Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Denpasar adalah Ibu Kota Provinsi Bali yang merupakan pemerintahan
sentral untuk kegiatan dibidang ekonomi dan pembangunan. Berkembangnya
perekonomian juga berpengaruh terhadap berkembangnya pembangunan. Banyak
konstruksi bangunan gedung, jalan raya, jembatan dan lain-lain yang
direkonstruksi, diduplikasi dan baru dibangun untuk menunjang kelancaran
pertumbuhan kota.
Struktur bangunan merupakan komponen utama yang menunjang berdirinya
suatu bangunan. Struktur bangunan terdiri dari komponen- komponen diatas dan
dibawah yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menyalurkan beban
ke tanah dasar.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kepolisian daerah Bali
merupakan satuan pelaksana utama kewilayahan Kepolisian Republik Indonesia
yang berada dibawah Kapolri (Kepolisian Negara Republik Indonesia) dan
bertugas sebagai menyelenggarakan tugas Polri pada wilayah tingkat I yaitu
Provinsi Bali. Sebagai pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan
dan penegakan hukum diseluruh wilayah Pulau Bali dan kepulauan Nusa Penida,
kepolisian daerah Bali berupaya meningkatkan kualitas diberbagai aspek termasuk
peningkatan infrastruktur.
Sehubungan dengan peningkatan infrastruktur gedung Polda Bali, maka
pada saat ini Kepolisian Daerah Bali sedang melakukan pembangunan Gedung
Dit Reskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus) Polda bali yang berada
dikawasan Jalan Kamboja, Denpasar Utara. Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali
tersebut akan dibangun dengan konstruksi bertingkat termasuk lantai basement.

1
Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali tersebut memiliki tujuan upaya
untuk meningkatan peningkatan dari kinerja Kepolisian Daerah Provinsi Bali.
Pembangunan gedung Dit Reskrimsus Polda Bali ini dimulai sejak 27 April
2021 lalu hingga 7 bulan kedepan sampai tanggal 22 November 2021. Setiap
struktur penyusun infrastruktur tanpa terkecuali harus bisa menopang dan
menunjang keselamatan masyarakat yang menggunakannya. Untuk meneruskan
berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang), serta
beban hembusan angin
Pada intinya Proyek Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali
untuk mendukung penuh perkembangan apa saja yang terjadi dimasyarakat guna
mencegah masayarakat untuk tidak melakukan tindak kejahatan. Sebagai negara
berkembang, Indonesia terus melakukan perbaikan diberbagai bidang salah
satunya adalah bidang Kepolisian yg mempunyai semboyan untuk mengayomi
msyarakat maka dari itu pihak Polda Bali melalukan perbaikan sistem yang salah
satunya dibagian Dit Reskrimsus.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan di Bangun Proyek
Adapun tujuan pembangunan Proyek Gedung Direktorat Reserse Kriminal
Khusus adalah :
1. Dapat mendukung segala kegiatan operasional Dit Reskrimsus dalam
penanganan kriminal khusus di wilayah hukum Polda Bali.
2. Terwujudnya pengembangan tata ruang publik yang bersifat khusus
seperti sistem informasi analisa cyber, smart trace, information center
digital analytic dan lain-lain.
3. Meningkatkan pelayanan publik terhadap kejahatan perbankan di
lingkup tindak pidana tertentu.
4. Serta meningkatkan pelayan kejahatan khusus penggunaan internet atau
cybercrime, tindak pidana korupsi.

2
1.2.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu kegiatan yang harus diikuti
untuk memenuhi syarat menjadi sarjana S1 Teknik Sipil di Universitas Ngurah
Rai. Kegiatan ini bertujuan untuk mengaplikasikan dan membandingkan teori
serta keterampilan yang didapat dibangku kluiah dengan pelaksanaan
pembangunan suatu proyek di lapangan. Dalam pelaksanaan pembangunan suatu
proyek sering kali timbul masalah-masalah yang harus segera diselesaiakan
dilapangan, dalam hal ini mahasiswa dapat melihat secara langsung teknik
pelaksanaan dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh pengawas lapangan
pada proyek tersebut, semua ini tidak didapatkan oleh mahasiswa di bangku
kuliah. Tujuan khusus dari praktek kerja lapangan adalah agar mahasiswa dapat
berfikir dan mempunyai wawasan yang luas mengenai pelaksanaan suatu proyek
yang baik yakni menyangkut efisien waktu dan ekonomis.

1.3 Data Proyek


1.3.1 Lokasi Proyek
Lokasi tempat pembangunan proyek Gedung Dit Reskrimsus ini Berada di
Jl. Kamboja, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali.

Gambar 1.1 Lokasi Proyek

3
1.3.2 Identitas Proyek
1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus
Polda Bali – Denpasar Utara, Bali.
2. Pemilik Proyek : Polda Provinsi Bali.
3. Nama Pekerjaan : Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus
Polda Bali – Denpasar Utara, Bali.
4. Sumber Dana : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Bali (APBD) 2021.
5. Nilai Kontrak : Rp. 38.791.501.000 (tiga puluh delapan
milyar tujuh ratus sembilan puluh satu juta
lima ratus satu ribu rupiah).
6. Kontraktor Pelaksana : PT. Mardika Griya Prasta.
7. Konsultan Perencana : CV. Permata Konsultan.

1.3.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek


Selama melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan
Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali, kegiatan pokok yang penulis lakukan
sebagai berikut :
1. Mengamati teknik pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan sistem
manajemen yang diterapkan, sehingga dapat membandingkan dengan
teori yang di dapat di bangku kuliah.
2. Melakukan pengumpulan data dan informasi sebagai bahan untuk
menyusun laporan kerja praktek, baik dari segi manajemen proyek
maupun cara pelaksanaannya.
3. Melakukan pengamatan dan membandingkan antara yang tertera
digambar dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
4. Pengecekan nilai slump pada setiap kegiatan pengecoran.
5. Mengamati proses pengecoran.
6. Mengamati proses pengerjaan tangga.
7. Memahami landasan teori yang mendukung kerja praktek

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data laporan kerja


praktek ini adalah:

4
1. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek, tentang hal-hal yang tidak dapat diamati
secara langsung di lapangan.
2. Observasi
Meninjau segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek.
3. Pengamatan langsung di lapangan
Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati hasil pekerjaan di
lapangan apakah telah sesuai dengan gambar rencana atau tidak agar
dapat memahami cara kerja tukang-tukang, pengawas lapangan
maupun pelaksanaannya. Hal ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman tentang pelaksanaan pekerjaan.
Mengingat singkatnya waktu kerja praktek dibandingkan dengan
waktu pelaksanaan proyek maka untuk mengetahui pelaksanaan proyek
secara keseluruhan tidaklah mungkin oleh karena itu lingkup kerja praktek
perlu dibatasi. Adapun beberapa tahapan pekerjaan yang dapat diamati
antara lain:
1. Pembuatan pelat lantai 1 hingga lantai 4.
2. Pembuatan kolom dan balok lantai 1 hingga lantai 4 pada bangunan.
3. Pembuatan ramp basement.
4. Pembuatan bekisting kolom, balok dan pelat lantai.
5. Pembuatan tangga.

5
BAB II
ADMINISTRASI DAN ORGANISASI

2.1 Umum
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat
dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya
yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (Glive Gray 2002). Pengertian
proyek pada umumnya mengacu pada rangkaian aktivitas yang mempunyai
dimensi waktu, mutu dan biaya untuk mewujudkan suatu gagasan. Perkembangan
sebuah proyek dimulai dari timbulnya gagasan atau ide dasar hingga menjadi
kenyataan secara fisik dilapangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah!

Gambar 2.1 Siklus Suatu Proyek


(Sumber: Gray, Glive. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek.)
Dalam melaksanakan suatu proyek, salah satu faktor yang berperan
penting adalah pengelolaan proyek yaitu bagaimana menciptakan administrasi dan
susunan organisasi yang baik.
Dengan prosedur administrasi dan susunan organisasi yang baik akan
tercapai hasil pembangunan suatu proyek seperti yang diharapkan sehingga
proyek besar maupun proyek kecil harus menerapkan sistem tersebut agar sesuai
dengan yang diharapkan. Faktor-faktor organisasi dan administrasi memegang
peranan yang sangat penting disebabkan beberapa alasan yaitu:

6
1. Apabila susunan organisasinya tidak baik akan mengakibatkan
keterlambatan dan bahkan bisa menyebabkan tidak selesainya suatu proyek
yang sedang dilaksanakan.
2. Apabila sistem administrasinya yang tidak baik akan menimbulkan
kesukaran-kesukaran baik itu mengenai persoalan-persoalan internal
perusahaan maupun hubungan dengan instansi/perusahaan lain.
Dengan organisasi yang sehat akan tercapainya perencanaan proyek yang
efektif dan efisien. Dengan administrasi yang baik dan teratur maka akan dapat
ditetapkan segala peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan yang harus
dipatuhi misalnya keuangan, kepegawaian dan sebagainya. Dalam usaha
merealisasikan suatu proyek sangat mutlak diperlukan suatu pemikiran yang
matang. Mulai dari penjajakan terhadap kemungkinan realisasi proyek, kelayakan
proyek, perencanaan, pelaksanaan hingga pada pengoperasian serta pemeliharaan
proyek tersebut.
Organisasi merupakan wadah atau bentuk kerjasama beberapa pihak yang
terlibat dalam bentuk struktur organisasi. Struktur ini akan menggambarkan
hubungan formal tetapi tidak melukiskan hubungan informal yang umumnya
timbul bila ada interaksi sosial. Untuk mencapai tujuan proyek yang telah
ditetapkan bersama maka akan diadakan pembagian kerja dimana masing-masing
orang mempunyai tugas dan wewenang serta kedudukan yang saling berkaitan.
Untuk menjamin terlaksananya realisasi proyek dengan baik, kelengkapan
administrasi pihak-pihak terkait juga merupakan hal mutlak yang harus disiapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di bidang manajemen, terdapat hubungan yang
sangat erat antara organisasi dan administrasi. Di bawah ini dijelaskan uraian
definisi secara singkat tentang administrasi dan organisasi.
2.1.1 Administrasi
Administrasi yang baik dan teratur, akan dapat menetapkan segala
peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan yang harus dipatuhi, misalnya dalam
bidang keuangan, kepegawaian dan sebagainya (Dipohusodo, 1995). Peraturan
dan ketetapan tersebut mempunyai tujuan dan sasaran sesuai dengan bidangnya
masing-masing, yaitu:

7
a. Administrasi keuangan, bertujuan untuk menjamin keberhasilan
terlaksananya program pembangunan dengan sempurna, serta menyusun
dan mengawasi pemasukan dan pengeluaran keuangan.
b. Administrasi di bidang teknik logistik bertujuan untuk mengawasi jumlah,
waktu, dan kebutuhan keluar masuknya barang (material) dan perlengkapan
yang digunakan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
c. Administrasi kepegawaian, bertujuan supaya tercapai penempatan personil
yang mantap sesuai dengan keahlian serta mewujudkan struktur
kepegawaian yang mantap, efektif dan tetap.
2.1.2 Organisasi
Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya
kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi dan
berfungsi untuk mempertemukan menjadi satu tujuan. Untuk mengoptimalkan
proses mengorganisir proyek maka dilakukan diferensiasi pekerjaan yang terdiri
dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan.
2. Mengelompokkan pekerjaan.
3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan.
4. Mengetahui wewenang dan tanggumg jawab serta melakukan pekerjaan.
5. Menyusun mekanisme koordinasi.

Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja


Keterangan: : Hubungan konsultasi
: Hubungan instruksi
: Hubungan koordinasi

8
2.1.3 Fungsi-Fungsi Manajemen
Organisasi akan mengalami kemajuan yang pesat apabila fungsi-fungsi
manajemennya dapat diberdayakan secara optimal. Adapun fungsi-fungsi
manajemen tersebut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyediaan staf (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian
(coordinating) dan pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen karena dapat digunakan
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perencanaan, yaitu:
a. Ketersediaan tenaga kerja dengan jumlah, keterampilan, keahlian, mutu
serta pasaran harganya atau upah.
b. Ketersediaan bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan dengan
memperhatikan jumlah, mutu, harga dan pengangkutannya sampai di
lokasi proyek.
c. Pengadaan modal kas dan modal kerja serta penggunaannya secara tepat
dan hemat.
d. Ketersediaan peralatan pembangunan proyek baik milik perusahaan
sendiri maupun disewa dari pihak lain.
Pada proyek pembangunan Gedung Dit Reskrimsus ini perencanaan
dilakukan oleh CV. Permata Konsultan. Untuk perencanaan tentang ketersediaan
tenaga kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Dit
Reskrimsus Polda Bali ini merupakan tugas dari kontraktor, yaitu PT. Mardika
Griya Prasta.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan pengorganisasian merupakan kegiatan penyusunan dan pengaturan
sistem kerja antara unsur-unsur pelaksana bangunan, dimana masing-masing
memiliki tugas dan kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan. Setiap personil diharapkan mampu
bekerja maksimal sesuai dengan kapabilitasnya.

9
3. Penyediaan Staf (Staffing)
Dengan tersusunnya skema organisasi proyek, akan memudahkan pemimpin
atau manajer proyek untuk memilih orang-orang yang tepat dan cakap untuk
menempati posisi yang ada dalam organisasi tersebut sesuai dengan
keahliannya masing-masing. Hal ini penting untuk menjamin
dilaksanakannya rencana serta kegiatan yang sudah digariskan melalui
perencanaan dan struktur organisasi yang baik. Pada proyek pembangunan
Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali, pihak kontraktor yaitu PT. Mardika
Griya Prasta menyediakan pekerja tetap yang berasal dari pihak internal
kontraktor. Selain itu disediakan pula pekerja yang berasal dari pihak
eksternal kontraktor.
4. Pengarahan (Directing)
Tahap pengarahan ini meliputi kegiatan pembinaan dan kepemimpinan yang
dilaksanakan oleh atasan kepada bawahannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengadakan komunikasi timbal balik yang lancar antara atasan
dan bawahan dan adanya unsur partisipasi dalam memecahkan suatu
masalah dan pengambilan keputusan.
Pada proyek ini proses pengarahan dilakukan pada penyerahan tugas dari
Pimpinan Perusahaan kepada Project Manager. Pengarahan berisi urutan
kegiatan yang akan dilakukan beserta waktu di mulai dan batas akhir
pekerjaan itu. Selanjutnya Project Manager memberikan pengarahan kepada
para pelaksana tentang urutan kegiatan yang harus dilaksanakan pada
masing-masing proyek. Selanjutnya para pelaksana lapangan memberikan
pengarahan kepada mandor dan para mandor memberikan pengarahan
kepada para buruh dan tukang selama pekerjaan berlangsung serta adanya
pengawasan langsung dari pihak pelaksana dan pihak pengawas.
Permasalahan-permasalahan yang ditemui oleh mandor selama pekerjaan
berlangsung dapat langsung ditanyakan kepada pihak pelaksana. Setiap
minggu dilakukan rapat mingguan. Rapat dilaksanakan tergantung situasi
dan kondisi proyek. Apabila akan ada rapat, undangan akan diberikan
seminggu sebelum hari rapat. Pihak yang hadir saat rapat adalah Kepala
Proyek (Project Manager) dan para pelaksana lapangan. Rapat ini

10
membicarakan tentang evaluasi pekerjaan selama seminggu, perencanaan
pekerjaan untuk satu minggu mendatang dan membahas permasalahan yang
ditemukan di lapangan.
5. Koordinasi (Coordinating)
Koordinasi antara unsur-unsur yang terlibat di dalam proses realisasi proyek
seperti pemilik (owner), kontraktor dan konsultan (baik pengawas maupun
perencana) yang diwujudkan dalam bentuk pertemuan berkala (site meeting)
yang akan membicarakan dan mengatasi segala permasalahan yang timbul
selama proses pelaksanaan proyek serta merumuskan cara-cara
mengatasinya untuk mendapatkan hasil yang optimal.
6. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan suatu proses penilaian selama pelaksanaan kegiatan
dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) dan Rencana Waktu (Time Schedule) yang telah ditetapkan
dengan memperkecil kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas,
biaya dan waktu.
Pengawasan dimaksudkan untuk menjamin pelaksanaan proyek sesuai
dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan
rencana waktu (Time Schedulle) yang telah ditetapkan. Pada proyek
pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali, pengawasan dilakukan
oleh pihak owner yaitu Dinas Pekerjaan Umum, konsultan pengawas yaitu
CV. Permata Konsultan dan pihak kontraktor sendiri yaitu PT. Mardika
Griya Prasta. Pengawasan pada proyek pembangunan Gedung Dit
Reskrimsus Polda Bali ini dilakukan dan melibatkan berbagai pihak yaitu:
 Pengawasan tidak langsung yang dilakukan oleh pemilik proyek
dilakukan terhadap pengawasan segi struktur, arsitektur, pengawasan
terhadap kualitas dan kuantitas perkerjaan, pengawasan administrasi
dan waktu pelaksanaan. Pengawasan ini bertujuan agar kegiatan proyek
berjalan sesuai dengan kesepakatan atau pengerjaan proyek sesuai
dengan gambar baik gambar struktur dan gambar arsitektur serta sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang telah ditetapkan.

11
 Pengawasan langsung dan tidak langsung yang dilakukan oleh
konsultan pengawas diutamakan pengawasan terhadap bahan atau
material yang akan dipergunakan dalam proyek, pengawasan terhadap
waktu pelaksanaan proyek agar tidak terjadi keterlambatan, pengawasan
terhadap mutu pelaksanaan agar sesuai dengan ketentuan teknis.
Pengawasan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pelaksanaan proyek dan menjaga syarat teknis
perkerjaan
 Pengawasan langsung yang dilakukan oleh kontraktor langsung terjadi
saat pelaksanaan proyek di lapangan. Pengawasan pihak kontraktor
menitikberatkan pada pencapaian mutu sesuai persyaratan teknis
dengan penyelesaian perkerjaan tepat waktu dengan biaya yang
seekonomis mungkin. Pengawasan oleh kontraktor diharapkan dapat
memenuhi syarat dalam kontrak dan berusaha menghindari denda
keterlambatan.

2.2 Macam-maca Jenis Lelang (Tender)


Pelelangan (Tender) adalah salah satu proses kegiatan yang dilakukan oleh
pemilik proyek (Owner) kepada Kontraktor yang mengikuti pelelangan, kemudian
dipilih salah satu Kontraktor dengan harapan dari pemilik proyek (Owner),
mendapatkan Kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku. Dibawah ini adalah macam-macam pelelangan yaitu :
1. Pelelangan Umum
Adalah metode pemilihan penyedia barang atau penyedia konstruksi atau
jasa lainya secara terbuka untuk umum, bagi peserta yang memenuhi
syarat/kriteria/kualifikasi dibidangnya, pelelangan ini diumumkan secara
luas melalui media massa, cetak dan sebagainya.
2. Pelelangan Terbatas
Adalah metode pemilihan untuk pekerjaan tertentu, diikuti oleh minimal 5
peserta lelang. Syarat peserta lelang yang dapat mengikuti sudah terdaftar
dalam peserta lelang dimana dalam daftar peserta lelang akan diseleksi siapa

12
yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang
sudah ditentukan.
3. Pemilihan Langsung/Penunjukan Langsung
Adalah metode membandingkan dan melakukan negosiasi dari tiga
penawaran dari peserta lelang yang ditunjuk baik teknis maupun harganya,
peserta lelang biasanya sudah terdaftar dalam peserta yang mampu
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang usahanya.
4. Pengadaan Langsung
Adalah metode pemilihan penyedia barang atau jasa langsung kepada
penyedia barang atau jasa tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan
langsung.
Adapun tahapan-tahapan pelelangan yaitu :
1. Pembentukan Panitia Lelang oleh Pemberi Tugas
Pembentukan panitia lelang minimal ada lima orang yang terdiri dari :
Perencana, Penagaggungjawab Keuangan, Penagggungjawab
Perlengakapan, Penanggungjawab Administrasi dan bila diperlukan teknisi
khusus yang diambil dari instansi lain  yang terkait, untuk Pemberi Tugas
tidak diperbolehkan menjadi panitia lelang.
2. Peserta Lelang
Peserta lelang yang boleh mengikuti lelang adalah peserta yang memenuhi
syarat untuk pekerjaan yang dilelangkan dan yang di undang oleh panitia
lelang.
3. Pelaksanaan
a. Pertama panitia akan mengumumkan akan diadakan pelelangan,
b. Perusahaan yang bidang usahanya sesuai dengan kriteria pelelangan dan
berminat akan mendaftar menjadi peserta lelang,
c. Peserta lelang akan diberikan dokumen di mana dokumen tersebut
harus diisi oleh peserta lelang,
d. Panitia akan menjelaskan aturan mengenai pelelangan,
e. Setelah dokumen diisi oleh peserta lelang maka dokumen tersebut akan
dikembalikan kepada panitia lelang dan akan diperiksa oleh panitia
lelang,

13
f. Panitia akan mengusulkan calon pemenang,
g. Dilakukan penetapan pemenang lelang,
h. Pemenang lelang akan diumumkan,
i. Setelah pemenang diumumkan diberi waktu untuk peserta lelang untuk
memberi sanggahan kepada panitia lelang,
j. Kemudian panitia akan membuat keputusan/penunjukan pemangan
lelang.

2.3 Proses Realisasi Proyek


Proses realisasi proyek merupakan suatu kegiatan yang berurutan secara
sistematis yang terdiri dari Survey, Design, Construcsion, Operation,
Maintenance. Dengan melalui tahapan-tahapan ini diharapkan agar proyek yang
dibangun dapat berdaya guna semaksimal mungkin. Berikut uraian mengenai
tahapan-tahapan tersebut:
1. Survey (Study Pengenalan / Preliminary Study)
Merupakan kegiatan penjajakan mengenai kemungkinan realisasi proyek.
Untuk itu perlu diadakan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan
tujuan dan kegunaan proyek sehingga didapat gambaran yang menyeluruh
apakah suatu proyek memungkinkan untuk dilaksanakan. Pada proyek ini,
yang melakukan survey adalah owner.
2. Design (Perencanaan)
Design adalah kegiatan menyusun atau memformulasikan suatu gagasan
kedalam bentuk media informasi yang kemudian dilaksanakan di lapangan.
Design biasanya dilakukan oleh konsultan perencana dengan
mempertimbangkan spesifikasi atau keinginan pemberi tugas. Perencanaan
meliputi pembuatan program kerja, penyelidikan lapangan, penetapan tipe
konstruksi, serta perhitungan mekanika maupun penulangan. Pada proyek
ini perencanaan struktur, arsitektur dan MEP (Mekanikal, Elektrikal,
Plumbing) dilakukan oleh konsultan perencana.
3. Construcsion (Pelaksanaan)
Construcsion adalah pembangunan fisik proyek sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahapan ini pihak kontraktor membuat

14
gambar kerja berupa gambar detail dan desain untuk diwujudkan dalam
bentuk fisik yang sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui. Para
pelaku bangunan ( kontraktor ) harus memenuhi gambar kerja, RKS, dan
ketentuan – ketentuan lain yang ditetapkan oleh direksi. Ada kalanya pada
tahapan ini terdapat desain yang tidak dapat diwujudkan misalnya karena
kondisi lapangan, dalam hal ini perlu dilakukan kajian ulang terhadap desain
yang ada atau disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pada proyek ini
struktur konstruksi dilakukan oleh PT. Mardika Griya Prasta.
4. Operational and Maintenance (Pengoperasian dan Pemeliharaan)
Kegiatan ini dimulai sejak proyek terealisasi atau satu hari sejak serah
terima pertama dilakukan. Pada tahap ini proyek dimanfaatkan secara
optimal untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.
Perawatan atau pemeliharaan fisik bangunan perlu dilakukan agar umur
bangunan sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

2.4 Pengelolaan Proyek


2.4.1 Organisasi Proyek
Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek ini yaitu:
a. Pemberi Tugas (Owner)
Proyek pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali merupakan
proyek pemerintah dimana owner proyek ini adalah :
Nama : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Alamat : Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung “Mangupraja
Mandala”, Jalan Raya Sempidi, Mengwi, Badung – Bali
Adapun hak dan kewajiban pemberi tugas (owner) adalah sebagai
berikut:
 Mempunyai hak tertinggi dalam penentuan kebijaksanaan serta
pengambilan keputusan mengenai pembangunan.
 Mengambil keputusan terakhir dalam penentuan segala sesuatu
yang terkait dengan pembangunan proyek.

15
 Menerima atau menolak saran pada tahap perencanaan, anggaran
biaya pelaksanaan dan lain-lain yang ada hubungannya dengan
proses pembangunan proyek.
 Mengambil keputusan terakhir tentang pemilihan kontraktor,
penyalur bahan, konsultan perencana, serta konsultan-konsultan
ahli yang telah ada.
 Menandatangani semua surat perintah kerja (SPK) dengan
kontraktor serta mengesahkan dokumen pembayaran kepada
kontraktor.
 Merumuskan dan menyampaikan keinginan, kebutuhan dan sasaran
yang hendak dicapai.
 Menyediakan dana dan sarana yang diperlukan, sesuai dengan
jumlah dan jadwal yang telah disepakati.
 Menunjuk atau membentuk sebuah tim atau wakil yang diberi
wewenang penuh untuk membuat keputusan yang sah dan
mengikat.
 Mengambil ketetapan, pengarahan dan keputusan secepatnya untuk
menjamin kelancaran pekerjaan.
Pada proyek ini, owner menunjuk salah seseorang sebagai perwakilan
owner yang membantu mengawasi pada setiap tahap kegiatan proyek
yang disebut owner representative.
b. Tim Pengelola Proyek
Tim pengelola proyek merupakan penyelenggara kegiatan yang
bertanggung jawab kepada pemberi tugas atau owner.
c. Perencana
Perencana merupakan suatu badan hukum maupun perorangan yang
menerima pekerjaan dari owner dalam bidang perencanaan.
Identitas Perencana : CV. Permata Konsultan
d. Pengawas
Pengawas merupakan badan hukum atau perorangan yang diangkat atau
ditunjukan oleh pelelang yang bertugas setiap harinya mengawasi

16
pelaksanaan pekerjaan. Pada proyek ini pengawasan struktur dan
pengawasan arsitektur dilaksanakan oleh pengawas yang sama.
e. Pelaksana
Pelaksana adalah perusahaan perorangan maupun badan hukum yang
menerima pekerjaan dari owner untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi. Adapun struktur organisasi PT. Mardika Griya Prasta
dalam Proyek pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali dapat
dilihat pada Gambar 2.3.

17
Gambar 2.3 Struktur organisasi kontraktor
Sumber PT. Mardika Griya Prasta
2.4.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Masing – Masing Personil
1. Kepala Proyek (Project Manager)

18
Kepala Proyek adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur dan mengawasi serta
membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara
keseluruhan. Kepala proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada
organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya yaitu:
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode
kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) berdasarkan
RAP awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada
Direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang timbul selama
proses kegiatan konstruksi di proyek.
2. Site Engineering Manager (Manager Lapangan)
Manager lapangan dalam melaksanakan tugasnya selalu bertanggung
jawab kepada manager proyek yaitu untuk membantu kelancaran
pekerjaan di lapangan.
Tugas-tugas dari manager lapangan, yaitu:
a. Melaksanakan bagian pekerjaan sesuai dengan metode konstruksi
untuk memenuhi persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah
disepakati.
b. Memberikan pengarahan dan pembinaan staf yang ada di bawahnya.
c. Membuat keputusan dalam batasan yang telah digariskan oleh
manager proyek.
d. Mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi tenaga kerja agar
efisien terhadap pemakaian tenaga, alat dan material serta target
kemajuan proyek agar tercapai sesuai dengan time schedule yang
telah ditetapkan.
e. Memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan dan jika terjadi
kemunduran dari timeschedule maka site manager memutuskan
untuk melaksanakan pekerjaan lembur.

19
f. Mempelajari kemungkinan–kemungkinan perubahan metode
konstruksi yang menguntungkan.
g. Memeriksa laporan pemakaian alat dan membuat surat permohonan
pemindahan alat dan bahan bila diperlukan.
h. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang bersangkutan dengan masalah teknis atau pengelola
proyek.
i. Menjamin:
a) Tesedianya tenaga kerja, material dan alat yang memadai.
b) Tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh mandor atau
subkontraktor
c) Tersedianya dana pembayaran upah mandor.
3. Quantity Surveyor (QS)/Cost Control
Tugas Quantity Surveyor, yaitu:
a. Membuat laporan keuangan proyek meliputi laporan saldo kas bank
dan saldo hutang proyek
b. Melakukan verifikasi mengenai bukti-bukti yang akan dibayar.
c. Mempelajari dan mengevaluasi kontrak pekerjaan.
d. Membuat laporan perkembangan proyek.
e. Mengecek kebutuhan material.
4. Pelaksana Struktur (Engineer)
Tugas pelaksana struktur yaitu:
a. Membuat rencana dan perhitungan mengenai bahan-bahan dan alat
yang digunakan dalam suatu proyek bersama dengan manager
lapangan.
b. Membuat rencana dan perhitungan mengenai volume pekerjaan
yang akan ataupun yang telah dikerjakan dalam suatu proyek
bersama dengan manager lapangan.
c. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
5. Pelaksana Arsitek (Drafter)
Tugas pelaksana arsitek yaitu:
a. Memeriksa gambar agar sesuai dengan Bill Of Quantity (BOQ).

20
b. Mempelajari gambar terutama gambar detail.
c. Menyiapkan perubahan – perubahan pada gambar rencana yang
diakibatkan oleh lingkungan namun tetap berdasarkan gambar dari
konsultan perencana sebagai persetujuan.
d. Melakukan pengecekan gambar dan berkoordinasi dengan Quantity
Surveyor.
6. Supervisor
Tugas supervisor yaitu:
a. Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan Rencana
Mutu Proyek (Instruksi Kerja, spesifikasi teknik dari pemilik proyek
dan gambar kerja yang diterimanya dengan mengarahkan
tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan
yang bermutu, tepat waktu dan biaya seefisien mungkin).
b. Membuat dan melaksanakan detail rencana kerja berdasarkan
master schedule dan membuat hasil catatan realisasinya.
c. Membuat Laporan Harian.
d. Memimpin, menggerakkan, mengkoordinir dan mengawasi serta
bimbingan bawahannya, termasuk pelatihan terhadap sub kontraktor
dan mandor borong.
7. Surveyor
Tugas surveyor yaitu:
a. Membantu pelaksana lapangan (supervisor) untuk melaksanakan
pengukuran agar pekerjaan di lapangan sesuai dengan gambar
bestek atau rencana. Tugas surveyor termasuk pengecekan dan
pengontrolan terhadap as-as portal bangunan, elevasi bangunan, dan
membantu pekerja dalam hal pengukuran bangunan yang lebih
akurat.
8. Logistik
Tugas logistik yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu material
yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat pada waktunya.

21
c. Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di dalam
gudang penyimpanan.
d. Mengurus dan bertanggung jawab terhadap semua surat - surat
transaksi peralatan maupun material sebagai arsip.
e. Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga kerja.
f. Mengawasi pengadaan, pemakaian, dan penempatan material di
gudang.
g. Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang datang dari
rekanan harus sesuai dengan yang diminta.
h. Menerima dan mengeluarkan barang.

2.5 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dan Gambar Kerja


2.5.1 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Rencana kerja dan syarat-syarat atau bisa juga disebut dengan bestek adalah
keterangan tertulis secara rinci mengenai suatu pekerjaan yang meliputi segi
teknis dan administrasi. Uraian dalam RKS harus dibuat selengkap mungkin
dengan tujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak timbul kesulitan. Uraian
dalam RKS yang berupa kata atau kalimat diusahakan agar disusun sedemikian
rupa sehingga cukup jelas dan rinci serta tidak menimbulkan keragu-raguan.
Rencana kerja dan syarat-syarat ini sekurang-kurangnya memuat tentang:
1. Syarat Umum
- Keterangan mengenai pemberi tugas.
- Keterangan mengenai perencana atau pembuat desain.
- Keterangan mengenai direksi.
- Syarat peserta pelelangan.
- Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.
2. Syarat Administrasi
- Jangka waktu pelaksanaan.
- Tanggal penyerahan pekerjaan.
- Syarat pembayaran.
- Denda atas keterlambatan.
- Besarnya jaminan penawaran.

22
- Besarnya jaminan pelaksanaan.
- Tenaga kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.
- Perpanjangan waktu.
- Sanksi–sanksi atas kelalaian.

3. Syarat Teknis
- Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dikerjakan.
- Jenis, dan mutu bahan.
- Syarat - syarat pelaksanaan pekerjaan.
- Gambar detail pelaksanaan.
- Cara pelaksanaan dan pengamanan pekerjaan.
Untuk lebih jelas RKS terlampir.

2.5.2 Gambar Kerja


Gambar-gambar pelaksanaan yang dibuat oleh pelaksana yang memberikan
penjelasan visual pada tiap-tiap bagian konstruksi dengan gambar potongan-
potongan dengan memakai skala yang memadai. Gambar ini mempermudah
pekerjaan di lapangan karena gambar ini digunakan sebagai pedoman oleh pekerja
di lapangan. Gambar-gambar ini meliputi gambar struktur, gambar MEP
(Mekanikal,Elektrikal, Plumbing) dan juga gambar arsitektur.

2.5.3 Dasar Pelaksanaan Pekerjaan


Untuk dasar pelaksanaan pekerjaan struktur Gedung DitReskrimsus Polda
Bali, yaitu:
1. Dokumen-dokumen serta persyaratan lain yang berlaku sah dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian
pemborongan, yaitu:
1. Dokumen Kontrak, termasuk tapi tidak terbatas terdiri dari:
a. Surat Perjanjian Pemborongan, Spesifikasi Teknik Struktur,
Gambar-gambar, dan Daftar Uraian Pekerjaan/BQ;
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Administrasi dan Teknik (RKS);
c. Surat Penawaran Kontraktor, beserta lampirannya;

23
d. Semua surat menyurat, Risalah Rapat, dan Risalah Perubahan-
perubahan tertulis yang diterbitkan selama Proses
Tender/Pelelangan;
e. Lampiran-lampiran lain yang disepakati untuk dilampirkan
didalam dokumen kontrak.
2. Seluruh dokumen yang ada didalam Dokumen Kontrak bersifat saling
melengkapi, untuk keperluan interpretasi dengan prioritas dokumen
adalah:
a. Surat Perjanjian Pemborongan (SPP);
b. Surat Perintah Kerja (SPK);
c. Berita Acara Klarifikasi;
d. Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwizjing) dan tanya jawab;
e. Gambar-Gambar Kontrak;
f. Spesifikasi Teknik dan Schedule;
g. Bill of Quantities/BQ;
h. Dokumen lainnya yang merupakan bagian kontrak.
3. Program Kerja yang meliputi:
Jadwal waktu pelaksanaan dalam bentuk Barchart/Time Schedule
lengkap, Schedule Tenaga Kerja, Schedule Peralatan, termasuk
revisinya.
Untuk lebih jelasnya dokumen kontrak sudah terlampir.
2. Peraturan-peraturan Teknis Profesional yang mengikat kedua belah pihak
pada Surat Perjanjian Pemborongan antara lain:
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002
2. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987
3. Peraturan Pemerintah Daerah setempat yang berlaku dalam masa
penyelenggaraan pembangunan.
4. Segala petunjuk dan perintah yang diberikan oleh pemilik proyek dan/atau
Pengawas, secara tertulis pada saat pelaksanaan pekerjaan yang mengacu
pada dokumen kontrak.

24
2.6 Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Proses Pembayaran
2.6.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya pemilik (owner estimate) disusun
oleh pemilik melalui konsultan perencana berdasarkan daftar kuantitas,harga pasar
dan upah kerja sedangkan rencana anggaran biaya penawaran diajukan oleh
kontraktor pada saat pemasukan penawaran dengan berpedoman kepada dokumen
lelang (RAB). Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam penyusunan RAB,
yaitu:
1. Ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar-gambar konstruksi
bangunan.
2. Harga bahan-bahan dan upah kerja.
3. Koefisien-koefisien yang telah ada.

2.6.2 Sistem Pembayaran


Pada masa pelaksanaan proyek terdapat perubahan pekerjaan sehingga harga
pada RAB berubah. Harga sebelum perubahan disebut Amandemen I dan harga
setelah perubahan disebut Amandemen II. Sistem pembayaran yang digunakan
dalam proyek Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali ini adalah
pembayaran atas prestasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika tidak ditentukan lain dalam surat perjanjian kerja pelaksanaan
pembangunan (kontrak) antara Pemilik dan Pemenang Lelang, maka
pembayaran angsuran harga borongan dapat ditetapkan menurut prestasi
pelaksanaan yang perinciannya akan ditentukan dalam kontrak tersebut.
b) Prestasi yang diperhitungkan adalah prestasi yang telah dilaksanakan di
lapangan ditambah prestasi bahan yang dinilai berdasarkan urutan pekerjaan
yang siap dilaksanakan disebut material on site dapat diperhitungkan sebagai
claim dalam pembayaran bila hal ini disepakati dalam proses negosiasi.

BAB III
PELAKSANAAN PROYEK

25
3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan
3.1.1 Rencana Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pembangunan (pekerjaan struktur) Proyek Pembangunan
Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali direncanakan selama 31 minggu yaitu dimulai
pada tanggal 27 April 2021 dan direncanakan selesai pada tanggal 22 November
2021 (dapat dilihat pada Lampiran Time Schedule).

3.1.2 Pekerjaan Yang Telah Dilaksankan


Pada Proyek Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali ada item
pekerjaan yg sudah dilaksanakan ketika melaksanakan Kerja Praktek antara lain:

1. Pekerjaa Persiapan
Pada tahap pekerjaan ini kerja praktek masih belum dimulai sehingga teknik
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat diuraikan secara detail. Adapun tahapan –
tahapan pekerjaan persiapan yang diuraikan secara umum yaitu:
a. Persiapan area lokasi dan setting out, serta pembersihan pada lokasi
pekerjaan pembangunan Gedung Dite Reskrimsusu Polda Bali
b. Membuat Direksi Keet untuk keperluan karyawan proyek dan konsultan
pengawas yang memenuhi syarat sebagai ruang kerja, dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
c. Membuat gudang bahan (logistik) untuk material-material bangunan
yang berharga, atau material penting lainnya agar terhindar dari hujan,
panas matahari, dan pencurian.
d. Penyediaan air, listrik, dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
e. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material.

26
Gambar 3.1 Direksi Keet
2. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
Bouwplank merupakan patok kayu yang di pasang di sekeliling lahan
proyek. Bouwplank dipergunakan sebagai tempat pemasangan penamaan
dan penomoran as pada bangunan proyek. Alat – alat pengukuran berupa
meteran, waterpass, dan theodolit disediakan oleh PT. Mardika Griya Prasta
untuk menentukan garis/bidang horizontal dan vertikal yang diinginkan.
3. Pekerjaan Tanah
Jenis tanah pada lokasi Proyek Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda
Bali, adalah tanah merah berpasir. Adapun tahapan pekerjaan yang dapat
diuraikan secara umum yaitu: penggalian untuk pondasi dan Basement,
pekerjaan sloof atau tie beam, pembuatan lantai kerja, pembuatan ground
tank dan keseluruhan lantai basement. Pelaksanaan pekerjaan galian baru
dapat dilakukan setelah pengukuran tapak atau site proyek telah selesai
dilakukan.
4. Pekerjaan Pondasi dan lantai Kerja
Pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung Dit Reskrimsus
Polda Bali, adalah pondasi tiang pancang pada tower crane dan pondasi
telapak untuk bangunan utama. Sedangkan lantai kerja dibuat sebelum
pekerjaan pondasi dilakukan. Pada proyek pembangunan Gedung Dit
Reskrimsus Polda Bali, setelah dilakukan pembersihan dan penggalian
tanah, pembuatan lantai kerja bisa dilakukan.

27
5. Pekerjaan Tie Beam dan Plat Lantai Basement
Pekerjaan tie beam atau sloof dan pelat lantai pada basement dilakukan
secara bertahap berdasarkan pembagian zona. Tie beam dan pelat lantai
pada Basement dikerjakan diatas lantai kerja yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Proses pelaksanaan pekerjaan tie beam dan pelat lantai
memiliki kesamaan dengan proses pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat
lantai, sehingga akan dibahas lebih detail pada pekerjaan balok dan pelat
lantai.
6. Pekerjaan Kolom dan Balok Lantai Basement
Pekerjaan kolom pada lantai Basement memiliki kesamaan penjelasan
dengan pekerjaan kolom pada lantai lantai dasar sampai lantai empat,
sehingga untuk pembahasan lebih lanjut akan dibahas pada sub bab
berikutnya.

3.1.3 Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan


Adapun beberapa pekerjaan yang dilaksanakan saat kerja praktek pada
proyek pembangunan Gedung Dit reskrimsus Polda Bali, antara lain pekerjaan
kolom struktur, pekerjaan balok dan plat lantai, pekerjaan tangga dan lift serta
pekerjaan dinding lantai dasar.
1. Pekerjaan Kolom Struktur
a. Pembesian Kolom
Pada kolom lantai 1, tulangan kolom dikaitkan pada tulangan
kolom lantai basement setelah pengecoran plat lantai 1. Sedangkan pada
kolom lantai di atasnya, tulangan kolom disambungkan pada tulangan
kolom sebelumnya. Penulangan kolom dilengkapi dengan sengkang-
sengkang yang jaraknya telah diatur dalam gambar.Antara sengkang dan
tulangan kolom, disambungkan dengan besi penyambung seperlunya.
As- as penulangan kolom di cek, apakah benar telah lurus (dengan
unting – unting) dan tegak dengan kolom – kolom di sebelahnya (dalam
satu bangunan) dengan menggunakan benang. Jadi benang di sini

28
berfungsi mengetahui lurus tidaknya kolom yang satu dengan yang
lainnya.
Untuk pemasangan tulangan kolom dilakukan sebelum pengecoran
balok dan plat lantai. Perlu juga diketahui bahwa panjang tulangan
kolom dipasang melebihi ketinggian plat lantai diatasnya yang
digunakan untuk stek sambungan kolom diatas lantai bila kolom tersebut
terletak pada as yang sama.

Gambar 3.2 Detail perakitan dan sambungan tulangan kolom

Gambar 3.3 Perakitan dan sambungan tulangan kolom

29
b. Pemasangan Bekesting Kolom
Bekisting kolom yang telah dibuat sesuai dengan ukuran dipasang
yaitu 50 x 50 cm dan disangga dengan scaffolding dan bekistingnya
sendiri terbuat dari bondek dan sebagian menggunakan tiplek, sehingga
kedudukan kolom tidak berubah dari as kolom. Penyetelan dinding
kolom agar tegak lurus digunakan bantuan dua buah unting-unting.
Langkah kerja lapangan :
Mengangkat bekisting dengan bantuan tower crane (TC) yang
dimonitoring oleh seorang mandor dan menempatkannya pada garis
marking yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah bekisting
ditempatkan, pasang wheller dan tie road lalu dikencangkan agar
keempat sisi bekisting rapat. Selanjutnya pemasangan support keempat
sisi bekisting. Lot kedua sisi bekisting dengan menggunakan unting-
unting untuk mengetahui ketegakan posisi bekisting. Jika posisi
bekisting belum tegak, support bisa dikencangkan atau dikendorkan
sampai posisi bekisting benar-benar tegak.

Gambar 3.4 Bekisting kolom yang sudah tegak dan siap dicor
c. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Setelah penulangan dan pemasangan begisting mendapat persetujuan
dari direksi, begisting disiram. Disamping untuk membersihkan
begisting juga untuk membasahi begisting agar jenuh air sehingga tidak
lagi menyerap air semen pada waktu pengecoran. Setelah beton ready

30
mix tiba dilapangan, diuji kekentalan beton apakah sesuai dengan yang
direncanakan dengan tes Slump. Jika nilai slump sudah sesuai dengan
yang direncanakan yaitu 7-12 cm, siapkan beton untuk cetakan silinder,
untuk pengetesan kuat tekan beton nantinya dan pengecoran bisa
dilaksanakan. Dari Concrete Mixer Truck, beton dituangkan kedalam
concrete bucket dan diangkat menggunakan tower crane menuju lokasi
kolom yang akan dicor. Saat sampai dilokasi pengecoran, concrete
bucket dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting melalui pipa
trimie, beton lalu dipadatkan dengan concrete vibrator. Pengecoran
dilakukan bertahap sampai ketinggian stop cor yang direncanakan.

Gambar 3.5 Tes Slump dengan hasil 10 cm dan proses pengecoran kolom
menggunakan concrete bucket

2. Pekerjaan Balok dan Plat lantai


a. Pekerjaan Bekisting Balok Penulangan Balok
Setelah kolom dicor dilanjutkan dengan pemasangan scaffolding untuk
menyangga bekisting balok. Ditentukan terlebih dahulu elevasi bawah
dari balok dan plat untuk menentukan posisi yang dikehendaki. Setelah
scafolding semua terangkai, pasang besi hollow 40x40 mm kearah
memanjang yang bertumpu pada u-head. Cek kedataran posisi besi
hollow dan ketinggiannya sesuai dengan gambar rencana (elevasi
bekisting balok), setelah itu pemasangan tulangan untuk balok sudah

31
bisa dilaksanakan. Kebutuhan besi pokok dan jumlah sengkang
sebelumya sudah dibuat dipabrikasi besi yang disesuaikan dengan
gambar rencana. Pembesian selesai, dilanjutkan dengan pemasangan
bekisting dinding balok, dan pemasangan skur pada bagian sisi/dinding
bekisting balok dengan jarak yang direncanakan. Pemasangan skur harus
kuat agar waktu pengecoran dinding bekisting balok tidak jebol.

Gambar 3.6 Pemasangan scaffolding dan bekisting balok

Gambar 3.7 Proses pembesian plat balok pada lantai 1

b. Pekerjaan Bekisting & Penulangan Plat Lantai


Setelah pemasangan skur-skur untuk balok selesai, dilanjutkan dengan
pemasangan hory beam untuk plat, diantara hory beam dipasang usuk
dengan jarak yang ditentukan untuk tumpuan bondek. Dibagian tengah,

32
dibawah hory beam dipasang balok yang bertumpu pada support untuk
menjaga agar saat pengecoran plat tidak mengalami lendutan,
Selanjutnya dipasang bondek dan dilakukan pengecekan elevasi
menggunakan waterpas, jika permukaan bekisting tidak rata support bisa
dikencangkan maupun dikendorkan hingga pemukaan bekisting rata.
Setelah pemasangan dinding balok, bondek untuk plat sudah selesai
maka pembesian bisa dilaksanakan.

Gambar 3.8 Proses pemasangan bondek

Gambar 3.9 Proses penulangan plat lantai


c. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sebelum melaksanakan pengecoran, area yang akan dicor dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran – kotoran yang ada di sekitarnya agar dapat
menghasilkan plat lantai sesuai dengan mutu dan perencanaan, setelah
dilakukan tes slump pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane.

33
Beton ready mix dari concrete mixer truck dialirkan ke concrete bucket
kemudian diangkat ke lokasi tempat akan dilakukan pengecoran dengan
menggunakan tower crane. Lakukan pemadatan menggunakan Concrete
Vibrator agar seluruh cetakan/bekisting balok dan plat
termampatkan/terisi beton, kemudian permukaan beton diratakan.
Setelah diratakan, supervisor akan mengecek elevasi dan kedataran dari
plat tersebut dengan menggunakan waterpass. Hal ini bertujuan agar
dihasilkan plat yang datar sesuai dengan yang direncanakan.

(a) (b)
Gambar 3.10 (a) Pembersihan lantai kerja sebelum dicor
(b) Beton diangkut menuju lokasi pengecoran menggunakan tower crane

3. Pekerjaan Tangga
a. Pekerjaan Scaffolding dan Bekesting
Pekerjaan diawali dengan Pasang scafolding dibagian bordes yang akan
dibuatkan bekisting dengan memperhatikan ukuran tinggi bordes.
Pasang balok kayu yang menumpu pada scaffolding dilanjutkan dengan
pemasangan multyplek. Tarik benang dari ujung anak tangga pertama
sampai dengan tinggi bordes, sehingga kemiringan tangga bisa didapat.
Pemasang perancah dan multyplek untuk bekisting plat tangga yang
miring. Dilanjutkan dengan pembuatan bekisting untuk dinding tangga
yang tingginya sama dengan tinggi optrede tangga yang direncanakan.
Pemasangan bekisting dinding untuk optrede tangga dipasang setelah
pembesian tangga selesai.

34
Gambar 3.11 Proses Pemasangan Bekisting Tangga
b. Pekerjaan Pemasangan Tulangan
Yang pertama di kerjakan adalah merakit penulangan bagian bawah
dengan cara merakit/menata tulangan pokok dengan jarak sesuai
gambar. Perakitan penulangan langsung diatas bekisting tangga yang
dibuat. Pemasang tulangan bagi diatas tulangan pokok yang diikat
dengan kawat bendrat dengan jarak sesuai gambar. Setelah penulangan
bagian bawah selesai dilanjutkan penulangan bagian atas yang dimulai
dari memasang tulangan bagi. Setelah pembesian tangga selesai
dilanjutkan dengan memasang bekisting dinding tangga (optrede) yang
sudah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.12 Tulangan Tangga


c. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dimulai, dilakukan pembersihan lokasi pengecoran
dari sisa-sisa kawat tali pengikat. Setelah lokasi pengecoran sudah

35
bersih barulah dilakukan pengecoran pada tangga dimana pengecoran ini
menggunakan concrete bucket dan diangkat menggunakan tower crane
menuju lokasi tangga yang akan dicor. Dilakukan pemadatan dengan
concrete vibrator, dan permukaan beton diratakan menggunakan roskam
(alat perata beton).

Gambar 3.13 Proses Pengecoran Tangga

4. Pekerjaan Ramp Basement


Ramp adalah bagian pada lantai basement yang digunakan untuk
mengurangi kecepatan kendaraan saat memasuki basement. Struktur ramp
dibuat seperti pada pelat lantai namun ditambahkan profil siku yang dilas
dengan tulangan pelat yang akan berguna sebagai pemberi alur pada ramp.
Bekesting ramp dibuat seperti bekesting pelat lantai.

Gambar 3.14 Tulangan pada ramp basement

36
5. Pekerjaan Dinding Lantai Dasar
Pekerjaan dinding yang dilakukan adalah pekerjaan dinding lantai dasar
sampai dengan dinding lantai 1. Namun pekerjaan dinding yang dapat
diamati pada saat kerja praktek adalah pemasangan bata ringan (hebel),
pemasangan instaalsi pipa dan instaalsi listrik. Pemasangan dinding diawali
dengan memberi garis marking posisi dinding yang sesuai dengan gambar
rencana. Pemberian tanda menggunakan benang yang sudah berisi pewarna
sebelumnya. Benang dibentangkan pada posisi tertentu kemudian benang di
getarkan, akibat getaran yang terjadi pada plat terjadi menempelan warna.
Kemuadian memulai memasang dinding Hebel. Dengan campuran yang
digunakan terdiri atas campuran semen, air dan mortar. Pemasangan Kolom
Praktis. Tulangan yang digunakan adalah besi ø12 mm 4 buah dengan
sengkang ø8 mm setiap 20 cm. perletakan untuk kolom praktis sudah
disiapkan terlebih dahulu menggunakan besi pada saat pengecoran plat.

Gambar 3.15 Pemasangan hebel dinding lantai dasar

Gambar 3.16 Detail penulangan kolom praktis

37
3.1.4 Pekerjaan Yang Belum Dilaksanakan
1. Pekerjaan Area Drop Off Lobby
Pekerjaan area drop off lobby merupakan salah satu area yang tidak penuh
ketika pengamatan selama Kerja Praktek Dilakukan. Pada pekerjaan area
drop off hanya pekerjaan kolom sampai pekerjaan bekesting untuk plat
atapnya drop off saja, sedangkan untuk pekerjaan pembesian dan
pengocaran tidak masuk dalam pengamatan ketika Kerja Praktek karena
terbatasnya jadwal Kerja Praktek yang dilakukan.

2. Pekerjaan Atap
Pekerjaan Atap merupakan pekerjaan terakhir tahap struktur Pembangunan
Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali. Pengamatan yang dapat dilakukan pada
pekerjaan ini hanya sampai pemasangan rangka kolom baja IWF 300 x 150
x 6.5 x 9 mm, ring balok baja IWF 300 x 150 x 6.5 x 9mm, balok nok baja
IWF 250 x 150 x 6.5 x 9 mm dan rangka kuda-kuda untuk atap gedung
dengan baja IWF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm. Sedangkan untuk pemasangan
rangka atap baja kanal C dan pemasangan rangka baja ringan serta genteng
tidak ikut kedalam pengamatan selama Kerja Praktek dilakukan.

3. Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan arsitektur merupakan pekerjaan yang banyak tidak ikut dalam
pengamatan Keja Praktek, hanya sebagian pekerjaan yang masuk dalam
pengamatan seperti pekerjaan dinding pada lantai dasar, pekerjaa plaster dan
pengacian di lantai basement.

4. Pekerkaan MEP
Pekerjaan MEP juga menjadi pekerjaan yang sedikit masuk kedalam
pengamatan ketika melakukan Kerja Praktek, sama seperti pekerjaan
arsitektur pekerjaan MEP yang masuk dalam pengamatan hanya sebagian
lantai dasar dan lantai basement. Pekerjaan MEP yang dilakukan adalah

38
pekerjaan instalasi kabel listrik, instalasi pipa air kotor, serta instalasi pipa
pemadam kebakaran (Fire Fighting).
5. Pekerjaan External
Pekerjaan External merupaka pekerjaa tahap akhir pada setiap pembangunan
gedung, dimana pekerjaan ini merupakan paket pekerjaan finising diakhir
proyek, maka pekerjaan external tidak masuk kedalam Kerja Praktek yang
dilakukan.

3.1.5 Rencana Material


Bahan/material yang dipergunakan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap mutu pekerjaan yang dihasilkan. Untuk mencapai hal
tersebut, maka pihak kontraktor membuat suatu rencana material. Rencana
material ini dimaksudkan adalah suatu rencana yang meliputi : pengadaan,
pengolahan, pengangkutan, dan volume material yang diperlukan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Rencana material disusun dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :
- Jenis material yang dibutuhkan.
- Jumlah volume material yang dibutuhkan.
- Spesifikasi / mutu yang diisyaratkan berdasarkan pengetesan.
- Pengangkutan material.
- Tempat penimbunan.
Adapun jenis material yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut: batu kali, semen, aggregat kasar, aggregat halus, besi tulangan, triplek,
kayu, bambu, kusen, baja ringan, bata, keramik, mekanikal dan elektrikal, dll.

3.1.6 Rencana Peralatan


Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan salah satu
penunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Agar penggunaan
peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien
maka kontraktor menyusun rencana peralatan yang didasarkan pada jenis dan
volume pekerjaan yang memerlukan peralatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana peralatan adalah:

39
- Jenis peralatan yang dipergunakan dan disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
- Jumlah peralatan yang dioperasikan sesuai dengan volume pekerjaan.
- Kapasitas peralatan yang digunakan harus diperhitungkan terhadap waktu
pelaksanaan pekerjaan.
- Pengoperasian peralatan sesuai dengan kebutuhan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek ini adalah :
1. Tower Crane
Tower crane adalah suatu alat yang sangat umum dan sering dijumpai di
setiap lokasi konstruksi yang sering digunakan pada bangunan gedung
tingkat tinggi. Tower crane berfungsi untuk memudahkan pekerjaan
konstruksi pada high rise bulding terutama untuk pekerjaan pendistribusian
material dari lantai dasar menuju lokasi yang lebih tinggi. Tower crane
berguna untuk menjangkau daerah tersebut untuk memudahkan
pengangkutan material dan mengefisienkan waktu pelaksanaan konstruksi,
yang dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Counte
r
weight

Joint Pin
Jib

Gambar 3.17 Tower Crane


2. Excavator
Excavator adalah sebuah alat berat dengan rangkaian lengan atau batang
atau arm, tongkat atau bahu, bucket atau keranjang yang berfungsi sebagai
alat keruk, serta tenaga penggerak hidrolik. Fungsi dari Excavator ini adalah
menggali, memuat material ke dalam dump truck atau loading, menciptakan
kemiringan atau sloping, dan juga memecahkan batu atau breaker, yang
dapat dilihat pada Gambar 3.18.

40
Gambar 3.18 Excavator

3. Truck Mixer
Truck Mixer adalah alat yang digunakan untuk mencampur material -
material penyusun beton dalam skala besar, dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Truck Mixer


4. Scaffolding
Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting pada lantai di atasnya
dan juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan untuk memudahkan
pekerja dalam mengerjakan pekerjaan yang berada pada elevasi yang lebih
tinggi. Scaffolding digunakan untuk menyangga bekesting balok dan pelat
juga sebagai pijakan, dapat dilihat pada Gambar 3.20.

41
Gambar 3.20 Scaffolding
5. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar beton saat
dilakukan pengecoran sehingga tidak ada ruang kosong di dalam beton cor
dan sesuai dengan cetakannya. Dengan penggunaan concrete vibrator
diharapkan beton yang telah dituang dapat termampatkan dengan baik,
artinya beton padat dan tidak berongga sehingga dapat menghindari
terjadinya beton kropos, dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 Concrete Vibrator

42
6. Water pass
Waterpass adalah alat bantu yang digunakan untuk menentukan beda elevasi
antar bangunan, seperti pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Waterpass


7. Bar cutter
Bar Cutter adalah alat untuk memotong baja tulangan. Cara kerja dari alat
ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan ke dalam gigi bar cutter
kemudian pedal pengendali dipijak, dan baja tulangan akan terpotong.
Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan
satu persatu. Sedangkan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter
lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa buah baja
tulangan sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat, dapat dilihat pada
Gambar 3.23.

43
Gambar 3.23 Bar cutter
8. Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan. Baja yang akan dibengkokan dimasukkan diantara poros tekan
dan poros pembengkok dan diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok
yang diinginkan. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan
kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok
akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan,
dapat dilihat pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Bar bender


9. Bekisting
Bekesting merupakan pembentuk atau cetakan beton dalam bentuk tertentu.
Kualitas bekesting ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh

44
karena itu, bekesting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu
direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami
kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika adukan beton dituang.
Dalam Proyek Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali, yang
digunakan untuk bekisting kolom adalah cetak yang terbuat dari plat besi.
Ketika cetakan dibuka, beton yang dihasilkan akan bertekstur lebih halus.
Sedangkan untuk bekesting lantai menggunakan bondek cor
lembaran.Untuk menghemat biaya dan lebih praktis ketika pemasangan
tanpa adanya pembongkaran.

Gambar 3.25 Bekisting kolom


10. Concrete Bucket
Concrete Bucket adalah tempat penganggkutan beton dari truck mixer
sampai ke tempat pengecoran. Dalam pekerjaannya dibutuhkan satu orang
sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau
mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area
pengecoran dengan mibile crane.

45
Gambar 3.26 Concrete Bucket

3.2 Rencana Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pembangunan (pekerjaan struktur) Proyek Pembangunan
Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali direncanakan selama 45 minggu yaitu
dimulai pada tanggal 27 April 2021 dan direncanakan selesai pada tanggal
31 November 2021 (dapat dilihat pada Lampiran Time Schedule).

3.3 Evaluasi Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek ada kalanya tidak selalu berjalan sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Seringkali ditemukan beberapa
kesalahan atau permasalahan baik itu sengaja maupun tidak disengaja dalam
pelaksanaan pekerjaan. Kesalahan atau permasalahan tersebut tentu saja akan
berpengaruh pada bangunan dan dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Permasalahan tersebut umumnya bersifat kompleks dan dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu:

3.3.1 Permasalahan Teknis


Permasalahan ini meliputi permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, baik dari tahap persiapan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan dan
pemeliharaan. Beberapa permasalahan teknis yang dapat diuraikan pada
Pembangunan Gedung Dit Reskrimsus Polda Bali antara lain:
1. Permukaan pada kolom yang berlubang.

46
a. Tidak dilakukan pukulan pada begesting dan kuranganya getaran dari
atas pada saat dilakukan pengecoran.
b. Tebal beton decking yang sama dengan ukuran maksimum agregat
kasar sehingga agregat tidak bisa sepenuhnya masuk ke sela-sela
tulangan yang rapat.
c. Pemasangan beton decking yang tidak baik sehingga penyaluran beton
di dalam bekisting tidak baik.

Gambar 3.27 Kondisi Kolom yang Keropos dan diperbaiki pekerja


Pemecahan masalah:
a. Lakukan pukulan secara merata pada begesting dan getaran dari atas
sehingga beton yang telah dituangkan tersebut dapat dimampatkan
dengan baik.
b. Menggunakan tebal beton decking yang lebih besar daripada ukuran
agregat maksimum.
c. Memperbaiki pemasangan beton decking sehingga suplai beton tidak
terhambat oleh adanya beton decking tersebut.
d. Melakukan pelesteran pada bagian permukaan kolom yang berlubang
sehingga bagian tersebut tertutup. Pelesteran pada bagian permukaan
kolom yang keropos.

47
3.3.2 Permasalahan Non Teknis
Permasalahan non teknis meliputi permasalahan yang berhubungan dengan
administrasi dan pengelolaan proyek. Beberapa permasalahan non teknis yang
dapat diuraikan pada proyek ini adalah sebagai berikut:
 Terjadi hujan pada pelaksanaan proyek.
Sebab:
Cuaca yang tidak menentu menyebabkan sulit memperkirakan turunnya hujan
pada saat pelaksanaan proyek.
Akibat:
Pekerjaan terhambat karena adanya hujan dan berdampak pada beberapa
pekerjaan, terutama pekerjaan pengecoran.

48
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS
TINJAUAN PONDASI, KOLOM DAN BALOK LANTAI 1

4.1 Landasan Teori


4.1.1 Balok
Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur yang memikul
beban tegak lurus sepanjang batang tersebut biasanya terdiri dari dinding, pelat
atau atap bangunan dan menyalurkannya pada tumpuan atau struktur dibawahnya.
Perencanaan balok ini dilakukan untuk menentukan balok anak dan balok
induk yang akan digunakan dalam suatu struktur gedung. Sistem struktur yang
menggunakan balok anak dan balok induk ini bertujuan untuk memperoleh
bentangan sepanjang mungkin dengan beban mati sekecil mungkin untuk pelat
atap maupun pelat lantai, dimana pelat akan bertumpu pada balok induk serta
kolom sebagai penopang struktur keseluruhan.
Langkah-langkah perencanaan balok :
a. Menentukan mutu beton dan mutu baja serta dimensi balok.
b. Mengambil momen-momen maksimum yang terjadi pada setiap tingkat
portal
c. Menentukan defektif
d = h-p-φSengkang-½φTul.Pokok
d’ = p + ½Tul.Pokok+φSengkang
d. Menentukan Momen Rencana
- Momen kombinasi akibat beban mati dan hidup
Mk1 = 1,2. MD + 1,6.ML
- Momen kombinasi akibat beban mati dan beban gempa
Mk2 = 0,9.MD + ME
- Momen kombinasi akibat beban mati, beban hidup dan gempa
Mk2 = 1,05.(MD+0,9.ML + ME)
e. Bila momen yang terjadi pada balok yang ditinjau ditumpu akibat
momen negatif, maka penulangan berdasarkan balok biasa (segi empat)

49
dan bila momen terjadi dilapangan akibat momen positif maka
penulangan balok berdasarkan balok T dan balok L.
f. Menentukan psyarat untuk menentukan Rn.
- Tulangan Tumpuan Negative
−¿ tumpuan
ρ' M
= ¿
ρ M +¿ tumpuan ¿
ρ'
=0,5( persyaratan)
ρ
Mu
Rn=
b.d ²

ρmin=
√ fc
4 fy
- Tulangan Tumpuan Positif
ρ' M −¿ tumpuan
= ¿
ρ M +¿ tumpuan ¿
ρ'
=1( persyaratan)
ρ
Mu
Rn=
b.d ²

ρmin=
√ fc
4 fy
g. Menghitung tulangan yang dibutuhkan
As = ρ.b.d
As’ = 0,5 As
h. Perencanaan tulangan geser
V ub−V ub terpakai
V ujung= . ln
d
Vub terpakai
Vₛ=

Av . fy .d
s=
Vs
d
s<
4

50
Dalam menghitung dan menentukan besarnya momen yang bekerja pada
suatu struktur bangunan, kita menggunakan program SAP 2000. Berikut adalah
cara menghitung besarnya momen dengan menggunakan :

4.1.2 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok dan meneruskannya ke konstruksi pondasi. Kolom beton
bertulang mempunyai tulangan longitudinal, yang pararel dengan arah kerja beban
dan disusun menurut pola segi-empat, bujur sangkar dan lingkaran.
Perencanaan struktur kolom pada laporan akhir ini adalah kolom berbentuk
segi-empat dan beban yang bekerja merupakan beban sentris dan eksentris.
Langkah-langkah perhitungan struktur kolom, yaitu :
1. Menentukan momen design rencana untuk kolom
Mu kx atas arah memanjang
h 1
Mu , Klti= . 0,7. wd . φ . aka[ ( ΣMnak , bx +0,3. ΣMnak , by ) lti]
hn ln
Mu kx bawah arah memanjang
h 1
Mu , Klti= . 0,7. wd . φ . aka[ ( ΣMnak , bx +0,3. ΣMnak , by ) lti]
hn ln
Mu ky atas arah melintang
h 1
Mu , Klti= . 0,7. wd . φ . aka[ ( 0,3. ΣMnak , bx + ΣMnak , by ) lti]
hn ln
Mu ky bawah arah melintang
h 1
Mu , Klti= . 0,7. wd . φ . aka[ ( 0,3. ΣMnak , bx + ΣMnak , by ) lti ]
hn ln

2. Menentukan momen design maksimum untuk kolom


Mencari nilai momen maksimum kolom
Mu kx atas arah memanjang
4
¿ 1,05 Σ [MD+ ML+ ( ME+0,3. ME )]
K
Mu kx bawah arah memanjang
4
¿ 1,05 Σ [MD+ ML+ ( ME+0,3. ME )]
K

51
Mu ky atas arah melintang
4
¿ 1,05 Σ [MD+ ML+ ( 0,3. ME + ME )]
K
Mu ky bawah arah melintang
4
¿ 1,05 Σ [MD+ ML+ ( 0,3. ME + ME )]
K

3. Menentukan gaya aksial rencana untuk kolom


Nu, kx atas

1,05 Ng. k + 0,7. ( ( Mnak ,bx ki−Mnak ,bx ka ) + ( 0,3 ( Mnak , by ki−mnak , by ka ) ) )
1
Nu, kx bawah

1,05 Ng. k + 0,7. ( ( Mnak ,bx ki−Mnak ,bx ka ) + ( 0,3 ( Mnak , by ki−mnak , by ka ) ) )
1
Nu, ky atas

1,05 Ng. k + 0,7. ( ( Mnak ,bx ki−Mnak ,bx ka ) + ( 0,3 ( Mnak , by ki−mnak , by ka ) ) )
1
Nu, ky bawah

1,05 Ng. k + 0,7. ( ( Mnak ,bx ki−Mnak ,bx ka ) + ( 0,3 ( Mnak , by ki−mnak , by ka ) ) )
1

4. Menentuakn gaya aksial maksimum untuk kolom


4
Nu, kx atas ¿ 1,05[ Ng. k + ( NE , kx +0,3. NE , ky ) ]
k
4
Nu, kx bawah ¿ 1,05[ Ng. k + ( NE , kx +0,3. NE , ky ) ]
k
4
Nu, ky atas ¿ 1,05[ Ng. k + ( 0,3. NE , kx+ NE , ky ) ]
k
4
Nu, ky bawah ¿ 1,05[ Ng. k + ( 0,3. NE , kx+ NE , ky ) ]
k

5. Menentukan penulangan kolom arah melintang

52
Mu , ky
∅ . Ag.0,85 . f c ' .h
Nu, ky
∅ . Ag.0,85 . f c ' .h
Maka gunakan table Gideon fy = 400 MPa,
fc = 30 MPa, dan untuk (d’/h) untuk koordinat menentukan koordinat.
Dari titik koordinat pada grafik didapatkan nilai r ρ=r.β
Dimana β untuk fc’ 30 MPA adalah 1,2
ASTotal = ρ . Ag

6. Menentukan lintang rencana kolom


4
Vu , kx=1,05[VD , k +VL , k + ( VE , kx+ 0,3.VE , ky ) ]
k
4
Vu , kx=1,05[VD , k +VL , k + ( 0,3. VE ,kx +VE , ky ) ]
k
Diambil Vu, k terkecil

Vc= 1+[ Nu . k 1
14. Ag 6][ '
]
√ fc . bw . d
Vu . k
Vs= −Vc
φ
1
Av=2. . π . d ²
4
Av . fy .d
s=
Vs
d
Smaks=
2
Vu, k < Vs jadi dipakai sengkang praktis

Dalam menghitung dan menentukan besarnya momen yang bekerja pada


suatu struktur bangunan, kita menggunakan program SAP 2000. Berikut adalah
cara menghitung besarnya momen dengan menggunakan :
1. Perencanaan portal dengan menngunakan SAP 2000
a. Perencanaan portal akibat beban mati
- Beban pelat
- Beban balok

53
- Beban penutup lantai dan adukan
- Berat balok
- Berat pasangan dinding (jika ada)
- Beban plesteran dinding
b. Langkah-langkah menentukan pembebanan pada portal adalah sebagai
berikut :
Untuk merencanakan portal akibat beban hidup perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
- Menentukan pembebanan pada portal
- Perhitungan akibat beban hidup = perhitungan akibat beban mati
2. Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode SAP 2000 14
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Buat model struktur portal akibat beban mati dan beban hidup
Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih model perhitungan yang
akan digunakan. Di mana model yang digunakan adalah model Grid
Only, pilih units satuan dalam satuan KN M C.

Gambar 4.10 Membuat Model Struktur.

Kemudian dilanjutkan dengan mengatur grid penghubung garis atau


frame. Dimana nilai xz diisi, x untuk arah horizontal dan z untuk arah
vertical (y diisi 1 untuk bangunan 2 dimensi). Selanjutnya pilih Edit grid
untuk mengatur panjang vertical dan horizontal tiap frame.
Setelah selesai pilih OK, kemudian set view dalam arah xz yaitu dengan
mengklik menu xz pada toolbar.

54
Gambar 4.11 Memilih Tampilan (Arah Tinjau)

b. Input data perencanaan


- Dimensi kolom
- Dimensi balok
- Mutu beton (fc’)
- Mutu baja (fy)
Cara memasukkan nilai dimensi kolom dan balok pada umumnya sama,
yaitu :
- Blok frame kalom/balok, lalu pilih menu pada toolbar, Define –
Frame section, setelah memilih menu diatas akan tampil toolbar
Frame Properties. Choose Property Type to Add, pilih Add
Rectangular (untuk penampang berbentuk segiempat), klik Add New
Property hingga muncul toolbar seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.12 Memasukkan Data Perencanaan.

Ganti section name dengan nama Balok (untuk balok), Kolom (untuk
kolom). ganti ukuran tinggi (Depth) dan lebar (Width) Balok /Kolom
sesuai dengan perencanaan. Kemudian klik Concrete Reinforcement,
klik Column (untuk kolom), Beam (untuk balok) lalu klik OK.

55
Untuk menentukan frame tersebut balok atau kolom yaitu dengan cara
memblok frame kemudian pada toolbar pilih menu Assign –
Frame/Cable/Tendon – Frame Section – pilih Balok atau Kolom.
Cara memasukkan nilai Fy, Fc dan Modulus Elastisitas :
- Blok semua frame, lalu pilih menu pada toolbar Define – Material –
pilih Con (“concrete”, untuk beton) – klik Modify/Show Material.
Seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.13 Memasukkan Nilai Fy, Fc dan Modulus Elastisitas.

Ganti nilai Weight per unit volume dengan 24 (nilai ini adalah
nilai dari berat jenis beton). ubah nilai Modulus of Elasticity
dengan rumus 4700 √ fc . 1000, serta ubah juga nilai Fc dan Fy
sesuai dengan perencanaan dengan masing-masing dikali 1000, klik
OK.

c. Membuat cases beban mati dan beban hidup.


Pilih menu pada toolbar, Define – Load Cases – buat nama pembebanan,
tipe pembebanan dan nilai koefisiennya diisi dengan nilai 0. Seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini :

56
Gambar 4.14 Membuat cases beban mati dan beban hidup.
d. Input nilai beban mati dan beban hidup
- Akibat beban merata
Blok frame yang akan di input, lalu pilih menu pada toolbar, Assign –
Frame/Cable/Tendon Loads – Distributed - pilih beban mati atau
beban hidup untuk pembebanan tersebut pada Load Case Name– klik
absolute distance from end-1 (agar dapat mengatur jarak yang
diinginkan) – atur jarak (distance) di titik 1 diisi = 0 dan di titik 2 diisi
= panjang frame, serta isi nilai bebannya pada 2 titik tersebut.

Gambar 4.15 Memasukkan Nilai Beban Mati dan Beban Hidup.

- Akibat beban terpusat


Sama halnya seperti menginput data pada pembebanan merata, hanya
saja setelah memilih menu Frame/Cable/Tendon Loads – selanjutnya
yang dipilih adalah Points.

57
Gambar 4.16 Memasukkan Nilai Beban Terpusat.
Cara memasukkan nilai beban terpusat sama saja halnya seperti
memasukkan nilai pada beban merata.

e. Input Load Combination (beban kombinasi), yaitu


1,2 beban mati + 1,6 beban hidup
blok seluruh frame yang akan di kombinasi, kemudian pilih menu pada
toolbar, Define – Combinations – add new combo, kemudian akan terlihat
seperti

Gambar 4.17 Memasukkan Nilai Beban Kombinasi.

f. Run analisis, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

58
Gambar 4.18 Run Analisis.

4.1.3 Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar bangunan yang berfungsi
meneruskan beban dari struktur atas ke lapisan tanah di bawahnya. Secara umum,
pondasi tiang adalah elemen struktur yang berfungsi meneruskan beban kepada
tanah, baik beban dalam arah vertikal maupun horizontal. Pondasi tiang
memperoleh daya dukungnya dari gesekan antara selimut tiang dengan tanah dan
dari tahanan ujungnya. Berdasarkan metode instalasinya, pondasi tiang dapat
diklasifikasi menjadi:
1. Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang merupakan pondasi tiang yang dibuat terlebih
dahulu sebelum dimasukan ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman
tertentu dimana dapat dicapai daya dukung yang lebih baik.
2. Tiang Bor
Tiang bor biasanya digunakan sebagai pondasi yang memikul beban
struktur yang berat seperti bangunan yang sangat tinggi dan jembatan
dengan pertimbangan pelaksanaan: seperti rendah getaran, kebisingan
dan fleksibilitas ukuran yang cocok dengan kondisi pembebanan dan
kondisi lapisan tanah. Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan cara
membuat sebuah lubang bor dengan diameter tertentu hingga kedalaman
yang diinginkan.

59
Gambar 4.19 Skema pondasi tiang pancang
Pada tinjaun khusus yang dilakukan penulis menggunakan pondasi jenis
tiang pancang. Tiang pancang adalah salah satu type pondasi untuk suatu
bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya
dukung (Bearing Capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan
bebannya, atau apabila tanah keras yang mempunyai daya dukung yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam. Tiang
pancang mempunyai struktur dasar berupa rangkaian besi yang dilapisi dengan
beton yang terdiri dari campuran semen, split, pasar, air dan bahan tambah dengan
perbandingan tertentu.
Adapun langkah-langkah untuk menghitung dan merencakan pondasi :
1. Menghitung jarak pondasi tiang dalam satu kelompok
1. L L
R . X=1 . L=X = =
R 3
1.1=3. X
1
X= m
3
2.1¿ 3. X
2
X= m
3
2 1 3
+ = =1
3 3 3
Dimana :

60
R = Jumlah tiang tiang
X = Jarak tiang pada sumbu kolom arah X
Y = Jarak tiang pada sumbu kolom arah Y

2. Menghitung beban vertikal maksimum


Pu Mx . x My . y
Pu max= + +
n Σx ² Σy ²
Dimana :
Pu = Gaya maksimum yang dapat diterima oleh kelompok tiang
Σv = Jumlah total beban vertikal (kN)
n = Jumlah tiang dalam kelompok
My = exV = Jumlah momen terhadap sumbu –y (kN.m) n = jumlah
tiang
dalam kelompok
x,y = Berturtut-turut, jarak serah sumbu –x dan –y dari pusat berat
kelompok tiang ketiang nomor-i
Σx2 = Jumlah kuadrat dari jarak tiap-tiap tiang ke pusat kelompok tiang
arah x (m²)
Σy2 = Jumlah kuadrat dari jarak tiap-tiap tiang ke pusat kelompok tiang
arah y (m2)

3. Menghitung eksentrisitas pada as kolom terhadap as pondasi


Me=P . e
1
e= y− y
2
Me=P . 0,17

Dimana :
Me = Momen eksentrisitas
P = Gaya maksimum yang dapat diterima oleh kelompok tiang
e = Eksentrisitas tiang terhadap titik berat poer
y = Jarak tiang pada sumbu kolom arah Y

61
4.2 Analisa Perhitungan
4.2.1 Model SAP Pada Atap

Gambar 4.20 Model Frame Atap

Gambar 4.21 Beban Mati Atap

Gambar 4.22 Beban Hidup Atap

62
Gambar 4.23 Beban Angin Tekan

Gambar 4.24 Beban Angin Hisap

4.2.2 Pembeban Gempa


1. Lokasi
- Fungsi Bangunan = Kantor Reskrimsus Polda Bali
- Wilayah = Denpasar Timur
- Jenis Tanah = Sedang
2. Tentukan Kategori Resiko Bangunan
Fungsi dari bangunana gedung yang didesain adalah Rumah Toko.
Menurut Tabel 1 SNI 1726 2019 . dengan kategori Resiko II
Tabel 4.1 Kategori Resiko bangunan Gedung Dan Non Gedung Untuk Gempa
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko

63
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa I
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
 Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
 Fasilitas sementara
 Gudang penyimpanan
 Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam II
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
 Perumahan
 Rumah toko dan rumah kantor
 Pasar
 Gedung perkantoran
 Gedung apartemen/ rumah susun
 Pusat perbelanjaan/ mall
 Bangunan industry
 Fasilitas manufaktur
 Pabrik
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
 Bioskop
 Gedung pertemuan
 Stadion
 Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
 Fasilitas penitipan anak
 Penjara
 Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV,
yang memiliki potensi

64
untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila
terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
 Pusat pembangkit listrik biasa
 Fasilitas penanganan air
 Fasilitas penanganan limbah
 Pusat telekomunikasi

Gedung dan nongedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko


IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang IV
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah ibadah
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin
badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat

65
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan


fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
IV.
Sumber : SNI 1726 2019
3. Tentukan Kategori Resiko Bangunan
Menurut Tabel 4 SNI 1726 2019 Gedung dengan kategori resiko IV
memiliki factor keutamaan gempa (Ie) adalah 1.50

Tabel 4.2 Faktor Keutamaan Gempa


Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : SNI 1726 2019
4. Tentukan Parameter percepatan Tanah Ss Dan S1
Parameter perceptan tanah terbagi atas dua bagian yaitu perceptan tanah
dengan periode pendek t = 0.2 detik (Ss) dan percepatan tanah periode
T= 0.1 detik (S1). Penentuan nilai Ss dan S1 dapat ditentukan dengan
cara melihat peta seismik pada Gambar 15 SNI 1726 2019.

66
Gambar 4.25 Parameter Gerak Tanah Spketrum Respon 0.2 Detik
Sumber : SNI 1726 2019

Gambar 4.26 Parameter Gerak Tanah Spketrum Respon 1.0 Detik


Sumber : SNI 1726 2019
Gedung Dite Reskrimsus Polda Bali yang akan didesain berlokasi di
Denpasar Timur yang memiliki intensitas gempa yang tinggi di
Indonesia. Kondisi pada gedung tersebut adalah tanah lunak (soft clay)
berdasarkan peta tersebut didaptakan Ss = 0.9594 g dan S1 = 0.3951 g
5. Tentukan Klasifikasi Situs (SA-SF)
Berdasarkan Lokasi, jenis tanah ditentukan sebagai tanah lunak.
Berdasarkan table 3 SNI 1726 2012. Klasifikasi tanah lunak berdara
pada pada kasifikasi khusus SE.
Tabel 4.3 Klasifikasi Tanah

67
Kelas situs V s (m/detik) N atau N ch su (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat 350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3
m tanah dengan
karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI >20,
2. Kadar air, w ≥40%
3. Kuat geser niralir su <25 (kPa)
SF (tanah khusus,yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
membutuhkan atau lebih dari karakteristik berikut:
investigasi geoteknik - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
spesifik dan analisis beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
respons spesifik-situs sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
yang mengikuti 0) - Lempung sangat organik dan/atau gambut
(ketebalan H > 3m)
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan
H > 7,5m dengan indeks plasitisitas PI >75)
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan
ketebalan H > 35 m dengan su <50 (kPa)

Sumber : SNI 1726 2019


6. Tentukan Faktor koefisin Situs (Fa-Fv)
Tabel 6 menunjukan faktor koefisin situs yang dapat ditentukan
berdasarkan kelas situs dan parameter percepatana tanah. Factor
koefisin situs dibagi menjadi 2 bagian yaitu factor amplikasi getaran
periode pendek (Fa) dan faktor ampikasi getaran periode 1 detik (Fv)
Tabel 4.4 Koefisen Situs (Fa)
Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada
periode pendek, T = 0,2 detik, Ss

68
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = 1,25 Ss ≥ 1,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8


SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
SF SS (a)

Catatan : SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik


dan analisis respon situs spesifik, lihat 0
Sumber : SNI 1726 2019

Tabel 4.5 Koefisen Situs (Fv)


Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum
yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan
pada periode pendek, T = 0,2 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 = 0,5 S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SS(a)
Sumber : SNI 1726 2019
Berdasarkan Ss yang didapat sebelumnya adalah 0.9594 g dan S 1
adalah 0.3951 g. berdasarkan nilai tersebut maka faktor koefisien situs
untuk klasifikasi situs SE adalah Fa dan Fv di interpolasi linier.
Fa = 1.1757
Fv = 0.5227
7. Hitung Parameter Percepatan Desain
Tahapan pertama perhitungan SDs SD1 adalah menghiutung nilai
parameter spektra respon percepatan periode pendek (Sms) dan periode
1 detik (Sm1)

69
Berdasarakan persamaan 5 dan 6 pasal 6.2 perhitungan tersebut adalah
sebagai berikut :
Sms = Fa x Ss
= 1.1757 x 0.9594
= 1.1257
Sm1 = Fv x S1
= 0.5227 x 0.3951
= 0.2065
Berdasarkan persamaan 7 dan 8 pada pasal 6.2 menunjukan perhitungan
nilai SDs dan SD1 sebagai berikut :
SDs = 2/3 x Fa x Ss
=2/3 x 1.1757 x 0.9594
= 0.7
SD1 = 2/3 x Fv x S1
= 2/3 x 0.5227 x 0.3951
= 0.21
8. Menggambar Respon Spektra Desain
Bentuk Dasar respon Spektra Desain seperti pada gambar 1 SNI 1726
2019 adalah sebagai berikut :

Gambar 4.27 Spketrum Respon


9. Menentukan Kategori Desain Seismik
Berdasarkan Tabel 1, tabel, dan tabel 7 SNI 1726 :2019 diperoleh
SDs = 0.78 Kategori Resiko IV (Tabel 4, Hal. 25)
Kategori Resiko IV ( Tabel 4, Hal. 25)
SD1 = 0.21 Kategori Resiko IV (Tabel 4, Hal. 25)

70
Kategori Resiko IV ( Tabel 4, Hal. 25)

10. Menentukan R,Cd, dan Ω0


Berdasarkan tabel 12 SNI 1726:2019 (Hal. 49-52) diperoleh nilai R, Cd,
dan Ω0 dengan mengetahui bahwa struktur rangka beton bertulang
pemikul momen khusus yaitu:
R =8
Cd = 5.5
Ω0 = 3
11. Waktu Getar (T)
Berdasarkan persamaan SNI 1726:2019 yaitu
Untuk T ≤ 12 Tingkat
Ta = 0.1 x N
= 0.1 x 5 = 0.5
SD 1
T max = 3.5 x
SDs
0.21
= 3.5 x = 2.17
0.71
Kontrol :
T = 0.5 ≤ T max = 2.17 …..(Ok )

4.2.3 Model Struktur Pada Program SAP 2000


1. Setelah penampang selesai diinput, element-element struktur digambar
pada SAP 2000.

71
Gambar 4.28 Denah Balok Lantai

Gambar 4.29 Tampak Struktur Balok 3D


2. Beban- beban yang bekerja pada struktur yang telah dihitung
sebelumnya dininput pada SAP 2000. Meliputi Beban Hidup, beban
mati, beban dinding dan beban gempa. Sebelum beban beban yang
bekerja pada struktur diinput maka beban –beban tersebut harus

72
didefinisikan pada program. Diniput pola pembebaban sebagai
berikut :
- Beban Mati
- Beban hidup
- Beban air hujan
- Beban gempa arah x
- Beban gempa arah y

Gambar 4.30 Beban Mati

73
Gambar 4.31 Beban Hidup

Gambar 4.32 Beban Tembok

74
Gambar 4.33 Load Patterns Pada Program SAP 2000

Gambar 4.34 Respon Spektrum IBC 2012 Fruction Definition Pada Program
SAP 2000
Pada pendefinisian load case beban gempa arah x maupun arah y dimasukan
faktor sekala seperti gambar di bawah :

75
Gambar 4.35 Load case gempa arah x

Gambar 4.36 Load case gempa arah y


- Gaya dalam dapat diketahui dengan sap 2000. Gaya dalam digunakan
untuk mendesain tulangan yang sesuia dengan konsisi struktur. Adapun
gaya dalam adalah sebagi berikut

76
Gambar 4.37 Bidang Momen

Gambar 4.38 Bidang Geser

77
Gambar 4.39 Bidang axial

4.2.4 Hasil SAP Pembebanan Balok


- Balok Induk Lantai (bentang 8 m) = 40 / 60 cm

Gambar 4.40 Data Balok Induk Lantai Bentang 8 m

78
Gambar 4.41 Luas tulangan (mm)

Gambar 4.42 Pembesian tulangan tumpuan

Gambar 4.43 Pembesian tulangan lapangan

4.2.5 Hasil SAP Pembebanan Kolom


- Kolom Lantai = 60 cm x 60 cm

79
Gambar 4.44 Kolom K3

Gambar 4.45 Luas tulangan kolom (mm)

80
Gambar 4.46 Pembesian tulangan kolom

Gambar 4.47 Pembebanan Pondasi

4.2.6 Perhitungan Pondasi

Gambar 4.48 Skema pondasi tiang pancang

1. Menghitung jarak pondasi tiang dalam satu kelompok

81
1. L L
R . X=1 . L=X = =
R 3
1.1=3. X
1
X= m
3
2.1¿ 3. X
2
X= m
3
2 1 3
+ = =1
3 3 3

2. Menghitung beban vertikal maksimum


Dilakukan perhitungan:
Pu Mx . x My . y
Pu max= + +
n Σx ² Σy ²
Dimana :
Pu = Gaya maksimum yang dapat diterima oleh kelompok tiang
Σv = 3048 kN
Mx = 100 kN
My = 80 kN
n =3
x = 0,375 m
y = 0,500 m
Σx2 = 1 . 0,375² + 1 . 0.375² = 0,28 m²
Σy2 = 1 . 0,500² + 2 . 0.250² = 0,375 m²
Σv Mx . x My . y
Pu max= + +
n Σx ² Σy ²
3048 100 . 0,375 80 . 0,50
Pu max= + + =1256,59 kN
3 0,28 0,375

3. Menghitung eksentrisitas pada as kolom terhadap as pondasi


Dikarenakan titik pusat tumpuan kolom tidak berada di tengah-tengah
poer, maka kita cari momen elastisitas dengan menggunaka cara sebagai
berikut :

82
Me=P . e
e=0,375−0,250=0,125

Dimana :
Me = Momen eksentrisitas
P = 1256,59 kN
e = 0,125
y = 0,375

Maka Me=P . e
Me=1256,59 . 0,125=157,07 Nm

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah
dilaksanakan selama 2 bulan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam melaksanakan suatu proyek melibatkan beberapa unsur
organisasi antara lain pemilik proyek (Owner), kontraktor, konsultan
perencana dan konsultan pengawas.
2. Untuk ukuran kolom dilapangan adalah 50x50 cm sedangkan untuk
ukuran balok dilapangan adalah 40x60 cm

83
3. Dari hasil analisis didapatkan pembesian balok lantai 1 adalah;
lapangan 7D ø19 dan untuk tumpuan 7D ø19. Sedangkan kenyataan
dirpoyek pembesian balok lantai 1 adalah; lapangan 6D ø22 dan untuk
tumpuan 6D ø22.
4. Nilai maksimum beban vertikal pada tiang pancang adalah sebesar
1256,59 kN, sedangkan momen eksentrisitas pada pondasi adalah
157,07 Nm.
5.2 Saran
Adapun saran – saran yang akan ditulis kedalam laporan ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan harus
dilakukan secara ketat dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan
karena pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai persyaratan.
2. Pemadatan / perataan campuran beton saat dilakukan pengecoran, agar
lebih diperhatikan dan diawasi lagi. Pada saat pengecoran kolom,
listplank dan balok hendaknya diperiksa terlebih dahulu keadaan
bekesting dan beton deckingnya sehingga dapat memperkecil terjadinya
lubang-lubang atau keropos pada bagian struktur tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Manual Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) dan tugas
Akhir (TA). Fakultas Teknik Universitas Ngurah Rai. Denpasar.
Agus Setiawan, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan
SNI 2847 2013, Erlanga, Jakarta
Asroni, A. 2010. Struktur Beton Bertulang I (Balok dan Pelat Beton Bertulang).
Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung, SNI 2847:2013. Jakarta: BSN
Departemen Pekerjaan Umum. 2013. SNI-2847-2013 : Persyaratan Beton

84
Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.
Ervianto, WULFRAM I. TEORI-APLIKASI MANAJEMEN PROYEK
KONSTRUKSI. Yogyakarta. ANDI. 2004.
Hardiyatno, H.C. (2002). Teknik Pondasi 1. Yogyakarta: Beta Offset.
Hary Christady Hardiyatmo, 2008, Teknik Fondasi 2 cetakan ke 3, Beta Offset,
Yogyakarta
Husen, Abrar, 2009, Manajemen Proyek (Perencanaan Penjadwalan dan
Pengendalian Proyek), Penerbit: Andi Yogyakarta.
Husen, Abrar, 2011, Manajemen Proyek, Penerbit: Andi Yogyakarta.
Iman Satyarno, Purbolaras Nawangalam, R. Indra Prattomo P, 2011, Belajar sap
2000 seri 1, Zamil Publishing, Sleman, Jogjakarta.
Iman Satyarno, Purbolaras Nawangalam, R. Indra Prattomo P, 2012, Belajar sap
2000 seri 2 analisis gempa, Zamil Publishing, Sleman, Jogjakarta.

85

Anda mungkin juga menyukai