Anda di halaman 1dari 12

Screentime overuse

Definisi

Screen time didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan dengan melakukan


kegiatan yang bersifat menetap di depan layar seperti menonton televisi, bermain
game, dan menggunakan komputer atau smartphone atau multitasking dengan
berbagai perangkat. Dikutip dari American Academy of Pediatrics (AAP), screen
time yang direkomendasikan untuk anak-anak di atas usia 2 tahun adalah kurang dari
satu jam per hari.1 Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
tidak ada paparan layar pada anak-anak yang kurang dari 2 tahun dan tidak lebih dari
1 jam waktu layar untuk anak-anak usia 2-4 tahun.2,3 Berbagai perangkat telah hadir
dalam keseharian anak karena mudah untuk diakses dan berfungsi sebagai sarana
yang sering digunakan untuk aktivitas dan hiburan. Penggunaan perangkat tersebut
dapat bermanfaat bagi anak-anak sampai batas tertentu (misalnya, dalam program
pendidikan), penggunaan layar yang berkepanjangan di masa kanak-kanak telah
dikaitkan dengan hasil perkembangan kesehatan yang negatif termasuk obesitas,
masalah perilaku, regulasi emosi masalah, keterlambatan bicara, fungsi eksekutif
yang lebih rendah, dan masalah akademik.4

Epidemiologi

Sekitar 98% anak-anak Amerika Serikat berusia 0 hingga 8 tahun tinggal di


rumah dengan perangkat yang terhubung ke internet dan, rata-rata, menghabiskan
lebih dari 2 jam sehari di layar. Jumlah ini melebihi pedoman pediatrik yang
direkomendasikan bahwa anak-anak menghabiskan tidak lebih dari 1 jam per hari
untuk menonton program dengan resolusi layar tingkat tinggi.5,6

Sebuah studi cross-sectional berbasis populasi dilakukan di area praktik


lapangan di pusat kesehatan pedesaan dan perkotaan di Tamil Nadu, India. Sebanyak
718 anak (396 pedesaan dan 322 perkotaan) dipilih, menggunakan metode cluster
random sampling. Perkiraan screen time diperoleh dari orang tua/wali setelah periode
pengamatan 7 hari. Communication DEALL Developmental Checklist  digunakan
untuk menilai perkembangan anak. Rerata screen time adalah 2,39 jam/hari dan
prevalensi screen time berlebihan adalah 73%. Screen time anak berlebihan secara
signifikan berhubungan dengan screen time ibu, penggunaan layar sebelum tidur,
urutan kelahiran (pada anak < 2 tahun), dan bersekolah (pada anak 2 tahun).
Peningkatan screen time secara signifikan terkait dengan keterlambatan
perkembangan, khususnya, dalam domain akuisisi bahasa dan komunikasi.7

Pandemi COVID-19 mengharuskan semua orang tidak terkecuali anak untuk


berdiam dirumah, sehingga waktu penggunaan perangkat berlayar pun meningkat.
Hasil penelitian di Turki menjelaskan bahwa screen time pada anak selama pandemi
covid 19 meningkat sebesar 71,7%. Sebuah penelitian cross sectional mendapatkan
hasil dari 155 anak-anak yang terdaftar dalam penelitian, rata-rata durasi screen time
anak pada anak usia 2-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-18 tahun masing-masing adalah 4
jam, 5,83 jam, dan 6,29 jam pada hari kerja dan 5,64 jam, 5,76 jam, dan 7,69 jam
pada akhir pekan. Lebih dari sepertiga anak-anak berusia dibawah 2 tahun telah mulai
terpapar oleh perangkat layar. Sekitar 70% anak-anak mengalami gizi buruk. Hanya
18% orang tua mengetahui konsep hari bebas layar. Waktu layar memiliki dampak
negative pada kesehatan dan pada perilaku anak. Rata-rata peningkatan waktu layar
selama COVID-19 hampir 3 kali lipat dari era pra-COVID. 6 Di Indonesia, gadget
telah digunakan oleh banyak orang bahkan digunakan oleh anak usia dini. Hasil
penelitian menyatakan bahwa 42,1% dari anak-anak prasekolah terpapar durasi
gadget relatif tinggi yang umumnya menggunakan gadget untuk menonton video
atau bermain game.3

Dampak penggunaan perangkat layar pada perkembangan anak

1. Potensi manfaat untuk perkembangan

Dimulai pada usia sekitar 2 tahun, program TV yang berkualitas, dirancang


dengan baik, dan sesuai dengan usia tujuan pendidikan tertentu dapat memberikan
rute pembelajaran tambahan pada kemampuan bahasa awal dan literasi untuk anak-
anak. Program berkualitas juga mendorong aspek perkembangan kognitif, termasuk
sikap rasial yang positif dan permainan imajinatif. Terdapat penelitian yang
membuktikan bahwa aplikasi dan e-book interaktif belajar membaca dapat
membangun literasi dini dengan memberikan latihan dengan huruf, fonetik, dan
pengenalan kata. Namun, layar dapat membantu pembelajaran bahasa ketika konten
berkualitas dilihat bersama dan didiskusikan dengan orang tua atau pengasuh, anak-
anak prasekolah belajar paling baik (yaitu, dalam istilah ekspresif dan kosa kata) dari
interaksi langsung dan dinamis dengan orang dewasa yang peduli.8

2. Risiko untuk perkembangan

Penelitian yang meneliti paparan TV telah menunjukkan hubungan, meskipun


bukan hubungan sebab akibat langsung, antara paparan layar awal (lebih dari 2
jam/hari oleh bayi di bawah 12 bulan dalam satu penelitian) dan keterlambatan
bahasa yang signifikan. Bukti hubungan antara waktu layar dan kesulitan
memusatkan perhatian beragam, dengan efek negatif hanya terlihat jelas ketika
paparan sangat tinggi (yaitu, lebih dari 7 jam/hari). Paparan tinggi terhadap perangkat
layari terbukti secara negatif mempengaruhi penggunaan dan pemerolehan bahasa,
perhatian, perkembangan kognitif dan fungsi eksekutif pada anak-anak di bawah 5
tahun. Ini juga mengurangi jumlah dan kualitas interaksi orangtua-anak dan
mengalihkan perhatian dari bermain. Sementara e-book telah terbukti menawarkan
manfaat dengan keterlibatan membaca anak-anak, orang tua tampaknya
menggunakan lebih sedikit strategi membaca selama interaksi ini. Selanjutnya, efek
suara dan animasi e-book dapat mengganggu pemahaman cerita dan pengurutan
peristiwa pada anak-anak prasekolah, jika dibandingkan dengan buku kertas.8

Hubungan Screentime overuse dengan gangguan perkembangan anak

Screen time yang berlebihan memiliki dampak buruk pada perkembangan anak,
khususnya dalam konteks tumbuh kembang anak. Hal ini dapat menyebabkan
berbagai hasil yang merugikan mulai dari keterlambatan bicara, kesulitan komunikasi
(verbal/non verbal) hingga presentasi seperti autisme terutama pada anak-anak
prasekolah karena kurangnya stimulasi. Terdapat juga hubungan yang signifikan
antara waktu layar dan kesejahteraan psikologis yang rendah. Selain itu, periode
sensitif dan kritis perkembangan otak sebelum usia enam tahun sangat penting dan
juga merupakan periode plastisitas otak yang sangat besar, ketika pengalaman
mempengaruhi sosial, kognitif, perkembangan bicara dan emosional. Kombinasi
screen time overuse dan terlalu sedikit tidur juga dikaitkan dengan peningkatan
impulsif pada anak.5,9

1. Perkembangan fisik

Screen time yang berlebihan di masa kanak-kanak dapat menyebabkan berbagai


konsekuensi kesehatan (fisik, mental, dan psikososial) yang merugikan. Gaya hidup
menetap yang terkait dengan penggunaan layar berlebih dikaitkan dengan obesitas,
sakit kepala, sakit punggung, masalah mata, dan gangguan tidur. Sebuah meta analisis
menemukan hubungan negatif antara perilaku penggunaan media layar anak-anak dan
aktivitas fisik. Penggunaan gadget dalam waktu yang lama membuat pola hidup anak
yang akan lebih sering duduk maupun bermalas-malasan dirumah sehingga tidak
akan melakukan suatu kegiatan fisik berat dan disertai dengan peningkatan konsumsi
makanan cepat saji. 5

Beberapa penelitan menyatakan bahwa screen time atau lamanya melihat layar
monitor serta penggunaan media elektronik mempunyai hubungan dengan penurunan
durasi tidur, terlambatnya waktu tidur dan gangguan tidur anak lainnya. Kurangnya
durasi tidur pada anak-anak berkaitan dengan meningkatnya resiko penurunan
akademik, obesitas, dan depresi. Berdasarkan sifatnya, screen time diklasifikasikan
dengan screen time interaktif dan screen time pasif. Beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa screen time yang interaktif (chatting, surfing internet, bermain video games)
akan lebih berpengaruh mengurangi waktu tidur dibandingkan dengan screen time
pasif (menonton televisi maupun film).10

Sebuah penelitian meta analisis yang telah dilakukan membandingkan anak usia <
2 tahun dengan screen time < 2 jam/hari dan screen time > 2 jam/hari, mendapatkan
hasil bahwa terjadi risiko peningkatan obesitas atau overweight diantara anak yang
terpapar screen time > 2 jam/hari. Analisis sub grup menunjukkan terdapat asosiasi
positif antara perbedaan tipe screen time dengan kejadian obesitas atau overweight
pada anak.10

2. Perkembangan kognitif

Pada anak-anak di bawah 2 tahun, pemahaman mengenai konten di layar 2


dimensi terbatas. Bayi dapat meniru dan mengingat tindakan yang dilakukan oleh
seseorang di layar atau meniru bahasa isyarat tetapi tidak dapat mempelajari
pengetahuan baru pada usia kurang dari 30 bulan tanpa bantuan orang dewasa dalam
kehidupan nyata. Pada usia ini, balita terus mengalami kesulitan menerapkan apa
yang mereka lihat di video ke situasi nyata atau kehidupan 3 dimensi.8

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute of Health (NIH)


mendapatkan hasil pada anak yang terpapar screen time > 2 jam dalam sehari
memiliki hasil skor aktivitas yang lebih rendah pada tes bahasa dan berpikir. Anak
dengan paparan screen time > 7 jam dalam sehari memperlihatkan gambaran korteks
otak yang lebih tipis khususnya pada bagian yang bertanggungjawab untuk fungsi
critical thinking dan reasoning. Suatu eksperiman lain pada anak berusia dibawah 2
tahun menyimpulkan bahwa anak-anak menunjukkan performa yang lebih buruk
dalam melakukan perintah setelah diberikan video daripada diberikan demonstrasi
secara langsung, hal ini menunjukkan adanya efek defisit video. Defisit video ini
terlihat dalam tugas imitasi sederhana, pembelajaran bahasa, dan pembelajaran
emosional.3

Penggunaan media layar sebagai media belajar pada bayi bukanlah suatu alat
pengajaran yang efektif dan mampu menggantikan jenis interaksi tatap muka yang
sebenarnya sangat membantu anak-anak belajar. Sebuah tinjauan tahun 2005 yang
dipimpin oleh psikolog perkembangan Daniel Anderson, PhD, sekarang seorang
profesor emeritus di University of Massachusetts, Amherst, menemukan bahwa
menonton televisi secara konsisten gagal mengajari anak-anak usia 2 tahun ke bawah
sebanyak yang didapat melalui interaksi langsung.4

Potensi manfaat kognitif pada media layar yang diharapkan dapat berasal dari
konten media berkualitas tinggi yang menggunakan strategi mendukung
perkembangan bahasa, termasuk pelabelan objek, karakter berbicara langsung kepada
anak, dan memberikan kesempatan bagi anak untuk merespon. Selain itu, menonton
bersama konten media yang sesuai dengan orang dewasa dapat bermanfaat bagi
perkembangan kognitif. Dengan menonton bersama, tercipta peluang untuk interaksi
orang tua-anak dan juga memungkinkan orang dewasa untuk melengkapi hal yang
kurang dijelaskan dalam konten. Konsep Leo Vygotsky mendukung gagasan yang
disebutkan di atas bahwa pembelajaran anak-anak terjadi dalam “zona perkembangan
proksimal” – serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan sendiri oleh anak
tetapi dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
terampil.4

3. Perkembangan Bahasa dan literasi

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan signifikan antara screen


time yang berlebihan pada anak usia dini dengan keterlambatan bahasa. Anak-anak di
bawah dua hingga tiga tahun tidak dapat mempelajari kata-kata baru hanya dari
video. Oleh karena itu, pentingnya melihat bersama dan berlatih menggunakan kata
yang sama dalam interaksi sehari-hari. Buku digital dan media pendidikan interaktif
mengajarkan keterampilan bahasa dan literasi untuk anak tetapi karena telah ada
media tersebut, orang tua cenderung lebih sedikit menggunakan strategi membaca
dialog, seperti mengajukan pertanyaan terbuka, mengomentari cerita, memberi label,
dan sebaliknya mengomentari perangkat digital yang dilihat anak misalnya ketuk itu,
tekan ini, alihkan ke kanan. Anak berusia satu hingga tiga tahun cenderung memiliki
perhatian, memori, dan kesulitan membaca di tahun-tahun awal sekolah. Pada
dasarnya, bahaya dari paparan layar yang berlebihan melebihi manfaatnya. Oleh
karena itu, media dan pembelajaran digital tidak bisa menjadi pengganti berbagi
pengalaman, interaksi, dan pembelajaran langsung orang tua-anak.6
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Kuhl dkk, menemukan bahwa
pembelajaran bahasa melalui konteks non-sosial dengan menghadirkan stimulus
melalui media non-interaktif seperti rekaman video dan audio tidak dapat
mendukungan proses perkembangan bahasa khususnya cabang fonemik dan fonetik
dari fonologi. Meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih
besar dapat belajar kosakata hanya dengan menonton televisi, anak-anak yang lebih
muda hanya dapat belajar kosakata jika didukung oleh interaksi sosial. Bukti terbaru
mengungkapkan bahwa bukan menonton layar yang menghambat perkembangan
bahasa anak-anak, tetapi kurangnya interaktivitas selama penggunaan layar. Sebuah
studi pada balita berbahasa Inggris, berusia 24 hingga 30 bulan, tentang pembelajaran
kata kerja baru dalam tiga cara yaitu interaksi langsung, pelatihan video dibarengi
interaksi sosial melalui obrolan video, dan pelatihan video tanpa interaksi sosial
mengklarifikasi bahwa anak-anak mempelajari kata kerja baru hanya selama interaksi
yang bergantung secara sosial (interaksi langsung dan obrolan video). Penggunaan
screen time yang interaktif dan efektif dapat mendukung pengembangan bahasa.
Screen time tidak menghambat perkembangan bahasa anak-anak, melainkan
kurangnya interaktivitas selama screen time adalah masalahnya.5

4. Perkembangan sosisal-emosional

Screen time yang berlebihan berdampak pada fungsi sosio-emosional. Sebuah


penelitian pada bayi di Thailand menunjukkan bahwa paparan TV yang berlebihan
dari usia 6 hingga 18 bulan dikaitkan dengan reaktivitas emosional, agresi, dan
perilaku eksternalisasi. Dari pengalaman dalam pengaturan klinis, sangat sering anak-
anak usia antara 2 sampai 4 tahun dibawa dengan kekhawatiran keterlambatan bicara
dan interaksi sosial yang buruk. Presentasi seperti autisme telah diamati pada banyak
anak dengan latar belakang paparan layar berlebih, kurangnya keterlibatan orang tua,
dan pada anak dengan stimulasi yang rendah.11

Bermain dan interaksi sesama manusia adalah kunci perkembangan sosio-


emosional anak. Hal ini memberikan kesempatan untuk keterlibatan afektif dan
berbagi pengalaman antara orang tua dan anak-anak. Hal ini juga memungkinkan
orang tua untuk merespon secara aktif pada perilaku, pemikiran dan sikap anak
dengan mengikuti jejak anak dan dengan demikian membangun sebuah timbal balik
sosial. Screen time yang berlebihan telah terbukti mengalihkan perhatian dari
interaksi orang tua-anak dan permainan anak yang pada akhirnya mengarah pada
dampak negatif pada perkembangan sosio-emosional anak. 11

Tanda-tanda bahaya screen time overuse pada anak

Jika anak memperlihatkan tanda-tanda dibawah ini, mulai berikan batasan lebih ketat
pada durasi screen time anak.5

1. Perkembangan fisik

- Menarik diri dari permainan olahraga khsusnya olahraga di luar ruangan

- Kurang tidur karena bermain perangkat layar

- Penambahan berat badan hingga obesitas

- Muncul masalah kesehatan seperti carpal tunnel syndrome, masalah mata, dan nyeri
pada tulang belakang

2. Perkembangan kognitif

- Anak sulit fokus pada saat tidak menggunakan perangkat layar

- Prestasi akademik menurun sampai tidak ingin bersekolah

- Berbicara dan berpikir secara obsesif mengenai aktivitas digital

3. Perkembangan komunikasi

- Mengalami kesulitan untuk mulai berpartisipasi dalam percakapan

- Sering salah menafsirkan isyarat sosial non-verbal

- Tidak suka berbicara secara tatap muka


4. Perkembangan sosial dan emosional

- Lebih senang menghabiskan waktu di depan layar dibandingkan berinteraksi dengan


keluarga atau teman

- Mengalami kesulitan menjalin pertemanan

- Menunjukkan ledakan amarah saat perangkat layar dimatikan

- Bersikap kesal dan tampak putus asa saat tidak dapat bermain perangkat layar

- Kurang perhatian atau empati pada orang lain

Rekomendasi

1. WHO Guideline on physical activity, sedentary behavior, and sleepClick or tap


here to enter text.

Bayi <1 tahun

Aktif secara fisik beberapa kali sehari dengan berbagai cara, khususnya
melalui permainan interaktif berbasis lantai; lebih banyak lebih baik. Untuk yang
belum mampu bergerak dapat melakukan setidaknya 30 menit posisi telungkup
(tummy time) beberapa kali sepanjang hari saat terjaga. Tidak tertahan dalam posisi
yang sama selama 1 jam (misalnya dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau diikat di
punggung pengasuh). Screen time tidak dianjurkan. Saat posisi menetap, dianjurkan
untuk mengisi waktu dengan membaca dan bercerita dengan pengasuh. Kualitas tidur
sekitar 14-17 jam (0-3 bulan, dan 12-16 jam (4-11 bulan), termasuk tidur siang.2

Anak usia 1-2 tahun

Habiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik di setiap
intensitas, termasuk aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat, tersebar
beberapa waktu dalam sehari; lebih banyak lebih baik. Tidak tertahan dalam posisi
yang sama selama 1 jam (misalnya dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau diikat di
punggung pengasuh) atau duduk dalam posisi yang menetap. Anak berusia 1 tahun,
screen time (seperti menonton TV atau video, bermain game komputer) tidak
direkomendasikan. Untuk mereka yang berusia 2 tahun, durasi screen time tidak
boleh lebih dari 1 jam; lebih sedikit lebih baik. Saat tidak bergerak, terlibat dalam
membaca dan mendongeng dengan pengasuh dianjurkan Kualitas tidur yang baik
selama 11-14 jam dengan waktu tidur dan bangun yang teratur.2

Anak usia 3-4 tahun

Habiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik dengan
intensitas apapun, setidaknya 60 menit diisi dengan aktivitas fisik dengan intensitas
sedang hingga berat, waktu terbagi dalam sehari, lebih banyak lebih baik. Tidak
tertahan dalam posisi yang sama lebih dari 1 jam pada suatu waktu (misalnya dalam
kereta bayi) atau duduk untuk waktu yang lama. Screen time tidak boleh lebih dari 1
jam; lebih sedikit lebih baik. Saat tidak bergerak, terlibat dalam membaca dan
mendongeng dengan pengasuh dianjurkan. Kualitas tidur yang baik selama 10-13 jam
dengan waktu tidur dan bangun yang teratur.2

2. American Academy of Pediatrics (AAP)

AAP merekomendasikan tidak ada screen time sama sekali untuk anak-anak
18 bulan hingga 24 bulan, kecuali untuk obrolan video, dan mengatakan anak-anak
usia 2 hingga 5 tahun harus mendapatkan screen time dengan durasi satu jam atau
kurang per hari. Rekomendasi ini juga telah dikembangkan menjadi Rencana
Penggunaan Media Keluarga untuk anak-anak yang lebih besar, di mana orang tua
dan anak-anak menegosiasikan batasan - batasan seputar screen time. Dalam
pedomannya tentang aktivitas fisik, perilaku menetap, dan tidur untuk anak kecil,
WHO juga merekomendasikan tidak ada paparan layar untuk anak di bawah 2 tahun,
dan kurang dari satu jam sehari untuk anak usia 2 hingga 5 tahun.1

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDAI pada tahun 2014 merekomendasikan bahwa screen time pada anak tidak
lebih dari 2 jam sehari pada anak usia di atas 2 tahun. IDAI juga merekomendasikan
untuk mengawasi computer dan gadget yang digunakan oleh anak. Orang tua juga
harus berpartisipasi aktif dalam menelusuri aktivitas anak di dunia maya. Komunikasi
yang terbuka serta pengetahuan mengenai penggunaan internet harus diajarkan oleh
orang tua kepada anak, dengan begitulah orang tua dapat mengontrol penggunaan
perangkat layar pada anak.3

Daftar Pustaka

1. Swarndeep, S. Screen-time for children and adolescents in COVID-19 times: Need to


have the contextually informed perspective. 2021 Mar;192–5.

2. World Health Organization. Guideline of physical activity, sedentary behaviour, and


sleep for children under 5 years of age. 2019;

3. Istiqomah N, Simanjuntak S. Peningkatan Trend Screentime selama Pandemi Covid


19 dan Efeknya pada Perilaku Anak. 2020;18(2):109.

4. Bharadwaj SH, Joseph’ S. Screen time and its impact on health [Internet]. Available
from: https://www.researchgate.net/publication/351048905

5. Karki U, Sravanti L. Excess Screen Time - Impact on Childhood Development and


Management: A Review. Med Phoenix. 2021 Jul 19;6(1):40–5.

6. Kurian, K.S. Appropriate Screen Time Use to Prevent Speech and Language Delay in
Toddlers during the Covid-19 Pandemic: a Brief Report. Disability, CBR & Inclusive
Development. 2022 Feb 1;32(4):155.

7. Varadarajan, S., et al. Prevalence of excessive screen time and its association with
developmental delay in children aged <5 years: A population-based cross-sectional
study in India.

8. Ponti M, Bélanger S, Grimes R, Heard J, Johnson M, Moreau E, et al. Screen time


and young children: Promoting health and development in a digital world. Vol. 22,
Paediatrics and Child Health (Canada). Oxford University Press; 2017. p. 461–77.
9. Kuta C. The Negative Impact of Excessive Screen Time on Language Development
in Children Under 6-Years-Old: An Integrative Review with Screen Time Reduction
Toolkit and Presentation for Outpatient Pediatric and Family Health Providers. 2017
May;13–6.

10. Lisiswanti, R., Istiqomah, S.R. Dampak Eksposur Layar Monitor terhadap Gangguan
Tidur dan Tingkat Obesitas Pada Anak Anak Dampak Eksposur Layar Monitor
Terhadap Gangguan Tidur Dan Tingkat Obesitas Pada Anak Anak. Vol. 6. 2017.

11. American Psychological Association. Recommendation for screentime on children.


2020;

Anda mungkin juga menyukai