Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU,


KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para

penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal.

Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal

(emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal.

Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di

perusahaan yang menurut mereka menguntungkan (Kasmir, 2013: 184).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1995

tentang pasar modal, yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek. Sedangkan bursa efek adalah pihak yang

menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek di antara mereka.

Sedangkan Fahmi (2015: 48) mendefinisikan pasar modal adalah tempat

bagi berbagai pihak (khususnya perusahaan untuk menjual saham (stock) dan

obligasi (bond). Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (dalam Fahmi,2015:48)

11
menyebutkan bahwa pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang

dan saham perusahaan.

Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk

memindahkan dana dari pemberi pinjaman (lenders) ke peminjam (borrowers).

Masyarakat masa kini memiliki keinginan yang semakin meningkat untuk

menginvestasikan dananya, baik dalam bentuk saham deposito, atau dalam

bentuk investasi lainnya. Pada dasarnya, investasi merupakan penempatan

sejumlah dana pada saat ini untuk mengharapkan imbalan yang akan terjadi

dimasa yang akan datang (Silviyani, dkk, 2014).

Keberadaan pasar modal sangat berperan penting bagi perekonomian suatu

negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana

bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan

dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal

dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja

dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan

lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang

dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing

instrumen (www.idx.co.id).

Saham merupakan jenis instrumen investasi yang paling populer di kalangan

investor, saham adalah bukti kepemilikan perusahaan. Pemegang saham berhak

untuk hadir dan memberikan suara pada saat rapat umumnpemegang saham, untuk

enerima dividen yang diumumkan dan menerima bagian mereka dari sisa aset jika

12
ada dan jika perusahaan bangkrut. Para emiten saham biasa adalahperusahaan

yang berusaha untuk menerima dana di pasar dan yang "go public".

Dana yang didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham)

merupakan hasil perdagangan saham-saham perusahaan yang dilakukan di pasar

perdana, disinilah untuk pertama kalinya perusahaan menjual sekuritasnya dan

proses ini disebut dengan istilah initial public offering (IPO) atau penawaran

umum perdana. Setelah sekuritas itu dijual dipasar perdana barulah sekuritas

diperjual-belikan oleh investor dipasar sekunder atau lebih dikenal dengan istilah

pasar reguler.

Pasar modal memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai

tingkat risiko berbeda-beda. Menurut Aliwu (2013) saham merupakan salah satu

sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang cukup tinggi. Risiko tinggi

tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa

mendatang. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat risiko yang lebih

tinggi, maka investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi

pula.

2.1.2 Investasi

Menurut Andriyani Indriasruti (2017) Investasi merupakan upaya yang

bisa dipilih oleh investor dalam menciptakan kekayaan (wealth creating).

Investasi diwujudkan dengan menunda konsumsi pada saat ini agar mendapatkan

return di masa mendatang. Investor dapat memperkirakan seberapa besar

keuntungan yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan

13
hasil yang didapatkan akan menyimpang dari expected return. Investasi dengan

tingkat risiko yang tinggi mengisyaratkan retun yang tinggi juga.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 13 dalam

Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004, investasi adalah suatu aset yang

digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui

distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), untuk

apresiasi nilai investasi, atau manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi

seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

Salah satu faktor yang dapat memotivasi investor untuk berinvestasi dan

mengambil risiko adalah return. Agar risiko investasi dapat diminimalkan serta

memperoleh return yang diharapkan maka perlu menerapkan kehati-hatian dalam

berinvestasi. Pengambilan keputusan dalam investasi bukan hanya membutuhkan

informasi kondisi perusahaan tetapi juga kondisi ekonomi suatu negara Halim

(2013), Aryata et.al(2014). Berdasarkan hal ini maka investor perlu

memahami kondisi perusahaan dan kondisi ekonomi suatu negara sebelum

memutuskan berinvestasi.

Adapun menurut Abdul Halim (dalam Irfan Fahmi, 2015: 2), investasi

pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Lebih jauh ekonom

asal Amerika Serikat, Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld (dalam Irfan

Fahmi, 2015: 2) mengatakan bahwa bagian output yang digunakan oleh

perusahaan-perusahaan swasta guna menghasilkan output di masa mendatang bias

disebut investasi.

14
Investasi pada dasarnya dilakukan dengan maksud mengharapkan sejumlah

keuntungan di masa datang dengan menanam modal di masa sekarang. Investasi

merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi

yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2012: 5).

2.1.3 Return Saham

Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor

karena menginvestasikan dananya. Return memungkinkan investor untuk

membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang

disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan.

Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil pengembalian

saham karena return saham merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

keberhasilan suatu investasi (Yocelyn dan Christiawan, 2012). Menurut Irfan

Fahmi (2015:208) mengatakan bahwa return adalah keuntungan yang diperoleh

oleh perusahaan. R.J. Shook (2015) mendefenisikan imbal hasil sebagai laba

investasi, baik melalui bunga maupun dividen.

Investor di pasar modal selalu berusaha memperoleh keuntungan (return)

dari aktivitas perdagangan yang mereka lakukan di pasar modal. Aktivitas

perdagangan investor berupa membeli dan menjual saham yang dilakukan untuk

memperoleh return saham yang positif dan menghindari return saham yang

negatif (Aliwu, 2013).

Menurut Jogiyanto (2014:235) return saham adalah hasil yang diperoleh

dari investasi saham. Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi

atau return ekspetasian yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi dimasa

15
mendatang. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan return saham

merupakan tingkat pengembalian yang diterima oleh investor dimasa yang akan

datang atas investasi yang dilakukan.

Menurut Jogiyanto (2014:235) return dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a) Return realisasi (Realized return)

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi

dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return

realisasi atau return historis juga berguna sebagai dasar penetuan return

ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa yang akan datang.

b) Return Ekspektasi (Expected return)

Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh

investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya

sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Menurut Jogiyanto (2014:235-256) pengukuran realisasi sebagai berikut :

a. Return Total

Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam

suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan retun saja.

Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield.

a) Capital fain (loss)

Merupakan selisih harga investasi sekarang relative dengan harga

periode yang lalu. Rumus return (capital gain atau loss) dinyatakan

sebagai berikut :

16
P¿ −P¿−1
Return=
P¿−1

Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode

lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain) dan jika sebaliknya

maka terjadi kerugian modal (capital loss)

b) Yield
Merupakan Presentase penerimaan kas periodic terhadap harga

investasi periode tertenttu dari suatu investasi. Untuk saham, yield

adalah presentase dividen tehadap harga saham peiode sebelumnya.

Dengan demikian, return total juga dinyatakan sebagai berikut :

P¿ −P¿−1
Return= + yield
P¿−1

b. Relatif Return

Return total dapat bernilai negative dan positif. Kadangkala pada

perhitungan rata-rata geometrik suatu nilai yang positif,maka digunakan

return relatif (relative return) yaitu dengan menambahkan nilai satu

terhadap return total.

c. Kumulatif Return

Untuk mengetahui total kemakmuran, indeks kemakmuran kumulatif

(cumulative wealth index) yang dapat mengukur akumulasi semua return

mulai dari kemakmuran awal.

17
d. Return Disesuaikan

Return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada.

Return ini biasa disebut dengan return riil (real return) atau return yang

disesuaikan dengan inflasi (inlation adjusted return). Selain itu,

diversifikasi internasional semakin dibicarakan, karena diversivikasi ini

dapat menurunkan tingkat risiko yang sudah tidak dapat diturunkan lagi

akibat diversifikasi domestik. Jika investasi dilakukan di luar negeri.

Menurut Samsul (2015:200) faktor-faktor yang mempengaruhi return

saham terdiri dari faktor makro dan mikro.

a. Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu :

 Faktor ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat

inflasi,kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional

 Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri,

peristiwa politik di luar negeri, perperangan, demonstrasi massa dan

kasus lingkungan hidup.

b. Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri,

yaitu:

 Laba bersih per saham

 Nilai buku per saham

 Rasio utang terhadap ekuitas

 Dan rasio keuangan lainnya.

18
Pada umumnya perusahaan dan pemodal investor akan berusaha untuk

meningkatkan pengembalian (return) dari aset yang dimiliki. Investor yang

menginvestasikan dananya pada suatu sekuritas, sangat berkepentingan terhadap

keuntungan saat ini (actual return) dan keuntungan yang diharapakan di masa

yang akan datang (expextedreturn) (Ahmad Taslim, 2015).

Return Saham diperoleh dengan menghitung Selisih antara harga saham

periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya lalu dibagi dengan

harga saham periode sebelumnya kemudian dikali 100%. Sehingga return saham

dapat dirumuskan sebagai berikut :

P ¿−P¿−1
R¿ = ×100 %
P¿−1

Keterangan :

Rit : tingkat keuntungan saham i pada periode t (retun saham)

Pit : harga penutupan saham i pada peiode t (peiode penutupan/akhir)

Pit-1 : harga penutupan saham i pada periode seblumnya.

2.1.4 Frekuensi Perdagangan

Frekuensi perdagangan adalah berapa kali transaksi jual beli terjadi pada

saham yang bersangkutan pada waktu tertentu (A. Patoni dan A.

Lasmana,2015). Dengan melihat berapa kali atau frekuensi jumlah saham yang di

perdagangkan, dapat dilihat bahwa saham tersebut diminati atau tidak oleh

investor. Dengan meningkatnya jumlah frekuensi transaksi perdagangan, yang

19
biasanya disebabkan permintaan yang tinggi maka harga saham akan terdorong

naik sehingga return saham juga akan meningkat. Dalam aktivitas bursa efek

ataupun pasar modal, aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan salah

satu elemen yang menjadi salah satu bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap

sebuah informasi yang masuk pada pasar modal. (Tika, Edy dan Pradana,

2014:2).

Saham yang frekuensi perdagangannya besar diduga dipengaruhi transaksi

saham yang sangat aktif, hal ini dikerenakan banyaknya minat investor.

Meningkatnya jumlah frekuensi transaksi perdagangan, yang disebabkan

permintaan yang tinggi maka harga saham akan terdorong naik sehingga return

saham juga akan meningkat. Dalam aktivitas bursa efek ataupun pasar modal,

aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang

menjadi salah satu bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap sebuah informasi

yang masuk pada pasar modal (Silviyani dkk., 2014).

Frekuensi perdagangan saham sangat mempengaruhi jumlah saham yang

beredar, jika jumlah frekuensi perdagangan besar maka saham tersebut dinyatakan

sebagai saham teraktif yang diperdagangkan. Saham yang frekuensi

perdagangannya besar diduga dipengaruhi transaksi saham yang sangat aktif, hal

ini disebabkan karena banyaknya minat investor terhadap saham tersebut.

Terjadinya peningkatan permintaan saham meningkatan frekuensi perdagangan.

Frekuensi perdagangan menggambarkan berapa kali saham suatu emiten

diperjualbelikan dalam waktu tertentu dan dapat dilihat minat para investor dalam

melakukan kegiatan jual beli saham tersebut, Jika jumlah frekuensi bertambah

20
maka saham tersebut dinyatakan sebagai saham teraktif yang di perdagangkan dan

bila terjadi peningkatan permintaan saham maka akan meningkatkan frekuensi

perdagangan (Taslim dan Wijayanto, 2016). Dengan demikian frekuensi

perdagangan dapat mengambarkan reaksi pasar yang mengindikasikan bahwa

saham tersebut diminati oleh investor atau sebaliknya.

Frekuensi Perdagangan adalah jumlah transaksi saham pada periode

tertentu (Ang,1997).

Frekuensi Perdagangan = Jumlah Frekuensi perdagangan Pada periode i

Ledina dan Mustafa (2016) Mengemukakan faktor yang mempengaruhi

frekuensi perdagangan saham adalah sebagai berikut :

a) Jumlah saham beredar dan

b) Harga saham

2.1.5 Volume Perdagangan

Dalam istilah sederhana, volume perdagangan dapat disebut sebagai

jumlah sekuritas atau sekuritas (bahkan seluruh pasar) yang dibeli dan dijual

selama suatu hari perdagangan tertentu. Oleh karena itu, banyak praktisi dan

akademisi di bidang investasi menganggap volume perdagangan sebagai indikator

teknis penting yang digunakan untuk mengukur kekuatan pasar (Al-Samman dan

Al-Jafari (2015).

Volume perdagangan merupakan salah satu indikator likuiditas saham

atas suatu informasi yang terdapat pada pasar modal. Volume perdagangan yang

21
tinggi pada suatu bursa dianggap sebagai tanda pasar semakin bagus (Ariyani

Indriastuti dan Zumrotun Nafiah, 2017).

Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi di bursa akan ditafsirkan

sebagai tanda pasar yang akan membaik.. Volume perdagangan yang besar

menunjukkan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh banyak investor.

Manifestasi dari tingkah laku investor merupakan kekuatan antara supply and

demand yang mencerminkan volume perdagangan. Tanda pasar akan membaik

(bullish) akan ditafsirkan sebagai kegiatan perdagangan dalam volume yang

sangat tinggi di suatu bursa.

Perdagangan suatu saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan

yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang

berarti saham tersebut cepat diperdagangkan. Dengan demikian, semakin aktif

perdagangan suatu saham atau semakin besar volume perdagangan saham, maka

akan semakin rendah biaya pemilikan saham (Ernanto,2016)

Darwis (2013) mendefinisikan volume perdagangan sebagai jumlah

lembar saham yang diperdagangan pada periode tertentu. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham

yang diperdagangkan dalam kurun waktu tertentu

Naiknya volume perdagangan saham dapat menambah informasi yang

berguna bagi investor secara kontinyu dalam periode perdagangan dimana saat

volume perdagangan saham dalam jumlah kecil yang menyebabkan harga jatuh.

Semakin tinggi minat atau permintaan saham semakin mendorong kenaikan harga

saham (Darwis, 2013).

22
Perkembangan harga saham dan volume perdagangan saham di pasar

modal merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pelaku

pasar yaitu investor. Volume perdagangan saham diBursa Efek Indonesia sangat

pesat, setelah diterapkan otomatisasi perdagangan. Naiknya volume perdagangan

merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor di bursa (Aliwu, 2013).

Volume perdagangan merupakan suatu indikator likuiditas saham atas

suatu informasi yang ada dalam pasar modal. Kegiatan perdagangan saham diukur

dengan menggunakan indikator Trading Volume Activity (aktivitas volume

perdagangan) (Ahmad Taslim, 2015).

Volume perdagangan saham merupakan indikator untuk mengetahui

kegiatan perdagangan saham. Volume perdagangan saham merupakan jumlah

saham yang diperdagangkan di bursa pada suatu waktu tertentu. Aktivitas volume

perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan

keuangan informatif, dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan

perdagangan yang normal. Ukuran tersebut tidak memisahkan keputusan

pembelian (yang bisa dikaitkan dengan informasi positif) dengan keputusan

penjualan (yang bisa dikaitkan dengan informasi negatif).

Menurut Yatini (2013) Perhitungan Trading Volume Activity dilakukan

dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam

suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari

perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama.

Sehingga Volume perdagangan dapat dirumuskan sebagai berikut :

23
Dimana :

TV : Trading Volume (Volume Perdagangan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan saham adalah

sebagai berikut :

a) IHSG

b) Right Issue

c) Kurs Dollar

2.1.6 Kapitalisasi Pasar

Menurut Ardiansyah (2012) Kapitalisasi Pasar (MarCap) adalah perkalian

antara harga pasar/harga penutupan dengan jumlah saham yang diterbitkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi pasar merupakan nilai besaran

saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Hasan dan Omar

(2015) Kapitalisasi Pasar adalah ukuran dinamis dari nilai pasar perusahaan.

Kapitalisasi pasar yang besar umumnya menjadi salah satu daya tarik para

investor dalam memilih saham. Menurut Oktana dan Nila (2017) kapitalisasi

pasar adalah jumlah saham yang bеrеdar dikalikan dеngan harga saham

pеnutupannya. Kapitalisasi pasar mеnunjukkan jumlah uang dari sеluruh saham

yang tеrjual di bursa yang nilainya akan mеngikuti trеnd pasar. Dеngan dеmikian,

bеsar atau tidaknya pеrusahaan di bursa saham dapat dilihat dari kapitalisasi

pasarnya.

24
Kapitalisasi pasar adalah nilai sebuah perusahaan berdasarkan perhitungan

harga pasar saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Jadi semakin

mahal harga saham suatu perusahaan di pasar dan semakin banyak jumlah

sahamnya yang beredar di pasar akan membuat kapitalisasi pasar perusahaan itu

semakin besar. Kapitalisasi pasar yang besar umumnya menjadi salah satu daya

tarik para investor dalam memilih saham. Makin besar kapitalisasi pasar suatu

saham, maka makin lama juga investor menahan kepemilikan sahamnya karena

investor menganggap bahwa perusahaan besar akan lebih stabil dari sisi

keuangannya, risiko lebih kecil dan memiliki prospek yang lebih bagus dalam

jangka panjang dengan harapan return yang besar (Ernanto,2016).

Menurut Garonfolo (2011) harga saham tidak selalu mampu

mencerminkan nilai yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Dengan kata lain

harga saham yang tinggi tidak selalu menyimpulkan bahwa perusahaan tumbuh

atau memiliki nilai yang tinggi pula. Kapitalisasi pasar memberikan gambaran

seberapa besar harga suatu perusahaan ketika dijual di pasar. Hal ini dijadikan

dasar oleh investor untuk membantu dalam menganalisis seberapa besar

pertumbuhan suatu perusahaan.

Semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, semakin lama pula investor

menahan kepemilikan sahamnya, karena investor menganggap bahwa perusahaan

besar akan cenderung lebih stabil dari sisi keuangannya, risiko lebih kecil dan

memiliki prospek yang bagus dalam jangka panjang dengan harapan return yang

besar (Silviyani, dkk, 2014).

25
Kapitalisasi Pasar diperoleh dari harga pasar dikalikan dengan jumlah

saham yang diterbitkan (outstanding shares).Sehingga kapitalisasi pasar

dirumuskan sebagai berikut:

Vs = Ps × Ss

Keterangan:

Vs = Kapitalisasi pasar

Ps = Harga pasar

Ss = Jumlah saham yang diterbitkan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kapitlaisasi pasar adalah

sebagai berikut :

a) Total jumlah saham terbaru yang beredar atau saham yang dimiliki public

maupun Lembaga.

b) Harga saham saat ini.

c) Aksi korporasi dari perusahaan.

2.1.7 Earning Per Share (EPS)

Menurut Kasmir (2014 : 207) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio

untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham. Adapun menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:154)

Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk

setiap saham.

Menurut Hery (2012:216) laba per saham (earning per share) adalah

besarnya laba bersih atas setiap lembar saham biasa. Kenaikan atau penurunan

26
EPS dari tahun ke tahun adalah ukuran penting untuk mengetahui baik tidaknya

pekerjaan yang dilakukan perusahaan pemegang sahamnya. Earning Per Share

(EPS) yang tinggi menandakan bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat

keuntungan kepada para pemegang saham, sebaliknya Earning Per Share (EPS)

yang lebih rendah memberikan tingkat keuntungan yang rendah kepada para

pemegang saham.

Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per

lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang

nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena

penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan risiko sekaligus membantu

investor dalam meraih keuntungan.

Menurut Aristya dan Suryana dalam Khairani (2016), menyatakan

bahwa tingkat keuntungan yang dihasilkan per lembar saham yang dimiliki oleh

investor akan mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu kinerja perusahaan

emiten. Semakin tinggi nilai EPS maka investor menganggap prospek perusahaan

sangat baik untuk ke depannya, sehingga mempengaruhi tingkat permintaan

terhadap saham perusahaan tersebut.

Van Horne dan Wachowics (dalam Fahmi,2015:93) mendefinisikan

earning per share sebagai “earning after taxe (EAT) devided by the number of

common share outstanding”. Adapun Menurut Fahmi (2015:93) Earning Per

Share adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para

pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.

27
Menurut Asnawi dan Wijaya (2015:29), Perusahaan mendapatkan laba

akhir (EAT) dan laba ini menjadi milik pemegang saham (investor). Kepemilikan

investor ditunjukkan oleh banyaknya jumlah lembar saham yang dimilikinya.

Oleh karena itu, besaran laba biasanya ditunjukkan oleh laba per lembar saham

(Earning Per Share) yang ditunjukkan oleh besaran EAT dibagi banyaknya

lembar saham yang beredar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Earning Per Share

(EPS) merupakan bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para

pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Earning Per Share

merupakan rasio untuk mengukur keuntungan yang diterima dari setiap per

lembar sahamnya.

Menurut Fahmi (2015:93) rumus untuk menentukan Earning Per Share

adalah :

Keterangan :

EPS = laba per lembar saham

EAT = laba setelah pajak

Jsb = jumlah saham beredar

Menurut Nor Hadi (2015:134) Earning Per Share (EPS) merupakan

perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income after tax) pada tahun

buku terhadap harga saham yang diterbitkan perusahaan (out standing share).

28
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan earning per share (EPS)

menurut Nor Hadi (2015:134) adalah dengan rumus :

NIAT [−Dp ]
EPS=
SS

Keterangan :

EPS : Earning Per Share

NIAT : Net Income After Tax

Dp : jumlah dividen yang dibagikan dalam tahun buku untuk saham

preferen

Ss : total seluruh saham beredar

Lambang [ ] menyatakan komponen yang terdapat di dalamnya bersifat

optimal, boleh digunakan boleh tidak. Dalam rumus diatas, dividen yang

diperhitungkan disini hanyalah dividen saham preferen.

Mencermati struktur yang membentuk rumus tersebut bahwa untuk

menentukan earning per share (EPS) terdapat tiga elemen yaitu laba bersih

setelah pajak (net income after tax). Seluruh saham yang beredar (outstanding

share), dan dividen untuk saham preferen. Disini menunjukan bahwa jika deviden

saham preferen dibagi semakin besar maka earning per share semakin kecil.

Begitu juga net income after tax semakin kecil juga akan semakin kecil earning

per share. Terlebih, jika perusahaan merugi namun perusahaan tetap membagi

deviden, sehingga net income after tax menurun, bisa jadi nilai eaning per share

menjadi meningkat.

29
2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa peneliti yang melakukan penelitian tentang pengaruh

frekuensi perdagangan, volume perdagangan, kapitalisasi pasar dan earning per

share terhadap return saham. Berikut ini akan disajikan ringkasan hasil penelitian-

penelitian terdahulu yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Metode Hasil


NO
Peneliti Penelitian Penelitian Analisis Penelitian
1 Ratna Pengaruh Earning Per Share Earning Per analisis Earning Per
Handaya (EPS),Debt To Equity Ratio Share (EPS), regresi Share (EPS),
ti dan (DER) dan Return On Assets Debt To linear Debt To Equity
dan Noer (ROA) Terhadap Return Equity Ratio ganda. Ratio (DER) dan
Rafikah Saham Pada Perusahaan (DER) dan Return On
Zulyanti Manufaktur Yang Terdaftar Return On Assets
(2018) Di BEI. Assets. berpengaruh
signifikan
terhadap Return
Saham.

2 Dian Pengaruh Return On Return On analisis ROI dan EPS


Maulita Investment (ROI) dan Investmen regresi secara simultan
dan Earning Per Share (EPS) (ROI) dan linear dan parsial tidak
Muham terhadap Return Saham Earning Per ganda. berpengaruh
mad Syariah (Studi Kasus Pada Share (EPS). signifikan

30
Arifin perusahaan Manufaktur Sub terhadap retun
(2018) Sektor Makanan dan saham syariah.
Minuman Yang Terdaftar
Pada Indeks Saham Syariah
Indonesia Periode 2012-
2016).
3 Ariayani Pengaruh Volume Volume analisis Volume
Indriastu Pedagangan, Kurs dan Resiko Pedagangan, regresi Perdagangan
ti dan Pasar Terhadap Return Kurs dan linear berpengaruh
Zumrotu Saham. Resiko Pasar. ganda. positif namun
n Nafiah tidak signifikan
(2017) terhadap return
saham.
4 Erdianza Pengaruh Rasio Keuangan Rasio analisis Total Asset Turn
Septian dan Volume Perdagangan Keuangan regresi Over (TAT) dan
Effendi terhadap Return Saham pada dan Volume linear Volume
(2017) Perusahaan Property dan Real Perdagangan. ganda. Perdagangan
Estate yang terdaftar di BEI Saham (VPS)
periode 2011-2014 berpengaruh
positif terhadap
return saham.
5 Afiruddi The Relationship between Stock Return Analisis Hasil empiris
n Tapa Stock Return and Trading and Trading empiris. membuktikan
dan Volume in Malaysian ACE Volume. hubungan positif
Maziah Market positif yang
Hussin signifikan antara
(2016) return saham
dan volume
perdagangan.
6 Ernanto Pengaruh Frekuensi Frekuensi analisis Frekuensi
Perdagangan, Volume Perdagangan, regresi Perdagangan

31
(2016) Pedagangan dan Kapitalisasi Volume linear berpengaruh
Pasar terhadap Return Saham Pedagangan ganda. positif terhadap
pada Perusahaan Manufaktur dan Return Saham.
yang terdaftar di BEI periode Kapitalisasi
2012-2014. Pasar.
7 Ahmad Pengaruh Frekuensi Frekuensi analisis Frekuensi
Taslim Perdangan Saham, Volume Perdangan regresi Perdagangan
dan Perdagangan Saham, Saham,Volu linear Saham
Andhi Kapitalisasi Pasar dan Jumlah me ganda. berpengaruh
Wijayant Hari Perdagangan terhadap Perdagangan positif terhadap
o Return Saham pada Saham, return saham.
(2016) Perusahaan Retail yang Kapitalisasi
terdaftar di BEI periode Pasar dan
2012-2014. Jumlah Hari
Perdagangan.
8 Hazem Trading Volume and Stock Trading Model Model VAR
Al- Returns Volatility: Evidence Volume Brailsfor memberikan
Samman from Industrial Firms of Stock and d, Model bukti efek
dan Oman Stock autoregre positif yang
Mohame Returns sif vektor signifikan dari
d Khaled Volatility. (VAR), volume
Al-Jafari dan uji perdagangan
(2015) kausalita pada
s pengembalian
Granger saham.
pairwise.
9 Edy Pengaruh Likuiditas Likuiditas analisis Kapitalisasi
Sujana Perdagangan Saham dan Perdagangan regresi Pasar tidak
dkk. Kapitalisasi Pasar terhadap Saham dan linear berpengaruh
(2014) Return Saham Perusahaan Kapitalisasi ganda. terhadap return
yang berada pada Indeks

32
LQ45 yang terdaftar di Bursa Pasar. saham.
Efek Indonesia Periode 2099
– 2013.
10 Lu’luil Analisis Pengaruh Frekuensi Frekuensi analisis Volume
Maknun Perdagangan, Volume Perdagangan, regresi Perdagangan
(2010) Perdagangan, Kapitalisasi Volume linear dan Kapitalisasi
Pasar dan Trading day Perdagangan, ganda. Pasar memiliki
terhadap Return Saham Pada Kapitalisasi pengaruh
Perusahaan Manufaktur yang Pasar dan terhadap Return
Terdaftar di Bursa Efek Trade Day. Saham
Indonesia Periode 2006-2008

2.3 Kerangka Pikir

Dari rumusan masalah,kerangka dan landasan teori diatas,maka dapat

dibuat kerangka pikir sebagai berikut :

1. Pengaruh Frekuensi Perdagangan terhadap Return Saham.

Frekuensi perdagangan saham sangat memengaruhi jumlah saham yang

beredar. Jika jumlah frekuensi perdagangan besar, maka saham tersebut

dinyatakan sebagai saham yang teraktif yang diperdagangkan dan secara

tidak langsung berpengaruh pada volume perdagangan. Saham yang

frekuensi perdagangannya besar diduga dipengaruhi transaksi saham yang

sangat aktif, hal ini disebabkan karena banyaknya minat investor, dengan

demikian dapat diketahui saham tersebut diminati investor atau tidak.

Frekuensi perdagangan menggambarkan berapa kali saham suatu emiten

diperjualbelikan dalam kurun waktu tertentu. Minat pelaku pasar pada

perdagangan saham tertentu akan dapat dilihat disini. Frekuensi

33
berhubungan secara positif terhadap jumlah pemegang saham yang berarti

frekuemsi menggambarkan aktif tidaknya saham dalam perdagangan

saham. Jadi, variabel frekuensi perdagangan berpengaruh positif terhadap

return saham.

2. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Return saham.

Perkembangan harga dan volume perdagangan saham di pasar modal

merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pasar

yaitu investor. Naiknya volume perdagangan saham dapat menambah

informasi yang berguna bagi investor secara kontinyu dalam periode

perdagangan saham dimana saat volume perdagangan saham dalam jumlah

kecil yang menyebabkan harga jatuh. Semakin tinggi minat atau

permintaan saham maka akan semakin mendorong kenaikan harga saham

(Darwis, 2013).

Pergerakan harga saham yang naik secara signifikan akan memengaruhi

return saham secara positif, yaitu jika harga saham naik maka diikuti

kenaikan return saham pula, dengan demikian volume perdagangan

berpengaruh positif terhadap return saham. Jadi, variabel volume

perdagangan berpengaruh positif terhadap return saham.

3. Pengaruh Kapitalisasi Pasar terhadap Return saham

Pada umumnya saham yang kapitalisasinya besar menjadi incaran investor

untuk berinvestasi jangka panjang karena potensi pertumbuhan perusahaan

yang mengagumkan disamping pembagian dividen serta risiko yang relatif

rendah. Karena banyak peminatnya, maka harga saham umumnya relatif

34
tinggi sehingga akan memberikan return yang tinggi pula. Kapitalisasi

pasar yang besar umumnya menjadi salah satu daya tarik investor dalam

memilih saham. Semakin besar kapitalisasi pasar suatu saham, maka

semakin lama pula investor menahan kepemilikan sahamnya, karena

investor menganggap bahwa perusahaan besar akan cenderung lebih stabil

dari sisi keuangannya, risiko lebih kecil dan memiliki prospek yang bagus

dalam jangka panjang dengan harapan return yang besar (Silviyani dkk,

2014). Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel kapitalisasi pasar

berpengaruh positif terhadap return saham.

4. Pengaruh Earning Per Share terhadap return saham

Dalam lingkungan keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan

adalah EPS. Angka yang ditunjukan dari EPS inilah yang sering

dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya

kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor

berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk

melakukan prediksi mengenai tingkat harga saham dikemudian hari, serta

EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajeman keuangan

perusahaan tersebut (Aryaningsih dkk.,2018). Jadi, dapat ditarik

kesimpulan bahwa variabel earning per share berpengaruh positif terhadap

return saham.

35
Gambar 2.1

Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkankerangka pikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Diduga frekuensi perdagangan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di BEI periode 2014–2017.

36
2. Diduga volume perdagangan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di BEI periode 2014–2017.

3. Diduga kapitalisasi pasar memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di BEI periode 2014–2017.

4. Diduga Earning Per Share memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di BEI periode 2014–2017.

5. Diduga Frekuensi Perdagangan, Volume Perdagangan, Kapitalisasi pasar

dan Earning Per Share secara besama-sama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate

yang terdaftar di BEI periode 2014–2017.

37

Anda mungkin juga menyukai