10002984
AQH 101
Kalimat ال إله إال هللاsering diterjemahkan menjadi “tidak ada Tuhan selain
Allah”. Dampak dari terjemahan ini muncul pemahaman bahwa orang yang
Laa Ilaha Illallahu merupakan pintu gerbang memasuki cahaya islam yang rahmatalilallamin
Adalah kalimat tauhid yang merupakan bagian dari syahadatain. Kalimat tauhid adalah
pengakuan seorang hamba bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, inilah terjemahan yang
sering kita dengar dalam bahasa Indonesia. Namun masih banyak kita temui orang islam
yang sudah membaca kalimat ini tetapi masih melakukan amalan-amalan seperti pergi
lainnya.Perbuatan ini jelas bertentangan dengan muatan dahsyat yang terkandung dalam
kalimat tauhid. Dalam bab selanjutnya penulis akan memaparkan pendapat penulis mengapa
hal ini bisa terjadi demikian. Apakah ini memiliki kaitannya dengan penerjemahan kedalam
Adalah kalimat tauhid, Laa Ilaha Illallahu yang memiliki muatan yang maha dahsyat.
ِ َم ْن قَا َل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َو َكفَ َر بِ َما يُ ْعبَ ُد ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َح ُر َم َمالُهُ َو َد ُمهُ َو ِح َسابُهُ َعلَى هَّللا
terhadap seluruh ibadah kepada selain Allah (maka) darahnya dan hartanya haram
Sungguh besar ganjaran yang akan kita peroleh melalui kalimat ini. Nikmat yang sangat
besar manakala ada jaminan dari Allah bagi siapa yang mengucapkan kalimat agung ini.
Namun prakteknya, masih banyak orang muslim yang melakukan ritual lain seperti
meyembah kuburan, pergi kedukun dan perkara lain yang menyebabkan ia terjatuh pada
Sungguh ajaib perkara tersebut. Kenapa bisa terjadi demikian? Apakah ada kaitannya
dengan terjemahan yang di ketahui selama? Penerjemahan kata Laa Ilaha Illallahu menjadi
tiada Tuhan selain Allah menurut hemat penulis adalah penerjemahan yang sudah benar,
namun makna tersebut masih mentah dan dangkal. Tidak mungkin Allah memberikan
ganjaran yang sangat besar seandainya muatan yang terkandung tidak besar. Penulis
Disisi lain, masih banyak orang-orang muslim melakukan ritual-ritual lain yang menjurus
dalam shalat ataupun zikir-zikir mereka. Ini jelas saja tidak sejalan dengan hadist diatas.
Adapun masalah ini bukan sesuatu yang baru, karena pada zaman dahulu pun sudah terjadi
peristiwa seperti ini, dimana mereka menjadikan tidak menjadikan Allah sebagai satu satunya
sembahan mereka. Firman Allah dalam surah At Taubah: 31 karena agama islam ini adalah
agama yang Allah ridai, maka kabar akan peristiwa ini juga sudah
}{اتَّخَ ُذوا َأحْ بَا َرهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم َأرْ بَابًا ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َو ْال َم ِسي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam. (At-Taubah: 31)
Imam Ahmad, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui berbagai
فتح َّدث، َوَأبُوهُ َحاتِ ٌم الطَّاِئ ُّي ْال َم ْشهُو ُر بِ ْال َك َر ِم، َو َكانَ رَِئيسًا فِي قَوْ ِم ِه طَيٍِّئl،َي ْال َم ِدينَة
ّ فَقَ ِد َم َع ِد،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ ُول هَّللا
ِ َرس
ِإنَّهُ ْم َح َّر ُموا َعلَ ْي ِه ُم، "بَلَى:ال ُ فَقُ ْل:ارهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم َأرْ بَابًا ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ} قَا َل
َ َ فَق. ِإنَّهُ ْم لَ ْم يَ ْعبُدُوهُ ْم:ت َ َ {اتَّ َخ ُذوا َأحْ ب:ََو َسلَّ َم هَ ِذ ِه اآْل يَة
ولُ؟llُا تَقll َم، ُّ ِديlا َعlَ "ي:لَّ َمl ِه َو َسlْلَّى هَّللا ُ َعلَيlص َ ِ فَ َذل، فَاتَّبَعُوهُ ْم، َوَأ َحلُّوا لَهُ ُم ْال َح َرا َم،ْال َحاَل َل
َ ِ و ُل هَّللاlا َل َر ُسlَ َوق."ك ِعبَا َدتُهُ ْم ِإيَّاهُ ْم
َ َرُّ كَ َأ ْن يُقlِ هَّللا ُ َأ ْكبَرُ؟ فَهَلْ تَ ْعلَ ُم َش ْيًئا َأ ْكبَ َر ِمنَ هَّللا ِ؟ َما يُفرك؟ َأيُف:أيُفرّك َأ ْن يُقَا َل
ٍه ِإاَّل هَّللا ُ"؟ ثُ َّمlَلْ تَ ْعلَ ُم ِم ْن ِإلlَهَ ِإاَّل هَّللا ُ؟ فَهlَال اَل ِإلl
ارى
َ lص ُ "ِإ َّن ْاليَهُو َد َم ْغ:رأيت َوجْ هَهُ ا ْستَ ْب َش َر ثُ َّم قَا َل
َ َّ َوالن،وبٌ َعلَ ْي ِه ْمlض ُ فَلَقَ ْد: قَا َل،ِّ َو َش ِه َد َشهَا َدةَ ْال َحق،َدعَاهُ ِإلَى اِإْل ْساَل ِم فََأ ْسلَ َم
" َضالُّون
َ
Bahwa ketika sampai kepadanya dakwah dari Rasulullah Saw., ia lari ke negeri Syam. Sejak
zaman Jahiliah ia telah masuk agama Nasrani, kemudian saudara perempuannya ditahan
bersama sejumlah orang dari kaumnya. Lalu Rasulullah Saw. menganugerahkan kebebasan
kepada saudara perempuan Addi ibnu Hatim dan memberinya hadiah. Saudara perempuan
Addi ibnu Hatim kembali kepada saudara lelakinya dan menganjurkannya untuk masuk Islam
dan menghadap kepada Rasulullah Saw. Akhirnya Addi datang ke Madinah. Dia adalah
pemimpin kaumnya, yaitu kabilah Tayyi'; dan ayahnya (yaitu Hatim At-Tai') terkenal dengan
Hatim. Addi masuk menemui Rasulullah Saw., sedangkan pada leher Addi tergantung salib
yang terbuat dari perak. Saat itu Rasulullah Saw. sedang membacakan firman-Nya: Mereka
menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (At-
Taubah: 31) Addi melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawab, "Sesungguhnya mereka tidak
hal yang halal bagi para pengikutnya dan menghalalkan hal yang haram bagi mereka, lalu
mereka mengikutinya; yang demikian itulah ibadah mereka kepada orang-orang alim dan
mengetahui sesuatu yang lebih besar daripada Allah bila Allah menimpakan bahaya
kepadamu? Apakah membahayakanmu bila dikatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah?
Apakah kamu mengetahui ada Tuhan selain Allah?" Rasulullah Saw. mengajaknya masuk
Islam. Akhirnya Addi masuk Islam dan mengucapkan syahadat yang benar. Addi melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah itu ia melihat wajah Rasulullah Saw. bersinar ceria, lalu bersabda:
Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu dimurkai dan orang-orang Nasrani itu orang-orang
yang sesat.
Hadist diatas menyiratkan adanya ketidaktahuan pada amalan-amalan yang dilakukan. Disini
perlunya dakwah yang diajarkan oleh ulama dan para asatiz yang menjabarkan makna
kalimat tauhid lebih dari sekedar terjemahan harfiah, tiada Tuhan selain Allah, namun lebih
dalam lagi. Sehingga orang-orang yang tersesat dalam pemahaman yang salah dapat kembali
tiada Tuhan selain Allah adalah penerjemahan yang benar namun masih mentah dan dangkal.
Sebab ketika diucapkan kalimat tauhid ini dan pemahaman hanya sekedar terjemahan secara
harfiah orang-orang muslim masih melakukan kesyirikan. Allah sudah mengisyaratkan ini
akan terjadi. Akan ada orang-orang yang melakukan penyembahan kepada Nya dan kepada
selain Nya Ulama dan para asatiz adalah orang-orang yang diharapkan untuk meluruskan
kesalahan tersebut. Adalah tanggup jawab semua muslim untuk terus belajar dan terus saling
memberikan nasihat dalam kebenaran. Karna pada sabda nabi di atas kita mengetahui bahwa
dakwah adalah salah satu cara untuk meluruskan amalan yang bengkok.
DAFTAR PUSTAKA
https://alhijroh.com/aqidah/syarat-laa-illaha-illallahu-dan-dalilnya-1/#_ftn11
http://www.ibnukatsironline.com/