3 BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Galian
a. Galian alur sungai/saluran
DED Rehabilitasi Jaringan Daerah Irigasi Rawa
Alalak Padang di Kabupaten Banjar 3
Laporan Spesifikasi Teknik
Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan galian sungai meliputi galian pada alur dan tebing-tebing,
seperti yang ditunjukan dalam gambar atau menurut petunjuk
Direksi.
(2) Semua pekerjaan galian harus dikerjakan menurut profil-profil dan
ukuran-ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau perintah
Direksi.
(3) Selama Pelaksanaan pekerjaan mungkin dijumpai perlunya kegiatan
memberikan mengadakan perubahan-perubahan ukuran atau
kemiringan-kemiringan dari galian. Dalam hal itu kontraktor tidak
berhak untuk mengajukan suatu tambahan harga atas harga satuan
pekerjaan tersebut diatas yang telah tercantum dalam Rencana
Anggaran Biaya.
(4) Kecuali apabila ditentukan lain oleh Proyek bahwa harga satuan
dapat dirubah sesuai dengan perubahan pekerjaan dan penyesuaian
harga kontrak akan diadakan menurut ketentuan-ketentuan dalam
kontrak.
(5) Pekerjaan-pekerjaan galian lain yang diselenggarakan di galian
terbuka yang dikerjakan atas kehendak kontraktor harus dijaga agar
dalam batas-batas yang disetujui direksi, atas biaya kontraktor.
Galian- galian yang demikian bisa dimanfaatkan untuk urug
kembali, atas biaya kontraktor.
(13) Apabila terjadi klaim atas kesalahan ini, maka menjadi tanggung
jawab kontraktor.
Setelah alat Excavator sudah berada dilokasi, dan patok-patok kerja telah
dipasang maka, selanjutnya dapat dilakukan pekerjaan pembersihan baik
site clearing maupun striping terhadap alur/ trase saluran.
2. Pekerjaan Timbunan
a. Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul, atau bangunan
lainnya yang sesuai dengan gambar.
(2) Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan, penghamparan,
pemadatan dan lain-lain.
(3) Kontraktor/pemborong selama satu minggu sebelum melakukan
penimbunan harus melakukan dulu rencana kerja secara terinci kepada
direksi untuk mendapat persetujuannya.
(4) Timbunan harus dibuat dengan gamabr rencana baik ukuran,
ketinggian maupun kemiringannya kecuali ditentukan perubahan oleh
direksi.
b. Pelaksanaan Hamparan dan Kepadatan
(1) Tanah hasil galian akan dipadatkan kembali menjadi tanggul setelah
pekerjaan galian dan pasangan batu selesai dilakukan, tanah yang telah
ditumbuk oleh excavator disamping tempat galian diratakan secara
manual sedangkan untuk pemadatan akan digunakan alat bantu
pemadatan yaitu digunakan balok berukuran besar untuk ditumbukkan
ke daerah timbunan oleh beberapa orang pekerja atau bila diperlukan
akan digunakan stamper untuk melakukan pemadatan.
(2) Bahan untuk dikonstruksi tanggul/timbunan harus dihamparkan
menurut ketebalan 15 cm dan kemiringan 1:25 atau seperti yang
ditunjukan dalam gambar.
(3) a. Bahan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis
mendatar selebar tanggul/ timbunan, ditambah masing-masing 40 cm
diluar profil lereng tanggul/timbunan rencana.
b. Sebelum penghamparan bahan-bahan tersebut dilakukan, Direksi
dapat menentukan agar terlebih dahulu menyiapkan lapisan awal
torehan dalam 5 cm.
c. Sesudah “Kupasan” pada permukaan tanggul/timbunan yang akan
diperkuat maka permukaan tersebut kemudian dibentuk teras-teras
tangga dengan lebar dan tinggi masing tidak lebih dari 30 cm kecuali
apabila ditentukan lain oleh proyek.
d. seluruh lebaran hamparan bahan tanggul/timbunan tersebut harus
dipadatkan dengan vibrator roller, atau alat pemadatan lain nya yang
DED Rehabilitasi Jaringan Daerah Irigasi Rawa
Alalak Padang di Kabupaten Banjar 9
Laporan Spesifikasi Teknik
b. Metode Pelaksanaan
1. Pasang patok - patok ukur untuk menentukan lebar dan panjang pondasi.
2. Tentukan tempat kedudukan tiang-tiang cerucuk yang akan dipancang dan
diberitanda denganmenggunakan patok-patok
3. Lakukan penyiapan tanah dasar sesuaidengan gambar rencana
4. Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe
1). Sipkan lantai kerja yang tcrdiri atas baok-balok kayu atau papan untuk
operasional BackHoe.
2). Siapkan sejumlah tiang yang akan dipancang pada tempat
kedudukannya.
3). Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga
manusia
4). Operasikan Bac khoe, dan pastikan bagian mangkok(Bucket) akan
menekan tiang secara tegak lurus.
5). Tekan tiang dengan Bucket sampai masuk tanah sesuai dengan
kedalaman rencana.
5. Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk
(1) Tulangan harus dipasang dan dikuatkan dalam posisi yang pasti/tetap sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar dan tidak berubah pada posisinya dalam cetakan tanpa
pergeseran selama proses penggetaran, pengisian dan penumbukan beton
ditempat.
(2) Semua ujung yang bebas dari tulangan bulat yang licin harus dibuat kait
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau menurut petunjuk Direksi.
(3) Setiap pengikat, sambungan, atau sambungan sengkang tulangan harus kencang
sehingga tulangan-tulangan benar-benar kokoh.
(4) Sebelah dalam bagian-bagian yang melengkung harus bersentuhan langsung
dengan tulangan-tulangan disekitar mana akan tercapai kekuatan yang baik.
(5) Tulangan-tulangan harus diikat bersama-sama dengan menggunakan kawat baja
hitam yang harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, dan pengikat harus dililit
kuat-kuat dengan tang.
(6) Ujung kawat ikat yang bebas harus dilipat kedalam.
(7) Jika tulangan beton telah dipasang dan telah siap untuk dilakukan pengecoran,
maka harus diperiksa dulu oleh Direksi dan tidak boleh dilakukan pengecoran
sampai tulangan beton disetujuinya.
(8) Sambungan Tulangan Beton
Jika dianggap perlu untuk menyambung batang tulangan pada titik-titik lain dari
pada yang diperlihatkan dalam gambar, posisi dan metode penyambungan harus
ditetapkan berdasarkan perhitungan kekuatan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam hal sambungan lewatan, panjang lewatan harus memenuhi
ketentuan gambar.
Batang tulangan harus diikat pada beberapa tempat di atas sambungan lewatan
dengan menggunakan kawat besi pengikat dengan diameter 0.9 milimeter atau
pengikat yang cocok. Untuk sambungan lewatan, diperlukan kait pada batang
tulangan polos dan kait tidak diperlukan pada batang tulangan yang berulir.
beban-beban lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu Kontraktor
membuat perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.
Khusus untuk bekisting kolom, balok-balok tinggi dan dinding pada tepi bawahnya
harus dibuat bukaan pada dua sisi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang
mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut.
(3) Penanaman pipa dan lain-lain.
Pipa, jaringan pipa dan lainnya, serta perlengkapan lain untuk membuat lubang,
jaringan pipa dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bilamana
diperintahkan lain oleh Direksi Proyek.
(4) Pelapis bekisting
Untuk mempermudah pembongkaran bekisting, dapat digunakan pelapis bekisting
dengan persetujuan Direksi Proyek.
(5) Pemeriksaan Bekisting
Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton,
akan diperiksa oleh Direksi Proyek, beton tidak boleh dicor sebelum bekisting
disetujui oleh Direksi Proyek. Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan
persetujuan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, Kontraktor harus
memberitahukan Direksi Proyek bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa.
(6) Pembongkaran
Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton.
Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati.
F. PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan
(1) Semua pekerjaan konstruksi beton harus dibuat menurut gambar rencana atau
sesuai petunjuk direksi.
(2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan, kontraktor
harus mengajukan rencana kerja kepada direksi yang meliputi peralatan yang
digunakan untuk proses penanganan pengangkutan pencampuran dari spesi
beton, metode yang digunakan, jumlah tenaga kerja serta gambar pelaksanaan,
guna mendapatkan persetujuan dari direksi.
(3) Bila kontraktor menggunakan spesi dari hasil campuran beton yang sudah jadi
(“ready mixed concrete”), maka kontraktor selambat-lambatnya dalam waktu
30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan dimulai memberitahukan secara
tertulis kepada direksi tentang nama pabrik/suplier, lokasi, kapasitas reputasi
dari produksinya dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan oleh direksi. Tanpa
persetujuan tertulis, kontraktor tidak diperbolehkan
mendatangkan/menggunakan campuran beton yang sudah jadi (“ready mixed
concrete”)
(1) Kontraktor harus mencampur beton dengan alat pengaduk yang abik yaitu
“batch mixer” atau “portable concrete mixer” dengan kapasitas yang sesuai
dengan besarnya pekerjaan. Alat pengaduk harus mampu
mengaduk/mencampur semua bahan-bahan menjadi campuran yang merata
dan pada penuangannya tidak terjadi pemisahan.
(2) Alat pengaduk harus diperlengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti
dan pengatur terhadap setiap bahan yang dimasukan.
(3) Urutan memasukan bahan-bahan kedalam alat pengaduk serta lama waktu
mengaduk harus sepengetahuan direksi.
(4) Tidak diperkenakan megaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah
air agar kekentalan bertahan lama.
(5) Dalam membuat campuran beton diperbolehkan menggunakan truck mixer
dan harus mendapat persetujuan dari direksi, truck mmixer bertipe
“revoling drum” , rapat air dan harus dilengkapi dengan peralatan yang
teliti untuk mengukur jumlah air.
(6) Truck mixer dan pengaduk harus dioperasikan dalam batas-batas kapasitas
dan kecepatan perputaran yang telah ditetapkan oleh pabrik alat tersebut.
Pada waktu menggunakan concrete mixer” maka pengisian bahan beton
yang akan diaduk harus sedemikian sehingga pada saat dituangankan
kedalam acuan maupun pada wkatu pengambilan contoh (sampling) tidak
terjadi pemisahan(segregasi)
(7) Kontraktor harus menyiapakan peralatan dan bahan yang cukup dan
memadai selama proses pengadukan.
(8) Pengangkutan, pengadukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang ditentukan direksi, dan
dijamin tidak ada pemisahan bahan-bahan adukan.
(9) Pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton dengan dicor dengan
peralattan seperti, agitatr, truck belt conveyor, talang miring hanya dpat
dilakukan dengan persetujuan direksi.
(10) Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1-2 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Apabila diperelukan jangka waktu lebih lama lagi oleh
4. Pengecoran Beton
a. Penyiapan Tempat Pengecoran
Segera sebelum pengecoran, semua permukaan yang akan dicor harus
dibersihkan dari bahan-bahan minyak, bahan organik, kayu atau bahan-bahan
lain yang dapat mengurangi peningkatan mutu beton. Untuk permukaan
pasangan batu/pondasi batu harus dibasahi dahulu sebelum pengecoran. Untuk
permukaan dasar tanah/pasir harus diratakan dan dibasahi dahulu sebelum
dicor. Pada permukaan sambungan beton harus dibersihkan dan dibasahi
dahulu sbelum dicor atau sesuai petunjuk direksi.
b. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang tidak boleh lebih dari 32 ºC dan tidak boleh
kurang dari 4,5 ºC. Bila suhu beton melebihi 32 ºC seperti yang ditetapkan
oleh direksi, maka kontraktor mengambil langkah-langkah pendinginan misal
dengan mendinginkan agregat/menyiram air.
c. Pengecoran Dalam Air
Pengecoran beton tidak dapat dilaksanakan di bawah air kecuali ditentukan
lain oleh dengan pengawasan yang ketat. Penambahan volume semen (PC)
sangat dierlukan dalam pekerjaan ini sehingga factor air semen tidak boleh
lebih besar dari 0,47. Nilai slump yang terjadi harus di bawah 10 cm dengan
dilakukan pengecoran sesuai metode yang disarankan oleh direksi guna
menjamin konsisten dan mutu pekerjaan.
d. Pengecoran dan pemadatan
(1) Beton hanya bisa dicor pada waktu direksi ada ditempat pekerjaan dan
kontraktor harus memberi pemberitahuan yang layak akan maksud
pengecoran itu
(2) Beton harus dituang ke acuan secepat mungkin dan dengan cara-cara
sedemikian sehingga tidak menyebabkan permisahan bahan atau
hilangnya slump.
(3) Tinggi jatuh pengecoran tidak boleh lebih dari satu meter agar tidak
terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pemisahan yang berlebihan
karena menjatuhkan beton dari suatu ketinggian yang cukup besar atau
Beton secara teratur harus disiram air sampai umur 21 hari setelah pengecoran.
Untuk menjaga kelembaban dapat dilakukan dengan cara menutup seluruh
permukaan beton dengan karung, karpet, atau pasir dalam karung yang selalu
dibasahi dengan air.
Bila perawatan ini yang dipakai oleh pabrik pembuat beton pracetak maka
kontraktor harus memberitahukan kepada direksi yang meliputi proses
perawatan, peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk mendapat
persetujuannya.
Kisdam dibuat dari material karung plastik tanah timbunan/urug yang disisinya dijaga
dengan cerucuk bambu dan lembar bilik/anyaman bambu atau papan kayu agar sand
bag tidak larut/hanyut oleh terpaan air sungai. Kisdam ditempatkan disekitar lokasi
pekerjaan struktur yang akan dibangun dimana elevasi rencana lebih rendah dari
tinggi muka air. Panjang pekerjaan 50 s/d 100 m (sesuai kondisi lapangan). Biasanya
di dalam kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut perlu
dikeluarkan agar daerah kerja tersebut tetap kering, dengan menggunakan pompa air.
Lokasi Pekerjaan
H. PINTU KLEP
1. Umum
Pintu klep yang didatangkan harus sesuai dengan ukuran dan tipe sebagaimana
tercantum dalam gamabr yang telah disetujui oleh direksi. Pintu klep baik baja
maupun fiber resin dibuat dengan cara memesan pabrik pembuat pintu klep.
Kontraktor harus mengajukan kepada direksi untuk disetujui mengenai gambar-
gambar detail, perhitungan tegangan, daftar total berat pintu, spesifikasi teknis dan
manualnya. Semua peralatan dan bahan-bahan lain digunakan uuntuk efisiensi
pengoperasian menjadi tanggungan kontraktor atas biaya sendiri. Pintu klep
dipasang pada bagia outlet bangunan sesua dengan gambar atau petunjuk Direksi.
Penyangga-penyangga pintu arus dipasang pada posisi yang tepat dengan
perkuatan angkur. Pemasangan harus hati-hati dan dijaga agar posisi pintu tidak
berubah selama diadakan pengecoran.
2. Syarat-syarat Pelaksanaan
(1) Pintu Klep harus direncana pada kondisi tekanan air maksimum yaitu pada
satu sisi air mencapai elevasi maksimum, disisi lain dalam kondisi kosong.
(2) Untuk pintu klep baja, tebal daun pintu minimal 8mm, sedangkan untuk kayu
minimalya 6,5mm sama dengan fiber resin.
(3) Sudut kemiringan daun ointu dengan landasan adalah 4º, sehingga kedudukan
daun pintu bisa rapat.
(4) Paku penyambung harus tahan karat.
(5) Daun pintu yang dipakai fiber resin bisa dicat sesuai kebutuhan dan warna
disetujui oleh Direksi.
(1) Pemborong harus menyediakan dan memasang sumbatan air (water stop)
yang terbuat dari bahan polyvinyl – chloride dalam bentuk dan ukuran
yang telah ditentukan dan ditempatkan pada tempat yang sudah ditentukan
dalam gambar atau ketentuan oleh Direksi. Untuk kemudahan penempatan
dalam cetakan, dapat digunakan sumbatan air yang memakai split-flange,
namun sebelum pengecoran beton berakhir, bagian splitflange harus
disambung sedemikian rupa sehingga adukan tidak dapat masuk diantara
bagian-bagian yang terpisah dari flens tadi.
(2) Sebelum pemasangan, kontraktor harus mengajukan contoh bahan yang
akan digunakan kepada direksi guna diperiksa mutunya.
b. Pemasangan
(1) Pemborong arus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga listrik
yang diperlukan untuk membuat sambungan-sambungan lapangan dan
pemasangan sumbatan air.
(2) Sambungan-sambungan lapangan untuk sumbat air harus dibuat dengan
memotong sumbatan air sesuai yang diperlukan, memanasi ujungnya
sampai dengan titik cair dan menghubungkan untuk memperoleh
sambungan yang dikehendaki.
(3) Pemasangan sumbatan air harus dilakukan dengan hati-hati untuk
memastikan agar titik pusat sumbatan air berimpit dengan sambungan.
Pemborong harus menjaga dan melindungi sumbatan air selama pekerjaan
berlangsung.
(3) Pengisi sambungan harus dipotong dan dipasang seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, dipasang dengan menggunakan paku tembaga atau kuningan
yang ditanam pada beton yang dicor terdahulu. Dapat pula dipakai semacam
perekat, atas izin direksi.
(4) Sambungan di tempat bahan pengisi harus rapat dan diplester sedemikian
sehingga adukan beton tidak dapat meresap kedalam sambungan atau bahan
pengisi sambungan. Pengisi sambungan harus ditangani dengan hati-hati dan
disimpan di tempat yang jauh dari sinar matahari langsung agar tidak rusak.
1. Lingkup Pekerjaan
Kontraktor harus mendatangkan dan menghamparkan bahan-bahan perkerasan
pada mercu tanggul seperti yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh Direksi.
2. Pelaksanaan
Umum
(1) Galian untuk perkerasan jalan dilakukan pada permukaan tanggul
sedalam 7,5 cm dengan lebar sesuai dengan lebar rencana jalan.
(2) Pada dasar perkerasan diberi pasir setebal 2,5 cm dan dipadatkandisiram
air.
(3) Perkerasan terdiri dari batu pecah berukuran 7,5 cm dan diatur berdiri,
sedangkan sebagai pengisi dipergunakan grosok (granular material).
(4) Bahan perkerasan tersebut harus keras, tahan lama, bersih dari lumpur
atau bahan-bahan lain yang merugikan.
(5) Setelah bahan perkerasan dihamparkan, maka kemudian harus dipadatkan
dengan mesin gilas 2,5 ton paling sedikit 3 kali lintasan.
(6) Permukaan perkerasan di atas tanggul harus dibentuk miring dari sumbu
ke tepi seperti ditunjukan dalam gambar.
Pekerjaan Tanah
(1) Pekerjaan tanah untuk jalan inspeksi dikerjakan dengan syarat sama seperti
untuk pekerjaan saluran.
(2) Tampang lintang tumbuh jalan dibentuk dengan kemiringan 1 : 40 keluar
dari sisi saluran.
(3) Sesudah pekerjaan tanah selesai, maka muka tanah harus digaruk dan
dipadatkan kembali, bila konstruksi bagian atas jalan akan dikerjakan
kembali.
(2) Bagian dengan permukaan yaitu terlepas karena kekurangan bahan halus
harus dibuang dan diganti dengan bahan yang baik dan digilas kembali.
a. Perletakan Jembatan
Perletakan jembatan dari karet harus dari plat karet atau karet yang
mengandung lapisan plat-plat baja seperti O’Conner Rubber Strip atau
perletakan karet yang dipasang pada ujung-ujung tetap dari balok atau pelat
beton harus dilengkapi dengan batang dowel dari baja lunak dan menembus
pelat perletakan serta lubang-lubangnya kemudian diisi dengan spesi semen 1 :
1 Batang dowel harus dibungkus dengan kertas bangunan pada bagian yang
masuk dalam beton.
Contents
3 BAB III...........................................................................................................................3-1
METODE PELAKSANAAN.................................................................................................3-1
B. PEKERJAAN PERSIAPAN....................................................................................3-1
1. Pembuatan Papan Informasi.................................................................................3-1
2. Pembuatan Kantor dan Base Camp Kontraktor....................................................3-1
Menyiapkan Direksi Keer, Los Kerja dan gudang dalam jumlah yang cukup dan
memeliharanya dilapangan selama pekerjaan selesai.....................................................3-1
3. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat........................................................................3-1
4. Administrasi, Photo dan Dokumen.......................................................................3-1
5. Pengukuran dan Penggambaran CD dan ABD.....................................................3-1
2. Pelaksanaan........................................................................................................3-23
Umum.....................................................................................................................3-23
Pekerjaan Tanah.....................................................................................................3-23
Bahu dan Berm Jalan.............................................................................................3-23
Dasar Galian Jalan Inspeksi...................................................................................3-24
Lapisan Kerja/Pasir (Sub Base).............................................................................3-24
Badan Jalan/Lapisan Makadam (Base Course)......................................................3-24
Kerikil Isian (Infill Gravel)....................................................................................3-24
Lapisan Aus Kerikil (Gravel Wearing Course)......................................................3-24