STOP BABS

Penilaian Variabel Product adalah sebagai berikut: Penilaian Evaluasi Product


Nilai Tertinggi : 12 Puskesmas 1200 Nilai tertinggi seluruh variable context 1200
Nilai Terendah : 12 Puskesmas 240 Nilai terendah seluruh variable context 240
Selisih nilai tertinggi dan terendah 960, karena dibuat 5 kategori maka kategori Selisih nilai tertinggi dan terendah 960, karena dibuat 5 kategori maka kategori penilaiannya sebagai berikut :
penilaiannya sebagai berikut : Sangat Baik : Jika skor nilainya >1008-1200
Sangat Baik : Jika skor nilainya >1008-1200 Baik, jika skor nilainya >816-1008
Baik, jika skor nilainya >816-1008 Cukup, jika skor nilainya >642-816
Cukup, jika skor nilainya >642-816 Kurang, jika skor niainya >432-642
Kurang, jika skor niainya >432-642 Sangat Kurang, jika skor nilainya 240-
Sangat Kurang, jika skor nilainya 240- 432
432
Penilaian Evaluasi CIPP Penilaian Evaluasi CIPP tiap Puskesmas
Nilai Tertinggi seluruh evaluasi CIPP 39000 Nilai tertinggi seluruh evaluasi CIPP 3250
Nilai Terendah seluruh evaluasi CIPP 7800 Nilai terendah seluruh evaluasi CIPP 650
Selisih nilai tertinggi dan terendah 31200, karena dibuat 5 kategori maka kategori Selisih nilai tertinggi dan terendah 2600, karena dibuat 5 kategori penilaiannya sebagai berikut :
penilaiannya sebagai berikut : Sangat Baik, jika skor nilainya >2730-3250
Sangat Baik : Jika skor nilainya >32760-39000 Baik, jika skor nilainya >2210-2730
Baik, jika skor nilainya >26520-32760 Cukup, jika skor nilainya >1690-2210
Cukup, jika skor nilainya >20280-26520 Kurang, jika skor nilainya >1170-1690
Kurang, jika skor niainya >14040-20280 Sangat Kurang, jika skor nilainya 650-1170
Sangat Kurang, jika skor nilainya 7800-14049

4
5

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk panduan

wawancara mendalam, dan lembar checlist. Alat bantu yang digunakan antara lain

tape recorder, kertas, buku catatan, dan perlengkapan lainnya yang dianggap

perlu. Untuk telaah dokumen dan pencatatan data atau informasi sekunder

dilakukan dengan pencatatan ke dalam format isian yang sudah disiapkan

sebelumnya.

3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami kondisi

yang kompleks guna mencari faktor yang mendukung atau menghambat suatu

permasalahan dalam waktu yang singkat dan secara cepat, melalui interaksi yang

insentif antara pengumpulan data atau informasi serta kegiatan analisis.

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian untuk mendapatkan data

primer dan data sekunder, dan dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah

dokumen serta observasi lapangan dan Focus Group Discussion (FGD)

3.9 Analisis Data

Data primer maupun data sekunder yang telah dikumpulkan dianalisis dan di

interprestasikan lebih lanjut secara deskriptif selanjutnya hasilnya disajikan dalam

bentuk tabel.
5

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Geografi

Kabupaten Bangli secara administrasi terdiri dari empat kecamatan yaitu

Kecamatan Bangli, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan

Kintamani sebagai kecamatan terluas. Batas-batas Kabupaten Bangli di sebelah

Utara adalah Kabupaten Buleleng, di sebelah selatan adalah Kabupaten

Klungkung, di sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem dan di sebelah Barat

adalah Kabupaten Gianyar. Secara geografis Kabupaten Bangli terletak pada

posisi antara 115°13’48” sampai 115°27’24” Bujur Timur dan 8°8’30” sampai

8°31’87” Lintang Selatan. Posisinya berada di tengah-tengah Pulau Bali, dan

Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki

pantai/laut. Ketinggian dari permukaan laut antara 100-2.152 m. Luas wilayah

Kabupaten Bangli 520,81Km2 atau 9,25% dari luas wilayah Propinsi Bali.

Kabupaten Bangli terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Kintamani

memiliki luas terbesar yaitu sebesar 366,9Km2 atau 70,44% dari luas kabupaten,

diikuti oleh Kecamatan Bangli: 56,3Km2(10,81%), Kecamatan Susut 49,3 Km2

(9,47%), Kecamatan Tembuku 48,3% (9,28%). Secara fisik di sebelah selatan

merupakan daerah dengan dataran rendah dan daerah sebelah utara adalah daerah

pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Di Kabupaten Bangli

juga terdapat Gunung Batur dengan kepundannya dan Danau Batur yang

mempunyai luas sekitar 1.067,50 Ha. Jarak dari ibu kota kabupaten ke ibu kota

propinsi sekitar 40 km (BPS, 2016).


5

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, 2016

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bangli


5

4. 2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Bangli berdasarkan hasil sensus penduduk

Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi untuk penduduk Tahun 2016 sebesar

223.800 jiwa bersumber dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli.

Adapun keadaan penduduk di Kabupaten Bangli secara garis besar dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan
Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota
Keadaan Terakhir Tahun 2016

Kepadatan
Luas
Penduduk Sex Ratio Penduduk/
Kecamatan Wilayah
km2
(Km2)
Laki Perempuan Jumlah
1 2 4 5 6 7 8
Bangli 56,3 25.570 25.310 50.880 101,0 903,7
Tembuku 48,3 17.540 17.170 34.710 102,2 718,6
Susut 49,3 22.320 22.090 44.410 101,0 900,8
Kintamani 366,9 47.670 46.130 93.800 103,3 255,7
Tahun 2016 520,8 113.100 110.700 223.800 102,2 429,7
Akhr Th 2016
Akhir Th 2015 520,8 112.600 110.000 222.600 102,4 427
Akhir Th 2014 520,8 112.000 109.300 221.300 102,5 425
Akhir Th 2013 520,8 111.900 109.500 221.400 52,58 425
Akhir Th 2012 520,8 111.400 108.800 220.200 102,39 423
Akhir Th 2011 520,8 106.637 107.171 215.729 99,42 414

Sumber: Hasil perhitungan proyeksi BPS kabupaten Bangli, 2016

Berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi

untuk penduduk tahun 2016, dapat diperoleh gambaran piramida penduduk sesuai

dengan gambar (Gambar 4.1)


5

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, 2016

Gambar 4.2 Perbandingan Piramida Penduduk Bangli Tahun 2010 dan 2016

Berdasarkan gambar di atas, secara seksama perubahan komposisi

penduduk antara Tahun 2010 dengan tahun 2016 tidak ada perbedaan yang

berarti, tapi pada kelompok umur 0-4 tahun terlihat terdapat perbedaan dengan

kelompok umur 5-9 tahun, mungkin karena cakupan KB aktif yang meningkat

pada Tahun 2016 dibandingkan dengan cakupan Tahun 2010.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli merupakan instansi pemerintah di

Kabupaten Bangli yang memiliki tugas dan fungsi sebagai penyelenggaraan

pembangunan kesehatan dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi masyarakat Bangli. Letak Geografisnya berada di

Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli secara administrasi memiliki wilayah kerja


5

meliputi 12 Puskesmas di 4 Kecamatan, dengan jumlah penduduk 263.800 jiwa

dan jumlah KK 64.672. (Dinkes, 2016)

4.3 Cakupan Akses Jamban

Dinas Kesehatan Bangli melalui Puskesmas telah melaksanakan Program

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sejak tahun 2013 dan berfokus pada pilar

pertama yaitu peningkatan penduduk melalui stop BABS. Capaian akses jamban

sehat sebagai hasil program STBM pilar stop BABS di tingkat Provinsi Bali,

Kabupaten Bangli menempati urutan ke 2 dari 9 kabupaten dan kota yang ada di

Bali, capaian akses jamban sehat Tingkat Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel

4.2

Tabel 4.2 Capaian Akses Jamban Sehat Provinsi Bali sampai Tahun 2016
No Nama Jumlah Jumlah Jumlah KK % Akses
Kabupaten/Kota Kec Desa/ Kel Jamban Sehat
1 Kota Denpasar 4 43 146.597 99,19
2 Badung 6 62 110.982 97,71
3 Tabanan 10 133 125.252 95,25
4 Klungkung 4 59 53.737 95,19
5 Jembrana 5 51 86.473 95,12
6 Gianyar 7 70 96.438 89,15
7 Buleleng 9 148 186.825 86,97
8 Bangli 4 72 64.672 80,07
9 Karangasem 8 78 121.340 59,81
57 716 992.316 87,99
Sumber : Sekretariat STBM, 2016

Melihat uraian diatas maka dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

program STBM pilar stop BABS di Kabupaten Bangli. Metode evaluasi program

yang tersedia cukup banyak, salah satu metode evaluasi program yang dapat
5

digunakan dalam pembuatan model instrument evaluasi program adalah CIPP

(Contex, Input, Process, Product). Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi

yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah system (Mugiri,2013).

Program STBM pilar stop BABS sangat relevan di evaluasi menggunakan model

CIPP karena dengan model ini Program STBM pilar stop BABS akan dilihat

secara menyeluruh dari context, input, process dan product sehingga dapat

menjadikan pembelajaran untuk keberlanjutan program.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Context Program STBM Pilar Stop BABS

Program STBM Pilar Stop BABS memerlukan sebuah komponen context

program supaya dalam pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik. Adapun context

program STBM pilar stop BABS yang harus ada adalah adanya tujuan program

STBM pilar stop BABS, sasaran program STBM pilar stop BABS, dan landasan

yuridis program STBM pilar Stop BABS.

1) Tujuan Program STBM Pilar Stop BABS

Hasil wawancara dengan responden dan hasil observasi lapangan mengenai

tujuan program STBM pilar Stop BABS dapat dilihat pada lampiran. Tujuan

program stop BABS di 12 wilayah kerja Puskesmas yang berkategori cukup

hanya 1 puskesmas yaitu Puskesmas Kintamani III. Sedangkan untuk

puskesmas dengan kategori tujuan programnya masih kurang adalah

Puskesmas Susut I, Susut II, Puskesmas Kintamani I dan Puskesmas

Kintamani V, untuk puskesmas dengan tujuan program yang masih sangat

kurang adalah Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Tembuku I, Puskesmas


5

Tembuku II, Puskesmas Kintamani II, Puskesmas Bangli, Puskesmas

Kintamani IV, dan Puskesmas Kintamani VI. Hal ini berarti tujuan program

di 12 puskesmas yang diwujudkan dalam sebuah target 5 tahunan belum

semuanya memiliki dan yang sudah memiliki target pun tidak setiap tahun

tercapai. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli sudah memiliki target 5

tahunan, namun kenyataannya target tersebut belum sepenuhnya tercapai

karena di wilayah puskesmas target tersebut tidak menjadi terget acuan untuk

pelaksanaan program Stop BABS, puskesmas beranggapan target sulit

dicapai dari yang sudah ditetapkan.

2) Sasaran Program STBM Pilar Stop BABS

Hasil wawancara dengan responden dan hasil observasi lapangan mengenai

sasaran program STBM Pilar Stop BABS dapat dilihat pada lampiran.

Sasaran program STBM Pilar Stop BABS di 12 wilayah kerja puskesmas

yang berkategori sangat baik ada 11 puskesmas yaitu Puskesmas Kintamani

III, Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Susut I, Puskesmas Susut II

Puskesmas Kintamani I, Puskesmas Kintamani V, Puskesmas Tembuku I,

Puskesmas Tembuku II, Puskesmas Bangli, Puskesmas Kintamani IV, dan

Puskesmas Kintamani VI. Hanya ada 1 puskesmas yang tidak memiliki

sasaran program yang dijabarkan dalam rencana kerja tahunan dan bulanan

yaitu Puskesmas Kintamani II. Hal ini berarti hampir seluruh puskesmas

sudah memiliki sasaran program yang di wujudkan dalam rencana kerja

tahunan dan rencana kerja bulanan. Bagi Dinas Keseahatan Kabupaten Bangli
6

sudah memiliki sasaran program Stop BABS yang diwujudkan dalam rencana

kerja tahunan dan bulanan Kabupaten.

3) Landasan Yuridis Program STBM Pilar Stop BABS

Program kesehatan termasuk didalamnya adalah program STBM Pilar

Stop BABS harus memiliki landasan yuridis untuk acuan dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan program. Landasan yuridis yang melandasi suatu

program akan mempengaruhi dalam pelaksanaan program sehingga langkah--

langkah pelaksanaannya dapat terarah dan menghasilkan keluaran program

sesuai yang diinginkan. Landasan yuridis Program STBM Pilar Stop BABS

yang seharusnya ada adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 Tentang STBM yang sudah diperbaharui menjadi

PMK RI NO. 3 Tahun 2014 Tentang STBM. Hasil wawancara dengan

responden dan hasil observasi lapangan mengenai landasan yuridis program

STBM Pilar Stop BABS dapat dilihat pada lampiran. Kedua belas puskesmas

hanya memiliki dan mengetahui satu landasan yuridis tentang program STBM

pilar stop BABS yaitu Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 Tentang

STBM padahal peraturan tersebut sudah diubah menjadi PMK RI NO. 3

Tahun 2014 Tentang STBM, selain itu puskesmas juga tidak mengetahui

adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor 132 Tahun 2013 Tentang

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, hal ini dapat diartikan

bahwa untuk landasan yuridis tentang program STBM Pilar Stop BABS di 11

Puskesmas masih kurang, hanya satu Puskesmas yaitu Puskesmas Kintamani

III Kategori cukup.


6

Hasil evaluasi secara keseluruhan komponen context program STBM Pilar

Stop BABS yang terdiri dari tujuan program, sasaran program dan landasan

yuridis program ternyata hanya sasaran program STBM pilar stop BABS saja

yang berkategori sangat baik, sedangkan untuk variabel tujuan program

mempunyai kategori sangat kurang dan landasan yuridis mempunyai kategori

cukup, sehingga secara keseluruhan komponen context program STBM pilar

stop BABS diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dalam kategori

baik. Hasil evaluasi untuk komponen context program STBM pialr stop BABS

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 dapat dilihat

pada (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Komponen Context Program STBM Pilar Stop BABS
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016

Variabel Penilaian
Jumlah Nilai
No Puskesmas Tujuan Sasaran Landasan
Variabel
Program program Yuridis
1 Puskesmas Kintamani III 60 100 80 240
2 Puskesmas Bangli Utara 20 100 60 180
3 Puskesmas Susut I 40 100 60 200
4 Puskesmas Susut II 40 100 60 180
5 Puskesmas Tembuku I 20 100 60 180
6 Puskesmas Tembuku II 20 100 60 180
7 Puskesmas Kintamani I 40 100 60 200
8 Puskesmas Kintamani II 20 20 60 100
9 Puskesmas Bangli 20 100 60 180
10 Puskesmas Kintamani IV 20 100 60 180
11 Puskesmas Kintamani V 40 100 60 200
12 Puskesmas Kintamani VI 20 100 60 180
Jumlah Skor Nilai 360 1120 740 2200

Sangat Sangat
Kategori Penilaian Cukup Cukup
Kura Baik
6

4.4.2 Input Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS perlu didukung dengan

adanya input atau masukan program sehingga pelaksanaan program dapat berjalan

dengan baik, input atau masukan program STBM pilar stop BABS yaitu pengelola

program stop BABS antara lain (1) Kuantitas, kualitas : pendidikan, pengetahuan,

pelatihan, intensitas melakukan pemicuan stop BABS (2) Pembiayaan program

stop BABS, (3) Alat pembuatan jamban, (4) Kebijakan stop BABS, (5) Pedoman

Teknis stop BABS, (6) Media dan alat promosi stop BABS, (7) Waktu

Pelaksanaan program.

1) Pengelola Program STBM Pilar Stop BABS

Pengelola program adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam seluruh

kegiatan program, sehingga harus memenuhi baik secara kuantitas maupun

kualitas yang meliputi pendidikan, pengetahuan, pelatihan, intensitas

melakukan pemicuan stop BABS. Hasil wawancara dengan responden dan

observasi lapangan mengenai pengelola program STBM Pilar stop BABS

dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi

menunjukan pengelola program Stop BABS di 12 puskesmas sudah sangat

baik secara kuantitas maupun kualitas, hanya pada intensitas melakukan

pemicuan ada 2 puskesmas yang pengelolanya baru melakukan kegiatan

pemicuan stop BABS masih sangat kurang yaitu Puskesmas Kintamani II

dan Puskesmas Kintamani IV sebanyak 7 kali.

2) Pembiayaan Program STBM Pilar Stop BABS


6

Pembiayaan proram memegang peranan yang sangat vital bagi

penyelenggaran program kesehatan termasuk didalamnya adalah program

STBM pilar Stop BABS, dengan adanya pembiayaan yang memadai maka

pelaksanaan program dapat berjalan secara maksimal untuk mencapai tujuan

program. Hasil wawancara dengan responden dan hasil observasi lapangan

mengenai pembiayaan program Stop BABS dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan pelaksanaan

program STBM pilar Stop BABS di puskesmas sudah dialokasikan

pembiayaan yang bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK). Dari 12 puskesmas, pembiyaan dengan kategori sangat baik yaitu

mendapatkan pembiayaan >5% dari total anggaran adalah Puskesmas

Kintamani III, Puskesmas Tembuku II, dan Puskesmas Susut II, untuk

puskesmas dengan kategori baik pembiayaannya dengan anggaran >3% - 5

% dari total anggaran adalah Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas

Kintamani IV, Puskesmas Kintamani II. Puskesmas dengan kategori

pembiayaan cukup yaitu dengan anggaran yang diterima sebesar >2% - 3 %

dari total anggaran adalah Puskesmas Susut I. Puskesmas dengan kategori

kurang dalam hal pembiayaannya adalah puskesmas yang menerima dana

>1% - 2 % dari total anggaran, dan puskesmas tersebut adalah Puskesmas

Tembuku I, Puskesmas Bangli, Puskesmas Kintamani I, dan Puskesmas

Kintamani VI, sedangkan untuk puskesmas dengan pembiayaan < 1 % dari

total anggaran yang ada maka masuk kategori pembiayaan sangat kurang,

Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Kintamani V. Pada dasarnya semua


6

puskesmas sudah mendapatkan pembiayaan dengan besaran yang bervariasi,

hal yang mempengaruhi besaran pembiayaan yang diterima adalah usulan

dari pengelola program itu sendiri dan rencana usulan kegiatan yang dibuat,

karena sesungguhnya akses terhadap anggaran di puskesmas sudah di buka

selebar-lebarnya untuk kegiatan program stop BABS, sehingga secara

keseluruhan pembiayan program stop BABS sudah dalam kategori baik.

3) Alat Pembuatan Jamban

Alat untuk membuat jamban sehat adalah sarana yang mendukung program

stop BABS, dengan adanya alat untuk membuat jamban maka percepatan

tujuan program yaitu akses masyarakat terhadap jamban sehat menjadi lebih

cepat, sehingga alat membuat jamban seharusnya ada disetiap puskesmas.

Hasil dan wawancara serta observasi lapangan mengenai alat pembuatan

jamban di puskesmas Kabupaten Bangli dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi 12 puskesmas tidak ada yang

memiliki alat untuk membuat jamban sehat, hanya 3 puskesmas yang

diwilayah kerjanya terdapat alat pembuatan jamban sehat, itupun karena

meminjam kepada Dinas Kesehatan dan ada desa yang memilikinya.

Melihat kondisi tersebut dapat diartikan bahwa alat pembuatan jamban di

wilayah puskesmas di Kabupaten Bangli masih kurang.

4) Kebijakan Program STBM Pilar Stop BABS

Hasil wawancara dengan responden dan observasi lapangan mengenai

kebijakan program STBM pilar Stop BABS dapat dilihat lampiran. Landasan

yuridis program STBM pilar stop BABS yang berupa peraturan daerah,
6

peraturan bupati, surat edaran bupati, peraturan kecamatan dan peraturan desa

masih belum dimiliki oleh 11 Puskesmas. Hanya 1 puskesmas yaitu

Puskesmas Tembuku I yang di wilayah kerjanya sudah ada 1 desa yang

memiliki peraturan desa tentang stop BABS. Hal ini menunjukan bahwa

landasan yuridis tentang program stop BABS masih sangat kurang,

sedangkan pihak Dinas Kesehatan sendiri dalam tahap merencakan untuk

membuat peraturan daerah tentang stop BABS.

5) Pedoman Teknis Program STBM Pilar Stop BABS

Pedoman teknis suatu program digunakan untuk panduan dalam pelaksanaan

kegiatan program. Keberadaan pedoman teknis mutlak diperlukan untuk

memandu pelaksana program dalam menjalankan program. Dalam program

Stop BABS pelaksanaan kegiatannya tidak terlepas dari pedoman teknis

sehingga arah kegiatannya benar-benar sesuai yang diharapkan untuk

menghasilkan keluaran program yang di inginkan. Hasil wawancara dengan

responden dan observasi lapangan mengenai pedoman teknis program dapat

dilihat pada lampiran. Pedoman teknis yang dimiliki oleh 12 puskesmas

hanya ada 2 buah pedoman teknis, yaitu buku strategi nasional STBM dan

buku saku stop BABS di 12 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten

Bangli memiliki kategori cukup.

6) Media dan Alat Promosi Program STBM Pilar Stop BABS

Media dan alat promosi program sangat diperlukan untuk mendukung upaya

sosialisasi program sehingga pelaksanaan program menjadi lebih mudah dan

dapat berjalan dengan baik. Keberadaan media dan alat promosi program
6

Stop BABS mutlak diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program di

masyarakat, sehingga memudahkan dan melancarkan kegiatan program yang

pada akhirnya adalah tercapainya tujuan program STBM Pilar Stop BABS.

Hasil wawancara dengan responden dan observasi lapangan mengenai media

dan alat promosi program STBM Pilar Stop BABS dapat dilihat pada

lampiran. Pada 12 Puskesmas diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangli sudah memiliki alat dan media promosi program dengan kategori

sangat baik, selain itu pengelola program juga sudah melaksanakan promosi

program dengan menggunakan alat dan media yang tersedia. Hal ini dapat

diartikan bahwa keberadaan alat dan media promosi sudah sangat baik untuk

mendukung pelaksanaan program diwilayah puskesmas di Kabupaten Bangli.

7) Waktu Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS

Waktu pelaksanaan program sangat mempengaruhi hasil dari suatu program,

seharusnya semakin lama waktu pelaksanaan program semakin berhasil pula

program yang dilaksanakan, tetapi semua kembali lagi pada semua kondisi

yang ada di lokasi program dilaksanakan. Pemilihan waktu yang tepat

seringkali berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan

program. Pelaksanaan program stop BABS juga dipengaruhi oleh waktu

memulai program, walaupun bukan faktor utama tetapi waktu pelaksanaan

mamberikan kontribusi penting dalam pencapaian tujuan program. Hasil

wawancara dengan responden dan observasi lapangan tentang waktu

pelaksanaan program Stop BABS di puskesmas wilayah kerja Kabupaten

Bangli dapat dilihat pada lampiran. Pada Tahun 2013 keseluruhan Puskesmas
6

baru mulai menjalankan program Stop BABS. Secara keseluruhan

pelaksanaan STBM pilar stop BABS di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli masih cukup dari segi waktu mulai melaksanakan program.

Hasil evaluasi secara keseluruhan komponen input program stop BABS yang

terdiri dari pengelola program STBM pilar stop BABS antara lain kuantitas,

kualitas : pendidikan, pengetahuan, pelatihan, intensitas melakukan pemicuan

STBM pilar Stop BABS (2) Pembiayaan program STBM pilar stop BABS, (3)

Alat pembuatan jamban, (4) Kebijakan stop BABS, (5) Pedoman Teknis stop

BABS, (6) Media dan alat promosi stop BABS, (7) Waktu Pelaksanaan program.

Variabel kebijakan program dan alat pembuatan jamban dalam kategori sangat

kurang, untuk pembiayaan program dan keberadaan kebijakan teknis serta waktu

pelaksanaan program dalam kategori cukup. Variabel lainnya berdasarkan hasil

penelitian sudah dalam kategori baik. Secara keseluruhan evaluasi komponen

input dapat dikategorikan dalam kategori baik. Hasil evaluasi untuk komponen

input program Stop BABS dapat dilihat pada tabel 4.4.


Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Komponen input Program STBM pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan diwilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016
Variabel Penilaian
Pengetahuan
Pengetahu Pengetahu -
Media Jumlah
No Puskesmas
Kuantitas Kualitas Pengetahuan hal Pelatihan Intensitas Alat Kebijaka Pedoman dan Waktu Nilai
an an Pembiayaan
Pengelola pendid Tujuan yang ingin pengelola melakukan pembuat n teknis alat pelaksan Variabel
Stop strategi program
Program ikan program dicapai program pemicuann jamban program program promo aan
BABS program si program
program

Puskesmas
1 Kintamani III 120 150 120 150 150 150 120 90 150 90 30 90 150 90 1650
Puskesmas 30
Bangli Utara 120 150 150 150 150 90 120 30 90 150 1560
2 120 120 90
Puskesmas 30
3 Susut I 120 120 120 150 120 60 150 150 90 30 90 150 1470
90
Puskesmas 30
4 Susut II 120 120 120 150 90 60 150 150 150 60 90 150 1530
90
Puskesmas
5 Tembuku I 120 120 120 150 120 60 150 150 60 30 60 90 150 1470
90
Puskesmas
6 Tembuku II 120 120 120 150 150 150 150 120 150 30 30 90 150 1620
90
Puskesm
7 as 120 120 120 150 150 150 150 150 60 60 30 90 150 1590
90
Puskesm
8 as 120 120 120 150 150 150 150 60 120 30 30 90 150 1530
90
Puskesmas
9 Bangli 120 120 120 150 150 150 150 120 60 30 30 90 150 1530
90
Puskesmas
10 Kintamani IV 120 120 120 150 90 60 150 60 120 30 30 90 150 1380
90
Puskesmas
11 Kintamani V 120 120 120 150 150 60 120 60 30 30 30 90 150 1320
90
Puskesmas
12 Kintamani VI 120 120 120 150 150 60 150 150 60 60 30 90 150 1500
90
Jumlah Skor Nilai 1440 1470 1440 1800 1620 1260 1740 1350 1170 510 390 1080 1800 1080 18150

Sangat Sangat Sangat


Kategori Penilaian Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Sangat Sangat Cuk
Kurang Cukup Baik Baik
Baik Kurang up
B

68
6

4.4.3 Process Program STBM Pilar Stop BABS

Process adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan

program STBM Pilar stop BABS, suatu kegiatan program akan dapat berjalan

dengan baik apabila ada sebuah process yang baik pula. Process program Stop

BABS adalah proses pemicuan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi, pendampingan dan penyusunan laporan program.

1) Pemicuan

Pemicuan adalah kegiatan utama dalam program Stop BABS, kegiatan ini

melibatkan banyak pihak karena akan memicu masyarakat untuk berubah

perilakunya dari buang air besar sembarangan menjadi tidak BABS. Pada

kegiatan pemicuan harus dimulai dengan adanya perencanaan, pelaksanaan

yang baik selajutnya dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pemicuan. Hasil

wawancara dengan responden dan observasi lapangan tentang kegiatan

pemicuan pada program Stop BABS dapat dilihat pada lampiran. Proses

pelaksanaan pemicuan dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan

pemantauan dan evaluasi pasca pemicuan stop BABS. Terdapat 5 puskesmas

dengan pelaksanaan pemicuan sangat baik yaitu Puskesmas Kintamani III,

Puskesmas Susut II, Puskesmas Tembuku I, Puskesmas Kintamani I, dan

Puskesmas Bangli. Untuk puskesmas dengan katogori pelaksanaan pemicuan

baik ada 3 puskesmas yaitu Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Susut I dan

Puskesmas Kintamani V. Puskesmas dengan kategori pelaksanaan pemicuan

cukup adalah Puskesmas Tembuku II dan Puskesmas Kintamani VI,

sedangkan untuk puskesmas dengan kategori pelaksanaan pemicuan kurang

adalah Puskesmas Kintamani II dan Puskesmas Kintamani IV. Dengan


7

melihat pelaksanaan pemicuan maka kita dapat mengetahui proses dalam

kegiatan program STBM pilar Stop BABS. Secara keseluruhan berdasarkan

data diatas maka pelaksanaan pemicuan diwilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli dalam kategori baik.

2) Pendampingan

Kegiatan pendampingan program adalah suatu upaya untuk mengawal

terhadap sasaran program setelah dilakukan pelaksanaan kegiatan program.

Dalam program STBM pilar Stop BABS kegiatan pendampingan sangat

diperlukan untuk mengawal perubahan perilaku masyarakat setalah dilakukan

kegiatan pemicuan, sehingga proses perubahan perilaku berjalan cepat dan

sesuai dengan target program. Hasil wawancara dengan responden dan

observasi lapangan mengenai kegiatan pendampingan pasca pemicuan dapat

dilihat pada lampiran. Pendampingan pasca pemicuan stop BABS yang

dilakukan oleh pengelola program puskesmas pada 12 puskesmas hanya ada

3 puskesmas yang melakukan pendampingan kepada masyarakat dengan

kategori sangat baik yaitu Puskesmas Kintamani III, Puskesmas Susut II dan

Puskesmas Bangli, sedangakan untuk kategori baik dalam pendampingan

pasca pemicuan adalah Puskesmas Tembuku I. Untuk 8 Puskesmas

berikutnya tidak pernah melakukan pendampingan pasca pemciuan sehingga

dikategorikan kurang dan sangat kurang, Puskesmas tersebut adalah

Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Susut I, Puskesmas Tembuku II,

Puskesmas Kintamani I, Puskesmas Kintamani II, Puskesmas Kintamani IV,

Puskesmas Kintamani V, Puskesmas Kintamani VI. Melihat hal ini dapat

diartikan bahwa mekanisme pendampingan pasca pemicuan belum


7

dilaksanakan oleh sebagian besar puskesmas yang ada diwilayah Kabupaten

Bangli.

3) Penyusunan Laporan Program STBM Pilar Stop BABS

Suatu kegiatan harus ada mekanisme pelaporan setelah kegiatan

dilaksanakan, hai ini untuk mengetahui secara tertulis dan menjadi bukti

nyata hasil pelaksanaan program dan sebagai bahan evaluasi untuk

pelaksanaan program selanjutnya. Hasil dalam pelaksanaan program

Stop BABS berupa cakupan akses jamban sehat harus dilaporkan kepada

Kementrian Kesehatan melalui laporan on line, Dinas Kesehatan Kabupaten

dan Kepala Puskesmas. Hasil wawancara dengan responden dan observasi

lapangan mengenai penyusunan laporan program STBM pilar stop BABS

dapat dilihat pada lampiran. Pelaporan hasil pencapaian program STBM pilar

Stop BABS, dari 12 puskesmas semuanya sudah melakukan mekanisme

pelaporan baik tertulis maupun laporan secara on line yang bisa dilakukan

setiap saat. Hal ini menunjukan bahwa penyusunan pelaporan program STBM

pilar Stop BABS di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli sudah

sangat baik.

Evaluasi secara keseluruhan untuk komponen process program STBM

pilar Stop BABS yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi, pendampingan dan penyusunan laporan program, dari 12 puskesmas

pada proses pendampingan pasca pemicuan masih dalam kategori kurang

artinya pelaksanaan pendampingan pasca pemicuan belum dilaksanakan,

sedangkan pada variabel penilaian pemantauan dan evaluasi pasca kegiatan

pemicuan dalam kategori cukup,untuk variabel penilaian perencanaan dan


7

pelaporan semuanya dalam kategori sangat baik artinya seluruh puskesmas sudah

melaksanakan kegiatan perencanaan dan pelaporan kegiatan. Pada kegiatan utama

yaitu pelaksanaan pemicuan setelah dilakukan penelitian maka dapat

dikategorikan pelaksanaan pemicuan sudah dalam kategori baik, sehingga secara

keseluruhan komponen process program STBM pilar stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dapat dikategorikan dalam kategori baik.

Secara keseluruhan hasil evaluasinya dapat dilihat pada (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Komponen process Program STBM pilar Stop Buang
Air Besar Sembarangan diwilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangli Tahun 2016

Variabel Penilaian
Pemantaua Pendampi Penyusunan Jumlah
No Puskesmas Perencana Pelaksanaa n dan ngan Laporan Nilai
an n evaluasi Variabel
Pemicuan pemicuan Pemicuan
1 Puskesmas Kintamani 150 150 150 150 150 750
2 Puskesmas Bangli 120 120 30 30 150 480
3 Puskesmas Susut I 120 120 120 60 150 600
4 Puskesmas Susut II 150 150 120 150 150 720
5 Puskesmas Tembuku 150 150 150 120 150 720
6 Puskesmas Tembuku 150 60 60 30 150 450
7 Puskesmas Kintamani 150 90 150 30 150 570
8 Puskesmas Kintamani 60 30 30 30 150 300
9 Puskesmas Bangli 150 150 120 150 150 720
10 Puskesmas Kintamani 150 60 30 30 150 330
11 Puskesmas Kintamani 150 120 90 30 150 540
12 Puskesmas Kintamani 150 60 30 30 150 420
Jumlah Skor Nilai 1650 1260 1080 840 1800 6600
Sangat Sangat
Kategori Penilaian Baik Cukup Kurang Bai
B B

4.4.4 Product Program STBM pilar Stop BABS

Hasil akhir suatu kegiatan program atau product sebuah program adalah

sesuatu yang menjadi tujuan yang diharapkan dari dilaksanakannya sebuah

program. Product yang diharapkan dari program stop BABS adalah adanya

Desa/kelurahan yang mencapai Open Defecation Free. Hasil wawancara dengan


7

responden dan observasi lapangan mengenai product program STBM pilar Stop

BABS dapat dilihat pada lampiran. Product dari program STBM pilar Stop BABS

di 12 puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Pada 12

puskesmas hanya ada 1 puskesmas yang mempunyai desa stop BABS dengan

kategori sangat baik yaitu Puskesmas Kintamani III karena diwilayahnya ada desa

yang sudah memenuhi indikator desa ODF.

Evaluasi secara keseluruhan komponen product program STBM pilar Stop

BABS yaitu desa yang berstatus ODF di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli dalam kategori kurang, artinya hasil akhir dari pelaksanaan

program STBM pilar stop BABS masih sangat rendah, dari 12 puskesmas hanya

ada 1 puskesmas yang sudah memiliki desa dengan status Stop BABS yang telah

memiliki seluruh indikator desa Open Defecation Free (ODF) yaitu Puskesmas

Kintamani III. Hasil keseluruhan penilaian komponen product program STBM

pilar Stop BABS di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Komponen product Program STBM pilar Stop
BABS diwilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun
2016
Variabel Penilaian
Jumlah Nilai
No Puskesmas Desa Stop Buang Air Besar Variabel
Sembarangan (SBS)
1 Puskesmas Kintamani III 100 100
2 Puskesmas Bangli Utara 40 40
3 Puskesmas Susut I 40 40
4 Puskesmas Susut II 80 80
5 Puskesmas Tembuku I 60 60
6 Puskesmas Tembuku II 60 60
7 Puskesmas Kintamani I 20 20
8 Puskesmas Kintamani II 20 20
9 Puskesmas Bangli 20 20
10 Puskesmas Kintamani IV 20 20
11 Puskesmas Kintamani V 20 20
12 Puskesmas Kintamani VI 20 20
Jumlah Skor Nilai 500 500
Kategori Penilaian Kurang Kurang
7

4.4.5 Evaluasi Context, Input, Process, & Product (CIPP) Program STBM
pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Hasil evaluasi secara keseluruhan terhadap komponen program STBM pilar

Stop BABS berdasarkan pendekatan Context, Input, Process,& Product (CIPP) di

12 Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dapat dilihat

pada tabel 4.7.


Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Context, Input, Process, & Product (CIPP) Program STBM pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan
diwilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016
Komponen dan Puskemas Jumlah Kategori
No Variabel Penilaian 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai Penilaian
1 2
Context
1 Tujuan Program 60 20 40 40 20 20 40 20 20 20 40 20 360 Sangat Kurang

2 Sasaran progann 100 100 100 100 100 100 100 20 100 100 100 100 1120 Sangat Baik
3 Landasan Yuridis 80 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 740 Cukup
Total Nilai Context 240 180 200 200 180 180 200 100 180 180 200 180 2220 Cukup
Input
Kuantitas Pengelola
Program 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 Balk
1.a. 1440

1.b. Kualitas pendidikan 150 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 Baik
1470
Pengetahuan Tujuan 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 Baik
1.c. Program 120 1440

150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 Sangat Baik
Pengetahuan Stop BABS 1800
1.d
Pengetahuan
ingin hal
dicapai programyang 150 120 90 120 150 150 150 150 90 150 150 Sangat Baik
1.e 150 1620
Pengetahuan strategi
Program 150 150 60 60 60 150 150 150 150 60 60 60 Baik
1.f 1260
Pelatihan pengelola 150 150 150 150 150 150 120 150 Sangat Baik
1.g Program 120 150 150 150 1770
Intensitas melakukan 90 150 150 150 120 150 60 120 60 60 150 Baik
1.h Pemicuan 90 1350
2 Pembiayaan program 150 120 90 150 60 150 60 120 60 120 30 60 1170 Cukup

3 Alat pembuat jamban 90 30 30 60 30 30 60 30 30 30 30 60 510 Sangat Kurang

4 Kebijalcan program 30 30 30 30 60 30 30 30 30 30 30 30 390 Sangat Kurang

5 Pedoman teknis program 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 1080 Cukup

6 Media dan alat promosi 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 1800 Sangat Baik

7
Waktu pelaksanaan Cukup
7 Program 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 1080
18150 Baik
Total Nilai Input 1650 1560 1470 1530 1470 1620 1590 1530 1530 1380 1320 1500

Process
1.a. Perencanaan Pemicuan 150 120 120 150 150 150 150 60 150 150 150 150 1650 Sangat Baik

150 120 120 150 150 60 90 30 150 60 120 60 1260 Baik


1.b. Pelaksanaan pemicuan

1.c. Pemantauan dan Evaluasi 150 30 120 120 150 60 150 30 120 30 90 30 1080 Cukup

2 Pendampingan 150 30 60 150 120 30 30 30 150 30 30 30 840 Kurang


3 Penyusunan Laporan 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 1800 Sangat Baik
Total Nilai Process 750 450 570 720 720 450 570 300 720 420 540 420 6630 Baik
Product
1 Desa stop buang air
besar sembarangan 100 40 40 80 60 60 20 20 20 20 20 20 500 Kurang
(SBS)
Total Nilai Product 100 40 40 80 60 60 20 20 20 20 20 20 500 Kurang
Total Nilai CIPP 2740 2230 2280 2530 2450 2310 2380 1950 2450 2000 2080 2120 27520 Baik
Sangat
Kategori Penilaian Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Cukup Cukup

Keterangan :
1. Puskesmas Kintamani III 4. Puskesmas Susut II 7. Puskesmas Kintamani I 10. Puskesmas Kintamani IV
2. Puskesmas Bangli Utara 5. Puskesmas Tembuku I 8. Puskesmas Kintamani II 11. Puskesmas Kintamani V
3. Puskesmas Susut I 6. Puskesmas Tembuku II 9. Puskesmas Bangli 12. Puskesmas Kintamani VI

7
7

Tabel 4.7 menunjukan hasil secara keseluruhan evalausi program STBM

Pilar stop BABS dengan pendekatan Context, Input, Process,& Product (CIPP).

Setelah dilakukan evaluasi dengan CIPP maka dapat dilihat pada evaluasi context

tujuan program masih mempunyai kategori yang sangat kurang, itu artinya dalam

pelaksanaan program STBM pilar stop BABS diwilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangli masih belum memiliki target capaian yang jelas yang

dijabarkan dalam terget 5 tahunan. Selain target 5 tahunan diwilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangli belum memiliki landasan yuridis berupa peraturan

daerah dan peraturan bupati tentang pelaksanaan program STBM pilar stop

BABS, sehingga kondisi ini menjadikan peraturan dibawahnya juga belum banyak

dibuat..

Pada evaluasi input alat pembuat jamban dan kebijakan program masuk

dalam kategori sangat kurang, itu artinya hampir diseluruh puskesmas diwilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tidak memiliki sarana atau alat

pembuatan jamban sehat sebagai upaya untuk mendongkrak capaian akses jamban

sehat dimasyarakat. Selaian alat pembuatan jamban kebijakan program STBM

pilar stop BABS juga hampir diseluruh puskesmas belum lengkap, karena mereka

hanya memiliki kebijakan lama tentang program yaitu Kepmenkes No 852 Tahun

2008 tentang STBM, padahal seharusnya mereka sudah memiliki yang terbaru

yaitu Permenkes No.3 Tahun 2014 tentang STBM.

Pada evaluasi process pendampingan masih dalam kategori kurang, hal

ini terjadi karena hampir diseluruh puskesmas belum melaksanakan

pendampingan setelah dilakukan kegiatan pemicuan stop BABS. Itu artinya


7
setelah dilakukan kegiatan pemicuan pengelola program tidak mendatangi lagi

sasaran program untuk dilakukan pendampingan perubahan perilaku higienis.

Pada evaluasi product capaian desa yang stop BABS masih dalam kategori

kurang, itu artinya hampir diseluruh puskesmas belum memiliki desa ODF dengan

5 kategori. Hanya satu puskesmas yang sudah memiliki desa ODF yang

memenuhi 5 indikator desa ODF.

Puskesmas yang memiliki wilayah desa berstatus ODF berdasarkan penelitian

mempunyai kategori sangat baik, sedangkan puskesmas yang diwilayah kerjanya

tidak memiliki desa ODF kategori penilaiannya adalah baik dan cukup. Hal ini

berarti berdasarkan evaluasi CIPP, semakin baik kategori penilaiannya maka

semakin baik pula capaian pelaksanaan programnya yaitu adanya desa ODF, hal

ini menunjukan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap pencapaian program

STBM pilar stop BABS yang ada dimasyarakat yang dapat menjadi bahan

penelitian selanjutnya. Hasil capaian desa ODF dan kategori penilaian setiap

puskesmas dapat dilihat pada (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Kategori Penilaian Puskesmas dan Capaian Desa ODF Di wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016
Puskesmas Memiliki Kategori CIPP (Context, Input, Process, & Product )
Desa Kategori
Tahun Penilaian
Open
Context Input Process Product CIPP
Defication Free (ODF)
Puskesmas Kintamani
2013 III Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Puskesmas Belum
Kategori CIPP (Context, Input, Process, & Product ) Kategori
Memiliki Desa Open
Tahun Defication Free (ODF) Penilaian
Context Input Process Product CIPP

2013 Puskesmas Bangli Cukup Baik Cukup Kurang Baik


2013 Puskesmas Susut I Baik Baik Baik Kurang Baik

2013 Puskesmas Susut II Baik Baik Sangat Baik Baik Baik


2013 Puskesmas Tembuku I Cukup Baik Sangat Baik Cukup Baik
2013 Puskesmas Tembuku II Cukup Baik Cukup Cukup Baik
2013 Puskesmas Kintamani I Baik Baik Baik Sangat Baik
2013 Puskesmas Kintamani Kuran Baik Kurang Sangat Cukup
7
2013 Puskesmas Bangli Cukup Baik Baik Sangat Baik
2013 Puskesmas Kintamani Cukup Baik Cukup Sangat Cukup
2013 Puskesmas Kintamani Baik Baik Baik Sangat Cukup
2013 Puskesmas Kintamani Cukup Baik Cukup Sangat Cukup

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa puskesmas yang memiliki desa ODF

keseluruhan berdasarkan kategori CIPP dalam kategori sangat baik berjumlah 1

Puskesmas, sedangkan puskesmas yang tidak memiliki desa ODF ada 4 yang

berkategori cukup dan 7 dalam kategori baik, sehingga dapat dikatakan bahwa

dengan kategori penilaian sangat baik maka akan berdampak pada capaian desa

ODF, meskipun capaiannya baik pada 7 Puskesmas belum menjamin terwujudnya

desa ODF di wilayah kerjanya

Berdasarkan hasil evaluasi CIPP, dapat dilihat variabel dengan kategori yang

cukup, kurang dan sangat kurang pada setiap komponen context, input, process,

dan product, variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Variabel Penilaian yang Masih dalam Kategori Cukup, Kurang
Dan Sangat Kurang Program STBM pilar Stop BABS diwilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016

Evaluasi Cukup Kurang Sangat Kurang


1 Context - - Tujuan Program
Landasan Yuridis Program - -
2 Input 1) Pembiayaan
2) Pedoman Teknis Program - 1) Alat Membua Jamban sehat
2)Waktu Pelaksanaan Program 2) Kebijakan Program

Komponen
No Kategori Penilaian
Sangat
Evaluasi Cukup Kurang
Kurang
3 Process Pemantauan dan Pendampingan -
evaluasi Pemicuan
4 Product - Desa stop buang air besar -
sembarangan

Tabel 4.9 menunjukan variabel yang masih harus ditingkatkan dan

diperbaiki supaya pelaksanaan program dapat berjalan dengan baik sehingga akan

memperoleh hasil yang diharapkan yaitu Kabupaten Bangli seluruh desanya ODF.
7
4.4.6 Perencanaan Strategi dengan Analisis SWOT

Data hasil penelitian disampaikan kepada pemegang program Dinas

Kesehatan, petugas kesehatan yang berwenang dalam hal ini petugas sanitarian

Puskesmas, dan perwakilan kader serta Kepala Desa untuk kemudian dianalisis

bersama dengan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis didasarkan pada

logika yang memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan

Ancaman (Threats) melalui Focus Grup Discussion (FGD).

Melakukan identifikasi Faktor eksternal dan internal yang berpengaruh

terhadap Program STBM Pilar Stop BABS, dengan cara menentukan bobot dan

rating setiap variabel. Nilai Bobot merupakan nilai hasil dari pertimbangan tingkat

urgensi atau kepentingan setiap variabel. Sedangkan nilai rating didapat dengan

mempertimbangkan pengaruh setiap variabel terhadap Program STBM pilar Stop

BABS. Setelah itu, nilai skor dan nilai bobot setiap variabel dikalikan sehingga

didapat total skor pembobotan evaluasi faktor eksternal 2,64 (Tabel 4.10) dan 2,58

untuk faktor internal (Tabel 4.11).


7
Tabel 4.10 Matriks Eksternal Faktor Evaluasi (EFE)

Bobot
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating x
Rating

Peluang :
- Dukungan dari Desa 0,10 2 0,20
- Adanya anggaran dari Desa
dalam Pembuatan Jamban
untuk warga miskin 0,14 2 0,28
- Adanya Parerem Desa 0,18 3 0,54
- Lokasi wilayah Puskesmas
yang cukup luas namun secara
0,02 1 0,02
keseluruhan mudah dijangkau
petugas
- Adanya arahan dari Dinkes
kepada pemegang program
0,06 2 0,12
Sanitarian mengenai Program
Stop BABS
TOTAL 1,16

Ancaman :
- Dalam satu desa terdapat
banyak Dusun 0,10 3 0,30
- Masyarakat masih tergantung
dengan bantuan pemerintah 0,14 3 0,42
- Budaya/Kepercayaan
masyarakat tidak boleh
membangun jamban di
pekarangan rumah 0,18 3 0,54
- Belum adanya kebijakan
daerah yang mendukung
Program Stop BABS 0,06 3 0,18
- Kurang adanya Koordinasi
Lintas Sektor 0,02 2 0,04

TOTAL 1,48
TOTAL SKOR EFE 1,00 2,64
8

Tabel 4.11 Matrik Internal Faktor Evaluasi

Bobot
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating x
Rating

Kekuatan :
- Tersedianya tenaga Sanitarian
dalam menjalankan program 0,18 3 0,54
Stop BABS
- Telah dilakukan
tersedia Buku sakuPelatihan dan 2 0,20
0,10
- Kegiatan Promosi Kesehatan
sudah seringkali dilakukan dan 2 0,12
tersedia dana transportasi untuk 0,06
melakukan kegiatan
- Tersedianya Universal Access
atau cakupan akses sebesar 100 0,14 3 0,42
% untuk air minum dan sanitasi
- Terdapat pencatatan dan
laporan bulanan mengenai 0,02 3 0,06
program Stop BABS
TOTAL 1,34

Kelemahan :
- Kelengkapan sarana pembuatan 3 0,42
jamban belum tersedia 0,14
- Belum ada pengorganisasian
khusus dan kurangnya 0,18 2 0,36
partisipasi lintas sektoral
- Kurang dilakukan pemantauan 2 0,04
dan evaluasi pemicuan 0,02

- belum adanya pendampingan


intensif pasca desa menjadi 0,06 2 0,12
ODF

- Masih rendahnya cakupan


pencapaian Desa ODF 0,10 3 0,30

TOTAL 1,24
TOTAL SKOR EFE 1,00 2,58
81
Berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan penghitungan selisih total
kekuatan dikurangi dengan total kelemahan (x = S-W) yaitu :

x = 1,34 – 1,24

= 0,10

Selisih total Peluang dikurangi total Ancaman (y = O-T) yaitu :

y = 1,14 – 1,48

= - 0,32

Setelah mendapatkan angka tersebut dicari posisi yang dijelaskan oleh titik (x,y)

pada kuadran SWOT yang dapat dilihat pada gambar 4.2.

Peluang (Opportunity)

STABILITAS (Strategi WO) III I GROWTH (Strategi SO)

(0.10)

Kelemahan (Weakness) Kekuatan (Strenght)

(-0.32)

DEFENCE (Strategi WT) IV II DIVERSIFIKASI (Strategi ST

Ancaman (Threat)
Sumber : Focus Grup Discussion, 2017

Gambar 4.3 Diagram Cartesius SWOT

Diagram SWOT dibuat untuk dapat mengetahui strategi yang cocok

dipergunakan dalam pengelolaan Program Stop BABS yaitu berada di kuadran II

(Diversifikasi). Posisi berada di kuadran II membuktikan bahwa sebuah instansi

yang kuat tetapi menghadapi ancaman yang besar. Saran taktik yang diberikan
82
ialah Strategi Diversifikasi (Strategi ST) yaitu menggunakan kekuatan untuk

menghadapi ancaman, sehingga diperkirakan roda instansi akan menglami

kesulitan untuk terus berputar jika memakai strategi sebelumnya, diharapkan ada

variasi dan inovasi kegiatan guna mendukung tercapainya tujuan daripada

program dan memanfaatkan ancaman yang ada menjadi sebuah peluang. Manfaat

menerapkan strategi Diversifikasi untuk meminimalisir resiko yang terjadi dalam

menjalankan program STBM pilar stop BABS dan membantu upaya kolaborasi

lintas sektor, dalam hal ini dituangkan ke dalam Matriks pada tabel 4.12.
83

Tabel 4.12 Matrik SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


- Tersedianya tenaga Sanitarian dalam - Kelengkapan Sarana pembuatan Jamban
menjalankan program Stop BABS belum tersedia
- Telah dilakukan Pelatihan dan tersedia Buku - Belum ada pengorganisasian khusus dan
Saku kurangnya partisipasi lintas sektoral
- Kegiatan promosi kesehatan sudah seringkali
dilakukan dan tersedia dana transportasi - Kurang dilakukan pemantauan dan
evaluasi pemicuan
untuk melakukan kegiatan
- Tersedianya Universal access atau Cakupan
Akses sebesar 100 % untuk air minum dan - Belum adanya pendampingan intensif
pasca desa menjadi Desa ODF
sanitasi
- Terdapat pencatatan dan pelaporan bulanan - Masih rendahnya cakupan pencapaian
program Stop BABS Desa ODF

PELUANG (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


- Dukungan dari Desa - Mendorong kerjasama yang baik antara - Membuat sarana pembuatan Jamban agar
- Adanya anggaran dari Desa petugas kesehatan dan kader desa sebagai tersedia di masing-masing puskesmas
dalam pembuatan Jamban untuk natural leader untuk melaksanakan program bahkan Desa yang belum ODF
warga miskin stop BABS di masyarakat - Membentuk Tim kerja di Desa dan
- Adanya Parerem Desa - Melakukan sosialisasi yang terus menerus memperbaiki kordinasi lintas sektoral dan
- Lokasi wilayah Puskesmas yang dengan sarana prasarana yang memadai dan lintas program
cukup luas namun secara anggaran yang memungkinkan untuk - Melakukaan Pengawasan dan evaluasi
keseluruhan mudah dijangkau pelaksanaannya yang didukung dengan adanya parerem
petugas - Melaksanakan kebijakan yang telah dibuat Desa agar diikuti, dipatuhi dan
- Adanya arahan dari Dinkes baik oleh desa maupun Dinas Kesehatan dilaksanakan dengan baik
kepada pemegang program dalam mendukung pengawasan program stop - Melakukan pendampingan lebih intensif
Kesling mengenai Program Stop BABS Melibatkan peran serta TOMA atau
BABS - Cakupan akses air besih memudahkan organisasi masyarakat untuk mendukung
melaksanakan program stop BABS di program Stop BABS
masyarakat - Terus memberikan pembekalan dan
- Mendorong kader untuk mendatangi pelatihan menyeluruh kepada pemegang
masyarakat yang belum memiliki askes program kabupaten, Pengelola Program
jamban sehat Puskesmas dan Kader serta Perangkat
- Memecahkan masalah program Stop BABS Desa
serta membuat perencanaan strategis lebih
lanjut

ANCAMAN (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


- Melakukan pembagian tugas yang baik
- Dalam satu desa terdapat banyak dalam melaksanakan konsep pemicuan di
dusun masyarakat mulai dari tingkat kabupaten - Penguatan komitment pimpinan dari
hingga dusun tingkat kabupaten hingga dusun
- Menjalin kerjasama yang antara petugas dan - Penyediaan sarana-prasarana yang
- Masyarakat masih tergantung masyarakat akan pemahaman tentang memadai guna mendukung program stop
dengan bantuan pemerintah program stop BABS BABS
- Meningkatkan upaya-upaya perubahan
tingkatan perilaku dan budaya yang
- Budaya/kepercayaan masyarakat berkembang di masyarakat mengenai buang
tidak boleh membangun jamban air besar sembarangan bekerjasama dengan - Pendampingan intensif untuk merubah
di pekarangan rumah lintas program dan lintas sektor prilaku dan budaya masyarakat
- Belum adanya kebijakan - Melakukan advokasi ke pemerintah daerah - Perluasan cakupan pelaksanaan program
daerah yang mendukung Program tentang pentingnya Program Stop BABS, stop BABS
Stop BABS diupayakan adanya Perda stop BABS
- Minta dukungan kepada lintas sektor untuk - Meningkatkan kuliatas dan kuantitas
- Kurang adanya koordinasi lintas
berani melakukan verifikasi agar desanya petugas kesehatan lingkungan untuk
sektor
menjadi Desa ODF mempercepat desa ODF
8

4.5. Pembahasan

4.5.1 Context Program STBM pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Context program meliputi tujuan dan sasaran sebuah program, yang menjadi

parameter sebuah organisasi dalam melaksanakan sebuah program, sehingga

diperlukan informasi dari lingkungan pelaksanaan sebuah program untuk

mengetahui tujuan, sasaran dan kebijakan sebuah program untuk pengambilan

keputusan pengembangan sebuah program di masa yang akan datang (Tseng.

2010)

1) Tujuan Program STBM pilar Stop BABS

Tujuan penyelenggaraan STBM, termasuk didalamnya Stop BABS adalah

untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara

mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya (PMK No.3 Tahun 2014). Tujuan mendefinisikan target

yang ingin dicapai dalam sebuah organisasi dalam lingkup misi untuk

merealisasi visi (Supriyanto, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka program

STBM pilar Stop BABS sudah seharusnya memiliki target yang ingin di capai

untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang setinggi-tngginya. Sehingga

tujuan yang diwujudkan dalam sebuah capaian hasil kegiatan yang dibuat 5

tahunan mutlak diperlukan, sayangnya tidak semua puskesmas di Kabupaten

Bangli memiliki target capaian yang jelas. Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai

lembaga yang membawahi puskesmas sudah seharusnya membreakdown

target capaiannya terhadap puskesmas, sehingga puskesmas memiliki target

capaian program STBM pilar Stop BABS yang bisa disesuaikan dengan

kondisi wilayahnya masing-masing.


8

Tujuan program harus jelas dan secara kelembagaan dimiliki untuk

kesuksesan sebuah program kesehatan terutama program STBM termasuk

didalamnya program Stop BABS, karena keberlanjutan STBM harus ada

tujuan kelembagaan yang jelas untuk kesuksesan program di masa yang akan

datang (Mehta, 2008).

2) Sasaran Program STBM pilar Stop BABS

Sasaran adalah area upaya organisasi yang akan dikerjakan untuk

mencapai misi, sasaran merupakan prioritas area garapan organisasi yang

memprhitungkan kurun waktu tertentu, sasaran program dapat berupa target

yang dijabarkan dalam sebuah perencanaan (Supriyanto, 2007).

Sasaran program STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

dijabarkan dalam rencana kerja tahunan dan bulanan untuk dapat

memudahkan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan program. Sasaran

program juga harus jelas yaitu masyarakat yang memang belum berperilaku

higienis dan belum memiliki jamban sehat. Sasaran program memberikan

pengaruh yang sangat penting dalam pelaksanaan program karena sasaran

program adalah obyek pelaksanaan program, sehingga harus benar-benar

direncanakan dalam aplikasi kegiatan programnya. Berdasarkan sasaran

program dari 12 puskesmas setelah dilakukan evaluasi ternyata hanya 1

puskesmas yang sama sekali tidak mempunyai sasaran program yang

diwujudkan dalam rencana tahunan dan rencana bulanan, sehingga hal ini

akan menghambat pelaksanaan program Stop BABS diwilayah kerjanya,

karena pelaksanaan kegiatan tanpa sasaran hasilnya tidak akan maksimal.

Puskesmas yang sudah memiliki sasaran program yang diwujudkan dalam


8

perencanaan kegiatan tahunan dan bulanan maka semua kegiatan

programnya menjadi terarah sehingga mampu mengendalikan kegiatan

secara langsung dan dapat melakukan evaluasi setiap saat untuk kemajuan

program selanjutnya.

3) Landasan Yuridis Program STBM Pilar Stop BABS

Landasan yuridis adalah landasan hukum yang mendasari semua

kegiatan program yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam rangka

mendukung kegiatan program STBM pilar Stop BABS. Landasan yuridis

sangat penting karena sebagai acuan di daerah untuk pelaksanaan secara

teknis program stop BABS di Kabupaten Bangli. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat, bahwa Pemerintah daerah kabupaten bertanggung

jawab dalam penyusunan peraturan kebijakan teknis program STBM pilar

stop BABS.

Landasan yuridis program STBM pilar stop BABS yang harus ada di

puskesmas sebagai bagian dari wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangli antara lain:

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

b. Kepmenkes RI No.852/Menkes/SK/IX/2008 tentang STBM

Keberadaan landasan yuridis program STBM pilar Stop BABS tersebut

sebagai acuan dan pedoman dalam pelaksanaan program STBM pilar Stop

BABS di Kabupaten Bangli, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan

sampai dengan monitoring dan evaluasi, namun sayangnya keberadaan


8

peraturan kebijakan tersebut masih belum lengkap di miliki oleh puskesmas

diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Ini menjadi tanggung

jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli untuk melengkapi tentang

kebijakan program stop BABS. Puskesmas sebagai pengelola dan pelaksana

kegiatan seharunya juga update kebijakan tentang program yang

dilaksanakan sehingga selalu ada pembaruan pedoman dan inovasi program

stop BABS diwilayahnya.

4.5.2 Input Program STBM Pilar Stop BABS

Pengelolaan program kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan

administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya

kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat,

ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta peraturan hukum

kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes, 2012).

Unsur penting yang menunjang dalam pelaksanaan program kesehatan

adalah adanya informasi kesehatan, sumber daya (tenaga, dana, sarana, bahan, dan

metode) serta Sistem Kebijakan Nasional yang terus dikembangkan (Supriyanto,

2007)

1) Pengelola Program STBM pilar Stop BABS

Sumberdaya manusia kesehatan sebagai pengelola program kesehatan

diperlukan dalam keadaan mencukupi baik jumlah, jenis, dan kualitasnya serta

terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan

kesehatan (Kemenkes, 2012).


8

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan

bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/.atau ketrampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang utnuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Berdasarkan hal itu maka

pengelola program Stop BABS di puskesmas haruslah seseorang yang

berkompetensi dalam bidang kesehatan, karena program STBM pilar Stop

BABS adalah sebuah upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

setinggi tingginya.

a. Kuantitas

Kuantitas tenaga pengelola program STBM pilar Stop BABS di

Kabupaten Bangli Tahun 2016 yaitu berjumlah 1 orang per puskesmas, dan

umumnya pengelola program adalah seorang sanitarian atau pengelola urusan

penyehatan lingkungan dan tugas ini menjadi tugas pokok dan fungsi seorang

sanitarian. Ketersediaan tenaga ini apabila merujuk kepada Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman

penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan ternyata telah

memenuhi standar, yaitu terdapat 1 orang tenaga sanitarian untuk

melaksanaan tugas pokok dan fungsi pelayanan kesehatan lingkungan

termasuk didalamnya pelaksanaan program stop buang air besar

sembarangan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2014 Tentang STBM

juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan di puskesmas bertanggung jawab

terhadap kompilasi pemicuan, rencana kerja masyarakat, dan aktifitas tim


8

kerja masyarakat dalam program STBM pilar Stop BABS, dan di Kabupaten

Bangli sudah seluruh puskesmas memiliki pengelola program STBM pilar

Stop BABS.

b. Kualitas

Kualitas tenaga pengelola program STBM pilar Stop BABS dapat

ditentukan dari kualifikasi tenaga pengelolanya yang dapat dilihat dari

kualifikasi pendidikan, pengetahuan tentang program, pelatihan yang pernah

diikuti, dan intensitas melakukan pemicuan Stop BABS. Kualitas tenaga

pengelola program STBM pilar Stop BABS di Kabupaten Bangli Tahun 2016

menunjukan bahwa secara kompetensi pendidikan sudah baik karena pada

umumnya adalah berpendidikan DIII Kesehatan Lingkungan dan D IV

Kesehatan Lingkungan.

Kualitas secara pengetahuan program pun sudah baik karena secara

umum pengelola program mengetahui tentang program stop buang air besar

sembarangan. Pengetahuan pengelola program terhadap program yang

dijalankan menjadi kunci utama dalam keberhasilan sebuah program

kesehatan.

Intensitas melakukan pemicuan yang dilakukan oleh pengelola

program akan mendukung keberhasilan program yang dilaksanakan, karena

semakin sering melakukan kegiatan pemicuan maka secara kualitas

pelaksanaan program stop BABS akan semakin baik. Sudah seharusnya

pengelola program melakukan pemicuan di wilayah kerjanya baik tingkat desa

sampai tingkat dusun, semakin sering kegiatan pemicuan dilaksanakan maka

sasaran program akan semakin sering terpapar program STBM pilar stop
9

BABS, dan semakin sering pengelola program melakukan pemicuan maka

menjadi lebih perpengalaman dalam pelaksanaan pemicuan. Proses pemicuan

dapat di lakukan tidak hanya langsung pada masyarakat satu desa sekaligus,

tetapi dapat juga dilakukan pada lingkungan yang lebih kecil, misalnya proses

pemicuan dilakukan pada anggota masyarakat dalam satu dusun. Keuntungan

yang didapat bila melakukan proses pemicuan pada lingkungan masyarakat

yang kecil adalah proses pemicuan dapat lebih intensif dilakukan dan kegiatan

monitoring dapat lebih mudah di tindak lanjuti (Kemenkes, 2009)

2) Pembiayaan Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat menyebutkan bahwa pendanaan penyelenggaraan

STBM termasuk didalamnya adalah program STBM pilar Stop BABS

bersumber dari masyarakat, sedangkan pendanaan untuk mendukung

penyelenggaraan STBM oleh pemerintah daerah bersumber dari belanja

negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain yang

tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembiayaan kesehatan yang kecukupan, efektif dan efisien, serta adil dan

transparan memegang peranan sangat vital bagi penyelenggaraan pelayanan

kesehatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Sumber

dana pembiayaan kesehatan termasuk program STBM pilar Stop BABS dapat

diperoleh dari berbagai sumber antara lain : pemerintah pusat, pemerintah

daerah, swasta, organisasi masyarakat dan masyarakat (Kemenkes, 2012).

Sumber pembiayaan program STBM pilar Stop BABS di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli di peroleh dari sumber dana pusat


9

terutama dan utama yaitu dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian MDGs bidang

kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja puskesmas dan

jaringannya serta Poskesdes.Polindes, Posyandu, dan UKBM lainnya dalam

menyelenggarakan peleyanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif

(Kemenkes, 2014).

Jumlah biaya yang tersedia untuk program STBM pilar stop BABS di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli secara umum sudah

tersedia, namun setiap puskesmas mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda

karena jumlah wilayah kerja yang bervariasi dan kemauan pengelola program

dalam pengajuan dana. Dengan adanya anggaran BOK di Puskesmas

pembiayaan program stop buang air besar sembarangan sudah disediakan

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan wilayah kerja dan sasaran program,

namun demikian masih ada pengelola program yang tidak secara maksimal

memanfaatkan dana yang ada, sehingga alokasi dana untuk kegiatan program

stop buang air besar sembarangan menjadi sangat sedikit dibandingkan

dengan pendanaan untuk program kesehatan lainnya.

Kurangnya pemanfaatan dana yang disediakan untuk pembiayaan program

stop buang air besar sembarangan karena pengelola program merasa

terbebani dengan adanya laporan pertanggung jawaban keuangan yang harus

dibuat secara tepat waktu, sedangkan pelaporan pertanggungjawaban

kegiatan lainpun harus diselsaikan. Selain itu kurangnya alokasi dana untuk

program stop buang air besar sembarangan juga karena harus berbagi dengan
9

banyak program kesehatan yang lain, sehingga pada setiap puskesmas sudah

dibagi berdasarkan skala prioritas pada masing-masing puskesmas yang

dibahas melalui mekanisme loka karya mini puskesmas.

Pembiayaan program STBM pilar stop buang air besar sembarangan di

puskesmas seharusnya menjadi prioritas utama karena untuk peningkatan

kondisi kesehatan lingkungan yang akan berpengaruh terhadap kesehatan

masyarakat sehingga, sudah menjadi keharusan pembiayaan program

kesehatan tercukupi, apalagi yang berhubungan dengan sanitasi, karena

ketersediaan dana selalu menjadi masalah dalam pengembangan sarana

sanitasi yang layak dan sehat (Amarnath, 2015).

Pendanaan untuk mendukung program STBM pilar stop buang air besar

sembarangan bisa dilakukan dengan mencari pendanaan dari pihak lain yang

dapat dipertanggung jawabkan seperti misalnya dari Corporate Social

Responsibility (CSR) Bank ataupun perusahaan yang ada diwilayah

Kabupaten Bangli. Pendanaan ini dapat digunakan untuk meningkatkan

pelaksanaan program untuk peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi

yang layak. Pendanaan seperti ini sudah sesuai dengan Permenkes No. 3

Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang menyebutkan

bahwa pendanaan penyelenggaraan program dapat bersumber dari

masyarakat.

3) Alat Pembuatan Jamban

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat menyebutkan bahwa peningkatan penyediaan sanitasi

secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan


9

percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka

membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan yang salah satunya

adalah dengan mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai

kebutuhan dan terjangkau. Ketersediann alat pembuatan jamban sehat di

puskesmas adalah wujud adanya peningkatan penyediaan akses sanitasi bagi

masyarakat.

Puskesmas di wilayah Kabupaten Bangli belum memiliki alat pembuatan

jamban, hal ini dikarenakan pengadaan alat pembuatan jamban harus melalui

mekanisme pengajuan anggaran dan sampai saat ini belum ada alokasi

anggaran yang bisa untuk pengadaan alat pembuatan jamban. Sehingga ini

menjadi kendala dalam ketersediaan alat pembuatan jamban dipuskesmas.

Keberadaan alat pembuatan jamban hanya ada di Dinas Kesehatan

Kabupaten, akan tetapi karena keterbatasan alat maka puskesmas harus

melakukan peminjaman secara bergilir, sehingga akan sangat bagus jika

puskemas memiliki alat pembuat jamban sendiri karena alat pembuatan

jamban di puskesmas sebagai upaya peningkatan penyediaan sanitasi harus

dipenuhi baik oleh puskesmas sendiri maupun oleh pemerintah daerah

melalui dinas kesehatan kabupaten, sehingga percepatan akses masyarakat

terhadap sanitasi yang layak segera terpenuhi karena ada alat yang

membantu untuk mewujudkannya yang bisa digunakan oleh masyarakat

secara cuma-cuma.

4) Kebijakan Program STBM Pilar Stop BABS

Setiap penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang

dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan


9

evaluasi harus mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional. Keberadaan

kebijakan program digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program

sehingga akan dapat menunjang kemandirian sebuah program (Kemenkes,

2012).

Dinas kesehatan kabupaten dan 12 puskesmas belum memiliki kebijakan

program sebagai acuan teknis dalam pelaksanaaan program stop BABS di

daerah, hal ini akan menjadikan tidak terarahnya semua kegiatan program

stop BABS Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli sudah seharusnya segera

melakukan inisiasi adanya peraturan daerah ataupun peraturan Bupati tentang

pelaksanaan Program Stop BABS di Kabupaten Bangli, sehingga ditingkat

kecamatan dan tingkat desa akan mengikuti menerbitkan peraturan

kecamatan maupun peraturan desa untuk pelaksanaan program STBM pilar

stop BABS.

Adanya kebijakan program maka akan ada penegakan aturan yang secara

nyata dan tertulis tentang buang air besar sembarangan, sehingga mengikat

masyarakat untuk dipaksa dalam perubahan perilaku sehingga keberhasilan

program cepat tercapai (Okechukwu, 2012).

5) Pedoman Teknis Program STBM pilar Stop BABS

Pedoman teknis program stop BABS merupakan petunjuk teknis yang

digunakan dalam melaksanakan program stop BABS di puskesmas yang

berada diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Pedoman yang

digunakan adalah Pedoman Pelaksanaan STBM dan buku saku verifikasi

ODF dari Direktorat Jendral Penyehatan Lingkungan. Hal ini dapat menjadi

modal awal dan sebagai acuan yang digunakan oleh pengelola program
9

untuk melaksanakan program STBM pilar stop BABS diwilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangli.

Dengan adanya pedoman teknis yang digunakan oleh pengelola program

sebagai acuan dapat membantu proses penyusunan, perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program STBM pilar stop BABS

seideal mungkin sehingga tercapai tujuan dari program stop BABS yaitu

status ODF Desa (Kemenkes, 2014).

6) Media dan Alat Promosi Program STBM pilar Stop BABS

Media dan alat promosi program STBM pilar stop BABS merupakan

bentuk sarana dan prasarana untuk mendukung penyebarluasan informasi,

pemberitahuan, kabar, atau berita dalam menunjang pelaksanaan proses dan

promosi penyelenggaraan serta pelaksanaan program STBM pilar stop BABS.

Keberadaan media dan alat promosi program STBM pilar stop BABS di

puskesmas wilayah kerja Dinas Kabupaten Bangli telah terpenuhi secara

mencukupi yaitu dengan adanya alat peraga, banner, leaflet, peralatan audio

vidio. Hal ini telah sesuai dengan peran pemerintah daerah dalam Permenkes

RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang

salah satunya adalah menyediakan materi media komunikasi, informasi dan

edukasi (Kemenkes, 2014).

Penyebaran informasi yang tepat melalui media yang tepat akan

berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku higiene kesehatan dan perilaku

kesehatan lainnya, sehingga alat dan media informasi secara nyata sangat

diperlukan dalam program kesehatan (Maheswari, 2013)

7) Waktu Pelaksanaan Program STBM pilar Stop BABS


9

Waktu pelaksanaan program STBM pilar stop BABS merupakan waktu

dimulainya atau dikenalkannya program STBM pilar stop BABS oleh

pemerintah kepada masyarakat di puskesmas di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangli.

Program STBM pilar stop BABS telah diberlakukan sejak tahun 2011

di Kabupaten Bangli namun belum semua wilayah puskesmas

melaksanakannya, hal ini karena pada tahun 2011 hanya puskesmas yang

mendapatkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (PAMSIMAS) saja yaitu sebagai syarat untuk mendapatkan

pendanaan program PAMSIMAS tersebut. Pada tahun 2013 ada Surat Edaran

Menteri Kesehatan RI Nomor 132 Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat sehingga mulai tahun 2013 seluruh puskesmas

melaksanakan program STBM Pilar Stop BABS.

4.5.3 Process Program STBM Pilar Stop BABS

Process merupakan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebijakan,

(pengambilan keputusan dari masukan) sesuai dengan strategi umum atau

operasional (Supriyanto, 2007). Process program STBM pilar stop BABS di

lingkungan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli meliputi, pemicuan,

pendampingan, dan penyusunan laporan program.

1) Pemicuan

Pemicuan program STBM pilar stop BABS terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program STBM pilar stop BABS

diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli pada umumnya sudah

baik dan sesuai dengan Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
9

Total Berbasis Masyarakat yaitu telah dilakukan kegiatan pemicuan yang

meliputi kegiatan perencanaan, pemantauan dan evaluasi yang melibatkan

masyarakat. Namun, masih ada beberapa puskesmas yang belum melakukan

perencanaan dengan baik serta tidak melakukan pemantauan dan evaluasi

pasca pemicuan, hal ini karena pengelola program hanya membuat

perencanaan tahunan saja, sehingga pelaksanaan tidak terinci perbulan, dan

berpengaruh terhadap pemantauan dan evaluasinya.

Pada dasarnya, kegiatan perencanaan untuk perubahan perilaku

masyarakat tidak buang air besar sembarangan sebagai suatu program

sanitasi ini hendaknya dipimpin langsung oleh natural leader yang berasal

dari masyarakat. Natural leader merupakan perwakilan dari warga yang

menjadi panutan dan ditunjuk saat proses pemicuan. Proses pemicuan yang

dilakukan hendaknya benar-benar melibatkan masyarakat, tidak hanya kader

dan juga tokoh masyarakat (Kemenkes, 2014).

Pada proses pemicuan ini menjadi sangat penting karena merupakan roh

dari program STBM pilar stop BABS yang merupakan pendekatan paling

efektif untuk perubahan perilaku buang air besar sembarangan, dapat

menganalisis kondisi sanitasi masyarakat, memahami dampak buang air

besar sembarangan bagi kesehatan dan lingkungan dan dapat mengambil

tindakan kolektif untuk mengakhiri buang air besar sembarangan menuju

komunitas ODF (Zainal, 2011).

2) Pendampingan

Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat yang

oleh pengelola program STBM pilar stop BABS setelah pelaksanaan


9

pemicuan dilaksanakan dengan tujuan untuk memantau perubahan perilaku

di masyarakat. Menurut Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat bahwa tenaga kesehatan puskesmas harus

melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang terpicu agar mampu

melaksanakan rencana kerjanya dan melaporkan hasil kemajuan akses

sanitasi masyarakat di wilayah kerjanya.


Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan pendampingan hanya dilakukan

oleh beberapa puskesmas di wilayah Kabupaten Bangli. Hal ini tidak sesuai

dengan Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat yaitu kegiatan pendampingan hendaknya dilakukan oleh tenaga

kesehatan, kader, relawan dan/atau masyarakat dalam pelaksanaan rencana

kerja masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan

pendampingan ini ditujukan untuk mendukung peyelenggaraan stop buang air

besar sembarangan dalam membentuk kelompok dan membuat rencana kerja

pelaksanaan stop buang air besar sembarangan.

Seharusnya kegiatan pendampingan pasca pemicuan dilakukan oleh

seluruh pengelola program stop buang air besar sembarangan di setiap

puskesmas, karena puskesmas yang melakukan pendampingan pasca

pemicuan hasilnya jauh lebih cepat proses perubahan perilaku di masyarakat.

Harus ada kegiatan pendampingan, monitoring dan evaluasi pasca

pemicuan dengan penyuluhan metode STBM secara berkelanjutan dalam

waktu yang tidak terbatas sehingga tercapai sanitasi total berbasis

masyarakat secara keseluruhan dalam melaksanakan pembuangan air besar


9

disarana pembuangan tinja (jamban) yang sudah memenuhi syarat kesehatan

(Fajar, 2010)

3) Penyusunan Laporan Program

Penyusunan laporan program STBM pilar stop BABS dilakukan untuk

melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan program STBM pilar

stop BABS sehingga dapat di ukur perubahan dalam pencapaian program

serta mengidentifikasi pembelajaran yang ada dalam pelaksanaanya, mulai

dari tingkat komunitas masyarakat di desa/kelurahan (Kemenkes, 2014)

Pelaksanaan program STBM pilar stop buang air besar sembarangan oleh

puskesmas selalu dibuat pelaporan dan ketika terjadi penambahan akses

jamban sehat pengelola program akan langsung melakukan pelaporan secara

on line di susul dengan laporan tertulis yang rutin dilakukan setiap bulan, hal

ini sudah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat yaitu pelaporan dan evaluasi program dilakukan

oleh tenaga kesehatan puskesmas berupa data dasar dan kemajuan akses

sanitasi selanjutnya dicatat dan didokumentasikan, dan mengirimkan data ke

layanan pesan singkat (sms) server Kementrian Kesehatan.

4.5.4 Product Program STBM Pilar Stop BABS

Product dari program STBM pilar stop BABS di Kabupaten Bangli adalah

adanya Open Defecation Free (ODF). Pada kenyataanya hanya satu puskesmas

yang mencapainya, itupun hanya tercapai beberapa tahun saja atau tidak tercapai

setiap tahun. Puskesmas yang memiliki desa ODF hanya 1 puskesmas yang

memiliki 5 indikator desa ODF sesuai Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014

tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu :


10

1) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat.

2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

3) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk

mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

4) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk

mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.

5) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Sanitasi Total.

Puskesmas yang telah memiliki desa ODF bahkan mengeluh

masyarakatnya telah kembali kepada kebiasaan lama yaitu buang air besar di

kolam, sungai dan membuat jamban tanpa septik tank. Alasan budaya untuk

memberi pupuk pada tanaman seringkali menjadi momok masyarakat untuk

membuat jamban sehat dan kembali ke perilaku yang tidak higine. Pemberian

subsidi jamban sehat sementara ini membantu puskesmas untuk menjadikan

sebuah desa berstatus ODF. Sebenarnya ini semua tidak akan terjadi apabila

pengelola program dan Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan pemantauan dan

evaluasi secara berkala bukan hanya terhadap desa yang belum ODF saja tetapi

termasuk desa yang sudah ODF, sehingga perubahan perilaku akan terus

berkelanjutan, hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu pemantauan dan evaluasi dilakukan

dimasyarakat untuk memastikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku

dimasyarakat dalam stop buang air besar sembarangan, dengan adanya

pemantaun dan evaluasi secara terus menerus maka semua perubahan perilaku

dimasyarakat dapat di ketahui dan dapat berlangsung secara terus menerus.


10

Keberhasilan suatu komunitas dapat bebas buang air besar sembarangan

perlu adanya hal-hal sebagai berikut : (Sidjabat, 2012)

1) Mekanisme pemantauan berkala dan penyediaan hadiah dan hukuman harus

ditetapkan untuk keberlanjutan ODF.

2) Lembaga pendidikan / sekolah harus benar dimobilisasi untuk penciptaan

kesadaran dan modifikasi perilaku.

3) Dukungan dana harus tersedia dalam hubungannya dengan penciptaan

kesadaran masyarakat terhadap stop buang air besar sembarangan

Product program stop buang air besar sembarangan yaitu adanaya desa

stop buang sembarangan atau desa ODF akan meningkatkan akses jamban sehat

dimasyarakat, yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Bangli (RPJMD). Kabupaten Bangli setiap tahunnya

menargetkan capaian akses masyarakat terhadap jamban sehat dalam RPJMD,

sehingga pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan sangat

memerlukan perhatian serius dalam pencapaiannya. Melihat hasil evaluasi

program STBM pilar stop buang air besar sembarangan maka dapat sebagai

masukan dalam pencapaian terget RPJMD Kabupaten Bangli sehingga

perencanaan kedepan dapat menjadi lebih terarah pada masalah yang harus

ditingkatkan dan diperbaiki dalam program STBM pilar stop buang air besar

sembarangan.

4.5.5. Evaluasi Context, Input, Process, & Product (CIPP) Program STBM
pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Evaluasi adalah kegiatan penilaian yang merupakan bagian integral dari

fungsi manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Evaluasi


10

dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur

pencapaian hasil pelaksanaan sebuah program terhadap tujuan yang telah

ditetapkan. Evaluasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang relevan

guna pengambilan keputusan (Supriyanto, 2007). Evaluasi adalah prosedur

penilaian pelaksanaan kerja dan hasil kerja secara menyeluruh dengan cara

sistematik dengan membandingkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan

guna pengambilan keputusan (Wirawan, 2011).

Evaluasi program STBM pilar stop Buang Air Besar Sembarangan di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dengan menggunakan

pendekatan Context, Input, Process, & Product (CIPP), menunjukan bahwa

pelaksanaan program stop Buang Air Besar Sembarangan sudah berjalan baik,

bahkan ada 1 puskesmas yang pelaksanaannya sangat baik, namun ada 4

puskesmas yang pelaksanaannya dalam kategori cukup. Peningkatan pada

komponen evaluasi yang masih mempunya kategori cukup, serta perbaikan pada

komponen evaluasi dengan kategori kurang dan sangat kurang diperlukan untuk

meningkatkan pelaksanaan program stop Buang Air Besar Sembarangan, sehingga

product yang diharapkan benar-benar tecapai dengan maksimal.

Apabila dilihat dari puskesmas yang mempunyai desa ODF semuanya

dalam kategori sangat baik dan puskesmas yang tidak memiliki desa ODF ada 7

yang berkategori baik dan 4 berkategori cukup, ini menunjukan bahwa semakin

kategori dalam evaluasi sangat baik maka semakin baik pula pencapaian desa

ODF nya, karena melalui evaluasi CIPP dapat menilai keseluruhan komponen

program dari context, input,process dan product, dengan demikian seluruh


10

komponen akan saling mempengaruhi sebagai suatu sistem evaluasi (Gunadi,

2014).

4.5.6. Rekomendasi Berdasarkan hasil Identifikasi Setiap Variabel Program


STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan

Program STBM pilar stop BABS ini dipandang sebagai suatu sistem yang

saling berkaitan antar sub sistem atau variabel dalam mencapai tujuan yaitu

tercapainya status desa/kelurahan ODF berkelanjutan. Pembahasan dalam sub bab

rekomendasi berdasarkan hasil identifikasi variabel program STBM pilar stop

BABS ini akan dibahas variabel apa saja yang harus ditingkatkan dalam

pelaksanaan program STBM pilar stop BABS untuk mencapai status

desa/kelurahan ODF.

Variabel yang perlu ditingkatkan karena memiliki memiliki kategori cukup

meliputi variabel contex,input,process dan product. Berdasarkan teori pendekatan

sistem, masalah yang terjadi pada suatu sistem terletak pada hasil kerja yang tidak

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan diawal (output, outcome dan impact).

Akar masalah yang menyebabkan suatu masalah itu terjadi terdapat pada upaya

organisasi yaitu pada variabel input dan process. Hal tersebut menyebabkan fokus

rekomendasi dapat dilakukan untuk meningkatkan upaya organisasi yaitu pada

variabel input dan process. Peningkatan upaya organisasi yang lebih baik akan

pula meningkatkan hasil kerja yang sesuai dengan tujuan (Supriyanto, 2007).

Komponen context yang perlu diperbaiki meliputi tujuan program yang

dijabarkan dalam target selama 5 tahun. Pada input yang harus diperbaiki adalah

penyediaan alat pembuatan jamban sehat serta pemenuhan kebijakan program

stop BABS. Pada process yang harus diperbaiki adalah pendampingan kepada
10

masyarakat pasca kegiatan pemicuan stop BABS, sedangkan variabel product

harus terus ditingkatkan capainnya dengan cara melakukan monitoring dan

evaluasi secara rutin. Hal tersebut menyebabkan perlu dilakukannya upaya-upaya

untuk mencapai status kelurahan ODF. Upaya tersebut dijabarkan dalam 3

tingkatan yaitu tingkat penanggung jawab program dalam hal ini Dinas

Kesehatan, pelaksana program yaitu puskesmas dan sasaran program yaitu

masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan upaya optimalisasi

peran pada 3 tingkatan yaitu tingkat penanggung jawab program dalam hal ini

Dinas Kesehatan, pelaksana program yaitu puskesmas dan sasaran program yaitu

masyarakat. Sehingga direkomendasikan 3 model pelaksanaan program pada

masing-masing jenjang tersebut, dengan harapan untuk optimalisasi pencapaian

program pada tingkatan pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan.

Adapun 3 model tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4 untuk tingkat penanggung

jawab program yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten, gambar 4.5 untuk tingkat

pelaksana yaitu puskemas, dan gambar 4.6 untuk tingkat pelaksanaan di

masyarakat.
105

Menetapkan Target Program Pelatihan Pengelola Program Pada Tingkat Puskesmas dan Desa
Refreshing pengelola program

Advokasi Penyusunan Kebijakan Program

Pendampingan Tingkat Puskesmas dan Desa


Pelaksanaan Program
Koordinasi Lintas Menyediakan
Sektor dan Lintas Program
Materi Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi Program

asi dan Pengajuan Pembiayaan Baik Pemerintah maupun Non Pemerintah


Membuat Pedoman Pelaksanaan Program stop BABS

Pelaporan Hasil Kegiatan Program


Pemantauan
Evaluasi

Gambar 4.4 Model Pelaksanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Pada Tingkat Penanggung Jawab Program Dinas
Kesehatan Kabupaten
110
10
Gambar 4.4 menunjukan pelaksanaan program STBM pilar stop buang air

besar yang harus dilaksanakan oleh penanggung jawab program tingkat

Kabupaten yaitu Dinas Kesehatan. Pada tahap awal pelaksanaan penanggung

jawab program yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten harus mempersiapkan target

program sebagai tujuan program yang akan dilaksanakan. Selanjutnya

penanggung jawab program melakukan advokasi kepada Bupati dan Dewan

Pertimbangan Rakyat daerah (DPRD) untuk mengeluarkan kebijakan program

sebagai landasan teknis pelaksanaan program. Penanggung jawab program juga

harus melakukan koordinasi lintas program serta lintas sektor ditingkat

kabupaten, hal ini sangat penting untuk mendapatkan dukungan dalam

pelaksanaan program. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi pembiayaan

program, dari mana program dapat dibiayai, sumber dananya bisa dari pemerintah

maupun non pemerintah, sehingga penanggung jawab program harus benar-benar

mampu untuk melakukan advokasi pembiayaan program.

Setelah tahap awal dilakukan penanggung jawab program tingkat

kabupaten maka langkah selanjutnya adalah mempersiapan pelaksanaan

dilapangan melalui kegiatan pelatihan terhadap para pengelola program baik

tingkat puskesmas maupun tingkat desa. Penyediaan media promosi, edukasi dan

komunikasi juga menjadi sangat penting pada tahap persiapan pelaksanaan

program. Langkah selanjutnya adalah membuat pedoman teknis untuk

pelaksanaan program dilapangan, petunjuk teknis dibuat secara jelas dan mudah

dipahami serta dilaksanakan, petunjuk teknis ini dibuat berdasarkan pedoman

kegiatan program yang diberikan dari tingkat pusat yaitu Kementrian Kesehatan
10
dan pedoman teknis lainnya yang sesuai dengan program stop buang air besar

sembarangan.

Tahap selanjutnya untuk penanggung jawab program adalah pelaksanaan

program pada sasaran program, pada tahap ini penanggung jawab program

melakukan pendampingan bagi pelaksanaan di lapangan sehingga pelaksanaan

program dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan program. Setelah tahap

pelaksanaan program penanggung jawab program juga secara terus menerus

bersama pelaksana program melakukan pendampingan, bahkan untuk sasaran

program yang sudah berhasilpun harus tetap dilakukan pendampingan.

Setelah dilakukan pendampingan tahap selanjutnya adalah pemantauan

serta evaluasi pelaksanaan program, ini sangat penting untuk melihat

perkembangan sejauh mana pelaksanaan program dan melihat melakukan kajian

terhadap pelaksanaan program sehingga dapat untuk merencanakan pelaksanaan

program selanjutnya. Tahap terakhir yang harus dilakukan oleh penanggung

jawab program adalah melakukan pelaporan kegiatan program, sehingga kegiatan

program tercatat dan dapat dipertanggung jawabkan secara nyata.

Tahapan atau proses pelaksanaan program stop buang air besar yang

dilakukan oleh penanggung jawab program tingkat kabupaten yaitu Dinas

Kesehatan tidak dapat dipisahkan, harus dilaksanakan secara sistematis sehingga

apa yang menjadi tujuan program dapat tercapai. Karena ketika ada tahapan yang

tidak dijalankan maka akan terjadi ketimpangan dalam proses pelaksanaan

program pada tingkat Dinas Kesehatan yang akan berakibat pada pelaksanaan

program ditahap selanjutnya.


10
Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah pada tingkat pelaksana program

yaitu puskesmas. Pada tahap ini keberhasilan program akan sangat ditentukan

karena inti dari program adalah pada pelaksanaan, sehingga tahap ini benar-benar

harus dilaksanakan dengan baik oleh pengelola program. Tahap pelaksanan di

puskesmas dimulai dengan menyusun rencana pelaksanaan, advokasi program

tingkat kecamatan, menentukan sasaran program dan mengalokasikan dana untuk

kegiatan program stop buang air besar sembarangan.

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah penyebaran informasi

dan edukasi program dimasyarakat, setelah adanya informasi maka tahap

selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan pemicuan stop buang air besar

sembarangan dimasyarakat sasaran program. Kegiatan pemicuan akan berhasil

apabila pasca pemicuan dilakukan pendampingan di masyarakat untuk menuju

perubahan perilaku, karena tanpa pendampingan pasca pemicuan perubahan

perilaku akan sangat lambat terjadi dimasyarakat. Pendampingan pasca pemicuan

sekaligus untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan program STBM

pilar stop buang air besar dimasyarakat. Setelah kegiatan dilaksanakan maka

pelaksana program tingkat puskesmas melakukan pelaporan kegiatan program dan

dilaporkan kepada penanggung jawab program yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten.

Model pelaksanaan program Stop buang air besar sembarangan pada tingkat

puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 4.5).


10

Menyusun Rencana Pelaksanaan Program

Advokasi Program Tingkat Kecamatan


Penyebaran Pelaksana 1. Pendampingan
Informasi dan an 2. Pemantauan
Edukasi Kegiatan 3. Evaluasi
Menentukan Sasaran Program Program di Pemicuan
Masyarakat

Mengalokasikan Dana Program


Pelaporan

Gambar 4.5 Model Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar
Sembarangan Pada Tingkat Puskesmas

Setelah jenjang pelaksana yaitu di tingkat puskesmas dilaksanakan dengan

baik maka tahapan selanjutnya adalah pada tingkat sasaran yaitu di tingkat

masyarakat. Kesuksesan di tahap ini akan menjadi goal utama dalam pelaksanaan

program stop buang air besar sembarangan.

Model pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan pada tahap

sasaran program dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 4.6).
110

Membuat Rencana Kerja Masyarakat

Membent Pemicuan Membuat Peta Sosial Pendampinga


uk Tim Stop Buang
Air Besar n Perubahan
Kerja Perilaku
Masyarak Sembarang
an

Menunjuk Natural Leader Mencatat Hasil


Perubahan Perilaku dimasyarakat

Gambar 4.6 Model Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Tingkat Sasaran

110
11
Gambar 4.6 merupakan model pelaksanaan program stop buang air besar

sembarangan pada jenjang sasaran program. Pada tahap ini kegiatan dimulai

dengan membentuk tim kerja masyarakat, setelah ada tim kerja masyarakat

selanjutnya tim kerja masyarakat tersebut melaksanakan kegiatan pemicuan

perubahan perilaku bersama dengan pengelola program puskesmas. Dalam

kegiatan pemicuan harus menghasilkan rencana kerja masyarakat untuk

perubahan perilaku, peta sosial dan menunjuk natural leader sebagai penggerak

perubahan perilaku dikelompok masyarakat tersebut. Pasca kegiatan pemicuan

harus dilakukan pendampingan perubahan perilaku dengan memperhatikan faktor

yang mempengaruhi perubahan perilaku antara lain banyaknya kebun untuk

buang air besar, persepsi salah tentang tinja untuk pakan tanaman, kurangnya

kemauan untuk membuat jamban sehat. Setelah semua dilaksanakan maka

dilakukan pencatatan perubahan perilaku dimasyarakat yang berupa akses

masyarakat terhadap jamban sehat.

Rekomendasi model diatas dapat diterapkan disemua jenjang untuk

optimalisasi pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di Kabupaten

Bangli, sehingga ke depan pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik lagi.

Optimalisasi ini sangat diperlukan untuk meningkatkan tahapan yang belum ada

atau sudah ada tetapi belum dilaksanakan secara maksimal oleh penanggung

jawab program dan pengelola program stop buang air besar sembarangan di

Kabupaten Bangli.
11

4.5.7 Strategi Program STBM Pilar Stop BABS

Posisi strategi program terletak pada kuadran II yaitu yang berarti kuat dan

memiliki ancaman (ST), dalam analisa SWOT dikembangkan menjadi Strategi ST

yaitu :

Strategi ST :

1) Melakukan pembagian tugas yang baik dalam melaksanakan konsep pemicuan

di masyarakat mulai dari tingkat kabupaten hingga dusun.

2) Menjalin kerjasama yang antara petugas dan masyarakat akan pemahaman

tentang program STBM pilar stop BABS.

3) Meningkatkan upaya-upaya perubahan tingkatan perilaku dan budaya yang

berkembang di masyarakat mengenai buang air besar sembarangan

bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor.

4) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah tentang pentingnya Program

STBM Pilar Stop BABS, diupayakan adanya Perda stop BABS

5) Minta dukungan kepada lintas sektor untuk berani melakukan verifikasi agar

desanya menjadi Desa ODF


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil dan analisis data serta

pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Komponen context program STBM pilar stop Buang Air Besar Sembarangan

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 secara

keseluruhan nilainya cukup, adapun yang nilainya masih sangat kurang

adalah tujuan program.

2. Komponen input program STBM pilar stop Buang Air Besar Sembarangan

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 nilainya

baik, pada input yang masih dalam kategori sangat kurang adalah alat

pembuatan jamban dan kebijakan program stop buang air besar

sembarangan.

3. Komponen process program STBM pilar stop Buang Air Besar Sembarangan

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 dalam

kategori baik, variabel yang masih dalam kategori cukup adalah pemantauan

dan evaluasi pasca pemicuan, sedangkan yang masih dalam kategori kurang

adalah pendampingan pasca pemicuan stop buang air besar sembarangan.

4. Komponen product program STBM pilar stop Buang Air Besar Sembarangan

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 dalam

kategori kurang, dan hampir sebagian besar puskesmas komponen product

1
12

nya dalam kategori sangat kurang, hal ini karena komponen product belum

tercapai yaitu adanya desa/kelurahan yang ODF. Hanya 1 puskesmas yang

memiliki kategori sangat baik yaitu Puskesmas Kintamani III karena

memiliki 1 desa ODF yang memiliki 4 indikator desa ODF.

5. Pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangli harus ada perbaikan dan peningkatan pada

beberapa variabel program dan hampir di semua komponen Context, Input,

Process, & Product ada yang harus diperbaiki dan ditingkatkan, yang perlu

ditingkatkan adalah yang masih dalam kategori cukup dan yang perlu

diperbaiki adalah yang masih dalam kategori kurang dan sangat kurang, yang

diwujudkan dengan adanya rekomendasi tiga model pelaksanaan program

STBM Pilar Stop BABS yaitu pada tingkat Pengelola Program di Kabupaten,

tingkat Pelaksana yaitu Puskesmas dan Sasaran.

6. Perencanaan Strategi yang dapat diterapkan di tahun-tahun selanjutnya adalah

Strategi ST, dengan kekuatan yang dimiliki mengatasi ancaman yang ada

dalam melaksanakan Program STBM Pilar Stop BABS.

5.2. Saran

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli harus mensosialisasikan semua landasan

yuridis tentang program STBM pilar stop BABS kepada pengelola program

stop buang air besar sembarangan di puskesmas sehingga seluruh pihak yang

terlibat dalam program stop buang air besar sembarangan dapat mengetahui

dan memahami landasan yuridis program sebagai dasar dalam pelaksanaan

program stop buang air besar sembarangan.

12
12

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan puskesmas harus membuat target

capaian program yang disepakati bersama dan menjadi acuan kinerja dalam

pelaksanaan program STBM pilar stop BABS, harus secara aktif menginisiasi

terbitnya kebijakan program tentang program STBM pilar stop BABS

diKabupaten Bangli baik itu berupa peraturan daerah ataupun peraturan

bupati, setelah itu pemerintah kecamatan dan desa juga harus didorong untuk

membuat peraturan tentang stop BABS diwilayahnya, sehingga pelaksanaan

program memiliki acuan dan dasar yang lebih mengikat dengan harapan

program dapat berjalan dengan baik serta menghasilkan manfaat yang cepat

dan nyata bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui lingkungan

yang sehat.

3. Puskesmas sebagai penanggung jawab program di tingkat kecamatan dan

tingkat desa harus melakukan pendampingan secara terus menerus supaya ada

percepatan perubahan perilaku dimasyarakat, puskesmas perlu melakukan

pendekatan-pendekatan baik secara formal maupun non formal kepada aparat

desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama supaya ikut mendukung dan terlibat

dalam program STBM pilar stop BABS, dan perlu membuat tim pemicuan di

setiap puskesmas

4. Pengelola program STBM pilar stop BABS perlu meningkatkan kemampuan

dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat sehingga program stop

BABS dapat mudah diterima dan dilaksanakan oleh mayarakat dengan

mempercepat pembentukan natural leader di masing-masing desa.

5. Pengembangan inovasi untuk percepatan Program STBM Pilar stop BABS

dengan perguruan tinggi, sehingga ada pendekatan lain yang bisa

12
12

mempercepat capaian program STBM pilar Stop BABS. Inovasi ini dapat

berbentuk melakukan pendekatan secara gotong royong dalam pembangunan

jamban sehat yang digerakan oleh perguruan tinggi bersama masyarakat.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas melakukan pemetaan wilayah

berdasarkan geografi, sosial, ekonomi dan budaya serta untuk melihat

wilayah-wilayah yang sudah dan belum mencapai desa ODF.

12
12

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2008. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Achmadi. U.F.,2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:


Rajawali Press.

Apriatman, N. 2011. Stop Buang Air Besar Sembarangan : Pembelajaran Dari


Para Penggiat Community Led Total Sanitation CLTS. Jakarta :
WASPOLA.

Amarnath Mitra.2015. Revolutionizing Sanitary Habits of the “Common” Indian:


Story of the “Poop Guy” . IOSR Journal of Business and Management
(IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. PP 09-12
www.iosrjournals.org.

Bryson, 2000. “Defining Public Administration: Selections from the International


Encyclopedia of Public Policy and Administration”, ed. Jay M. Shafritz
(Boulder, CO: Westview Press, 2000).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor :1116/MENKES/SK/VII/2003 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli


Tahun 2016, Bangli.

. 2017. Laporan Studi Environmental Health


Risk Assessment (Ehra) Kabupaten Bangli. Kelompok Kerja Sanitasi
Kabupaten Bangli. September 2017. Bangli.

Direktorat Jenderal P2PL Kemenkes. 2013. ROAD MAP Percepatan Program


STBM 2013 - 2015. Jakarta : KEMENKES.

Fred, R David 2010. Strategic Management. Jakarta: Salemba Empat.

Fajar,2010. Pengaruh Metode Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Stop Babs


Didesa Senuro Timur Kabupaten Ogan Ilir.. Prosiding Seminar
Nasional, 13-14 Desember 2010.

Gebresilase. 2010. Community Led Total Sanitationand Empowerment: The Case


Ofdorze Hyzo Community, Snnpregion Of Ethiopia
(Aphenomenological Study). International Journal Of Sustainable
Development.

12
12

Gunadi. 2014 .Evaluasi Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Dan Menyenangkan


Dengan Model Context Input Process Product. Jurnal llmiah WIDYA
Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014.

Health And Education Advice and Resource Team. 2013. Helpdesk Report:
Community-led Total Sanitation in Africa.

Hunger, David and Thomas, L.Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta.

Ishartono. 2015. Sustainable Development Goals dan Pengentasan Kemiskinan.


Social Work Journal Volume 6 Nomor 2 hal. 154-272.

Kusnoputranto.H. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Kumar Ajith. 2011. Flagship Report: Economic Impact Of Inadequate Sanitation


In India.

Kuntoro H. 2011. Dasar Filosofis Metodologi Penelitian. Surabaya : Pustaka


Melati.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Kurikulum dan Modul


Pelatihan STBM bagi Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan di Indonesia. Jakarta : Kemenkes.

Munthe Ashiong P. 2015. Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan.


Jakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pelita Harapan.

Mehta.Lyla. 2008. An end to open defecation?. id2 1 highlihts sanitation.

Mitra Farsi & Maryam Sharif. 2014. Stufflebeam’s Cipp Model & Program
Theory: A Systematic Review. International Journal of Language
Learning and Applied Linguistics World (IJLLALW).

Mugiri & Wahyu Lestari. 2013. Instrumen Evaluasi Program Dana Bos Model
Cipp. Journal of Educational Research and Evaluation
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere.

Menteri Kesehatan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan.

. 2012. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

. 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Badan


Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013.

12
12

. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

_. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan Di Puskesmas. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas.

Maheswari.2013.Integrated Communication Strategy for Creating Awareness on


Sanitation and Hygiene Behavior. The International Journal Of
Communication And Health.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.

Mursi. 2016. Strategi Dinas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Kesehatan


Lingkungan di Kota Serang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang.

Notoadmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Okechukwu O.I. 2012. Toilet practices among the inhabitants of Kintampo


District of Northern Ghana 2012 Journal of Medicine and Medical
Sciences Vol. 3(8) pp. 522-530, August 2012 Available online
http://www.interesjournals.org/JMMS

Pamsimas. 2009. Field Book Strategi Dan Langkah Pemicuan Masyarakat Dalam
Program Pamsimas. Jakarta : PAMSIMAS.

Utami Dian Fajri. 2013. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Program
Peningkatan Pemberian Asi Eksklusif Puskesmas Pariaman. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 7 Nomor 2 Maret-September 2013.

Supriyanto S dan Damayanti N.A. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Airlangga


University Press Surabaya.

Sabaruddin. 2013. Tahap-tahap Implementasi Program STBM. Jakarta : Plan


International Indonesia.

Sidjabat. E. 2012. Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Implementasi Strategi


Nasional Sanitasi Total Berbasis Masayarakat di Kabupaten Grobogan.
Tesis. Depok : UI

Singh, K,M. 2014. Sanitation In Rural India. International Journal Of Research In


Humanities, Arts And Literature (IMPACT: IJRHAL).

12
12

Wirawan, 2011. Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.

Zainal, Muhammad. 2011. Evaluasi Program Water Sanitation And Hygiene


(WASH) di Desa Mawar Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2006-2010. Tesis. FKMUNAIR.
Surabaya.

12
13

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Saya ANAK AGUNG DWI WULANTARI, Mahasiswa Magister Perencanaan


Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan Universitas Mahasaraswati
Denpasar akan melakukan penelitian dengan tema “Evaluasi Stop Buang Air
Besar Sembarangan Sebagai Salah Satu Pilar Program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat di Kabupaten Bangli”

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan Stop Buang Air Besar


Sembarangan di Kabupaten Bangli. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan Stop Buang Air Besar Sembarangan,
dan mengetahui pelaksanaan kegaiatan program yang nantinya untuk
meningkatkan kegiatan stop BABS di masyarakat.

Saya membutuhkan kerjasama dari bapak/ibu/saudara/i. Penelitian ini


dilaksanakan dengan cara wawancara dengan panduan kuesioner, observasi dan
Focus Grup Discussion (FGD). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data
atau informasi mengenai stop BABS (evaluasi CIPP: Context,Input, Process,
Product). Wawancara dilakukan sebanyak 1 (satu) kali atau apabila keterangan
yang diperlukan masih kurang akan dilakukan kontak/perjanjian untuk
wawancara kembali. Wawancara akan dilakukan setelah mendapat izin terlebih
dahulu dari responden. Wawancara dilakukan di instansi responden dengan
menggunakan panduan wawancara dari peneliti. Waktu yang tersita untuk
wawancara diperkirakan sekitar 30 – 60 menit.

Manfaat langsung dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pelaksanaan


Stop BABS. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi Instansi, Puskesmas dan desa untuk melaksanakan evaluasi stop BABS di
wilayahnya serta untuk perencanaan dan perbaikan program STBM pilar stop
BABS pada waktu yang akan datang. Dengan mengikuti penelitian ini responden
akan menjadi lebih memahami program STBM pilar stop BABS dan dapat
mengetahui peranan yang harus disumbangkan dalam peningkatan program
STBM pilar stop BABS.

13
13

Tidak ada bahaya potensial yang akan dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara(i) selama
ikut berpartisipasi atau menjadi responden dalam penelitian ini, oleh karena
dalam penelitian ini tidak dilakukan intervensi apapun pada responden/subyek
penelitian.
Partisipasi Bapak/Ibu /Saudara(i) bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak
berkenan dapat menolak, atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa
sanksi apapun. Bapak/Ibu /Saudara(i) tidak akan mengalami bahaya potensial
selama ikut berpartisipasi atau menjadi responden dalam penelitian ini.

Semua informasi dan hasil pemeriksaan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
akan digunakan untuk penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu/Saudara(i) memerlukan
penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat menghubungi :

Anak Agung Dwi Wulantari


Peneliti
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan
Pasca Sarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar

13
13

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:

1. Penelitian yang berjudul “EVALUASI STOP BUANG


AIR BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH
SATU PILAR PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian

Dan subyek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai


segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek peneltian dengan
penih kesadaran serta tanpa keterpaksaan.

Bangli, 2017
Peneliti, Responden,

(dr. Anak Agung Dwi Wulantari) (..............................................)

Saksi,

(Kasi Penyehatan Lingkungan)

13
133

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:

1. Penelitian yang berjudul “EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR


SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian

Dan subyek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai


segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek peneltian dengan
penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.

Bangli, 2017
Peneliti, Responden,

(dr. Anak Agung Dwi Wulantari) (..............................................)

Saksi,

(Kepala Puskesmas)

13
13

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “EVALUASI STOP BUANG
AIR BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH
SATU PILAR PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian

Dan subyek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan


mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk
menjadi subyek peneltian dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan.

Bangli, 2017
Peneliti, Responden,

(dr. Anak Agung Dwi Wulantari) (..............................................)

Saksi,

(Sanitarian)

13
13

Kepala Dinas Kesehatan

LEMBAR WAWANCARA UNTUK KEPALA DINAS KESEHATAN


PENELITIAN TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :
II. Tentang Program STBM Pilar Stop BABS
1. Bagaimana Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli terhadap program
STBM pilar Stop BABS?
2. Bagaimana penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
terhadap program STBM pilar Stop BABS?
3. Apakah program STBM Pilar Stop BABS termasuk dalam upaya
mencapai Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli? sebutkan
alasannya.
4. Apakah tujuan yang ingin dicapai dalam program STBM Pilar Stop
BABS?
5. Siapakah yang menjadi sasaran program STBM Pilar stop BABS?
6. Apakah pemerintah daerah sudah menerbitkan landasan yuridis yang
berupa Surat Edaran Bupati atau bahkan sudah ada Perda atau Perbup
atau mungkin dalam bentuk lain untuk program STBM Pilar Stop
BABS? berikan alasannya?
7. Dalam bentuk apa Dinas Kesehatan terlibat dalam program STBM
Pilar Stop BABS?
8. Apakah ada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan
untuk pedoman pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS?
9. Apakah ada dukungan dana yang secara khusus untuk program STBM
Pilar Stop BABS? berapa jumlahnya?
10. Menurut anda kendala apa yang dialami dalam pelaksanaan program
STBM Pilar Stop BABS?
11. Apakah ada rencana konkrit Dinas Kesehatan untuk mengembangkan
ataupun meningkatkan program STBM Pilar Stop BABS?

13
13

Kepala Bidang Kesmas

LEMBAR WAWANCARA UNTUK KEPALA BIDANG


KESEHATAN MASYARAKAT PENELITIAN TENTANG
EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM SANITASI
TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :
II. Tentang Program STBM Pilar Stop BABS
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dalam program STBM Pilar Stop BABS?
2. Siapakah yang menjadi sasaran program STBM Pilar Stop BABS?
3. Apakah pemerintah daerah sudah menerbitkan landasan yuridis yang untuk
program STBM Pilar Stop BABS? berikan alasannya?
4. Apakah ada target pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS?
5. Dalam bentuk apa Dinas Kesehatan terlibat dalam program STBM Pilar
Stop BABS ?
6. Bagaimana proses pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS di
lapangan?
7. Apakah ada pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk
pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS dilapangan?
8. Apakah ada koordinasi lintas program dalam pelaksanaan program STBM
Pilar Stop BABS?
9. Apakah ada upaya pendampingan yang diilakukan oleh Dinas Kesehatan
untuk pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS dilapangan?
10. Apakah ada dukungan dana dari Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan
program STBM Pilar Stop BABS dilapangan? berapa anggarannya setiap
tahun?
11. Apakah ada evaluasi program STBM Pilar Stop BABS yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan?
12. Apakah ada rencana konkrit Dinas Kesehatan untuk mengembangkan
ataupun meningkatkan program STBM Pilar Stop BABS?

13
13

Kepala Seksi PL
LEMBAR WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKSI PL PENELITIAN
TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :
II. Tentang Program STBM Pilar Stop BABS
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dalam program STBM Pilar Stop BABS?
2. Siapakah yang menjadi sasaran program STBM Pilar Stop BABS?
3. Apakah pemerintah daerah sudah menerbitkan landasan yuridis yang untuk
program STBM Pilar Stop BABS? berikan alasannya?
4. Apakah ada target pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS?
5. Dalam bentuk apa Dinas Kesehatan terlibat dalam program STBM Pilar
Stop BABS?
6. Bagaimana proses pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS
dilapangan?
7. Apakah ada upaya pendampingan yang diilakukan oleh Dinas Kesehatan
untuk pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS dilapangan?
8. Apakah ada dukungan dana dari Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan
program STBM Pilar Stop BABS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan?
9. Apakah ada rencana konkrit Dinas Kesehatan untuk mengembangkan
ataupun meningkatkan program STBM Pilar Stop BABS?

13
13

Kepala Puskesmas
LEMBAR WAWANCARA UNTUK KEPALA PUSKESMAS PENELITIAN
TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia
dengan benar sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :

II. . Data Umum


1. Apakah puskesmas yang saudara(i) pimpin memiliki visi dan misi
sebagai tujuan organisasi?
2. Bagaimanakah visi dan misi puskesmas saudara(i)?
3. Apakah visi dan misi puskesmas sudah diterapkan?
4. Bagaimana implementasi visi dan misi puskesmas dalam
pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS?
5. Apakah program STBM Pilar Stop BABS menjadi tugas pokok dan
fungsi dari puskesmas yang saudara(i) pimpin? Sebutkan alasannya

III. Data Khusus


1. Adakah program STBM Pilar Stop BABS di Puskesmas Saudara(i)? mulai
kapan program di laksanakan?
2. Apa tujuan program STBM Pilar Stop BABS di puskesmas saudara(i)?
3. Siapakah sasaran program STBM Pilar Stop BABS di puskesmas
saudara(i)?
4. Siapakah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mengelola
program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja puskesmas saudara(i) ?
5. Jika ada, berapakah tenaga pengelola program STBM Pilar Stop BABS di
wilayah kerja saudara(i) ?
6. Apakah tenaga pengelola program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja
saudara(i) sudah mencukupi?
7. Apakah ada koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, instansi lain,
program lain, kecamatan dan desa dalam pelaksanaan program STBM Pilar
Stop BABS di wilayah kerja puskesmas saudara(i)?
8. Siapa saja yang terlibat dalam program STBM Pilar Stop BABS diwilayah
kerja puskesmas sauadara(i)?
9. Adakah peraturan daerah sebagai dasar pelaksanaan program STBM Pilar
Stop BABS diwilayah kerja puskesmas saudara(i)?

13
13

10. Apakah tenaga pengelola program STBM Pilar Stop BABS di puskesmas
saudara(i) pernah mengikuti pelatihan tentang STBM Pilar Stop BABS Jika
pernah, berapa kali dan siapa yang menyelenggarakan pelatihan tersebut?
11. Apakah ada sarana dan prasarana yang digunakan untuk pelaksanaan
program STBM Pilar Stop BABS di wilayah kerja puskesmas saudara(i)?
Sebutkan.
12. Dari manakah sumber dana untuk menunjang pelaksanaan program STBM
Pilar Stop BABS diwilayah kerja Puskesmas saudara(i)?
13. Apakah dananya telah sesuai dengan kebutuhan program STBM Pilar Stop
BABS diwilayah kerja puskesmas saudara(i)? Berapa jumlah dana yang
dianggarkan untuk program STBM Pilar Stop BABS dan berapa persen dari
total anggaran puskesmas yang ada? Jika anggarannya tidak sesuai sebutkan
alasannya.
14. Adakah petunjuk teknis tentang pelaksanaan program STBM Pilar Stop
BABS di wilayah kerja puskesmas saudara(i)?
15. Adakah penyusunan perencanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS? Jika ada siapa saja yang terlibat dalam perencanaan tersebut? Jika
tidak ada perencanaan sebutkan alasannya.
16. Apakah penyusunan perencanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS di wilayah kerja saudara(i) dibahas dalam rapat koordinasi?
17. Apakah perencanaan kegiatan STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja
saudara(i) sudah dilaksanakan?
18. Apakah setiap pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop BABS
diwilayah kerja saudara dilakukan pencatatan dan pelaporan? Jika ya
kemana saja laporan itu dibuat? Dan jika tidak kenapa alasannya?
19. Adakah pengawasan , pengendalian dan penilaian/evaluasi terhadap
kegiatan program STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja saudara(i)? Jika
ya, siapa saja yang terlibat? Dan jika tidak sebutkan alasannya?
20. Kapan pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan penilaian/evaluasi
terhadap kegiatan program STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja
saudara(i)?
21. Ceritakan strategi yang anda lakukan untuk pelaksanaan program STBM
Pilar Stop BABS di wilayah kerja saudara?

13
14

Petugas Kesehatan Lingkungan

LEMBAR WAWANCARA UNTUK PETUGAS KESEHATAN


LINGKUNGAN PENELITIAN TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR
BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH SATU PILAR PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :

I I . C O N TE X S
a. Tujuan Program
1. Apakah tujuan program STBM Pilar Stop BABS?
2. Apakah ada pedoman atau rencana program STBM Pilar Stop BABS
diwilayah puskesmas saudara (i)?
3. Apa target program STBM Pilar Stop BABS diwilayah puskesmas
saudara(i)?
b. Sasaran Program
1. Siapakah yang menjadi sasaran program STBM Pilar Stop BABS di
wilayah kerja Puskesmas saudara(i)?
2. Apakah ada dokumen pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS di wilayah kerja puskesmas saudara(i)?
c. Landasan Yuridis Program STOP BABS
1. Adakah landasan yuridis program STBM Pilar Stop BABS yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS diwilayah
kerja puskesmas saudara (i)? sebutkan peraturannya? Jika ada kapan
peraturan itu diterbitkan?
2. Apakah ada peraturan kecamatan atau desa tentang STBM Pilar Stop
BABS? jika ada mulai kapan ada perturan tersebut?
3. Jika tidak ada selama ini apa yang menjadi landasan yuridis
melaksanakan program STBM Pilar Stop BABS? dan menurut anda
apakah penting dan perlu adanya peraturan tingkat daerah tentang STBM
Pilar Stop BABS? berikan alasannya.

III. INPUT
a. Pengelola Program STBM Pilar Stop BABS
Kuantitas
14
14

1. Berapa jumlah tenaga yang mengelola program STBM Pilar Stop BABS?
Apakah sudah mencukupi? Jika tidak mencukupi sebutkan alasannya
Kualitas Pendidikan
2. Apa pendidikan terakhir saudara(i)
a...........................................................................Sekolah
Menengah Atas (sebutkan ............................
b. D1 (sebutkan
c...........................................................................DII (sebutkan
d...........................................................................DIII (sebutkan
e...........................................................................DIV/S1(sebutk
an ................................................................
f...........................................................................S2 (sebutkan
Pengetahuan
3. Apakah Pengertian Stop Buang Air Besar Sembarangan?
4. Apakah tujuan dari Stop Buang Air Besar Sembarangan?
5. Hal apa sajakah yang ingin di capai melalui program STBM Pilar Stop
BABS?
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat (ODF).
b. Masyarakat mengadopsi sanitasi yang lebih baik.
c. Sanitasi total.
6. Apa saja strategi utama dalam pelaksanaan program STBM Pilar Stop
BABS?
a. Penciptaan lingkungan yang kondusif.
b. Peningkatan kebutuhan masyarakat akan sanitasi.
c. Peningkatan penyediaan sarana sanitasi
Pelatihan
7. Apakah saudara(i) pernah mengikuti pelatihan tentang pemicuan STBM
Pilar Stop BABS dan praktek pemicuan STBM Pilar Stop BABS? Jika
tidak pernah lanjut ke pertanyaan no 11.
8. Berapa kali saudara(i) pernah mengikuti pelatihan?
9. Apa saja isi atau materi pelatihan yang pernah saudara(i)
ikuti?
10. Apakah pelatihan yang saudara(i) ikuti bermanfaat bagi
pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS? Sebutkan alasannya
Intensitas Melakukan Pemicuan STOP BABS
11. Selama menjadi pemegang program, sudah berapa kali anda
melakukan kegiatan pemicuan?
12. Apa peran anda dalam setiap kegiatan pemicuan? sebutkan dan
jelaskan.
b. Pembiayaan
1. Dari mana sumber dana/anggaran program STBM Pilar Stop BABS?
Sebutkan
2. Berapa jumlah dana dari masing-masing sumber dana tersebut dan untuk
apa saja penggunaannya?
3. Menurut anda apakah sudah cukup biaya yang di alokasikan untuk
pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS? jika belum cukup
berapakah idealnya untuk melaksanakan program STBM Pilar Stop BABS
di wilayah puskesmas saudara(i)?

14
14

c. Alat Pembuatan Jamban


1. Apakah ada peralatan yang digunakan untuk pembuatan jamban sehat bagi
masyarakat di wilayah puskesmas saudara(i)?
2. Jika ada, dari mana alat pembuatan jamban tersebut diperoleh? dan berapa
jumlahnya?
3. Jika ada, apakah alat pembuatan jamban tersebut digunakan untuk
membangun jamban di masyarakat? bagaimana sistem penggunaanya?
d. Kebijakan Program STBM Pilar Stop BABS
1. Apakah ada peraturan yang mendukung dan menjadi dasar dalam
melaksanakan program STOP BABS dari pemerintah?
2. Jika ada sebutkan peratutan tersebut?
3. Apa ada kebijakan atau peraturan yang menghambat pelaksanaan dan
pencapaian target program STBM Pilar Stop BABS? Jika ada sebutkan,
dan sebutkan kenapa menghambat
e. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
1. Apakah ada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang program
STBM Pilar Stop BABS?
2. Apa saja jenis petunjuk teknis dan pelaksanaan yang saudar(i) miliki?
f. Media Dan Alat Promosi
1. Apakah ada media dan alat promosi untuk menunjang kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS? sebutkan jenisnya
2. Apakah ada dukungan yang diberikan pemerintah baik pemerintah
provinsi, maupun pemerintah daerah dalam pemberian pemberitahuan
kabar berita dalam menunjang pelaksanaan proses promosi pelaksanaan
program STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja puskesmas saudara(i)?
sebutkan bentuk dukungannya.
g. Waktu Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS
1. Sejak kapan program STBM Pilar Stop BABS telah dilaksanakan di
wilayah kerja puskesmas saudara(i)?

IV. PROS ES
A. Pemicuan
a. Perencanaan
1. Apakah ada pertemuan dengan pimpinan, pengelola program lain, instansi
lain, kecamatan dan desa untuk membahas rencana program STBM Pilar
Stop BABS? Sebutkan
2. Adakah rencana kerja untuk pelaksanaan program STBM Pilar Stop
BABS di wilayah saudara (i)?
3. Siapa yang menyusun rencana kerja program STBM Pilar Stop BABS di
wilayah kerja saudara(i)?
4. Apakah ada komite STBM desa?
5. Apakah ada terget STBM Pilar Stop BABS setiap desa di wilayah kerja
sauadara(i)?
b. Pelaksanaan
1. Berapa kali setiap wilayah di tempat anda dilakukan pemicuan? sebutkan
alasannya.
2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah kegiatan pemicuan STBM
Pilar Stop BABS

14
14

3. Apakah yang dihasilkan dari kegiatan pemicuan yang anda laksanakan?


Sebutkan
4. Apa kendala yang anda alami selama proses pemicuan?

c. Pemantauan
1. Apakah ada pemantauan atau pendampingan pada masyarakat setelah
dilakukan pemicuan STBM Pilar Stop BABS? sebutkan kegiatannya?
2. Siapa saja yang terlibat dalam pemantauan dan pendampingan pelaksanaan
pemiucuan STBM Pilar Stop BABS di masyarakat?
3. Seberapa sering pemantauan dan pendampingan dilakukan?
4. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Fasilitator Kabupaten melakukan
supervisi berkala pada program STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja
saudara(i)?
5. Adakah hambatan dalam pelaksanaan pemantaun dan Pendampingan
program STBM Pilar Stop BABS? Jelaskan
e. Evaluasi
1. Apakah pernah dilakukan evaluasi pelaksanaan program STBM Pilar Stop
BABS?
2. Siapa Saja yang terlibat dalam evaluasi STBM Pilar Stop BABS?
3. Kapan dan berapa kali evaluasi dilakukan?
4. Bagaimana mekanisme evaluasi dilakukan?
5. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan evaluasi? sebutkan?
B. Pendampingan
1. Apakah ada kegiatan pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat
yang menjadi sasaran program STBM Pilar Stop BABS?
2. Kapan pendampingan program STBM Pilar Stop BABS dilaksanakan?
C. Penyusunan Laporan
1. Apakah setiap pelaksanaan dan hasil kegiatan dicatat dan dilaporkan?
2. Dalam bentuk apa laporan yang ada buat?
3. Kepada siapa laporan hasil program STBM Pilar Stop BABS di berikan?
V. Product
1. Apakah di wilayah kerja puskesmas saudara memiliki Desa/kelurahan
yang mencapai Stop Buang Sembarangan/Open Defication Free ? kapan
status SBS di capai?
2. Jika ada apakah sudah memenuhi 5 indikator Desa/kelurahan yang
mencapai Stop Buang Sembarangan / Open Defication Free?
3. Apakah Desa/kelurahan yang mencapai Stop Buang Sembarangan/ Open
Defication Free sudah memiliki sertipikat SBS? siapa yang menerbitkan?
4. Menurut anda apa yang kurang dan harus di perbaiki dari program STBM
Pilar Stop BABS yang sudah anda jalani selama ini?
5. Menurut anda manfaat dan kelebihan apa dari Program STBM Pilar Stop
BABS?
6. Strategi apa yang sudah anda lakukan selama ini untuk program STBM
Pilar Stop BABS?
7. Apa rencana anda kedepan untuk program STBM Pilar Stop BABS?
8. Ceritakan pengalaman ataupun strategi anda dalam melaksanakan program
STBM Pilar Stop BABS?

14
14

14
14

Petugas Promosi Kesehatan

LEMBAR WAWANCARA UNTUK PETUGAS PROMOSI


KESEHATAN PENELITIAN TENTANG EVALUASI STOP BUANG
AIR BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH SATU PILAR
PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI
KABUPATEN BANGLI
Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan
benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :
II. Pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS
1. Apakah anda mengetahui tentang program STBM Pilar
Stop BABS?
2. Apakah anda pernah dilibatkan dalam perencanaan program
STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja puskesmas? bila
tidak sebutkan alasannya?
3. Apakah anda pernah dilibatkan dalam pelaksanaan
program STBM Pilar Stop BABS diwilayah kerja
puskesmas? Jika tidak dilibatkan, sebutkan alasannya?

14
14

4. Menurut anda bagaimana pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS


selama ini? di pandang dari sisi promosi kesehatan?
5. Apakah dari sisi promosi kesehatan program STBM Pilar Stop BABS
dapatmenunjang program anda?
6. Menurut anda strategi apa yang tepat untuk keberhasilan program STBM Pilar
Stop BABS diwilayah saudara?

14
14

Kepala Desa
LEMBAR WAWANCARA UNTUK KEPALA DESA PENELITIAN
TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
SEBAGAI SALAH SATU DARI PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :

II. Pelaksanaan Verifikasi Desa Stop BABS

1. Apakah saudara(i) mengetahui tentang Stop BABS? Jelaskan


2. Apakah Desa saudara(i) pernah mendapatkan pelatihan tentang Stop BABS?
siapa yang meberikan pelatihan?
3. Apakah Desa saudara(i) seluruh masyarakatnya telah melakukan STOP
Buang Air Besar Sembarangan?
4. Apakah ada terget untuk pencapaian Stop BABS di desa saudara?
5. Apakah semua masyarakat saudara(i) telah BAB hanya dijamban sehat?
6. Apakah desa sudah melakukan survey atau verifikasi Stop BABS di
masyarakat?
7. Apakah ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB disembarang tempat?
8. Apakah ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat?
9. Apa hambatan dalam mengajak masyarakat untuk stop BABS?
10. Apakah rencana anda untuk mewujudkan desa stop BABS?
11. Apakah harapan anda terhadap program stop BABS?
12. Ceritakan pengalaman saudara tentang pelaksanaan program STBM Pilar
Stop BABS diwilayah kerja saudara?

14
14

Kader Kesehatan

LEMBAR WAWANCARA UNTUK KADER KESEHATAN PENELITIAN


TENTANG EVALUASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
SEBAGAI SALAH SATU DARI PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN BANGLI

Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi dan menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan benar
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Nomor Kuesioner :
Pewawancara :
Tanggal Penelitian :
Nama Instansi :

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Umur :
II. Pelaksanaan Verifikasi Desa Stop BABS

1. Apakah saudara (i) mengetahui tentang stop BABS? Jelaskan


2. Apakah Desa saudara(i) pernah mendapatkan kegiatan program STBM
Pilar Stop BABS? siapa yang melaksanakan kegiatan tersebut?
3. Setelah dilakukan program STBM Pilar Stop BABS apakah yang anda
rasakan untuk perubahan dilingkungan sekitar anda?
4. Apakah semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat?
5. Jamban sehat model apa yang digunakan masyarakat saat ini?
6. Sebelum adanya program STBM pilar Stop BABS dimanakah masyarakat
buang air besar? Sebutkan
7. Saat ini apakah ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh
masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat?
8. Apakah ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat?
9. Apakah ada pendampingan atau pemantaun yang dilakukan oleh
puskesmas terkait masalah buang air besar sembarangan?
10. Apakah selama ini anda dilibatkan dalam kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS? dalam kegiatan apa saja sebutkan.
11. Apa harapan anda terhadap program STBM Pilar Stop BABS?

14
14

PENGUKURAN DAN PENILAIAN PENELITIAN TENTANG EVALUASI STOP


BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN SEBAGAI SALAH SATU PILAR
PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN
BANGLI

NAMA PUSKESMAS :
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Kriteria Nilai Bobot
Dinilai (Nilai z Bobot)

Variabel Contexs 20

1 Tujuan program Sangat Baik, apabila ada target capaian program 5


STBM Pilar Stop STBM Pilar Stop BABS minimal selama 5 tahun
BABS dan target tercapai selama 5 tahun tersebut.
Baik, apabila ada terget capaian program BABS 4
minimal selama 5 tahun dan dalam waktu 5
tahun tercapai lebih dari 1 kali
Cukup, apabila ada terget capaian program 3
STBM Pilar Stop BABS minimal selama 5 tahun
dan dalam kurun waktu 5 tahun ada 1 tahun yang
Kurang, apabila ada terget capaian program 2
STBM Pilar Stop BABS minimal selama 5 tahun
dan dalam kurun waktu 5 tahun tidak pernah
Sangat Kurang, apabila tidak ada terget capaian 1
program STBM Pilar Stop BABS minimal selama
5 tahun.
2 Sasaran program
STBM Pilar Stop Sangat Baik, apabila ada sasaran program STBM
BABS Pilar Stop BABS yang di jabarkan dalam rencana
5
kerja tahunan dan bulanan untuk seluruh wilayah
kerja
Baik, apabila ada sasaran program yang di 4
jabarkan dalam rencana kerja tahunan dan
bulanan untuk seluruh wilayah kerja yang di
jabarkan dalam rencana kerja tahunan dan
bulanan untuk sebagian wilayah kerja.
Cukup, apabila ada sasaran program 3
STBM Pilar Stop BABS yang dijabarkan dalam
rencana kerja tahunan dan bulanan saja untuk
seluruh wilayah kerja
Kurang, apabila ada sasaran program 2
STBM Pilar Stop BABS dijabarkan dalam rencana
kerja tahunan atau bulanan saja untuk sebagain
atau seluruh wilayah kerja.
Sangat Kurang, apabila tidak ada sasaran 1
program STBM Pilar Stop BABS

3 Landasan yuridis Sangat Baik, apabila ada PERDA atau Peraturan 5


program STBM Pilar Bupati tentang pelaksanaan Program STBM Pilar
Stop BABS Stop BABS

14
15
Baik, apabila ada Surat Edaran Bupati, tentang 4
pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai x Bobot)
Variabel Contexs 20
Cukup, apabila ada Peraturan Camat tentang 3
pelaksanaan Program STBM Pilar Stop BABS
Sangat kurang, apabila ada peraturan desa 2
tentang pelaksanaan Program STBM Pilar Stop
BABS
Kurang, apabila tidak ada peraturan tentang 1
pelaksanaan program STBM Pilar Stop BABS.
JUMLAH
Penilaian variabel Context adalah sebagai berikut :
Sangat baik, jika interval skala skornya >80% Hasil Penilaian Variabel :
Baik, jika interval skornya >60% - ≤80% Jumlah point penilaian 3
Cukup, jika interval skornya >40% - ≤60% Jumlah hasil penilaian tertinggi 300
Kurang, jika interva, skornya >20% - ≤40%
Sangat Kurang, jika interval skornya ≤20%. Hasil Penilaian x 100%
300
Cara perhitungan nilai

Rumus : Jumlah Score yang diperoleh


Kesimpulan penilaian :
Jumlah Score tertinggi x 100%

Variabel Input 30
1. Pengelola
programSTOP
BABS :
a. Kuantitas Sangat Baik, apabila ada lebih dari 1 orang yang 5
menjadi pengelola program STBM Pilar Stop
BABS dan
pengelolaanya menjadi tupoksi orang tersebut.
Baik, apabila ada 1 orang yang menjadi 4
pengelola program STBM Pilar Stop BABS
pengelolaanya menjadi tupoksi orang tersebut.
Cukup, apabila ada 1 orang atau lebih yang 3
menjadi pengelola program STBM Pilar Stop
BABS dan pengelolaannya bukan menjadi
tupoksi tetapi hanya tugas tambahan.
Kurang, apabila ada 1 orang yang menjadi 2
pengelola program STBM Pilar Stop BABS
dan pengelolaannya bukan menjadi tupoksi tetapi
hanya tugas tambahan.
Sangat Kurang, apabila tidak ada yang menjadi 1
pengelola program STBM Pilar Stop BABS

b. Kualitas Sangat Baik, apabila pengelola program 5


Pendidikan berpendidikan D IV, S1dan S2 Bidang kesehatan
Baik, apabila pengelola program berpendidikan 4
D III bidang Kesehatan
Cukup apabila pengelola program berpendidikan 3
D I bidang kesehatan.
Kurang apabila pengelola program 2
berpendidikan DI, DIII, DIV,S1 dan S2 bukan
bidang kesehatan
Sangat Kurang apabila pengelola program SD, 1
SMP, dan SMA

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Input 30
Pengetahuan Tujuan Program STBM Pilar Stop BABS
Sangat Baik, apabila pengelola program 5
memahami tujuan program STBM Pilar Stop
BABS yaitu untuk mewujudkan perilaku
masyarakat yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
Baik, apabila pengelola program memahami 4
tujuan program STBM Pilar Stop BABS yaitu
mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis
Cukup, apabila pengelola program memahami 3
tujuan program STBM Pilar Stop BABS yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Kurang, apabila pengelola program memahami 2
tujuan program STBM Pilar Stop BABS untuk
membuat jamban sehat bagi masyarakat.
Sangat kurang, apabila pengelola program tidak 1
memahami tujuan STBM Pilar Stop BABS.

Pengertian Stop BABS


Sangat Baik, apabila menjawab stop BABS 5
adalah buang air besar yang hanya di jamban
sehat dan tidak lagi BAB sembarangan (sungai,
kolam, kebun, ladang, parit dan tempat terbuka
lainnya)
Baik, apabila menjawab stop BABS adalah 4
buang air besar di jamban dan tidak lagi BAB
sembarangan (sungai, kolam, kebun, ladang, parit
dan tempat terbuka lainnya)
Cukup, apabila menjawab stop BABS adalah 3
buang air besar di jamban.
Kurang, apabila menjawab stop BABS adalah 2
berhenti buang air besar sembarangan.
Sangat kurang, apabila tidak mengetahui 1
tentang stop BABS

Hal Yang Ingin dicapai melalui program


STBM Pilar Stop BABS
Sangat Baik, apabila menjawab : 5
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di
jamban sehat
2. Masyarakat mengadopsi sanitasi yang baik
3. Sanitasi Total
Baik, apabila menjawab 2 jawaban yang benar 4
Cukup, apabila hanya menjawab 1 jawaban yang 3
benar
Kurang, apabila jawabannya tidak tepat namun 2
masih menyinggung inti dari jawaban
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
tau sama sekali hal apa yang ingin di capai oleh
program STBM Pilar Stop BABS

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Input 30
Strategi Utama Dalam Pelaksanaan Program
STBM Pilar Stop BABS
Sangat Baik, apabila menjawab semua jawaban 5
dengan benar dan mampu untuk
menjelaskannya, yaitu :
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif
2. Peningkatan kebutuhan masyarakat
3. Peningkatan penyediaan sarana sanitasi
Baik, apabila menjawab semua jawaban dengan 4
benar dan menjelaskan sebagian dengan benar.
Cukup, apabila menjawab 2 jawaban dengan 3
benar dan menjelaskannya.
Kurang, apabila menjawab 1 jawaban dengan 2
benar dan mampu menjelaskannya.
Sangat Kurang, apabila tidak mengetahui 1
tentang strategi pelaksanaan programSTBM Pilar
Stop BABS

Pelatihan Sangat Baik, apabila telah mendapatkan 5


pelatihan tentang STBM dan praktek pemicuan
stop BABS lebih dari 1 kali pelatihan.
Baik, apabila baru 1 kali mendapatkan pelatihan 4
tentang STBM dan praktek pemicuan stop
BABS
Cukup, apabila telah mendapatkan pelatihan 3
praktek pemicuan Stop BABS
Kurang, apabila hanya mendapatkan pelatihan 2
STBM tanpa praktek pemicuan stop BABS.
Sangat Kurang, apabila belum pernah sama 1
sekali mendapatkan pelatihan.

Intensitas Sangat Baik, apabila seorang pengelola program 5


Melakukan sudah melakukan pemicuan sebanyak 36 kali atau
pemicuan stop lebih
BABS Baik, apabila seorang pengelola program sudah 4
melakukan pemicun sebanyak 24 sampai dengan
35 kali
Cukup, apabila seorang pengelola program 3
sudah melakukan pemicuan sebanyak 12 sampai
dengan 23 kali
Kurang, apabila seorang pengelola program 2
sudah melakukan pemicuan sebanyak 4 sampai
dengan 11 kali
Sangat Kurang, apabila seorang pengelola 1
program sudah melakukan pemicuan kurang dari
3 kali
Sangat Baik, apabila ada anggarn yang secara
2. Pembiayaan 5
khusus di gunakan untuk kegiatan program STBM
program
STBM Pilar Pilar Stop BABS dan besarannya >5% dari
Stop BABS anggaran

Baik, apabila ada anggaran yang secara khusus di 4

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Input 30

gunakan untuk kegiatan program STBM Pilar


Stop BABS dan besarannya >3 – 5 % dari
anggaran kegiatan di puskesmas
Cukup, apabila ada anggaran yang secara khusus 3
di gunakan untuk kegiatan program STBM Pilar
Stop BABS dan besarannya >2 - 3 % dari
anggaran kegiatan di puskesmas
Kurang, apabila ada anggaran yang secara 2
khusus di gunakan untuk kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS dan besarannya >1 - 2 %
dari anggaran kegiatan di puskesmas
Sangat Kurang, apabila ada anggaran yang 1
secara khusus di gunakan untuk kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS dan besarannya ≤1 %
dari anggaran kegiatan di puskesmas

3. Alat pembuatan Sangat Baik, apabila di puskesmas terdapat lebih 5


jamban dari 1 peralatan untuk membuat jamban sehat
yang bisa di pinjamkan untuk masyarakat secara
gratis.
Baik, apabila di puskesmas terdapat 1 peralatan 4
untuk membuat jamban sehat yang bisa di
pinjamkan untuk masyarakat secara gratis.
Cukup, apabila puskesmas melakukan upaya 3
peminjaman atau bon pinjam perlatan pembuatan
jamban sehat kepada Dinas Kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pembuatan jamban
diwilayah kerjanya.
Kurang, apabila puskesmas melakukan 2
peminjaman alat ke puskemas lain ataupun ke
Dinas Kesehatan Kabupaten hanya pada saat
membutuhkan saja.
Sangat Kurang, apabila di puskesmas tidak 1
terdapat perlatan membuat jamban sehat dan
puskesmas tidak pernah melakukan upaya
peminjaman alat kepada puskesmas lain yang
memiliki ataupun ke Dinas Kesehatan

4. Kebijakan Stop Sangat Baik, apabila puskemas memiliki 5


BABS dokumen peraturan tentang Stop BABS yaitu :
PMK RI No. 3 Tahun 2013 Tentang STBM
Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor
132 Tahun 2013 tentang pelaksanaan
Sanitasi Total Berbasis Mayarakat
3. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008
tentang STBM
Baik, apabila puskesmas memiliki dokumen 4
point 1 dan 2
Cukup, apabila puskesmas hanya memiliki 3
dokumen point 1 saja
Kurang, apabila puskesmas hanya memiliki 2

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Input 30

dokumen point 2 atau point 3 saja


Sangat Kurang, apabila puskesmas tidak 1
memiliki dokumen peraturan tentang Stop
BABS

5. Pedoman Teknis Sangat Baik, apabila terdapat 4 atau lebih buku 5


STOP BABS pedoman pelaksanaan stop BABS secara
lengkap
Baik, apabila ada 3 buku pedoman stop BABS 4
Cukup, apabila ada 2 buku pedoman stop 3
BABS
Kurang, apabila ada 1 buku pedoman stop 2
BABS
Sangat Kurang, apabila tidak ada buku pedoman 1
stop BABS

6. Media dan alat Sangat Baik, apabila puskesmas memiliki sarana 5


Promosi dan prasarana berupa alat peraga, banner, leaflet,
peralatan audio vidio yang digunakan untuk
kegiatan promosi program stop BABS.
Baik, apabila puskesmas memiliki alat 4
peraga,banner, dan leaflet yang digunakan untuk
kegiatan promosi program stop BABS
Cukup, apabila puskesmas memiliki banner dan 3
leaflet yang digunakan untuk kegiatan promosi
program stop BABS
Kurang, apabila puskesmas memiliki leaflet 2
yang digunakan untuk kegiatan promosi program
Stop BABS
Sangat Kurang, apabila puskesmas tidak 1
memiliki sarana dan prasarana untuk promosi
program Stop BABS

7. Waktu Pelaksanaan Sangat Baik, apabila pelaksanaan program 5


program STBM Pilar
STBM Pilar Stop BABS dimulai tahun 2008
Stop BABS
Baik, apabila pelaksanaan program STBM Pilar 4
Stop BABS di mulai pada tahun 2013
Cukup, apabila pelaksanaan program Stop 3
BABS di mulai pada tahun 2013
Kurang, apabila pelaksanaan program Stop 2
BABS dimulai pada tahun 2014
Sangat Kurang, apabila program STBM Pilar 1
Stop BABS dimulai tahun 2015

JUMMAH
Penilaian variabel Input adalah sebagai berikut :
Sangat baik, jika interval skala skornya >80% Hasil Penilaian Variabel :
Baik, jika interval skornya >60% - ≤80% Jumlah point penilaian 14
Cukup, jika interval skornya >40% - ≤60% Jumlah score tertinggi 2100
Kurang, jika interva, skornya >20% - ≤40%

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai x Bobot)
Sangat Kurang, jika interval skornya ≤20%. Hasil Penilaian
x 100%
Cara perhitungan nilai 2100

Rumus : Jumlah Score yang diperoleh


Kesimpulan penilaian :
Jumlah Score x 100%

Variabel Process 30
1. Pemicuan Sangat Baik, apabila ada mekanisme 5
a. Perencanaan perencanaan pemicuan yang meliputi sasaran
pemicuan, waktu, lokasi pemicuan, dan frekfensi
pemicuan yang dibuat secara jelas dan
terdokumentasi dengan melibatkan lintas
program, lintas sektor dan masyarakat.
Baik, apabila ada mekanisme perencanaan 4
pemicuan yang meliputi sasaran pemicuan, waktu
dan lokasi pemicuan, yang dibuat secara jelas dan
terdokumentasi dengan melibatkan lintas
program.
Cukup, apabila ada mekanisme perencanaan 3
pemicuan yang meliputi sasaran pemicuan, waktu
dan lokasi pemicuan, yang
dibuat secara jelas dan terdokumentasi.
Kurang, apabila ada mekanisme perencanaan 2
pemicuan yang meliputi lokasi pemicuan, yang
dibuat secara jelas dan terdokumentasi.
Sangat Kurang, apabila tidak ada mekanisme 1
perencanaan pemicuan

Sangat Baik, apabila dilakukan sesuai dengan 5


b. Pelaksanaan langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3
Tahun 2014 Tentang STBM dan menghasilkan :
1. Natural leader
2. Peta social
3. Rencana kerja masyarakat untuk perubahan
perilaku
Baik, apabila apabila dilakukan sesuai dengan 4
langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3
Tahun 2014 Tentang STBM dan menghasilkan :
1. Natural leader
2. Rencana kerja masyarakat untuk perubahan
perilaku
Cukup, apabila apabila dilakukan sesuai dengan 3
langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3
Tahun 2014 Tentang STBM dan menghasilkan :
1. Natural leader
Kurang, apabila apabila dilakukan sesuai dengan 2
langkah-langkah pemicuan dalam PMK RI No. 3
Tahun 2014 Tentang STBM
Sangat Kurang, apabila tidak dilakukan sesuai 1
dengan langkah-langkah pemicuan dalam PMK
RI No. 3 Tahun 2014 Tentang STBM

Sangat Baik, apabila ada mekanisme 5


pemantauan dan evaluasi pasca pemicuan dengan
c. Pemantauan
dan evaluasi

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Process 30
melibatkan lintas program, lintas sektor dan
masyarakat.
Baik, apabila ada mekanisme pemantauan dan 4
evaluasi pasca pemicuan dengan melibatkan
lintas program, dan masyarakat.
Cukup, apabila ada mekanisme pemantauan 3
danevaluasi pasca pemicuan dengan melibatkan
lintas program atau masyarakat saja.
Kurang, apabila ada mekanisme pemantauan dan 2
evaluasi pasca pemicuan
Sangat Kurang, apabila tidak ada mekanisme 1
pemantauan dan evaluasi pasca pemicuan

2. Pendampingan Sangat Baik, apabila pengelola program 5


melakukan bimbingan pasca pemicuan dengan
mendatangi masyarakat yang sudah
merencanakan perubahan perilaku dengan
melibatkan lintas program,lintas sektor dan
masyarakat.
Baik, apabila pengelola program melakukan 4
bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi
masyarakat yang sudah merencanakan perubahan
perilaku dengan melibatkan lintas program, dan
masyarakat.
Cukup, apabila pengelola program melakukan 3
bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi
masyarakat yang sudah merencanakan perubahan
perilaku dengan melibatkan lintas program saja,
atau masyarakat saja.
Kurang, apabila pengelola program melakukan 2
bimbingan pasca pemicuan dengan mendatangi
masyarakat yang sudah merencanakan perubahan
perilaku.
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
melakukan bimbingan pasca pemicuan dengan
mendatangi masyarakat yang sudah
merencanakan perubahan perilaku.

3. Penyusunan laporan Sangat Baik, apabila pengelola program 5


membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan
program STBM Pilar Stop BABS yang berupa
pelaksanaan kegiatan program STBM Pilar Stop
BABS dan capaian akses penduduk terhadap
jamban sehat baik secara tertulis, dan lisan
kepada Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten serta Kemenkes secara on line.
Baik, apabila pengelola program membuat 4
laporan hasil pelaksanaan kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS yang berupa capaian
akses penduduk terhadap jamban sehat baik secara
tertulis, dan lisan kepada Kepala Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten serta Kemenkes

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
No Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai z Bobot)
Variabel Process 30
Secara on-line.
Cukup, apabila pengelola program membuat
Laporan hasil pelaksanaan kegiatan program 3
STOP BABS yang berupa capaian akses
penduduk terhadap jamban sehat secara on-line
kepada Kemenkes.
Kurang, apabila pengelola program membuat 2
laporan hasil pelaksanaan kegiatan program
STBM Pilar Stop BABS yang berupa capaian
akses penduduk terhadap jamban sehat secara lisan
kepada Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten
Sangat Kurang, apabila pengelola program tidak 1
membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan
program STBM Pilar Stop BABS
JUMLAH

Hasil Penilaian Variabel :


Jumlah point penilaian 5
Jumlah score tertinggi 750
Hasil Penilaian : x 100%
750

Kesimpulan Penilaian :

Variabel Product / hasil 20


1. Desa/ kelurahan yang Sangat Baik, apabila ada suatu komunitas
mencapai Stop Buang masyarakat telah memiliki 5 indikator Desa Stop
Sembarangan/Open BABS yaitu:
Defication Free
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di
jamban sehat 5
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan
sekitar
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya
lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian
BAB di sembarang tempat
4. Ada mekanisme pemantauan umum yang
dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk
dapat mencapai sanitasi total
Baik, apabila ada suatu komunitas masyarakat 4
telah memiliki 3 indikator Desa stop BABS
yaitu:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di
jamban sehat
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan

15
15
Komponen Yang Hasil Penilaian
o Dinilai Kriteria Nilai Bobot (Nilai x Bobot)
Variabel Product / hasil 20
sekitar.
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya
lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat.
Cukup, apabila ada suatu komunitas masyarakat 3
telah memiliki 2 indikator Desa Stop BABS yaitu
:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban
sehat.
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan
sekitar.
Kurang, apabila ada suatu komunitas masyarakat
telah memiliki 1 indikator Desa Stop BABS
yaitu :
1. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan 2
sekitar
Sangat Kurang, apabila tidak ada suatu
komunitas masyarakat belum memiliki indikator 1
Desa Stop BABS
JUMLAH

Hasil Penilaian Variabel :


Hasil Penilaian : x 100%
100

Kesimpulan Penilaian :

HASIL PENILAIAN SELURUH KOMPONEN CIPP (CONTEXT, INPUT,PROCESS &


PRODUCT)

Jumlah Hasil Penilaian:


Jumlah Penilaian tertinggi : 3250
Hasil Penilaian : x 100%

Kesimpulan Penilaian :

15
Lampiran Hasil Uji Validitas & Realibilitas Instrument Context, Input, Process, & Product (CIPP) Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan diwilayah
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016
Nilai Data Observasi ;

Komponen dan Puskemas Jumlah Kategori


No Variabel Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai Penilaian
Context
1 Tujuan Program 60 20 40 40 20 20 40 20 20 20 40 20 360 Sangat Kurang
2 Sasaran progann 100 100 100 100 100 100 100 20 100 100 100 100 1120 Sangat Baik
3 Landasan Yuridis 80 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 740 Cukup
Total Nilai Context 240 180 200 200 180 180 200 100 180 180 200 180 2220 Cukup
Input
Kuantitas Pengelola
Program 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 Balk
1.a. 1440

1.b. Kualitas pendidikan 150 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 Baik
1470
Pengetahuan Tujuan 120 120 120 120 120 Baik
1.c. Program 120 120 120 120 120 120 120 1440

150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 Sangat Baik
1.d Pengetahuan Stop BABS 1800
Pengetahuan hal yang 120 150 150 150 150 90 150 150 Sangat Baik
1.e ingin dicapai program 150 150 120 90 1620
Pengetahuan strategi 60 Baik
1.f Program 150 150 60 60 60 150 150 150 150 60 60 1260
Pelatihan pengelola 150 150 150 150 150 120 150 Sangat Baik
1.g Program 120 150 150 150 150 1770
Intensitas melakukan 120 150 60 120 60 60 150 Baik
1.h Pemicuan 90 90 150 150 150 1350
2 Pembiayaan program 150 120 90 150 60 150 60 120 60 120 30 60 1170 Cukup

3 Alat pembuat jamban 90 30 30 60 30 30 60 30 30 30 30 60 510 Sangat Kurang

4 Kebijalcan program 30 30 30 30 60 30 30 30 30 30 30 30 390 Sangat Kurang

5 Pedoman teknis program 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 1080 Cukup

6 Media dan alat promosi 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 1800 Sangat Baik
Waktu pelaksanaan
7 Program 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 1080
Cukup

Total Nilai Input 1650 1560 1470 1530 1470 1620 1590 1530 1530 1380 1320 1500 18150 Baik

18
Process
1.a. Perencanaan Pemicuan 150 120 120 150 150 150 150 60 150 150 150 150 1650 Sangat Baik

1.b. Pelaksanaan pemicuan 150 120 120 150 150 60 90 30 150 60 120 60 1260 Baik

1.c. Pemantauan dan Evaluasi 150 30 120 120 150 60 150 30 120 30 90 30 1080 Cukup

2 Pendampingan 150 30 60 150 120 30 30 30 150 30 30 30 840 Kurang


3 Penyusunan Laporan 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 1800 Sangat Baik
Total Nilai Process 750 450 570 720 720 450 570 300 720 420 540 420 6630 Baik
Product
1 Desa stop buang air
besar sembarangan 100 40 40 80 60 60 20 20 20 20 20 20 500 Kurang
(SBS)
Total Nilai Product 100 40 40 80 60 60 20 20 20 20 20 20 500 Kurang
Total Nilai CIPP 2740 2230 2280 2530 2450 2310 2380 1950 2450 2000 2080 2120 27520 Baik
Sangat
Kategori Penilaian Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Cukup Cukup

UJI VALIDITAS & REALIBILITAS INSTRUMENT

1. VALIDITAS

A. Context
No. Komponen Sig.(2-tailed) Kategori
1 Tujuan Program 0,000 Valid
2 Sasaran progann 0,000 Valid
3 Landasan Yuridis 0,000 Valid

18
B. Input
No. Pertanyaan Sig.(2-tailed) Kategori
1 Kuantitas Pengelola 0,000 Valid
Program
2 Kualitas pendidikan 0,000 Valid
3 Pengetahuan Tujuan 0,000 Valid
Program
4 0,000 Valid
PengetahuanSTOP babs
5 Pengetahuan halyang 0,000 Valid
ingin dicapai program
6 Pengetahuanstrategi 0,000 Valid
Program
7 Pelatihan pengelola 0,000 Valid
Program
8 Intensitasmelakukan 0,000 Valid
Pemicuan
9 Pembiayaan program 0,000 Valid
10 Alat pembuat jamban 0,000 Valid
11 Kebijalcan program 0,000 Valid
12 Pedoman teknis program 0,000 Valid
13 Media dan alat promosi 0,000 Valid
14 Waktu pelaksanaan 0,000 Valid
Program

C. Process
No. Pertanyaan Sig.(2-tailed) Kategori

1 Perencanaan Pemicuan 0,000 Valid

19
2 Pelaksanaan pemicuan 0,000 Valid
Pemantauan dan 0,000 Valid
3
evaluasi Pemicuan
4 Pendampingan 0,000 Valid
5 Penyusunan Laporan 0,000 Valid

D. Product
No. Pertanyaan Sig.(2-tailed) Kategori
1 Desa stopbuangair besar 0,000 Valid
sembarangan
(SBS)

2. REABILITAS
Jumlah sampel sebanyak 12 Puskesmas sehingga n=12, Nilai r tabel taraf signifikasi 5% (0,05) = 0,4575 dan dikatakan realible jika

Sehingga, Cronbach’s Alpha > r tabel

a. Context

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.749 3

19
Dengan nilai CA =

0,794 > 0,2075


Maka, Context dikatakan REALIBLE

b. Input

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.736 14

Dengan nilai CA = 0,4259

0,736 > 0,4259


Maka, Input dikatakan REALIBLE

c. Process

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.827 5

19
Dengan nilai CA =
0,827 >
Maka, Process dikatakan REALIBLE

d. Product

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.995 1

Dengan nilai CA = 0,9877

0,996 > 0,9877


Maka, Product X4 dikatakan REALIBLE

19
19
114

Bangli, 10 Desember 2017

No : 1807/XII/2017/Din.Kes Kepada
Lampiran : Yth. Kepala UPT
Perihal : Ijin Penelitian Puskesmas……..
Di - Tempat

Memperhatikan surat Permohonan ijin penelitian Nomor


1602/A.20.01/PPs/UNMAS/XI/2017, atas nama Anak Agung Dwi Wulantari
Mahasiswa Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan
Lingkungan.
Dengan ini mengharapkan bantuan Saudara dalam kegiatan penelitian
yang akan dilaksanakan oleh :
Nama : Anak Agung Dwi Wulantari
Alamat : Penasan, Mungguna, Klungkung
Pekerjaan : PNS / Mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar
Judul : “Evaluasi Stop Buang Air Besar Sembarangan Sebagai
Salah Satu Pilar Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Bangli”

Demikian untuk menjadi perhatian, dan atas kerja samanya disampaikan


terima kasih.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN BANGLI

dr. I Nengah Nadi,M.Kes


NIP. 196112311989111015

Anda mungkin juga menyukai