e-mail: boeydearguns@ymail.com
Abstrak
Peningkatan aktivitas perompakan bersenjata dan penculikan di Laut Sulu yang mencakup
perairan sekitar Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah terjadi sejak 2016 menjadikannya
sebagai salah satu perairan berbahaya di dunia. Untuk itu, Indonesia bersama Malaysia dan
Filipina melakukan kerja sama Trilateral Maritime Patrol (TMP) Indomalphi dalam rangka
menjaga keamanan dan keselamatan maritim sehingga bebas dari gangguan dan ancaman
kekerasan, ancaman navigasi, ancaman sumber daya laut, dan ancaman pelanggaran hukum.
Penelitian ini membahas efektivitas operasi Trilateral Maritime Patrol di Laut Sulu untuk
mengukur efektivitas operasi terhadap penurunan angka pembajakan dan penculikan di Laut
Sulu serta menilai efektivitas operasi TMP dalam menjaga keamanan dan keselamatan
maritim di Laut Sulu dan sekitarnya. Namun, terdapat tantangan internal yang dihadapi oleh
masing-masing Angkatan Laut tiga negara dalam pelaksanaan operasi Trilateral Indomaphi,
baik dari sisi anggaran, ketersediaan unsur/alutsista, maupun personel.
Kata Kunci: Laut Sulu, Trilateral Maritime Patrol Indomalphi, keamanan maritim.
Abstract
Since 2016, in the Sulu Sea which includes waters around Indonesia, Malaysia and the
Philippines, there has been an increase in the activities of armed piracy and kidnappings,
making it a Dangerous Waters in the world. So, Indonesia, together with Malaysia and the
Philippines, cooperated with Indomalphi Trilateral Maritime Patrol to maintain the security and
order of the maritime area so that it is free from harassment and threats of violence, threats of
navigation, threats to marine resources, and threats of law violations. This study reveals the
effectiveness of Trilateral Maritime Patrol operations in maintaining maritime security in the
Sulu Sea. As a result, when measured by decreasing piracy and kidnapping rates in the Sulu
Sea. The Trilateral Indomalphi operation was quite effective in maintaining maritime security
in the Sulu Sea. However, there are internal challenges faced by each of the Navy's three
countries in carrying out Indomalphi's Trilateral operations, both in terms of budget, availability
of elements / defense equipment, and personnel.
Keywords: Sulu Sea, Indomalphi Trilateral Maritime Patrol, effectiveness, maritime security.
Pendahuluan.
Laut Sulu yang mencakup perairan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf
Indonesia, Malaysia, dan Filipina, menjadi dan ISIS Asia Tenggara yang berbasis di
kawasan yang rawan kejahatan. Sejak Maret Filipina Selatan. Sasaran kejahatan itu
2016, terjadi serangkaian peristiwa adalah kapal-kapal yang melintas di wilayah
pembajakan dan perompakan yang disertai perairan Laut Sulu. Kondisi ini menjadikan
penculikan dengan permintaan uang tebusan
Tabel 1. Data Keamanan Maritim di Laut Sulu melaksanakan operasi untuk kembali
Incident Type 2016 2017 2018 Total menegakkan sea control. Sea control bersifat
Actual 12 3 2 17 relatif. Lewat TMP, ketiga Angkatan Laut
Attempted 6 4 1 11 berhasil menegakkan sea control sehingga
Total 18 7 3 28
tingkat ancaman keamanan maritim
Sumber: ReCAAP’s Annual Report 2018.
mengalami penurunan.
Gencarnya pelaksanaan TMP mengubah
Kedua, Teori Trinitas Peran Angkatan Laut
modus pembajakan dan penculikan. TMP
(Ken Booth, 1977) memuat salah satu peran
Indomalphi bertujuan mengamankan kapal
universal Angkatan Laut, yaitu peran
tugboat batubara dan kapal niaga dari
konstabulari dalam rangka menegakkan
ancaman pembajakan dan penculikan,
hukum di laut, melindungi sumber daya dan
Kelompok Abu Sayyaf mengalihkan
kekayaan laut nasional dan memelihara
sasarannya kepada kapal ikan berbendera
ketertiban di laut. TNI Angkatan Laut bersama
Malaysia. Para awak yang disandera dan