Anda di halaman 1dari 14

Proposal ini terbagi atas tiga bagian penting.

Bagian pertama menjelaskan deskripsi


karya. Bagian kedua mendeskripsikan anggaran biaya produksi. Deskripsi teknis dijelaskan
pada bagian ketiga.
Judul karya: Kita Mau Kemana, Pa?
Nama kreator: Latifah Maurinta Wigati
Format: 2D animasi, 10 menit
Gambar pendukung karya

Sumber gambar: Jotte Photography, pinterest.com


Profil singkat

Gadis kelahiran 9 September 1997. Buku-bukunya antara lain Dear Malaikat Izrail (Benito Group,
2019), Mata Pengganti (AT Press 2019), Voice (AT Press 2020), Surat-Surat Gabriel (2020), Partitur
Kehidupan (AT Press 2020), The Chosen Lady (Stiletto 2017), Retret, Rest, Love (segera terbit di
Benito Group) dan Klub Ayah Angkat (segera terbit di Rua Aksara). Gadis bermata biru ini juga
terpilih sebagai penulis dalam penggarapan serial musikal Nurbaya yang bekerjasama dengan
Indonesia Kaya, Garin Nugroho, dan Teater Musikal Nusantara. Awardee LPDP ini selain penulis juga
seorang Rotaractor. Ia sedang memperjuangkan modeling inklusif, suatu akses bagi orang
berkebutuhan khusus untuk menjadi model.
Pilihan cagar budaya: pemakaman Islam Troloyo, Trowulan (jejak Islam di masa
Majapahit)
Sumber gambar: historia.id
Alasan pemilihan cagar budaya Troloyo di Trowulan karena situs itu menjadi saksi bisu jejak
keberagaman di Majapahit. Islam dan Buddha pernah hidup berdampingan di kerajaan itu
ratusan tahun silam.
Value: ayah dan anak yang berbeda keyakinan di akhir kerajaan Majapahit (Raden Patah dan
Prabu Brawijaya V).
Nilai toleransi urgen disampaikan mengingat maraknya praktik intoleran di era digital.
Praktik intoleran nampak dalam ujaran kebencian di sosial media, larangan
beribadah/membangun rumah ibadah bagi pemeluk agama minoritas, dan bahkan praktik
intoleran telah menjalar ke instansi pendidikan dimana sebagian besar penghuninya adalah
generasi muda.
Target penonton: middle age, usia 40-61 tahun. Cerita ini juga dapat disaksikan oleh keluarga
multiagama, para ayah, dan aktivis toleransi. Alasan segmentasi usia penonton di kisaran
middle age karena permasalahan tokoh utama relate dengan problem psikologis rerata orang
tua di usia middle age: tentang empty nest syndrome, kesepian, jauh dari anak, penyesalan,
dan penyakit yang rentan menggerogoti.
Premis: Hedy Wijaya ingin bertemu anak kandungnya sebelum meninggal, tetapi ia tersadar
anak kandungnya berbeda dari yang dibayangkannya termasuk beda keyakinan.
Premis ini relate dengan saya sebab merupakan pengalaman hidup saya. Beberapa teman
saya pun pernah mengalaminya.
Sinopsis dan gambar pendukungnya
Sumber gambar: news.detik.com
Hedy Wijaya (54), merasa umurnya tak lama lagi. Ia ingin bertemu Fatah, anak dari mantan
istrinya, sebelum meninggal. Mereka pun bertemu. Di saat pertemuan itulah Hedy menyadari
kalau Fatah berbeda dari yang dibayangkannya. Salah satu bentuk perbedaan itu adalah beda
keyakinan. Satu-satunya pengikat di antara Hedy dan Fatah hanyalah ikatan darah. Meski
demikian, ayah dan anak itu tetap saling menyayangi.

Keterangan gambar: tangkapan layar dari series Hari Ini Kenapa, Nayra? Episode 9. Gambar
ini diambil saat adegan Adrian dan Papanya melihat langit. Pemilihan gambar ini karena
serasa relate dengan cerita yang akan ditulis: pertemuan ayah-anak, dan pertemuan yang
kaku di awal tetapi menyentuh di akhir.
Lagu yang koheren dengan cerita: Shanna Shannon-Rela
https://www.youtube.com/watch?v=Cdnx24m-_70
Deskripsi karakter
1. Fatah
Fisiologis
-Berusia 25 tahun
-Tinggi 175 senti
-Keturunan campuran Jawa-Tionghoa
Psikologis
-Rasa ingin tahu yang tinggi
-Plegmatis sanguinis
-Berpembawaan tenang
-Cenderung menghindari konflik dan baik hati
Sosiologis
-Berasal dari keluarga terpandang
-Beragama Islam
-Memiliki dua ayah: satu ayah angkat dan satu ayah kandung
-Bercita-cita ingin memiliki sekolah sendiri
-Lahir di Trowulan, besar di Palembang
Gambar pendukung

Sumber gambar: finalis Koko Jawa Barat news.detik.com


2. Hedy Wijaya
Fisiologis
-Berusia 54 tahun
-Tinggi 170 senti
-Pria berdarah Jawa
-Punya penyakit kanker tulang/osteosarkoma. Penyakit ini membuatnya kesakitan di
malam hari. Jika ia terlalu banyak menggunakan kakinya, ia juga akan merasakan
sakit.
Psikologis
-Kaku
-Introvert
-Dingin
-Hasil tes kepribadian: koleris melankolis
-Orang yang detail
Sosiologis
-Seorang pengusaha, pemilik Majapahit Corp
-Pernah memiliki dua istri. Namun, istri keduanya diceraikan karena membuat
cemburu istri pertama. Istri keduanya inilah yang melahirkan Fatah.
-Hidup sendiri di masa tua
-Beragama Buddha
-Tinggal di Troloyo, Trowulan
Gambar pendukung

Sumber gambar: Raden Asmoro Wijoyo, pengusaha kaya berdarah Jawa:


blogserius.blogspot.com
Story plot
Menit pertama
1. Visual sebuah rumah di Troloyo, Trowulan. Suasana yang semula tenang berubah
seketika saat Hedy Wijaya kesakitan. Dia terbangun dari tidurnya, meremas
seprai, dan bergelung kesakitan di ranjangnya. (10 detik)
2. Setelah rasa sakitnya sedikit berkurang, ia beranjak bangun dan bermeditasi.
Berharap meditasi dapat meringankan sakitnya. (5 detik)
3. Skip setelah meditasi. Hedy mengambil telepon pintarnya. Termenung menatap
satu-satunya foto mantan istri dan anak lelakinya, satu-satunya foto yang ia miliki.
(5 detik)
4. Hedy menelepon seseorang. Menyebut-nyebut nama Fatah dan keinginan untuk
bertemu. (5 detik)
5. Hari berganti. Hedy sibuk menyiapkan beberapa hal untuk menyambut
kedatangan putranya. Di meja makan, terlihat sajian babi panggang, puding, bir,
dan air putih. Dupa, tasbih agama Buddha dengan 108 manik, dan patung-patung
kecil ia tata. Hedy seakan lupa dengan sakitnya. Selesai menyiapkan itu semua,
pintu rumahnya diketuk. Fatah datang. (5 detik)
6. Ayah dan anak kandung itu mulanya canggung untuk saling tatap. Dengan kaku,
Fatah mengulurkan tangan. Hedy dan Fatah bersalaman. Walau masih ragu, Fatah
mencium tangan papanya. (5 detik)
7. Fatah dan Hedy masuk ke rumah. Fatah mengatakan kalau ia ke sini atas
permintaan Swan Liong, ayah angkatnya. Mendengar Fatah menyebut Swan
Liong dengan bangga, Hedy menahan cemburunya. (5 detik)
8. Hedy mengatakan kalau dialah yang meminta Swan Liong mempertemukannya
dengan Fatah. (5 detik)
9. Fatah bertanya mengapa Hedy tak pernah ada dalam hidupnya. Hedy menjelaskan
tentang istri pertama yang cemburu, perpisahannya dengan istri kedua, dan Fatah
yang dibawa pergi ke Palembang. (10 detik)
Menit kedua
1. Hedy mengatakan kalau ia punya hadiah kecil untuk Fatah. Diberikannya
tasbih sejumlah 108 manik. Fatah menerimanya sambil berterima kasih. Ia
mengatakan akan menyimpan pemberian Hedy. (10 detik)
2. Saat mereka duduk berhadapan di meja makan, Hedy memperhatikan Fatah
hanya mengambil puding dan air putih. Ia tak sedikit pun meneguk bir atau
mencicipi babi panggang. Saat ditanya, Fatah menjelaskan kalau ia tak makan
babi dan minum bir. Hedy terenyak dan mulai merasakan anaknya berbeda.
(10 detik)
3. Terdengar suara azan. Hedy terkesiap kaget karena Fatah minta izin untuk
salat dan meminjam salah satu ruangan di rumah itu. Hedy menyimpan
keterkejutannya dalam diam. (5 detik)
4. Hedy menyesal karena baru tahu putranya seorang Muslim. Andai ia tahu, ia
akan menggelarkan sajadah dan menyiapkan ruangan khusus di rumahnya.
Penyesalan itu ia ungkapkan pada anaknya setelah pemuda itu selesai salat. (5
detik)
5. Hedy mengajak Fatah jalan-jalan di sekitar rumah. Mereka pun jalan-jalan di
sekeliling Troloyo dan berhenti di pemakaman Troloyo. (15 detik)
6. Hedy dan Fatah memandangi makam-makam di tempat itu. Pemakaman Islam
di tengah tebaran situs warisan kerajaan Buddha mengingatkan pada cerita
hidup mereka berdua. (5 detik)
7. Hedy bertanya apa rencana hidup Fatah. Fatah menceritakan keinginannya
memiliki sekolah sendiri. (10 detik)
Menit ketiga
1. Mendengar keinginan Fatah, Hedy kecewa. Disangkanya Fatah akan
tertarik menjadi pengusaha seperti dirinya. (5 detik)
2. Sambil mengitari makam-makam Troloyo, Fatah bertanya tentang
ayahnya: tentang kesibukan dan kesehatannya. Hedy bercerita kalau ia
belum lama ini mengundurkan diri dari perusahaan miliknya, Majapahit
Corp. Hedy tak mengatakan kalau dirinya sakit. Di depan Fatah, dia ingin
terlihat sehat. (15 detik)
3. Sepulang berjalan-jalan, Hedy merasakan kakinya sakit. Melihat itu, Fatah
mengulurkan tangan dan memapah papanya ke sofa. Saat itulah Hedy
sadar kalau Fatah mulai tak canggung lagi bersentuhan dengannya. (10
detik)
4. Fatah bertanya-tanya Hedy sakit apa. Namun, Hedy membantah dan
mengatakan kalau ia sehat. (10 detik)
5. Fatah melihat foto-foto yang terpajang di dinding. Itu adalah foto anak-
anak Hedy Wijaya dari istri pertamanya. Fatah bertanya tentang keempat
saudara tirinya yang ada dalam foto itu: Jaka, Ratna, Jelita, dan Tara. Hedy
tampak sedih dan mengatakan kalau mereka berempat tak ada yang peduli
padanya dan Majapahit Corp sejak mereka berkeluarga. Fatah ikut sedih
mendengarnya. (20 detik)
Menit keempat
1. Lantaran lelah dan kesakitan, Hedy tertidur di sofa. Hujan dan angin
kencang menderu tak lama setelah Hedy terlelap. Deru angin membuat
kertas-kertas, tumpukan foto, dan beberapa barang yang tersusun rapi
berantakan. Fatah beranjak menutup jendela dan berbenah. (10 detik)
2. Kegaduhan yang ditimbulkan dari hujan angin dan barang-barang yang
berserakan membangunkan Hedy. Dari sudut mata, dia memperhatikan
Fatah yang sedang beberes. Hedy makin merasakan putranya berbeda
dibanding dirinya atau keempat anaknya yang lain. Fatah lebih rajin,
peka, dan perhatian. (5 detik)
3. Saat merapikan kembali tumpukan kertas, Fatah tertarik pada amplop
coklat berlogo rumah sakit. Tanpa bisa mencegah dirinya sendiri,
Fatah membuka amplop itu dan menarik kertas di dalamnya. Hedy tak
begitu memperhatikan amplop di tangan putranya. Fatah tertegun
membaca hasil pemeriksaan dari rumah sakit itu berikut keterangan di
dalamnya. (15 detik)
4. Hedy terheran-heran mendapati Fatah berbalik ke arahnya dengan mata
berkaca. Fatah bertanya tentang penyakit papanya. Hedy tak dapat
berkutik. (10 detik)
5. Fatah meminta maaf. Hedy bingung mengapa anaknya meminta maaf.
Fatah menceritakan kalau ia awalnya enggan menuruti perintah Swan
Liong untuk bertemu Hedy. Disangkanya Hedy membencinya.
Perasaan itu perlahan terkikis sejak tadi. Fatah minta maaf karena baru
tahu tentang kondisi kesehatan Hedy. Seharusnya ia bisa tahu lebih
cepat. Dia bahkan menyamakan dirinya dengan keempat saudara
tirinya yang apatis. (20 detik)
Menit kelima
1. Hedy mengerjapkan mata menahan jatuhnya air mata. Dia juga
meminta maaf karena tak pernah punya waktu untuk mengenal
Fatah. Semula dia membayangkan dapat berdoa bersama Fatah,
meditasi bersama, bahkan menghabiskan malam dengan minum bir
berdua. Fatah mengatakan masih banyak hal yang bisa mereka
lakukan bersama. Mereka masih dapat bersama-sama meski berdoa
dengan cara berbeda. (30 detik)
2. Petang tiba. Fatah salat Maghrib. Di dekatnya, Hedy lirih membaca
sutra dan paritta. (15 detik)
3. Selesai berdoa, Fatah berniat memasak makan malam untuk
mereka berdua. Ia kebingungan saat membuka pintu kulkas karena
sulit membedakan daging sapi dan babi. Hedy menyusul Fatah dan
mengambil alih. Ia juga ingin memasakkan makan malam untuk
putranya tersayang. (15 detik)
Menit keenam
1. Fatah memperhatikan Hedy memasak. Hedy menolak dibantu.
Ia tetap membuatkan makan malam walau sedang sakit. (10
detik)
2. Mereka makan malam. Hedy makan makanan yang sama
dengan anaknya, tanpa daging babi. Saat itulah Fatah bertanya
tentang pengobatan. Hedy menolak mentah-mentah saat
dibujuk kemoterapi oleh Fatah. Ia hanya ingin terapi paliatif.
(20 detik)
3. Fatah menyesali sikap keras kepala papanya. Dia tak lagi
memaksa. Selesai makan malam, lagi-lagi Hedy dibuat heran
dan takjub di saat bersamaan. Fatah mengangkat peralatan
bekas makan dan mencucinya. (10 detik)
4. Fatah bimbang. Di satu sisi, dia harus kembali ke Palembang
secepatnya. Di sisi lain, ada perasaan tak rela meninggalkan
Hedy sendirian. Hedy memintanya tetap di sini sampai besok
pagi. Fatah pun menyerah dan menemani Hedy. (20 detik)
Menit ketujuh
1. Fatah menemani Hedy beristirahat di kamarnya. Hedy
bertanya pada Fatah tentang kapan menikah. Fatah
menceritakan rencana pernikahan dan calon istrinya. Ia
berharap Hedy bisa datang. Hedy tak yakin ia bisa
mendampingi Fatah di pernikahannya. (30 detik)
2. Hedy berterima kasih pada Fatah karena menemaninya
sepanjang hari ini. Ia yakin malam ini tak akan kesakitan
seperti malam-malam sebelumnya. (20 detik)
3. Hedy trtidur tanpa rasa sakit. Fatah duduk di sisi ranjang
papanya cukup lama. Saat ia akan bangkit dari tempat
duduknya, tersentuh olehnya tangan Hedy. Tangan papanya
terasa dingin. Fatah terkejut dan patah hati mendapati
kenyataan kalau Hedy sudah tertidur untuk selamanya. (10
detik)
Menit kedelapan
1. Fatah menangis. Dia memeluk jasad Hedy. Dia
menyesal karena inilah pertemuan pertama dan terakhir
dengan ayah kandungnya. (30 detik)
2. Fatah menyiapkan upacara kematian untuk papanya.
Walau beragama Islam, ia begitu totalitas menyiapkan
upacara kematian agama Buddha demi cinta pada Hedy
Wijaya. (30 detik)
Menit kesembilan
1. Pemakaman Hedy Wijaya. Hanya sedikit pelayat
yang hadir. Di antara mereka, ada putra-putri Hedy
dari pernikahan pertamanya. Jaka, Tara, Ratna, dan
Jelita menghampiri Fatah. Fatah mengenali mereka
dari foto. Keempat orang itu pun mengenal Fatah
dari mendiang papa mereka. Jaka mengungkapkan
keheranannya karena Fatah sangat sedih dan
terpukul atas kematian Hedy padahal ia dan ketiga
saudaranya yang lain tidak sesedih itu. (15 detik)
2. Fatah diam saja dan tidak menanggapi keheranan
saudara tirinya. Kemudian Jelita memberikan
setumpuk kertas kecil pada Fatah. Kertas-kertas itu
berupa bukti transfer dana dan bukti pembelian kado
selama 24 tahun dari Hedy untuk Fatah. Ternyata
selama ini Fatah mendapat kiriman uang dan kado
ulang tahun setiap tahun secara anonim yang berasal
dari ayah kandungnya. (15 detik)
3. Fatah kembali ke rumah Hedy dengan hati hampa.
Dia memandangi seisi rumah, lalu memasuki kamar
papanya. Di meja komputer, Fatah menemukan
setumpuk surat. Surat itu dialamatkan atas nama
dirinya. Di tiap surat itu, Fatah menemukan tulisan
tangan Hedy. Papanya itu bercerita banyak hal
dalam surat-suratnya: tentang kesehariannya,
Majapahit Corp, Trowulan yang ditinggalinya, dan
kerinduannya pada Fatah. Rupanya selama ini Hedy
menulis surat untuk Fatah tapi tak pernah ia
kirimkan. Di beberapa surat, ada foto-foto
pemandangan Trowulan. (15 detik)
4. Fatah bertambah sedih membaca surat-surat itu.
Terdorong kesedihan dan kehilangannya, Fatah
menyalakan komputer. Ia menulis surat untuk Hedy
seakan-akan papanya masih hidup dan dapat
membalas suratnya. (15 detik)
Menit kesepuluh
1. Tak tahan dengan kesedihan dan kehilangannya,
Fatah kembali mengunjungi Troloyo. Dia
mengenang kembali momen sehari sebelumnya
di tempat itu. (10 detik)
2. Tangan Fatah terulur, membayangkan sedang
menggandeng papanya. Ia menyesal terlambat
mengetahui penyakit Hedy. Jika tahu, ia akan
menggandeng tangan Hedy dan tak
membiarkannya berjalan terlalu lama. (10 detik)
3. Dalam bayangan Fatah, ia seakan melihat sosok
Hedy berjalan menghampirinya dari arah
makam Syaikh Jumadil Kubra. Mereka bertemu
di satu titik. (15 detik)
4. Bayangan itu memudar dan Fatah mendapati
dirinya sendirian di jajaran makam Troloyo. Ia
sendirian, tanpa Hedy di sampingnya.
Gambaran Biaya Produksi
-Pra produksi
1. Script: idr3.000.000/00
2.Storyboard bentuk pdf 1 lembar/menit: 1
lembar=100.000x10 menit. Total
idr1.000.000/00
-Produksi
1.Sutradara animasi: idr5.000.000/00
2.Animator idr.5.000.000/00
3.Dubber/pengisi suara 4 orang,
2.000.000/orang, total idr8.000.000/00 (Catatan:
meski tokohnya lebih dari 4 orang, kebutuhan
pengisi suara disesuaikan dengan jumlah tokoh
yang berdialog. Tidak semua tokoh mendapat
jatah dialog).
-Pasca produksi
1.Film editing: idr600.000/00 per shift. 1 shift=6
jam. 1 shift/menit film.
Total=600.000x10=idr6.000.000/00
2.Royalti musik/backsound
Royalti lagu tema/original soundtrack:
idr2.000.000/00
Biaya musik latar/backsound: free (musik dapat
diambil di platform penyedia free music).
Total keseluruhan biaya produksi film animasi:
idr30.000.000/00
Deskripsi Teknis
-Pra produksi
Pembuatan script dan storyboard.
-Produksi
1.Layout
2.Texturing
3.Rigging
4.Vissual effect: penambahan elemen-elemen
yang menegaskan unsur cagar budaya
peninggalan Majapahit dalam bentuk visual.
5.Lighting: pencahayaan redup untuk
menguatkan efek kesedihan dan kesepian. Ada
pun pemilihan warna cenderung pada warna biru
dan warna gelap.
6.Rendering: format video .mp4
-Pascaproduksi
1.Composting
2.Penambahan sound effect
3.Final output
Info kontak kreator
Nomor kontak: 081221982545
E-mail: l.maurinta.wigati@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai