Anda di halaman 1dari 2

Analisis Design Berdasarkan Studi Preseden

Setelah menganalisis beberapa preseden yang sudah didapatkan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada banyak kesamaan dari beberapa preseden yang dianalisis. Kesamaan-kesamaan tersebut
kemudian dapat diterapkan ke dalam desain perancangan arsitektur untuk klien. Merancang merupakan
kegiatan memecahkan masalah, setiap klien mempunyai masalah yang berbeda-beda, karena itu kita
harus bisa menganalisis masalah tiap klien yang berbeda-beda untuk mencapai rancangan arsitektur
yang paling efektif bagi klien.

Klien saya adalah seorang seniman lukisan a Iiran expressionism yang memiliki sifat tidak
suka bersosialisasi dan menjunjung tinggi privasi. Karena itu klien saya membutuhkan rumah yang
menggambarkan energi yang positif, sunyi,dan menikmati alam. Dengan menganalisis beberapa
preseden yang memiliki karakteristik mirip dengan sifat, profesi,budaya, dan iklim dari klien,
terbentuklah pola design untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Berdasarkan studi hubungan antar ruang, rumah klien memiliki satu akses utama karena luas
bangunan yang kecil. Hal ini terjadi karena luas bangunan yang tergolong kecil, sehingga untuk
memaksimalkan luas bangunan, hanya dibutuhkan satu akses utama untuk masuk ke dalam rumah.
Ruang studio juga diletakkan di belakang rumah yang hanya memiliki satu akses untuk menjaga
kesunyian dan privasi dari klien saya sehingga klien dapat bekerja dengan fokus tanpa terganggu
dengan suara-suara bising.

Berdasarkan studi zonasi,ruang tidur merupakan zona private. Klien saya memiliki sifat yang
menjunjung tinggi privasi dan dia senang menghabiskan waktu di kamarnya. Karena itu ruang tidur
menjadi ruang private dan teritori dari klien saya yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain. Selain itu,
ruang ta mu merupakan zona semi public, karena ruang ta mu berfungsi untuk menerima tamu bagi
klien, sehingga ruang tamu merupakan zona semi public.

Berdasarkan studi besaran ruang, sebagai seniman, klien saya membutuhkan sirkulasi yang
cukup untuk bergerak agar dia dapat mencari inspirasi-inspirasi baru untuk menghasilkan karya-karya
seni. Klien saya merupakan pribadi yang tidak suka bersosialisasi,namun sebagai manusia, pada
akhirnya manusia harus bersosialisasi satu sama lain, sehingga sirkulasi untuk ruang tamu harus cukup
supaya tamu dan penghuni sama-sama merasa nyaman dan penghuni tidak harus terlalu dekat dengan
tamu asing yang berkunjung.

Berdasarkan studi contact and frequency chart, seperti yang sudah dibahas, klien saya
merupakan orang yang menjunjung tinggi privasi. Sehingga area private yaitu ruang tidur harus memiliki
contact yang rendah dengan orang lain dan hanya bisa diakses oleh klien. Walaupun tidak suka
bersosialisasi,ruang tamu adalah ruang yang paling luas karena tingginya frekuensi kegiatan yang terjadi
saat tamu dari berbagai golongan berkunjung ke rumah klien, mereka akan berkegiatan di ruang tamu.

Dengan berbagai kesimpulan analisis yang sudah saya dapatkan, terbentuklah desain denah
berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan banyak hal. Saya memisahkan ruang tidur sendiri di
lantai atas supaya klien saya dapat beristirahat dengan tenang dan tidak terganggu dengan suara
bising. Ruang tidur yang terpisah dengan lantai satu juga menambah privasi bagi klien yang tidak suka
bersosialisasi. Saya juga menambahkan ruang studio sebagai tempat klien bekerja dan menghasilkan
karya-karya seni baru. Saya juga memisahkan ruang tamu yang bersifat semi publik dengan ruang
lainnya yang memiliki sifat semi private, private, dan servis, sehingga Ketika ada tamu yang
berkunjung, klien tidak merasa privasinya terganggu oleh kedatangan tamu tersebut.

Anda mungkin juga menyukai