Anda di halaman 1dari 26

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi Tiga Fasa1


Motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik yang berupa tenaga putar. Motor listrik terdiri dari dua bagian yang
sangat penting yaitu stator atau bagian yang diam dan Rotor atau bagian berputar.
Pada motor AC, kumparan rotor tidak menerima energi listrik secara langsung,
tetapi secara induksi seperti yang terjadi pada energi kumparan transformator.
Oleh karena itu motor AC dikenal dengan motor induksi. Dilihat dari
kesederhanaannya, konstruksinya yang kuat dan kokoh serta mempunyai
karekteristik kerja yang baik, motor induksi tiga fasa yang cocok dan paling
banyak digunakan dalam bidang industri.
Penggunaan motor induksi yang banyak dipakai di kalangan industri
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a. Bentuknya yang sederhana dan memiliki konstruksi yang kuat dan
hampir tidak pernah mengalami kerusakan yang berarti.
b. Harga relatif murah dan dapat diandalkan.
c. Efisiensi tinggi pada keadaan berputar normal, tidak memerlukan sikat
sehingga rugi – rugi daya yang diakibatkannya dari gesekan dapat
dikurangi.
d. Perawatan waktu mulai beroperasi tidak memerlukan starting tambahan
khusus dan tidak harus sinkron.
Namun disamping hal tersebut diatas, terdapat pula faktor – faktor kerugian
yang tidak menguntungkan dari motor induksi yaitu sebagai berikut :
a. Pengaturan kecepatan dari motor induksi sangat mempengaruhi
efisiensinya.
b. Kecepatan motor induksi akan menurun seiring dengan bertambahnya
beban, tidak seperti motor DC atau motor shunt.

1
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 306
5
6
Politeknik Negeri Sriwijaya

c. Kopel awal mutunya rendah dibandingkan dengan motor DC shunt.

Gambar 2.1 Konstruksi Dasar Motor Induksi Tiga Fasa

2.2 Klasifikasi Motor Listrik AC2


Motor listrik AC memiliki beberapa jenis, yang jenis ini membedakan
berdasarkan beberapa faktor utama yang antara lain berdasarkan prinsip kerja,
berdasarkan macam arus dan berdasarkan kecepatan.
a. Berdasarkan Prinsip Kerja
 Motor Sinkron.
- Biasa (tanpa slip ring )
- Super ( dengan slip ring )
- Motor Asinkron.
- Motor Induksi (Squirel Cage & Slip Ring )
- Motor Komutator ( Seri, Terkompensasi, Shunt, Repulasi )
b. Berdasarkan Macam Arus
- Fasa tunggal
- Tiga fasa
c. Berdasarkan Kecepatan
- Kecepatan konstan
- Kecepatan berubah
- Kecepatan diatur

2
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 309
7
Politeknik Negeri Sriwijaya

2.3 Konstruksi Motor Induksi 3


Pada dasarnya motor induksi arus putar terdiri dari suatu bagian yang tidak
berputar (stator) dan bagian yang bergerak memutar (rotor). Secara ringkas stator
terdiri dari blek – blek dinamo yang berisolasi pada satu sisinya dan mempunyai
ketebalan 0,35 – 0,5 mm, disusun menjadi sebuah paket blek yang berbentuk
gelang. Disisi dalamnya dilengkapi dengan alur – alur. Didalam alur ini terdapat
perbedaan antara motor asinkron dengan lilitan sarang (rotor sarang atau rotor
hubung pendek) dan gelang seret dengan lilitan tiga fasa. Atau dari sisi lainnya
bahwa inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan (email) baja silikon tebalnya
0,35 - 0,5 mm, tersusun rapi, masing – masing terisolasi secara elektrik dan diikat
pada ujung – ujungnya.
Lamel inti besi stator dan rotor bagian motor dengan garis tengah bagian
motor, dengan garis tengah bagian luar dari stator lebih dari 1 m. Bagi motor
dengan garis tengah yang lebih besar, lamel inti besi merupakan busur inti segmen
yang disambung – sambung menjadi satu lingkaran. Celah udara antara stator dan
rotor pada motor yang kecil adalah 0,25 – 0, 75 mm, pada motor yang besar
sampai 10 mm. Celah udara yang besar ini disediakan bagi kemungkinan
terjadinya perenggangan pada sumbu sebagai akibat pembebanan transversal pada
sumbu atau sambungannya. Tarikan pada pita (belt) atau beban yang tergantung
tersebut akan menyebabkan sumbu motor melengkung.
Pada dasarnya inti besi stator dan belitan rotor motor tak serempak ini sama
dengan stator dan belitan stator mesin serempak. Kesamaan ini dapat ditunjukan
bahwa pada rotor mesin tak serempak yang dipasang / sesuai dengan stator mesin
tak serempak akan dapat bekerja dengan baik.

a. Stator (bagian motor yang diam)


Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat
(konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator, yang
masing – masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga fasa. Stator terdiri dari
pelat – pelat besi yang disusun sama besar dengan rotor dan pada bagian dalam

3
Rijono,Yon, Drs. 1997. Dasar Tehnik Tenaga Listrik. Andi, Yogyakarta. Hal : 311
8
Politeknik Negeri Sriwijaya

mempunyai banyak alur – alur yang diberi kumparan kawat tembaga yang
berisolasi. Jika kumparan stator mendapatkan suplai arus tiga fasa maka pada
kumparan tersebut akan timbul flux magnit putar. Karena adanya flux magnit
putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor berputar karena adanya induksi
magnet dengan kecepatan putar rotor sinkon dengan kecepatan putar stator.

ns = .................................................................................................(2.1) 4

Dimana :
ns = Kecepatan sinkron (rpm)
ƒ = Besarnya frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub

Gambar 2.2 Kontruksi Stator Mesin Induksi 3

Dari bagian motor yang diam (stator) dapat dibagi – bagi menjadi beberapa
bagian antara lain sebagai berikut :
 Bodi Motor (gandar)
 Inti Kutub magnet dan lilitan penguat magnet
 Sikat
 Komutator
 Jangkar
 Lilitan Jangkar

4
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 66
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 8
9
Politeknik Negeri Sriwijaya

 Bodi Motor (gandar) 5


Fungsi utama dari bodi atau gandar motor adalah sebagai bagian dari
tempat mengalirnya fluks megnet yang dihasilkan kutub – kutub magnet,
karena itu beban motor dibuat dari bahan ferromagnetik. Disamping itu badan
motor ini berfungsi untuk meletakkan alat – alat tertentu dan melindungi
bagian – bagian mesin lainnya. Biasanya pada motor terdapat papan nama atau
name plate yang bertuliskan spesifikasi umum dari motor.

- Inti Kutub Magnet Dan Lilitan Penguat Magnet


Sebagaimana diketehui bahwa fluks magnet yang terdapat pada motor
arus searah dihasilkan oleh kutub magnet buatan yang dibuat dengan prinsip
elektromagnetis. Lilitan penguat magnet berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik agar terjadi proses elektromagnetis.

- Sikat – Sikat dan Pemegang Sikat


Fungsi dari sikat adalah sebagai jembatan bagi aliran arus dari sumber.
Disamping itu sikat memegang peranan penting untuk terjadinya komutasi,
agar gesekkan antara sikat dan komutator, maka sikat harus lebih lunak dari
pada komutator dan biasanya terbuat dari bahan arang.
Dibawah ini menunjukkan kelompok - kelompok tingkatan sikat, antara lain:
- Sikat grafit alam
- Sikat karbon keras
- Sikat elektrografit
- Sikat grafit logam
- Sikat karbon logam.
Sikat – Sikat akan aus selama operasi dan tingginya akan berkurang. Aus
yang diizinkan ditentukan oleh konstruksi dari pemegang sikat ( gagang-sikat ).

5
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 9
10
Politeknik Negeri Sriwijaya

Bagian puncak dari sikat diberi pelat tembaga guna mendapatkan kontak yang
baik antara sikat dan dinding pemegang sikat.
Satu atau dua pengantar yang fleksibel dibenamkan ke dalam sikat untuk
menghantarkan arus dari sikat ke jepitan dari pemegang sikat bila sikat – sikat
terdapat pada kedudukan yang benar, maka baut harus dieratkan sepenuhnya.
Ini menetapkan jembatan sikat dalam suatu kedudukan yang tidak dapat
bergerak pada pelindung ujung. Gagang sikat ( pemegang sikat ) berguna untuk
menimbulkan tekanan yang diperlukan antara sikat. Ketiadaan bunga api pada
komutator banyak tergantung pada mulur dari perakitan dan pemasangan
gagang sikat. Tiap – tiap gagang sikat dilengkapi dengan suatu pegas yang
menekan pada sikat melalui suatu sistem tertentu sehingga sikat tidak terjepit.

b. Rotor ( bagian motor yang bergerak ) 6


Berdasarkan hukum faraday tentang imbas magnet, maka medan putar
yang secara relatif merupakan medan magnet yang bergerak terhadap
penghantar rotor akan mengibaskan gaya gerak listrik (ggl). Frekuensi ggl
imbas ini sama dengan frekuensi jala – jala.
Besar ggl imbas ini berbanding lurus dengna kecepatan relatif antara
medan putar dan penghantar rotor. Penghantar – penghantar dalam rotor yang
membentuk suatu rangkaian tertutup, merupakan rangkaian melaju bagi arus
rotor dan searah dengan hukum yang berlaku yaitu hukum lenz.
Arahnya melawan fluksi yang mengimbas, dalam hal ini arus rotor itu
ditimbulkan karena adanya perbedaan kecepatan yang berada diantara fluksi
atau medan putar stator dengan penghantar yang diam. Rotor akan berputar
dalam arah yang sama dengan arah medan putar stator, untuk mengurangi beda
kecepatan diatas.

...........................................................................(2.2)
Dimana :
6
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 9
11
Politeknik Negeri Sriwijaya

: slip
: kec. rotor (rpm)
: kec. medan putar (rpm)

- Motor rotor sangkar 7


Motor rotor sangkar konstruksinya sangat sederhana, yang mana rotor
dari motor sangkar adalah konstruksi dari inti berlapis dengan konduktor
dipasangkan paralel, atau kira – kira paralel dengan poros yang mengelilingi
permukaan inti. Konduktornya tidak terisolasi dari inti, karena arus rotor secara
alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil konduktor rotor. Pada
setiap ujung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkatkan dengan
cincin ujung. Batang rotor dan cincin ujung sangka yang lebih kecil adalah
coran tembaga atau almunium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam
motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan
kedalam alur kemudian dilas ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi
kerap kali dimiringkan. Hal ini menghasilkan torsi yang lebih seragam dan
juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang jalan.

Gambar 2.3 Penampang Potongan Motor Induksi Rotor Sangkar

Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan kumparan yang tediri
dari beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa sehingga
menyerupai sangkar tupai yang terlihat pada gambar dibawah ini, konstruksi

7
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 83
Eugene.C.Lister. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Hal : 210
12
Politeknik Negeri Sriwijaya

rotor seperti ini sangat sederhana bila dibandingkan dengan rotor jenis mesin
listriklainnya.
Dengan demikian harganya pun murah karena konstruksinya yang
demikian, padanya tidak mungkin diberikan pengaturan tahanan luar seperti
pada motor induksi dengan rotor belitan.

Untuk membatasi arus mula yang besar, tegangan sumber harus


dikurangi dan biasanya digunakan oto transformator atau saklar Y – D (seperti
pada gambar dibawah ini). Tetapi berkurangnya arus akan berakibat
berkurangnnya kopel mula, untuk mengatasi hal ini dapat digunakan rotor jenis
sangkarganda.

Gambar 2.4 Rangkaian Rotor Sangkar 8

- Motor rotor lilit


Motor rotor lilit atau motor cincin slip berbeda dengan motor rotor
sangkar dalam konstruksi rotornya. Seperti namanya rotor dililit dengan lilitan
terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Y
dengan poros motor. Ketiga cincin slip yang terpasang pada cincin slip dan
sikat – sikat dapat dilihat berada disebelah kiri lilitan rotor. Lilitan rotor tidak

8
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 12
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 83
13
Politeknik Negeri Sriwijaya

dihubungkan ke pencatu. Cincin slip dan sikat semata – mata merupakan


penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkain motor. Motor
rotor lilit kurang banyak diwarnakan dikandingkan dengan motor rotor
sangakar karena harganya mahal dan biaya pemeliharaan lebih besar.

Gambar 2.5 Penampang Potongan Motor Induksi Rotor Lilit 9

Dari bagian motor yang bergerak rotor ada beberapa hal yang perlu kita
ketahui antara lain :
- Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik yang bersama – sama
dengan sikat membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi. Supaya
menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator yang digunakan
hendaknya dalam jumlah yang besar. Setiap belahan (segmen) komutator
berbentuk lempengan.
Disamping penyearah mekanik maka komutator berfungsi juga untuk
mengumpulkan GGL induksi yang terbentuk pada sisi – sisi kumparan. Oleh
karena itu komutator dibuat dari bahan konduktor, dalam hal ini digunakan dari
campuran tembaga.
Isolator yang digunakan terletak antara komutator – komutator dan
komutator – komutator as (poros) menentukan kelas dari motor berdasarkan
kemampuan terhadap suhu yang timbul dari mesin tersebut. Jadi disamping
sebagai isolator terhadap listrik pada panas tertentu pada listrik, maka isolator

9
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 13
Eugene.C.Lister. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Hal :211
14
Politeknik Negeri Sriwijaya

digunakan harus mampu terhadap panas tertentu.


Berdasarkan jenis isolator yang digunakan, dari kemampuan ini dikenal
berapa macam kelas – kelas, antar lain :
Kelas A : katun, sutra alam, sutra buatan , dan kertas.
Kelas B : serat asbes, serat gelas.
Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini, penambahan tahanan luar
sampai harga tertentu dapat membuat kopel mula mencapai harga maksimum,
kopel mula yang besar ini memang diperlukan pada waktu start.
Motor induksi dengan rotor lilit memungkinkan penambahan
(Pengaturan Tahanan Luar) tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke
rotor melalui cincin, selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar tahanan
luar tadi diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start
motor. Disamping itu dengan mengubah tahanan luar, kecepatan motor dapat
diatur. Dibawah ini terdapat rangkaian induksi dengan belitan memungkinkan
penambahan tahanan luar.

Gambar 2.6 Rangkaian Rotor Lilit 10

2.4 Beda Motor Induksi Rotor Sangkar Dengan Rotor Lilit

10
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 82
15
Politeknik Negeri Sriwijaya

Rotor Sangkar dapat dianggap sebagai lilitan – lilitan seri dengan langkah
penuh (full pitch ). Lilitan – lilitan seri tersebut dibentuk oleh pasangan –
pasangan batang konduktor yang ujung – ujungnya disatukan oleh cincin hubung
singkat, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.7

Gambar 2.7 Arus Pada Rotor Sangkar 11

Jika kita bandingkan antara rotor sangkar dan rotor lilit ada perbedaan-
perbedaan sebagai berikut :
a. Karakteristik motor induksi rotor sangkar sudah fixed, sedang pada motor
induksi dengan rotor lilit masih dimungkinkan variasi karakteristiknya dengan
cara menambahkan rangkaian luar melalui slip ring/sikatnya.
b. Jumlah kutub pada rotor sangkar menyesuaikan terhadap jumlah kutub pada
lilitan statornya, sedangkan jumlah kutub pada rotor sudah tertentu.

Suatu keuntungan dari motor induksi dengan rotor lilit adalah dapat
ditambah tahanan luar. Hal ini sangat menguntungkan untuk starting motor pada
beban yang berat dan sekaligus sebagai pengatur putaran motor. Rangkaian motor
induksi dengan rotor lilit, dilengkapi dengan tahanan luar. Dalam penggunaannya
rotor sangkar lebih banyak dipakai sebab harganya murah. Kelemahan pada
starting torque diatasi dengan konstruksi double squirrel cage dan deep barcage.

11
Sumanto. Drs. 1993. Motor Listrik Arus Bolak – Balik. Andi Offset, Yogyakarta. Hal : 52
16
Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.8 Rangkaian Motor Rotor Lilit Dengan Penambahan Tahanan


Luar

2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi 12


Pada dasarnya ada beberapa prinsip penting pada motor – motor
induksi yaitu :

a. Apabila sumber
tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, timbullah medan putar
dengan kecepatan.
b. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
c. Akibatnya pada kumparan rotor timbul induksi (ggl)
d. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).
e. Adanya arus didalam medan magnet menimbulkan gaya pada motor.
f. Bila kopel mula dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
g. Tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor)
oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator () dengan
kecepatan berputar rotor ().
h. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s) dinyatakan dengan:

12
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung. Hal : 68
17
Politeknik Negeri Sriwijaya

S= x 100 %...............................................................................(2.3)

i. Bila =, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel
motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
j. Dilihat dari cara kerjanya maka motor tak serempak disebut juga motor
induksi atau motor asinkron.

2.6 Karakteristik Motor Induksi 13


Secara umum motor induksi yang baik mempunyai standar bentuk
karakteristik tertentu. Tiap - tiap motor mempunyai karakteristik sendiri - sendiri.
Dibawah ini disebutkan beberapa karakteristik yang menggambarkan hubungan
antara suatu parameter dan mesin yang lain, yaitu :
a. Karakteristik Beban Nol
Karakteristik beban nol adalah karakteristik yang menggambarkan
hubungan antara tegangan ke motor dengan arus daya cos φ motor pada
keadaan tanpa beban, jadi putaran mendekati sinkron atau sama.

Gambar 2.9 Karakteristik Beban Nol

b. Karakteristik rotor yang diblok


Karakteristik motor yang diblok adalah karakteristik yang
menggambarkan hubungan antara tegangan masuk dan arus yang masuk,
cos φ, daya masuk. Seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini :

13
Gunawan. 2008. Efisiensi Motor 3 Fasa Pada Mesin Threshing di PT. Musi Banyuasin Indah.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Hal : 14
18
Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.10 Karakteristik Rotor yang Diblok

c. Karakteristik Start 14
Karakteristik start ini dipakai untuk menggambarkan hubungan antara
waktu dan arus. Putaran untuk macam – macam beban pada tegangan
masuk konstan. Dari gambar dibawah berikut (Gambar 1.11) dapat
dijelaskan bahwa :
- Jika waktu start dari motor induksi makin lama, maka pemanas pada
belitan akan lebih besar pula pada elemen pengaman. Hal ini akan
berpengaruh terhadap lifetime dari motor.
- Arus akhir ke motor lebih tinggi.
- Putaran akhir motor akan lebih rendah.

Gambar 2.11 Karakteristik Start

d. Karakteristik Kopel dan Putaran


Daerah kerja motor terletak pada daerah perputaran mendekati ns. Kopel

14
Gunawan. 2008. Efisiensi Motor 3 Fasa Pada Mesin Threshing di PT. Musi Banyuasin Indah.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Hal : 14
19
Politeknik Negeri Sriwijaya

lawan beban 1 dan 2 pada waktu start < Ts maka motor dapat distart,
masing-masing dengan titik kerja 1 (kopel kerja = T1 dan putaran kerja
n1) dan titik kerja 2. Bila kopel lawan beban pada saat start > Ts maka
motor tidak dapat distart. Selama motor belum berputar, arus motor
tinggi. Seperti yang terlihat pada gambar 1.12 berikut ini :
Gambar 2.12 Karakteristik Kopel dan Putaran

2.7 Jenis-jenis motor induksi berdasarkan kelasnya15


 Kelas A
Motor Induksi 3 fasa kelas A memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Torsi awal normal (150 – 170%) dari nilai ratingnya) dan torsi
breakdownya tinggi
- Arus awal relatif tinggi dan Slip rendah ( 0.0015 < Slip < 0.005 )
- Tahanan rotor kecil sehinga efisiensi tinggi
- Baik digunakan untuk torsi beban kecil saat start dan cepat mencapai
putaran penuhnya
- contoh : pompa dan fan
 Kelas B
Motor Induksi 3 fasa kelas B memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Torsi awal normal hampir sama seperti kelas A
- Arus awal rendah ( lebih rendah 75% dari kelas A ) dan Slip rendah (slip <
0.005)
- Arus awal dapat diturunkan karena rotor mempunyai reaktansi tinggi
- Rotor terbuat dari plat atau saklar ganda
- Efisiensi dan faktor dayanya pada saat berbeban penuh tinggi
- Contoh : fan, blower, dan motor generator set
 Kelas C
Motor Induksi 3 fasa kelas C memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Torsi awal lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya)
15
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 18 dan 22
20
Politeknik Negeri Sriwijaya

- Arus awal rendah dan Slip rendah (slip < 0.005)


- Reaktansi rotor lebih tinggi dari kelas B
- Rotor menggunakan sankar rendah
- Saat beban penuh slip cukup tinggi sehingga efisiensinya rendah (lebih
rendah dari kelas A dan Kelas B)
- Contoh : Kompressor, Konveyor, Crushrs, dan fort
 Kelas D
Motor Induksi 3 fasa kelas D memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Torsi awal yang paling tinggi dari kelas lainnya
- Arus awal rendah dan Slip tinggi
- motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan perubahan
kecepatan secara mendadak pada motor
- Ketika torsi maksimum slip mencapai harga 0.5 atau lebih, sedangkan
ketika beban penuh slip antara 8% hingga 15% sehingga efisiensinya
rendah
- contoh : elevator, crane, dan ekstraktor.

2.8 Cara-Cara Menentukan Rugi – Rugi Pada Motor Induksi 16


Rugi – rugi motor listrik sebagian dapat ditemukan dengan cara
konvensional yaitu dengan percobaan beban nol dan percobaan block rotor (hanya
untuk motor arus bolak – balik). Percobaan beban nol dapat menentukan rugi –
rugi rotasi motor. Pada keadaan beban nol, seluruh daya listrik input motor
digunakan untuk mengatasi rugi – rugi inti dan rugi – rugi mekanik.
Rugi – rugi listrik motor dapat ditentukan yaitu pada tahanan DC, tahanan
belitan dapat langsung diukur pada terminal belitan jangkar dan belitan penguat
secara pengukuran DC, yaitu dengan mengukur tegangan dan arus dengan sumber
DC pada belitan tersebut, atau dengan menggunakan ohm meter (jembatan
wheatstone).

16
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 21 dan 32
21
Politeknik Negeri Sriwijaya

Pada motor AC, tahanan equivalen motor dapat ditentukan dengan


percobaan block rotor (hubungan singkat), dimana pada keadaan ini rangkaian
equivalen motor adalah sama dengan rangkaian equivalen hubung singkat dari
suatu transformator. Jadi daya pada keadaan ini merupakan rugi – rugi tahanan
atau belitan dan pada keadaan ini rugi – rugi inti dapat diabaikan karena tegangan
hubung singkat relatif kecil dibandingkan dengan tegangan nominalnya.
Rugi – rugi stray load adalah rugi – rugi yang paling sulit ditukar dan
berubah terhadap beban motor. Rugi – rugi ini ditentukan sebagai rugi – rugi sisa
(rugi – rugi pengujian dikurangi rugi – rugi konvensional). Rugi – rugi pengujian
adalah daya input dikurangi daya output. Rugi – rugi konvensional adalah jumlah
dari rugi – rugi inti, rugi – rugi mekanik, rugi – rugi belitan. Rugi – rugi stray load
juga dapat ditentukan dengan anggapan kira – kira 1% dari daya output dengan
kapasitas daya 150 Kw atau lebih. Dan untuk motor – motor yang lebih kecil dari
itu dapat diabaikan.

2.9 Rugi – Rugi pada Motor Induksi 17


Seperti kita ketahui bahwa motor – motor listrik adalah suatu alat untuk
mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanis. Keadaan ideal dalam
system konversi energi, yaitu mempunyai daya output tepat sama dengan daya
input yang dapat dikatakan efisiensi 100%. Tetapi pada keadaan yang sebenarnya,
tentu ada kerugian energi yang menyebabkan efisiensi dibawah 100%. Dalam
sistem konversi energi elektro mekanik yakni dalam operasi motor – motor listrik
terutama pada motor induksi, total daya yang diterima sama dengan daya yang
diberikan, ditambah dengan kerugian daya yang terjadi, atau :

Pin = Pout + Prugi-rugi .................................................................................(2.4)


Dimana :
Pin : Total daya yang diterima motor
Pout : Daya yang diterima motor untuk melakukan kerja
17
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 19 dan 20
22
Politeknik Negeri Sriwijaya

Prugi-rugi : Total kerugian daya yang dihasilkan oleh motor

Motor listrik tidak pernah mengkonversikan semua daya yang diterima


menjadi daya mekanik, tetapi selalu timbul kerugian daya yang semuannya
berubah menjadi energi panas yang terbuang.
Efisiensi motor listrik dapat didefinisikan dari bentuk diatas, sebagai
perbandingan dimana :

Efisiensi = ......................................................................(2.5) 18
..................................................................(2.6)

Dari persamaan diatas, perlu dipelajari faktor – faktor yang menyebabkan


efisiensi selalu dibawah 100%. Untuk itu perlu diketahui kerugian daya apa saja
yang timbul selama motor beroperasi.
a. Belitan dalam motor yang dinamakan rugi – rugi listrik (Rugi – rugi
belitan).
b. Kerugian daya yang timbul langsung karena putaran motor, yang
dinamakan rugi – rugi rotasi. Rugi – rugi rotasi ini terbagi menjadi dua

jenis yaitu :
 Rugi – rugi mekanis akibat putaran.
 Rugi – rugi inti besi akibat kecepatan putaran dan fluks medan.
Berikut cara menentukan beberapa rugi-rugi, yaitu :

a. Rugi – Rugi Inti 19

18
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 18 dan 22

19
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 19 dan 20
23
Politeknik Negeri Sriwijaya

Rugi – rugi inti diperoleh pada besi magnetis didalam stator dan rotor
akibat timbulnya efek histeris dan arus pusar (eddy current). Timbulnya
rugi – rugi inti, ketika besi jangkar atau struktur rotor mengalami perubahan
fluks terhadap waktu. Rugi – Rugi ini tidak tergantung pada beban, tetapi
merupakan fungsi dari pada fluks dan kecepatan motor. Pada umumnya
rugi – rugi inti berkisar antara 20 – 25% dari total kerugian daya motor pada
keadaan nominal.
Rugi – rugi arus eddy tergantung pada kuadrat dari kerapatan fluks,
frekuensi dan ketebalan dari lapisan. Pada keadaan mesin normal besarnya
dapat didekati dengan :

Pc = Kc(BmaksƒT).... .........................................................................(2.7)

Dimana :
T = Tebal lapisan
Bmaks = Kerapatan fluks maksimum
f = Frekuensi
Kc = Ketetapan pembanding

Harga Kc tergantung pada satuan yang digunakan, volume besi dan


resistensi vitas besi.
Pada mesin DC, stator tidak mempunyai rugi – rugi inti kecuali pada
permukaan kutub akibat adanya perubahan fluks terhadap ruang pada saat
rotor berputar karena adanya alur – alur. Pada mesin sinkron, jika belitan
medan terletak di rotor Rugi – rugi inti rotor adalah nol kecuali
dipermukaan kutub, sedangkan Rugi-rugi inti selalu ada di stator. Pada
mesin induksi, Rugi – rugi intinya terdapat di stator dan rotor hampir boleh
diabaikan karena frekuensi di rotor relatif kecil.
24
Politeknik Negeri Sriwijaya

b. Rugi – rugi mekanik 20


Rugi – rugi gesekan dan angin adalah energi mekanik yang dipakai
dalam motor listrik untuk menanggulangi gesekan batalan poros, gesekan
sikat melawan komutator atau slip ring, gesekan dari bagain yang berputar
terhadap angin, terutama pada daun kipas pendingin. Kerugian energi ini
selalu berubah menjadi panas berubah menjadi panas seperti pada semua
rugi – rugi lainnya.
Rugi – rugi mekanik dianggap konstan dari beban nol hingga beban penuh
dan ini adalah masuk akal tetapi tidak sepenuhnya tepat seperti halnya pada
rugi – rugi inti. Macam –macam ketidak tepatan ini dapat dihitung dalam
rugi – rugi stray load. Rugi – rugi mekanik biasanya berkisar antara 5 – 8%
dari total rugi – rugi daya motor pada keadaan beban nominal.

c. Rugi – rugi Belitan


Rugi – rugi belitan sering disebut rugi – rugi tembaga tetapi pada saat
sekarang sudah tidak begitu. Banyak motor listrik, terutama motor ukuran
sangat kecil diatas 750 W, mempunyai belitan stator dari kawat alumunium

yang lebih tepat disebut rugi – rugi I2 R yang menunjukkan besarnya daya
yang berubah menjadi panas oleh tahanan dari konduktor tembaga atau

aluminium. Total kerugian I2 R adalah jumlah dari rugi – rugi I2 R primer

(stator) dan rugi – rugi I2 R sekunder (rotor), termasuk rugi –rugi kontak
sikat pada motor AC belitan dan motorDC.

Rugi – rugi I2 R dalam belitan sebenarnya tidak hanya tergantung pada


arus, tetapi juga pada tahanan belitan di bawah kondisi operasi. Sedang
tahanan efektif dari belitan selalu berubah dengan perubahan
temperatur, skin effect dan sebagainya. Sangat sulit untuk menentukan

20
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 19 dan 20
25
Politeknik Negeri Sriwijaya

nilai yang sebenarnya dari tahanan belitan dibawah kondisi operasi.


Kesalahan pengukuran kerugian belitan dapat dimasukkan ke dalam
kerugian stray load. Pada umumnya rugi – rugi belitan ini berkisar antara 55
- 60% dari total kerugian motor pada keadaan beban nominal.

d. Rugi –rugi Stray load 21


Kita telah melihat bahwa beberapa macam kerugian selalu dianggap
konstan dari keadaan beban nol hingga beban penuh walaupun kita tahu
bahwa rugi – rugi tersebut sebenarnya berubah, secara kecil terhadap beban.
Sebagai tambahan, kita tidak dapat menghitung berapa besar kerugian ini
seperti yang diakibatkan oleh perubahan fluks terhadap beban, skin effect,
geometri konduktor sehingga arus terbagi sedikit tidak merata dalam
konduktor bertambah, mengakibatkan pertambahan tahanan konduktor dan
karena itu rugi – rugi konduktor harus bertambah. Dari semua kerugian
yang relatif kecil ini, baik dari sumber yang di ketahui maupun yang tidak
diketahui, disatukan menjadi rugi – rugi stray load yang cenderung
bertambah besar apabila beban meningkat ( berbanding kuadrat dengan arus
beban). Pada mesin DC, rugi – rugi ini masih dapat disebabkan oleh faktor
reaksi jangkar, dan arus hubung singkat dalam kumparan pada saat terjadi
peristiwa komutasi, kerugian stray load ini sangat sulit ditentukan. Pada
umumnya kerugian ini berkisar 11 – 14% dari total kerugian daya motor
pada keadaan beban nominal.

2.10 Pengertian Daya 22


Daya dalam tegangan AC Pada setiap saat sama dengan perkalian dari harga

21
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 20

22
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 21 dan 22
26
Politeknik Negeri Sriwijaya

arus dan tegangan pada saat itu. Jika arus dan tegangan bolak – balik satu fasa,
maka daya dalam satu periode sama dengan perkalian dari arus dan tegangan
efektif. Tetapi jika ada reaktasi dalam rangkaian arus dan tegangan tidak satu fasa
sehingga selama siklusnya biasa terjadi arus negatif dan tegangan positif.
Secara teoritis daya terdiri dari tiga yaitu daya efektif, daya reaktif dan daya
semu yang pengertiannya adalah sebagai berikut :

a. Daya aktif (P) adalah daya yang diubah menjadi energi, persatuan waktu
atau dengan kata lain daya aktif adalah daya yang benar – benar terpakai
yang dihasilkan oleh komponen resistif, satuannya adalah watt (W).

b. Daya reaktif (Q) adalah daya yang ditimbulkan oleh kkomponen reaktansi,
daya reaktif ditentukan dari reaktansi yang menimbulkannya, dapat
berupa reaktansi induktif (XL) atau reaktansi kapasitif (Xc), satuannya
adalah volt ampere reaktif (VAR) .

c. Daya semu (S) adalah jumlah secara vektoris daya aktif dan daya reaktif
yang memiliki satuan volt ampere (VA).

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar sistem segi tiga daya berikut ini :

Gambar 2.13 Sistem Segitiga Daya23


Dimana :
P = V.I.Cos ......................................................................................... (2.8)
S = V.I .................................................................................................. (2.9)
Q = V.I.Sin ....................................................................................... (2.10)

23
Nopisha, Frans. 2008. Menghitung Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa Sistem Centripugal pada
Electrical Submersible Pump (ESP) di PT. Pertamina EP Region Sumatera. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Hal : 23
27
Politeknik Negeri Sriwijaya

Daya memiliki hubungan dengan usaha yaitu daya merupakan usaha yang
dilakukan dalam satuan waktu, atau dengan kata lain daya berbanding terbalik
dengan waktu sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = .......................................................................................................(2.11)

Dimana :

P = Daya (W)

W = Usaha (Joule)

t = Waktu (s)

2.11 Sifat – Sifat Beban Listrik


Dalam sistem arus bolak – balik arus dapat berbeda dengan tegangan yang
disebabkan oleh jenis bebannya. Harga arus yang mengalir dalam rangkaian untuk
suatu tegangan tertentu yang diberikan seluruhnya ditentukan oleh tahanan
rangkaian. Harga arus bolak – balik yang mengalir dalam rangkaian tidak hanya
bergantung pada rangkaian tetapi juga tergantung pada induktansi dan kapasitas
rangkaian. Tahanan memberikan jenis perlawanan yang sama terhadap aliran arus
bolak – balik seperti terhadap arus searah.
Pada motor induksi terjadi perubahan energi listrik menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran rotor. Pada motor industri daya mekanik yang dihasilkan
digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan yang diinginkan seperti
digunakan pumping unit sumur minyak seperti yang terjadi objek pengamatan
pada laporan akhir ini.
Daya pada motor listrik dapat dihitung menggunakan perhitungan perfasa
maupun perhitungan tiga fasa dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

P1 = Vp.Ip.Cos ............................................................................ (2.12)


Atau
P3 = √3.P1 .................................................................................... (2.13)
P3 = √3.Vp.Ip.Cos ....................................................................... (2.14)
28
Politeknik Negeri Sriwijaya

Harga tegangan fasa (Vp) adalah :


. .................................................................................................(2.15)

Dimana :
P1 = Daya aktif satu fasa (W)
P3 = Daya aktif tiga fasa (W)
VL = Tegangan line – line / tegangan line (V)
VP = Tegangan perfasa (V)
I = Arus (A)
Cos = Faktor daya

2.12 Mesin Pompa Air 24


Pompa adalah mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, atau dari suatu tempat yang
bertekanan rendah ke tempat yang bertekanan lebih tinggi dengan melewatkan
fluida tersebut pada sistem perpipaan. Sebenarnya teori dasar untuk pompa adalah
sama dengan teori dasar untuk turbin air, yang membedakan adalah bahwa pada
turbin air tinggi jatuh diubah menjadi daya poros. Pada pompa, daya pada poros
digunakan untuk menaikkan air ke tingkat energi atau tekanan atau tinggi
kenaikkan yang lebih besar melalui sudu-sudu pada roda jalan.
Didalam roda jalan fluida mendapat percepatan sehingga fluida tersebut
mempunyai kecepatan mengalir keluar dari sudu-sudu roda jalan. Kecepatan
keluar fluida ini kemudian berkurang dan berubah menjadi tinggi kenaikkan H di
dalam sudu-sudu pengarah atau di dalam rumah keong. Didalam saluran pipa
keluar, ketika fluida mengalir akan bergesekan dengan dinding pipa dan
menimbulkan kerugian head, sehingga tinggi kenaikkan yang diinginkan akan
berkurang. Untuk mengatasi hal ini maka kecepatan aliran fluida harus dibatasi,
demikian juga dengan kecepatan keliling roda jalan.
Menurut cara memindahkan fluidanya, pompa dapat dibedakan atas :
1. Positive Displace ment Pump (Displacement Pump)

24
M.T, pudjanarsa, Astu. Ir. 2006. Mesin Konversi Energi .Andi Offset, Yogyakata. Hal :133
29
Politeknik Negeri Sriwijaya

Displacement Pump adalah pompa dengan volume ruang yang


berubah secara periodik dari besar ke kecil atau sebaliknya. Pada waktu
pompa bekerja, energi yang dimasukkan ke fluida adalah energi potensial
sehingga fluidanya berpindah dari volume per volume .
2. Non-positive Displacement Pump (Dynamic Pump)
Pada pompa jenis dynamic, volume ruangannya tidak berubah.
Waktu pompa bekerja, energi yang dimasukkan ke dalam fluida adalah
energi kinetik sehingga perpindahan fluida terjadi akibat adanya
perubahan kecepatan.

Gambar 2.14 (a) Positive Displacement Pump, (b) DynamicPump


Pada sebuah mesin listrik yang digunakan sebagai motor pompa daya
listrik yang dihasilkan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
A = Luas penampang pipa (m)
ρ = Massa jenis cairan 1000 kg/m3
Q = Debit aliran (m3/s)
v = Kecepatan aliran (m/s)
30
Politeknik Negeri Sriwijaya

Sehingga daya mekanik pada pompa dapat ditentukan dangan


menggunakan rumus :

P mekanik = ρ.Q.v2 .......................................................................... (2.16)

v
d

Q
Pompa
Vs

Gambar 2.15 Proses Pompa Air 25

Debit aliran pada pompa air adalah luas penampang pipa yang
digunakan dikalai dengan kecepatan aliran cairan yang dipompakan pada
pipa tersebut dan secara teoritis dirumuskan dengan :
Q = A.v ............................................................................................... (2.18)
A = ...................................................................................................(2.19)
Dimana :

Q = Debit aliran (m3/s)

A = Luas penampang pipa (m2)


v = Kecepatan aliran cairan (m/s)
r = Jari-jari pompa air

25
M.T, pudjanarsa, Astu. Ir. 2006. Mesin Konversi Energi .Andi Offset, Yogyakata. Hal : 136

Anda mungkin juga menyukai