Anda di halaman 1dari 14

Pemeriksaan Sampel Darah

Pemeriksaan hitung darah lengkap/ complete blood count (CBC)/ pemeriksaan hematologi merupakan
pemeriksaan umum dalam lab. Dilakukan untuk mengetahui keadaan darah komponen lain. Hasil
perhitungan komponen sel darah menunjukkan status kesehatan pasien atau adanaya bentuk kelainan
yang disebabkan penyakit tertentu. Prinsip perhitungan sel darah yaitu pengenceran darah yang diwarnai
dengan suatu larutan tertentu kemudian sel-sel tersebut dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop
 Kamar hitung
Kamar hitung improved neubauer terdiri dari dua tempat yang dinamakan daerah hitung.
Pada setiap daerah hitung terdapat empat persegi dengan sisinya masing-masing 3mm, sehingga luas
empat persegi tersebut 9mm2.
Empat persegi tersebut dibagi menjadi 9 empat persegi yang sama besarnya, dimana tiap-tiap empat
persegi mempunyai panjang sisi 1mm dan luasnya 1 mm2

Empat persegi yang letaknya di tengah (no 5) dibagi menjadi 25 empat persegi kecil yang luasnya
sama. Sehingga tiap-tiap empat persegi mempunyai sisi 1/5 mm dan luasnya 1/25mm2, serta garis
batasnya terdiri atas tiga baris yang sejajar, tetapi batas yang dipakai ialah garis yang ditengah

Tiap empat persegi kecil ini masih dibagi lagi menjadi 16 empat persegi kecil yang sama luasnya, yang
masing-masing mempunyai sisi 1/20 mm dan luasnya 1/400 mm2
Jarak antara permukaan kamar hitung dan permukaan bawah gelas penutup ialah 1/10mm
 Pipet thoma
Ada dua macam pipet yaitu pipet eritrosit dan pipet leukosit. Pipet ini masing-masing terdiri dari dua
bagian, bagian pertama merupakan kapiler yang dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama dengan
tanda 0,5 dan 1. Bagian yang lain menggelembung dan didalamnya terdapat alat untuk megaduk.
Pada bagian terakhir dari gelembung ini diberitanda 101 untuk pipet eritrosit dan tanda 11 untuk pipet
leukosit
Pada pipet eritrosit bila darah dihisap sampai tanda I lalu disusul dengan larutan pengencer sampai
tanda 101, maka pengenceran darah menjadi 100 kali. Pada pipet leukosit bilai darah dihisap sampai
tanda I lalu disusul dengan larutan pengencer sampai tana II, maka pengenceran darah menjadi 10 kali

Perhitungan Sel Darah

 Perhitungan eritrosit
Reagen  larutan hayem  HgCl2 0,25g ; NaCl 0,50g ; Na2SO4O 2,50g ; Aquadest ad 100ml
Langkah-langkah
a. Darah kapiler atau vena dengan antikoagulan dihisap dalam pipa eritrosit sampai tanda 0,5
b. Hisap larutan hayem sampai tanda tepat 101 sehingga pengenceran yang dilakukan adalah 200
kali (jangan sampai ada gelembung udara)
c. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakan tegak lurus
pada sumbu panjangnya selama 2 menit
d. Larutan hayem yang terdapat dalam bagian kapiler dan tidak mengandung darah dibuang dengan
meneteskan keluar isi pipet 3-4 tetes
e. Pasang cover glass dan larutan darah dimasukkan ke kamar hitung dengan menempatkan ujung
pipet pada kedua tepinya (larutan darah yang dimasukkan tidak boleh terlalu banyak dan cukup
bila sudah mengisi daerah hitung
f. Amati di bawah mikroskop
Cara menghitung
Dihitung jumlah eritrosit yang terdapat dalam lima persegi yaitu A,B,C,D dan E (hitung bagian bulat
kecil merah di tengah)

Sel yang terletak dan menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas dihitung,
sedangkan sel-sel yang terletak dan menyinggung garis batas sebelah kanan
dan bawah tidak dihitung
Kalkulasi
Misalkan jumlah eritrosit dalam kelima persegi itu adalah N
Jumlah volume ke 5 empat persegi itu ialah 5/20 cmm = 1/50cmm
Jadi N eritrosit terdapat dalam 1/50 cmm
Dalam volume I cmm terdapat (1 : 1/50) x N eritrosit = 50N eritrosit
Pengenceran larutan darah sebesar 200 kali. Jadi jumlah eritrosit per cmm darah yaitu 200 x 50 N =
10.000 N
Sebab kesalahan perhitungan
a. Alat dan reagensia tidak sempurna seperti macamnya kamar hitung tidak diteliti, pipet yang
ujungnya tidak utuh dan larutan hayem yang kotor
b. Kesalahan teknik pemeriksaan
c. Bias (terpengaruh)
Harga normal
a. Laki-laki = 4.400.000-5.600.000/cmm (4,4-5,6 x 1012/L)
b. Perempuan = 3.800.000-5.000.000/cmm (3,8-5,0 x 1012/L)
Kesalahan pada tiap perhitungan dengan metode diatas adalah 7,8%

 Perhitungan leukosit
Reagen  Larutan Turk  Asam asetat glasial 3ml : Gentian violet 1ml; Aquadest 100 ml
Gentian violet  untuk memberi warna pada inti dan granula leukosit yang berfungsi memecah
eritrosit dan trombosit tapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti
Langkah-langah
a. Darah kapiler atau vena dengan antikoagulansia dihisap sampai tanda 0,5
b. Pemipetan larutan turk sampai tanda 11 sehingga pengenceran yang dilakukan adalah 20 kali
(jangan sampai ada gelembung udara
c. Tutup ujung pipet dengan ibu jari lalu lepaskan karet penghisap (yang ada di ujung dekat angka
11) tutup kedua ujungnya
d. Kocok pipet secara horizontal kurang lebih 2 menit
e. Dibuang larutan dengan meneteskan keluar isi pipet 3-4 tetes
f. Letakkan cover glass di atas kamar hitung improved neubauer dan larutan darah dimasukkan ke
kamar hitung dengan menetapkan ujung pipet pada kedua tepinya (larutan darah yang
dimasukkan tidak boleh terlalu banyak, cukup bila sudah mengisis daerah hitung)
g. Perhitungan leukosit dilakukan pada empat persegi 1,2,3,4 menggunakan lensa objektif dengan
perbesaran 40x
Kalkulasi
Misalkan jumlah leukosit dalam keempat persegi (pada lingkaran bagian warna biru) itu adalah N
Jumlah volume keempat persegi itu 4x0,1 cmm = 0,4cmm
Pengenceran darah sebesar 20x
Jumlah leukosit per cmm ialah 1/0,4 x 20 x N = 50N
Sebab kesalahan perhitungan
a. Alat dan regenesia tidak sempurna seperti macamnya kamar hitung tidak diteliti, pipet yang
ujungnya tidak utuh dan larutan turk yang kotor
b. Kesalahan teknik pemeriksaan
c. Bias (terpengaruh)
Harga normal
3200-10.000/mm3. Kesalahan pada perhitungan di atas adalah 10%
 Perhitungan trombosit
Reagen  Larutan Ress-Ecker  Sodium citrate 38g ; Briliant cresyl blue 1g ; Formalin 40% ;
Aquades 1000ml
Langkah-langkah
a. Sebelum digunakan bagian dalam pipet thoma harus dibilas dulu dengan larutan rees ecker
b. Darah kapiler atau vena dengan antikoagulansia dihisap sampai tanda 0,5
c. Pemipetan larutan rees ecker sampai tanda 101 sehingga pengenceran yang dilakukan adalah
200 x (jangan sampai ada gelembung udara)
d. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakan tegak lurus
pada sumbu panjangnya selama 2 menit
e. Dibuang larutan dengan meneteskan keluar isi pipet 3-4 tetes
f. Letakkan cover glass di atas kamar hitung improved neubauer
g. Larutan darah dimasukkan ke kamar hitung dengan menempatkan ujung pipet pada kedua tepinya
(larutan darah yang dimasukkan tidak boleh terlalu banyak, cukup bila sudah mengisi daerah
hitung)
h. Ditunggu 10 menit supaya trombosit mengendap
i. Amati di bawah mikroskop
Kalkulasi
Misalkan jumlah trombosit dalam persegi itu adalah N
Volume dalam persegi itu ialah 1/10cmm
P adalah pengenceran
Rumus hitung trombosit = N/V X P
Sebab kesalahan perhitungan
a. Kebersihan alat-alat dan larutan pengencer penting sekali, karena sukar sekali untuk membedakan
trombosit dari kotoran-kotoran yang sama besarnya dengan trombosit
b. Pengenceran harus dilakukan dengan cepat karena jika terlalu lama maka trombosit akan
menggerombol dan darah akan membeku
c. Penyebab lain kesalahan seperti pada hitung eritrosit
d. Hitung trombosit ini harus selalu dikontrol dengan pemeriksaan hapusan darah
Harga normal
170.000-380.000/cmm
Pembuatan Apusan Darah

 Bahan yang digunakan


a. Methanol absolut
b. Giemsa 15%
c. Sampel darah
 Langkah-langkah pembuatan apusan darah
a. Bersihkan dan tandai object glass
b. Dipipet darah sebesar 20 mikroliter dan letakkan di atas permukaan object glass
c. Tarik cover glass ke belakang kemudian dorong kearah depan dengan mempertahankan cover
glass tidak terlepas dari object glass
d. Biarkan apusan mongering pada suhu ruang
e. Tambahkan 3 tetes methanol absolut
f. Tambahkan giemsa di atas permukaan object glass hingga menggenang
g. Diamkan selama 15 menit
h. Bersihkan di bawah air mengalir dan diamkan hingga mongering
i. Amati dibawah mikroskop
j. Ditambahkan minyak emersi untuk memperjelas objek yang diamati, melindungi lensa objektif dan
meningkatkan daya resolusi
 Hasil pemeriksaan

Pengukuran Kadar Kolesterol dan Trigliserida

Pemeriksaan kolesterol total dilakukan untuk menentukan kadar keseluruhan kolesterol meliputi semua
jenis kolesterol (LDL, HDL) dan trigliserida yang berada dalam darah
Hal ini digunakan untuk mengetahui adanya gangguan metabolism lemak dan menentukan factor resiko
penyakit jantung coroner
Trigliserida merupakan bentuk ester dari trihidrat alcohol gliserol dengan 3 rantai asam lemak. Trigliserida
ditemukan dalam plasma lipid dalam bentuk kilomikron dan VLDL (very low density lipoproteins)
Pada praktikum penentuan kolesterol total secara kuantitatif dalam serum dan plasma menggunakan uji in
vitro enzimatis dengan metode cholesterol chod-pap. Prinsip metode ini yaitu :
a. Kolesterol dan kolesterol ester dibebaskan dari lipoprotein oleh deterjen
b. Kolesterol esterase menghidrolisa kolesterol ester dan H202 yang terbentuk akibat oksidasi enzimatis
kolesterol oleh kolesterol oksidase
Terdapat beberapa metode pemeriksaan
 Metode pemeriksaan kolesterol total
Reagen  R4/ standar dan R1
Langkah-langkah
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi dan beri label untuk sampel, standard an blanko reagen (RB)
b. Ditambahkan reagen R1 sebanyak 500 mikroL dan dimasukkan ke masing-masing tabung
c. Dipipet reagen R4 sebanyak 5 mikroL dan dimasukkan ke tabung standar
d. Dipipet supernatant/ serum sebanyak 5 mikroL dan dimasukkan ke dalam tabung uji sampel
e. Dilakukan resuspensi agar campuran homogeny
f. Inkubasi campuran selama 10 menit pada suhu ruang (25 derajat C)
g. Ukur absorbansi masing-masing tabung dan amati kadar trigliserida dengan biolyzer
 Metode pemeriksaan trigliserida
Reagen  R4/ standar dan R1
Langkah-langkah
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi dan beri label untuk sampel, standard an blanko reagen (RB)
b. Ditambahkan reagen R1 sebanyak 500 mikroL dan dimasukkan ke masing-masing tabung
c. Dipipet reagen R4 sebanyak 5 mikroL dan dimasukkan ke tabung standar
d. Dipipet supernatant/ serum sebanyak 5 mikroL dan dimasukkan ke dalam tabung uji sampel
e. Dilakukan resuspensi agar campuran homogeny
f. Inkubasi campuran selama 10 menit pada suhu ruang (25 derajat C)
g. Ukur absorbansi masing-masing tabung dan amati kadar trigliserida dengan biolyzer
Pengukuran Kadar AST dan ALT

Glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) atau aspartate aminotransferase (AST) merupakan enzim yang
ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pancreas dan paru-paru.
Penyakit yang menyebabkan perubahan kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan
mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi darah
Nilai AST normal yaitu 5-35 U/L
Sedangkan alanine aminotransferase (ALT) atau serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)
merupakan enzim yang berguna untuk diagnosa penyakit hati atau memantau lamanya pengobatan
penyakit hepatic, sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik obat.
ALT untuk diagnosa penyakit hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit hepatic, sirosos
postneurotik dan efek hepatotoksik obat
Nilai ALT normal 5-35 U/L
 Metode pengukuran AST/SGOT
Reagen R2 substrat, R1
Langkah-langkah
a. Dipipet reagen kerja R1 sebanyak 500 mikroL ke dalam masing-masing tabung uji (tabung blanko
dan SGOT/sampel)
b. Ditambahkan reagen R2 sebanyak 100 mikroL ke tabung uji
c. Dilakukan pengurangan pada tabung sampel sebesar 100 mikroL (untuk mencapai volume 500
mikroL)
d. Campuran ditambahkan serum uji sebanyak 50 mikroL segera sebelum scanning
e. Pengukuran absorbansi dengan alat biolyzer
 Metode pengukuran ALT/ SGPT
Raegen  R2 substrat, R1
Langkah-langkah
a. Dipipet reagen kerja R1 sebanyak 500 mikroL
b. Ditambahkan reagen R2 sebanyak 100 mikroL
c. Dilakukan pengurangan pada tabung sampel sebesar 100 mikroL (untuk mencapai volume 500
mikroL)
d. Campuran ditambahkan serum uji sebanyak 50 mikroL segera sebelum scanning
e. Pengukuran absorbansi dengan alat biolyzer
Pengukuran Kadar Glukosa dan Asam Urat

Glukosa merupakan sumber energi bagi aktivitas sel yang bersumber baik dari luar tubuh maupun hasil
perombakan cadangan glikogen dalam otot
Insulin merupakan komponen hormone yang diproduksi pancreas dan berfungsi mengangkut glukosa dari
darah menuju ke sel
Pemeriksaan glukosa dalam darah ditujukan untuk melihat
a. Fungsi pancreas dalam meghasilkan insulin
b. Fungsi absorbs glukosa pada usus
c. Fungsi sel dalam menggunakan glukosa secara efisien
d. Fungsi hepar dalam mengumpulkan dan memecahkan glikogen
Pada praktikum ini akan dilakukan metode pengukuran glukosa dalam darah menggunakan prinsip
kolorimetri dengan prinsip rx Trinder
Asam urat terbentuk dari penguraian asam nukleat. Konsentrasi asam urat dalam serum meningkat bila
terdapat kelebihan produksi atau destruksi sel (Contohnya psoriasis, leukemia) atau ketidakmampuan
mengekskresikan urat melalui ginjal. Nilai normal pada pria ≥ 15 tahun yaitu 3,6-8,5 mg/dL dan wanita ≥ 18
tahun yaitu 2,3-6,6 mg/dL.
Blanko Standart Sampel
Reagen R4 - 5µl -
Sampel - - 5µl
Reagen R1 500µl 500µl 500µl

 Pengukuran kadar glukosa darah


Reagen  R4/ Standar, R1
Dilakukan preparasi blanko, standard an sampel
Langkah-langkah
a. Pemipetan R1 sebesar 500 mikroL
b. Pemipetan R4 sebesar 5 mikroL dan dimasukkan ke dalam tabung standar
c. Sampel darah yang sudah disentrifus dipipet supernatannya sebanyak 5 mikroL dan dimasukkan
ke dalam tabung sampel
d. Campuran diresuspensi dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang
e. Cek kadar gula darah pada alat biolyzer
 Pengukuran kadar asam urat
Reagen  reagen (R) dan standar asam urat
Langkah-langkah
a. Ditambahkan reagen (R) sebanyak 500 mikroL ke dalam masing-masing tabung
b. Dipipet reagen standar sebanyak 12,5 mikroL ke dalam tabung uji standar
c. Ditambahkan sampel uji serum darah sebesar 12,5 mikroL ke dalam tabung sampel, kemudian
diinkubasi selama 10 menit
d. Pengecekan kadar asam urat dengan alat biolyzer
PEMERIKSAAN URIN

Pemeriksaan urin sering dilakukan oleh karena bahan urin mudah didapat dan teknik pemeriksaanya tidak
begitu sukar. Pemeriksaan urin bila dilakukan dengan baik dapat memberikan petunjuk untuk diagnose
maupun penatalaksanaan penderita penyakit ginjal, saluran kemih serta penyakit sistemik yang tidak
berhubungan langsung dengan ginjal (misalkan penyakit hati)
Kegunaan pemeriksaan urinalisis yaitu menunjukkan adanya kelainan ginjal, memberi petunjuk jenis
penyakit ginjal, pengamatan lebih lanjut (follow up) penderita penyakit ginjal dan menunjukkan fungsi ginjal
Komposisi urin tergantung dari kemampuan fungsi ginjal keadaan metabolism tubuh dan bahan makanan.
Urin merupakan larutan yang kompleks dan mengandung bermacam-macam bahan organic dan anorganik
Normal, bahan padat dalam urin 24 jam ± 60 gram yang terdiri dari 35 gram bahan organic dan 25 gram
bahan anorganik. Bahan organic dalam urin antara lain urea ± 50%, uric acid dan kreatinin. Bahan
anorganik antara lain klorida, fosfat, amoniak dan sulfat
Identifikasi urin adalah untuk membedakan antara urin atau cairan tubuh lain (misalnya pada operasi
pelvis). Ciri ciri yang dapat dipakai untuk diagnosa banding tersebut adalah pada urin kadar ureum sangat
tinggi (1,2 gram/dL), kadar kreatinin sangat tinggi (30 mg/dL) dan kadar Na dan CLnya sangat tinggi
 Macam-macam sampel urin
a. Urin pagi
Merupakan urin yang dikeluarkan pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur. Sifat urin ini
adalah pekat. Sampel urin ini baik dipakau untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein serta
tes kehamilan
b. Urin sewaktu
Yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentuk dengan khusus. SIfatnya lebih
encer daipada urin pagi. Baik untuk pemeriksaan rutin
c. Urin post-prandial
Yaitu urin yang dikeluarkan pertama kali setelah 1,5-3 jam sesudah makan. Digunakan untuk
pemeriksaan kadar gula (reduksi) sebagai pemeriksaan penyaring untuk glukosuria
d. Urin 24 jam
Yaitu urin yang dikeluarkan selama 24 jam, misalnya urin mulai jam 7 pagi sampai jam 7 pagi
keesokan harinya. Cara mengumpulkannya penderita jam 7 pagi mengelurakan urinnya, urin ini
jangan ditampung. Setelah itu setiap urin yang dikeluarkan ditampung sampai urin jam 7 pagi
keesokan harinya. Urin 24 jam ini perlu diberi pengawet dan botol penampungnya harus yang
dapat tertutup rapat. Sampel urin ini digunakan untuk mengukur diuresis permenit atau
menentukan secara kuantitatif suatu zat dalam urin
e. Urin 3 gelas atau 2 gelas pada pria
Cara penampungan urin 3 gelas
- Sebelum pemeriksaan penderita tidak diperbolehkan berkemih (beberapa jam)
- Ke dalam gelas pertama ditampung 20-30 ml urin yang dikeluarkan mula-mula
- Ke dalam gelas kedua ditampung urin yang berikutnya
- Ke dalam gelas ketiga ditampung beberapa ml urin yang terakhir
Cara penampungan urin 2 gelas sama, hanya gelas ketiga ditiadakan dan pada gelas pertama
ditampung 50-75 ml urin. Sampel urin ini digunakan untuk menentukan letak infeksi atau lesi pada
saluran urin bagian distal dari seorang laki-laki
 Pengambilan sampel urin
Untuk mengumpulkan sampel urin diperlukan suatu wadah (penampung urin) yang memenuhi syarat
a. Harus bersih dan kering. Untuk pemeriksaan bakteriologik maka wadah harus steril
b. Wadah urin sebaiknya bermulut lebar dan dapat ditutup dengan rapat
c. Pada wadah urin sebaiknya dicantumkan etiket yang berisikan nama penderita, tanggal, jenis urin,
pengawet yang dipakai dll
Urin yang diperiksa untuk urinalisis sebaiknya urin segar, sebab bila disimpan maka akan terjadi
perubahan susunan urin tersebut. Perubahan ini dapat terjadi karena
a. Ada kontaminasi dengan kuman karena tidak steril menampungnya. Kuman ini akan menguraikan
ureum menjadi amoniak. Amoniak ini akan menjadikan urine bersifat basa da ini akan merusak
silinder-silinder dan menyebabkan pengendapan Ca. Amoniak akan menguap sehingga tidak
dapat dipakai untuk pemeriksaan kadar ureum dan penetapan N total. Juga kuman tersebut akan
menguraikan glukosa
b. Tanpa adanya kontaminasi kuman, asam urat dan garam urat akan mengendap terutama pada
suhu rendah
Pengambilan
a. Urinalisis
- Random sampel atau untuk pemeriksaan kualitatif yang terbaik urin pagi karena
Lebih kental atau lebih banyak mengandung solute
pH terendah yang merupakan pengawet untuk elemen berbentuk
Belum banyak perubahan
- Urin 24 jam untuk pemeriksaan kuantitatif (misalnya protein) sebaiknya diberi pengawet
b. Bakteriologik
Cara pengambilan
- Mid stream (porsi tengah)
- Kateter
- Punksi supra publik
 Pemeriksaan fisis/ makroskopis
a. Jumlah urin
b. Warna urin
c. Bau urin
d. Kejernihan urin
e. pH urin
 Jumlah urin
a. Normal
1000-1800ml/ 24 jam. Jumlah ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan, minuman, dan keadaan ginjal
b. Poliuria
Lebih dari 2000ml/ 24 jam. Didapatkan pada diabetes mellitus, diabetes insipidus, nephritis khronik
dan stress
c. Oligouria
300-750ml/ 24 jam. Didapatkan pada dehidrasi, diarem cirosis hepatis dan penyakit ginjal akut
d. Anuria
0-300ml/ 24 jam. Didapatkan pada sirkulasi kolaps, syok lama sehingga ginjal rusak dan
keracunan sublimat
e. Nocturia
Jumlah urin malam lebih banyak dari pada urin siang
f. Polakisuri
Miksi yang sering tetapi sedikit-sedikit dan disertai sakit. Misalnya didapatkan cystitis
 Warna urin
Normalnya urin bewarna kuning muda terutama karen urochrom
perubahan-perubahan yang non patologis disebabkan karena bahan-bahan atau obat-obatan yang
digunakan seperti :
a. Merah  phenolphthalein, prtonsil, mercurochrom
b. Kuning  carotene, santonin, atebri, riboflavin, pyridium
c. Hijau  acriflavin
d. Biru/ hijau  methylene blue, tembaga sulfat
Sedangkan perubahan yang patologis seperti :
a. Kuning coklat (seperti teh)  bilirubin
b. Merah coklat  urobilin dan porphyrin
c. Merah dengan kabut coklat  darah dan pigmen darah
d. Coklat hitam  asam homogentisic (alkaptonuria) terlihat setelah beberapa waktu atau setelah
ditambah basa
 Bau urin
Bila masih baru biasanya baunya tidak keras, disebabkan oleh asam-asam yang mudah menguap.
Dapat dipengaruhi oleh makanan. Setelah didiamkan agak lama berbau amoniak karena pemecahan
ureum. Beberapa macam bau yang bisa didapatkan pada urin
a. Bau pada ketonuria : menyerupai bau buah-buahan atau bunga setengah layu
b. Bau amoniak : karena perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi dengan urin yang
dibiarkan tanpa pengawet. Kadang juga oleh perombakan ureum didalam kandung kencing karena
infeksi dengan bakteri tertentu
c. Bau busuk : berasal dari perombakan zat-zat protein misalnya pada carcinoma dari saluran
kencing
d. Bau karena makanan yang mengandung zat-zat volatile (mudah menguap) seperti jengkol, pete,
durian dll
e. Bau oleh karena obat-obatan seperti terpentin, mentol, balsalum, copsivae dll
 Kejernihan urin
Urin segar adalah jernih. Bila urin keruh sudah dari mula-mula maka ini disebabkan oleh
a. Fosfat dalam jumlah banyak akan hilang bila ditambah asam asetat
b. Bakteri : urin akan tetap keruh bila ditambah asam asetat ataupun disaring
c. Unsur sedimen yang terlalu banyak
d. Chylus : warna urin seperti susu
e. Benda koloid : urin tidak dapat dijernihkan dengan penyaringan ataupun sentrifuge

Urin dapat menjadi keruh setelah didiamkan maka ini disebabkan oleh
a. Urat-urat amorf : terbentuk dalam urin asam ataupun urin dingin
b. Fosfat-fosfat amorf
c. Bakteri : mungkin berasal dari botol penampung urin dan berkembang biak
 pH urin
pH urin normal 4,6-8,0
Teknik pemeriksaan
a. Kertas lakmus, urin asam menyebabkan warna kerta lakmus yang biru menjadi merah, sedangkan
urin basa menyebabkan kertas lakmus merah menjadi biru
b. Kertas nitrazin, warna terbentuk dibandingkan dengan warna standard
c. Tes tape (Cara ini tidak baik karena hanya dapat mengukur pH lebih dari 5)
d. pH meter (merupakan cara yg baik)
Catatan
Pemeriksaan pH urin harus dilakukan pada urin yang masih baru. Urin yang sudah lama akan alkalis
oleh karena pengaruh kuman dan pembentukan ureum menjadi amoniak
Urin asam yang patologis terdapat pada beberapa penyakit metabolic dan penyakit dengan febris
Urin yang selalu alkalis didapatkan pada beberapa penyakit infeksi (misalkan cystitis) dan keadaan
alkolis (metabolic maupun respiratorik)
 Pemeriksaan kimiawi menggunakan strips
Petunjuk umum penggunaan reagen strips
a. Reagen strips bersifat sekali pakai
b. Perhatikan masa expired date
Untuk mencapai hasil optimal maka urin harus segar, tercampur baik dan tidak perlu disentrifugasi
Strips dicelupkan pada urin yang telah ditampung pada tabung reaksi
Strips dianalisis dengan urine analyzer
Strips diambil dan hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar
Parameter yang dapat diamati yaitu berat jenis, pH, leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton,
urobilinogen, bilirubin dan darah
Pembuatan Preparat Histologi

Pemeriksaan histologi dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan pada morfologi jaringan melalui
pengamatan secara mikro anatomi. Hal ini sering digunakan untuk memeriksa penyakit berdasarkan reaksi
perubahan jaringan pada pemeriksaan klinik. Pemeriksaan histologi dapat mendeteksi perubahan
abnormal pada tingkat jaringan
Jaringan atau organ tubuh yang akan dibuat preparat histologi harus diisolasi dari sumbernya. Jaringan
tubuh tersebut kemudian diproses hingga menjadi preparat histologi.
Rangkaian proses pembuatan proses histologi terdiri atas
a. Fiksasi (fixation)
b. Dehidrasi (dehydration)
c. Pembeningan (clearing)
d. Pembenaman (impregnasi/ embedding)
e. Pengecoran (blocking)
f. Pemotongan jaringan (sectioning)
g. Pewarnaan (staining)
h. Perekatan (mounting)

Pemeriksaan sampel
a. Sampel berapa organ dari hewan atau tikus uji
b. Hewan dibius dengan kloroform
c. Hewan ditusuk dengan jarum pentul pada papan bedah lalu dibedah dan diambil organ yang akan
digunakan (rongga abdomen dibedah kearah rongga dada untuk pengambilan organ)
d. Organ yang diambil dicuci dengan air hingga bersih dari darah atau lemak
e. Organ yang telah bersih dikeringkan dan diletakkan di atas cawan petri

Fiksasi jar
Tujuan fiksasi yaitu untuk mengawetkan jaringan sehingga susunan jaringan dipertahankan agar
mendekati kondisi seperti sewaktu hidup dan mengeraskan jaringan utamanya jaringan lunak agar
memudahkan pembuatan irisan tipis. Efek dari fiksasi yang diharapkan pada jaringan adalah dihambatnya
proses pembususkan dan autolysis. Agar jaringan menjadi awet, keras, terjadi pemadatan koloid, terjadi
diferensiasi optic sehingga memengaruhi pewarnaan. Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang
paling umum digunakan

Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi
sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan paraffin atau zat lain yang dipakai untuk membuat blok
preparat. Hal ini perlu dilakukan karena air tidak dapat bercampur dengan cairan paraffin atau zat lain yang
dipakai untuk membuat blok preparat. Dehidrasi dilakukan pada praktikum ini adalah dengan merendam
jaringan pada alcohol bertingkat
Pembeningan (clearing)
Pembeningan merupakan tahap untuk mengeluarkan alcohol dari jaringan dan menggantinya dengan
suatu larutan yang dapat berikatan dengan paraffin. Pada praktikum ini cairan yang digunakan adalah
xylol. Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam paraffin karena alcohol dan paraffin tidak bisa
saling melarutkan

Pembenaman (embedding/ impregnasi)


Pembenaman merupakan proses untuk mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan
diganti dengan paraffin. Reagen yang digunakan untuk proses ini adalah paraffin. Setelah pembenaman
proses dapat dilanjutkan dengan proses pengecoran atau blocking

Proses dehidrasi-impregnasi
a. Sebelum organ melalui proses dehidrasi, organ dipotong dengan ketebalan 0,3-0,5cm menggunakan
pisau scalpel dan disusun ke dalam tissue cassette
b. Jari dialirin air selama 15 menit untuk menghilangkan NBF
c. Alat yang dinyalakan dengan memasukkan password, hari dan jam percobaan diatur pada alat serta
dilakukan pengecekan paraffin
d. Paraffin ditunggu hingga cair selama kurang lebih 4 jam
e. Tissue cassette dimasukkan ke keranjang khusus atau basket
f. Basket ditutup dan dikembalikan seperti semula, kemudian alat dikunci kembali
g. Proses dehidrasi, clearing dan impregnasi dilakukan secara otomatis dengan meng-klik tombol start.
Proses berjalan selama 14 jam

Proses pengecoran (blocking)


Pengecoran merupakan proses pembuatan blok preparat agar dapat dipotong dengan mikrotom. Proses ini
dilakukan dengan pembentukan blok dengan pemberian larutan paraffin
a. Alat untuk blocking dinyalakan dan setting h-1 praktikum dengan mode auto
b. Suhu paraffin diatur pada 60 derajat C untuk mencairkan paraffin yang masih padat
c. Suhu cryo diatur pada -4 derajat C sebagai tempat untuk mendinginkan blok jar nanti
d. Hari kerja diatur pada tier
e. Sesuai dengan waktu kerja yang telah diatur jar dipindahkan ke alat blocking
f. Alat untuk proses dehidrasi-oembenahan dikuras (drain) lalu dibersihkan (clean)
g. Tissue cassette ditandai sesuai nama organ menggunakan pensil agar tidak luntur sebelum proses
blocking
h. Menyiapkan tissue cassette berisi jar dan cetakan (base mold) diletakkan di bawah kran paraffin
i. Cetakan diisi paraffin hingga mencapai setengah volume dan jar dimasukkan
j. Cetakan ditutup menggunakan tissue cassette yang telah ditandai sebelumnya
k. Dilakukan penambahan paraffin hingga penuh
l. Blok preparat dipindahkan ke cryo hingga paraffin menggeras
m. Setalah paraffin mengeras kurang lebih 15 menit, blok bisa dipisahkan dari cetakan
n. Cetakan dikeringkan dengan tissue lalu dikembalikan ke alat
o. Alat dimatikan
Pemotongan
a. Proses pemotongan preparat dengan mikroton
b. Pengaturan ketebalan pemotongan biasanya 4-5 µm
c. Pita paraffin hasil potongan yang mengandung jar dipindahkan secara hati-hati menggunakan sengkelit
ke dalam waterbath yang suhunya 37-40 derajat C dan dibiarkan beberapa saat hingga pita paraffin
mengembang
d. Pita paraffin yang telah mengembang dipindahkan ke kaca objek untuk dilakukan proses drying
incubator dengan suhu 50 derajat C selama 1 jam atau semalaman

Pewaraan
a. Deparafinisasi dengan xylol selama 2x2 menit
b. Rehidrasi dengan serial alcohol 100% (2 menit), 90% (2 menit), 80% (2 menit), 70% (2 menit)
c. Cuci dengan air selama 2 menit
d. Inkubasi dalam larutan hematoksilin mayers 5x celup
e. Cuci dalam air mengalir hingga bersih
f. Observasi dengan mikroskop. Bila terlalu biru, cuci selama beberapa menit, bila sudah cukup maka
lanjutkan langkah berikutnya
g. Counterstaining dalam larutan eosin working solution selama 30 detik
h. Cuci lagi dengan air mengalir hingga bersih
i. Dehidrasi serial alcohol gradasi meningkat perlahan mulai 70-100% masing-masing minimal 30 detik
j. Jernihkan dan dealkoholisasi dalam xylol 2x30 detik
k. Tutup dengan entelan dan rekatkan dengan cover glass
l. Preparat histologi yang telah diwarnai hematoksilin kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 100x dan 400x
m. Hasil pengamatan dibawah mikroskop cahaya
- Inti sel bewarna biru
- Sitoplasma bewarna kemerahan dengan beberapa variasi warna pada komponen tertentu
n. Pewarnaan merupakan proses pemberian warna pada jaringan sehingga unsur jaringan menjadi
kontras dan mudah diamati dibawah mikroskop
o. Pada praktikum ini digunakan pewarna hematoksilin-eosin (HE)
p. Hematoksilin memberikan warna biru (basofilik) dan berfungsi untuk memulas inti sel
q. Eosin memberikan warna merah muda, digunakan untuk memulas sitoplasma sel serta jaringan
penyambung

Anda mungkin juga menyukai