Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini berisi artikel tentang grup lawak Indonesia. Untuk warung kopi di
Wikipedia, lihat Wikipedia:Warung Kopi.
"Warkop Prambors" dan "Warkop DKI" dialihkan ke halaman ini. Untuk tempat yang
menjual minuman kopi, lihat Warung kopi.
Warkop
Media Radio, film dan televisi
Kebangsaan Indonesia
Genre Komedi
Dono
Anggota
Kasino
Indro
Nanu Moeljono
Rudy Badil
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Awal mula[sunting | sunting sumber]
Grup ini bermula dari sebuah acara radio yang digagas oleh Temmy Lesanpura,
seorang produser hiburan radio Prambors di Jakarta. Tahun 1974, Temmy bertemu
dengan Kasino, Nanu Moeljono, dan Rudy Badil, mahasiswa Universitas
Indonesia (UI) yang memang terkenal suka membuat humor di depan teman-
temannya.[1] Temmy yang mengepalai Radio Prambors berhasil meyakinkan
ketiganya untuk mengisi acara setiap hari kamis malam pada pukul 20.30 sampai
21.15 WIB. Tak ada persiapan apapun, tetapi karena memang mereka menghibur
dengan hati dan otak, ide-ide lawakan selalu muncul sebelum mereka siaran. Acara
yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi” tersebut terbukti bisa menarik
perhatian para pendengar.[2]
Setahun kemudian, Dono, rekan mereka di UI bergabung bersama grup lawak
tersebut.[3][4] Mereka berempat cukup dikenal oleh penggemar radio Prambors dengan
lawakannya yang segar dan berisi. Pada tahun 1976, Indro, mahasiswa Universitas
Pancasila yang paling muda usianya diajak bergabung. Kelimanya kemudian dikenal
sebagai punggawa acara Warkop Prambors yang populer di radio tersebut pada
medio 1970-an. Saat itu Warkop beranggotakan lima orang yaitu Kasino, Nanu,
Rudy Badil, Dono, dan Indro sangat ramai diperbincangkan oleh publik, hingga
akhirnya mereka ditawari untuk tampil di panggung. [1][2] Baru pada acara Terminal
Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-
benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal
Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu
memperkenalkan grup PSP, yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor
mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat
orang, setiap personel mendapat Rp 250.000.
Mereka mendapat banyak tawaran dalam berbagai kesempatan tampil di acara
hiburan panggung. Lawakan mereka yang berkelas mahasiswa, tidak kampungan,
ataupun pasaran, membuat mereka tampil beda dibanding grup-grup lawak lainnya
yang telah lebih dahulu populer di tanah air. [1] Sayang pencapaian grup Warkop
hingga kemudian menjadi terkenal dan menjadi legenda tidak dilalui bersama-sama
oleh kelima anggotanya. Pada saat sudah naik di atas panggung, Rudy Badil selalu
mengalami demam panggung yang tak bisa diatasinya. Ia memutuskan untuk
mengundurkan diri dari Warkop lantaran merasa demam panggung tersebut.
Keempat rekannya meneruskan kiprah impian mereka dalam berbagai kesempatan
yang mereka peroleh dalam dunia hiburan panggung, yang kemudian berlanjut pada
rekaman kaset, dan film. Mundurnya Rudy Badil membuat ia sebagai satu-satunya
anggota yang tidak terlibat dalam satupun film yang dibintangi oleh para anggota
Warkop.[1]
Era film[sunting | sunting sumber]
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-
film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personel
Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Film pertama yang mereka bintangi
dalam bendera Warkop Prambors adalah film komedi yang berjudul Mana Tahan.
Film tersebut dirilis pada tahun 1979, menampilkan beberapa artis terkenal masa itu
seperti Rahayu Effendi, Kusno Sudjarwadi, dan Elvy Sukaesih. Kesuksesan film
tersebut menyebabkan berlanjutnya tawaran film-film bergenre komedi berikutnya
kepada mereka.[1] Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka
mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul
film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film
menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir
semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Pada film-film pertama mereka yang diproduksi oleh Bola Dunia Film, personel
Warkop memerankan tokoh Slamet (diperankan oleh Dono), Sanwani (Kasino), dan
Paijo (Indro) contohnya dalam Mana Tahan. Namun, dalam film-film selanjutnya,
mereka memerankan nama asli mereka (Dono, Kasino, Indro).
Namun perjalan karier itu hanya diikuti oleh Kasino, Dono, dan Indro saja. Nanu
Moeljono, setelah sempat membintangi film Mana Tahaaan... bersama mereka,
memutuskan mengundurkan diri pada tahun 1979. Ditinggalkan oleh Nanu, Warkop
hanya terdiri dari tiga orang dan grup lawak ini masih berjalan seperti biasa.
Meskipun hanya bertiga, dipimpin oleh Kasino, mereka masih tetap bisa menghibur
para penggemarnya. Ketiganya kemudian bahkan semakin berkibar dengan rentetan
film-film komedi yang meledak di pasaran. [1]
Untuk mengisi peran yang ditinggalkan Nanu, Warkop Prambors pada beberapa film
mereka di awal tahun 1980-an sempat beberapa kali menggunakan beberapa
pemain pembantu yang bisa mengimbangi mereka bertiga sebagai tokoh sentral
komedi. Diantaranya adalah Dorman Borisman dan Mat Solar. Namun dalam
perkembangannya mereka akhirnya lebih memilih tampil bertiga saja sebagai
pemeran utama dan tokoh sentral dalam film-film berikutnya. Popularitas mereka
bertiga semakin populer lewat film-filmnya yang semakin dikenal dan dicintai
masyarakat.[1]
Di luar Warkop, Nanu sempat membintangi sebuah film lain berjudul Kisah Cinta
Rojali dan Zuleha pada tahun yang sama. Setelah membintangi film tersebut, Nanu
kemudian menghilang dari dunia hiburan. Ia menderita sakit yang cukup parah
hingga akhirnya meninggal pada 22 Maret 1983 di usia 30 tahun karena
penyakit kanker ginjal. Nanu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah
Kusir.[1]
Selanjutnya perjalanan grup ini dikenal dengan Trio Dono-Kasino-
Indro atau DKI (yang merupakan plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota).
Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi
tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus
membayar royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka
itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan
praktik upeti itu. Nama "DKI" sendiri mulai digunakan pada tahun 1986. [2][1]
Era televisi[sunting | sunting sumber]
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, Warkop DKI pun
mulai menyapa masyarakat lewat sinetron. Warkop DKI mempunyai sinetron komedi
di Indosiar pada tanggal 11 Mei 1995 hingga 31 Mei 2003 televisi garapan Soraya
Intercine Films yang menampilkan Warkop bersama Karina Suwandi dan Roweina
Umboh.
Personil[sunting | sunting sumber]
Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak
bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus
kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga
kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan
kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat
berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan
Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
Kasino Hadiwibowo
1 1974–1997
(1950–1997)
Nanu Moeljono
2 1974–1979
(1952–1983)
Rudy Badil
3 1974–1979
(1945–2019)
Wahjoe Sardono
4 1975–2001
(1951–2001)
Indrodjojo Kusumonegoro
5 1976–sekarang
(lahir 1958)
Filmografi[sunting | sunting sumber]
1980
Pintar Pintar Bodoh Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi dan Dorman Borisman [8]
Manusia 6.000.000
Eva Arnaz, Dorman Borisman dan Abdul Hamid Arief [10]
Dollar
1981
1982
Chips Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan M. Pandji Anom [13]
Kena
1984
Itu Bisa Diatur Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih [18]
Kesempatan Dalam Lydia Kandou, Nena Rosier, Lia Warokka, dan Kaharuddin [19]
Kesempitan Syah
1985
1986
Bisa
Asyik
1987
1988
Malu-Malu Mau Nurul Arifin, Suyadi dan Sherly Malinton [27]
1989
Sabar Dulu Doong...! Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz [29]
Boneng
Boneng
1991
1992 Bisa Naik Bisa Turun Kiki Fatmala, Fortunella, Fritz G. Schadt, Gitty Srinita, [33]
dan Diding Boneng
Kena Boneng
1993
Bebas Aturan Main Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari [37]
1994
Sally Marcellina, Pak Tile, Taffana Dewi, dan Diding
Pencet Sana Pencet Sini [39]
Boneng
Referensi[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]
1. ^ Film Untukmu Indonesiaku yang dirilis pada 1980 menjadi film non-komedi satu-satunya
grup Warkop.
b
s
Warkop
Dono
Kasino
Personel Indro
Nanu
Rudy Badil
Gengsi Dong (1980)
Gede Rasa (1980)
Setan Kredit (1982)
Chips (1982)
Dongkrak Antik (1982)
Pokoknya Beres (1983)
Gantian Dong (1985)
Malu-Malu Mau (1988)
Salah Masuk (1992)
Bagi-Bagi Dong (1993)
Untukmu Indonesiaku