Definisi
Epidemiologi
Screen time yang berlebihan memiliki dampak buruk pada perkembangan anak,
khususnya dalam konteks tumbuh kembang anak. Hal ini dapat menyebabkan
berbagai hasil yang merugikan mulai dari keterlambatan bicara, kesulitan komunikasi
(verbal/non verbal) hingga presentasi seperti autisme terutama pada anak-anak
prasekolah karena kurangnya stimulasi. Terdapat juga hubungan yang signifikan
antara waktu layar dan kesejahteraan psikologis yang rendah. Selain itu, periode
sensitif dan kritis perkembangan otak sebelum usia enam tahun sangat penting dan
juga merupakan periode plastisitas otak yang sangat besar, ketika pengalaman
mempengaruhi sosial, kognitif, perkembangan bicara dan emosional. Kombinasi
screen time overuse dan terlalu sedikit tidur juga dikaitkan dengan peningkatan
impulsif pada anak.5,9
1. Perkembangan fisik
Beberapa penelitan menyatakan bahwa screen time atau lamanya melihat layar
monitor serta penggunaan media elektronik mempunyai hubungan dengan penurunan
durasi tidur, terlambatnya waktu tidur dan gangguan tidur anak lainnya. Kurangnya
durasi tidur pada anak-anak berkaitan dengan meningkatnya resiko penurunan
akademik, obesitas, dan depresi. Berdasarkan sifatnya, screen time diklasifikasikan
dengan screen time interaktif dan screen time pasif. Beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa screen time yang interaktif (chatting, surfing internet, bermain video games)
akan lebih berpengaruh mengurangi waktu tidur dibandingkan dengan screen time
pasif (menonton televisi maupun film).10
Sebuah penelitian meta analisis yang telah dilakukan membandingkan anak usia <
2 tahun dengan screen time < 2 jam/hari dan screen time > 2 jam/hari, mendapatkan
hasil bahwa terjadi risiko peningkatan obesitas atau overweight diantara anak yang
terpapar screen time > 2 jam/hari. Analisis sub grup menunjukkan terdapat asosiasi
positif antara perbedaan tipe screen time dengan kejadian obesitas atau overweight
pada anak.10
2. Perkembangan kognitif
Penggunaan media layar sebagai media belajar pada bayi bukanlah suatu alat
pengajaran yang efektif dan mampu menggantikan jenis interaksi tatap muka yang
sebenarnya sangat membantu anak-anak belajar. Sebuah tinjauan tahun 2005 yang
dipimpin oleh psikolog perkembangan Daniel Anderson, PhD, sekarang seorang
profesor emeritus di University of Massachusetts, Amherst, menemukan bahwa
menonton televisi secara konsisten gagal mengajari anak-anak usia 2 tahun ke bawah
sebanyak yang didapat melalui interaksi langsung.4
Potensi manfaat kognitif pada media layar yang diharapkan dapat berasal dari
konten media berkualitas tinggi yang menggunakan strategi mendukung
perkembangan bahasa, termasuk pelabelan objek, karakter berbicara langsung kepada
anak, dan memberikan kesempatan bagi anak untuk merespon. Selain itu, menonton
bersama konten media yang sesuai dengan orang dewasa dapat bermanfaat bagi
perkembangan kognitif. Dengan menonton bersama, tercipta peluang untuk interaksi
orang tua-anak dan juga memungkinkan orang dewasa untuk melengkapi hal yang
kurang dijelaskan dalam konten. Konsep Leo Vygotsky mendukung gagasan yang
disebutkan di atas bahwa pembelajaran anak-anak terjadi dalam “zona perkembangan
proksimal” – serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan sendiri oleh anak
tetapi dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
terampil.4
4. Perkembangan sosisal-emosional
Jika anak memperlihatkan tanda-tanda dibawah ini, mulai berikan batasan lebih ketat
pada durasi screen time anak.5
1. Perkembangan fisik
- Muncul masalah kesehatan seperti carpal tunnel syndrome, masalah mata, dan nyeri
pada tulang belakang
2. Perkembangan kognitif
3. Perkembangan komunikasi
- Bersikap kesal dan tampak putus asa saat tidak dapat bermain perangkat layar
Rekomendasi
Aktif secara fisik beberapa kali sehari dengan berbagai cara, khususnya
melalui permainan interaktif berbasis lantai; lebih banyak lebih baik. Untuk yang
belum mampu bergerak dapat melakukan setidaknya 30 menit posisi telungkup
(tummy time) beberapa kali sepanjang hari saat terjaga. Tidak tertahan dalam posisi
yang sama selama 1 jam (misalnya dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau diikat di
punggung pengasuh). Screen time tidak dianjurkan. Saat posisi menetap, dianjurkan
untuk mengisi waktu dengan membaca dan bercerita dengan pengasuh. Kualitas tidur
sekitar 14-17 jam (0-3 bulan, dan 12-16 jam (4-11 bulan), termasuk tidur siang.2
Habiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik di setiap
intensitas, termasuk aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat, tersebar
beberapa waktu dalam sehari; lebih banyak lebih baik. Tidak tertahan dalam posisi
yang sama selama 1 jam (misalnya dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau diikat di
punggung pengasuh) atau duduk dalam posisi yang menetap. Anak berusia 1 tahun,
screen time (seperti menonton TV atau video, bermain game komputer) tidak
direkomendasikan. Untuk mereka yang berusia 2 tahun, durasi screen time tidak
boleh lebih dari 1 jam; lebih sedikit lebih baik. Saat tidak bergerak, terlibat dalam
membaca dan mendongeng dengan pengasuh dianjurkan Kualitas tidur yang baik
selama 11-14 jam dengan waktu tidur dan bangun yang teratur.2
Habiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik dengan
intensitas apapun, setidaknya 60 menit diisi dengan aktivitas fisik dengan intensitas
sedang hingga berat, waktu terbagi dalam sehari, lebih banyak lebih baik. Tidak
tertahan dalam posisi yang sama lebih dari 1 jam pada suatu waktu (misalnya dalam
kereta bayi) atau duduk untuk waktu yang lama. Screen time tidak boleh lebih dari 1
jam; lebih sedikit lebih baik. Saat tidak bergerak, terlibat dalam membaca dan
mendongeng dengan pengasuh dianjurkan. Kualitas tidur yang baik selama 10-13 jam
dengan waktu tidur dan bangun yang teratur.2
AAP merekomendasikan tidak ada screen time sama sekali untuk anak-anak
18 bulan hingga 24 bulan, kecuali untuk obrolan video, dan mengatakan anak-anak
usia 2 hingga 5 tahun harus mendapatkan screen time dengan durasi satu jam atau
kurang per hari. Rekomendasi ini juga telah dikembangkan menjadi Rencana
Penggunaan Media Keluarga untuk anak-anak yang lebih besar, di mana orang tua
dan anak-anak menegosiasikan batasan - batasan seputar screen time. Dalam
pedomannya tentang aktivitas fisik, perilaku menetap, dan tidur untuk anak kecil,
WHO juga merekomendasikan tidak ada paparan layar untuk anak di bawah 2 tahun,
dan kurang dari satu jam sehari untuk anak usia 2 hingga 5 tahun.1
IDAI pada tahun 2014 merekomendasikan bahwa screen time pada anak tidak
lebih dari 2 jam sehari pada anak usia di atas 2 tahun. IDAI juga merekomendasikan
untuk mengawasi computer dan gadget yang digunakan oleh anak. Orang tua juga
harus berpartisipasi aktif dalam menelusuri aktivitas anak di dunia maya. Komunikasi
yang terbuka serta pengetahuan mengenai penggunaan internet harus diajarkan oleh
orang tua kepada anak, dengan begitulah orang tua dapat mengontrol penggunaan
perangkat layar pada anak.3
Daftar Pustaka
4. Bharadwaj SH, Joseph’ S. Screen time and its impact on health [Internet]. Available
from: https://www.researchgate.net/publication/351048905
6. Kurian, K.S. Appropriate Screen Time Use to Prevent Speech and Language Delay in
Toddlers during the Covid-19 Pandemic: a Brief Report. Disability, CBR & Inclusive
Development. 2022 Feb 1;32(4):155.
7. Varadarajan, S., et al. Prevalence of excessive screen time and its association with
developmental delay in children aged <5 years: A population-based cross-sectional
study in India.
10. Lisiswanti, R., Istiqomah, S.R. Dampak Eksposur Layar Monitor terhadap Gangguan
Tidur dan Tingkat Obesitas Pada Anak Anak Dampak Eksposur Layar Monitor
Terhadap Gangguan Tidur Dan Tingkat Obesitas Pada Anak Anak. Vol. 6. 2017.