Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

DAUN KELOR (Moringa olifera) SEBAGAI SCREEN PROTECTOR


DAN PERLINDUNGAN MATA DARI RADIASI
SINAR BIRU HANDPHONE

NUR INSANI SAKINAH


DESWITHA SEPTIA MAHARANI

FISIKA TERAPAN DAN REKAYASA (FTR)

SMAN 1 BANTAENG
KABUPATEN BANTAENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019
PERNYATAAN PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nur Insani Sakinah
Tempat/Tanggal Lahir : Bantaeng, 12 Juni 2003
NIS : 12000
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Bantaeng

dengan ini menyatakan sejujurnya bahwa proposal penelitian saya dengan judul:

DAUN KELOR (Moringa olifera) SEBAGAI SCREEN PROTECTOR DAN


PERLINDUNGAN MATA DARI RADIASI SINAR BIRU HANDPHONE

yang diusulkan dalam pelaksanaan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2019,
belum pernah dilombakan dan/atau pernah dilombakan tetapi belum mendapat
juara/penghargaan di tingkat Nasional/ International. Bilamana di kemudian hari ditemukan
ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia menerima konsekuensi sesuai
aturan OPSI.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Bantaeng. 21 April 2019

Mengetahui, Yang membuat peryataan


Guru Pembimbing Ketua Peneliti

Asrar, S.Si
Nur Insani Sakinah
NIP.-
NIS. 12000

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
SURAT PERNYATAAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 1
b. Rumusan Masalah 2
c. Tujuan Penelitian 2
d. Kebaruan 2
e. Hasil yang Diharapkan 3
f. Hipotesis 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


a. Handphone 3
b. Radiasi 3
c. Kelor (Moringa olifera) 4
d. Udang 4
e. Kerangka Pikir 5

BAB III METODE PENELITIAN


a. Jenis dan Waktu Penelitian 5
b. Prosedur Penelitian 6
c. Teknik Analisis dan Metode Pengambilan Data 7

DAFTAR PUSTAKA 7

iii
DAUN KELOR (Moringa olifera) SEBAGAI SCREEN PROTECTOR
DAN PERLINDUNGAN MATA DARI RADIASI
SINAR BIRU HANDPHONE
Nur Insani Sakinah1, dan Deswitha Septia Maharani1
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, SMA Negeri 1 Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
Telp. 082316426125, e-mail: nurinsakisakinah@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi bukanlah suatu hal yang baru dikalangan manusia di zaman milineal. Teknologi
dijadikan sebagai mesin, atau sistem yang digunakan untuk mempermudah segala aktivitas manusia,
seperti dalam bidang komunikasi, pembelajaran, transportasi, bisnis, pengamanan data, dan lain
sebagainya. Penggunaan teknologi luas, setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memahami
maknanya. Salah satu teknologi yang paling banyak dan sering digunakan adalah handphone
(Salamadian, 2018).
Di Indonesia, terdapat tujuh jenis handphone yang beredar di pasaran (Abdillah, 2017).
Perkembangan teknologi yang sangat pesat, dimana alat komunikasi tidak hanya sekedar untuk
berkomunikasi saja, melainkan dapat digunakan untuk keperluan lain seperti browsing internet,
membaca E-book, belanja, transfer uang, dan games (Wilantika, 2017). Handphone telah menjadi
kebutuhan primer dan seakan tidak pernah terpisahkan dari kehidupan manusia. Handphone umumnya
digunakan di kalangan anak-anak dan orang dewasa. Brown pada tahun 2014 menjelaskan bahwa
penggunaan rata-rata handphone di Indonesia adalah 181 menit per hari. Hal ini menjadikan Indonesia
berada diposisi pertama untuk penggunaan handphone terlama di dunia, sekaligus posisi pertama
untuk penderita kerusakan mata akibat radiasi layar handphone sebagai akibat dari sinar biru yang
dapat merusak jaringan penglihatan (Kumorowati dkk, 2016).
Sinar biru adalah salah satu bagian dari spektrum cahaya yang berada diantara biru dan violet.
Sinar biru merupakan cahaya yang sangat kuat dan dihasilkan oleh peralatan elektronik modern. Sinar
ini menjadi salah satu penyebab masalah pengihatan yaitu katarak dan amD (age-related macular
degeneration) (Puspa dkk, 2018). Mata yang terekspos lama oleh sinar biru akan berdampak pada
retina. Sinar biru penetrasi ke pigmen makula pada mata dan menyebabkan kerusakan perlindungan
mata sehingga akan lebih rentan terhadap paparan sinar biru. Makula adalah bagian dari retina yang
berfungsi sebagai penglihatan tengah. Penderita degenerasi makula akan mengalami gangguan pada
penglihatan sentral karena sel pada makula sudah rusak akibat paparan sinar biru (Wilantika, 2017)
Tidak semua jenis sinar dapat menyebabkan kerusakan makula, hanya sinar dengan panjang
gelombang atau frekuensi ataupun energi tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan makula. Sinar
biru merupakan sinar dengan energi yang cukup untuk merusak makula. Peningkatan intensitas sinar
biru dapat mempercepat terjadinya degenerasi makula (Kumorowati dkk, 2016). Lebih dari 90%
pengguna handphone mengalami gejala penglihatan seperti mata lelah, penglihatan buram,
penglihatan ganda, pusing, mata kering, serta ketidaknyamanan pada okuler saat melihat dari dekat
ataupun dari jauh setelah penggunaan handphone jangka lama karena paparan sinar biru yang
dikeluarkan dari layar handphone (Wilantika, 2017). Untuk menangani dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh handphone, maka digunakan beberapa produk pelindung radiasi sinar.
Banyak penelitian yang mengkaji tentang pembuatan screen protector dan cara mengatasi radiasi
sinar biru pada handphone, seperti pembuatan lensa, dan aplikasi Blue Light Filter-Softlight Eye
Protect, Eye Care. Namun, lensa dan aplikasi ini memiliki kekurangan, seperti pada lensa yang ketika
digunakan secara terus menerus dapat menyebabkan kebutaan pada mata. Sementara aplikasi Blue

1
light Filter-Sofliht Eye Protect, Eye care tidak dapat mengurangi sinar biru di handphone jika fiturnya
tidak diaktifkan terlebih dahulu. Selain itu, alat yang digunakan sebagai antiradiasi yang beredar di
pasaran membutuhkan bahan yang cukup sulit untuk didapatkan, proses yang sulit dan harga tidak
cukup terjangkau oleh masyarakat secara umum. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain, seperti dari
bahan alam yang mudah diperoleh. Pada penelitian ini, digunakan klorofil hijau dari daun kelor
(Moringa olifera) sebagai bahan aktif dalam pembuatan screen protector.
Klorofil hijau dapat digunakan untuk mempolarisasikan radiasi sinar biru. Klorofil adalah zat
warna hijau daun alami yang umumnya terdapat dalam daun, sehingga sering disebut juga zat hijau
daun. Menurut Krisnadi (2012), daun kelor mengandung klorofil dengan konsentrasi tinggi. Di dalam
daun kelor, terdapat karotenoid yang mampu menyerap sinar biru. Kandungan karotenoid yang
terdapat didalam daun kelor sebanyak (56.43 mg/100 g dry basis) (Rizkiaditama, 2017)
Pada Screen protector ini bekerja dengan memanfaatkan sifat polarisasi cahaya. Polarisasi
cahayamerupakan peristiwa terserapnya arah getar cahaya pada gelombang transversal seperti cahaya
matahari. Terserapnya arah getar ditandai dengan berkurangnya intensitas cahaya yang melewati
suatu medium termasuk plastik dan kaca. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa polarisasi dapat
terjadi pada medium kaca dan plastik, maka polarisasi dapat terjadi pada screen protector sehingga
diasumsikan dapat melindungi mata dari kerusakan akibat sinar biru yang dipancarkan layar
handphone. (Kimorowati dkk, 2016). Oleh karena itu, daun kelor (Moringa olifera) digunakan
sebagai screen protector dan perlindungan mata dari radiasi sinar biru handphone.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Berapakah intensitas cahaya yang dapat diredam oleh screen protector dari daun kelor (Moringa
olifera)
2. Bagaimanakah efektifitas daun kelor (Moringa olifera) sebagai screen protector dan perlindungan
mata dari radiasi sinar biru handphone?
3. Bagaimanakah pengaruh komposisi klorofil hijau (b/b) terhadap daya serap radiasi sinar biru?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan banyaknya intensitas cahaya yang dapat diredam oleh daun kelor (Moringa Olifera)
sebagai screen protector dan perlidungan mata dari radiasi sinar biru handphone
2. Mengetahui kandungan yang terdapat pada daun kelor (Moringa olifera) sehingga dapat mengatasi
radiasi sinar biru handphone
3. Mengetahui keefektifan daun kelor (Moringa olifera) sebagai screen protector dan perlindungan
mata dari radiasi sinar biru handphone

D. Kebaruan
Banyak penelitian yang mengkaji tentang pembuatan screen protector dan cara mengatasi radiasi
sinar biru di handphone. Masing–masing penelitian tentu memiliki karakteristik tersendiri terkait tema
tersebut. Selain itu, fokus masalah yang dikaji terkait dengan daun kelor (Moringa olifera) sebagai
screen protector dan perlindungan mata dari radiasi sinar biru handphone belum banyak dilakukan
oleh peneliti terdahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan asal Prancis yaitu Essilor yang merupakan produsen
lensa di dunia. Yang telah menemukan lensa Eyezen, lensa Crizal, lensa transitions, dll. Fungsi-fungsi
lensa yang dibuat oleh perusahaan ini adalah memaksimalkan pendistribusian dari kekuatan resap
lensa untuk menyediakan dukungan ekstra untuk fokus mata, membelokkan sejumlah besar sinar

2
violet biru yang berbahaya, permukaan lensa yang menyediakan penglihatan yang lebih jelas. Tetapi
penggunaan lensa secara terus-menerus dapat menyebabkan kebutaan, seperti yang dialami oleh
modeling Viva Permata Donna karena menggunakan lensa secara terus-menerus. Adapun dalam
bentuk aplikasi yaitu Blue Light Filter-Softlight Eye Protect, Eye Care. Yang dibuat oleh Bluelight
filter team dan menyediakan feature mode malam, dapat merawat mata, mengurangi cahaya atau sinar
biru, cahaya hangat, membantu dan menghasut tidur nyenyak. Tetapi, aplikasi Blue light Filter-
Sofliht Eye Protect, Eye care tidak dapat mengurangi sinar biru di handphone jika fiturnya tidak
diaktifkan terlebih dahulu.
Dari beberapa penelitian, tidak ada yang khusus membahas tentang daun kelor sebagai screen
protector dan perlindungan mata dari radiasi sinar biru pada handphone. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan tergolong masih baru dan belum banyak
dilakukan oleh penelitian terdahulu.

E. Hasil Yang diharapkan


Di harapkan pada penelitian kali ini yaitu berupa produk screen protector dari daun kelor yang
dapat melindungi mata dari radiasi sinar biru handphone. Publikasi yang dapat dimuat dalam jurnal
ilmiah sehingga dapat dipublikasikan dan menjadi rujukan di masyarakat.

F. Hipotesis
Daun kelor (Moringa olifera) dapat digunakan sebagai screen protector dan perlindungan mata
dari radiasi sinar biru handphone dengan uji karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan
produk lain yang saat ini beredar dipasaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Handphone
Dengan cepatnya perkembangan teknologi komunikasi, handphone telah memiliki berbagai fungsi
selain untuk menerima telepon atau pesan singkat (sms), sebagai sarana informasi bahkan handphone
bisa digunakan untuk menjelajahi dunia internet tergantung feature handphone tersebut (Fadilah,
2011). Hasil survei oleh Brown pada tahun 2014 menjelaskan bahwa penggunaan rata-rata
smartphone di Indonesia adalah 181 menit per hari. Hal ini menjadikan Indonesia berada pada posisi
pertama untuk penggunaan smartphone terlama di dunia sekaligus posisi pertama untuk penderita
kerusakan mata akibat radiasi layar smartphone (Kumorowati dkk, 2016 ).
Layar pada handphone tersebut akan memancarkan sinar biru. Sinar biru adalah salah satu bagian
dari spektrum cahaya yang berada di antara biru dan violet. Sinar biru merupakan cahaya yang sangat
kuat dan dihasilkan oleh peralatan elektronik modern bahkan bohlam fluoresens. Pada spektrum sinar,
sinar biru masih dapat diterima oleh mata. Sinar ini bisa mencapai retina dan dapat menyebabkan
kerusakan mata akibat radikal bebas yang dilepaskannya. Sinar ini menjadi salah satu penyebab
masalah penglihatan, yaitu katarak dan amD (age-related macular degeneration). Mata yang
terekspos lama oleh sinar biru akan berdampak pada retina. Sinar biru penetrasi ke pigmen makula
pada mata dan menyebabkan kerusakan perlindungan mata sehingga mata akan lebih rentan terhadap
paparan cahaya biru dan degenerasi sel (Puspa,dkk, 2018)

2. Radiasi
Radiasi merupakan perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan
panas, misalnya perambatan panas, cahaya dan induksi radio. Terdapat radiasi induksi dengan

3
spektrum frekuensi yang kecil dengan spektrum gelombang yang cukup lebar. Contoh induksi
elektromagnetik adalah gelombang radio, sinyal televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan
sinar gamma (Manarisip dkk, 2015). Radiasi yang mengenai tubuh manusia dapat menimbulkan
kerugian bagi pekerja dari paling ringan hingga fatal. Oleh karena itu diperlukan perisai radiasi untuk
tujuan proteksi radiasi (Akhadi, 2000). Menurut prinsip proteksi radiasi yaitu mengurangi waktu
berada disekitar sumber radiasi, memposisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi dan
menggunakan perisai radiasi (Maryanto, 2008).

3. Kelor (Moringa olifera)


Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah
tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada
semua jenis tanah dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6
bulan (Mendieta-Araica dkk, 2013). Klasifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera Lamk) adalah
sebagai berikut:
(Integrated Taxonomic Information System,
2013; Syamsu Hidayat, 1991).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angeospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales Gambar 1. Daun Kelor
Familia : Moringaceae Sumber : idntimes.com
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lamk
Berdasarkan penelitian Verma et al (2009) bahwa daun kelor mengandung fenol dalam jumlah
yang banyak yang dikenal sebagai penangkal senyawa radikal bebas. Kandungan fenol dalam daun
kelor segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6% (Foild et al.,
2007). Menurut Krisnadi (2012) daun kelor juga mengandung klorofil dengan konsentrasi tinggi.
Klorofil adalah zat wara hijau daun alami yang umumnya terdapat dalam daun, sehingga sering
disebut juga zat hijau daun. Daun kelor mengandung klorofil pada 6.890 mg/kg bahan kering.
Sedangkan dalam 8 gram serbuk daun kelor mengandung 162 mg klorofil.

4. Udang
Ekspor komoditi perikanan Indonesia sangat bergantung pada dua jenis komodoti utama, yaitu
udang dan kelompok ikan laut seperti tuna, cakalang dan tongkol (Adi Karya, K.P.A 2016). Udang di
ekspor dalam bentuk udang beku segar, melalui pemisahan kepala dan kulit. Industri udang beku
segar mengakibatkan adanya limbah berupa kepala (carapace) dan kulit (peeled) yang menimbulkan
masalah pencemaran lingkungan. Limbah yang industri dapat mencapai 25 % dari total produksi
(KKP, 2016). Dalam limbah kulit udang terkandung senyawa kitin dan kitosan yang nilai ekonominya
tinggi dan hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (Lee, 2004). Kandungan
kitin pada limbah kulit udang sekitar 20%-50% berat kering. (Horton, 2002).

4
B. Kerangka Pikir

Teknologi

Handphone

Kelebihan Kekurangan

Radiasi Sinar
Biru

Daun Kelor Kulit Udang

Screen
Protector anti
sinar biru

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Waktu Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yang akan dilaksanakan pada bulan Mei
sampai Agustus 2019 di Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Bantaeng, Laboratorium Kimia Radiasi
FMIPA Unhas.
1. Jadwal Kegiatan
WAKTU BULAN KE 1 BULAN KE 2 BULAN KE 3 BULAN KE 4
KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan Bahan
Ekstraksi klorofil daun kelor
Pembuatan Screen Protector
Pengujian Screen Protector
Analisis data
Pembuatan laporan akhir

5
B. Prosedur Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah blender, labu takar, pengukur suhu, pisau, gunting,
pengukur absorbansi, cetakan screen protector, dan luxmeter.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitia adalah daun kelor, kulit udang, kain kasa,
aquadest, NaHCO3, dan PVA (Polyvinyl alcohol)
3. Prosedur Kerja
3.1 Ekstraksi Daun Kelor
Dalam proses ekstraksi, daun kelor dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran kemudian dilanjutkan dengan proses blanching, proses blanching dilakukan
dengan merendam daun kelor pada aquadest dengan suhu 100oC selama 1 menit, daun kelor kemudian
ditiriskan dan dipotong-potong dengan ukuran 5-10 mm, selanjutnya diblender dengan kecepatan
medium selama 1 menit. Pada proses ekstraksi klorofil, daun kelor dan aquadest dengan rasio berat
bahan dan solven 1 : 2 dan berbagai konsentrasi penstabil NaHCO3 ( 0%, 3%, dan 4%) diekstraksi
dengan metode maserasi pada suhu ruangan 27oC selama 3 jam. Kemudian ekstrak yang diperoleh
disaring menggunakan kain kasa, ekstrak klorofil yang didapat dari proses ekstraksi kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit, selanjutnya subtansi supernatannya
diambil. Ekstrak yang telah disentrifugasi kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan ke dalam labu
takar 10 ml. Konsentrasi klorofil diperoleh dari pengukuran absorbansi ekstrak pada panjang
gelombang 663 µm dan 645 µm dengan spektrofotometer UV-Vis. Perhitungan konsentrasi klorofil
dilakukan dengan menggunakan persamaan:
C (mg/L) = (20,31.A645.0 nm + 8,05.A663.0 nm)

Keterangan :
C : konsentrasi klorofil total (klorofil a dan klorofil b)
A645.0 nm dan A663.0 nm : nilai absorbansi ekstrak klorofil pada panjang gelombang
645,0 nm dan 663,0 nm
3.2 Pembuatan Screen Protector dan Pencampuran Bahan
Mengumpulkan kulit udang terlebih dahulu, lalu diblender, dicampur dengan bahan kimia PVA
(Polyvinyl alcohol) , kemudian dikeringkan. Setelah menjadi serbuk, bahan tersebut dan ekstraksi
daun kelor dicampur, lalu menjadi larutan dan dimasukkan kedalam cetakan dan ditunggu selama 1
hari hingga menjadi plastik screen protector.
3.3 Uji Karakteristik Screen Protector
a. Uji Reduksi Intensitas Cahaya
Pengujian ini dilakukan menggunakan luxmeter dengan tujuan untuk mengukur reduksi intensitas
cahaya. Pengujian dilakukan tanpa dan setelah penggunaan ekstrak daun kelor.

Intensitas yang melewati perisai juga dapat dihitung menggunakan hubungan HVL (Half Value
Layer) dengan μ.
HVL = 0,693/μ

Daya serap material perisai radiasi ditentukan berdasarkan persamaan sebagai berikut.
DS = (1-e-μx) x 100%
dengan:
DS = daya serap (%)
μ = koefisien atenuasi komposit, (mm-1)
x = tebal komposit (mm)

6
b. Pengaruh konsentrasi klorofil dalam screen protector
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil pada screen protector dalam
menyerap sinar biru dengan membandingkan beberapa konsentrasi klorofil yang berbeda yaitu 100
mL, 200 mL, dan 300 mL.
Untuk mencari tebal yang setara suatu material yang lain digunakan persamaan berikut.
Σ(ρ.x)a = Σ(ρ.x)b

dengan, ρa = densitas, material a, ρb = densitas material b, xa = tebal material a, xb = tebal material b.

4. Teknik Analisis dan Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif.
Metode kuantitatif didasarkan pada jumlah terserapnya arah getar cahaya pada gelombang transversal.
Metode kualitatif didasarkan pada kualitas plastik yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Nur. 2017. 23 Hp Terbaru 2019 Paling di Tunggu di Indonesia | Pricebook.


https://www.pricebook.co.id. Diakses pada 18 April 2019

Adi Karya Kelana Putra Adam. 2012. Industri dan Ekspor Udang Indonesia. Deskripsi Dokumen:
http://www.digilib.ui.ac.id. Diakses pada 21 April 2019

Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Fadilah, Ahmad. 2011. Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) Terhadap Aktifitas
Belajar Siswa SMP NEGERI 66 Jakarta Selatan [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Kejuruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Folid N, Makkar HPS & Becker. 2007. The Potential Of Moringa Olifera ForAgricultural and
Industrial Uses. Mesir: Dar Es Salaam

Horton, R.H., Moran, L.A., Ochs, R.S., Rawn. J.D. dan Scrimgeour, K.G. 2002.Principles Of
biochemistry. Third Edition. New York: Prentice-Hall,Inc

Kementrian Kelautandan Perikanan (KKP). 2016. MEA Centre.Sektor Lelautan dan Perikanan.

Krisnadi, A Dudi. 2012. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.

Kumorowati B., Masturi., Yulianti I., Rahman F. 2018. Analisis Reduksi Intensitas Cahaya Pada
Smartphones’ Screen Protector Dan Dampaknya Pada Mata. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika.

Lee, D.W. 2004. Functional PropertiesOf Chitin and Chitosan.J.Food. Sci. 5 (3) : 205-212

Manarisip M., Jimmy F., Rumampuk., Damajanti H. 2015. Gambaran Gangguan Radiasi Handphone
Terhadap Kesehatan Siswa Kelas XI SMK Discovery Manado. Jurusan Kedokteran
Komunitas dan Topik : Volume III

Maryanto D., Abidin Z. 2008. Analisis Keselamatan Kerja Radiasi Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi
RSU Kota Yogyakarta. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta

7
Mendieta-Araica B, Spondly E, Reyes-Sanchez N, Salmeron-Miranda F, Halling M. 2013. Biomass
Production and Chemical Composition Of Moringa Oliefera Under Different Planting densities
and leves of nitrogen fertilization. Agroforest. Syst. 87:81-92.

Puspa A., Loebis R., Djohar Nuswantoro. 2018. Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan
Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah Dasar. Global Medical and Health Communication.

Rizkiaditama, D. 2017. Analisis Kadar Klorofil Pohon Angsana ( Pterocarpus Indicus Willd.) Di
Kawasan Ngoro Industri Persada Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto (Di Kembangkan
Sebagai Sumber Belajar Biologi) [Skripsi]. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Salamadian. 2018. Pengertian Teknologi : Sejarah, Perkembangan, Manfaat & Contoh Teknologi
Terbaru. https://salamadian.com. Diakses pada 16 April 2019

Simbolan JM., M Simbolan., N Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta:
Kanisius.

Syamsu, Hidayat. 1991. Inventerisasi Tanaman Obat Indonesia, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

Verma, A.R dkk. 2009. In Vitro and In Vivo antioxidant properties Of Different Fractions Of Moringa
Oliefera leaves. Food Chem Toxicol. 47, 2196-2201

Wilantika, Cancan Firman. 2017. Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Kesehatan Dan
Perilaku Remaja. Nitropdf professional.

Anda mungkin juga menyukai