AnimSas-Kita Mau Kemana Pa-Latifah Maurinta Wigati
AnimSas-Kita Mau Kemana Pa-Latifah Maurinta Wigati
Gadis kelahiran 9 September 1997. Buku-bukunya antara lain Dear Malaikat Izrail (Benito Group,
2019), Mata Pengganti (AT Press 2019), Voice (AT Press 2020), Surat-Surat Gabriel (2020), Partitur
Kehidupan (AT Press 2020), The Chosen Lady (Stiletto 2017), Retret, Rest, Love (segera terbit di
Benito Group) dan Klub Ayah Angkat (segera terbit di Rua Aksara). Gadis bermata biru ini juga
terpilih sebagai penulis dalam penggarapan serial musikal Nurbaya yang bekerjasama dengan
Indonesia Kaya, Garin Nugroho, dan Teater Musikal Nusantara. Awardee LPDP ini selain penulis juga
seorang Rotaractor. Ia sedang memperjuangkan modeling inklusif, suatu akses bagi orang
berkebutuhan khusus untuk menjadi model.
Pilihan cagar budaya: pemakaman Islam Troloyo, Trowulan (jejak Islam di masa
Majapahit)
Sumber gambar: historia.id
Alasan pemilihan cagar budaya Troloyo di Trowulan karena situs itu menjadi saksi bisu jejak
keberagaman di Majapahit. Islam dan Buddha pernah hidup berdampingan di kerajaan itu
ratusan tahun silam.
Value: ayah dan anak yang berbeda keyakinan di akhir kerajaan Majapahit (Raden Patah dan
Prabu Brawijaya V).
Nilai toleransi urgen disampaikan mengingat maraknya praktik intoleran di era digital.
Praktik intoleran nampak dalam ujaran kebencian di sosial media, larangan
beribadah/membangun rumah ibadah bagi pemeluk agama minoritas, dan bahkan praktik
intoleran telah menjalar ke instansi pendidikan dimana sebagian besar penghuninya adalah
generasi muda.
Target penonton: middle age, usia 40-61 tahun. Cerita ini juga dapat disaksikan oleh keluarga
multiagama, para ayah, dan aktivis toleransi. Alasan segmentasi usia penonton di kisaran
middle age karena permasalahan tokoh utama relate dengan problem psikologis rerata orang
tua di usia middle age: tentang empty nest syndrome, kesepian, jauh dari anak, penyesalan,
dan penyakit yang rentan menggerogoti.
Premis: Hedy Wijaya ingin bertemu anak kandungnya sebelum meninggal, tetapi ia tersadar
anak kandungnya berbeda dari yang dibayangkannya termasuk beda keyakinan.
Premis ini relate dengan saya sebab merupakan pengalaman hidup saya. Beberapa teman
saya pun pernah mengalaminya.
Sinopsis dan gambar pendukungnya
Sumber gambar: news.detik.com
Hedy Wijaya (54), merasa umurnya tak lama lagi. Ia ingin bertemu Fatah, anak dari mantan
istrinya, sebelum meninggal. Mereka pun bertemu. Di saat pertemuan itulah Hedy menyadari
kalau Fatah berbeda dari yang dibayangkannya. Salah satu bentuk perbedaan itu adalah beda
keyakinan. Satu-satunya pengikat di antara Hedy dan Fatah hanyalah ikatan darah. Meski
demikian, ayah dan anak itu tetap saling menyayangi.
Keterangan gambar: tangkapan layar dari series Hari Ini Kenapa, Nayra? Episode 9. Gambar
ini diambil saat adegan Adrian dan Papanya melihat langit. Pemilihan gambar ini karena
serasa relate dengan cerita yang akan ditulis: pertemuan ayah-anak, dan pertemuan yang
kaku di awal tetapi menyentuh di akhir.
Lagu yang koheren dengan cerita: Shanna Shannon-Rela
https://www.youtube.com/watch?v=Cdnx24m-_70
Deskripsi karakter
1. Fatah
Fisiologis
-Berusia 25 tahun
-Tinggi 175 senti
-Keturunan campuran Jawa-Tionghoa
Psikologis
-Rasa ingin tahu yang tinggi
-Plegmatis sanguinis
-Berpembawaan tenang
-Cenderung menghindari konflik dan baik hati
Sosiologis
-Berasal dari keluarga terpandang
-Beragama Islam
-Memiliki dua ayah: satu ayah angkat dan satu ayah kandung
-Bercita-cita ingin memiliki sekolah sendiri
-Lahir di Trowulan, besar di Palembang
Gambar pendukung