Anda di halaman 1dari 58

SPESIFIKASI TEKNIK

KEGIATAN
REHABILITASI / PEMELHARAAN JARINGAN IRIGASI

PEKERJAAN
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI
DAERAH IRIGASI DI BUSAK

TAHUN 2020
A. SPESIFIKASI TEKNIK

1. SPESIFIKASI UMUM
1.1. UMUM
Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi atau Hak Cipta
yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan oleh Kontraktor
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
Spesifikasi dari semua barang dan bahan adalah baru (belum dipergunakan), kecuali
ditentukan lain dalam Spesifikasi.
Rujukan Spesifikasi antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), Japanese Industrial
Standard (JIS) dan American Society for Testing and Materials (ASTM).
Direksi Teknis, selanjutnya disebut “Direksi”, adalah Pengawas Utama dari SNVT
Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Sulawesi II Kegiatan Irigasi.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


Kontraktor harus melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan sesuai dengan
Kontrak, Gambar (Tender drawings) dan Spesifikasi atau sesuai petunjuk Direksi. Tata cara
pembayaran dilaksanakan sebagai berikut :

1.2.1. Pekerjaan Utama


Pekerjaan ini tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga (Bill of Quantities) dan
dibayarkan sesuai dengan harga satuan dari masing-masing pekerjaan. Pekerjaan ini
umumnya merupakan pekerjaan tetap (permanen) yang meliputi antara lain Mobilisasi,
Bendung, Bangunan Bagi/Sadap, Saluran dan Bangunan-bangunan Pelengkap.

1.2.2. Pekerjaan Penunjang


Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan yang tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Biaya pelaksanaan pekerjaan ini harus diperhitungkan ke dalam harga kontrak atau
dianggap telah terpenuhi oleh pembayaran item pekerjaan lain dalam Kontrak atau sudah
termasuk dalam biaya over head kontraktor.
Biaya yang diperlukan untuk pengadaan tersebut dapat berupa biaya sewa atau biaya
pembelian barang. Fasilitas tersebut akan dipergunakan oleh Direksi selama masa kontrak.

1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN

1.3.1. Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Mobilisasi dan demoblisasi Peralatan,
Dalam 2 (dua) minggu setelah terbit Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Kontraktor harus
mengajukan Jadwal Mobilisasi Peralatan kepada Direksi. Mobilisasi harus sesegera
mungkin dilaksanakan setelah Jadwal Mobilisasi Peralatan disetujui oleh Direksi. Pekerjaan
mobilisasi meliputi antara lain kegiatan mobilisisasi dan demobilisasi alat berat. Pembayaran
untuk mobilisasi peralatan ditetapkan 80% setelah peralatan berada di lokasi pekerjaan dan
20% pada saat peralatan selesai dipergunakan.
Mata pembayaran yang diterapkan untuk seluruh kegiatan tersebut di atas adalah
Lumpsum.

1.3.2. Pembuatan Jalan Sementara dan Pemeliharaan Jalan

Kontraktor harus merancang dan membuat jalan kerja yang sifatnya sementara sesuai
dengan kebutuhan kerja guna mendukung dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor dapat menggunakan fasilitas jalan yang sudah ada yaitu jalan desa, jalan
kabupaten maupun jalan provinsi dengan terlebih dahulu mengajukan izin kepada pemilik
jalan tersebut. Kontraktor wajib memelihara dan memperbaiki kerusakan pemakaian dengan
mengembalikan kondisi jalan sesuai dengan kondisi sebelumnya dan bertanggung jawab
terhadap kerusakan akibat penggunaan jalan tersebut.
Kontraktor harus memperbaiki atau memperlebar jalan yang ada, memperbaiki dan
memperkuat jembatan yang ada sehingga memenuhi kebutuhan pengangkutan, sejauh
dibutuhkan untuk pekerjaan.
Kontraktor dapat menggunakan tanah yang ada dengan seizin pemilik dan sepengetahuan
Direksi. Seluruh biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini sesuai dengan Pasal 2.2 harus
diperhitungkan dalam harga Kontrak.

1.3.3. Survey Mutual Check Dan Penggambaran


1.3.3.1. Survey Mutual Check
Seluruh pengukuran topografi harus merupakan 1 (satu) sistem koordinat yang mengikat
pada titik koordinat awal ( BM-0 ) yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi akan menyerahkan
data koordinat BM tersebut kepada Kontraktor setelah terbit Surat Perintah Mulai Kerja.
Kontraktor perlu mendirikan titik-titik referensi tambahan guna memper-lancar pengecekan
koordinat BM (Bench Mark) dan CP (Control Point) di lokasi yang diperintahkan atau
disetujui oleh Direksi.
Dalam segala hal, tiap-tiap tahapan pekerjaan harus didahului dengan pematokan/
uitzet/setting out, pengecekan koordinat (x,y,z) dan dilanjutkan dengan pemasangan profile
(bowplank). Kontraktor bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan pengukuran dalam
rangka Mutual Check. Pengukuran harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi dan
hasilnya harus disetujui oleh Direksi, sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan.

1.3.3.2. Penggambaran
a. Gambar Kontrak
Kontraktor harus menyediakan Gambar Kontrak (Contract Drawings) ukuran A3 atau A4
jumlah disesuaikan dengan kebutuhan

b. Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan Gambar Kontrak/Desain sebagai dasar untuk memper-
siapkan Gambar Pelaksanaan/Kerja. Gambar Pelaksanaan disiapkan dalam ukuran A3 atau
A4 dengan memperlihatkan detail bangunan, potongan-potongan bangunan secara lengkap,
termasuk tata-letak pembesian, rencana pembengkokan, daftar pembesian, tipe beton yang
digunakan dan ukuran-ukuran bagian-bagian bangunan secara tepat. Gambar Pelaksanaan
yang telah disetujui dan disahkan oleh Direksi harus diserahkan kepada Direksi sebanyak 2
(dua) set dan Konsultan 1 (satu) set.
Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui dan
disahkan oleh Direksi. Setiap perubahan dari Gambar Pelaksanaan terlebih dahulu harus
dimintakan persetujuan kembali kepada Direksi. Resiko yang timbul akibat pekerjaan yang
dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi, sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor.

c. Gambar Pabrikan
Gambar-gambar detail yang dikeluarkan oleh pabrik atau bengkel seperti pintu-pintu air,
diusulkan oleh Kontraktor sesuai dengan Spesifikasi, harus diperiksa terlebih dahulu dan
disetujui oleh Direksi.

1.3.4. Laporan dan Dokumentasi


1.3.4.1. Laporan
Kontraktor harus menyiapkan Program Kegiatan sesuai dengan Jadwal Pelaksanaan
(Master Schedules) yang telah disetujui Direksi.

a. Laporan Kemajuan Pekerjaan Bulanan


Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Kontraktor harus menyerahkan Laporan Kemajuan Bulanan yang menggambarkan
secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan-bulan sebelumnya. Laporan ini merupakan
rekap dari Laporan Mingguan.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:
- Persentase kemajuan pekerjaan sesuai dengan hasil Pemeriksaan bersama
(opname).
- Daftar personil dan jumlah tenaga kerja.
- Daftar peralatan yang dioperasikan.
- Progress per item pekerjaan untuk tiap-tiap bangunan atau bagian-bagian konstruksi,
antara lain :
a. Volume pekerjaan pembetonan
b. Volume pekerjaan tanah
c. Daftar bangunan yang sedang dan telah selesai dikerjakan
- Progress pembayaran dan rencana tagihan pembayaran bulan berikutnya.

b. Laporan Harian dan Mingguan


Progress pekerjaan per hari harus dilaporkan, diperiksa dan disetujui oleh Direksi. Laporan
harian mencakup progress volume tiap-tiap item pekerjaan untuk tiap-tiap bagunan disertai
catatan volume bahan yang terpakai, peralatan yang digunakan dan jumlah tenaga
kerjanya. Laporan harian dibuat dalam 3 (tiga) rangkap atau sesuai kebutuhan dan
diserahkan kepada Direksi pada hari itu juga dalam 2 (dua) rangkap atau sesuai kebutuhan.
Laporan harian ini kemudian direkap menjadi Laporan Mingguan yang diserahkan kepada
Direksi pada saat Rapat Mingguan.

1.3.4.2.Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan Album
Foto, album tersebut boleh keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan
penjelasan foto. Untuk setiap lokasi pekerjaan sebaiknya dibuat 3 seri foto, yaitu pada
kondisi sebelum pelaksanaan (0%), pada saat pelaksanaan (50%) dan setelah selesai
dilaksanakan (100%). Titik sudut pengambilan foto untuk tahap-tahap kegiatan diusahakan
dari posisi yang sama.
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilampiri dengan beberapa foto-foto
pelaksanaan pada periode tersebut. Pada akhir pelaksanaan Kontrak, Kontraktor harus
menyerahkan Album foto pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi untuk tiap-tiap bangunan
atau bagian konstruksi.
Seluruh biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini sesuai dengan Pasal 2.2 harus
diperhitungkan dalam harga Kontrak.

1.3.6. Lain-lain
Pekerjaan Lain-lain adalah semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor
meskipun tidak tercantum di dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan ini harus dimasukkan ke dalam Harga Kontrak, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.2. Pekerjaan lain-lain terdiri dari:

a. Fasilitas Kesehatan
Kontraktor harus menyediadan fasilitas kesehatan untuk kepentingan karyawan dan tenaga
kerja di lapangan. Kontraktor harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih
dan sehat.
b. Asuransi
Semua peralatan dan terutama tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini
agar diasuransikan.
c. Bantuan Pengukuran Direksi
Kontraktor harus bekerjasama dengan Direksi dalam melaksanakan pengukuran uitzet/
setting-out sebelum pelaksanaan fisik dan selanjutnya harus dilakukan pengukuran/
pemeriksaan bersama untuk mengetahui secara pasti kemajuan pekerjaan sebagai back-up
data tagihan (payment).
d. Pekerjaan Sementara
Kontraktor bertanggungjawab terhadap perencanaan, spesifikasi, pelaksanaan dan pem-
bongkaran pekerjaan sementara. Pekerjaan sementara yang akan dilaksanakan oleh
Kontraktor harus diberitahukan dan disetujui oleh Direksi. Semua biaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk pembebasan tanah, sewa tanah dan
sebagainya adalah tanggungjawab Kontraktor dan harus sudah diperhitungkan dalam Harga
Kontrak.
Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap kerusakan tanaman atau tanah hasil galian,
baik yang menjadi milik Pengguna Jasa atau masyarakat. Kontraktor harus bersedia
memberikan ganti rugi terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena kerusakan tersebut.

e. Pengeringan dan Pengalihan Sementara

Selama proses pelaksanaan konstruksi bendung dan bangunan pelengkapnya, kondisi


medan harus benar-benar kering dari air permukaan maupun rembesan air tanah.
Kontraktor harus membuat rencana sistem pengeringan (dewatering plan) yang efektif
sedemikian hingga areal kerja dijamin kering. Di sekeliling areal bendung harus dibuat parit
drainase yang akan mengalirkan air rembesan ke titik pemompaan. Rencana pengeringan
disertai perhitungan kebutuhan pompa submersible harus terlebih dahulu diusulkan dan
disetujui oleh Direksi.
Kontraktor tidak diperbolehkan mengganggu sistim pengairan yang ada selama
pelaksanaan pekerjaan. Direksi akan meminta Kontraktor untuk mengerjakan pekerjaan
pengalihan sementara pada saluran irigasi yang ada sebelum melaksanakan pekerjaan
saluran serta bangunan yang berhubungan.
Kontraktor supaya menyerahkan rencana pengalihan sementara untuk mendapatkan
persetujuan Direksi. Setelah rencana itu disetujui/diubah atas petunjuk Direksi, pelaksanaan
pekerjaan pengalihan sementara harus sesuai dengan rencana yang telah disetujui.
Biaya untuk pembuatan rencana pengalihan sementara saluran pengairan yang ada supaya
dicantumkan dalam volume pekerjaan sesuai dengan kemajuan pekerjaan dan perintah
Direksi.
f. Kantor Kontraktor/Gudang/Bengkel/Pemondokan Buruh
Base-camp dan pemondokan buruh sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas yang penting
seperti air bersih, penerangan, saluran pembuang, jalan, gang, tempat parkir, pemagaran,
kese-hatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan pencegahan api, dsb.
g. Keamanan
Kontraktor atas biaya sendiri harus bertanggungjawab terhadap segi keamanan di
lingkungan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya harus
sudah diperhitungkan dalam Harga Kontrak.
h. Pencegahan Kebakaran
Kontraktor harus melakukan pencegahan terhadap terjadinya kebakaran di areal pekerjaan
dan harus menyediakan segala peralatan pencegahan kebakaran yang cukup dan siap
digunakan di seluruh lokasi pekerjaan. Kontraktor bertanggungjawab untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di lapangan kerja, termasuk mengamankan peralatan dan tenaga
kerja Sub-Kontraktor.
i. Hari Kerja dan Jam Kerja
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pada jam kerja pada hari kerja dengan
menghormati hari libur Nasional, perayaan resmi dan upacara keagamaan. Bilamana terjadi
keadaan mendesak yang mengharuskan pekerjaan berlangsung terus selama perayaan
atau hari libur tersebut maka Kontraktor harus membuat pengaturan khusus dengan
persetujuan Direksi.
Pekerjaan Utama/permanen tidak boleh dilaksanakan pada malam hari, hari Minggu atau
hari libur resmi, kecuali pekerjaan tersebut tidak dapat dihentikan tanpa resiko tertentu.
Resiko pekerjaan yang dilaksanakan diluar hari kerja dan jam kerja tanpa persetujuan
Direksi sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor.

j. Gangguan dan Keadaan Darurat


(a) Perbaikan Pekerjaan
Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi berwenang dengan perintah tertulis kepada
Kontraktor untuk melaksanakan:
 Penyingkiran atau pembuangan bahan dari lapangan yang menurut penilaian
Direksi tidak sesuai dengan Spesifikasi,
 Perbaikan, pembongkaran atau pelaksanaan ulang dari suatu pekerjaan yang
mutunya tidak sesuai dengan Spesifikasi, meskipun sebelumnya telah dilakukan
pengujian dan pembayaran atas pekerjaan tersebut,
Bila Kontraktor lalai melaksanakan perintah tersebut di atas maka Direksi berhak
mempekerjakan pihak lain atas beban biaya Kontraktor, dan Direksi berhak menahan
pembayaran yang menjadi hak Kontraktor hingga Kontraktor memenuhi kewajibannya
sesuai dengan Kontrak.
(b) Resiko Pekerjaan
Direksi tidak bertanggung-jawab atas akibat apapun yang timbul dari suatu resiko pekerjaan,
baik dengan cara pembayaran ganti rugi atau kompensasi lain, termasuk untuk hal hal
antara lain sebagai berikut:
 Cedera atau meninggalnya tenaga kerja,
 Kerusakan akibat perang atau kerusuhan sosial,
 Keributan, kekacauan, huru-hara, kecuali yang terjadi diantara pekerja Kontraktor
atau Sub-Kontraktornya dan timbul sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan.

k. Papan Nama Pekerjaan

Kontraktor harus membuat, memasang dan memelihara minimal 1 (Satu) Papan Nama
Pekerjaan untuk setiap Daerah Irigasi. Papan Nama Pekerjaan harus menunjukkan dan
memuat nama Pengguna Jasa, pekerjaan, nama Kontraktor dan jumlah hari pelaksanaan.
Lokasi pemasangan akan ditunjukkan oleh Direksi. Bila pekerjaan telah selesai dan
diserahterimakan, Papan Nama Pekerjaan harus dicabut oleh Kontraktor.

l. Pekerjaan Bongkaran

Pelaksanaan bongkaran harus dilakukan seteliti mungkin dengan memperhatikan kondisi


dan bagian yang mempunyai keterkaitan dengan bagian yang dibongkar.

Harus dijaga faktor kebisingan atau gangguan lainnya, sehingga tidak mengganggu situasi
kerja rutin pada bangunan yang bersangkutan.

Pembongkaran harus menjamin keamanan dan keselamatan, baik untuk pekerja, pengguna
bangunan, peralatan maupun bangunan sendiri.

Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan pada bagin-bagian lain yang nyata-nyata
diakibatkan oleh adanya pekerjaan pembongkaran.

Bekas bongkaran yang tidak akan digunakan lagi harus secepatnya disingkirkan dan
dibersihkan dari lapangan, sehingga tidak menggaggu lalu lintas pandangan.

Pemborong bertanggung jawab atas keamanan barang-barang bongkaran yang akan


digunakan lagi.

Pekerjaan bongkaran meliputi :

− Sebagian /keseluruhan bangunan lama.


− Item bongkaran diperhitungkan dalam satuan m3.
2. PEKERJAAN TANAH

2.1. UMUM
Lingkup pekerjaan tanah meliputi semua pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan sebagai
berikut:
 Perintisan dan pembersihan,
 Kosrekan,
 Galian,
 Timbunan dan
 Pembuangan sisa galian
Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas harus terlebih dahulu diusulkan kepada
Direksi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa dan
disetujui oleh Direksi.

2.1.1. Perintisan dan Pembersihan


Pekerjaan perintisan dan pembersihan (clearing dan grubbing) mencakup penebangan
semak-semak dan pohon, pembongkaran akar-akar pohon, mengisi lubang-lubangnya
dengan tanah yang dipadatkan kemudian membakar atau membuang ke luar areal
pekerjaan. Pohon yang tidak harus harus ditebang harus dilindungi dari kerusakan.
Perintisan dan pembersihan dilakukan di lokasi bangunan-bangunan permanen, tanggul-
tanggul, sesuai dengan Gambar atau tempat lain yang diperintahkan oleh Direksi. Volume
pekerjaan diperhitungkan terhadap luasan bidang tanah yang sebagian besar (>80%)
tertutup tumbuhan semak belukar dan pepohonan dengan ketinggian di atas 0.50 m. Areal
lain yang diperlukan sebagai penunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pemba-yaran.
Pembayaran untuk penebangan pohon (individual) yang terdapat di luar areal yang
dimaksud di atas, dikonversikan sebagai pekerjaan perintisan dan pembersihan menurut
Tabel berikut ini.
Diameter Batang Pohon Luas area (konversi)
No
(cm) (m2)
1 10 – 15 4
2 15 – 20 9
3 20 – 25 16
4 > 25 25

Perhitungan areal tersebut adalah untuk areal kerja baru dan tidak termasuk untuk areal
bangunan atau saluran yang sudah ada. Satuan pembayaran untuk pekerjaan perintisan
dan pembersihan adalah m2.

2.1.2. Kosrekan
Kosrekan (stripping) adalah pengupasan/pembongkaran dan pembersihan lapisan bagian
atas tanah dari semua bahan organik seperti misalnya rumput, gambut, lumpur dan akar-
akar tumbuhan di daerah yang akan dilaksanakan pekerjaan timbunan. Pengupasan harus
dilaksanakan hingga kedalaman minimum 20 cm atau sesuai petunjuk Direksi.
Material hasil pengupasan harus digusur dan dibuang kemudian ditebar merata di sekitar
lokasi pekerjaan yang dijamin tidak akan mengganggu lingkungan.
Pembayaran pekerjaan kosrekan temasuk upah pekerja dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk mengupas, membuang dan menebar di sekitar lokasi diperhitungkan
sesuai dengan Gambar dalam m2.
2.1.3. Pekerjaan Galian

2.1.3.1. Umum
Pekerjaan galian dibedakan dalam 4 (empat) kelompok pembayaran sebagai berikut di
bawah ini.
1. Galian tanah biasa.
2. Galian pasir dan krikil atau deposit sungai
3. Galian batu lapuk
4. Galian batu.

Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas adalah tingkat kekerasan material yang
harus digali, yang berimplikasi terhadap jenis peralatan yang dipakai dan produktifitas
peralatan terhadap volume galian.
Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian pada tanah biasa yang dapat dilakukan dengan
Excavator atau tenaga manusia.
Galian pasir dan krikil atau material deposit sungai adalah pekerjaan galian pada material
campuran antara pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan Excavator
tetapi tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa,
dikarenakan material tersebut lebih keras dan padat.
Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian pada material batuan yang sudah lapuk dan
pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan kombinasi peralatan Excavator dan Pick
Hammer.
Galian batu diperhitungkan terhadap semua batu-batuan padat dan keras, yang tidak dapat
digali kecuali dengan Excavator yang dilengkapi dengan Breaker atau pembongkaran
dengan cara peledakan. Bilamana Kontraktor mengusulkan penggunaan cara peledakan
maka kontraktor harus sudah memperhitungkan segala peralatan dan material yang
diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.
2.1.3.2. Galian Permanen (Open-cut Excavation)
Semua pekerjaan galian terbuka untuk konstruksi permanen/tetap harus dilaksanakan
sesuai dengan garis, kemiringan dan dimensi yang diperlihatkan dalam Gambar. Dalam
pelaksanaan, Direksi berhak merubah kemiringan (slope) atau dimensi galian sesuai
dengan kondisi tanah setempat. Setiap penambahan atau pengurangan dari volume
pekerjaan galian tersebut akan diperhitungkan dalam pembayaran.
Kontraktor harus mencegah kerusakan material yang ada di bawah batas galian. Kerusakan
karena ketidak-hati-hatian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk penggalian
yang berlebihan, harus diperbaiki atas biaya Kontraktor. Kontraktor harus mengisi kembali
dengan material sejenis yang dipadatkan atas biaya Kontraktor. Galian yang melebihi
ketentuan karena kesengajaan atau kelalaian Kontraktor, tidak akan diperhitungkan dalam
pembayaran.
2.1.3.3. Kemiringan Galian (Slope)
Galian tidak diijinkan langsung ditimbun dengan tanah atau beton tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. Kemiringan galian yang rusak atau berubah karena kesalahan
pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas biaya Kontraktor.
Selama proses penggalian, material hasil galian langsung dipisahkan antara yang
memenuhi syarat sebagai material timbunan dan material yang tak layak (unsuitable) yang
harus dibuang. Material yang layak untuk timbunan harus disimpan di tempat-tempat
tertentu (stock pile) yang disetujui Direksi. Kontraktor harus memahami medan kerja
sedemikian hingga peletakan material timbunan berada sedekat-dekatnya dengan lokasi
yang memerlukan timbunan atau langsung dapat ditebar di lokasi timbunan. Semua galian
untuk pondasi bangunan/struktur harus dilaksanakan dalam kondisi kering.
Kecuali tidak ditentukan dalam Gambar, pembayaran pekerjaan galian termasuk
pembersihan dan perapian, diperhitungkan terhadap kemiringan lereng galian untuk
berbagai material seperti Tabel di bawah ini.

KEMIRINGAN LERENG GALIAN

MATERIAL KEMIRINGAN (V : H) PERUNTUKAN


Batu 1 : 0.50 Galian permanen
Batu 1 : 0.30 Galian sementara
Batu lapuk 1 : 0.80 Galian permanen
Batu lapuk 1 : 0.50 Galian sementara
Tanah 1 : 1.00 Galian permanen
Tanah 1 : 0.50 Galian sementara
Galian pasir/krikil atau 1 : 1.00 Galian permanen
Deposit sungai 1 : 0.60 Galian sementara

Galian sementara dimaksudkan bahwa galian tersebut akan ditimbun kembali setelah
pekerjaan konstruksi selesai. Kontraktor harus mengamankan kemiringan lereng galian
terhadap longsoran yang mungkin terjadi. Galian tanah dan pasir/krikil untuk bangunan
harus dilaksanakan sebagai berikut :
- kemiringan lereng 1 V : 0.50 H,
- jarak dari tepi pondasi 0.50 m,
- lebar berm tiap 3 m tinggi 0.50 m.
Bila dijumpai benda yang mengganggu pelaksanaan galian maka benda tersebut harus
disingkirkan dan diganti dengan material timbunan yang sesuai atas biaya Kontraktor. Bila
diperlukan dan diinstruksikan oleh Direksi, Kontraktor harus membuat saluran drainase (parit
gendong) untuk mencegah aliran masuk ke areal galian terbuka dengan biaya Kontraktor
kecuali saluran drainase tersebut merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang terdapat
dalam Gambar.
2.1.3.4. Pembayaran
Pembayaran terhadap volume pekerjaan galian diukur dan dihitung berdasarkan Gambar
tanpa memperhitungkan volume galian yang sesungguhnya dilaksanakan. Tidak ada
pembayaran untuk pekerjaan galian termasuk pembersihan dan perapian di luar dimensi
dan ukuran yang tertera dalam Gambar, kecuali diperintahkan oleh Direksi.
Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja, bahan,
peralatan yang diperlukan untuk penggalian, perapian (trimming) dan fasilitas drainase
untuk mencegah longsoran tebing. Satuan pembayaran unuk pekerjaan galian adalah m3.

2.1.4. Pekerjaan Timbunan


2.1.4.1. Timbunan Tanah Biasa
Pekerjaan timbunan tanah biasa dibedakan dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan lokasi
timbunan :
a. Timbunan kembali pada bangunan.
Yang dimaksud pekerjaan timbunan kembali pada bangunan adalah pekerjaan timbunan
yang berada di sekitar lokasi galian dengan jarak gusur sampai maksimum 100 m,
sehingga tidak perlu alat angkut.
b. Timbunan kembali pada saluran tersier.
Timbunan untuk saluran dan bangunan tersier pada umumnya diambil dari galian
saluran atau galian setempat, sehingga semaksimal mungkin keperluan material untu
timbunan ini memanfaatkan hasil galian.
c. Timbunan tanah biasa
Yang dikelompokkan kedalam item pekerjaan timbunan tanah biasa ini adalah pekerjaan
timbunan pada setiap lokasi yang memerlukan timbunan, dimana bahan timbunannya
diambilkan semaksimal mungkin dari material hasil galian yang berpedoman pada
prinsip keseimbangan galian – timbunan (soil balance). Atas pertimbangan tertentu
dengan persetujuan Direksi, maka Kontraktor dapat memanfaatkan tanah hasil galian
setempat untuk bahan timbunan, sejauh kualitas materialnya sesuai dengan spesifikasi,
dan untuk pekerjaan ini tetap diperhitungkan sebagai timbunan tanah biasa.

2 Timbunan tanah biasa


Pembayaran untuk pekerjaan timbunan tanah biasa diperhitungkan terhadap biaya
penimbunan, biaya pengangkutan dan penyimpanan material (stock pile). Sejauh mungkin
dan sepanjang memenuhi persyaratan, material timbunan diambil dari material hasil galian,
sesuai dengan prinsip soil balance. Bila volume galian yang memenuhi persyaratan tidak
mencukupi, maka material timbunan dapat diambil dari lokasi-lokasi tertentu (borrow area)
yang disetujui oleh Direksi.
3 Timbunan tanah dari Borrow_area
Timbunan tanah dari borrow area dilaksanakan sesuai perintah Direksi bilamana volume
material hasil pekerjaan galian yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan, tidak
mencukupi. Pembayaran terhadap pekerjaan timbunan borrow area dibedakan sesuai
dengan jarak angkut dari lokasi pengambilan dengan lokasi penimbunan, yaitu jarak angkut
kurang dari 1 (satu) Kilometer ( D < 1 Km), jarak angkut antara 1 (satu) hingga 3 (tiga)
Kilometer ( D = 1~3 Km) dan jarak angkut lebih dari 3 (tiga) Kilometer ( D > 3 Km).
Pekerjaan timbunan dari borrow area meliputi pekerjaan galian di lokasi borrow area,
pengangkutan material dan penimbunan di lokasi timbunan

2.1.4.2. Uji Coba Timbunan (Trial Embankment)


Material timbunan harus bebas dari rumput, akar atau material lain yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahan timbunan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan timbunan, Kontraktor
harus melaksanakan uji coba timbunan (trial embankment) untuk mendapatkan Pedoman
yang akan diterapkan dalam pelaksanaan timbunan. Uji coba pemadatan diterapkan
terhadap setiap bahan yang berbeda karakteristiknya, minimal 3 (tiga) lapis per jenis
material. Pemadatan timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan setelah
padat antara 20 hingga 40 sentimeter atau sesuai dengan Spesifikasi dari masing-masing
material. Hasil uji coba pemadatan dapat diperoleh pedoman pelaksanaan yaitu kaitan
antara tonase peralatan yang dipakai di lapangan dengan ketebalan lapisan, kadar air
optimum dan jumlah lintasan dan kecepatan peralatan yang optimal untuk mencapai tingkat
pemadatan sesuai dengan Spesifikasi.
Kontraktor harus menyampaikan rencana kepada Direksi paling lambat 30 (tigapuluh) hari
sebelum pelaksanaan uji coba timbunan. Pelaksanaan uji coba harus dalam pengawasan
Direksi. Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji coba timbunan adalah sebagai berikut:
- Kepadatan lapangan (field density)
- Permeabilitas lapangan (field permeability)
- Berat jenis (specific gravity)
- Kadar air (water content)
- Konsistensi (consistency/Atterberg limit)
- Gradasi (gradation) lapangan dan laboratorium
- Kepadatan laboratorium (Proctor compaction)
Semua biaya untuk pelaksanaan uji_coba timbunan termasuk pengadaan bahan,
pembongkaran material, pengambilan contoh uji (sample) dsb dianggap sudah terpenuhi
dalam harga satuan yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BOQ.
2.1.4.3. Bahan Timbunan
Karakteristik bahan timbunan dibedakan sesuai dengan fungsinya yaitu material yang
berfungsi sebagai filter (lolos air), material kedap air dan material sembarang (semi kedap
air). Material lolos air dan kedap air merupakan material pilihan yang umumnya diperoleh
dari lokasi tertentu (borrow area) sedangkan material sembarang diambil dari hasil galian
tanah biasa di sekitar lokasi pekerjaan.

a. Material Lolos Air


Material lolos air (filter) harus ditimbun per lapis horisontal dengan ketebalan sebelum padat
tidak lebih dari 50 (limapuluh) cm, dipadatkan secara menyeluruh dengan Vibro Roller
minimal 9 ton, ± 4 (empat) lintasan per lapis hingga mencapai kepadatan kering (dry density)
tidak kurang dari 70% terhadap hasil pemadatan laboratorium, BS 1337 Test 11, atau sesuai
dengan uji coba timbunan yang disetujui Direksi.
Material filter diambil dari hasil galian pondasi bendung atau lokasi lain yang disetujui oleh
Direksi. Spesifikasi material filter dipilah menjadi 2 (dua) sebagai berikut:

(a) Filter Halus


Spesifikasi material filter halus adalah pasir dengan ukuran butiran maksimum 25
(duapuluh lima) mm, terdiri dari butiran yang tertinggal di saringan No 4 (4.76 mm)
kurang dari 25 (duapuluh lima) persen dan lolos saringan No. 200 (0.074 mm) kurang
dari 5 (lima) persen.

(b) Filter Kasar


Material filter kasar terdiri dari pasir dan kerikil bergradasi baik dengan maksimum
ukuran butiran 50 (lima puluh) Milimeter, tertinggal di saringan No. 4 antara 55 hingga
80 % dan lolos saringan No. 200 kurang dari 5 (lima) persen.
b. Material Kedap Air
Material kedap air (the impervious core material) adalah material timbunan yang terletak di
bagian tengah dari tanggul penutup dengan ukuran atau ketebalan sesuai dengan Gambar.
Material ini terdiri dari tanah dan lempung, campuran dari CL, CH dan ML dengan ukuran
butiran maksimum 20 milimeter, butiran lolos saringan No 200 harus lebih dari 70 (tujuh
puluh) persen dan indeks plastisitas (IP) minimum 15 persen, koefisien permeabilitas (k)
lebih kecil dari 1x10-5 cm/detik. Batu atau krikil ukuran lebih dari 8 cm harus disingkirkan.
Material ini diambil dari lokasi borrow area yang disetujui oleh Direksi.
Kecuali ditentukan lain oleh Direksi, kadar air selama pelaksanaan timbunan harus dijaga
pada kisaran minus 1 % hingga plus 3 % dari kadar air optimum uji kepadatan laboratorium.
Kepadatan kering lapangan (dry density) harus mencapai lebih dari 98 (sembilanpuluh
delapan) persen dari maksimum kepadatan laboratorium menurut uji kepadatan standar BS
1377 Test 11.
Material dihampar horizontal secara menerus dengan ketebalan setelah padat tidak lebih
dari 20 (duapuluh) sentimeter. Pemadatan dilaksanakan dengan peralatan Tamping
Rammer atau Smoothfaced Vibratory Roller (0.50 ~ 2 ton), dipadatkan ± 8 (delapan) lintasan
per lapis atau sesuai dengan hasil uji timbunan.
c. Material Sembarang
Material sembarang dapat berupa tanah lempung lanauan atau lanau lempungan yang
bercampur dengan batu-batu kecil sebagai hasil dari pekerjaan galian tanah biasa.
Penimbunan dilaksanakan perlapis secara menerus dengan peralatan Vibro Roller minimal
9 (sembilan) ton ± 6 lintasan dan sesuai dengan uji timbunan. Tebal per lapis sebelum
dipadatkan tidak boleh lebih dari 30 (tigapuluh) sentimeter. Tingkat kepadatan harus
mencapai minimal 95 (sembilanpuluh lima) persen terhadap kepadatan maksimun
laboratorium.

2.1.4.4. Pelaksanaan Penimbunan


Permukaan tanah di lokasi timbunan harus dibersihkan dan dikupas atau digali hingga
kedalaman sesuai dengan Gambar. Permukaan tanah yang telah dikupas kemudian digali
dan dibuat alur-alur terbuka sedalam 20 (duapuluh) cm, dengan jarak antar alur lebih kurang
1 (satu) m. Setiap lapis permukaan timbunan berikutnya juga harus digaruk kembali dan
kadar airnya diperiksa kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan dilanjutkan.
Tanah timbunan harus bebas dari tunggul-tunggul pohon, akar, rumput, humus-humus dan
unsur lain yang dapat membusuk.
Material untuk timbunan harus ditempatkan dan dihampar secara menerus dalam lapis
horisontal untuk menghindari pemisahan butiran, batuan atau terjadinya ruang kosong
dalam areal timbunan.
Kontraktor harus memelihara pekerjaan timbunan yang telah disetujui hingga akhir Kontrak.
Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap erosi dari permukaan timbunan dan setiap
material timbunan yang hilang akibat erosi harus diganti atas biaya Kontraktor.
Pemadatan di sekitar struktur beton harus menunggu hingga struktur telah mencapai umur
28 hari atau sesuai arahan Direksi. Material akan ditempatkan sepanjang mungkin di sekitar
struktur beton untuk memperkecil pembebanan tidak seimbang pada struktur.

2.1.4.5. Tambahan untuk Penurunan Tanah pada Tanggul


Kontraktor harus memperhitungkan tambahan pengisian karena pemadatan sendiri dan
penurunan elevasi mercu tanggul, baik disebutkan atau tidak, maka tinggi, lebar dan ukuran
yang ditunjuk dalam Gambar harus dilebihkan, sehingga setelah penurunan selesai dan
tanggul dirapikan, maka akan tercapai dimensi/ukuran sesuai dengan Gambar.

2.1.4.6. Pengendalian Mutu


Kontraktor akan bertanggungjawab penuh terhadap pengendalian mutu dari pekerjaan yang
dilaksanakan. Direksi akan melakukan pemeriksaan dan meneliti semua pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Kontraktor guna menjamin bahwa pekerjaan telah memenuhi Spesifikasi.
Direksi berhak menolak semua atau bagian dari pekerjaan yang tidak me-menuhi Spesifikasi
dan Kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan hingga sesuai dengan
Spesifikasi atas biaya Kontraktor.
Prosedur uji rutin ditetapkan dalam Lampiran Spesifikasi. Standar pengujian yang diterapkan
sesuai dengan Tabel berikut ini.
Type of Test Designation No.

- Sampling of materials ASTM D 2217 (JIS A 115-75)


- Field density ASTM D 1556, 2049 (JIS A 1108-76,A 1132-63)
- Field permeability ASTM D
- Field moisture test ASTM D 1557 (JIS A 1118-75)
- Specific gravity ASTM D
- Gradation ASTM D 422
- Proctor compaction ASTM D

Frekuensi pengujian, kecuali ditentukan lain oleh Direksi, harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan di bawah ini.

 Field density : satu sample untuk setiap lapisan timbunan atau


satu sample untuk setiap 1,000 m 3
 Field permeability : sesuai arahan Direksi
 Field moisture test : satu sample setiap hari
 Specific gravity : satu sample setiap 3,000m3
 Gradation : satu sample setiap 3,000m 3
 Consistency test : satu sample setiap 3,000 m 3
 Proctor compaction test : satu sample setiap 3,000 m 3

Tidak ada pembayaran tersendiri untuk pekerjaan pengendalian mutu. Semua biaya untuk
pelaksanaan uji pengendalian mutu termasuk semua tenaga, material, peralatan konstruksi
dan peralatan, pengambilan contoh dan pengujiannya harus sudah termasuk dalam harga
satuan dalam BoQ.

2.1.4.7. Operasi di Borrow Area


Apabila material hasil galian tidak mememenuhi Spesifikasi sebagai bahan timbunan maka
material harus diambil dari tanah luar (borrow area) sesuai perintah Direksi. Pembayaran
terhadap pekerjaan timbunan dari borrow area mencakup biaya pembelian tanah, biaya
pengupasan, penggalian tanah di borrow area, transportasi material dan biaya penimbunan.
Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah timbunan harus diatur dan dijaga sebelum
digali dari lokasi borrow dengan cara memberi atau menambah air dengan menga-lirkannya
(bila kurang basah) atau dengan menggali saluran atau parit pembuang untuk mengurangi
kelebihan air.
Paling lambat 30 (tigapuluh) hari pelaksanaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi
metode pengoperasian di borrow area, termasuk jadwal operasi, peralatan yang dipakai,
luas areal penggalian dan kedalaman pengambilan material.
Lokasi pengambilan tanah timbunan harus dibersihkan terlebih dahulu dan bebas dari
kotoran dan sisa-sisa akar pohon, dan secara seksama dikupas dan dihilangkan bahan-
bahan organiknya seperti rumput, lapisan tanah permukaan dan akar pohon, dengan
demikian tanah timbunan tidak mengandung tunggul semak belukar, akar, rumput, humus,
gumpalan-gumpalan tanah dan unsur lain yang mudah membusuk.
Setelah penggalian di borrow area selesai, lokasi galian harus ditata kembali, material
kupasan termasuk humus harus dikembalikan ke borrow area seperti arahan Direksi untuk
memelihara kesuburan lahan dan mencegah resiko terhadap ternak dan orang. Untuk
menghindari terbentuknya kolam air di borrow area maka parit drainase dari borrow area ke
pengeluaran terdekat harus di buat oleh Kontraktor.
2.1.5. Pembuangan Sisa Galian
Materaial sisa galian dan yang tidak biasa dipergunakan untuk timbunan akan dibuang di
suatu tempat didalam dan atau diluar daerah irigasi yang disetujui oleh pemilik lahan, sesuai
yang ditunjukkan dalam gambar atau atas persetujuan Direksi. Kontraktor harus meratakan,
merapikan dan mengatur ketinggiannya maksimum 3 m.
Pekerjaan pembuangan sisa galian tersebut diperhitungkan dan dilaksanakan apabila di
daerah sekitar lokasi galian tidak memungkinkan untuk menyebar sisa galian tersebut,
karena akan mengganggu fungsi jaringan maupun sawah dan fasilitas yang ada di kemu-
dian hari.
Lokasi pembuangan harus atas persetujuan Direksi dan mendapat ijin pemilik lahan. Satuan
pembayaran untuk pekerjaan ini adalah meter kubik (m3), yang dihitung secara matematis
dari jumlah total volume galian dikurangi volume yang terpakai untuk timbunan (soil
balance).

2.2. BANGUNAN

2.2.1. Pekerjaan Pengeringan


Kontraktor harus menjaga agar galian bebas dari air selama pelaksanaan pekerjaan. Cara
menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air harus dilaksanakan
dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi.
Kontraktor harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup di lapangan
guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
2.2.2. Cara Penggalian
Kontraktor harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian, termasuk detail dari
konstruksi penahan yang mungkin diperlukan guna mendapat persetujuan Direksi secara
tertulis, sekurang-kurangnya 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan
penggaliannya terjamin.
2.2.3. Penggalian pada Bangunan
Penggalian harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk dikerjakan
dengan baik, dapat membuat penyokong bagi tebing galian, dan masih cukup ruangan
untuk pembuatan acuan, pengecoran beton, memasang pasangan batu dan melaksanakan
timbunan, termasuk pemadatan dan kegiatan pekerjaan lainnya.
2.2.4. Penggalian untuk Pipa
Dasar galian untuk pipa / buis beton harus dirapikan dengan tangan atau dengan metoda
lain yang disetujui atau diperintahkan Direksi, secepatnya sebelum pipa diletakkan.
2.2.5. Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak diperin-
tahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Kontraktor dengan tanah yang dipadatkan
sebagaimana yang dikehendaki Direksi, tanpa menuntut suatu tambahan pembayaran
pekerjaan.
2.2.6. Perapian Permukaan Galian dengan Tangan
Dasar galian yang akan menerima beton, pasangan batu atau isian dipadatkan, 0,15 m yang
terakhir dari galian harus dirapikan dengan tangan, atau dengan cara yang mungkin
dibenarkan atau diperintahkan oleh Direksi. Hal ini dilakukan setelah pembersihan semua
lumpur pada waktu akan menempatkan konstruksi diatasnya.
2.2.7. Pemilihan dan Pemadatan Tanah Isian
Dimana pengisian kembali di bawah muka tanah dan dekat dengan bangunan diperlukan,
bahan yang akan dipakai harus disetujui oleh Direksi dan dipadatkan sesuai Pasal 2.1.4.

2.3. SALURAN

Semua pasal yang termasuk didalam pekerjaan tanah secara umum yaitu dari Pasal 2.1.1 ~
2.1.5 berlaku untuk bagian saluran-saluran, kecuali apabila kedua pasal bertentangan, maka
bagian dari pasal di bawah ini yang berlaku.
2.3.1. Penggalian dan Pembuangan
Tanah galian dari saluran-saluran pengairan atau pembuang harus dibuang ke luar tanggul
atau ke suatu tempat yang ditentukan oleh Direksi.
Tanah dari galian tersebut dapat digunakan untuk bahan timbunan, kalau menurut per-
timbangan Direksi dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Kontraktor harus menyi-
apkan rencana pelaksanaan pekerjaan tanah untuk setiap bagian dari pekerjaan pada suatu
saat, dengan detail lokasi dan program penggalian dari saluran dan membuang sisa galian.
Kontraktor harus mengajukan usul rencana pelaksanaan pekerjaan selambat-lambatnya 14
(empatbelas) hari sebelum tanggal yang dimaksudkan untuk memulai pekerjaan tanah dari
tiap-tiap bagian pekerjaan, sebagai pemberitahuan kepada Direksi. Rencana itu harus
berisi keterangan-keterangan tentang penilaian Kontraktor terhadap tanah yang dapat
ditempatkan di tanggul atau pembuangan material yang tidak layak pakai untuk timbunan
dan harus dibuang sesuai dengan Pasal 2.1.5.

2.3.2. Tanggul
Tanggul untuk saluran pembawa, saluran pembuang, jalan dan lain-lainnya, apabila tidak
dinyatakan lain harus dibentuk dari tanah galian dari saluran pembawa atau saluran
pembuang yang bersangkutan.
Bila bahan untuk tanggul tidak memungkinkan atau kurang bila diambil dari hasil galian
saluran pembawa atau saluran pembuang, maka kekurangan bahan diatas harus diambil
dari tanah luar seperti yang disyaratkan pada Pasal 2.1.4.7.
Tanggul untuk saluran dengan ketinggian melebihi muka tanah asli harus dibuat rapat air,
dan tidak boleh ada tanda-tanda rembesan sesudah diisi dengan debit maksimum dalam
waktu panjang.
Tanggul dan tanggul yang dipakai sebagai jalan inspeksi atau jalan masuk harus dibentuk
seperti yang diuraikan berikut atau dibuat dengan cara lain yang disetujui Direksi.
Bahan timbunan dihampar horisontal dengan ketebalan merata secara berlapis/bertahap,
dan setiap lapis tidak boleh mempunyai ketebalan lebih dari 0.25 m.
Pemadatan harus dilaksanakan dengan mesin penggilas, mesin pemadat, mesin penggetar
atau cara lain yang disetujui sehingga hasil pemadatan mencapai tidak kurang 90% dari
pemadatan kering yang dilaksanakan menurut BS 1377 Test 11.
Pengujian kepadatan menurut BS 1377 akan sering dilakukan oleh Direksi selama
pelaksanaan pemadatan berlangsung.
Timbunan diatas tanah asli di belakang bangunan baru, harus dipadatkan seperti yang
diuraikan diatas untuk tanggul-tanggul yang dipakai untuk jalan inspeksi. Apabila tidak
ditentukan lain dalam Gambar atau atas perintah Direksi maka mercu tanggul harus
mempunyai kemiringan (slope) 1 : 40 ke arah luar.
Tanggul yang merupakan jalan inspeksi atau jalan masuk harus dibuat dengan arah dan
kemiringan sedemikian rupa sehingga dapat dilalui dengan aman dan mudah oleh
kendaraan ringan dan harus tetap dipelihara sampai akhir masa pemeliharaan.
2.3.3. Ketelitian dalam Pekerjaan Tanah
Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran yang diizinkan sebagai diterangkan dibawah ini,
apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera
pada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.

Dasar saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m tegak


Level puncak timbunan : + 0.10 m tegak
Dasar kemiringan : + 0.05 m mendatar
Puncak kemiringan timbunan : + 0.10 m mendatar
Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh
dipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.
Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi dan halus.
2.3.4. Peralihan
Pada setiap perubahan tampang lintang, peralihan harus dibuat pada dasar dan talud
saluran harus dibuat sedemikian rupa, sehingga perubahan kearah tegak atau mendatar
tidak lebih dari 1 : 10.
2.3.5.Celah-celah pada Tanggul
Bila perlu, pada tempat bangunan atau pada tempat yang diperintahkan, Kontraktor harus
meninggalkan atau membuat celah-celah pada tanggul, kemudian membangun kembali
seperti semula setelah selesai bangunan tersebut.
2.3.6.Longsoran di Talud
Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah ter-
jadinya longsoran dari talud dan tanggul. Dalam hal terjadinya longsoran, Kontraktor harus
memperbaiki semua pekerjaan dan kerusakan yang bersangkutan dan melaksanakan setiap
perubahan yang diperlukan sampai memuaskan Direksi.
2.3.7Kelebihan Penggalian dan tanah-tanah longsoran
Jika saluran digali atau tanggul dibuat tidak sesuai dari yang disebutkan, Kontraktor harus
membangunnya kembali seperti ditentukan menurut petunjuk Direksi.
2.4. Gebalan Rumput
2.4.1. Umum
Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam Gambar, lereng dari saluran dan saluran
gendong harus digebal dengan rumput. Sebelum gebalan rumput dipasang, permukaan
harus diratakan dan bila perlu digemburkan dan dilapisi dengan humus 2 cm. Permukaan
gebalan rumput harus rata dengan permukaan lereng saluran.
Setelah gebalan rumput dipasang harus disiram dengan air secukupnya sampai gebalan itu
tumbuh dengan baik, sedang gebalan rumput yang tidak tumbuh harus dibuang dan diganti.

2.4.2.Daerah yang Harus Digebal


Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :
a. Selebar 0.30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.
b. Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.20 m dibawah muka air rencana
untuk saluran tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran pasangan.
c. Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.

2.4.3.Gebalan Rumput dan Cerucuk


a. Persyaratan gebalan rumput :
 rumput gebalan tebal 4 cm dan bersama akar-akarnya
 bukan berasal dari tanah yang susut besar
 ukuran-ukuran 25 cm x 25 cm
b. Cerucuk untuk gebalan
Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput. Ukuran dari
cerucuk tadi paling tidak panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang 2
buah cerucuk untuk setiap gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4 cm.

2.5. Jalan Inspeksi


2.5.1. Umum
Sepanjang tepi saluran pada umumnya dibuat jalan inspeksi. Jalan inspeksi ini biasanya
ditempatkan diatas salah satu tanggul dari saluran tetapi kadang-kadang pada jalur jalan
yang sudah ada yang dekat dengan saluran.
Ada 2 macam konstruksi yang mungkin dipergunakan :
a. Lapisan krikil diatas dasar jalan makadam
b. Lapisan pengaspalan dua lapis diatas dasar jalan makadam

2.5.2.Pekerjaan Tanah
Bila jalan terletak pada salah satu tanggul saluran, cara penyiapan tanah adalah sama untuk
ketiga macam lapis atas jalan tersebut diatas.
Pekerjaan tanah untuk jalan inspeksi dikerjakan sama dengan pekerjaan saluran. Tubuh
jalan dibentuk dengan kemiringan 1 : 40 ke luar dari sisi saluran. Apabila konstruksi jalan
tidak dikerjakan sesudah pekerjaan tanah selesai, maka muka tanah harus digaruk dan
dipadatkan kembali secepatnya sebelum jalan dipasang.

2.5.3.Bahu / Berm Jalan


Bahu/berm jalan dibentuk dari tanah timbunan dipadatkan, digebal sesuai Pasal 2.4.1
sampai 2.4.3 dan diberi batu tepi selebar 0,25 m. Batu tepi ini dibuat dari batu kali dengan
ukuran tebal 0.25 s/d 0.30 m. Setiap jarak 10 m pada bagian yang rendah dari bahu jalan
diberi drain pengeringan dari krikil sepanjang bahu jalan. Ukuran dari drain pengeringan
krikil ini 0,20 m dalam dan 0,50 m lebar dan bahan yang dipakai harus merupakan bahan
kasar dengan ukuran maximum 20 mm dan dibungkus dengan lapisan krikil. Ketinggian
bahu jalan sesudah digebal dimana-mana harus sama dengan ketinggian muka jalan.

2.5.4.Formasi
Persiapan dari formasi dan konstruksi jalan selanjutnya dimulai setelah bahu jalan selesai.
Selama persiapan formasi dan konstruksi jalan, bagian yang lebih rendah dari jalan diberi
celah (bukaan) untuk memberikan efek pengeringan.
Setelah pembentukan seperti diatas dan yang dimaksud dalam Pasal 2.02 dari Spesifikasi
ini, formasi harus digilas dengan mesin gilas sebanyak tidak kurang dari 4 lintasan atau
dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi. Bagian formasi yang belum rata harus
diperbaiki sampai permukaan formasi halus dan rata dan digilas lagi paling tidak satu kali
dengan mesin gilas.
Mesin gilas harus mempunyai berat paling tidak 5.000 kg/m lebar roda.

2.5.5.Lapisan Bawah / Pasir


Lapisan bawah terdiri dari selapis pasir tebal minimum 10 cm yang diratakan diatas formasi
jalan dan dipadatkan.

2.5.6.Dasar Jalan / Lapis Makadam


Dasar jalan terdiri dari lapisan makadam yang dibentuk dari batuan batu pecah dengan krikil
pada celah-celahnya dan digilas.
Batuan atau batu pecah harus bergradasi seperti dibawah ini :
Diameter saringan Persentasi lolos (%)
100 mmm 95 - 100
50 mm 0 - 15
20 mm 0 - 2
Batu diatas disusun diatas lapis pasir dan harus tegak dan harus dijaga supaya ketinggi-
annya sedemikian sehingga didapatkan permukaan yang rata.
Bila digunakan lapisan pondasi Kelas C (Sub-base Tipe C) harus terdiri dari sirtu yang baik
dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Diameter saringan Presentasi lolos
1,5” 100
No. 10 80 max
No. 200 15 max
- Sand Equivalent (AASHO T176) 25 max
- Loss abrasion of particles retained 40 max
on ASTM No. 12 Sieve - AASHO T96
- Maximum dry density (AASHO T180) min. 2,0 gr/cu.cm
Lapis batu/lapisan pondasi diatas digilas dengan mesin gilas paling tidak 4 lintasan yang
beratnya tidak kurang dari 5.000 kg/m lebar roda.
Penggilasan dimulai dari tepi yang rendah keatas dengan kelebihan lebar (overlap) tidak
kurang dari 30% dari roda.

2.5.7.Kerikil Isian
Kerikil isian harus terdiri dari batu pecah atau kerikil, berukuran dari 5 mm, bergradasi baik
sampai debu dan tidak mengandung bahan tanah lempung. Bahan ini disebar diatas lapis
makadam, disiram air dan digilas sampai padat.
Bahan tambahan harus diberikan, diairi dan digilas sehingga tidak ada lobang-lobang di
permukaan lapisan makadam.

2.5.8.Lapisan Atas Kerikil


Bila dipakai lapisan atas kerikil, maka setelah pekerjaan lapis makadam selesai, bahan
tersebut dihampar, diberi air dan digilas dengan mesin gilas yang mempunyai berat 5,000
kg/m lebar roda, paling tidak 8 lintasan.
Bila digunakan lapisan Kelas B (Base course Tipe B) harus terdiri dari campuran krikil atau
batu pecah yang sama dengan berat jenis pasir lumpur dan lempung yang harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
Diameter saringan Prosentase lolos (%)
2” 100
1.5” 70 - 100
1” 55 - 85
3/4” 50 - 80
3/8” 40 - 70
N0. 4 30 - 60
No. 10 20 - 50
No. 40 10 - 30
No. 200 5 - 15
Prosentase agregat yang lolos dari beberapa macam saringan, harus mendapat koreksi
dengan pengawasan Direksi dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Liquid Limit (AASHO T 89) 25 max
- Plasticity Index (AASHO T 91) 6 max
- Sand Equivalent (AASHO T 176) 25 max
- Loss by abrasion of particles
retained on ASTM No. 12 (AASHO T 96) 40 max
- Soaked CBR at the required density (100% of the
maximum dry density according to AASHO T180) 60 max
Pada tempat-tempat yang permukaanya terlepas karena kekurangan bahan harus dibuang
dan diganti dengan bahan yang baik dan digilas kembali.

2.5.9.Perkerasan Aspal Penetrasi


Bila perkerasan Aspal penetrasi dipakai, lapis makadam disemprot dengan aspal dan
diselesaikan secepat mungkin setelah lapisan makadam selesai. Selekasnya sebelum
penyemprotan dengan aspal, semua debu, kotoran, pasir dan lain bahan yang lepas harus
disingkirkan dari permukaan jalan dengan memakai sapu yang kaku.
Permukaan lapis makadam harus dibasahi sebelum penyemprotan aspal, kecuali apabila
menurut pendapat Direksi tidak diperlukan.
Jenis aspal yang memenuhi British Standard 3690, type MC-30 atau MC-70 harus
disemprotkan sewaktu permukaan lapis makadam dalam keadaan lembab, tetapi tidak
dalam keadaan penuh air. Temperatur penggunaan dari aspal antara 35-60 derajat Celsius
untuk tipe MC-30 atau 60-85 derajat Celcius untuk type MC-70. Jumlah pemakaian antara
0.5 - 1.10 l/m2 dan harus memberikan serabut penutup di seluruh muka lapis makadam.
Aspal di atas harus sudah kering sebelum kendaraan atau manusia diperbolehkan lewat di
atasnya. Bila aspal membentuk lelehan/cair, lelehan itu harus diikat dengan pasir sampai
kelebihan aspal tadi terserap.
Kecuali diizinkan Direksi, lapisan aspal di atas tidak boleh ditinggalkan lebih dari 14 hari
tanpa lapisan selanjunya dikerjakan.
Penyemprotan ulang yang terjadi akibat Kontraktor membolehkan lalu lintas berjalan di
atasnya sebelum aspal kering, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Lapisan perkerasan pertama harus dikerjakan setelah 5 hari dan kurang dari 14 hari setelah
pekerjaan lapis aspal dasar di atas selesai.
Lapisan perkerasan pertama dikerjakan sebagai berikut :
Aspal disemprotkan di atas dasar dengan alat pemyemprot untuk mendapatkan kese-
ragaman diseluruh permukaan. Aspal yang dipakai dari jenis MC 3000 atau aspal pene-trasi
180/200 atau 80/100 sesuai dengan BS 3690 dan temperatur penggunaan berkisar antara
104 - 143 derajat Celcius dan kebutuhan bahan antara 1,1 - 1,3 l/m2. Kebutuhan bahan
yang sesungguhnya harus berdasarkan percobaan yang dilakukan sesuai dengan bahan
kerikil yang dipakai dan menurut persetujuan Direksi.

Kerikil / batu pecah berukuran 20 mm, bersih, keras dan tahan lama. harus dipakai untuk
lapisan perkerasan.
Kerikil ini dihamparkan selekasnya mengikuti pekerjaan penyemprotan aspal sedemikian
sehingga aspalnya tertutup dan dengan jumlah pamakaian tidak kurang dari 14 kg/m 2.
Penggilasan pertama bisa dimulai setelah penghamparan dan paling tidak satu jalan
diseluruh tubuh jalan dengan memakai mesin gilas besi.
Penggilasan dilaksanakan sepanjang jalan dan kemudian mundur.
Kelebihan lebar dalam satu lintasan paling tidak setengah dari lebar roda samping.
Kecepatan mesin penggilas pada setiap waktu harus cukup rendah untuk menjaga jangan
sampai bahan-bahannya berpindah. Agar kerikil tidak melekat pada roda, roda penggilas
bisa dibasahi, tetapi tidak boleh terlalu banyak.
Mesin penggilas ban karet harus dimulai setelah pengilas pertama dengan roda besi dan
diteruskan paling tidak 3 lintasan.
Setelah penutupan dengan bahan diatas, bila diperintahkan, permukaannya harus selalu
dibersihkan dengan sapu selama 4 (empat) hari atau menurut perintah Direksi. Perawatan
di atas termasuk penambahan bahan-bahan untuk menyerap aspal kelebihan (kalau ada)
dan menutup bagian yang berlobang.
Perawatan dijaga jangan sampai mempengaruhi lapisan yang telah dipasang.
Bahan-bahan sisa harus disapu dari permukaan lapisan dengan sapu bila diperintahkan
oleh Direksi dan sebelum pembukaan jalan untuk lalu lintas.
Lapisan kedua harus dibuat tidak boleh lebih dari 7 (tujuh) hari setelah lapisan pertama
selesai.
Cara pengerjaan sama dengan lapisan pertama kecuali batu pecah yang dipakai berukuran
+ 10 mm dengan pemakaian bahan sebanyak 12 kg/m 2.
Sebelum pengerjaan lapisan kedua, ditempat-tempat permukaan atau lapisan pertama yang
kurang baik dan rata harus digali dan diganti dengan yang baik, sehingga sama dengan
permukaan lain sekitarnya.

2.5.10.Jalan Inspeksi pada Jalan yang Telah Ada


Bila jalur jalan inspeksi diatas jalur dari jalan kerikil / batu atau jalan tanah yang ada, bila
diperintahkan, jalan itu harus ditingkatkan atau dibangun kembali secukupnya sampai sesuai
dengan Pasal 2.5.3 sampai 2.5.9.
Bila jalur inspeksi berada diatas jalur jalan lapis makadam, batas pekerjaan adalah oprit dari
jalan makadam sampai jalan inspeksi yang baru. Tanjakan harus dikerjakan sesuai dengan
Pasal 2.5.1 sampai 2.5.9 diatas, diikuti dengan lapisan campuran aspal pasir setebal 0,05
sejauh 10 m dari jalan yang ada.
Kemiringan tanjakan tidak boleh lebih dari 5 %.

2.6. Lapisan Pasir Urug


Lapisan pasir urug adalah suatu lapisan pasir yang ditempatkan diantara lapisan tanah
dengan pondasi bangunan, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
3. PEKERJAAN BETON

3.1. UMUM
Semua pekerjaan beton yang dilaksanakan, mengacu pada Spesifikasi Teknis, Dokumen
Kendali Mutu, dan Gambar Kerja yang disetujui oleh Direksi. Semua pekerjaan beton harus
melalui persetujuan dari Direksi.
Tidak lebih dari 2 (dua) bulan setelah pengadaan peralatan untuk pelaksanaan beton,
Kontraktor harus mengirim Diagram Alir, Gambar dan Rencana Kerja untuk pekerjaan
dan penempatan beton / mortar dengan mengacu pada Dokumen ini.
Apabila spesifikasi peralatan yang akan dipergunakan pada pelaksanaan pekerjaan di
lapangan tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh Direksi, maka Kontraktor harus
memberikan alternatif jenis peralatan atau metode kerja yang menghasilkan produk yang
setara dengan yang diusulkan oleh pihak Direksi.
Kontraktor harus memberi perhatian khusus terhadap akibat yang mungkin timbul karena
pengaruh pencucian material yang bisa mengakibatkan tercemarnya air di sungai dengan
membangun kolam-kolam tampungan atau bangunan lainnya.
Kontraktor tidak akan menuntut biaya tambahan lebih yang diakibatkan oleh kegiatan

pelaksanaan pencampuran, transportasi dan penempatan beton sebagai dikehendaki oleh

Spesifikasi ini.

3.2. BAHAN-BAHAN

3.2.1. Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan Paket I ini harus mempunyai mutu setara
Semen Portland, atau type lain yang disetujui oleh Direksi. Semen yang dipakai harus
produksi dalam negeri dan sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03 atau standar lain yang
setara atau lebih tinggi.
Kontraktor harus menyediakan contoh semen apabila diminta oleh Direksi, yaitu contoh dari
gudang Kontraktor di lapangan dan dari pabrik, atau Kontraktor harus menguji semennya
menurut SKSNI T-15-1991-03 atau standar lain yang setara atau lebih tinggi.
Kontraktor harus membangun fasilitas untuk melindungi beton dari kondisi basah, lembab

dan pengaruh matahari yang bisa mengurangi mutu semen yang akan dipergunakan.

Semen harus diletakkan minimum 30 cm diatas lantai dan penataannya tidak boleh melebihi

20 zak semen pada arah vertikal yang bisa mengakibatkan pengerasan beton dengan waktu

penyimpanan optimal 60 hari kalender. Semen yang telah disimpan selama 90 hari harus

lebih prioritas untuk dipergunakan, kecuali apabila hasil test yang dilakukan baik. Bilamana

Semen Portland telah mengeras, maka tidak boleh dipakai untuk campuran.
Kontraktor harus menginformasikan secara periodik setiap tanggal 1 awal bulan, data-data
sebagai berikut :

1. Jumlah persediaan semen yang ada di lapangan sampai saat itu.


2. Rencana pengadaan semen yang baru selama bulan yang akan jalan.
3. Jumlah semen yang dipakai selama periode 1 (satu) bulan.
Data lain yang dianggap perlu oleh pihak Direksi.

3.2.2. Bahan Additive


Kontraktor bisa memakai bahan additive dalam pelaksanaan untuk mempercepat proses
konstruksi, apabila dianggap perlu. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi,
sumber pabrikasi bahan additive dan alasan pemakaian penggunaan additive.
Semua biaya pemakaian bahan additive ini, bila ada, harus sudah termasuk dalam
penawaran harga satuan dalam BOQ untuk item pembetonan. Kontraktor tidak akan
meminta biaya tambahan untuk pemakaian bahan additive tersebut dalam pelaksanaan
konstruksi beton.
Test pemakaian bahan additive dalam campuran harus dibuat oleh Kontraktor dengan biaya
sendiri dan hasilnya dikirim ke Direksi.
Apabila lebih dari satu jenis bahan additive yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pembetonan, maka bahan additive tersebut harus dicampur dulu dengan air sebelum
dicampur dalam alat pencampur (Molen, CarMix, Batching Plan atau alat lainnya).
Batas minimum atau maksimum slump yang diijinkan pada beton akibat adanya pemakaian
bahan additive, bisa diubah oleh Direksi ketika ada ijin penggunaan pemakaian bahan
additive.
A. ADDITIVE PENGURANG UDARA (AIR ENTRAINING ADMIXTURE)
Additive jenis ini bisa dipergunakan dengan catatan berikut. Bahan additive yang dipakai
akan sesuai dengan ASTM C260 atau ekuivalennya. Bahan additive harus mempunyai
konsistensi yang seragam dalam setiap wadahnya dan dari setiap pengirimannya.
Estimasi jumlah pemakaian bahan additive ini dalam campuran beton adalah sebagai :

Ukuran maksimum Total Bahan Additive


Kerikil Kasar (mm) (persentase dari volume beton)
20 6.0 + 1
40 4.5 + 1

Bahan additive ini akan dipergunakan tidak boleh melebihi 12% berat. Pencampuran bahan
additive dalam beton, terlebih dahulu dicampur dalam air secara proportional.
b. Bahan Additive untuk Pengurang Air (Water Reducing Admixture)
Bahan additive yang dipakai akan sesuai dengan ASTM C494 Type D atau yang setara.
Bahan additive harus mempunyai konsistensi yang seragam dalam setiap wadahnya dan
dari setiap pengirimannya.
Pemakaian bahan additive harus mempunyai pengaruh yang sejalan dengan additive diatas
dan pencampurannya dicampur dengan air terlebih dahulu sebelum dicampur dalam
campuran beton. Jumlah pemakaian bahan additive ini harus melalui persetujuan pihak
Direksi.
c. Tempat Penyimpanan Bahan Additive
Bahan-bahan ini harus disimpan di tempat yang tahan air dan resapan air. Penyimpanan
harus diatur sedemikian sehingga bahan additive ini langsung dipakai. Bahan additive yang
telah habis masa berlakunya, harus ditandai dan tidak dipakai untuk campuran beton.

3.2.3. Aggregat
3.2.3.1. Umum
Pengadaan atau produksi material agregat halus dan agregat kasar (split dan kerikil) yang
berasal dari lokasi quarry atau daerah lain harus sepengetahuan Direksi.
Material yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan akan diuji secara periodik
minimum 1 (satu) minggu sekali atau setiap pengecoran 1.000 m 3 beton atau setiap
penggantian sumber material, akan diambil waktu pengujian yang paling cepat.
Apabila Kontraktor akan mengambil material kerikil dari sumber lain selain daerah quarry
(borrow area) yang telah disepakati sebelumnya, maka Kontraktor harus mengadakan
pengujian yang hasilnya harus diserahkan kepada pihak Direksi. Biaya seluruh pengujian
akan menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari Kontraktor.
Pada areal dimana material akan diambil untuk dipakai, maka Kontraktor harus
membersihkan areal tersebut dari tanaman, akar, sampah, rumput, lempung, dan
sebagainya.
Proses pengadaan material mulai dari penyaringan, pencucian, dan lain-lain sampai dengan
tersedianya material kerikil/split yang memenuhi spesifikasinya akan dikerjakan dengan
sepengetahuan dan persetujuan dari pihak Direksi.
Biaya produksi kerikil yang dikehendaki oleh Spesifikasi ini harus sudah termasuk dalam
analisa harga satuan pada BoQ untuk berbagai item pekerjaan beton dimana material
agregat / kerikil dipakai. Analisa harga satuan ini harus sudah mencakup semua biaya
pembayaran royalti galian C, penggalian, penanganan, tahap proses, transportasi sampai
dengan penyimpanan material.
Tiap jenis material pasir, kerikil, batu merah, dan batu harus disimpan dalam petak terpisah

dan terpelihara dan aman dari hal-hal yang merusak.

3.2.3.2. Aggregat Halus


Pengertian material halus yang dipergunakan adalah material dengan ukuran maksimum 5
mm. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan bahan lain seperti
pasir dari batu pecah akan diijinkan, apabila menurut pendapat Direksi, pasir yang ada tidak
memenuhi gradasinya.
Apabila tidak ditentukan/disarankan pada Trial Mix Design, maka gradasi kelolosan saringan
material agregat halus untuk campuran beton adalah sebagai berikut :
Ukuran Saringan (mm) Prosentase yang lolos
10 100
5 90 - 100
2.5 80 - 100
1.2 50 - 90
0.6 25 - 65
0.3 10 - 35
0.15 2 - 10

Disamping hal tersebut di atas, bahan aggregat halus, yang tercantum harus mempunyai
modulus kehalusan (fine modulus) tidak lebih kecil dari 2.30 atau tidak lebih besar dari 3.10.
Apabila variasi modulus kehalusan lebih besar 0.20 dari harga yang ditetapkan untuk beton,
bahan agregat halus harus ditentukan lain untuk mengimbangi perbedaan dalam tingkatan
ukuran bahan dalam bagian beton.
Kondisi maksimum dimana material pasir tidak dapat dipakai akan mengikuti nilai sebagai
berikut :
Item Persentase terhadap Berat
Kandungan lumpur 1.0
Material lolos saringan 0.088 mm 3.0
Material diatas saringan 0.297 mm dan mengam- 0.5
bang di air atau SG < 1.95

Jumlah persentase material yang diterima adalah sebagaimana disebut di atas atau apabila
debu batu yang bebas dari lempung atau lanau, prosentasenya bisa mencapai 5 % dari
berat.
3.2.3.3. Aggregat Kasar
Pengertian material kasar yang dipergunakan adalah material dengan ukuran lebih besar
dari 5 mm dan mempunyai gradasi yang baik
Bahan batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan dan bergradasi baik dengan diameter
maximum tergantung dari klas betonnya.
Bila kelas dari beton menghendaki perlawanan abrasi yang baik, maka bahan batuan harus
diambil dari lokasi setempat yang menurut penilaian Direksi adalah yang terbaik.
Kontraktor harus mengirim contoh material apabila dibutuhkan oleh Direksi.

Disamping itu Kontraktor harus membuat percobaan dari contoh material sesuai dengan PBI

1971 atau ekivalennya secara rutin dengan frekuensi yang disetujui Direksi serta

mengirimkan kepada Direksi setiap copy laporan test.

Apabila test abrasi dibutuhkan oleh Direksi, maka Kontraktor harus melakukannya.

Bahan batuan untuk beton tahan abrasi minimum mempunyai berat spesifik (SG) lebih besar

dari 2,58 dan nilai tanah harus kurang dari 15% apabila diuji menurut PB1 1971 atau

ekivalennya yang disetujui oleh Direksi.


Ukuran maksimum aggregat kasar harus 40 (empatpuluh) mm pada bangunan struktur dan

20 (duapuluh) mm dalam bangunan tipis lainnya, kecuali untuk beton cyclop sesuai dengan

yang diperintahkan oleh Direksi.

Gradasi kelolosan saringan untuk aggregat kasar harus dipisahkan dalam ukuran yang telah

ditetapkan, atau mengacu pada kelolosan sebagai berikut:

Ukuran Aggregat Kasar (mm)


Ayakan (mm) 40 - 5 25 - 5 20 - 5 15 - 5
50 100 - - -
40 90 – 100 - - -
30 - 100 - -
25 - 95 – 100 100 -
20 35 – 70 - 90 – 100 100
15 - 30 – 70 - -
10 0 – 10 - 25 – 35 -
5 0–5 0 – 10 - -
2.5 - 0-5 - -

Bahan-bahan yang merugikan yang tercampur dalam bahan pengisi tidak boleh lebih dari
batas yang ditentukan dibawah ini :

Item Persentase terhadap Berat

Gumpalan tanah liat 0.25


Partikel lunak 5.0
Bahan yang hilang dengan pencucian 1.0
Bahan dengan SG < 1.95 1.0

3.2.4. Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat adukan harus dari sumber
yang disetujui oleh Direksi dan memenuhi Pasal 9 Standar Nasional Indonesia.
Air dari sungai atau saluran cukup baik untuk dipakai dalam campuran beton, kecuali

apabila terjadi keadaan dimana aliran sungai atau saluran membawa endapan yang cukup

tinggi, maka bisa menggunakan air dari sumur penduduk atau bila perlu membuat sumur

dangkal di sekitar lokasi pekerjaan.


3.2.5. TULANGAN
3.2.5.1. Umum
Tulangan baja untuk beton harus batang baja lunak yang bulat dan polos, digilas panas,

sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03 atau standar lain yang setara atau yang lebih tinggi

yang disetujui oleh pihak Direksi, dan harus memenuhi ketentuan standar serta ketentuan-

ketentuan dibawah ini :

Besi Polos Besi Ulir


Kekuatan tarik, kg/mm 2 29 – 53 49 – 63
Titik leleh, kg/mm 2 24 atau lebih 30 atau lebih
Penambahan panjang, % 20 atau lebih 14 atau lebih

Diameter rata-rata dari tulangan yang dipilih dari setiap contoh kiriman dengan ukuran yang

sama tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % dari diameter yang ditentukan.

Tulangan-tulangan harus bebas dari sisik, minyak, kotoran dan kerusakan-kerusakan

struktur.

Untuk tiap kiriman tulang anyaman baja yang dikirim ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus

menyerahkan kepada Direksi satu kutipan yang diakui dari catatan-catatan pemeriksaan dan

pengujiannya yang berhubungan dengan pemuatan-pemuatan dari mana kiriman itu dibuat.

Kontraktor harus menyediakan contoh tulangan dari gudang di lapangan, jika dibutuhkan

oleh Direksi. Batang-batang baja yang telah bengkok, tidak boleh diluruskan atau

dibengkokkan lagi untuk dipakai dipekerjakan tanpa persetujuan Direksi.

Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah yang diganjal untuk mencegah perubahan

bentuknya.

3.2.5.2 Penempatan Tulangan

Tulangan harus dipasang dan dikuatkan dalam posisi yang pasti/tetap sesuai yang

ditunjukkan dalam gambar dan tidak berubah pada posisinya dalam cetakan tanpa per-

geseran selama proses penggetaran, pengisian dan penumbukan beton ditempat.


Semua ujung yang bebas dari tulangan bulat yang licin harus dibuat kait sebagaimana

ditunjukkan dalam gambar atau menurut petunjuk Direksi. Kontraktor harus menyediakan

semua ganjal pengatur jarak yang diperlukan atas biaya sendiri untuk memelihara tulangan

beton dalam posisi yang tepat. Setiap pengikat, sambungan, atau sambungan sengkang

tulangan harus kencang sehingga tulangan-tulangan benar-benar kokoh. Sebelah dalam

bagian-bagian yang melengkung harus bersentuhan langsung dengan tulangan-tulangan

disekitar mana akan tercapai kekuatan yang baik. Tulangan-tulangan harus diikat bersama-

sama dengan menggunakan kawat baja hitam yang harus mendapatkan persetujuan dari

Direksi, dan pengikat harus dililit kuat-kuat dengan tang. Ujung kawat ikat yang bebas harus

dilipat kedalam.

Jika tulangan beton telah dipasang dan telah siap untuk dilakukan pengecoran, maka harus

diperiksa dulu oleh Direksi dan tidak boleh dilakukan pengecoran sampai tulangan beton

disetujuinya. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya

24 (duapuluh empat) jam sebelumnya, untuk meminta dilakukan pemeriksaan atas penu-

langan yang telah disiapkan.

3.2.5.3 Penyiapan Gambar Tulangan Beton

Kontraktor atas biaya sendiri harus menyiapkan semua gambar detail tulangan beton

berdasakan gambar-gambar yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Gambar-gambar tulangan

beton ini harus meliputi gambar penempatan dan pembengkokan tulangan, daftar besi dan

gambar-gambar penulangan lainnya yang mungkin diperlukan untuk memudahkan

pembuatan dan pemasangan besi tulangan. Semua gambar penulangan yang direncanakan

oleh Kontrator harus diajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.

3.2.5.4 Sambungan Tulangan Beton

Jika dianggap perlu untuk menyambung batang tulangan pada titik-titik lain dari pada yang

diperlihatkan dalam gambar, posisi dan metode penyambungan harus ditetapkan

berdasarkan perhitungan kekuatan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal
sambungan lewatan, panjang lewatan harus memenuhi ketentuan gambar atau tabel di

bawah ini :

Diameter Tulangan (mm) 10 12 16 19 22 25 28 32

Panjang sambungan lewatan min. 60 60 60 65 75 85 95 100

(cm)

Batang tulangan harus diikat pada beberapa tempat di atas sambungan lewatan dengan

menggunakan kawat besi pengikat dengan diameter 0.9 milimeter atau pengikat yang

cocok. Untuk sambungan lewatan, diperlukan kait pada batang tulangan polos dan kait tidak

diperlukan pada batang tulangan yang berulir.

3.2.5.5 Selimut Beton Bertulang

Selimut beton bertulang minimum diukur dari sisi luar batang tulangan harus sesuai dengan

gambar atau tabel di bawah ini, kecuali ditentukan dalam gambar atau permintaan Direksi

Pekerjaan.

Jenis Pekerjaan Selimut beton bertulang (cm)

Dalam Luar Disentuh

1. Plat 1.0 1.5. 2.0

2. Dinding 1.5 2.0 2.5

3. Balok 2.0 2.5 3.0

4. Kolom 2.5 3.0 3.0

5. Bangunan yang masuk dlm tanah atau 5.0

nampak atau terpengaruh cuaca atau

kena goresan

3.2.5.6. Daftar Bengkokan


Kontraktor harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan dalam gambar dan
spesifikasi, kebutuhan akan tulangan yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan. Daftar
bengkokan yang mungkin diberikan oleh Direksi kepada Kontraktor harus diperiksa dan
diteliti.
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan
bengkokan atau kerusakan lainya dan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh tukang
yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh Direksi. Ukuran
pembengkok harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI-2, PBI 1971 kecuali jika
ditentukan lain, atau diperintahkan oleh Direksi. Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong
sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulang tanpa persetujuan Direksi.

3.2.5.7. Pemasangan
Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada tempat
kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan bahwa tulangan itu akan
tetap pada kedudukannya pada waktu pengecoran beton. Pengelasan tempel dengan
adanya persetujuan Direksi lebih dahulu dapat diijinkan untuk menyambung tulangan-
tulangan yang saling tegak lurus, tetapi cara pengelasan lain tidak akan dibolehkan.
Penggunaan ganjal, alat perenggang dan kawat harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Perenggang dari beton harus dibuat dari beton dengan mutu yang sama seperti mutu beton
yang akan dicor. Perenggang tulangan dari besi beton dan kawat harus sepadan dengan
bahan tulangannya. Selimut beton yang ditentukan harus terpelihara.

3.2.5.8. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran dan penempatan tulangan dibuat dalam perencanaan berat
jadi / terpasang sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Direksi. Satuan berat jadi, kecuali
ditentukan lain selama pelaksanaan, maka standard berat besi adalah sebagai berikut :

Diameter (mm) 10 12 16 19 22 25
Berat Besi Polos (kg/m) 0.617 0.888 1.58 2.23 2.98 3.85
Berat Besi Ulir (kg/m) 0.56 0.995 1.56 2.25 3.04 3.98

Besi stagger, besi penstabil plastic cone, kawat pengikat, paku atau bahan lainnya yang
digunakan untuk menyambung pada pelaksanaan pembesian yang merupakan bagian dari
metode pelaksanaan tidak diukur untuk dibayar, sesuai dengan gambar atau petunjuk dari
Direksi.

3.3. ACUAN DAN PEKERJAAN PENYELESAIAN

3.3.1. Acuan
Acuan harus dibuat untuk tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan dari beton dan

untuk memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan. Kontraktor harus menyerahkan


rencana dan penjelasan tentang acuan dan harus membuat contoh-contoh acuan untuk

mendapat pengesahan Direksi.

Acuan harus dipasang dengan sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk dan ukuran yang

benar dari pekerjaan beton, yang ditunjukkan dalam Gambar. Cara pendukungan yang akan

menghasilkan lubang-lubang atau tali-tali kawat yang membentang pada seluruh lebar dari

permukaan beton tidak dibenarkan. Acuan penutup harus dibuat pada permukaan beton,

dimana kemiringannya lebih curam dari 1 : 3.

Acuan untuk permukaan beton harus sedemikian rupa untuk mencegah hilangnya bahan-

bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang padat. Jika dibutuhkan

oleh Direksi acuan untuk permukaan beton yang kelihatan harus sedemikian rupa sehingga

menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya garis atau kelihatan terputus.

Tiap kali sebelum pembetonan dimulai, acuan harus diperiksa dengan teliti dan dibersihkan.

Pembetonan hanya boleh dimulai apabila Direksi sudah memeriksa dan memberi per-

setujuan acuan yang telah dipasang.

Untuk pembetonan di cuaca panas atau kering, Kontraktor harus membuat rencana acuan
dan membukanya, sehingga permukaan-permukaan beton dapat terlihat untuk dimulai
perawatan sesegera mungkin.
Acuan hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dibawah pengawasan seorang mandor yang
berwewenang. Harus diberi perhatian yang besar pada waktu pembukaan acuan untuk
menghindari goncangan atau pembalikan tegangan beton.
Dalam hal mana Direksi berpendapat bahwa usul Kontraktor untuk membuka acuan belum

pada waktunya baik berdasarkan perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya, maka

Direksi dapat memerintahkan Kontraktor untuk menunda pembukaan acuan dan Kontraktor

tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.

Untuk beton dengan semen Portland biasa, waktu paling sedikit untuk pembukaan acuan

harus menurut daftar dibawah ini :

Muka sisi balok, lantai dan dinding 2 hari


Bagian bawah 21 hari
3.3.2. Perancah
Tiap-tiap cetakan harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan harus mudah distel.
Tiang perancah boleh mempunyai paling banyak satu sambungan yang tidak disokong
kearah samping.
Bambu juga boleh digunakan untuk tiang perancah, asalkan dipikirkan terhadap stabilitas

terutama terhadap berat sendiri beton, serta beban-beban lain yang timbul selama

pengecoran seperti akibat getaran alat penggetar, berat pekerja dll.

3.3.3. Toleransi
Pemasangan acuan dan perancah harus dipasang sedemikian rupa, sehingga memenuhi

batas-batas toleransi pergeseran acuan/perancah yang diijinkan seperti tercantum berikut

atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.

Bagian / Partisi Toleransi


Arah vertikal (jembatan, talang, dll) 1.0 cm per 50.0 m bentang
Arah sisi utk pek. saluran/lining 0.50 ~ 1.0 cm per 40.0 m bentang dinding
Arah sisi (dinding penahan bagian depan/ 0.50 ~ 2.0 cm per 30.0 m bentang dinding
belakang)

Apabila terjadi kondisi, dimana setelah pelaksanaan pengecoran untuk bagian exposed

mengakibatkan pergeseran lebih dari batas toleransi atau yang diperintahkan oleh Direksi,

maka segala biaya perbaikan akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.3.4. Pekerjaan Permukaan


Untuk penyelesaian permukaan beton dibedakan dua jenis, sebagaimana diuraikan sebagai
berikut :
a. Penyelesaian Kasar
Penyelesaian kasar dari beton adalah penyelesaian permukaan yang dicakar-cakar.

Permukaan beton yang diaci dengan penyelesaian kasar, harus teratur bebas dari tonjolan

tapi tetap agak kasar.

Permukaan beton yang tanpa acuan dan ditentukan dengan penyelesaian kasar, harus

digaruk rata dengan lis tetapi dengan mutu yang sama seperti muka beton yang diacu dan

dengan penyelesaian kasar.


b. Penyelesaian Halus

Penyelesaian halus adalah penyelesaian yang dihasilkan oleh pemakaian papan kayu rata

plywood atau pelat baja untuk acuan. Muka beton diselesaikan dengan halus harus bebas

dari tanda-tanda kayu; lekuk-lekuk dan lain-lain kesalahan pemotongan. Pola dari papan

cetak harus teratur, muka beton yang diacu dengan penyelesaian halus harus digaruk

kemudian digosok halus dengan penggosok kayu atau baja sampai rata dan dengan mutu

yang sama seperti yang diacu.

Kecuali ditentukan lain maka penyelesaian halus harus dituntut untuk permukaan beton yang
tetap kelihatan. Muka beton yang terbuka, kedap air harus digosok halus dengan cetok baja
sampai halus. Muka beton yang tampak lainnya harus digosok dengan penggosok/lepa kayu
sampai halus.
Pekerjaan menggosok harus dilakukan setelah beton cukup keras agar tidak terjadi

timbulnya air dengan butiran halus dipermukaan.

Muka beton tidak boleh diperbaiki tanpa ijin Direksi sesudah dibongkar cetakannya.

Kecuali ditunjukkan pada gambar, maka sudut-sudut tajam harus dibuat tumpul dengan

ukuran 2 cm x 2 cm.

3.4.MUTU BETON
3.4.1.Proporsi Campuran
Proporsi campuran beton perlu ditentukan guna mendapatkan beton yang mempunyai

kemudahan pelaksanaan, kepadatan, kekedapan, keawetan, kekerasan dan kekuatan yang

dibutuhkan tanpa menggunakan tambahan jumlah semen.

Rencana karakteristik kuat tekan beton didasarkan pada NI-2 atau sesuai arahan Direksi.
Pedoman proporsi campuran untuk pelaksanaan yang telah disetujui Direksi tidak akan
membebaskan Kontraktor dari tanggungjawabnya terhadap Kontrak.
Kelas/Mutu beton harus memenuhi persyaratan dalam Standar Indonesia SK SNI - T15 -
1991 - 03. Direksi berhak merubah/memodifikasi proporsi campuran dari waktu ke waktu
selama pekerjaan konstruksi.
Sebagai pedoman awal, proporsi campuran akan dipergunakan untuk beberapa variasi
kelas beton adalah sebagai berikut:
Beton Cyclope
Beton K-100 : setara 1PC : 3Ps : 5Kr
Beton K-125 : setara 1PC : 3Ps : 5Kr
Beton K-175 : setara 1PC : 2Ps : 3Kr
Beton K-225 : setara 1PC : 1,5Ps : 2,5Kr
Beton Cyclop adalah beton mutu K175 yang dalam penempatannya dicampur dengan batu
kali / batu pecah dengan ukuran maksimum 80 mm sebanyak maksimum 50% dari volume
beton cycloop. Batu kali / batu pecah tersebut diletakkan dengan hati-hati sedemikian rupa
sehingga jarak antar batu minimal 15 cm dan jarak antara batu terhadap tepi/permukaan
beton minimal 30 cm serta jarak terhadap permukaan yang dilindungi/disambung dengan
beton lain minimal 15 cm.
Bila dipandang perlu, Direksi berhak merubah/memperbaiki perbandingan campuran beton
selama pekerjaan berlangsung tanpa pembayaran tambahan guna mencapai tingkat
mutu/kelas yang ditentukan dalam Gambar/Desain. Kontraktor tidak diper-kenankan
merubah perbandingan campuran beton atau mengalihkan sumber bahan-bahan dari lokasi
lain tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.

3.4.2.Kadar Air dan Slump


(1) Kekentalan
Kadar air dalam beton harus dikendalikan setiap waktu. Kekentalan adonan beton yang
diukur dengan alat slump harus sesuai dengan batasan berikut ini, dalam Centimeter:

Target Batas Batas


Tipe Beton
Slump Toleransi Penolakan
Struktur, di bawah tidak terlindungi 8 5 13
Lantai datar tebal kurang dari 30 cm 8 5 13
Beton massa, struktur besar 6 5 11

(2) Slump
Jumlah air yang dipergunakan dalam beton harus dikontrol agar tinggi slump tidak
melampaui ketentuan diatas. Penambahan air untuk mengencerkan beton yang sudah
mengalami hidrasi pada saat pengecoran tidak diperkenankan. Pemeriksaan slump harus
diambil setelah beton ditempatkan tetapi sebelum mengalami konsolidasi.
(3) Toleransi
Toleransi diberikan sebesar 5 (lima) sentimeter untuk masing-masing jenis struktur sesuai
Tabel di atas. Adonan beton akan ditolak jika nilai slump lebih besar dari ketentuan di atas
dan beton tersebut harus dibuang.
3.4.3.Standar Pengujian
Kontraktor harus mengambil contoh beton untuk tes silinder dari tempat pekerjaan
pengecoran beton, kemudian dirawat seperlunya dan menyerahkan kepada Laboratorium
yang disetujui untuk diadakan pengujian sesuai diperintahkan.
Selama pengecoran, Kontraktor harus selalu melakukan slump test pada saat memulai
pengecoran. Tes-tes itu harus dilakukan berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 atau standar lain
yang setara atau lebih tinggi, kecuali ditentukan lain.
ecuali disetujui lain oleh Direksi, jenis pengujian dan rujukan yang digunakan harus
mengikuti ketentuan dalam Tabel berikut ini:
Tes dari Beton Nomor Rujukan
- Sampling of concrete ASTM C 172 (JIS A 1115-75)
- Compressive strength ASTM C 39, C 192 (JIS A 1108-76,A 1132-76)
- Slump ASTM C 143 (JIS A 1101-75)
- Air content ASTM C 231 (JIS A 1118-75)
- Unit weight ASTM C 138 (JIS A 1116-75)

- Material passing No 200 sieve ASTM C 117 (JIS A 1103-64)


- Surface moisture JIS A 1111-76
- Organic impurities ASTM C 40 (JIS A 1105-76)
- Sodium sulfate soundness ASTM C 88 (JIS A 1122-76)
- Grading of aggregate ASTM C 136 (JIS A 1102-76)
- Los Angeles abrasion ASTM C 131, C 535 (JIS A 1121-76)
- Unit weight ASTM C 29 (JIS A 1104-76)
- Specific gravity and absorption ASTM C 127, C 128 (JIS A 1109-76, A 1110-76)

Kontraktor tidak dapat mengajukan biaya tambahan yang disebabkan oleh penambahan
sampling atau tes dari beton basah di lokasi manapun atas perintah Direksi. Tidak ada
pembayaran secara terpisah untuk contoh material yang digunakan untuk tes.

3.5. PELAKSANAAN PEMBETONAN

3.5.1. Mencampur Bahan Beton


Kontraktor harus mencampur dengan hati-hati bahan-bahan dari tiap kelas beton dengan
perbandingan berdasarkan ukuran volume. Air harus ditambahkan pada bahan batuan, pasir
dan semen dalam mesin pengaduk mekanis, banyaknya harus menurut jumlah paling kecil
yang diperlukan untuk memperoleh pemadatan penuh. Alat pengukur air harus menunjukkan
banyaknya air yang diperlukan dan direncanakan agar secara otomatis berhenti bila jumlah
air tersebut sudah dialirkan kedalam campuran. Dan kemudian, apabila beton kelas K-125
diijinkan dilakukan dengan tenaga manusia, maka semen, batuan dan pasir harus dicampur
di atas lantai kayu yang rapat. Bahan-bahan harus diaduk paling sedikit dua kali dalam
keadaan kering dan paling sedikit tiga kali sesudah air dicampur, sampai campuran beton
mencapai warna dan kekentalan yang sama/merata.
Kontraktor harus merencanakan tempat dari alat pencampur dan tempat bahan-bahan untuk
memberi ruang kerja yang cukup. Rencana ini harus diserahkan untuk mendapat
persetujuan Direksi, sebelum alat pencampur dan bahan-bahan ditempatkan.

3.5.2. Mengangkut, Menuang dan Memadatkan Beton


Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga pada saat sampai di tempat penuangan,
beton masih memiliki mutu yang ditentukan dan kekentalan yang memenuhi, dan tidak
terjadi penambahan atau pengurangan apapun sejak meninggalkan tempat adukan.
Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi atas pengaturan yang direncanakan,
sebelum pekerjaan pembetonan dimulai. Beton tidak diperbolehkan untuk dituang dari
ketinggian lebih dari 1.50 m, ketebalan beton dalam tuangan tidak boleh lebih dari 1,0 m
untuk satu kali pengecoran.
Pengecoran harus dilaksanakan terus-menerus sampai ke tempat sambungan cor yang
direncanakan. Kontraktor harus mengingat pemadatan dari beton adalah pekerjaan yang
penting dengan tujuan untuk menghasilkan beton rapat air dengan kepadatan maximum.
Pemadatan harus dibantu dengan pemakaian mesin penggetar dari jenis tenggelam, tetapi
tidak mengakibatkan bergetarnya tulangan dan acuan. Jumlah dan jenis alat getar yang
tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan, harus dengan persetujuan Direksi.

3.5.3. Pembetonan Diatas Permukaan yang Tidak Kedap Air


Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran pada permukaan yang tidak kedap air
sebelum permukaan itu ditutup dengan kulit/membran kedap air atau bahan kedap air
lainnya yang disetujui oleh Direksi.

3.5.4. Pembetonan dalam Cuaca yang Tidak Menguntungkan


Kontraktor tidak boleh mengecor pada waktu hujan deras tanpa perlindungan. Kontraktor
harus meyiapkan alat pelindung beton dari hujan dan terik matahari sebelum pengecoran.
Bila suhu udara melebihi 35C, Kontraktor tidak boleh mengecor tanpa persetujuan Direksi
dan tanpa mengambil tindakan pencegahan seperlunya untuk menjaga supaya suhu beton
pada waktu pencampuran dan penuangan kurang dari 35C misalnya dengan menjaga
bahan-bahan beton dan acuan agar terlindung dari matahari, atau menyemprot air pada
bahan batuan dan acauan.

3.5.5. Sambungan Beton


Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan beton harus diserahkan
kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum mulai dengan pengecoran.
Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari penyu-
sutan dan suhu sangat kecil
Sambungan beton harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus dengan acuan
yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejauh mungkin dapat dilaksanakan,
pada tempat gaya lintang/geser yang terkecil. Sambungan itu merupakan jenis pertemuan
biasa, kecuali jika jenis lain dikehendaki oleh Direksi.
Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada satu kali pengecoran harus tidak lebih dari
1,0 m dan ukuran mendatar harus tidak lebih dari 7 m, meskipun tanpa adanya persetujuan
lebih dahulu dari Direksi.

3.5.6. Beton Pracetak


Beton pracetak harus memenuhi semua ketentuan spesifikasi. Sejauh itu memungkinkan
setiap unit pracetak harus segera ditandai dengan tanggal cetakan yang tak bisa hilang dan
setelah acuan dibuka maka selama 28 hari tidak boleh ada gangguan terhadap beton.
3.5.7. Perawatan Beton
Sampai beton mengeras seluruhnya dalam waktu tidak kurang dari 7 hari, Kontraktor harus
melindungi beton dari pengaruh jelek dari angin, matahari, suhu tinggi atau rendah,
pergantian atau pembalikan derajat suhu, pembebanan sebelum waktunya, lendutan atau
tumbukan dan air tanah yang merusak.
Jika ditentukan lain oleh Direksi, Permukaan beton yang kelihatan harus dijaga terus basah
sesudah dicor, tidak kurang dari 7 hari untuk beton dengan semen Portland, atau 3 hari
untuk beton dengan semen yang cepat mengeras. Permukaan seperti itu segera setelah
dibuka acuannya maka harus segera ditutup dengan karung goni yang dibasahi atau pasir
atau lain-lain bahan yang mungkin disetujui Direksi. Kontraktor harus membuat
perlengkapan khusus atas permintaan Direksi untuk perawatan dan pembasahan yang
dimaksud sepanjang masa dari 6 sampai 24 jam sesudah pengecoran beton.

3.6.LINING BETON
Pekerjaan lining pada saluran harus dikerjakan sesuai dengan penjelasan pada Gambar.
Bahan yang dipakai dan mutu pekerjaannya harus memenuhi Pasal 3.5.1 – 3.5.3 dari Bab ini.
Lining beton dikerjakan dengan cor ditempat (insitu) ketebalan 8 cm dari beton K-175 dan
lantai kerja 2.0 cm dari beton K-100.
Pengecoran lining diatur per blok sepanjang 4.00 (empat) meter. Untuk blok berikutnya
dibatasi dengan alur tegak lantai ukuran (2 x 2) cm kedalaman 2 cm dan 2 cm dipermukaan.

3.7. TOLERANSI
Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap pemasangan dan perawatan acuan beton
dalam batas toleransi dan akan menjamin bahwa pekerjaan diselesaikan dalam batas
toleransi yang telah ditetapkan dalam Spesifikasi.
Pekerjaan yang melampaui batas toleransi tersebut di bawah harus diperbaiki atau dibuang
dan dibongkar dan diganti oleh dan atas biaya Kontraktor.
a. Toleransi Konstruksi Beton :
Ketinggian dari kolom, pilar, dinding, bagian lengkung bangunan, alur sambungan
tegak dan bentuk garis struktur lain :
- 12 mm per 3 meter
- 18 mm per 6 meter
- 30 mm per 12 meter
Ketinggian dari lantai, langit-langit (plafond), balok, alur sambungan horisontal dan
bentuk lain yang terlihat :
- 6 mm per 3 meter
- 12 mm per 10 meter
Kelurusan garis struktur :
- 12 mm per 6 meter
- 18 mm per 12 meter
Jarak antara (nat) dinding adalah 6 mm
Dimensi/ukuran potongan melintang dari kolom, balok, ketebalan lantai dan dinding
adalah minus 6 mm dan plus 12 mm
b. Toleransi Pemasangan Besi Tulangan :
Lapis pelindung :
- 6 mm per 50 mm pelindung
- 9 mm per 51 - 60 mm pelindung
Jarak antar besi adalah 25 mm

c. Toleransi Konstuksi Metalwork :


- Minus 6 mm
- Plus 6 mm

3.8. PERHITUNGAN DAN PEMBAYARAN


3.8.1.Beton
Perhitungan untuk pembayaran dari setiap kelas beton yang diperlukan untuk dipasang
langsung diatas atau pada permukaan dari galian akan dihitung berdasarkan dari volume
beton aktual dalam garis yang lurus dan garis batas gambar dimana pembayaran untuk
penggalian ditetapkan.
Perhitungan untuk pembayaran dari setiap kelas beton dari semua beton yang lain akan
dihitung berdasarkan dari volume beton aktual dalam garis yang lurus dan ketinggian dari
struktur seperti ditunjukkan dalam Gambar kecuali selain yang ditentukan dalam spesifikasi
ini.
Tidak ada perhitungan untuk pembayaran yang dihitung untuk proses dan pengangkutan
agregat, persiapan pondasi, perawatan sambungan konstruksi termasuk penerapan mortar
sebelum pengecoran, perbaikan, arsitektur dan lain-lain, untuk perawatan atau untuk
pertimbangan cuaca yang panas.
Selain kecuali yang telah ditetapkan, pembayaran untuk masing-masing kelas beton dalam
berbagai lokasi/tempat kerja akan dihitung dari harga satuan per meter kubik (m3) dalam
daftar kuantitas dan harga.
Harga satuan sudah termasuk biaya dari semua tenaga, material, peralatan produksi dan
kebutuhan peralatan dalam penanganan air untuk campuran beton, perawatan,
pendinginan, pembersihan; pengangkutan, penyimpanan dan pencampuran agregat selain
produksi dari agregat seperti pengangkutan, pemecahan, pengayakan dan pencucian,
termasuk ketentuan penyediaan semen, pengangkutan, penyimpanan dan pengiriman,
pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, penyelesaian akhir dari permukaan,
perawatan, perlindungan dan perbaikan dari beton, perawatan dari sambungan konstruksi
dan pekerjaan pengujian kecuali acuan dan penyelesaian akhir (finishing), besi tulangan,
pengisi sambungan dan waterstop yang dipisah pemba-yarannya, akan dihitung seperti
ditetapkan dalam sub-bab sebelumnya.
Pembayaran tidak akan dihitung untuk beton terpasang diluar dari garis galian yang dibayar
berkaitan dengan kelebihan galian oleh Kontraktor. Tidak ada pembayaran yang dihitung
untuk cacat dan beton atau adukan (mortar) yang tumpah. Beton manapun yang
dikerjakan/ditempatkan oleh Kontraktor atau digunakan untuk pemasangan sendiri atau atas
keinginan sendiri akan menjadi tanggungjawab Kontraktor sendiri.
Tidak ada perhitungan dan pembayaran terpisah yang dihitung untuk penggunaan dari
bahan tambahan (admixture). Semua biaya tambahan untuk penggunaan dari bahan
tambahan (admixture) sudah termasuk dalam harga satuan tender dalam BoQ untuk
penerapan item yang mewakili dari beton dimana bahan tambahan (admixture) dipakai.
3.8.2.Besi Tulangan
Perhitungan untuk pembayaran dari penyediaan, pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan baja tulangan akan dihitung terhadap berat tulangan terpasang dalam beton
untuk pekerjaan permanen menurut Gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi.
Pembayaran untuk penyediaan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan tulangan
akan dihitung terhadap harga satuan per kilogram dalam BoQ, dimana harga satuan sudah
termasuk biaya dari semua tenaga, peralatan dan kebutuhan material untuk melaksanakan
pekerjaan yang disebutkan dalam bagian ini. Harga satuan tersebut juga meliputi biaya
memasang kawat pengikat baja tulangan (bendrat) dan logam, beton atau pendukung lain,
pembersihan, pengamanan dan pemeliharaan baja tulangan pada posisinya.

3.8.3.Bekisting/Acuan/Formwork dan Finishing


Perhitungan untuk pembayaran dari pekerjaan acuan untuk beton akan dihitung
berdasarkan dari luasan permeter persegi dari permukaan acuan untuk beton seperti
ditunjukkan dalam Gambar.
Permukaan berikut tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran :
a. Permukaan tidak lebih curam dari 1 : 2 dengan acuan atau tidak.
b. Permukaan dari material, struktur dan pemasangan yang diperlukan untuk menyi-sakan
tempat setelah beton dituang dan mengeras.
c. Permukaan acuan dari sambungan konstruksi yang tidak disebutkan dalam Gambar.
d. Penggunaan acuan untuk timbunan setelah penggalian.
e. Alur pada sambungan dan tempat lain.
f. Permukaan lain seperti di tentukan oleh Direksi.
Pembayaran terrmasuk biaya dari semua tenaga, peralatan dan kebutuhan material untuk
pelaksanaan pekerjaan acuan termasuk pembuatan, pemasangan, pembongkaran, dan
pembersihan.

3.8.4.Beton Pracetak
Perhitungan untuk pembayaran dari beton pracetak berdasarkan beton terpasang seperti
ditentukan oleh Direksi.

Pembayaran untuk beton pracetak akan dibuat terhadap harga satuan per meter kubik (m3)
dalam BoQ, meliputi biaya dari semua tenaga, material, kebutuhan peralatan untuk
produksi, transportasi, pemasangan dari pekerjaan.

3.8.5.Pekerjaan Akhir (Finishing)


Tidak ada pembayaran terpisah dari semua macam pekerjaan penyelesaian akhir (finishing)
karena pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam harga satuan beton dalam BoQ.

3.8.6.Pengendalian Mutu
Tidak ada pembayaran terpisah untuk kegiatan pengendalian mutu, termasuk biaya untuk
perawatan dan pekerjaan laboratorium lapangan dan untuk pengujian beton dan material
beton.
4. PASANGAN BATU

4.1. BAHAN
4.1.1. Batu
Batu yang dipakai pada pekerjaan yang ditunjukkan dalam Gambar seperti pasangan batu
atau lapisan lindung batu, haruslah batu yang bersih dan keras, tahan lama dan sejenis
menurut persetujuan Direksi dan bersih dari campuran besi, noda-noda, lubang-lubang,
pasir, cacat atau tidak sempurna lainnya. Batu tersebut harus diambil dari sumber yang
disetujui Direksi.

4.1.2. Adukan
Jika tidak ditentukan lain, adukan untuk pekerjaan pasangan batu harus dibuat dari semen
Portland dan pasir dengan pernbandingan isi 1 : 4 atau seperti ditentukan dalam Gambar
untuk tiap jenis pekerjaan. (Selanjutnya dipakai singkatan PC untuk semen Portland, Ps
untuk pasir, Kr untuk kerikil, dalam kode perbandingan suatu adukan).
Pasir harus sama dengan yang disyaratkan untuk pekerjaan beton Pasal 3.2.3.2. Pasir
haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekasaran yang memungkinkan untuk
menghasilkan adukan yang baik. Semen haruslah Portland semen seperti yang dimaksud
pada Pasal 3.2.1 dari spesifikasi ini. Air harus diberikan dalam jumlah cukup/sesuai untuk
menghasilkan adukan yang baik.
Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa sehingga jumlah dari
setiap bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan secara tepat sesuai persetujuan Direksi.
Apabila mesin yang dipakai, bahan adukan kecuali air harus dicampur lebih dahulu didalam
mesin selama paling tidak 2 menit. Bila pengaduan dilakukan dengan tangan, bahan adukan
harus dicampur didalam semacam kotak diaduk dua kali secara kering dan akhirnya tiga kali
setelah diberi air sampai adukan sewarna semua dan merata. Adukan harus dicampur
sebanyak yang diperlukan untuk dipakai, dan adukan yang tidak dipakai selama 30 menit
harus dibuang. Pemakaian kembali adukan tersebut tidak diperkenankan. Kotak untuk
mengaduk harus dibersihkan setiap akhir hari kerja.

4.1.3. Penyimpanan dari Bahan-Bahan


Semen dan pasir untuk adukan harus disimpan ditempat yang terlindung yang bisa
mempengaruhi sifat-sifat mekanik dan sifat fisik material. Dan juga harus dilindungi dengan
atap atau penutup lain yang tahan air.

4.2. PASANGAN BATU


4.2.1. Ukuran Batu
Pasangan batu terdiri dari batu sungai dan atau batu gunung dan setiap batu harus mem-
punyai berat antara 6 kg sampai 25 kg, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai atas
persetujuan Direksi. Ukuran maksimum harus memperhatikan tebal dinding, tetapi harus
memperhatikan batasan berat seperti tercantum diatas. Sebagai contoh : sebuah batu
berukuran 0.20 x 0.20 x 0.25 m 3 akan mempunyai berat kira-kira 25 kg.
Pasangan batu kali menggunakan adukan 1 : 4. Satuan pembayaran adalah m3 yang harga
satuannya dibedakan antara pekerjaan pasangan batu dengan menggunakan batu sungai
dan yang menggunakan batu gunung (sesuai dengan sumber materialnya), atau juga
pekerjaan pasangan batu yang lokasinya tidak dapat dijangkau alat angkut batu dan
memerlukan tenaga angkut manusia. Untuk pekerjaan ini disyaratkan memakai bahan
material dari batu kali, yang dituangkan dalam analisa teknik dan harga satuan pekerjaan.
Untuk pasangan batu kali disyaratkan pada bagian luar memakai batu kali dengan
permukaan yang rata.

4.2.2. Alas dan Sambungan


Tiap batu untuk pasangan harus seluruhnya dibasahi lebih dahulu sebelum dipasang dan
harus diletakkan dengan alasnya tegak lurus kepada arah tegangan utama. Setiap batu
harus diberi alas adukan, semua sambungan diisi padat dengan adukan pada waktu
pekerjaan berlangsung. Tebal adukan tidak lebih dari 50 mm lebarnya, serta tidak boleh ada
batu berimpit satu sama lainnya.
Batu pasak tidak boleh disisipkan sesudah semua batu selesai dipasang.

4.2.3. Siaran
Adukan untuk siaran harus campuran 1 PC : 2 Psr, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka harus
dikorek sebelum adukan mengeras (atau dibetel untuk pasangan lama).
Pekerjaan siar dapat dibagi atas :
a. Siar tenggelam (masuk kedalam + 1 cm dari permukaan batu).
b. Siar rata (rata dengan permukaan batu).
c. Siar timbul (timbul 1 cm, lebar tidak kurang 2 cm)
Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan siar harus siar rata.

4.2.4. Plesteran
Apabila dipermukaan dinding dan lantai dari pasangan batu kali yang ada maupun yang baru
harus diplester dengan adukan 1 PC : 3 Psr. Pekerjaan plasteran dikerjakan secara 2 lapis
sampai ketebalan 2 cm. Apabila tidak diperintahkan lain pasangan harus diplester pada
bagian atas dari dinding, ujung-ujung saluran pasangan, dan untuk 0.10 m dibawah tepi atas
atau sesuai dengan yang tertera pada Gambar.
Pertemuan pasangan (Plesteran sudut) selebar 8 - 10 cm untuk bangunan kecil dan 15 cm
untuk bangunan yang besar sedang pada samping rangka pintu sorong, diplester tegak
selebar 10 cm. Plesteran juga dilakukan pada alur skot balk.
Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka bidang dasar harus dibuat kasar dan bersih.
Pekerjaan plesteran harus rata, lurus dan halus.
Setelah pekerjaan plesteran cukup kering, kemudian harus dipelihara dengan siraman air
secara rutin.
4.2.5. Pipa Peresapan
Tembok penahan dengan tinggi lebih dari 1.50 m dan pasangan miring, harus dilengkapi pipa
peresapan yang dibuat dari bahan pipa PVC dengan diameter 50 mm, minimum 1 buah
untuk setiap 2 m 2 luas permukaan. Setiap ujung pemasukan pipa peresapan harus
dilengkapi dengan saringan. Pipa peresapan dipasang bersamaan dengan pasangan batu
dan disisakan 0.20 m keluar sisi belakang pasangan batu guna pemasangan saringan
sebelum diurug. Pada pasangan miring saringan kerikil juga dibuat bersama dengan
pasangan batu.
Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol keluar pasangan,
dibungkus dengan kerikil atau batu pecah sekeliling pipa setebal 15 cm. Saringan kerikil
tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi saringan dari tanah asli atau tanah
urug.

4.2.6. Sambungan Gerak Sederhana


Apabila diperintahkan atau tertera dalam Gambar, perlu dibuat sambungan gerak seder-hana
pada bagian pasangan batu yang tidak direncanakan untuk menahan air. Umumnya
sambungan gerak sederhana dibutuhkan bila terdapat satu penyambungan dengan
bangunan lama dan bangunan baru serta bangunan lama akan mempunyai nilai penurunan
(settlement) yang berbeda.
Sambungan gerak sederhana dapat dibentuk dengan memasang susunan batuan yang
terdiri dari batuan bergradasi (saringan kerikil atau filter) dibelakang pasangan batu pada
bagian sambungan setinggi sambungan tadi. Saringan ini harus terdiri dari batu dan kerikil
terpilih dan baik. Untuk menahan longsornya saringan ini harus diberi lapisan penutup ijuk
setebal 3 cm atau geotextile membrane.

4.2.7. Contoh Pekerjaan


Untuk pekerjaan pasangan batu yang besar seperti pekerjaan lining yang panjang, Kontraktor
harus membangun contoh tampang tembok, sehingga mutu dan wujudnya disetujui oleh
Direksi. Semua pekerjaan berikutnya harus sederajat dengan atau lebih baik dari contoh
yang disetujui.

4.2.8. Perlindungan dan Perawatan


Dalam membangun pekerjaan pasangan batu dalam cuaca yang tidak menguntungkan dan
dalam melindungi dan merawat pekerjaan yang telah selesai, Kontraktor harus memenuhi
persyaratan yang sama seperti yang ditentukan untuk beton.
Pekerjaan pasangan tidak boleh dilaksanakan pada saat hujan deras atau hujan yang cukup
lama yang dapat mengakibatkan adukan larut. Adukan yang telah dipasang dan larut karena
hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan pasangan selanjutnya diteruskan.
Pekerja tidak boleh berdiri diatas pasangan batu atau pasangan batu kosong yang belum
mantap.

4.2.9. Urugan Kembali


Sebelum melaksanakan urugan kembali pada muka pasangan batu yang tak kelihatan,
pasangan batunya harus diplester kasar dengan adukan 1PC : 4Psr setebal 2 cm.
Urugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum mendapat persetujuan Direksi dan bahan
urugan harus pasir yang kasar dan mudah dilalui air. Kerikil yang teratur ukurannya
sehingga dapat mencegah kehilangan pasir harus dipasang pada akhir lubang pembuang air.

4.3. PEKERJAAN PERLINDUNGAN


4.3.1. Penyiapan Permukaan Tanah Untuk Lantai Kerja
Kontraktor harus menyiapkan permukaan galian tanah pondasi dengan lapisan lantai kerja
menurut ukuran yang ditentukan.

4.3.2. Lantai Kerja Batu Kosong


Bila ditunjukkan dalam Gambar, Kontraktor harus menyediakan dan meletakkan lantai kerja
batu kosong, terdiri dari batu kasar sedemikian sehingga semuanya cocok satu sama lain.
Tiap batu mempunyai panjang dan lebar yang tidak kurang dari 20 cm dan tebal yang tidak
kurang dari yang tertera dalam Gambar. Batu harus diberi landasan pasir dan diletakkan
pada dasar alamiah sedemikian, sehingga permukaan yang telah selesai merupakan bidang
benar-benar rata.

4.3.3. Bronjong dan Matras


Dimana ditunjukkan dalam Gambar, Kontraktor harus membuat bronjong kawat dan
menempatkannya dalam keadaan seperti diuraikan berikut ini.
Batu-batu untuk bronjong harus seperti yang ditentukan dalam pasal 1.01 dengan ukuran
tidak kurang dari 15 cm dan tidak lebih dari 30 cm. Batu yang dipakai dipilih berbentuk bulat.
Bronjong kotak dan bersusun harus mempunyai batas pemisah bagian dalam dengan bahan
kawat dan bentuk anyaman yang sama. Batas pemisah ditempatkan sedemikian sehingga
membentuk matras berukuran 2.00 m x 0.50 m. Hubungan antara bronjong atau matras
harus terikat erat dengan kawat pada ujung-ujungnya sehingga menjadi satu kesatuan.
Bronjong untuk penahan tanah harus ditempatkan bagian yang bersinggungan dengan tanah
diberi lapisan filter ijuk. Pengerjaan bronjong harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia PBUI 1982. Apabila bronjong ditempatkan pada lapisan saringan maka harus
dikerjakan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan kawatnya. Bronjong harus diikat
kawat dengan erat pada bronjong yang berdampingan sepanjang tepinya.
Ukuran dari bronjong seperti ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi,
dengan anyaman bentuk segi 6 beraturan yang jarak sisi-sisinya 13 ~ 15 cm, serta sisi
anyaman yang dililit harus terdiri dari tiga lilitan. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi, maka
ukuran kawat yang digunakan adalah berdiameter 5 mm untuk tulangan tepi, dia 4 mm
untuk jaringan dan 2.1 mm untuk pengikat. Kuat tarik kawat 4200 kg/cm2.

4.4. LINING
Pekerjaan lining pasangan batu kali harus dikerjakan sesuai dengan penjelasan pada
Gambar Kerja. Lining pasangan batu kali akan memakai spesi campuran 1 PC : 4 Psr
dengan ukuran batu minimum 15 ~ 30 cm.
Pengerjaan lining diatur per 5 (lima) meter dalam arah memanjang dan dibatasi dengan alur
tegak dinding.
4.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
4.5.1. Pekerjaan Pasangan Batu
Pengukuran untuk pembayaran dari pekerjaan pasangan batu dihitung berdasarkan dari
pasangan batu yang terpasang terhadap garis, ketinggian dan ketebalan seperti ditunjukkan
dalam Gambar. Pembayaran untuk pekerjaan pasangan akan dihitung dengan harga satuan
meter kubik (m3), dimana harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua material,
tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan pasangan batu.

4.5.2.Siaran
Pengukuran untuk pembayaran dari siaran akan dihitung berdasarkan luasan terpasang
seperti ditunjukkan dalam Gambar.
Pembayaran untuk siaran akan dihitung terhadap harga satuan per meter persegi (m2),
dimana harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua material, tenaga dan
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan siaran.

4.5.3.Plesteran
Pengukuran untuk pembayaran dari plasteran akan dihitung berdasarkan dari luasan
terpasang seperti ditunjukkan dalam Gambar.
Pembayaran untuk pekerjaan plaster akan dihitung terhadap harga satuan per meter persegi
(m2), dimana harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua material, tenaga dan
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan plesteran.

4.5.4.Pasangan Batu Kosong


Perhitungan untuk pembayaran dari pasangan batu kosong akan dibuat berdasarkan meter
kubik dari batu terpasang terhadap garis, ketinggian dan ukuran seperti ditunjukkan dalam
Gambar.
Pembayaran untuk pasangan batu kosong akan dihitung terhadap harga satuan per meter
kubik (m3), dimana harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua material,
tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan pasangan batu kosong.

4.5.5.Bronjong
Pengukuran untuk pembayaran bronjong dihitung berdasarkan volume dari bronjong
terpasang terhadap garis dan ketinggian seperti ditunjukkan dalam Gambar.
Pembayaran untuk bronjong akan dihitung terhadap harga satuan per meter kubik (m3),
dimana harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua dari semua material,
tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk melengkapi, produksi dan pemasangan
bronjong.

4.5.6.Pipa Resapan (Weephole)


Pengukuran untuk pembayaran dari weephole akan dihitung berdasarkan jumlah weephole
yang terpasang di lokasi seperti ditunjukkan dalam Gambar.
Pembayaran untuk weepholes akan dihitung terhadap harga satuan per buah (bh), dimana
harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dari semua tenaga, material dan peralatan
yang diperlukan untuk pekerjaan weephole.
5. PEKERJAAN LOGAM DAN KAYU

5.1. BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

5.1.1. Spesifikasi Standar


Kecuali ditentukan lain semua bahan dan mutu pekerjaan harus memenuhi persyaratan dari
Standar Nasional Indonesia yang berlaku. Spesifikasi standar lain yang setara sebagai
pengganti dapat ditambahkan sesuai dikehendaki oleh Direksi.
Semua bahan yang belum termasuk dalam spesifikasi di atas, harus menggunakan bahan
klas 1. Bila Kontraktor mengajukan bahan berbeda dengan standar di atas maka harus
menyertakan penjelasan dari standarnya di dalam Penawarannya.

5.1.2. Pengadaan Pintu Air


Dimensi pintu air yang diperlukan ditunjukkan pada Gambar. Untuk pintu sorong, dipakai
standar pintu kayu/besi, dimensi dan tipe pintu sorong sebagai yang ditunjukkan pada
Gambar Standar Pintu Air dari Direktorat Jenderal Pengairan Dep. PU 1988, ditunjukkan
pada Album Gambar-Gambar.
Pembuatan, pengadaan dan perbaikan pintu harus dilaksanakan atas dasar Sub-Kontrak
oleh Kontraktor Utama, yang harus bertanggung jawab atas pemesanan dan
administrasinya. Kontraktor dalam penawarannya agar menyertakan Sub-Kontrak yang akan
membuat pintu berikut spesifikasi teknis dan material sesuai dengan penawarannya. Dalam
lampiran analisa harga pintu agar dibedakan antara :
a. Harga pengadaan, pembuatan pintu dan perbaikan pintu.
b. Harga pengepakan dan pengangkutan dari pabrik sampai ke lokasi dan
c. Harga pemasangan.
Pabrik harus mempunyai peralatan dan kemampuan serta bersedia membantu Direksi dalam
hal pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan/material yang digunakan dan terhadap hasil
akhir pekerjaan. Sebelum pembuatan pintu dimulai, Kontraktor harus menyiapkan Gambar
Pabrikan (Shop drawing) dan diserahkan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan.
Persyaratan material untuk pintu adalah :
- Plat Baja.
Plat baja untuk daun-daun pintu harus dari baja Standart Industri Indonesia (SII) St. 42
(DIN – 17100) atau ASTM A.36 atau SS. 41 (JIS. G.3101).
- Profil Baja.
Profil-profil baja harus dibuat dari dari baja Standar Industri Indonesia (SII) St. 37 (DIN –
17100) atau ASTM A.36 atau SS. 41 (JIS. G.3101).
- Paku Keling.
Paku keling harus dibuat dari baja Standart Industri Indonesia (SII) U. St. 38-1, U St. 38-2
(DIN – 17111) atau ASTM 502 grade 1 atau 2 atau Sv. 41 A (JIS. G.3104).
- Baut Mur.
Baut mur harus dibuat dari baja Standart Industri Indonesia (SII) U St. 38-1, U St. 38-2,
Uq St. 38-2 (DIN – 17111) atau ASTM A.425 atau S.10 C-D (JIS. G.3123).
- Stem (Drat Stang).
Stem harus dibuat dari baja Standart Industri Indonesia (SII) St. 60 (DIN – 17100) atau
SAE . 1137 atau S. 35 C-D (JIS. G.3123).
- Kawat Las (Electrode).
Pengelasan yang dipakai adalah arc-welding dengan menggunakan Mild Steel Electrode
jenis eutecting rod “UNIMATIC 6000 (AC-DC)” dengan tensile strength 68,000 Psi = 47.6
kg/mm2, atau kawat las alin dengan kwalitas yang sama. Kawat las ini dipakai untuk
mengelas plat-plat baja, profil-profil baja serta pipa-pipa baja.
- Zat Asam (Oxygen).
Pada pemotongan baja maka kemurnian zat asam menentukan kecepatan serta kwalitas
pemotongan karenanya zat asam yang dipakai harus berkadar lebih dari 90%.
- Pasir untuk sand blasting
Bahan baja dibersihkan dengan Sand Blasting. Untuk mendapatkan hasil sand blasting
yang baik maka pasir yang dipakai haruslah mengandung garnet. Kwarts silica dan tidak
mengandung tanah liat, garam atau air (lembab).
- Cat
Untuk pengecatan konstruksi baja haruslah cat yang tahan karat, mudah aplikasinya,
tahan lama dan cepat kering.
Kontraktor harus memberikan salinan dari semua surat-menyurat yang menyangkut Sub-
Kontrak tersebut kepada Direksi.

5.1.3. Pengadaan Pekerjaan Logam dan Kayu oleh Sub-Kontraktor


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi daftar semua pekerjaan logam dan kayu yang
diusulkan untuk di sub-kontrakkan. Sebelum melakukan pesanan harus didapatkan
persetujuan tertulis lebih dahulu perihal Sub-Kontraktor yang akan ditugaskan.
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam pemesanan pekerjaan logam dan kayu kepada
Sub-Kontrator dan semua administrasinya. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
tembusan semua surat-menyuratnya.

5.1.4. Rencana, Perhitungan dan Gambar


Gambar dari Kontraktor dan Spesifikasi menunjukkan macam logam yang dibutuhkan dan
ukuran-ukuran pokoknya. Sub Kontraktor harus merencanakan semua bangunan-bangunan
dan pintu-pintu dan dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan perhitungan dan Gambar-
gambar dari pabrik dan diserahkan kepada Direksi dari semua peralatan yang akan
didatangkan sebelum pabrik melaksanakannya,
Gambar rangkap 3 (tiga) harus dibuat, dan setiap perubahan yang dilakukan oleh Direksi
harus dibuat tanpa pembayaran extra.
Pabrik dilarang memulai pelaksanaan pembuatan sebelum menerima persetujuan Direksi
secara tertulis dengan telah memberi tanda pada setiap set Gambar (1 untuk Direksi, atau
untuk Kontraktor, dan 1 untuk Sub-Kontraktor juga harus menyediakan Gambar kerja yang
menunjukkan usulan dari methode yang akan digunakan dan Gambar-gambar harus
mendapat persetujuan seperti Gambar-gambar yang akan dikerjakan pabrik diatas., sebelum
Kontraktor memulai pelaksanaan pekerjaannya pada bangunan-bangunan yang
bersangkutan.
Apabila ukuran dan ketebalan dari bagian-bagain pintu tercantum didalam Gambar bestek,
ukuran dan ketebalan diatas dianggap sebagai ukuran dan ketebalan minimum yang
diperkenankan.

5.1.5. Pengelasan
Semua pengelasan harus pengelasan busur nyala logam (metal fire are welding) yang
bersinggungan terus, dan Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh untuk pemeriksaan
atau pengujian, sesuai spesifikasi, bila diperlukan oleh Direksi.

5.1.6. Pipa Lapis Galvanis untuk Sandaran


Pipa besi galvanis harus memenuhi syarat BS 1387. Sambungan-sambungan ulir sesuai
dengan BS 21 dan dipasang menurut persetujuan Direksi. Sambungan ulir harus besi tuang
yang digalvanisir sesuai dengan BS 143.
Setelah semua penyambungan dan pemasangan dari sandaran lengkap dan bangunan yang
berhubungan selesai, besi sandaran tersebut harus dibersihkan dari sisa-sisa beton, dan
dicat menurut syarat 5.3.7 dari Spesifikasi kecuali penyemprotan dengan pasir besi (blasting)
atau pembersihan dengan sikat kawat.

5.1.7. Sambungan Baut dan Paku Keling


Kontraktor harus menyediakan semua paku keling, baut, mur, ring dan sebagainya yang
diperlukan untuk pekerjaan baja, disamping sebagai cadangan. Sambungan baut yang
menahan getaran harus terpasang kokoh. Semua lobang paku keling dan baut harus dibor
dan bagian ujung luar yang kasar harus dihaluskan. Paku keling harus tepat memenuhi
lobangnya sewaktu dimasukkan dan menurut ukuran sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia PUBI-1982 atau seperti berlaku untuk pekerjaan kelas utama.
Sebelum dikirim ke tempat pekerjaan, semua baut hitam kecuali baut Lewis dan baut-baut
yang digalvanis harus dipanaskan dan dicelup kedalam minyak pelumas (linseed) atau
cairan serupa yang disetujui. Penyimpanannya harus hati-hati untuk menjamin ulirnya tidak
rusak dan tetap bersih.

5.1.8. Penyambungan di Tempat Pekerjaan


Penyambungan besi di tempat pekerjaan sedapat mungkin harus sambungan dengan baut,
apabila tidak memungkinkan bisa dipakai sambungan dengan las, dengan syarat penyiapan
permukaan yang akan dilas dikerjakan di pabrik dan dijaga agar tetap bersih sewaktu
pengirimannya ketempat pekerjaan.

5.2. PEMERIKSAAN DAN PERAKITAN

5.2.1. Pemeriksaan di Pabrik


Direksi atau pejabat yang diberi tugas harus mengadakan pemeriksaan terhadap bahan-
bahan : mutu pekerjaan, pabrik dan percobaan perakitan di pabrik.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pemeriksaan baja atau bahan-bahan lain yang dipakai untuk memastikan bahwa bahan-
bahan di atas dengan standar. laporan percobaan kimia dan fisika dari bahan-bahan
yang dipakai harus ditunjukkan.
b. Memeriksa ukuran-ukuran
c. Memeriksa pekerjaan las dan mengujinya bila diperlukan
d. Memerikasa pembersihan dan pengecetan pekerjaan baja
e. Percobaan perakitan dan menguji hasilnya
f. Memeriksa cara pengepakan untuk pengiriman

5.2.2. Pembangunan di Pabrik


Jika dibutuhkan Direksi, pekerjaan baja harus dipasang untuk sementara di tempat
pembuatannya untuk diperiksa oleh Direksi dan jika dianggap perlu dilakukan pengujian
sebelum dikirim.

5.2.3. Pembangunan di Tempat Pekerjaan


Kontraktor harus memasang pekerjaan baja selengkapnya dan harus menyediakan dan
membangun semua panggung sementara dan persiapan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum pembangunan dimulai di lapangan, Kontraktor harus
menyampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan cara-cara yang dia usulkan
untuk pembangunan pekerjaan baja dan harus dilaksanakan pengaturan dan pencegahan
yang ditunjukkan oleh Direksi.

5.2.4. Permukaan-Permukaan yang Bersentuhan


Kecuali ditentukan lain, jika logam dipasang permanen pada logam atau permukaan lainnya,
maka permukaan logam yang bersentuhan harus dicat dengan dua lapis cat bitumen, segera
sebelum pemasangan.
Alumunium tidak boleh didirikan pada beton yang basah atau dipasang tetap pada beton
yang masih muda. Dimana perlu untuk menghubungkan aluminum dengan baja atau besi
tuang, kedua permukaan harus dipisahkan dengan bahan pemisah yang disetujui, tebalnya,
tidak kurang dari 1,5 mm. Dimana batang-batang bangunan dari aluminium dipasang batu,
bata atau beton, permukaan-permukaan yang bersentuhan, bahan sambungan harus diberi
seng berchrom.
5.2.5. Pengamanan dalam Perjalanan
Kontraktor harus mengamankan semua peralatan dalam pengangkutan, pembongkaran,
pemasangan, penyimpanan di ruang terbuka dan perjalanan ke lapangan pekerjaan.

5.2.6. Pemasangan Bagian-bagian


Untuk pemasangn bagian-bagian yang masuk dalam pekerjaan beton atau pasangan batu
yang permanen, maka bagian-bagian di atas seperti angkur, plat perletakan dan lain-lain
harus dikirim lebih dahulu dari pada bagian lain.

5.2.7. Pengujian Setelah Dipasang di Lokasi


Setelah selesai dipasang dilokasi, harus diadakan uji coba terhadap semua perlengkapan,
sampai mendapat persetujuan Direksi. Setiap pintu pengatur air harus digerakkan secara
penuh untuk keperluan pengoperasian, dengan menggunakan semua peralatan yang
disediakan dan dengan persyaratan-persyaratan yang sudah ditetapkan kecuali Direksi
menentukan lain

5.2.8. Penyerahan
Setelah uji coba selesai dengan baik, selama periode tertentu yang akan disetujui bersama
oleh Direksi dan Kontraktor, dengan perkiraan satu minggu, Pelaksana dari pihak pabrik
diminta untuk tinggal guna mengawasi pengoperasian pertama dari bangunannya, dan untuk
memberi petunjuk dan bimbingan kepada Staf Pengguna Jasa dalam cara yang benar guna
pengoperasian dari bangunan tersebut.

5.3. PENGECATAN
5.3.1.Umum
Semua perakitan setengah jadi dari komponen pekerjaan logam yang akan dipasang/
ditempelkan dalam beton akan dibersihkan dan dilindungi atau metode lain yang disetujui,
sebelum dikirimkan dari toko/pembuat. Sebelum dipasang, secara menyeluruh dikeringkan
dan dibersihkan dari semua kerak dan bahan lain. Pembersihan dan perlindungan seperti itu
harus tidak akan berpengaruh terhadap kekuatan dan fungsi dari masing-masing bagian.
Semua perkerjaan logam/besi akan dicat seperti ditentukan kemudian. Pengecatan dari
pekerjaan logam/besi akan termasuk penyiapan dari semua permukaan, penggunaan cat,
pelindung dan pengeringan dari lapisan cat seperti halnya penyediaan peralatan, tenaga
dan material yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan pengecatan.
Semua cat dan lapis pelindung akan diproduksi oleh pabrik yang mempunyai reputasi dan
akan tunduk kepada persetujuan dari Direksi.
Pengecatan akan dilaksanakan dalam kondisi bersih, kering, bebas dari lingkungan
berdebu, terhindar dari suhu dan kelembaban dimana diperlukan untuk pengeringan atau
perawatan cat tertentu atau lapis pelindung tetap (permanent). Alat yang efektif akan
disediakan untuk membuang semua oli dan air dari peralatan penyemprot udara (air
compressor), sand blasting dan penggunaan alat penyemprot cat dan lapis pelindung.
Semua cat dan lapis pelindung akan diterapkan/dilaksanakan dengan seksama menurut
instruksi dari pabrik.
5.3.2.Bahan Cat
Jika tidak ditentukan lain, bahan cat harus memenuhi Standar Nasional Indonesia PUBI-
1982. Semua bahan harus diperoleh dari pabrik yang disetujui oleh Direksi dan contoh dari
tiap-tiap cat dan bahan campurannya yang diusulkan untuk dipakai, harus dise-rahkan
kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang dikirim ke tempat pekerjaan
harus dalam kemasan kaleng atau drum dengan segel yang masih utuh. Cat yang telah
kadaluwarsa seperti yang dituliskan pada kalengnya tidak boleh dipakai. Bahan cat seperti
itu harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan. Cat harus seluruhnya diaduk di bawah
pengawasan seorang mandor yang berwenang dengan cara yang dibenarkan oleh Direksi
dan tidak boleh diberikan kepada tukang cat sebelum cat dan bidang yang akan dicat selesai
dipersiapkan betul-betul. Seluruh pekerjaan harus diselesaikan dalam warna dan corak
seperti yang diperintahkan oleh Direksi dan jika diperlukan, Kontraktor harus membuat
variasi warna dari tiap-tiap lapisan cat.

5.3.3.Persiapan Permukaan
Semua plastik atau vernis yang bersifat sebagai pelindung sementara, lapisan, grease, oli,
lilin, karat, kotoran, kerak dan bahan lain akan dibuang dari permukaan untuk persiapan
pengecatan dengan menggunakan bahan pelarut yang disetujui atau metode pembersihan
yang lain. Bahan pelarut dan metode pembersihan tidak boleh mengganggu atau berbahaya
terhadap permukaan yang akan dibersihkan.
Semua percikan las, ampas bijih, karat yang mengelupas dan unsur asing lain dibuang/
dibersihkan dari bahan logam yang akan dicat dengan sikat kawat baja atau sandblasting
sampai logam berwarna “putih”. Permukaan bagian dalam dari pipa dan bagian cekungan
akan dibersihkan dengan mesin (gerinda) atau sandblasting. Perhatian khusus akan
diberikan berkenaan dengan pembersihan dari semua sudut dan sudut bagian dalam. Jika
terdapat karat atau permukaan menjadi tercemari dalam kurun waktu antara pembersihan
dan pengecatan maka permukaan akan dibersihkan kembali dengan standar yang sama.
Semua persiapan permukaan akan tunduk kepada persetujuan dari Direksi sebelum
pengecatan atau lapis pelindung di terapkan.

5.3.4.Prosedur Pengecatan
Pengecatan dan lapis pelindung akan dilaksanakan dengan kwas atau alat semprot. Cat
akan diaduk secara merata dan menyeluruh dan dijaga dalam kekentalan yang merata
selama pengecatan. Cat tidak akan digunakan ketika suhu dari permukaan yang dicat, cat
atau udara disekitar dibawah 10oC atau diluar kondisi yang ditetapkan dalam instruksi dari
pabrik. Permukaan yang akan dicat harus kering dan bebas dari debu pada saat
pengecatan dilaksanakan.
Setiap lapisan dasar, cat atau lapisan pelindung, akan diijinkan untuk melindungi atau
mengeraskan secara menyeluruh menurut instruksi pabrik sebelum lapisan pengganti
manapun diterapkan.
Semua cat dan lapisan pelindung ketika diterapkan harus memberikan konsistensi dalam hal
keseragaman warna, ketebalan dan kehalusan di bagian permukaan.

5.3.5.Permukaan yang Tidak Dicat


Kecuali ditentukan lain, khusus untuk besi tahan karat (stainless steel), perunggu, kuningan,
besi galvanized dan permukaan anti karat yang lain, tidak dicat atau dilapisi.
Semua besi tahan karat (stainless steel), perunggu, kuningan, besi galvanized dan
permukaan anti karat yang lain pada konstruksi penyangga, permukaan dari roda gigi,
permukaan mesin penggulung dan bagian dari mesin yang lain, tidak dicat. Untuk
pembersihan permukaan yang dilapisi dengan vernis yang bersifat melindungi, lapisan
plastik yang mudah lengket, pelumas atau alat-alat yang disetujui lainnya untuk melindungi
permukaan dari karat dan kerusakan kecil yang berhubungan dengan mesin pada saat
pengiriman dan penyimpanan di lokasi, lapisan pelindung akan dibuka/ dibuang hanya
sesaat sebelum pembersihan akhir dan perakitan dari peralatan tersebut.
Semua permukaan yang tidak dicat akan diberi penutup yang layak atau dilindungi selama
pembersihan dan pengecatan apapun yang berdekatan dengan permukaan untuk
mencegah kerusakan atau pencemaran.
Kecuali ditentukan lain sebelumnya atau diinstruksikan oleh Direksi, semua permukaan
logam besi yang tidak dicat termasuk semua pengancing, sekrup dan semacamnya, akan
dibiarkan terbuka selama pengiriman atau menunggu pemasangan, dan akan dibersihkan
atau diberi suatu lapisan campuran tahan karat.
Roda gigi kuningan, bidang-bidang baja yang dikerjakan halus dan bidang-bidang baja yang
setelah pemasangan akan bersentuhan secara putar atau geser, dan juga tali-tali kawat,
tidak dicat. Setelah pembersihan selesai, bidang-bidang demikian harus dilapisi dengan
lembaran plastik untuk menjaga terhadap kerusakan kecil dan korosi selama pengangkutan
dan penyimpanan di lokasi. Selimut plastik ini harus baru dilepas, sesaat sebelum peralatan
itu dipasang.

5.3.6.Jadwal Pengecatan
Rincian dari semua kebutuhan pengecatan termasuk jenis cat, metode pengecatan, jumlah
lapisan, lapisan akhir, warna akhir dari semua peralatan, ditunjukkan dalam Gambar Kerja
secara rinci dalam Spesifikasi ini atau diinstruksikan atau disetujui oleh Direksi. Dengan itu
Kontraktor harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi,
jadwal dari pengecatan untuk item pekerjaan logam yang akan dicat.
Kecuali ditentukan lain atau yang termasuk dari instruksi pabrik, semua permukaan
logam/besi yang dicat akan dilapisi dengan lapisan yang disetujui sebelum dilaksanakan
pengecatan atau penggunaan lapisan pelindung.

5.3.7.Mengecat Pekerjaan Baja


a. Sebelum pemasangan di pabrik, semua permukaan dari pekerjaan baja yang akan
selalu bersentuhan atau tidak kelihatan setelah pemasangan di pabrik, harus dibersihkan
dan di cat dengan satu lapis cat dasar kecuali permukaan yang akan dilas.
b. Sebelum pengiriman dari pabrik, permukaan harus di bersihkan dan dikerjakan atau
dicat sebagai berikut :
a) Yang dikerjakan dengan mesin, satu lapisan cat campuran timah putih dan lilin atau
dengan vernis tahan karat atau cat plastik yang disetujui.
b) Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya ketika pemasangan di lapangan,
dua lapis cat dasar, kecuali ditentukan lain.
c) Yang akan bersentuhan dengan beton, aspal, ter atau bitumen penahan air, tidak
perlu pengerjaan apa-apa atau pengecatan.
d) Yang akan bersentuhan dengan pekerjaan bata, satu lapis cat dasar.
e) Semua permukaan lainnya jika tidak ditentukan lain, satu lapisan cat dasar sesu-dah
diadakan pemeriksaan di pabrik oleh Direksi.
c. Sebelum pemasangan, permukaan yang diterangkan dalam b. b) diatas, harus
dibersihkan dan dilapisi dengan satu lapis cat dasar, segera dilaksanakan penyam-
bungannya.
a) Untuk bagian-bagian mekanik, harus dibersihkan dengan larutan dan kemudian
dibersihkan dan digosok mengkilap.
b) Bila kontak dengan beton, dibersihkan dengan cara dikerok dan disikat dengan sikat
baja, sesaat sebelum diselubungi beton.
c) Bila kontak dengan aspal, ter atau bahan kedap air dari bitumen, dibersihkan dan
dilapisi dengan bitumen panas.
d) Bila kontak dengan pasangan bata, pasangan batu atau bila tertutup oleh beton
setebal kurang dari 4 cm, dicat satu kali dengan cat bitumen.
e) Untuk permukaan-permukaan tersebut dalam b. e) diatas, yang sebelumnya sudah
diberi cat dan menjadi rusak karena pemasangan, maka harus diperbaiki dengan
cara membersihkan bagian-bagian yang rusak sampai disetujui Direksi, bila perlu
sampai mencapai logamnya. Kemudian tepi cat yang masih utuh digosok dengan
amplas dan dicat dengan cat dasar satu kali.
Tiap lapis penambal harus melampaui cat yang semula dan tidak rusak selebar minimum 5
cm. Kecuali ditentukan lain, maka semua permukaan yang sudah diberi cat dasar, akan
dilapisi cat dasar lagi dan kemudian dengan 2 lapis cat penutup.

5.3.8.Tata Cara Pengecatan Pekerjaan Baja


Kecuali disyaratkan lain, maka pekerjaan konstruksi baja dan alat-alat pengatur air dan lain
sebagainya harus disiapkan dan diberi cat dasar menurut ketentuan dalam pasal 5.4.7
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Terbuka terhadap pengaruh iklim baik terlindung atau tidak:
a) Dibersihkan dengan sikat kawat baja kecuali ditentukan lain oleh Direksi
b) Dua lapis dasar timah meni
c) Dua lapis cat oksida besi atau dua cat lapis alumunium
b. Bila terbuka terhadap pengembunan berat atau bila terbenam dalam air, termasuk
semua pintu :
a) Dibersihkan dengan sikat kawat baja
b) Dicat dasar dua lapis
c) Dua lapis cat bitumen kental atau dua lapis cat karet, berchlor atau dua lapis cat
oksida ter batubara
Pintu geser tegak, katup-katup dan lain-lain alat yang dibuat dari besi harus dilapisi dengan
dua lapis cat bitumen atau yang sejenis, sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi.

5.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Kecuali ditentukan lain, ukuran seperti panjang atau jumlah dari item yang disediakan
khusus dalam BoQ, pengukuran untuk pembayaran pekerjaan logam akan dihitung terhadap
berat dari item tertentu dalam ton atau kilogram terpasang menurut Spesifikasi dan Gambar
atau seperti diarahkan oleh Direksi.
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pekerjaan logam akan dihitung terhadap
harga satuan per ton atau kilogram atau harga satuan tersebut dalam BoQ dimana harga
satuan tersebut sudah termasuk semua biaya tenaga, peralatan dan material untuk
penyediaan dan pemasangan termasuk pabrikasi dan perakitan, pelapisan galvanized dan
atau pengecatan, pengepakan, pengapalan, pengangkutan dan asuransi, perakitan dan
pemasangan di lapangan, pengeboran, injeksi dan beton tahap kedua (secondary concrete)
untuk angker dan semua pekerjaan lain seperti yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pemasangan.
6. PEMUGARAN/MODIFIKASI BANGUNAN DAN SALURAN LAMA

6.1. UMUM
Kecuali ditentukan lain, pekerjaan pemugaran/modifikasi bangunan yang ada harus di-

kerjakan sesuai Bab 1 sampai Bab 8 dari Spesifikasi.

6.2. PENUTUPAN SALURAN


Pekerjaan perbaikan sistem saluran yang membutuhkan penutupan saluran harus

dikerjakan selama jangka waktu penutupan saluran. Kontraktor harus memanfaatkan

sebaik-baiknya periode penutupan saluran untuk menyelesaikan dengan cepat peker-jaan-

pekerjaan dan memperkecil pekerjaan-pekerjaan sementara.

6.3. PERBAIKAN PEKERJAAN PASANGAN BATU


Bila diperintahkan, permukaan dari pasangan lama harus disiar kembali, bidang sambungan

antara batu harus digaruk dengan kedalaman minimum 20 mm dan disiar kembali dengan

adukan 1 PC : 3 Psr.

6.4. PEMBONGKARAN
Bila bagian dari bangunan pasangan batu atau beton yang telah ada akan dirombak,

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan itu dengan cara sedemikian sehingga tidak

memberi pengaruh buruk kepada bagian bangunan yang masih tertinggal.

Tiap kerusakan atau terjadi lubang atau pecah pada bangunan yang masih tertinggal

sebagai akibat dari kesalahan metode pelaksanaan Kontraktor dalam pekerjaan

perombakan itu, menjadi tanggungjawab Kontraktor dan harus dikembalikan kepada

keadaan semula sampai memuaskan Direksi. Semua reruntuhan sebagai hasil dari

pembongkaran harus dibuang dengan cara sebagaimana ditunjukkan. Permukaan tanah

atau tampang melintang saluran harus diselesaikan dan dirapikan sampai memuaskan

Direksi.
6.5. IKATAN SAMBUNGAN
Di mana pasangan batu akan disambung ke pasangan batu yang telah ada, permukaan

pasangan batu yang telah ada harus seluruhnya dibersihkan dan sambungan-

sambungannya digaruk sampai kedalaman minimum 20 mm.

6.6. PINTU AIR


Kata “pintu air” harus dianggap meliputi semua bagian kayu dan logam yang tertanam, daun

pintu, pengangkat daun pintu, bagian-bagian yang mendukung, balok penahan dan jalur

balok penahan. Bila diperintahkan, Kontraktor harus mengeringkan air dan membuang

endapan pada semua pintu air dan harus memindahkan semua daun pintu yang ada

termasuk pembongkaran rangka dimana perlu, sehingga cukup untuk pemeriksaan dan

pengukuran yang teliti oleh Direksi, Pelaksana dan Stafnya.

Bila diperintahkan, Kontraktor harus menyediakan dan memasang bagian-bagian kayu dan

logam yang baru, menyusunnya dan harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan

untuk memperbaiki pintu air, sesuai yang diperintahkan Direksi, termasuk pengecatannya.

Bila setelah selesai pemeriksaan, pengukuran, perbaikan, pengecatan dan pelumasan, dan

dalam pandangan Direksi, bagian-bagian pintu air sudah dalam keadaan berfungsi,

Kontraktor harus memasang kembali pintu air itu. Setelah pemasangan kembali, sebelum

pembongkaran kistdam atau balok penahan, setiap pintu harus diuji lebih dahulu sampai

mendapatkan persetujuan Direksi. Setelah saluran, kistdam atau balok penahan dibuka

(diairi), setiap pintu harus diuji kembali sampai mendapatkan persetujuan Direksi.

6.7. MENAIKKAN TANGGUL-TANGGUL YANG ADA


Di tempat tanggul-tanggul saluran lama yang perlu dinaikkan dengan timbunan, bagian atas

dan samping dari tanggul itu harus disiapkan sesuai dengan yang dimaksud pada Pasal

2.3.2 dari Spesifikasi ini.


6.8. PEMBERSIHAN SALURAN
Semua saluran yang ada harus dibersihkan dari semua batu-batu lepas, tanaman yang

tumbuh di bawah muka air dan kotoran-kotoran. Selain dari pekerjaan perbaikan maka

tebing tanggul dan dasar saluran juga harus dirapikan dan ditimbun bagian-bagian yang

berlubang, sehingga penampang saluran menjadi baik.

6.9. BANGUNAN-BANGUNAN BESI YANG ADA

Semua bangunan-bangunan besi yang masih dipakai harus dibersihkan dari endapan

sesuai petunjuk Direksi. Bila diperintahkan, tes kekuatan muatan harus dilaksanakan pada

bangunan itu. Setelah pemeriksaan, bangunan harus diperbaiki atau diganti seperti yang

diperintahkan dan harus dicat menurut Bab 5.3 dari Spesifikasi ini.

6.9. MENYAMBUNG DENGAN SALURAN TERSIER YANG ADA


Kontraktor harus mengerjakan semua pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan

penyambungan antara saluran sekunder yang telah direhabilitasi dengan saluran tersier

yang ada. Semua pengambilan-pengambilan yang ada, pipa-pipa di bawah tanggul dan

lain-lain yang menurut Direksi tidak digunakan lagi setelah saluran sekunder direhabilitasi,

harus dibongkar atau ditutup.


7. PEKERJAAN LAIN-LAIN

1.1 UMUM
Yang termasuk pekerjaan lain-lain adalah semua pekerjaan yang harus disediakan oleh
kontraktor sesuai dengan yang tertera dalam daftar BoQ, baik ditunjukkan dalam detail
Gambar atau tidak.
Hal-hal yang menyangkut standar ukuran, bahan dan warna yang harus dipakai serta
penjelasannya, secara umum dinyatakan dalam Standar Perencanaan Irigasi (Tipe dan
Standar Bangunan Irigasi) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Desember
1986.
Detail lain yang sesuai akan ditunjukkan dalam Gambar kontrak. Kontraktor tidak boleh
menggunakan bentuk konstruksi atau detail tanpa pemberitahuan secara tertulis kepada
Direksi terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai