Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN GEOLOGI

MODERNISASI PERALATAN
DAN INOVASI TEKNOLOGI
KEBENCANAAN GEOLOGI
Andiani
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Tugas dan Fungsi Badan Geologi
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2021 Pasal 174

Modernisasi Alat Pemantauan


Modernisasi peralatan untuk mengisi kekurangan peralatan pemantauan

A | Gunung Api
Gambaran mitigasi gunung api dilakukan, strategi, pemantauan dan penyelidikan
gunung api, serta kondisi dan kebutuhan peralatan
B | Gerakan Tanah
Upaya mitigasi gerakan tanah dan peringantan dini menggunakan
Landslide Early Warning System
C | Patahan Aktif

Outline
Mitgasi gempa bumi yang difokuskan pada pemantauan gempa yang
bersumber dari sesar aktif
D | Penurunan Tanah
Meliputi modernisasi laboratorium dan pembangunan Stasiun Pengamatan
Penurunan Muka Tanah (SPPT)

E | Konservasi Air Tanah


Pengembangan Jaringan Pemantauan Air Tanah yang sistematis pada suatu Cekungan Air Tanah

Inovasi
Pengembangan Metode, Teknologi, Dan Instrumentasi pemantau gas dan danau
kawah gunung api serta pengembangan otomatisasi hiposenter dan klasifikasi gempa

Kendala
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kendala yang dihadapi dalam modernisasi peralatan
BADAN GEOLOGI
Bencana Geologi di Indonesia Mitigasi Bencana Geologi

Mitigasi bencana gunung api di


127 gunung api aktif dan 69 dipantau secara Indonesia telah dilakukan lebih dari
menerus oleh PVMBG, Badan Geologi 100 tahun. Oleh karenanya mitigasi
gunung api memiliki peralatan
pemantauan yang paling maju

Tugas dan Fungsi


Gempa Bumi yang bersumber dari sesar
aktif, khususnya yang berada di darat Sementara itu metode pemantauan

Badan Geologi Dalam 31 tahun terakhir telah terjadi 20


sesar aktif, gerakan tanah, dan
penurunan muka tanah baru dimulai
5 tahun terakhir
kejadian bencana tsunami
Menyelenggarakan penelitian,
penyelidikan, dan pelayanan di
bidang sumber daya geologi, Gerakan tanah pada umumnya meningkat tiap
musim penghujan; Jumlah korban jiwa tidak
vulkanologi dan mitigasi bencana
geologi, air tanah, dan geologi
berbanding lurus dengan jumlah kejadian
Tujuan Modernisasi
lingkungan, serta survei geologi Peralatan
Permen ESDM Nomor 15 Tahun 2021 Pasal 174 Penurunan tanah merupakan salah satu
ancaman bencana yang terjadi dalam waktu
yang relatif lama namun berdampak cukup luas Modernisasi peralatan diperlukan
untuk mengisi kekurangan
peralatan pemantauan per jenis
Penurunan muka air tanah terjadi akibat air tanah bencana geologi
yang diambil secara berlebih, sehingga dibutuhkan
pemantauan sebagai upaya konservasi air tanah
Pemantauan

Penelitian Evaluasi Penyusunan dan Sosialisasi dan


Peringatan
dan Potensi perbaikan peta diseminasi
dini
penyelidikan Bahaya bahaya informasi
Modernisasi Peralatan
Rekomendasi
teknis

2.A | Gunung Api


Mitigasi Bencana Gunung Api
adalah serangkaian upaya untuk Mitigasi bencana gunung api dilakukan melalui beberapa kegiatan utama yaitu
mengurangi risiko bencana gunung penelitian & penyelidikan, analisis bahaya dan pemetaan kawasan rawan bencana,
pemantauan, peringatan dini, sosialisasi, diseminasi informasi dan tanggap
api, baik melalui pembangunan fisik
darurat. Kegiatan mitigasi sesuai UU 24 No 2007 menitikberatkan pada upaya
maupun penyadaran tingkat sebelum terjadi bencana (pro-aktif) daripada setelah bencana terjadi (reaktif)
kemampuan menghadapi ancaman
bencana gunungapi

Peran dalam mitigasi bencana Meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan kerugian materil yang diakibatkan oleh
meliputi sebelum kejadian, saat erupsi gunungapi
kejadian dan setelah kejadian
Satelit
Drone

Pemantauan dan
Penyelidikan
Gunung Api
Seismik Geologi
Proses pergerakan magma ke
permukaan memberikan peluang
kepada ahli vulkanologi untuk
mempelajari perubahan fisis pada Visual
tubuh gunung api sebelum terjadi Geokimia Deformasi
erupsi sehingga berpeluang untuk
memberikan peringatan dini. Aktivitas kawah (CCTV) –
Komposisi kimia batuan, cairan,
– Aktivitas bawa permukaan dan gas
gunung api. Merupakan peralatan utama
pemantauan gunung api –
Penginderaan jauh dengan satelit
– Mengamati kembang optik maupun radar
kempis tubuh gunung api
PP - 1 PP - 2 PP - 3
33 Gunung Api 15 Gunung Api 21 Gunung Api

Kondisi dan Kebutuhan Minimal Kebutuhan Minimal Kebutuhan Minimal

Kebutuhan 4 stasiun seismik


4 stasiun GPS
3 stasiun seismik
4 stasiun GPS
2 stasiun seismik

Peralatan 2 stasiun tiltmeter 1 stasiun tiltmeter

Dari 69 Gunung Api yang dipantau,


baru 7 Gunung Api (10%) yang
Prioritas
memenuhi standard minimal Pemantauan
Kondisi Seismometer GPS Tiltmeter CCTV
Prioritas Pemantauan (PP) Beroperasi 145 44 31 55
PP-1
Rusak 42 12 42 10
Beroperasi 20 6 3 5
PP-2
Rusak 14 0 1 0

Beroperasi 21 0 1 3
PP-3
Rusak 8 0 0 2
Kontinjensi dan Simulasi

Program Kesiapsiagaan dan


Sosialisasi

Peringatan Dini Gerakan Tanah


2.B | Gerakan Tanah Peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal
Monitoring Gerakan Tanah musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan
poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah.
Kegiatan mitigasi gerakan tanah Tanggap Darurat dan Pasca Bencana
Serta pemanfaatan
meliputi penelitian dan penyelidikan,
pemetaan, sosialisasi, peringatan
dini gerakan tanah (LEWS), serta Peta Kerentanan Gerakan Tanah (KSP)
tanggap darurat

Karakteristik pemicu; debris flow modelling dan Peta perkiraan wilayah potensi terjadi
gerakan tanah dibuat dengan cara
stabilitas lereng; remote sensing; jenis gerakan overlay peta zona kerentanan gerakan
tanah dan mekanismenya; geohidrologi dan tanah dan prediksi curah hujan bulanan
geologi struktur; database gerakan tanah

Ilmu Dasar Gerakan Tanah


Sensor Curah Hujan

Solar Panel

Landslide Early Ekstensometer

Warning System Kebumen – 2 lokasi Purworejo – 2 lokasi

(LEWS) Majalengka – 2 lokasi

Sistem ini telah diaplikasikan pada


zona-zona rentan gerakan tanah di
Cipanas (Jawa Barat), serta di
beberapa area di Jawa Tengah
seperti di Kabupaten Wonosobo, Alat monitoring
Alat akuisisi monitoring
gerakan tanah
Kebumen, Purworejo Majenang, gerakan tanah

Majalengka, Bantul, Magelang, dan


Kabupaten Karanganyar. LEWS adalah sistem pemantauan gerakan
tanah yang dilengkapi dengan sistem Kelemahan LEWS
peringatan dini
Parameter curah hujan berbeda-beda di tiap lereng,
sehingga menyulitkan dalam menentukan parameternya
Terdiri atas sensor ekstensometer untuk
merekam event gerakan tanah serta sensor Hanya bisa memantau beberapa jenis gerakan tanah.
curah hujan sebagai event yang memicu Longsor tipe cepat tidak bisa dipantau oleh LEWS
event gerakan tanah atau tanah longsor
Eskstensometer hanya bisa memantau yang dilintasi saja
2.C | Patahan Aktif
Mitigasi gempa bumi saat ini
difokuskan pada pemantauan gempa
bumi yang bersumber dari sesar aktif,
khususnya yang berada di darat,
berpotensi menyebabkan bencana
karena lokasinya yang dekat dengan
permukiman dan aktivitas penduduk
PUSAT SURVEY GEOLOGI
Tujuan pemantauan patahan aktif Peta Patahan Aktif Indonesia yang Menjadi Data Dasar Potensi Kebencanaan
untuk mengamati kegempaan
khususnya yang bersumber dari sesar
aktif yang dipantau. Mengetahui
mekanisme dan karakteristik sesar aktif
Untuk saat ini setidaknya ada 4 sesar
Dengan data jangka panjang, dapat aktif yang rencananya akan dipantau:
mengetahui probabilitas kejadian 1. Sesar Cimandiri di Jawa Barat
gempa bumi 2. Sesar di Surabaya
3. Sesar di Semarang
4. Sesar di Gorontalo
Pintura Sorong (2) Ambon (1) Penyelesaian untuk
Kota-Kota di kawasan
Jawa Tengah (5) Kota Manado dekat dengan Kota Sorong, Kab.Sorong; Kota Bengkulu; dilalui Kota Ambon; dilalui Sesar
dilalui Sesar Sorong Sesar Manna Seram strategis lainnya, yang
Pekalongan, Batang, Kendal, Sesar Tondano
menjadi isu nasional yg
Kota Semarang, dan Demak. bergejolak terkait
Pertimbangan: DIY (3) Kupang (1) gempa megathrust yg
Dilalui Sesar Semarang, Kota Denpasar, Kab.Badung Kota Yogyakarta, ) Kota Kupang; dilalui Sesar diprediksi berpengaruh
Ungaran; dan potensi dekat dengan Sesar Kab.Sleman, Kab.Bantul; Wilayah Kab. Gresik, Semau Utara ke kawasan tersebut,
landsubsidence. dilalui Sesar Opak Surabaya, Sidoarjo; dilalui serta dilalui sesar aktif
Sesar Surabaya, Waru Sukabumi (2) di seluruh Indonesia
Penajam Paser Utara, Kota Biak; dilalui Sesar Manokwari (1) Kota Sukabumi,
Kalimantan Timur (1) Sorong-Biak Kota Manokwari; dilalui Kab.Sukabumi; dilalui
Adanya seismik gap dibagian Sesar Manokwari Kota Serang, Tangerang; Sesar Cimandiri
utara dan selatan Kab. PPU. dilalui Sesar Ujung Kulon
Medan (3) Gorontalo (1)
Kota Medan, Binjai, Deli Kota Gorontalo; dilalui
Serdang; dilalui Sesar Kota Medan, Binjai, Deli Sesar Gorontalo
Besar Sumatera Serdang; dilalui Sesar Besar
Sumatera

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN GEOLOGI
No Nama Barang Jumlah Satuan
1 Sistem Sensor dan akuisisi
Seismometer Broadband 30s + Integrated Digitizer 24 Bit 1 unit
GPS 1 unit
2 Sistem infrastruktur

Kebutuhan Peralatan - Box cor untuk aki dan alat 2 unit

Pemantauan Sesar - Cor sensor 50x50x50 cm


- Tiang solar panel
1
3
paket
paket
Aktif - Bracket solar panel 12
- Pagar BRC + ongkos pasang 8 unit
Idealnya minimal untuk 1 segmen - Flooring 4.5 mx 2
sesar aktif membutuhkan 4 stasiun 3 Sistem power
pengamatan sesar aktif yang - Solar panel 10 unit
tersebar di sekeliling sesar aktif. - Regulator Solar Panel 2 unit
- Kabel power & solar panel 3 roll
- Konektor solar panel 2 pack
4 Sistem transmisi
- MiniVSAT 1 unit
- Switch 1 unit
- Raspberry pi 1
5 Sistem penerima
- Modul akuisisi data (PC) 1 unit
Instalasi Alat Pengamatan Sesar
Alur Data Stasiun di lapangan terdiri dari
1 seismometer broadband dan GPS.
Stasiun di lapangan

Data hasil rekaman dikirim melalui mini VSAT


2 ke kantor BPPTKG, Yogyakarta
Trasmitter

3 Data hasil pemantauan disimpan selanjutnya


Peralatan Instalasi Sesar Aktif di Kantor BPPTKG Yogyakarta dikirim ulang ke kantor PVMBG di Bandung
Stasiun BAYAT Antena GNSS

4 Data yang diterima di Bandung disimpan dan diolah


Kantor PVMBG Bandung untuk kemudian dilakukan analisis

Power Accu Seismometer

Peralatan Sesar Aktif di


Stasiun BAYAT

GNSS Receiver Transmisi dengan mini VSAT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN GEOLOGI
2.D | 2.E

Modernisasi laboratorium mekanika


Modernisasi laboratorium dan
tanah dan pembangunan stasiun Percepatan Penetapan Kawasan
pembangunan jaringan
pengamatan penurunan muka Bentang Alam Karst (KBAK)
pemantauan air tanah
tanah (SPPT)
Kondisi Saat ini

28 CAT (penyelidikan konservasi awal) Atlas Peta Sebaran Tanah Lunak Wilayah Karst Indonesia sangat luas
6 CAT (peta konservasi) Indonesia telah disusun di (154.000 km2)
68 Sumur pantau diJawa tahun2019
selainJakarta, 11 KBAK telah ditetapkan
43 Sumur pantau di Jakarta dsk, 16 stasiun pengamatan permukaan KBAK Sukolilo; Gunung Sewu; Gombong;
4 Sumur pantau di Sumatra tanah telah dibangun di Kawasan Pangkalan; Langkat; Citatah; Bukit Bulan;
Pangandaran; Kutai Timur; Bogor; dan
3 Sumur pantau di Kalimantan Pantura, Jawa
Manggarai Timur

Perlindungan hukum KBAK,


Konservasi Air Tanah (421 CAT) Monitoring penurunan muka tanah
penetapan Kawasan untuk
UU no 17 2019 - 70% menjadi dalam rangka mitigasi bencana
dimanfaatkan atau dilindungi
kewenangan pusat) geologi
(UU Cipta Kerja)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN GEOLOGI
3 Jenis Sampel Air Jenis Analisis 2Jenis Sampel Jenis Analisis
Air Tanah Sampel Tanah
Air Permukaan Total Coliform; E. Coli Sampel Batuan
Air Meteorik

Jumlah Sampel Kekeruhan; Warna; Bau; Rasa; Jumlah Sampel


Suhu; Daya Hantar Listrik; Lab Air (Spektrofotometer UV-Vis, Lab Batuan (Preparasi Sampel Pellet,
2018 – 510 Total Padatan Teralurt Jumlah sampel DHL meter, pH meter) Sayatan Tipis, Sayatan Poles)
2019 – 573 berkisar antara 150-
2020 – 742 210 sampel tanah
pH; Kesadahan; Kandungan
2021 – 1365 Kation/Anion; Isotop Stabil Air
dan/atau batuan

Urgensi Modernisasi
Urgensi Modernisasi Isotope Water
Atomic Absorption
Meningkatkan Akurasi Hasil Uji Auto Titrator Spectrophotometer (AAS) Analyzer
Akurasi Hasil Uji
Keamanan dan Kenyaman Laboratorium
Efisiensi Volume Sample
Menambah Kemampuan Kapasitas Laboratorium
Efisiensi Waktu Preparasi dan Analisis
Mengganti Peralatan yang Sudah Tua
Efisiensi Sumber Daya Manusia
Mengingkatkan Rasio Jumlah Alat disbanding Jumlah
Rasio Jumlah Alat dibanding Jumlah Sampel sampel
Keamanan dan Kenyamanan Laboratorium Mikroskop Polarisasi Mikroskop Binokuler

Rencana Modernisasi Peralatan Rencana Modernisasi Peralatan

Field Emission Scanning Electron


X–Ray Fluorescence (XRF) Microscope (FE–SEM)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN GEOLOGI
VOGAMOS adalah sistem yang
dibuat untuk pemantauan gas
gunungapi. Pada awalnya sensor
Inovasi gas berupa sensor gas CO2,
pada perkembangannya telah
V
dilengkapi dengan sensor H2S

Pengembangan
a dan filter sensor untuk
l
v
B
o
melindungi sensor dari partikel

Metode, Teknologi,
e x pengganggu. Sistem ini telah
F
i diaplikasikan di Gunungapi

Dan Instrumentasi
l
t
Merapi dan Gunungapi Dieng
Stasiun VOGAMOS Kawah Timbang (Dieng)
e (Kawah Timbang)
r

VOGAMOS - Volcano Gas


Monitoring System, adalah sistem
yang dibuat untuk pemantauan gas WALAMOS didesain untuk
gunung api pemantauan gunungapi yang
memiliki crater berupa danau
kawah. Pada awalnya sistem ini
WALAMOS - Water Lake Monitoring terdiri atas sensor suhu air kawah,
System, didesain untuk pemantauan pada perkembangannya telah
gunung api yang memiliki danau dilengkapi dengan sensor gas (CO2
dan H2S), tekanan udara, sensor
kawah curah hujan, dan PH. Sistem ini
telah diaplikasikan di Gunungapi
Kelud, Galunggung, Tangkuban
Parahu dan Dieng.

Stasiun WALAMOS G. Kelud, Galunggung, Parahu, dan Dieng


Auto Klasifikasi Gempa Vulkanik
menggunakan Machine Learning
Otomatisasi Plotting
Hiposenter dan Dari krisis Gunung Agung, PVMBG mulai

Klasifikasi Gempa mengembangkan metode untuk auto


klasifikasi gempa vulkanik Gunung Agung
Penelitian ini menggunakan 2.114 gempa
Ketika gunung api mengalami fase krisis, vulkanik. Sebanyak 70% data yang diambil
jumlah gempa yang terekam dapat secara acak digunakan untuk untuk ‘melatih’
mencapai ribuan mesin mempelajari karakteristik gempa
vulkanik berdasarkan perhitungan statistik

Sementara, identifikasi dan perhitungan


gempa vulkanik dilakukan secara manual
dengan membaca seismogram analog
dan digital. Hasil analisis dituntut untuk
keluar dalam waktu yang sesingkat
mungkin

Badan Geologi mengembangkan metode


otomatisasi plotting hiposenter dan Hasil Hiposenter Otomatis Merapi
dari 6 Des 2018 – 1 Sep 2021
klasifikasi gempa menggunakan machine
learning
Setiap terjadi gempa vulkanik, sistem
Pengembangan metode ini diharapkan akan mendeteksi gempa, dan kemudian
dapat mempercepat pelaporan aktivitas melakukan plotting hiposenter secara
kegempaan gunung api otomatis. Metode ini saat ini Hasil auto prediksi gempa vulkanik
diaplikasikan di G. Merapi, dan akan menggunakan machine learning didapatkan
diaplikasikan ke G. Semeru, Anak akurasi sebesar 99.10% dengan error 0.0972
Krakatau, Lewotolok, dan Sinabung
Mayoritas peralatan
Kurangnya pemantauan kebencanaan
Terbatasnya kerjasama/kolaborasi dengan perlu dibeli dari luar Indonesia
Sumber Daya pemerintah daerah (import)

Perijinan Penggunaan Penggunaan VSAT masih


Kendala
Frekuensi Radio untuk menjadi pilihan satu-satunya Masih minimnya infrastruktur
pengiriman data dalam pengiriman data komunikasi

Kendala yang Vandalism peralatan masih


Peralatan masih didominasi
peralatan analog (72%). Perlu
Kebutuhan tenaga IT yang
masih kurang untuk digitalisasi
Dihadapi sering terjadi upgrade ke digital peralatan

Beberapa kendala yang dihadapi


dalam melakukan modernisasi 3 Setelah peralatan
tersedia, dilakukan instalasi
peralatan dan inovasi teknologi
kebencanaan teknologi 4 Peralatan yang
2 Sehingga diperlukan terpasang, diperlukan
Pengadaan Peralatan perawatan

5 Jika peralatan mengalami kerusakan, maka


1 Kondisi Saat ini diperlukan diperbaikan (penggantian suku
Kekurangan Peralatan cadang/barang persediaan)

6 Jika perbaikan tidak bisa


dilakukan, maka perlu dilakukan
pengadaan kembali
Terima Kasih
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI

Anda mungkin juga menyukai