Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“SEJARAH TEORI MASUKNYA ISLAM DAN NUSANTARA”

Di Susun Oleh Kelompok 5


1.Sekar Anggraeni Yanto
2.Siti Aminah
3.Amelia Syahrina
4.Gining Masita
5.Novalia Rizki Setya Putri

SMKN 14 SAMARINDA , JL. H.A.M RIFADDIN , SIMPANG


PASIR , KECAMATAN PALARAN , KOTA SAMARINDA ,
KALIMANTAN TIMUR 75251
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BAB III

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu ilmu pengetahuan yang


membahas atau mengkaji tentang kejadian kejadian yang berhubungan
dengan agama islam,baik awalnya ataupun perkembangannya Sejarah itu
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa
masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi
pelajaran bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan
datang.Itulah sebabnya,dikatakan bahwa sejarah adalah guru yang paling
bijaksana .Sebagai umat islam ,tentu merupakan sebuah keharusan untuk
mempelajari dan memahaminya.Madrasah Tsanawiyah sebagai lembaga
pendidikan islam , secara langsung telah menerapkan Sejarah
Kebudayaan Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh siswa.Secara langsung Madrasah Tsanawiyah menjadi pelopor bagi
generasi islam yang mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah


Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
mengenal,memahami,menghayati Sejarah Kebudayaan Islam,yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya {way of life} melalui kegiatan
bimbingan,pengajaran,latihan,penggunaan pengalaman dan
kebiasaan .Mata pelajaran SKI Madrasah Tsanawiyah ini meliputi : Sejarah
Dinasti Ummayah,Abbasiyah dan Al-Ayubiyah. Hal lain yang sangat
mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali
nilai,makna,aksioma,ibrah/hikmah,dalil dan teori dari faktah sejarah yang
ada.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Islam ke Kepulauan


Indonesia, terutama perihal waktu dan tempatasalnya. Pertama, sarjana-
sarjana Barat—kebanyakan dari Negeri Belanda—mengatakan bahwa  Islam
yang masuk ke Kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13
M atau abadke-7 H. Pendapat ini mengasumsikan bahwa Gujarat terletak
di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya sangat
strategis berada di jalur perdagangan antara timur dan barat.Pedagang Arab
yang bermahzab Syafi’i telah bermukim di Gujaratdan Malabar sejak awal
tahun Hijriyah (abad ke-7 M). Orang yang menyebarkan Islam ke Indonesia
menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan para
pedagang Gujarat yang telah memeluk  Islam dan berdagang ke dunia Timur.
Pendapat J. Pijnapel kemudian didukung oleh C. SnouckHurgronye, dan J.P.
Moquetta (1912). Argumentasinya didasarkan pada batu nisan Sultan Malik
Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai,Aceh.
Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim yang
wafat tahun 1419 diGresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan
batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta kemudian
berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau
setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar
kaligrafi khas Gujarat. Kedua, Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa
Islam yang masuk ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pendapatnya
didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara
masyarakat Persia dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:tradisi
merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaumSyiah atas
kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi tabot di
Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu.Ketiga, Buya Hamka (Haji Abdul
Malik Karim Amrullah)mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah
kelahirannya,yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad-abad
pertama Hijriah atau abad ke-7 M.Senada dengan pendapat  Hamka, teori
yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan Anthony H.
Johns. Menurutnya,proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum
pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Kaum ini biasanya
mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya dengan motivasi hanya
pengembangan agama Islam.Semua teori di atas bukan mengada ada,tetapi
mungkin bisa saling melengkapi.  Islamisasi di Kepulauan Indonesia
merupakan hal yang kompleks dan hingga kini prosesnya masih terus
berjalan. Pasai dan Malaka, adalah tempat dimana tongkat estafet Islamisasi
dimulai. Pengaruh Pasai kemudian diwarisi Aceh Darussalam. Sedangkan
Johor tidak pernah bisa melupakan jasa dinasti Palembang yang pernah
berjaya dan mengislamkan Malaka. Demikian pulau Sulu dan Mangindanao
akan selalu mengingat Johor sebagai pengirim Islam ke wilayahnya.
Sementara itu Minangkabau akan selalu mengingat Malaka sebagai pengirim
Islam dan tak pernah melupakan Aceh sebagai peletak dasar tradisi surau di
Ulakan. Sebaliknya Pahang akan selalu mengingat pendatang dari
Minangkabau yang telah membawa Islam. Peranan para perantau dan
penyiar agama Islam dari Minangkabau juga selalu diingat dalam tradisi Luwu
dan Gowa Tallo. Nah, marilah kita pelajari awal masuknya Islam di
Nusantara.Pada pertengahan abad ke-15, ibukota Campa, Wijaya jatuh ke
tangan Vietnam yang datang dari Utara. Dalam kenangan historis Jawa,
Campa selalu diingat dalam kaitannya dengan Islamisasi. Dari sinilah Raden
Rahmat anak seorang putrid Campa dengan seorang Arab, datang ke
Majapahit untuk menemui bibinya yang telah kawin dengan raja Majapahit. Ia
kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel salah seorang wali tertua. Sunan Giri
yang biasa disebut sebagai ‘paus’ dalam sumber Belanda bukan saja
berpengaruh di kalangan para wali tetapi juga dikenang sebagai penyebar
agama Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur. Raja Ternate Sultan
Zainal Abidin pergi ke Giri (1495) untuk memperdalam pengetahuan agama.
Tak lama setelah kembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin mangkat, tetapi
beliau telah menjadikan Ternate sebagai kekuatan Islam. Di bagian lain,
Demak telah berhasil mengislamkan Banjarmasin. Mata rantai proses
Islamisasi di Kepulauan Indonesia masih terus berlangsung. Jaringan kolektif
keislaman di Kepulauan Indonesia inilah nantinya yang mempercepat proses
terbentuknya nasionalisme Indonesia.
3.2 Saran

Indonesia memiliki nilai sejarah yang sangat kuat dan kaya,tidak kalah
dengan Negara Negara lain yang dikenal memiliki nilai kebudayaan tinggi
seperti Jepang ataupun China.Andaikan ada generasi baru yang memiliki
visi yang kuat akan kebudayaan Indonesia, nilai nilai sejarah yang selama
ini mampu menjadi inspirasi bagi generasi baru akan muncul kembali ke
permukaan dan membentuk identitas bangsa Indonesia yang
sesungguhnya.Saat ini,banyak generasi muda yang memilih untuk
berwisata ke tempat yang hanya masih murni alamnya sekaligus dekat
dengan cerita nenek moyang kita,belum lah popular karena kurang adanya
inisiatif dan ketertarikan ke rah kebudayaan tersebut.Karena ini,inisiatid
dan informasi mengenai sejarah dan kebudayaan Indonesia harus
disampaikan sejak dini dan memanfaatkan situs situs seperti
Karangkamulyan sebagai salah satu alternative objek wisata yang
mendidik dan tidak membosankan.
Kami mengucapkan alhamdulillah dan segala puji syukur kehadirat Allah
SWT atas selesainya makalah sejarah Islamisasi dan Silang Budaya di
Nusantara ini. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya
mustahil makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini adalah makalah sejarah kelas X. Besar harapan kami makalah
yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama bagi orang
yang membacanya untuk mencari informasi tentang materi yang ada
didalam makalah ini. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat
mempermudah kita untuk belajar.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “Tiada Gading yang tak retak”,Kami
mengharapkan saran dan kritik,khususnya dari Bapak/Ibu Guru pelajaran
sejarah. Kami meminta maaf jika ada kekurangan dan kesalahan kata.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah SwT yang Punya dan
Mahakuasa.

Anda mungkin juga menyukai