Anda di halaman 1dari 10

22

RENCANA KERJA TINDAK


LANJUT (RKTL)
TUJUAN
Memahami prinsip SMART dan WFO dalam
perumusan rencana kerja tindak lanjut.
Membuat Rencana Kerja sebagai Tindak Lanjut Kegiatan.
Advokasi untuk mengawal hasil audiensi agar
menjadi Perda.

PERKIRAAN WAKTU

120 menit
PERLENGKAPAN
Kertas Kerja RKTL
Flipchart dan spidol sesuai jumlah kelompok
258 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
259 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

MENGAPA Setelah menguasai keterampilan advokasi dan mengalami proses audiensi,


RENCANA aktivitas advokasi tidak boleh berhenti begitu saja. Dengan mengacu pada
KERJA TINDAK proses dalam framework advokasi, masih banyak hal yang harus dilakukan
LANJUT (RTKL) untuk memastikan tujuan advokasi tercapai.
PENTING? Secara sederhana, proses advokasi bisa dilihat dari tiga lini (saluran).
Saluran legislatif untuk mendorong lahirnya payung hukum, saluran eksekutif
“Plan is nothing, planning untuk mengubah budaya pelayanan serta saluran partisipasi masyarakat
is everything” untuk mengubah perilaku mereka sesuai sasaran isu strategis. Kegiatan
(Kredo manajemen RTKL dalam sesi ini merupakan perumusan langkah-langkah dan kegiatan
modern) apa saja yang perlu dilakukan dalam tiga saluran tersebut agar tujuan
advokasi tercapai.
Sebagai contoh, kegiatan RTKL antara lain: monitoring tindak lanjut proses
legislasi, terus menerus menyuplai informasi bagi anggota dewan, penguatan
kinerja pemerintah, penggalangan isu di masyarakat dan sebagainya.

RKTL dan NLP


Dalam perspektif NLP, membuat RKTL adalah suatu upaya future pacing,
yakni suatu kegiatan untuk membuat sistem neurologis mengenali apa yang
harus dilakukan di masa yang akan datang. Artinya, suatu perencanaan harus
mampu membuat “calon pelaku”-nya membayangkan secara jelas apa yang
harus dilakukan.
Suatu perencanaan yang tergambar jelas (gamblang) dalam pikiran, akan
menciptakan suatu “sirkuit neurologis baru” yang membuat otak mengenali
dengan jelas apa yang harus dilakukannya kemudian.
Dalam menyusun suatu rencana pencapaian gol, biasanya digunakan
pendekatan SMART (Spesifik, Measurable, Attainable, Realistic dan Time
Bound). Pendekatan ini sangat baik, karena membuat pelaku menjadi jelas
terhadap apa yang harus dilakukannya.
Lebih jauh dari itu, NLP menyarankan suatu cara berpikir yang disebut
wellformed outcome (WFO = tujuan yang dirumuskan dengan baik). Ada
2 aspek penting yang perlu dibahas di sini yakni:
1. Dalam membuat suatu gol, pelaku perlu dapat memvisualisasikan
proses dan hasil yang akan dicapai. Proses visualisasi ini
seyogyanya melibatkan sebanyak mungkin indra (bisa dilihat, diraba,
didengar, dicium, dirasa).
Proses inilah yang akan menciptakan sirkuit neurologis baru,
sehingga pikiran merasa “sudah pernah mengalami” sekalipun
sebenarnya baru mengalami secara visualisasi.
2. Kalimat rumusan tujuan harus berbentuk kalimat positif (apa yang
diinginkan, bukan yang tidak diinginkan) dan present tenses.
260 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

Apabila tujuan dirumuskan dengan cara demikian, maka tidak saja tujuan ini
menjadi jelas, namun akan memotivasi pelaku untuk mencapainya. Terutama
karena cara perumusan ini menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
cara kerja otak manusia.
Saat merumuskan RKTL, kelompok akan mendiskusikan langkah-langkah
konkrit yang harus dilakukan, sehingga setiap anggota mampu secara jelas
memvisualisasikan apa yang harus mereka lakukan beserta hasilnya.
Fasilitator membantu mengarahkan proses diskusi dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan stimulan agar proses perencanaan memenuhi SMART
dan WFO. Dengan cara ini, peserta akan mendapatkan gambaran jernih atas
apa yang akan mereka lakukan di masa depan sebagai tindak lanjut proses
advokasi yang baru saja dimulai.
261 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

RINGKASAN ALUR SESI

TOPIK
Cipta Suasana Pengertian Pengertian Menyusun Kesimpulan
SMART WFO RKTL

TUJUAN • Membangun • Memahami • Memahami • Peserta • Memperluas


suasana (state konsep SMART konsep WFO. mempraktek wacana
of mind). kan
• Menjelaskan pengetahu-
tujuan sesi. annya
mengenai,
SMART dan
WFO dalam
menyusun
RKTL di
kabupaten
masing-
masing.

ALAT • Gula pasir • Flipchart /


BANTU Laptop

METODE • Kisah • Dialog • Permainan • Diskusi


• Ceramah • Ceramah • Ceramah

WAKTU 5” 25” 20” 60” 10”


262 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP

No Kegiatan Keterangan

1. Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan
yang positif, hangat, apresiatif, segar dan
mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk
memancing partisipasi dan perhatian.
o Misalnya, “Sudah kebagian coffee break
semuanya?”
• Ceritakan dengan gaya berkisah cerita tentang
“Kisah 5 Saudara Bingung”.
• Jelaskan tujuan sesi ini.

2. Penjelasan SMART
• Jelaskan pengertian SMART

3. Penjelasan WFO
• Diawali lebih dahulu dengan permainan WFO
(lihat lampiran)
• Jelaskan WFO

4. Diskusi Kelompok RKTL


• Peserta diminta berkelompok sesuai asal
kabupatennya.
• Apabila seluruh peserta berasal dari kabupaten
yang sama, maka kelas dibagi dalam 2 kelompok,
usahakan ada keseimbangan anggota.
• Tunjuk ketua dan sekretaris untuk memimpin
proses diskusi.
• Bagikan laptop, dan flipchart pada tiap kelompok.
• Minta kelompok untuk mendiskusikan RKTL di
setiap kabupaten masing-masing.
• Fasilitator berkeliling untuk mengajukan beberapa
pertanyaan pemancing agar RKTL memenuhi
prinsip SMART dan WFO.
263 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

No Kegiatan Keterangan

5. Pertanyaan Pemandu Observasi


• Gunakan pertanyaan yang mengarah pada SMART jawaban peserta
dan WFO
• Sudahkah tujuannya spesifik?
• Apakah kita dapat mengukur secara jelas
hasil yang mau dicapai? Bagaimana kita tahu
bahwa tujuan sudah tercapai?
• Apakah tujuan sudah realistis dan bisa
dicapai?
• Kapan waktu pelaksanaannya, berapa lama?
• Apakah sudah ditulis dalam kalimat positif
(apa yang diinginkan, bukan apa yang tidak
diinginkan)?
• Apakah mereka bisa membayangkan proses
dan hasilnya (apa yang terlihat, terdengar,
terasa, dan seterusnya)?

6. Presentasi Kelompok
• Setiap kelompok mempresentasikan hasil
rencananya.
• Kelompok lain dibantu fasilitator untuk
menyempurnakan, bukan dengan cara
mengritik, namun dengan cara mempertajam
dan melengkapi.

7. Diskusi dan kesimpulan

Fasilitator harus memonitor proses agar diskusi tidak bertele-tele, tidak mengobrol
dan sebagainya.
Lakukan dengan berjalan berkeliling, menyemangati, bertanya, dan mendiskusikan
dengan peserta.
264 Lampiran

LAMPIRAN Kisah 5 Saudara Bingung


Ada 5 orang bersaudara, mereka memiliki nama aneh: Seseorang, Setiap
Orang, Siapapun, Orang Lain, dan Tak Seorangpun. Mereka tidak terlalu
kompak, sekalipun tinggal di rumah yang sama.
Pada suatu hari Seseorang punya hajat penting yang dia tidak bisa kerjakan
sendiri, ia berpikir mengajak Orang Lain untuk membantu mengerjakannya.
Karena Orang Lain tidak ada di tempat, akhirnya ia meminta pada Setiap
Orang saja untuk membantunya. Seseorang berpikir bahwa Setiap Orang
pasti akan mengerjakan permintaannya, karena ia sudah mengatakan
padanya. Setiap Orang mengiyakan, sambil berpikir bahwa pekerjaan itu
pasti akan dikerjakan oleh Siapapun yang ada di antara mereka.
Namun, ternyata malah Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan itu
seperti permintaan Seseorang. Sebab nyatanya Siapapun yang ada pada saat
itu mengira bahwa sudah ada Orang Lain yang mengerjakannya.
Akhirnya Setiap Orang menyalahkan Siapapun yang ada di depannya, agar ia
bisa terhindar dari kesalahan yang ditimpakan Seseorang padanya. Dalam hal
ini Tak Seorangpun akhirnya yang mau bertanggung jawab pada persoalan
ini. Setiap Orang berpendapat bahwa Orang Lain-lah yang salah dalam
persoalan ini. Seseorang akhirnya mendendam pada Setiap Orang, karena ia
berpikir Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan ini disebabkan karena
Siapapun melempar pekerjaan itu pada Orang Lain.

Apa moral cerita di atas?


Jika sebuah pekerjaan tidak direncanakan dan dibagikan secara
spesifik, maka tak seorang pun yang akan mengerjakan karena merasa
bukan pekerjaannya atau mengira bahwa pasti ada seseorang yang
akan melakukannya.

Permainan WFO
• Pastikan tersedia gula pasir di ruang kelas atau di ruang makan, atau ruang
istirahat. Usahakan keberadaannya terlihat secara wajar pada tempatnya.
• Minta semua peserta berdiri.
• Jelaskan bahwa anda akan memberikan perintah, mereka diharuskan
mematuhi perintah itu, namun tidak boleh bertanya atau klarifikasi.
• Perintahkan “Saya ingin Anda mengambil benda kotak kecil-kecil di sekitar
dalam gedung ini, dan pegang di tangan Anda”.
• Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan benda
apakah yang diambil.
265 Lampiran

• Sekarang ulangi perintah Anda, “Saya ingin Anda mengambil benda


kotak jika diraba BERUKURAN KECIL seperti butir pasir, BERWARNA
KRISTAL PUTIH BENING, BERASA MANIS, yang ada di sekitar dalam
gedung ini.
• Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan benda
apakah yang diambil. Catat apabila ada yang berhasil mengambil gula
pasir.
• Lanjutkan dengan permainan berikutnya:
• Minta semua peserta berdiri menghadap ke arah depan (misal ke arah
utara).
• Perintahkan lagi, “Saya minta sekarang tubuh Anda bergerak memutar,
tapi jangan menghadap ke selatan.”
• Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan ke arah
mana mereka menghadap.
• Perintahkan lagi, “Saya minta sekarang tubuh Anda bergerak memutar,
saya ingin Anda memutar ke arah Timur.”
• Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan ke arah
mana mereka menghadap.

Pembahasan:
Pikiran manusia akan sulit memahami gol jika sulit divisualisasi oleh
indra (warna, bentuk, ukuran, bau, rasa, dll)
Pikiran manusia akan sulit memahami perintah yang dikatakan dalam
bentuk kalimat negatif “Jangan.... “atau “Saya tidak mau Avnda
melakukan…. “
266 Referensi

REFERENSI Merubah Kebijakan Publik


Oleh Mansur Fakih dkk
Penerbit

Reframing
Oleh Richard Bandler dan John Grinder
Penerbit

NLP @ 21Days
Oleh Harry Adler dan Beryl Heather
Penerbit

NLP Workbook
Oleh John O’Connors
Penerbit

Dan berbagai literatur lain yang berhubungan dengan Advokasi,


NLP, Hypnosis, Persuasi dan Pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai