10002984
ETH 101
Hai manusia , sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
Ayat diatas menegaskan bahwa kemulian disisi Allah terletak pada ketakwaan seorang hamba
kepada Rabbnya. Allah tidak melihat kepada rupa seseorang, kepada pangkat, keturunan,
Berikut ini penulis akan menuliskan sebuah kisah seorang sahabat nabi yang yang tidak
sempurna dalam rupa fisik, tidak memiliki kekayaan bahkan adalah seorang bekas budak.
Namun kecintaanya kepada Allah menjadikan dia mendapat kemuliaan dan menjadi seorang
Abu Muhammad Atha bin Abi Rabah Aslam bin Shafwan atau yang lebih dikenal dengan
nama Atha bin rabah adalah anak dari seorang budak yang bernama Abi Rabah dan ibunya
bernama Barokah. Ia dilahirkan disebuah desa di Yaman yang bernama Al Janad. Atha wafat
Atha bin Abi Rabah adalah budak dari seorang wanita yang bernama Habibah binti Maisaran
bin Abi Hutsaim. Karena melihat semangat Atha yang tinggi dalam menuntut ilmu, Habibah
Dari Utsman bin Abu Rabah ia berkata “Atha bin Abu Rabah seorang yang bekulit hitam
legam, dikepalanya hanya tumbuhbbeberapa helai rambut. Ia seorang fasih bicaranya, belum
ada seorangpun yang bicara dengan bahasa hijaz sebelum dirinya.”(Siyar Nubala jilid 2 hal
181 )
Setelah dimerdekakan, Atha berkhidmat untuk menjadi budak Allah SWT. Ia tidak
menyianyiakan umurnya. Hari-harinya diisi dengan menuntut ilmu agama. Ia belajar dari
banyak dari kalangan sahabat utama diantaranya adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Zubair, Zaid bin Arqam, Shafwan bin Ummayah, hakim bin Hizam, Abdullah
bin Umar, Ibnu Umar, Jabir dan masih banyak yang lain. Dalam suatu riwayat disebutkan
Dengan didikan para sahabat tidak heran Atha menjadi seorang ulama besar. Aatha bin
Atha bin Abu Rabah adalah orang yang pendiam, jika ia sedang bicara, orang sekitarnya
atas ranjang, disekelilingnya duduk para pembesaar kerajaan. Ketika itu ia berada di Mekkah
pada musim haji dimasa kekhalifahnnya. Tatkala Abdul Malik melihat Atha bin Abu Rabah,
ia berdiri sebagai tanda hormat dan mengucapkan salam kepadanya, lalu memintanya duduk
Allah dimasjid_Nya dan masjid Rasul-Nya, berjanjilah kepada Nya untuk menghidupkan
suasananya, bertaqwalah kepada Allah terhadap putra-putra Muhajirin dan Ansar, karena
merekalah kamu menduduki jabatanmu ini, bertaqwalah kepada Allah terhadap para penjaga
muslimin, karena kamulah yang paling bertanggung jawab, bertaqwalah kepada Allah
terhadap orang yang mengetuk pintuu, janganlah melalaikan mereaka dan janganlah menutup
pintumu itu dari mereak.” Abdul Malik berkata “”Akan aku laksanakan nasihatmu.”
Kemudian Atha pun bergegas pergi. Serta merta Abdul Malik menahannya seraya
berkata,”Wahai Abu Muhammad, kamu miminta kami untuk kebutuhan orang lain dan kami
telah sanggupi, lalu apa kebutuhanmu?.” Ia berkata Aku tidak butuh kepada makhluk.”
Kemudian ia keluar, lalu Abduk Malik berkata “Demi ayahmu, inilah yang dinamakan
Sungguh agung ajaran Islam. Allah tidak memandang kepada rupa dan pangkat seseorang
untuk diberikan kemulian kepadanya. Dari Atha bin Abi Rabah dapat di ambil pelajaran
bahwa kemulian adalah buah dari ilmu dan ketakwaan kepada Allah. Siapa yang berilmu
niscaya akan mendapatkan kemuliaan. Atha yang merupakan bekas budak dapat
memaksimalkan waktunya setelah dimerdekakan dan menjadi budak Allah saja. Sikap Atha
Bin Abi Rabah terhadap pemimpin sangat patut dicontoh, dia tidak memanfaatkan kebaikan
pemimpin untuk kepentingan pribadinya. Ia mampu memberikan nasihat yang tegas kepada