Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT MATA PELAJARAN


Buku kerja bengkel ini disusun untuk memberikan keterampilan dibidang perbengkelan
yang merupakan suatu kebutuhan untuk meningkatkan suatu kemampuan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Keterampilan yang lebih luas dan mendalam merupakan
usaha dalam membangun sumber daya manusia, di mana keterampilan tidak hanya
akan memudahkan mendapatkan suatu pekerjaan tetapi juga akan menyusun kariernya
dan memungkinkannya untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Dalam masa
pembangunan yang sekarang ini dituntut keterampilan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan suatu jabatan tertentu yang memerlukan persyaratan tertentu pula, yang
lebih inisiatip, spesialis dan kemampuan yang lebih tinggi. Buku ini diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan dan keahlian peserta diklat di dalam kerja bengkel.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Mata Pelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran kerja bengkel peserta diklat diharapkan dapat:
a. Menggunakan peralatan keselamatan kerja pada saat melakukan pekerjaan dari
berbagai jenis pekerjaan dalam kerja bengkel.
b. Menggunakan peralatan yang tepat dalam melaksanakan pekerjaan dengan
memperhatikan norma-norma keselamatan yang ada.
c. Mengidentifikasi sifat dan pembatasan bahan yang digunakan dalam melakukan
perbaikan kapal.
2. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pembelajaran kerja bengkel peserta diklat diharapkan dapat:
a. Mampu dan memahami prosedur dan cara kerja yang aman.
b. Mampu menggunakan alat-alat ukur.
1. Mesin bubut
2. Las Acytelin
c. Las listrik
d. Mampu menggunakan peralatan kerja bangku.
e. Mampu mengoperasikan mesin-mesin perkakas.
f. Mampul mengoperasikan mesin las.
g. Mampu mengoperasikan mesin bubut.
C. POKOK BAHASAN
1. Keselamatan kerja
2. Jenis-jenis kerja bengkel
3. Alat ukur
4. Jenis dan kegunaan alat kerja bangku
5. Jenis dan kegunaan mesin perkakas
6.
BAB II
KESELAMATAN KERJA

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat:
1. Memahami arti pentingnya aspek keselamatan dalam melakukan suatu pekerjaan.
2. Dapat mempergunakan alat keselamatan dengan baik dan benar sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
3. Memahami hal-hal yang akan ditimbulkan dalam melakukan suatu pekerjaan.
4. Meminimalkan kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan pada setiap pekerjaan yang
dilakukan.

A. UMUM
Kecelakaan kerja dapat setiap saat terjadi tanpa kesengajaan dan tanpa terduga, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan atau menghindari
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan selama proses pekerjaan
pengelasan, misalnya pengaturan tata letak peralatan bengkel, pelaksanaan prosedur
pengelasan yang benar, menghindari tindakan-tindakan yang berbahaya, dan
pemakaian peralatan keselamatan kerja. Masing-masing bengkel las, yaitu bengkel las
asytelin maupun bengkel las busur listrik mempunyai aturan sendiri-sendiri yang harus
dilakukan.

B. KESELAMATAN KERJA PADA LAS ASYTELIN


Penggunaan panas yang sangat tinggi memungkinkan timbulnya bahaya-bahaya yang
tidak dikehendaki. Untuk menghindari hal tersebut maka harus diketahui sumber energi
yang digunakan, bagaimana karakteristiknya, dan bagaimana penggunaannya Las oksi-
asytelin merupakan pengelasan yang memanfaatkan energi atau panas dan
pembakaran gas asytelin, Gas asytelin merupakan salah satu jenis gas yang sangat
mudah terbakar di bawah pengaruh suhu dan tekanan. Gas asytelinn disimpan dalam
suatu tabung yang mampu menahan tekanan kerja. Bahaya-bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh gas asytelin antara lain sebagai berikut.
1. Polimerisasi
Peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh lebih tinggi dalam waktu
yang sangat singkat. Polimerisasi akan terjadi pada suhu 300°C, jika berada pada
tekanan I atm. Oleh sebab itu, gas asytelin tidak boleh disimpan atau digunakan
pada suhu di atas 300°C.
2. Disosiasi
Adalah adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan zat-zat. Disosiasi
terjadi pada suhu 600°C, jika berada pada tekanan I atm atau 530°C jika tekanan 3
atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas akan meningkat dan bisa menimbulkan
ledakan.
Terjadinya polimerisasi dan disosiasi akan merigakibatkan naiknya suh dan tekanan gas
menjadi jauh lebih tinggi dan keadaan semula. Gas asytelin merupakan gas yang
sangat mudah meledak atau terbakar di bawah pengaruh tekanan dan suhu. untuk
menghindari hal-hal dialas gas asetilen di dalam tabung gas dilarutkan dalam aceton
juga diisi dengan bahan-bahan berpori misalnya keramik, yang dapat menempatkan dan
melarutkan gas asytelin secara baik.
Kebocoran gas asytelin dan tabungnya dapat mengakibatkan awal terjadinya kebakaran
atau ledakan. Kebocoran gas biasanya terjadi pada bagian penutup, bagian hubungan
antara tabung dan penutup tabung, dan bagian-bagian sambungan. Jarang sekali terjadi
kebocoran pada konstruksi tabung atau pada sambungan-sambungan tabung, karena
tabung dirancang untuk bekerja pada tekanan kerja yang tinggi sehingga konstruksinya
kokoh. Untuk menghindari terjadinya kemungkinan kebocoran-kebocoran sebaiknya:
1. Katup-katup penutup supaya diputar/ditutup serapat-rapatnya, dapat dilakukan
dengan alat bantu misalnya sarung tangan atau lap yang basah.
2. Klem atau penjepit slang gas diusahakan dapat menjepit dengan baik tanpa
kebocoran.
3. Pastikan slang-slang gas tidak bocor. Kebocoran selang gas dapat diperiksa dengan
memasukkan slang ke dalam air. Jika terjadi kebocoran maka akan ada gelembung
gas yang muncul.
Panas yang berlebihan pada tabung asytelin sangat membahayakan karena kalau
dibiarkan dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Jika terjadi pemanasan pada tabung
asytelin maka sebaiknya:
1. Tabung dipindahkan ke tempat yang aman, lapang, terbuka dan diletakkan pada
posisi berdiri atau vertikal.
2. Lakukan pendinginan tabung dengan cara menyiram air dingin, dan jika tidak ada
penurunan suhu, rendam dalam air dingin pada posisi vertikal selama 24 jam.
Untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran maka dalam bengkel las harus
mempunyai tabung pemadam kebakanan, yang diletak pada posisi yang mudah dan
cepat dijangkau bila sewaktu-waktu akan digunakan. Selain tabung pemadam
kebakaran yaitu adanya sumber air. Air dapat digunakan unluk proses pendinginan dan
juga dapat membantu pengamanan misalnya untuk pendinginan tabung asytelin jika
terjadi pemanasan pada tabung asytelin.

C. KESELAMATAN KERJA PADA LISTRIK LISTRIK


Prinsip kerja las busur listrik yaitu mengalirkan arus listrik dengan tegangan tertentu
melewati suatu tahanan, sehingga menimbulkan panas yang sangat tinggi yang mampu
mencairkan logam. Tegangan yang digunakan sangat menentukan terjadinya loncatan
bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik.
Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang tinggi akan membahayakan operator
las, karena tubuh manusia hanya mampu terhadap tegangan listrik sekitar 42
volt.Tegangan yang keluar dari transformator pada mesin las besarnya antara 55-85
volt. Besarnya tegangan ini cukup membahayakan bagi operatornya, untuk menghidari
bahaya yang dapat ditimbulkan akibat tegangan listrik maka operator dilengkapi
peralatan keselamatan kerja misalnya sarung tangan dan sepatu las yang dapat
berfungsi sebagai isolator listrik dan panas. Pemasangan elektroda pada penjepit
menggunakan sarung tangan agar tangan operator tidak kontak Iangsung dengan arus
listrik.. Untuk melindungi tubuh dan mata, operator menggunakan kacamata las,
pakaian las, pelindung dada, dan sarung tangan. dinding-dinding dan langit-langit
bengkel juga harus mampu menyerap sinar yang berintensitas tinggi dan nyala las,
sehingga sinar tidak dipantulkan lagi kearah operator.

D. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA


Operator las harus memakai alat-alat yang mampu melindungi tubuh dan bahaya-
bahaya yang ditimbulkan akibat pengelasan. Alat-alat penlengkapan ini tidak hanya
memberikan perlindungan bagi tubuh, tetapi juga memberikan kemudahan atau sebagai
alat bantu bagi operator sewaktu mengerjakan pekerjaannya. Alat-alat perlengkapan
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Pelindung Muka
Bentuk dan jenis pelindung muka ada beberapa macam tetapi secara prinsip
pelindung muka mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi mata dan muka dari
pancaran sinar las dan percikan bunga api.
Gbr. Masker las
Pelindung muka mempunyal kacamata yang terbuat dan bahan tembus pandang
yang berwarna sangat gelap dan hanya mampu ditembus oleh sinar las. Kacamata
ini berfungsi melihat benda kerja yang dilas dengan mengurangi intensitas cahaya
yang masuk ke mata.

2. Kaca mata Bening


Untuk membersihkan torak atau untuk proses misalnya penggerindaan, mata perlu
perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung muka las. Mata tidak mampu melihat
benda kerja karena kacamata yang berada pada pelindung muka sangat gelap. Oleb
karena itu, diperlukan kacamata bening yang mampu digunakan untuk melihat
benda kerja dan sangat ringan sehingga tidak begitu mengganggu proses pekerjaan.

Gbr.kaca mata las

3. Resiprator
Resipator berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh sistem
pernapasan manusia melalui slang yang dihubungkan ketabung oksigen. Resipator
digunakan untuk pengelasan dalam ruang yang tertutup, atau ruangan yang sistem
sirkulasi udaranya tidak baik. Karena proses pengelasan akan menghasilkan gas-
gas yang membahayakan sistem pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar.

Gbr.Respirator
Jika gas hasil pengelasan tidak segera dialirkan ke luar ruangan maka akan dihirup
oleh operator. Kalau kejadian ini berlangsung lama maka akan membahayakan
operator.

4. Pakaian Las
Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dan percikan bunga api dan pancaran
sinar las. Pakaian las terbuat dan bahan yang lemas sehingga tidak membatasi
gerak pemakai. Selain bahan pakaian yang digunakan lemas,juga harus ringan,
tidak mudah terbakar, dan mampu menahan panas atau bersifat isolator. Model
lengan dan celana dibuat panjang agar mampu melindungi seluruh tubuh dengan
baik.

Gbr.Pakaian las

5. Pelindung Badan (Apron)


Untuk melindungi kulit dan organ tubuh pada bagian badan dan percikan bunga api
dan pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada bagian badan
perlu dilindungi seperti halnya pada bagian muka dilindungi dengan pelindung muka.
Baju las yang digunakan belum mampu sepenuhnya melindungi kulit dan organ
tubuh pada bagian dada.

6. Sarung Tangan
Pekerjaan mengelas selalu berhubungan dengan panas dan tegangan listrik, dua hal
yang tidak boleh kontak langsung dengan bagian tubuh manusia. Tubuh manusia
mampu menahan panas dan tegangan listrik pada batas-batas tertentu, pada hal
pengelasan menggunakan panas yang sangat tinggi dan tegangan yang cukup
berbahaya. Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua
tangan, contoh: penggantian elektroda atau memegang sebagian dan benda kerja
yang memperoleh panas secara konduksi dan proses pengelasan.

Gbr.Sarung tangan las

Untuk melindungi tangan dan panas dan listrik maka operator las harus
menggunakan sarung tangan. Bahan sarung tangan hanis mempunyat sifat mampu
menjadi isolator panas (mampu menahan panas dan tidak mengantarkan listrik).
Seperti halnya pakaian las, sarung tangan harus terbuat dan báhan yang ringan,
lemas agar tidak membatasi gerak tangan.
7. Sepatu Las
Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki dan kemungkinan tergencet
benda keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai sepatu las berarti
tidak ada aliran arus listrik dan mesin las ke ground (tanah) melewati tubuh kita,
arena bahan sepatu berfungsi sebagai isolator listrik. sepatu las dibuat khusus yang
mampu menahan panas, menahan gencetan benda keras dan bersifat isolator.
Penggunaan alat-alat keselamatan kerja selama pekerjaan berlangsung tidak
sepenuhnya menjamin keselamatan bagi operator.

Gbr.Sepatu las

E. KESELAMATAN KERJA PADA WAKTU KERJA MEMAHAT


Bekerja dengan menggunakan alat perkakas di setiap bengkel, agar terhindar dari
kecelakaan haruslah mengikuti petunjuk dan peraturan dari jawatan keselamatan.
Demikian juga halnya dengan bekerja dibengkel kerja bangku seperti;
1. Memahat
2. Mengebor
3. Menggerinda
4. Mengikir
5. Dll
Setiap perlengkapan pencegah kecelakaan yang sesuai pada setiap alat perkakas yang
dipakai supaya dipasang dan dipergunakan.
Hal hal yang harus diperhatikan pada waktu memahat adalah;
1. Pada waktu bekerja memahat posisi badan jangan terlalu dekat dengan benda kerja
yang dipahat.
2. Untuk mencegah kecelakaan pada waktu memahat, pakailah kacamata.
3. Pada meja kerja harus dipasang ram-kawat / tirai-tatal.
4. Pandangan atau penglihatan diarahkan kepada mata pemotong pahat.
Akibat seringnya pukulan kepala pahat akan melebar dan retak. Hal ini tidak bisa
dibiarkan begitu saja karena loncatan dari pecahan kepala pahat tersebut sangat
membahayakan dan akan melukai badan.

F. KESELAMATAN KERJA PADA WAKTU MENGIKIR


Mencegah kecelakaan/Keselamatan kerja adalah suatu hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan di dalam menghadapi pekerjaan, terutama di dalam menghadapi
pekerjaan praktek. Kecelakaan ini bisa terjadi akibat kurang teliti di waktu kerja,
mempergunakan alat-perkakas yang tidak semestinya dan sebagainya. Dengan cara
kerja yang betul dan mempergunakan alat-perkakas yang baik, akan menghasilkan jenis
pekerjaan yang baik pula. Oleh karena itu pemeliharaan alat-alat serta penyimpanannya
harus dilakukan sebagaimana mestinya. Janganlah mempergunakan tangkai kikir yang
telah pecah (rusak) karena akan menimbulkan kecelakaan. Memungkinkan telapak
tangan akan luka atau tertusuk oleh bagian puncak kikir.
Gbr. Tangkai kikir yang rusak

Mempergunakan kikir yang ujungnya telah patah dan tajam, akan melukai telapak
tangan.

Gbr. Telapak tangan luka

Pada celah-celah pahatan kikir biasa menempel kotoran-kotoran atau tatal yang
mengakibatkan goresan-goresan (Fining) pada permukaan benda-kerja. Untuk
membersihkan tatal tersebut, dipergunakan sikat-kikir. Gambar di bawah
memperlihatkan cara menggunakan sikat kikir. Sikat kikir ditarik ke belakang searah
dengan alur pahatan kikir.

Gbr.menyikat kikir

Cara untuk membersihkan gigi-gigi kikir yang halus, pergunakanlah pelat lunak dari
bahan loyang atau aluminium.

Anda mungkin juga menyukai