2 BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Kontraktor harus menyerahkan tiga (3) set copy blue print dan satu set kalkir
gambar dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi, untuk meninjau Direksi dan
persetujuan tidak kurang dari tiga puluh (30) hari kalender sebelum waktu ia
berencana untuk memulai susunan dari suatu item tertentu. Pekerjaan kontraktor
juga harus memberikan waktu yang cukup untuk modifikasi, memperbaiki, dan
menyerahkan kembali begitu dibutuhkan oleh Direksi. Dari Gambar Kerja disetujui
oleh Direksi, dua (2) copy blue print harus disimpan oleh Engineer, dan 1 (satu)
copy dan copy kalkir dikembalikan kepada Kontraktor untuk pekerjaan konstruksi.
Kontraktor harus menyimpan satu salinan dari setiap Gambar Kerja disetujui di
lapangan untuk referensi staf Engineer dan untuk menandai, untuk digunakan
dalam penyusunan gambar As-Built Drawing, setiap perubahan karena semua
perubahan lapangan, variasi dan instruksi. Gambar-gambar ini harus tunduk pada
pemeriksaan rutin Direksi, dan jika tidak ditemukan untuk menggabungkan semua
amandemen Kontraktor harus memperbarui gambar dalam waktu tiga (3) hari
kerja.
Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan yang telah
disetujui dan disahkan oleh Direksi. Setiap perubahan dari Gambar Pelaksanaan
terlebih dahulu harus dimintakan persetujuan kembali kepada Direksi. Resiko yang
timbul akibat pekerjaan yang dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi, sepenuhnya
menjadi tanggungjawab Kontraktor.
Gambar-gambar detail yang dikeluarkan oleh pabrik atau bengkel seperti pintu-
pintu air, diusulkan oleh Kontraktor sesuai dengan Spesifikasi, harus diperiksa
terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi.
Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar yang
memperlihatkan progress pelaksanaan untuk tiap-tiap bangunan. Lembar-lembar
gambar yang telah selesai dilaksanakan dengan benar kemudian dicap “SUDAH
DILAKSANAKAN”.
Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah Serah Terima Pekerjaan I (PHO), Kontraktor
harus sudah menyerahkan Gambar Purnalaksanab(As Built Drawings) yang sudah
disahkan oleh Direksi yang terdiri dari 1 (satu) set Gambar Kalkir lengkap dengan
ukuran A1, beserta 1 (satu) set copy blue print dan 3 (tiga) set copy dalam ukuran
A3.
2. Pembuatan Kantor dan Base Camp Kontraktor
Base-camp dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan fasilitas yang penting
seperti air bersih, penerangan, saluran pembuang, jalan, gang, tempat parkir,
pemagaran, kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan
pencegahan api, dsb.
Perhitungan areal tersebut adalah untuk areal kerja baru dan tidak termasuk untuk
areal bangunan atau saluran yang sudah ada. Satuan pembayaran untuk pekerjaan
perintisan dan pembersihan adalah m2.
2. Stripping (kupasan)
Pekerjaan stripping adalah pengupasan/pembongkaran dan pembersihan lapisan
bagian atas tanah dari semua bahan organik seperti misalnya rumput, gambut,
lumpur dan akar-akar tumbuhan di daerah yang akan dilaksanakan pekerjaan
timbunan. Pengupasan harus dilaksanakan hingga kedalaman minimum 20 cm atau
sesuai petunjuk Direksi.
Material hasil pengupasan harus digusur dan dibuang kemudian ditebar merata di
sekitar lokasi pekerjaan yang dijamin tidak akan mengganggu lingkungan.
Pembayaran pekerjaan stripping temasuk upah pekerja dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk mengupas, membuang dan menebar di sekitar lokasi
diperhitungkan sesuai dengan Gambar dalam m2.
C. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dibedakan dalam 4 (empat) kelompok pembayaran sebagai
berikut di bawah ini.
1. Galian tanah biasa
2. Galian sedimen
3. Galian batu lapuk
4. Galian batu.
Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas adalah tingkat kekerasan
material yang harus digali, yang berimplikasi terhadap jenis peralatan yang dipakai
dan produktifitas peralatan terhadap volume galian.
Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian pada tanah biasa yang dapat dilakukan
dengan Excavator atau tenaga manusia.
Galian sedimen adalah pekerjaan galian pada material campuran antara sedimen,
pasir atau kerikil yang dapat dilakukan dengan Excavator tetapi tingkat
produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa, dikarenakan
material tersebut lebih keras dan padat.
Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian pada material batuan yang sudah lapuk
dan pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan kombinasi peralatan Excavator
dan Breaker.
Galian batu diperhitungkan terhadap semua batu-batuan padat dan keras, yang
tidak dapat digali kecuali dengan Excavator dan Breaker atau pembongkaran
Lokasi pembuangan harus atas persetujuan Direksi dan mendapat ijin pemilik
lahan. Satuan pembayaran untuk pekerjaan ini adalah meter kubik (m3), yang
dihitung secara matematis dari jumlah total volume galian dikurangi volume
yang terpakai untuk timbunan (soil balance).
d. Galian Pada Bangunan
- Pekerjaan Pengeringan
Kontraktor harus menjaga agar galian bebas dari air selama pelaksanaan
pekerjaan. Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan
pembuangan air harus dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh
Direksi.
Kontraktor harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan
cukup di lapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
- Cara Penggalian
Kontraktor harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian,
termasuk detail dari konstruksi penahan yang mungkin diperlukan guna
mendapat persetujuan Direksi secara tertulis, sekurang-kurangnya 14 hari
sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya
terjamin.
- Penggalian Pada Bangunan
Material timbunan harus bebas dari rumput, akar atau material lain yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahan timbunan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
timbunan, Kontraktor harus melaksanakan uji coba timbunan (trial
embankment) untuk mendapatkan Pedoman yang akan diterapkan dalam
pelaksanaan timbunan. Uji coba pemadatan diterapkan terhadap setiap bahan
yang berbeda karakteristiknya, minimal 3 (tiga) lapis per jenis material.
Pemadatan timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan setelah
padat antara 20 hingga 40 sentimeter atau sesuai dengan Spesifikasi dari
masing-masing material. Hasil uji coba pemadatan dapat diperoleh pedoman
pelaksanaan yaitu kaitan antara tonase peralatan yang dipakai di lapangan
dengan ketebalan lapisan, kadar air optimum dan jumlah lintasan dan
kecepatan peralatan yang optimal untuk mencapai tingkat pemadatan sesuai
dengan Spesifikasi.
Kontraktor harus menyampaikan rencana kepada Direksi paling lambat 30
(tigapuluh) hari sebelum pelaksanaan uji coba timbunan. Pelaksanaan uji coba
harus dalam pengawasan Direksi. Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji
coba timbunan adalah sebagai berikut:
- Kepadatan lapangan (field density)
- Permeabilitas lapangan (field permeability)
- Berat jenis (specific gravity)
- Kadar air (water content)
- Konsistensi (consistency/Atterberg limit)
- Gradasi (gradation) lapangan dan laboratorium
- Kepadatan laboratorium (Proctor compaction)
Semua biaya untuk pelaksanaan uji coba timbunan termasuk pengadaan bahan,
pembongkaran material, pengambilan contoh uji (sample) dsb dianggap sudah
terpenuhi dalam harga satuan yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan
dalam BOQ.
b. Bahan Timbunan
Karakteristik bahan timbunan dibedakan sesuai dengan fungsinya yaitu
material yang berfungsi sebagai filter (lolos air), material kedap air dan
material sembarang (semi kedap air). Material lolos air dan kedap air
merupakan material pilihan yang umumnya diperoleh dari lokasi tertentu
(borrow area) sedangkan material sembarang diambil dari hasil galian tanah
biasa di sekitar lokasi pekerjaan.
1. Umum
Tulangan baja untuk beton harus batang baja lunak yang bulat dan polos, digilas
panas, sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03 atau standar lain yang setara atau yang
lebih tinggi yang disetujui oleh pihak Direksi, dan harus memenuhi ketentuan
standar serta ketentuan-ketentuan dibawah ini :
Diameter rata-rata dari tulangan yang dipilih dari setiap contoh kiriman dengan
ukuran yang sama tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % dari
diameter yang ditentukan. Tulangan-tulangan harus bebas dari sisik, minyak,
kotoran dan kerusakan-kerusakan struktur.
Untuk tiap kiriman tulang anyaman baja yang dikirim ke tempat pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi satu kutipan yang diakui dari
catatan-catatan pemeriksaan dan pengujiannya yang berhubungan dengan
pemuatan-pemuatan dari mana kiriman itu dibuat.
Kontraktor harus menyediakan contoh tulangan dari gudang di lapangan, jika
dibutuhkan oleh Direksi. Batang-batang baja yang telah bengkok, tidak boleh
diluruskan atau dibengkokkan lagi untuk dipakai dipekerjakan tanpa persetujuan
Direksi.
Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah yang diganjal untuk mencegah
perubahan bentuknya.
2. Penempatan Tulangan
Tulangan harus dipasang dan dikuatkan dalam posisi yang pasti/tetap sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar dan tidak berubah pada posisinya dalam cetakan tanpa
pergeseran selama proses penggetaran, pengisian dan penumbukan beton ditempat.
Semua ujung yang bebas dari tulangan bulat yang licin harus dibuat kait
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau menurut petunjuk Direksi. Kontraktor
harus menyediakan semua ganjal pengatur jarak yang diperlukan atas biaya sendiri
untuk memelihara tulangan beton dalam posisi yang tepat. Setiap pengikat,
sambungan, atau sambungan sengkang tulangan harus kencang sehingga tulangan-
tulangan benar-benar kokoh. Sebelah dalam bagian-bagian yang melengkung harus
bersentuhan langsung dengan tulangan-tulangan disekitar mana akan tercapai
kekuatan yang baik. Tulangan-tulangan harus diikat bersama-sama dengan
menggunakan kawat baja hitam yang harus mendapatkan persetujuan dari Direksi,
dan pengikat harus dililit kuat-kuat dengan tang. Ujung kawat ikat yang bebas
harus dilipat kedalam.
Jika tulangan beton telah dipasang dan telah siap untuk dilakukan pengecoran,
maka harus diperiksa dulu oleh Direksi dan tidak boleh dilakukan pengecoran
sampai tulangan beton disetujuinya. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi
Pekerjaan selambat-lambatnya 24 (duapuluh empat) jam sebelumnya, untuk
meminta dilakukan pemeriksaan atas penu-langan yang telah disiapkan.
Batang tulangan harus diikat pada beberapa tempat di atas sambungan lewatan
dengan menggunakan kawat besi pengikat dengan diameter 0.9 milimeter atau
pengikat yang cocok. Untuk sambungan lewatan, diperlukan kait pada batang
tulangan polos dan kait tidak diperlukan pada batang tulangan yang berulir.
6. Daftar Bengkokan
Kontraktor harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan dalam
gambar dan spesifikasi, kebutuhan akan tulangan yang tepat untuk dipakai dalam
pekerjaan. Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh Direksi kepada
Kontraktor harus diperiksa dan diteliti.
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan
bengkokan atau kerusakan lainya dan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh
tukang yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus
dibengkokkan dengan mesin pembengkok yang direncanakan untuk itu dan
disetujui oleh Direksi. Ukuran pembengkok harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia NI-2, PBI 1971 kecuali jika ditentukan lain, atau diperintahkan oleh
Direksi. Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak
boleh menyambung tulang tanpa persetujuan Direksi.
7. Pemasangan
Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada
tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan bahwa
tulangan itu akan tetap pada kedudukannya pada waktu pengecoran beton.
Pengelasan tempel dengan adanya persetujuan Direksi lebih dahulu dapat diijinkan
untuk menyambung tulangan-tulangan yang saling tegak lurus, tetapi cara
pengelasan lain tidak akan dibolehkan. Penggunaan ganjal, alat perenggang dan
kawat harus mendapat persetujuan dari Direksi. Perenggang dari beton harus dibuat
dari beton dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang akan dicor.
Perenggang tulangan dari besi beton dan kawat harus sepadan dengan bahan
tulangannya. Selimut beton yang ditentukan harus terpelihara.
8. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran untuk pembayaran dan penempatan tulangan dibuat dalam
perencanaan berat jadi / terpasang sesuai dengan gambar atau atas petunjuk
Direksi. Satuan berat jadi, kecuali ditentukan lain selama pelaksanaan, maka
standard berat besi adalah sebagai berikut :
Diameter (mm) 10 12 16 19 22 25
Berat Besi Polos (kg/m) 0.617 0.888 1.58 2.23 2.98 3.85
Berat Besi Ulir (kg/m) 0.56 0.995 1.56 2.25 3.04 3.98
Besi stagger, besi penstabil plastic cone, kawat pengikat, paku atau bahan lainnya
yang digunakan untuk menyambung pada pelaksanaan pembesian yang merupakan
bagian dari metode pelaksanaan tidak diukur untuk dibayar, sesuai dengan gambar
atau petunjuk dari Direksi.
E. PEKERJAAN BEKISTING
Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran, batas-
batas seperti yang ditunjukkan dalam gambar konstruksi.
1. Bahan
Semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk bekisting baru bisa dipergunakan jika
sudah mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
Didalam pekerjaan bekisting terdapat 2 (dua) tipe yang diminta yaitu untuk
tampilan normal (normal exposed) dan untuk tampilan halus (smooth exposed).
Bahan dari peruntukan kedua tipe tersebut berbeda, untuk tampilan normal
digunakan multiplex plywood 8 mm dengan dilapisi minyak bekisting dan untuk
tampilan halus menggunakan bahan teknolith 10 mm dilapisi minyak bekisting.
Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara baik dan bebas
dari mata kayu yang lepas, celah kotoran yang melekat dan sejenis lainnya, bila
bekisting yang sama akan digunakan lagi, harus menghasilkan permukaan yang
serupa dan dengan persetujuan Direksi Proyek.
Tiang-tiang penahan bekisting harus dipilih dari bahan yang kuat. Bambu tidak
diperbolehkan dipakai untuk tiang-tiang penyangga sekur dan klem, tetapi harus
menggunakan kayu sekurang-kurangnya se-kualitas dengan kayu dolken.
Untuk bahan-bahan yang kurang/tidak memenuhi syarat, tidak boleh dipakai dan
harus dipindahkan dari lokasi pekerjaan.
2. Pembuatan Bekisting
Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku dan tidak berpindahan
tempat atau melendut. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh ada
lekukan/lubang-lubang.
3. Tiang penyangga
Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan tempat,
kerusakan dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur dari tiang-
tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga
konstruksi bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dari
beban-beban lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu Kontraktor
membuat perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.
Khusus untuk bekisting kolom, balok-balok tinggi dan dinding pada tepi bawahnya
harus dibuat bukaan pada dua sisi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang
mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut.
4. Penanaman pipa dan lain-lain.
Pipa, jaringan pipa dan lainnya, serta perlengkapan lain untuk membuat lubang,
jaringan pipa dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bilamana
diperintahkan lain oleh Direksi Proyek.
5. Pelapis bekisting
Untuk mempermudah pembongkaran bekisting, dapat digunakan pelapis bekisting
dengan persetujuan Direksi Proyek.
6. Pemeriksaan Bekisting
Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton,
akan diperiksa oleh Direksi Proyek, beton tidak boleh dicor sebelum bekisting
disetujui oleh Direksi Proyek. Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan
• Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton.
Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati.
1. Umum
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam Peraturan Beton 1971 (PBI 1971) dan harus melaksanakan
pekerjaannya dengan ketepatannya dan kesesuaian yang tinggi menurut RKS,
gambar kerja dan instruksi-instruksi oleh Direksi.
Direksi berhak untuk memeriksan pekerjaan Kontraktor, hal ini dikerjakan
sewaktu-waktu yang dianggap tepat. Direksi tidak berkewajiban untuk melakukan
pemeriksaan terus menerus, dan kegagalan Direksi untuk mengetahui kesalahan-
kesalahan tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya.
Semua pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ada dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan (RKS) dan gambar-gambar rencana
harus dibongkar dan diganti atas biaya dari Kontraktor.
Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik dari yang ditentukan
(contoh) dan harus disetujui oleh Direksi sebelum dipakai. Direksi akan
menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar untuk memeriksa
pengiriman-pengiriman selanjutnya. Semua material yang tidak disetujui Direksi
harus dikeluarkan dari proyek atas biaya Kontraktor.
2. Bahan Material
b. Portland Cement (PC)
Semua merk PC yang digunakan harus Portland Cement merk Standard, yang
telah disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan
Portland Cement kelas I-2475 (PBI-1971 NI-2). Seluruh pekerjaan yang
menggunakan satu merk PC. Penggantian merk semen hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Direksi. PC harus disimpan secara baik, dihindarkan dari
kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PC yang telah menggumpal
atau membatu tidak boleh digunakan. PC harus disimpan sedemikian rupa,
sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.
c. Koral dan Pasir (agregat)
• Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Agregat kasar harus
berupa koral atau crushed stones yang mempunyai susunan gradasi yang
baik, padat (tidak porous) dan cukup syarat kekerasannya. Agregat halus
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering).
• Besar maksimum butir agregat kasar tidak boleh lebih dari 3,0 cm dan tidak
lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi
yang bersangkutan.
• 2 (dua) minggu sebelum pengecoran dimulai, sample-sample yang telah
diambil dengan ukuran tertentu, tipe tertentu, ditest sesuai dengan
percobaan-percobaan yang tercantum dalam PBI 1971. Dari hasil-hasil ini
Kontraktor mengambil 2 (dua) buah contoh yang representatif untuk
diambil grading analysisnya. Kontraktor harus menjaga semua pengiriman
agregat dari satu sumber untuk setiap agregat yang telah disetujui Direksi,
agar terjamin kesamaan kualitas dan grading selama pekerjaan. Percobaan-
percobaan selanjutnya untuk setiap pengiriman sebanyak 50 ton, atau
sewaktu-waktu diperintahkan oleh Direksi.
• Agregat kasar dan halus diangkat dan disimpan terpisah dan harus dicegah
terjadinya segregasi dari berbagai ukuran partikel. Agregat harus dijaga
terhadap kebersihan dan bebas terhadap material-material lain. Kapasitas
tempat harus disiapkan pada tempat sumbernya atau pada site untuk
menjamin tersedianya kedua macam agregat tersebut dengan kualitas dan
grading yang telah disetujui untuk menjamin kontinuitas pekerjaan.
d. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton Sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum.
Slump test
Hammer test
b. Pengujian slump beton segera setelah beton keluar dari mixer. Slump
minimum = 5 cm Slump maximum = 12,5 cm.
c. Kontraktor harus membuat, merawat dan mengadakan test-test kubus beton
pada laboratorium beton yang disetujui Direksi atas biaya sendiri. Test yang
dilakukan pada waktu kubus beton berumur 7 hari dan 28 hari. Setiap 5 m 3
beton yang dicor, maka harus dibuat satu seri benda terdiri dari 2 buah yaitu
untuk 7 hari dan 28 hari. Setiap benda uji harus diberikan tanggal pembuatan
dan dari bagian mana beton diambil. Jika beton ready-mix, maka dari tiap
truck dibuat 2 benda uji untuk test 7 hari dan 28 hari.
d. Kontraktor harus membuar laporan lengkap mengenai hasil test kubus di
laboratorium dan disampaikan pada Direksi Proyek secara rutin.
e. Kontraktor harus membuat test kadar lumpur pasir dan dilaporkan pada
Direksi secara rutin.
f. Tata cara dan aturan pelaksanaan test harus diajukan terlebih dahulu ke Direksi
untuk mendapat persetujuan.
5. Persiapan dan Pengecoran Beton
a. Sebelum pekerjaan beton dimulai, maka 24 jam sebelumnya Kontraktor harus
membuat laporan tertulis kepada Direksi Proyek yang menyebutkan :
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton baru,
dan bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton pada siar pelaksanaan,
harus dikasarkan dulu. Kemudian bidang-bidang tersebut harus dibersihkan
dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah itu harus dibasahi dengan
air sampai jenuh. Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi
Pengawas, sesaat sebelum beton yang baru akan dicor semua permukaan
sambungan beton yang horizontal harus dilapisi atau disapu dengan spesie
mortal dengan susunan yang sama seperti yang terdapat dalam betonnya.
Lapisan spesie mortal tersebut harus disebar merata dan harus dikerjakan
benar sampai mengisi ke dalam seluruh liku-liku permukaan beton lama yang
tidak rata, sedapat mungkin harus dipergunakan sapu kawat untuk
menyisipkan lapisan aduk tersebut ke dalam celah permukaan beton lama.
e. Penyingkiran Air
Beton tidak boleh dicor sebelum semua genangan air yang memasuki tempat
pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya. Beton tidak boleh
dicor di dalam air tanpa persetujuan dari Direksi Proyek. Kontraktor juga
tidak dibenarkan membiarkan air mengalir di atas beton sebelum beton cukup
umurnya dan mencapai pengerasan awal.
6. Pembuatan Beton dan Peralatannya
• Sebelum pembuatan adukan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan
pengangkut beton harus sudah bersih.
• Pengadukan beton pada semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan mesin
pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton-beton yang tegangan
karakteristiknya lebih besar dari 225 kg/cm2, harus diperlengkap dengan alat-
alat yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan
dalam drum pengaduk.
• Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran
semen. Agregat dan air harus disetujui Direksi Proyek sebelum dapat
dipergunakan.
• Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus
menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa slump
pada setiap campuran beton yang baru.
• Beberapa slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampur yang
dimasukkan kedalam drum pengaduk adalah cukup tetap, atau perlu dikoreksi
dalam hubungannya dengan faktor air semen yang diinginkan.
• Pengadukan di tiap mesin pengaduk harus terus menerus dan waktu pengadukan
tergantung dari kapasitas drum pengadukan, banyaknya adukan yang diaduk,
jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan
tetapi tidak kurang dari 1,5 menit sesudah bahan termasuk air berada didalam
molen, selama itu molen harus terus berputar pada kecepatan yang akan
menghasilan kekentalan adukan yang merata pada akhir waktu pengadukan.
• Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan
warna yang merata. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi
syarat minimum, misanya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian
jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur
dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari tempat pelaksanaan.
• Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton
yang sebagain telah mengeras didalam molen.
• Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima material-material
dari adukan berikutnya. Mesin pengaduk harus dibersihkan dan dicuci, juga
pada setiap akhir pekerjaan dan bila beton yang akan dibuat berbeda mutunya.
7. Penolakan dari Beton
a. Direksi Proyek berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.
Kontraktor harus mengganti/membongkar dan memperbaiki beton-beton yang
tidak memenuhi syarat atas biaya sendiri dengan instruksi yang diberikan oleh
Direksi Proyek.
b. Toleransi kesalahan pada pelaksanaan beton
• Beton harus mempunyai ukuran-ukuran dimensi lokasi dan bentuk yang
tidak boleh melampaui toleransi dibawah ini :
• Posisi garis as dari penyelesaian bagian struktur pada semua titik + 0,5 cm
posisi yang seharusnya.
8. Pengangkutan dan Pengecoran
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, Kontraktor harus
memberitahu Direksi Proyek dan mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada
persetujuan Direksi Proyek, maka Kontraktor akan diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri. Kontraktor harus
mendapatkan ijin dari Direksi Proyek setiap kali akan mulai mengecor.
Pengecoran beton tidak dijinkan, bila Direksi Proyek berpendapat bahwa
Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran,
proses pengerasan dan penyelesaian beton.
b. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai
mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan menurut gambar atau dengan
persetujuan Direksi Proyek.
c. Apabila pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat penghentian tersebut harus disetujui menurut ketentuan yang telah
dijelaskan pada gambar atau atas persetujuan Direksi Proyek.
d. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus
secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan
pembantu yang disetujui Direksi Pengawas. Beton harus dicor sedekat-
dekatnya ketujuannya yang berakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan
akibat pemindahan adukan didalam cetakan
e. Pengangkutan adukan beton daru tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak terjadi pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar dan
kontinyu sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok
antara beton yang sudah dicor dan yang belum dicor. Metode dan cara
pengangkutan beton yang akan dilakukan oleh Kontraktor harus mendapat
persetujuan dari Direksi Proyek.
f. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam papan
bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari adukan
beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting
ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting
sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas
beton yang dicor. Hal ini harus disiapkan corong atau jaringan pipa vertikal
untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas
satu sama lain. Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh
melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
g. Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran, setelah dicor pada
tempatnya adukan tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua)
meter arah mendatar. Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa
lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60-70 cm dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau
sambungan beton yang miring, kecuali bila diperlukan untuk bagian konstruksi
miring.
9. Pemadatan dan Penggetaran
3. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat
tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan lagi. Adukan
beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui celah pembesian, tidak
terjadi sarang koral.
4. Perhatian khusus perlu diberikan untuk pengecoran beton disekeliling water
stop.
5. Kontraktor harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang cukup.
6. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Direksi
Pengawas dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator
(triller).
7. Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan sebaik-baiknya sehingga tidak terjadi
cacat beton seperti kropos, adanya kantong udara dan sarang koral yang akan
memperlemah kekuatan beton
8. Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (triller) dan
pada waktu yang sama bekistingnya diketuk sampai adukan beton betul-betul
mengisi penuh bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi seluruh
permukaan bekisting.
9. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
10. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator, harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
• Slump dari beton tidak lebih dari 12,5 cm.
• Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertikal dan
dengan persetujuan Direksi Proyek, dalam keadaan-keadaan khusus boleh
miring sampai 45 derajat.
• Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal karena
hal ini akan memindahkan bahan-bahan.
• Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dari 5
cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
• Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu,
maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadakan dengan
baik.
• Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum
ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi
penuh lagi dengan adukan.
• Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa sehingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
10. Perlindungan Cuaca dan Perawatan Beton
a. Perlindungan cuaca panas
Adukan beton yang baru dicor harus diberikan pelindung terhadap panas
matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan segera setelah permukaan
beton yang baru sudah cukup mengeras
b. Perlindungan musim hujan
Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan dan beton yang dicor harus
dilindungi dari curahan hujan. Penghentian beton yang baru dicor harus
dilindungi terhadap pengikisan aliran air hujan.
Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, maka seluruh beton yang kena
hujan atau aliran air hujan diperiksa untuk diperbaiki dan dibersihkan dulu
terhadap beton-beton yang tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran
selanjutnya harus mendapat ijin Direksi Proyek terlebih dahulu.
c. Perlindungan beban selama dalam proses pengerasan lantai dan bagian
konstruksi yang lain, tidak diperkenankan mempergunakan lantai tersebut
sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan atau sebagai tempat penimbunan
bahan.
d. Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk
keperluan-keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa harus dilakukan, harus
mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
e. Selama perawatan, bekisting kayu dibiarkan tetap tinggal agar beton tetap
basah untuk mencegah retak pada sambungan beton lama dan baru karena
pengeringan beton yang terlalu cepat.
f. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah selama paling sedikit 7
hari dengan cara membasahi dengan air.
11. Penyelesaian Permukaan Beton
a. Penyelesaian permukaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan proofing
dan alat-alat bantu untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai gambar rencana.
Bagian yang di water proofing adalah :
• Pelat lantai reservoir bagian dalam,
• Dinding reservoir bagian dalam,
• Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar
b. Persyaratan Bahan
FLEXIBLE CEMENTTOUS WATERPROOFING SLURRY
Aplikasi : Coating system
Lokasi pekerjaan : Dinding dalam reservoir
G. PINTU KLEP
1. Umum
Pintu klep adalah salah satu pintu air yang pengoperasiannya dilakukan secara
otomatis dengan membuka dan menutupnya pintu pada setiap perubahan muka air
baik diudik/hulu maupun dihilir.
Fungsi dan Manfaat Pintu Klep :
1. Menahan intrusi salinitas
2. Mampu bekerja pada tinggi muka air (head) yang rendah.
3. Menunjang system tata air satu arah.
4. Pembuatan dan control mutu (pabrikasi, pemasangan, operasional, dan
pemeliharaan yang praktis/efisien.
7. Telah didukung oleh penguian di laboratorium dengan uji model fisik dan
kekuatan bahan.
Dari data-data tersebut selanjutnya dilakukan pekerjaan desain pintu klep lengkap
dengan konstruksi bangunan pelengkapnya. Perencanaan tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi MA yang ada berdasarkan hasil pengukuran fluktuasi
MA pada lokasi tersebut.
Bentuk daun pintu klep dari fiberglass dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Adapun bentuk daun pintu yang dibuat dalam penelitian ini adalah empat persegi
panjang dengan ukuran, dimana masing-masing daun pintu diberi suatu tabung
untuk memasukkan air agar dapat mengatur operasi pintu yang sesuai dengan
kondisis MA di saluran. Selain itu pada tabung tersebut dibuat lunag-lubang kecil
dengan diameter 2 cm, pada bagian atas dan bawah tabung dengan maksud untuk
mengatur pemasukkan air dalam pengopertasian pintu. Daun pintu ini dilengkapi
dengan bingkai untuk meletakkan daun pintu, engsel untuk membuka dan menutup
pintu serta karet untuk mencegah kebocoran.
7. Tahap Pembuatan Pintu Klep
Untuk memudahkan dalam pengerjaan maka terlebih dahulu disusun dalam 2 tahap
pengerjaan yang disesuaikan dengan dari bahan yang akan dipergunakan serta
bagian-bagian dari konstruksi.
A. Tahap Pengerjaan Konstruksi
Pekerjaan konstruksi bangunan pelengkap adalah menggunakan duia jenis
bahan yaitu bahan dari kayu dan fiberglass, sedangkan untuk daun pintu
sendiri hanya menggunakan bahan dari bahan fiberglass, pengerjaan dari
masing-masing bahan berlainan sebagai berikut :
1. Pengerjaan kayu.
Kerangka dari bagian-bagian konstruksi bangunan seluruhnya
menggunakan bahan dari kayu. Setelah direncanakan sesuai dengan
kebutuhan maka kerangka dari konstruksi yang terbuat dari bahan kayu
tersebut di stel untuk mengetahui ketepatan terutama dalam posisi
penyangga/penyokong(sponning) yang sesuai dengan perencanaa. Setelah
penyetelan dilakukan dan dianggap sudah sesuai dengan perencanaan
kemudiam pengerjaan dilakukan ke tahap berikutnya.
2. Pengerjaan lapisan
Setelah penyetelan kerangka konstruksi dilakukan dan sudah dianggap
memenuhi syarat dan sesuai dengan yang diinginkan lalu bagian-bagian
dari kerangka tersebut dibuka kembali, selanjutnya bagian-bagian dari
kerangka tersebut dilapisi/dicor dengan bahan fiberglass yang telah
dipersiapkan sebelumnya dengan maksud agar bahan dari kayu tersebut
dapat tahan koros. Oleh karena itu dala pemebrian lapisan tersebut harus
seteliti mungkin sehingga tidak terdapat bagian yang tidak terlapisi. Tebal
lapisan fiberglass dari masing-masing bagian konstruksi tidak sama
karena ketebalan disesuaikan dengan perencanaan dari bangunan tersebut.
B. Pengerjaan Daun Pintu
Dalam pengerjaan daun pintu dilakukan dalam beberapa proses sebagai berikut
:
1. Setelah gambar desain pintu klep selesai kemudian dibuatkan model
fositif atau bahan pembuat cetakan dari bahan dasar kayu, pembuatan
model tersebut dilakukan secara teliti sehingga diperoleh suatu permukaan
yang cukup halus.
2. Dari model positif kemudian dibuatkan cetakan (matrass) negative dari
bahan fiberglass yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian depan dan bagian
belakang pintu klep yang sekaligus dilengkapi dengan cetakan bagian
engsel yang akan menempel pada pintu klep.
3. Setelah selesai cetakan negative dapat dilakukan pembuatan pintu klep
dengan cara di cor dengan bahan fiber resin masing-masing yang terdiri
dari bagian depan dan bagian belakang pintu dengan pewarna fiber yang
digunakan adalah warna kuning. Pengecoran dilakukan berulang-ulang
sesuai dengan ketebalan/kekuatan yang akan dicapai. Pintu klep yang
dibuat dilengkapi dengan jendela ukur dari bahan flexiglass bening
dengan maksud agar tembus pandang, jendela ukur tersebut adalah dengan
maksud untuk mengetahui berat volume air yang dapat diizinkan kedalam
tubuh pintu sebagai bahan pemberat keseimbangan pintu klep, kemudian
kedua bagian ini disatukan serta dirapikan bagian dari kusen/dudukan atau
frame pintu terbuat dari bahan kayu multipleks yang dilapisi juga dengan
bahan fiberglass sehingga bagian inipun menjadi kedap air sehingga dapat
tahan lapukan dan tahan korosi.
4. Pada bagian belakang pintu klep dipasang karet sebagai ambang (sill)
yang akan menghubungkan pintu dengan lubang pintu/kusen dengan
maksud untuk mengurangi kebocoran pada saat pintu klep tertutup.
Karena konstruksi pintu klep sangat ringan maka dengan mudah dilakukan
pemasangan sill ataupun perbaikannya di lapangan.
Pada bagian ujung karet penahan air harus mempunyai potongan lingkaran. Karet
penahan air harus selalu dijaga pada kedudukan seperti tercantum pada gambar dan
harus dilindungi dari kerusakan akibat kena panas selama pemasangannya. Papan
acuan pada kedua ujungnya harus dibentuk sedemikian rupa hingga
menggambarkan potongan dari penahan airnya. Pada pengecoran betonnya harus
dirapatkan dengan hati-hati dan seksama sehingga tidak ada lobang-lobang yang
terjadi.
Pemborong harus menyediakan hasil pengujian dari pabrik untuk setiap penahan
air yang dikirimkan ke lapangan dan apabila diminta oleh Direksi harus
mengadakan percobaan uji terhadap penahan air tersebut untuk mendapatkan
keyakinan akan mutu barang tersebut.
Karet untuk penahan air harus memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah ini bila
bahannya dicoba menurut percobaan yang dinyatakan pada BS 903.
Kuat tarik minimum : 2 kg/mm2
Pabrikasi dan pengetesan pipa PVC harus sesuai dengan standard pabrikasi.
Kontraktor harus mengirimkan terlebih dahulu kepada direksi hasil uji kualitas
material yang dipergunakan sebelum diproduksi.
Kontraktor harus menyertakan sertificate yang dikeluarkan oleh pabrik berkaitan
dengan semua macam pengujian yang dilakukan yang mengacu pada standard
yang digunakan.
Direksi setiap saat dalam masa sebelum atau sewaktu proses produksi pipa akan
melakukan inspeksi ke pabrik berkaitan dengan pengecekan fasilitas produksi,
penggunakan standard produksi dalam proses produksi dan pengecekan jadwal
produksi.
Pengukuran dan pembayaran untuk pipa PVC harus dibuat dalam jumlah pipa PVC
yang terpasang sesuai dengan Gambar atau diintruksikan oleh Direksi. Pembayaran
untuk pipa PVC harus dibuat pada harga satuan per set dan meter, yang masuk
dalam BoQ. Harga satuan ini termasuk harga penyediaan material dan tenaga kerja.
3. Dowel Bar (Batang Dowel)
Tidak ada pembayaran terpisah yang harus dibuat. Semua biaya penyediaan dan
pemasangan batang dowel harus dimasukkan dalam harga satuan lain-lain dalam
BoQ.
4. Elastic Joint Filler
1. Umum
Jalan inspeksi dibuat pada lokasi yang ditentukan pada Gambar. Jalan inspeksi ini
biasanya di tempatkan di atas salah satu tanggul dari saluran, tetapi kadang-kadang
pada jalur jalan yang sudah ada dan dekat dengan saluran.
Ada tiga macam konstruksi yang mungkin dipergunakan :
1. Lapisan Tanah
2. Lapisan kerikil di atas dasar jalan makadam
3. Lapisan pengaspalan dua lapis di atas dasar jalan makadam
2. Pekerjaan Tanah
Bila jalan terletak pada salah satu tanggul dari saluran, cara menyiapkan tanah
sama untuk ketiga macam lapis jalan tersebut di atas.
Pekerjaan tanah untuk jalan inspeksi dikerjakan dengan syarat sama seperti untuk
pekerjaan saluran. Tampang lintang tumbuh jalan dibentuk dengan kemiringan 1 :
40 keluar dari sisi saluran. Apabila konstruksi bagian atas jalan tidak dikerjakan
segera sesudah pekerjaan tanah selesai, maka muka tanah harus digaruk dan
dipadatkan kembali, bila konstruksi bagian atas jalan akan dikerjakan kembali.
3. Bahu dan Berm Jalan
Bahu atau berm jalan dibentuk dari tanah timbunan dipadatkan, diberi gebalan
sesuai pasal C. Pekerjaan Galian dan Timbunan No. 4 dan diberi batu tepi selebar
0,25 m sampai dengan 0,30 m setiap jarak 10 m pada bagian yang rendah dari bahu
jalan diberi drain pengeringan kerikil ini 0,20 m dalam dan 0,50 m lebar dan bahan
yang dipakai harus merupakan bahan kasar dengan ukuran maksimum 20 mm dan
dibungkus dengan lapisan kerikil.
Ketinggian bahu jalan sesudah digebal dimana-mana harus sama dengan ketinggian
muka jalan.
4. Dasar Galian Jalan Inspeksi
Persiapan dasar galian badan jalan dan konstruksi jalan selanjutnya baru boleh
dimulai setelah bahu jalan selesai dikerjakan. Selama persiapan dasar dan
konstruksi jalan pada bagian rendah dari jalan diberi celah (bukaan) untuk
pengeringan.
Kontraktor harus bertanggung jawab dalam pemesanan pekerjaan logam dan kayu
kepada sub kontraktor dan semua administrasinya. Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi tembusan semua surat menyuratnya.
Setelah pembentukan seperti di atas dasar harus digilas dengan mesin gilas
sebanyak tidak kurang 4 kali atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi.
Bagian dasar yang belum rata harus diperbaiki sampai permukaan halus dan rata
digilas lagi paling tidak satu kali dengan mesin gilas.
Mesin gilas harus mempunyai berat paling tidak 5.000 kg / m lebar roda.
5. Lapisan Kerja/Pasir (Sub Base)
Lapisan kerja tediri dari lapisan pasir tebal minimum 10 cm yang dinyatakan di
atas dasar galian jalan dan dipadatkan.
6. Badan Jalan/Lapisan Makadam (Base Course)
Badan jalan terdiri dari lapisan makadam, yang dibentuk dari batuan atau batu
pecah dengan kerikil pada celah-celahnya dan digilas.
Batuan atau batu pecah harus bergradasi seperti di bawah ini :
Batu-batu tersebut disusun dengan rata di atas lapis pasir dan disipat dengan
penyipat yang bentuk dan ukurannya sudah ditetapkan agar didapatkan permukaan
yang baik. Lapis batu di atas digilas dengan mesin gilas paling tidak empat jalan
yang beratnya tidak kurang dari 5000 kg/m lebar roda.
Penggilasan dimulai dari tepi yang rendah ke atas dengan kelebihan lebar (overlap)
tidak kurang dari 307 dari lebar roda.
7. Kerikil Isian (Infill Gravel)
Kerikil isian harus terdiri dari batu pecah atau kerikil, lolos lobang saringan dan 5
mm, bergradasi baik sampai debu dan tidak mengandung bahan lempung bahan ini
disebar di atas lapis makadam, disiram air dan digilas sampai padat. Tambahan
bahan harus diberikan, diairi dan digilas sehingga tidak ada lobang-lobang di
permukaan lapisan makadam.
8. Lapisan Aus Kerikil (Gravel Wearing Course)
Bila dipakai lapisan aus kerikil, maka setelah pekerjaan lapis makadam selesai,
bahan tersebut dihampar diberi air dan digilas dengan mesin gilas dengan berat
5.000 km/m lebar roda, minimal 8 jalan.
Bagian dengan permukaan yaitu terlepas karena kekurangan bahan halus harus
dibuang dan diganti dengan bahan yang baik dan digilas kembali.
9. Jalan Inspeksi Pada Jalan Lama
Apabila jalur jalan berada pada jalur kerikil atau batu atau jalan tanah yang telah
ada sebelumnya, maka bila diperintahkan jalan itu harus ditingkatkan atau
dibangun kembali sebelumnya.
Bila jalur jalan inspeksi berada di atas jalur aspal, maka pekerjaan terbatas pada
pembuatan oprit dari jalan aspal sampai jalan inspeksi yang baru.
Tanjakan harus dikerjakan sesuai dengan point 1 sampai 8 diatas diikuti dengan
lapisan campuran aspal pasir tebal 0,05 m sejauh 10 m dari jalan yang ada.
Kemiringan tanjakan tidak boleh lebih curam dari 1 : 20.
10. Jembatan
a. Perletakan Jembatan
Perletakan jembatan dari karet harus dari plat karet atau karet yang
mengandung lapisan plat-plat baja seperti O’Conner Rubber Strip atau bahan
lainnya yang disetujui dan harus sesuai dengan ketentuan dalam tabel berikut :
Beban Vertical
Lokasi Perletakan Perpindahan Daftar Maks.
Maksimum
Pemborong harus menyediakan sertifikat uji dari pabrik untuk setiap karet
perletakan yang didatangkan untuk mendapat persetujuan Direksi .
Perletakan karet yang dipasang pada ujung-ujung tetap dari balok atau pelat
beton harus dilengkapi dengan batang dowel dari baja lunak dan menembus
pelat perletakan serta lubang-lubangnya kemudian diisi dengan spesi semen 1 :
1 Batang dowel harus dibungkus dengan kertas bangunan pada bagian yang
masuk dalam beton.
Bila disetujui oleh Direksi maka karet perletakan dapat diganti dengan lapis
timah hitam dengan ukuran tebal yang disetujui.
Contents
2 BAB II.............................................................................................................................2-1
SPESIFIKASI TEKNIS..........................................................................................................2-1
A. PEKERJAAN PERSIAPAN....................................................................................2-1
1. Pengukuran dan Penggambaran CD dan ABD.....................................................2-1
2. Pembuatan Kantor dan Base Camp Kontraktor....................................................2-2
3. Administrasi, Photo dan Dokumen.......................................................................2-3
4. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat........................................................................2-5
B. PEKERJAAN STRIPPING (KUPASAN)...............................................................2-5
1. Pembukaan dan Pembersihan Lapangan..............................................................2-5
2. Stripping (kupasan)..............................................................................................2-6
C. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN..........................................................2-6
1. Pekerjaan Galian...................................................................................................2-6
2. Pekerjaan Timbunan...........................................................................................2-11
3. Timbunan Kembali.............................................................................................2-16
4. Pekerjaan Cerucuk (Kayu Dolken).....................................................................2-17
D. PEKERJAAN BESI TULANGAN........................................................................2-18
1. Umum.................................................................................................................2-18
2. Penempatan Tulangan........................................................................................2-18
3. Penyiapan Gambar Tulangan Beton...................................................................2-19
4. Sambungan Tulangan Beton...............................................................................2-19
5. Selimut Beton Bertulang....................................................................................2-20
6. Daftar Bengkokan...............................................................................................2-20
7. Pemasangan........................................................................................................2-20
8. Pengukuran dan Pembayaran.............................................................................2-21
E. PEKERJAAN BEKISTING...................................................................................2-21
1. Bahan..................................................................................................................2-21
2. Pembuatan Bekisting..........................................................................................2-22
3. Tiang penyangga................................................................................................2-22
4. Penanaman pipa dan lain-lain.............................................................................2-22
5. Pelapis bekisting.................................................................................................2-22
6. Pemeriksaan Bekisting.......................................................................................2-22
7. Pembongkaran....................................................................................................2-22
F. PEKERJAAN BETON...........................................................................................2-23
1. Umum.................................................................................................................2-23
2. Bahan Material...................................................................................................2-23
3. Campuran Beton.................................................................................................2-25
4. Testing Beton dan Peralatannya.........................................................................2-26
5. Persiapan dan Pengecoran Beton........................................................................2-26
6. Pembuatan Beton dan Peralatannya...................................................................2-28
7. Penolakan dari Beton..........................................................................................2-29
8. Pengangkutan dan Pengecoran...........................................................................2-29
9. Pemadatan dan Penggetaran...............................................................................2-30
10. Perlindungan Cuaca dan Perawatan Beton.........................................................2-31
11. Penyelesaian Permukaan Beton..........................................................................2-32
12. Siar Pelaksanaan.................................................................................................2-33
13. Water Proofing...................................................................................................2-33
G. PINTU KLEP.........................................................................................................2-34
1. Umum.................................................................................................................2-34
Kelebihan Pintu Klep.............................................................................................2-34
Kekurangan Pintu Klep..........................................................................................2-34
2. Prinsip Kerja Pintu Klep.....................................................................................2-34
3. Jenis Aliran dan Besarnya Debit........................................................................2-35
4. Kekuatan Bahan..................................................................................................2-36
5. Kinerja Pintu Klep..............................................................................................2-36
6. Dimensi Pintu dan Bangunan Pelengkap...........................................................2-36
7. Tahap Pembuatan Pintu Klep.............................................................................2-37
H. PEKERJAAN WATER STOP, DRAINASE PIPA PVC, DOWEL BAR, ELASTIC
JOINT FILLER.................................................................................................................2-38