BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 306
5
6
Politeknik Negeri Sriwijaya
2
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 309
7
Politeknik Negeri Sriwijaya
3
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 311
8
Politeknik Negeri Sriwijaya
mempunyai banyak alur – alur yang diberi kumparan kawat tembaga yang
berisolasi. Jika kumparan stator mendapatkan suplai arus tiga fasa maka pada
kumparan tersebut akan timbul flux magnit putar. Karena adanya flux magnit
putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor berputar karena adanya induksi
magnet dengan kecepatan putar rotor sinkon dengan kecepatan putar stator.
ns = .................................................................................................(2.1) 4
Dimana :
ns = Kecepatan sinkron (rpm)
ƒ = Besarnya frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub
Dari bagian motor yang diam (stator) dapat dibagi – bagi menjadi beberapa
bagian antara lain sebagai berikut :
Bodi Motor (gandar)
Inti Kutub magnet dan lilitan penguat magnet
Sikat
Komutator
Jangkar
Lilitan Jangkar
4
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 66
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 8
9
Politeknik Negeri Sriwijaya
5
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 9
10
Politeknik Negeri Sriwijaya
Bagian puncak dari sikat diberi pelat tembaga guna mendapatkan kontak yang
baik antara sikat dan dinding pemegang sikat.
Satu atau dua pengantar yang fleksibel dibenamkan ke dalam sikat untuk
menghantarkan arus dari sikat ke jepitan dari pemegang sikat bila sikat – sikat
terdapat pada kedudukan yang benar, maka baut harus dieratkan sepenuhnya.
Ini menetapkan jembatan sikat dalam suatu kedudukan yang tidak dapat
bergerak pada pelindung ujung. Gagang sikat ( pemegang sikat ) berguna untuk
menimbulkan tekanan yang diperlukan antara sikat. Ketiadaan bunga api pada
komutator banyak tergantung pada mulur dari perakitan dan pemasangan
gagang sikat. Tiap – tiap gagang sikat dilengkapi dengan suatu pegas yang
menekan pada sikat melalui suatu sistem tertentu sehingga sikat tidak terjepit.
...........................................................................(2.2)
Dimana :
6
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 9
11
Politeknik Negeri Sriwijaya
: slip
: kec. rotor (rpm)
: kec. medan putar (rpm)
Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan kumparan yang tediri
dari beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa sehingga
menyerupai sangkar tupai yang terlihat pada gambar dibawah ini, konstruksi
7
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 83
Eugene.C.Lister. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Hal : 210
12
Politeknik Negeri Sriwijaya
rotor seperti ini sangat sederhana bila dibandingkan dengan rotor jenis mesin
listriklainnya.
Dengan demikian harganya pun murah karena konstruksinya yang
demikian, padanya tidak mungkin diberikan pengaturan tahanan luar seperti
pada motor induksi dengan rotor belitan.
8
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 12
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 83
13
Politeknik Negeri Sriwijaya
Dari bagian motor yang bergerak rotor ada beberapa hal yang perlu kita
ketahui antara lain :
- Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik yang bersama – sama
dengan sikat membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi. Supaya
menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator yang digunakan
hendaknya dalam jumlah yang besar. Setiap belahan (segmen) komutator
berbentuk lempengan.
Disamping penyearah mekanik maka komutator berfungsi juga untuk
mengumpulkan GGL induksi yang terbentuk pada sisi – sisi kumparan. Oleh
karena itu komutator dibuat dari bahan konduktor, dalam hal ini digunakan dari
campuran tembaga.
Isolator yang digunakan terletak antara komutator – komutator dan
komutator – komutator as (poros) menentukan kelas dari motor berdasarkan
kemampuan terhadap suhu yang timbul dari mesin tersebut. Jadi disamping
sebagai isolator terhadap listrik pada panas tertentu pada listrik, maka isolator
9
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 13
Eugene.C.Lister. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Hal :211
14
Politeknik Negeri Sriwijaya
10
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 82
15
Politeknik Negeri Sriwijaya
Rotor Sangkar dapat dianggap sebagai lilitan – lilitan seri dengan langkah
penuh (full pitch ). Lilitan – lilitan seri tersebut dibentuk oleh pasangan –
pasangan batang konduktor yang ujung – ujungnya disatukan oleh cincin hubung
singkat, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.7
Jika kita bandingkan antara rotor sangkar dan rotor lilit ada perbedaan-
perbedaan sebagai berikut :
a. Karakteristik motor induksi rotor sangkar sudah fixed, sedang pada motor
induksi dengan rotor lilit masih dimungkinkan variasi karakteristiknya dengan
cara menambahkan rangkaian luar melalui slip ring/sikatnya.
b. Jumlah kutub pada rotor sangkar menyesuaikan terhadap jumlah kutub pada
lilitan statornya, sedangkan jumlah kutub pada rotor sudah tertentu.
Suatu keuntungan dari motor induksi dengan rotor lilit adalah dapat
ditambah tahanan luar. Hal ini sangat menguntungkan untuk starting motor pada
beban yang berat dan sekaligus sebagai pengatur putaran motor. Rangkaian motor
induksi dengan rotor lilit, dilengkapi dengan tahanan luar. Dalam penggunaannya
rotor sangkar lebih banyak dipakai sebab harganya murah. Kelemahan pada
starting torque diatasi dengan konstruksi double squirrel cage dan deep barcage.
11
Sumanto. Drs. 1993. Motor Listrik Arus Bolak – Balik. Andi Offset, Yogyakarta. Hal : 52
16
Politeknik Negeri Sriwijaya
a. Apabila sumber
tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, timbullah medan putar
dengan kecepatan.
b. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
c. Akibatnya pada kumparan rotor timbul induksi (ggl)
d. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).
e. Adanya arus didalam medan magnet menimbulkan gaya pada motor.
f. Bila kopel mula dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
g. Tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor)
oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator () dengan
kecepatan berputar rotor ().
h. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s) dinyatakan dengan:
12
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 68
17
Politeknik Negeri Sriwijaya
S= x 100 %...............................................................................(2.3)
i. Bila =, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel
motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
j. Dilihat dari cara kerjanya maka motor tak serempak disebut juga motor
induksi atau motor asinkron.
13
Gunawan. 2008. Efisiensi Motor 3 Fasa Pada Mesin Threshing di PT. Musi Banyuasin Indah.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Hal : 14
18
Politeknik Negeri Sriwijaya
c. Karakteristik Start 14
Karakteristik start ini dipakai untuk menggambarkan hubungan antara
waktu dan arus. Putaran untuk macam – macam beban pada tegangan
masuk konstan. Dari gambar dibawah berikut (Gambar 1.11) dapat
dijelaskan bahwa :
- Jika waktu start dari motor induksi makin lama, maka pemanas pada
belitan akan lebih besar pula pada elemen pengaman. Hal ini akan
berpengaruh terhadap lifetime dari motor.
- Arus akhir ke motor lebih tinggi.
- Putaran akhir motor akan lebih rendah.
14
Gunawan. 2008. Efisiensi Motor 3 Fasa Pada Mesin Threshing di PT. Musi Banyuasin Indah.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Hal : 14
19
Politeknik Negeri Sriwijaya
lawan beban 1 dan 2 pada waktu start < Ts maka motor dapat distart,
masing-masing dengan titik kerja 1 (kopel kerja = T1 dan putaran kerja
n1) dan titik kerja 2. Bila kopel lawan beban pada saat start > Ts maka
motor tidak dapat distart. Selama motor belum berputar, arus motor
tinggi. Seperti yang terlihat pada gambar 1.12 berikut ini :
Gambar 2.12 Karakteristik Kopel dan Putaran
16
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 21 dan 32
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
Efisiensi = ......................................................................(2.5) 18
..................................................................(2.6)
jenis yaitu :
Rugi – rugi mekanis akibat putaran.
Rugi – rugi inti besi akibat kecepatan putaran dan fluks medan.
Berikut cara menentukan beberapa rugi-rugi, yaitu :
18
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 18 dan 22
19
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 19 dan 20
23
Politeknik Negeri Sriwijaya
Rugi – rugi inti diperoleh pada besi magnetis didalam stator dan rotor
akibat timbulnya efek histeris dan arus pusar (eddy current). Timbulnya
rugi – rugi inti, ketika besi jangkar atau struktur rotor mengalami perubahan
fluks terhadap waktu. Rugi – Rugi ini tidak tergantung pada beban, tetapi
merupakan fungsi dari pada fluks dan kecepatan motor. Pada umumnya
rugi – rugi inti berkisar antara 20 – 25% dari total kerugian daya motor pada
keadaan nominal.
Rugi – rugi arus eddy tergantung pada kuadrat dari kerapatan fluks,
frekuensi dan ketebalan dari lapisan. Pada keadaan mesin normal besarnya
dapat didekati dengan :
Pc = Kc(BmaksƒT).... .........................................................................(2.7)
Dimana :
T = Tebal lapisan
Bmaks = Kerapatan fluks maksimum
f = Frekuensi
Kc = Ketetapan pembanding
yang lebih tepat disebut rugi – rugi I2 R yang menunjukkan besarnya daya
yang berubah menjadi panas oleh tahanan dari konduktor tembaga atau
(stator) dan rugi – rugi I2 R sekunder (rotor), termasuk rugi –rugi kontak
sikat pada motor AC belitan dan motorDC.
20
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 19 dan 20
25
Politeknik Negeri Sriwijaya
21
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 20
22
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 21 dan 22
26
Politeknik Negeri Sriwijaya
arus dan tegangan pada saat itu. Jika arus dan tegangan bolak – balik satu fasa,
maka daya dalam satu periode sama dengan perkalian dari arus dan tegangan
efektif. Tetapi jika ada reaktasi dalam rangkaian arus dan tegangan tidak satu fasa
sehingga selama siklusnya biasa terjadi arus negatif dan tegangan positif.
Secara teoritis daya terdiri dari tiga yaitu daya efektif, daya reaktif dan daya
semu yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
a. Daya aktif (P) adalah daya yang diubah menjadi energi, persatuan waktu
atau dengan kata lain daya aktif adalah daya yang benar – benar terpakai
yang dihasilkan oleh komponen resistif, satuannya adalah watt (W).
b. Daya reaktif (Q) adalah daya yang ditimbulkan oleh kkomponen reaktansi,
daya reaktif ditentukan dari reaktansi yang menimbulkannya, dapat
berupa reaktansi induktif (XL) atau reaktansi kapasitif (Xc), satuannya
adalah volt ampere reaktif (VAR) .
c. Daya semu (S) adalah jumlah secara vektoris daya aktif dan daya reaktif
yang memiliki satuan volt ampere (VA).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar sistem segi tiga daya berikut ini :
23
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 23
27
Politeknik Negeri Sriwijaya
Daya memiliki hubungan dengan usaha yaitu daya merupakan usaha yang
dilakukan dalam satuan waktu, atau dengan kata lain daya berbanding terbalik
dengan waktu sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = .......................................................................................................(2.11)
Dimana :
P = Daya (W)
W = Usaha (Joule)
t = Waktu (s)
Dimana :
P1 = Daya aktif satu fasa (W)
P3 = Daya aktif tiga fasa (W)
VL = Tegangan line – line / tegangan line (V)
VP = Tegangan perfasa (V)
I = Arus (A)
Cos = Faktor daya
24
M.T, pudjanarsa, Astu. Ir. 2006. Mesin Konversi Energi .Andi Offset, Yogyakata. Hal :133
29
Politeknik Negeri Sriwijaya
v
d
Q
Pompa
Vs
Debit aliran pada pompa air adalah luas penampang pipa yang
digunakan dikalai dengan kecepatan aliran cairan yang dipompakan pada
pipa tersebut dan secara teoritis dirumuskan dengan :
Q = A.v ............................................................................................... (2.18)
A = ...................................................................................................(2.19)
Dimana :
25
M.T, pudjanarsa, Astu. Ir. 2006. Mesin Konversi Energi .Andi Offset, Yogyakata. Hal : 136