Anda di halaman 1dari 21

AR 103 - METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR

ESAI FENOMENOLOGI
Farell Bertram Candra
Gilig Setyo Rahardjo
Leander Kristof Setiawan
Virgian Jonathan Soge

1. Buatlah perbaikan usulan daftar program dan kualitas ruang! Fokus ke


ruang–ruang utama!
Pada tahap awal, kami kembali mengelompokkan dan menganalisis latar belakang dan
kebutuhan klien. Proses ini melibatkan identifikasi menyeluruh terhadap latar belakang klien
yang dahulu (Tugas T), beserta dengan yang terkini (Tugas D). Analisis tersebut membuahkan
hasil-hasil berikut:
- Klien yang memiliki sifat yang berbeda-beda secara kondisional disebabkan oleh
penyakit yang lama diderita, yakni rabun senja. Lebih lanjut, ditemukan adanya
keterkaitan antara kondisi klien dengan pengalamannya di rumah orang tuanya
dulu.
- Klien memiliki kebutuhan akan interaksi yang bersifat intim –Ia senang menjadi
pusat perhatian; tidak suka ketika dianggap sebaliknya– terutama terhadap
orang-orang terdekatnya. Hal ini ditunjukkan oleh kecenderungan Klien untuk
menunjukkan keterampilannya demi memperoleh atensi orangtuanya pada masa
lalu.
- Selain kedua hal di atas, informasi mengenai klien relatif sama dan
berulang-ulang. Dengan tambahan, Klien akan sesekali mengajak
keluarganya untuk menginap bersama.

Dalam upaya menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan klien ke dalam sintaksis arsitektur,


dilakukan serangkaian tahapan pemrograman guna memperoleh informasi yang lebih
terstruktur dan mendetail bagi rancangan rumah ideal untuk klien.

Bagan Organisasi, Sirkulasi, dan Kontak dan Frekuensi

Pada tahapan pertama:


- Mengelompokkan potensi pengguna-pengguna dari bangunan beserta kapasitas yang
akan diakomodasi; kemudian
- Menentukan pola pergerakan dari pengguna pada simulasi antar ruang, sekaligus
mengelompokkan jenis zonasi ruangan; dan
- Menentukan kontak dan frekuensi antar ruang guna memperoleh gambaran mental
mengenai sifat-sifat dari hubungan antar ruang berdasarkan pengguna-penggunanya.

Besaran Per Ruang

Tahapan ini mengelompokkan ruangan-ruangan secara individu guna melakukan simulasi


mengenai aktivitas yang dilakukan pada ruang-ruang tersebut secara terpisah. Hasil pada
tahapan ini adalah kebutuhan minimum untuk luasan kotor (luas keseluruhan) pada
masing-masing ruang yang ada.

Hubungan Kedekatan Antar Ruang


Tahapan ini merupakan prasyarat kedekatan antar ruang, dimana seluruh informasi yang telah
dipelajari sebelumnya dapat terjawab melalui tatanan berikut. Lebih lanjut, diagram hubungan
kedekatan antar ruang tersebut mengindikasikan adanya suatu hierarki antar ruang, yakni
ruang-ruang privat dan sosial.

2. Jelaskan kualitas ruang berdasarkan memori dan perasaan pengguna!


Berikutnya, adalah menentukan kualitas dari setiap jenis dan potensi dari ruangan-ruangan
yang ada berdasarkan konteks dan latar belakang Klien dahulu ketika tinggal di rumah
orangtuanya.

Berikut merupakan diagram dan penjelasan dari setiap mappings yang dilakukan pada proses
perumusan kualitas ruang Klien:

> Kualitas Ruang Terbuka yang Cerah Diperoleh dari Pemanfaatan pada Lingkungan
Sekitar

Kualitas ini diperoleh dari konteks masa lalu klien, dimana dulunya, Ia seringkali menemani dan
berinteraksi dengan ibunya yang gemar membatik di teras belakang rumah yang terbuka dan
dipenuhi oleh vegetasi-vegetasi dan tempat peliharaannya ayahnya. Klien diketahui
menganggap teras belakang rumahnya sebagai tempat yang spesial, oleh karena
pemandangan yang asri menginspirasinya untuk belajar melukis.

> Ruang Sosial yang Memiliki Akses Terhadap Pemandangan Sekitar serta Menjadi Pusat
Perhatian

Kualitas ini diperoleh berdasarkan pengalaman masa lalu klien terkait dengan ruang tamunya.
Dulu, kegiatan yang melibatkan penggunaan ruang tamu seringkali melibatkan densitas
okupansi yang tinggi, seperti ketika ayahnya mengajar les di ruang tamu. Klien cenderung
menghindari keramaian. Di sisi lain, ruang tamu merupakan tempat klien memperagakan
keahliannya dan menjadi pusat perhatian, seperti ketika Ia mengundang teman dan/atau
keluarganya untuk datang dan menontonnya.

> Spesial: Kualitas Ruang Kamar Mandi yang Memiliki Derajat Keterbukaan Yang
Berfokus pada Bagian Atap

Kualitas ini merupakan suatu kebutuhan spesial; hanya berfokus pada satu ruangan, yakni
kamar mandi. Suasana kamar mandi pada rumah orangtua klien adalah terbuka disebabkan
oleh ketiadaan penutup pada bagian atap; mengizinkan kehadiran bebauan dari lumut dan
tanah ketika hujan. Klien dapat berbicara dengan orang tuanya ketika menggunakan kamar
mandi.

> Ruang dengan Bukaan Minimum Yang Menghasilkan Penghawaan Sejuk dan
Pencahayaan Alami
Kualitas ini diperoleh dari latar belakang pada kondisi keruangan pada rumah orangtua klien
yang hampir tidak memiliki jendela serta tercipta dari anyaman bambu. Proporsi bukaan yang
kecil menghadirkan konsentrasi sirkulasi udara, serta menghadirkan kondisi pencahayaan alami
yang menyebabkan ruangan akan menjadi remang-remang ketika terbenamnya matahari.
Sebagai informasi tambahan, tekstur pada material dinding menjadi guidelines bagi pergerakan
Klien ketika menderita rabun senja di rumah orangtuanya.

Berdasarkan penentuan di atas, diketahui bahwa aspek cahaya, udara, dan pemandangan
merupakan esensi-esensi mendasar yang berperan dalam menghasilkan kualitas ruang.

3. Buatlah diagram explorasi rancangan dengan fenomenologi!


Pendekatan perancangan dilakukan secara bertahap, dimulai dari site analysis, proses
eksplorasi gubahan massa, serta penyesuaian terhadap program ruang.

1. Site Analysis

Perancangan dimulai dengan mempelajari kondisi-kondisi natural, yakni pergerakan arah


matahari dan arah angin pada kawasan.

2. Eksplorasi Gubahan Massa


Sebagai respons untuk keterbangunan, bentuk awal balok dipilih oleh karena kelogisannya
dalam menjawab kebutuhan besaran ruang. Bentuk kemudian digubah kembali mengikuti
unsur-unsur yang memungkinkan untuk menghadirkan mappings kualitas ruang sebelumnya,
yakni sirkulasi udara dan arah masuk cahaya.
Hasil gubahan bentuk kemudian kembali dibedah untuk mengakomodasi program ruang.
Proses pembedahan dilakukan untuk memperoleh distribusi ruang antara area sosial dan area
privat, yang kemudian akan menentukan peletakan tatanan dari seluruh ruang ke dalam
gubahan bentuk. Orientasi open space disini ditentukan berdasarkan kedekatannya pada area
sosial, serta untuk merespons positive view dari lingkungan sekitarnya.

4. Hasil akhir dalam bentuk potongan dan denah bangunan (dengan gambar tangan)!

Berikutnya, menentukan posisi, bukaan, dan akses pada masing-masing ruang pada bangunan.
Berdasarkan denah, diperoleh:
- Pembagian antara ruang sosial dan ruang privat. Dimana pada ruang sosial, proporsi
bukaan yang besar terdapat pada ruang tamu. Penempatan teras disini berfungsi untuk
mengakomodasi open space, sehingga menambah kesan ruang sosial yang menjadi
wadah untuk interaksi; kemudian
- Sirkulasi terbesar berada pada ruang sosial.

Denah di atas menampilkan tata


letak yang telah disusun berdasarkan
konteks kebutuhan dan kualitas
ruang.
Tabel di samping menunjukkan
kriteria-kriteria kebutuhan.
AR 103 - METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR
ESAI DEKONSTRUKSI
Farell Bertram Candra
Gilig Setyo Rahardjo
Leander Kristof Setiawan
Virgian Jonathan Soge

Studi Klien
Berdasarkan konteks pada masa lalu Klien, diketahui pembagian ruang kegiatan di rumah
orangtuanya terdiri dari ruang tamu dan dapur yang berdekatan dengan teras. Pemosisian
ruang tamu berada di depan rumah, sementara teras dan dapur berada jauh dari visibilitas
pengguna di belakang rumah. Kondisi tersebut menyiratkan adanya pembagian ruang-ruang
tertentu pada rumah orangtua Klien, yang mengindikasikan terdapatnya zonasi antara ruang
service yang tertutup dan ruangan-ruangan lain yang lebih terekspos.

Kegiatan dekonstruksi akan berfokus kepada kondisi kontras antara ruang service dan ruang
served guna memperoleh pemahaman tentang bagaimana keduanya berinteraksi secara tata
letak keruangan.

Tahapan Dekonstruksi
1. Differance

Berdasarkan diagram, perbandingan antara tata letak ruang service dan ruang served
menunjukkan bahwa terdapat kondisi yang kontras; ruang served terekspos dan
memiliki dimensi yang besar; ruang service dihindari dari penglihatan dan memiliki
dimensi yang kecil atau menyesuaikan ruang kegiatan.

2. Hierarchy Reversal
Setelah mengidentifikasi kontras antara dua buah kondisi yang berbeda, berikutnya
ditentukan layer-layer yang membentuk kontras; bahwa pada umumnya, ruang served
merupakan ruang pertunjukkan (area of stages) yang dikelilingi oleh ruang service (area
of witness). Hirarki tersebut kemudian diputarbalikan sehingga membentuk sebuah
susunan baru (ruang service menjadi area of stages; ruang served menjadi area of
witness).

3. Marginality and Centrality

Susunan dari hirarki yang telah diputarbalikan kemudian kembali digubah melalui layer
pra-kondisional hubungan antar ruang. Berdasarkan diagram, diketahui bahwa susunan
baru tersebut (hierarchy reversal) menghasilkan pola hubungan antar ruang baru,
dimana pemosisian antara ruang service (area of stages) mengakomodasi jalur sirkulasi
utama sehingga menjadi ruang sentral dan dikelilingi oleh ruang served (area of
witness).

4. Iterability to Meaning
Secara instrumental, tatanan yang telah diperoleh diterjemahkan ke dalam unsur
keruangan untuk memperoleh visualisasi dari interaksi-interaksi antar ruang –bagaimana
ruang tersebut menjadi lebih fokal, bagaimana ruang tersebut menjauhi ruangan lain,
bagaimana ruang tersebut dapat terhubung– dalam menentukan keterbangunannya.
Berdasarkan diagram, diperoleh hasil dekonstruksi dari ruang service dan served yang
berupa tatanan baru dalam tata letak dan fungsi ruang, dimana ruang service memadati
jalur sirkulasi, sementara ruang served terletak menghadap dan menjauhi area sirkulasi
tersebut.

Tahapan-tahapan dekonstruksi di atas kemudian akan diimplementasikan ke dalam


pendekatan perancangan bagi rumah Klien.

Pendekatan pada Perancangan


1. Gubahan Bentuk
Gubahan bentuk bervolume balok ditentukan dalam mengakomodasi besaran-besaran
per ruang ke dalam bangunan. Bentuk tersebut dipilih oleh karena sifatnya yang
memanjang dapat secara linier mengakomodasi ruangan-ruangan ke dalamnya,
sekaligus dapat digubah kembali mengikuti arahan dari proses perancangan.

2. Merespons Program Ruang

Program ruang kemudian dibuat kembali untuk menentukan kriteria kebutuhan dari
organisasi keruangan dan kegiatan di dalam rumah. Zonasi ruang-ruang kemudian
diperkirakan secara hirarki guna menentukan pembagian area-area peletakannya di
dalam rumah. Pada diagram, diperlihatkan adanya 2 jenis zonasi yang berbeda, yakni
antara semi-private (service; social) dan private (served; living).

3. Diagram Dekonstruksi (berdasarkan tahapan sebelumnya)


Diagram dekonstruksi ruang kemudian kembali diimplementasikan ke dalam
perancangan dalam bentuk pembaharuan tatanan hierarki sebagai area of stages
(ruang fokal; mengakomodasi kegiatan aktif, interaktif) dan area of witness (ruang yang
diakomodasi; kegiatan pasif, terfokus). Pada diagram, diperoleh pembagian ruang
berdasarkan zonasi. Sebagai pembaruan, terdapat adanya tatanan baru dalam
pembagian ruang service dan ruang served.

Tahapan berikutnya terfokus ke dalam pengorganisasian tata letak keruangan dan


gubahan bentuk pada rumah Klien.

● Menentukan Hirarki Ruang dari Entrance

Entrance ditentukan berdasarkan kondisi tapak. Dimana, arah bukaan yang


menghadap ke area timur membelakangi konteks tempat yang berada di barat
tapak supaya ketika memasuki rumah pada pagi hari, pengguna mendapati
kualitas pencahayaan yang baik pada ruang di dalamnya.

Kemudian, pembagian zonasi ruang ditetapkan dimana ruangan yang pertama


kali dimasuki oleh pengguna adalah ruang stages, yakni ruang service. Proporsi
ruang service lebih besar supaya dapat mengakomodasi kegiatan
sebanyak-banyaknya. Tahapan berikutnya adalah menempatkan zonasi served,
sekaligus menentukan area terbuka di dalam rumah. Area tersebut akan menjadi
ruang served oleh karena kebutuhan dimensinya yang relatif kecil. Hal ini sejalan
dengan output dari diagram hasil dekonstruksi, dimana ruang service menjadi
ruang kegiatan (area of stages) yang mendapatkan eksposur, sementara ruang
served diletakkan mengelilingi dan menjauhi daripada area kegiatan dan
interaksi.

● Menetapkan Area Keliling Bangunan sebagai Ruang Kegiatan

Implementasi kemudian dilanjut dengan menentukan peletakan pada


masing-masing ruang. Pada penerapannya, ruang kegiatan akan mengelilingi
area keliling rumah, sehingga setiap area peripheral (keliling) akan menjadi
ruang kegiatan.

Lebih lanjut, proporsi dapur yang besar, serta statusnya sebagai ruang service
diletakkan mengakomodasi entrance dan menjadi ruang utama, sehingga
memiliki frekuensi kontak yang cukup besar, yakni terhubung ke ruang makan,
ruang tamu, dan kamar tidur. Kemudian, untuk mengesankan seclusion, estimasi
area terbuka akan diakomodasi oleh ruang makan dengan mempertahankan
kebutuhan kedekatannya dengan dapur dan living space. Output dari tahapan ini
adalah tata letak ruang.
● Membentuk Lengkungan pada Setiap Sudut Pertemuan Antar Ruang Guna
Mengeliminasi Negative Space

Tata letak ruangan akan diberikan dimensi berikut dengan elemen penutupan
(enclosure). Tahapan ini memperjelas kebutuhan besaran per ruangan sekaligus
memberi ruang dengan dimensi yang dibutuhkan. Pada setiap pertemuan antara
sudut akan dibentuk lengkungan guna mengantisipasi pembebanan oleh adanya
negative space (ruang sisa; ruang yang tidak digunakan). Pada tata letak,
diberikan keterangan mengenai jenis akses antar ruang (terbuka/langsung,
melalui pintu, entrance).

● Memetakan Bukaan sebagai Ekstensi Ruang

Sebagai tahapan terakhir, sistem penutupan dari tata letak dan gubahan bentuk
akan dikonsentrasikan ke dalam beberapa tahapan, yakni:
1. Menentukan akses antar ruang. Tahapan ini menentukan jenis akses
langsung ke ruang sosial, peletakan dan dimensi pintu yang memisahkan
area served/private, dan akses pada ruang terbuka; dan
2. Menentukan proporsi dan peletakan bukaan. Tahapan ini memberikan
kesan keterbukaan pada ruangan di dalam rumah menggunakan elemen
jendela dan kaca sembari mempertahankan batas/ukuran tetap dari
ruangan tersebut. Pada rumah, derajat keterbukaan terbesar dimiliki oleh
area terbuka, diikuti oleh penekanan pada area service (dapur dan ruang
tamu) guna memberikan kesan ruang kegiatan (area of stages) yang
lebih terbuka. Orientasi bukaan mengikuti arah pergerakan
terbit-tenggelam matahari.

4. Denah dan Potongan


Menampilkan keterangan dimensi, jenis akses, dan peletakan bukaan pada bangunan.
Notes:
1. Tambahin konteks tapak (site plan) di diagram pendekatan perancangan dan
output
2. Tambahin studi klien (reasoning) buat tema yang akan didekonstruksi
3. Tambahin visualisasi view2

Kisi-Kisi Metoper (estimasi)


Analisis Isu & 5 Pengetahuan Perancangan (W01)
Analisis Isu

: pada studi kasus, carilah suatu masalah yang bersifat menonjol dan membutuhkan
penyelesaian segera.

Contoh: Kamar mandi yang kotor dan pengap oleh karena berbau dan berlumut.

Pengetahuan Faktual

: jabarkan situasi keadaan yang ada secara fakta (peristiwa, waktu, suasana, tempat, dst.) ke
dalam bentuk teks atau poin.

Contoh: Saluran kamar mandi yang tertutupi oleh timbal; pencahayaan yang remang-remang;
ketiadaan sirkulasi udara melalui ventilasi; dsb.

Pengetahuan Deontik

: jelaskan kondisi ideal dari keadaan yang dihadapi ke dalam bentuk argumentasi. Kata kunci:
seharusnya, sebaiknya,...

Contoh: Seharusnya kamar mandi memiliki kualitas sanitasi yang baik dan terawat supaya
mencegah dari adanya ancaman kesehatan.

Pengetahuan Konseptual

: jabarkan cara-cara dalam mencapai kondisi ideal.

Contoh: Untuk mencapai kondisi kamar mandi yang bersih dapat dimulai dengan memperbaiki
dan mengganti instalasi saluran air ke yang lebih berkualitas (anti timbal, tidak mudah bocor,
dsb.). Selain itu, dapat pula diberikan ventilasi untuk sirkulasi udara yang dapat memberikan
kualitas penghawaan yang baik ke dalam kamar mandi.
Pengetahuan Penjelasan

: jelaskan kembali alasan dibalik langkah-langkah yang diambil dalam penyelesaian masalah.

Contoh: Instalasi saluran air merupakan jalur perolehan air ke dalam kamar mandi, sehingga
kualitas kebersihannya menentukan kadar higienis pada air dalam kamar mandi. Selanjutnya,
supaya menghindari kondisi pengap oleh karena kelembaban, kualitas penghawaan yang baik
dapat diperoleh dengan menempatkan sebuah ventilasi pada dinding kamar mandi yang
menghadap ke ruang terbuka supaya sirkulasi udara dapat mengangkat dan memperbaharui
kelembaban secara rutin.

Pengetahuan Instrumental

: berikan tahapan-tahapan penyelesaian masalah ke dalam bentuk teks dan diagram.

Contoh:

1. Mengganti instalasi saluran air

source: google images

2. Menempatkan ventilasi pada dinding

source: google images

Pendekatan Perancangan berbasis Diagram (W11)


Penjabaran Prasyarat Kebutuhan dan Masalah dalam Urutan Nomor/Abjad
: Ketahui terlebih dahulu alat perancangan yang akan dibuat. Kemudian, jabarkan setiap
prasyarat yang dimilikinya secara berurutan (beri nomor atau abjad). Kuncinya, telaah dari
kebutuhannya, konteks masalahnya, dan unsur fisiknya.

Contoh:

Alat perancangan: Gayung mandi

Prasyarat:

1. Dapat menampung air.


2. Tidak mudah bocor
3. Dapat digenggam dengan mudah oleh telapak tangan.
4. Tidak mudah lapuk
5. Ukurannya tidak terlalu besar sehingga memberatkan pengguna.
6. Dapat menampung peralatan mandi lain didalamnya.
7. Mudah dibawa kemana-mana.
8. Tidak menghantarkan panas
9. Dapat dibuat dari material yang murah
10. Tidak mudah pecah apabila terjatuh

Hubungan antar Prasyarat

: Cari hubungan antar masing-masing persyaratan. Kuncinya, lihat keterkaitan dalam konteks
(penggunaannya, dimensinya, masalahnya, dsb.)

Contoh:

1 : 2, 3, 4, 5, 7, 8

2: 1, 4, 9, 10

3: 1, 5, 6, 7, 8, 10

4: 1, 8, 9

5: 1, 3, 6, 7

6: 3, 5, 7

7: 1, 3, 5, 6

8: 1, 3, 5, 7, 9

10: 2, 3, 4, 5, 9
Kategorisasi dan Simbol; Berikan Penjelasan setiap Kategori Mengandung Persyaratan
Apa Saja!

: Kategorikan setiap prasyarat kedalam sebuah kategori, serta berikan simbol pada tiap kategori
yang ada. Setiap kategori tidak boleh menggunakan lebih dari satu persyaratan yang sama.
Kuncinya, kategorikan berdasarkan aspek kegunaan dan objek fisik dari alat perancangannya.

Contoh:

A (Fungsi):

A1: 1, 6, 7

: Sebuah sarana menampung air dan peralatan mandi (1, 6) yang


mudah dibawa kemana-mana (7).

B (Bentuk):

B1: 3, 5

: Memiliki bentuk dengan ukuran yang kecil dan mudah digenggam (3, 5).

C (Material):

C1: 2, 4, 8, 9, 10

: Terbuat dari material yang murah (9) dan kokoh (2,4,10) serta tidak
menghantarkan panas (8).

Diagram Pohon: Abjad dan Simbol

: Buatlah sebuah diagram pohon yang terdiri dari setiap kategori.


Pendekatan Perancangan berbasis Filsafat (W12-13)
● Metode Fenomenologi
● Metode Dekonstruksi

Pemikiran Konvergen dan Divergen (tambahan)


● Konvergen
● Divergen ooohh im tired frfr

If u learn the essence of any structuralized physical object, you’ll find why they are constructed
that way (basically, a phenomenology study that is mixed with conceptual reasoning).

From the YouTube Comment Section,

“I personally think Drive (2011) is a tragic story. Real heroes don't get the girl, they don't ride off
into the sunset. They have to walk away from the one they want the most, in order to keep them
safe. They may have to do terrible things in order to save the day. In order to keep the ones they
care about safe, they have to walk this earth alone. All a lot of times real heroes die in the end. All
they leave behind is a car, a leather jacket, and maybe a few close friends who remember who
they were.

Anda mungkin juga menyukai