Tahun 2021-2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
MATEMATIKA PAUD DAN 1 SD ........................................................................................ 1
BAB I MATEMATIKA PERMULAAN ................................................................................... 2
A. Mengelompokkan ........................................................................................................... 2
B. Mengurutkan ................................................................................................................... 3
C. Membandingkan ............................................................................................................. 3
D. Mencocokkan (Matching) ............................................................................................... 4
E. Menghubungkan ............................................................................................................. 5
BAB II MATEMATIKA DASAR ............................................................................................. 6
i
C. Mengenal Satuan Jarak Dan Kecepatan ........................................................................ 28
D. Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak dan Kecepatan ......... 29
BAB V KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR ............................................................ 32
BAB VI BANGUN RUANG ................................................................................................... 33
ii
BAB I
MATEMATIKA PERMULAAN
A. Mengelompokkan
Tujuan: memahami adanya persamaan diantara beberapa benda.
Tahapan kegiatan: melakukan pengamatan terhadap sekelompok benda, diantara beberapa
benda baru memisahkannya menjadi satu kelompok tersendiri.
Materi
Mengelompokkan adalah kegiatan meletakkan bendabenda ke dalam sebuah kelompok
dengan cara memilah (sorting)benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama
atau menyerupai.
Contoh:
1) Jenis yang sama (kelompok kendaraan, kelompok buah, kelompok perempuan dll)
2) Ukuran yang sama (kelompok orangtua, kelompok anak, kelompok wadah besar dll)
3) Bentuk yang sama (kelompok segitiga, kelompok lingkaran, kelompok presegi)
4) Warna yang sama (kelompok merah, kelompok kuning, kelompok biru)
5) Material (kayu, plastik, kertas, kaca, dll)
6) Tekstur (halus/ kasar, dll)
7) Pola (garis, silang, kotak dll)
8) Fungsi (perkakas, alat tulis, pakaian, dll)
2
B. Mengurutkan
Tujuan: Menempatkan benda dalam deretan tertentu menurut aturan yang diinginkan.
Materi
Mengurutkan yaitu proses membandingkan lebih dari 2 benda atau sekelompok benda.
Contoh:
a. Mengurutkan ukuran dari yang paling kecil ke yang paling besar
b. Mengurutkan dari yang paling pendek ke yang paling tinggi Contoh:mengurutkan
botol.
c. Mengurutkan dari volume yang paling sedikit ke yang paling banyak Contoh: Gelas
berisi air sepertiga, setengah, penuh.
C. Membandingkan
Tujuan: memahami adanya perbedaan di antara 2 benda atau lebih dari 2 benda.
Materi:
Membandingkan adalah mencari hubungan antara 2 benda atau 2 kelompok benda, yakni
seberapa mirip kedua benda atau kelompok benda tersebut atau seberapa berbeda kedua
benda atau kelompok benda tersebut.
Contoh:
1) Membandingkan dua benda
a. Membandingkan tebal - tipis (buku, papan)
b. Membandingkan panjang - pendek (penggaris, pensil)
c. Membandingkan dua benda yang jenisnya sama tetapi memiliki ukuran yang
berbeda
d. Membandingkan besar - kecil (binatang, buah, kendaraan)
Membandingkan dua benda yang berbeda :
Jeruk lebih kecil daripada apel
Apel lebih besar dibandingkan jeruk
e. Membandingkan volume
f. Membandingkan warna
g. Membandingkan tinggi-rendah (pohon, gedung)
h. Membandingkan banyak – sedikit
i.
3
2) Membandingkan tiga benda
a. Membandingkan pajang – lebih panjang – paling panjang
b. Membandingkan besar – lebih besar – paling besar
D. Mencocokkan (Matching)
Tujuannya untuk memahami adanya hubungan antara dua hal.
Bentuk kegiatan dari pembelajaran matematika untuk mencocokkan cukup banyak
seperti:
a. Mencocokkan dengan bentuk geometri. Misalnya anak diminta menghubungkan
dengan garis gambar benda yang memiliki bentuk yang sama contoh: di kolom kiri
gambar bola ditarik ke kolom kanan bentuk lingkaran, dll.
b. Mencocokkan dengan bentuk geometri. Misalnya anak diminta menghubungkan
dengan garis gambar benda yang memiliki bentuk yang sama contoh: di kolom kiri
gambar bola ditarik ke kolom kanan bentuk lingkaran, dll.
c. Menyelesaikan puzzle (mencocokkan bagian yang saling terpisah menjadi bentuk
yang utuh).
4
d. Menyelesaikan puzzle (mencocokkan bagian yang saling terpisah menjadi bentuk
yang utuh).
e. Profesi dengan alat kerja (Petani dengan cangkul, dokter dengan stetoskop)
f. Profesi dengan tempat kerja (petani di sawah, dokter di rumah sakit)
g. Benda dengan fungsinya (sepatu di kaki, topi di kepala)
h. Benda dan tulisan
i. Benda dan lambang bilangan
Panca indra:
Apa gunanya mata? Mata untuk melihat
Apa gunanya hidung? Hidung untuk mencium
Apa gunanya mulut? Untuk berbicara
Apa guna telinga? Untuk mendengar
Allah telah ciptakan untuk kita jaga
Mata, hidung, dan telinga, mulut dan juga lidah
Semua ada gunanya harus kita jaga
Terima kasih oh Tuhan atas ciptaanNya
E. Menghubungkan
Tujuan: Mampu menerapkan matematika di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-
hari.
Materi:
Menghubungkan di sini yaitu menghubungkan satu benda dengan dengan benda lainnya
yang memiliki kesamaan bentuk, warna, atau ukuran. Misalnya: berikan kepada anak
sebuah kotak, kemudian perlihatkan benda yang berbentuk kotak lain seperti kotak susu,
bungkus sabun dan sebagainya. Dibenak anak dapat menghubungkan antar kotak yang
satu dengan yang lainnya.
Contoh: korespondens satu-satu
a. Jumlah anggota keluarga dengan peralatan makan yang perlu disediakan.
b. Membeli barang sesuai jumlah anggota keluarga (jika ada 4 orang maka perlu
membeli 4 ice cream)
c. Mengelompokkan/memasukkan sesuatu sesuai jenisnya.(piring dengan piring, kaos
dengan kaos)
5
BAB II
MATEMATIKA DASAR
6
BAB I
BILANGAN CACAH
1. Bilangan Cacah
Tujuan: Bisa memahami apa itu nilai bilangan, lambang bilangan, nilai tempat, dan nilai
angka.
Tahapan Kegaiatan: Melakukan perbandingan bilangan, mengurutkan bilangan, dan
menentukan nilai tempat sebuah bilangan / membaca lambang bilangan.
Contoh:
1. a. Diberikan beberapa bilangan secara acak, kemudian anak diminta membandingkan
mana bilangan yang lebih besar dan mana yang lebih kecil.
b. Diberikan beberapa benda yang memiliki ukuran berbeda, kemudian anak diminta
untuk menentukan ukuran benda mana yang lebih besar, yang lebih kecil, atau sama.
2. Diberikan beberapa bilangan, kemudian diminta untuk mengurutkan bilangan dimulai
dari yang paling kecil atau urut dimulai dari yang paling besar.
3. Diminta untuk membaca suatu nilai bilangan, dimulai dari kiri, yaitu ratusan lalu
puluhan lalu satuan.
Materi
8
4 : Empat
5 : Lima
Dst.
Materi
Penjumlahan merupakan operasi dasar aritmatika yang menjumlahkan dua buah
bilangan menjadi sebuah bilangan. Sedangkan pengurangan merupakan kebalikan dari
penjumlahan.
9
175 merupakan bilangan yang pertama yang dijumlahkan dengan 50 sebagai bilangan
yang kedua dan 225 merupakan hasil dari pejumlahan kedua bilangan tersebut.
Untuk perkalian bilangan yang lebih besar, mengerjakannya lebih mudah dengan
cara bersusun panjang atau bersusun pendek.
Contoh :
158 x 4 = ….
10
Cara bersusun pendek
2. Pembagian Bilangan
Pembagian merupakan pengurangan berulang sampai habis.
Contoh :
Ada 15 apel yang akan diletakkan dalam 3 piring sama banyak. Berapa banyak apel di
setiap piring?
Penyelesaian
Ambil 3 apel dan letakkan 1 apel pada setiap piring. Lakukan sampai semua apel
habis terambil. Ada 5 kali pengambilan apel secara berulang sampai habis, dapat
ditulis :
Untuk pembagian bilangan yang lebih besar, mengerjakannya lebih mudah dengan
cara bersusun.
Contoh
744 : 8 = ….
Penyelesaian :
11
BAB II
SATUAN UKUR (BERAT, WAKTU, DAN JARAK)
12
BAB III
BANGUN DATAR
13
BAB IV
LUAS DAN KELILING
PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
14
BAB I
BILANGAN BULAT
Contoh:
1) 4 + 3 = 7
2) 6 - 4 = 6 + (-4) = 2
3) -3 + (-2) = - (3+2) = -5
4) 9 – (-5) = 9 + 5 = 14
16
2. Perkalian dan Pembagian
+ + +
+ − −
− + −
− − +
Perkalian
Contoh:
1) 5 6 = 30
2) 4 (-7) = - 28
3) (-3) 4 = -12
4) (-6) (-7) = 42
Pembagian
Pembagian merupakan kebalikan/lawan dari perkalian. Contoh: 30 : 5 = 30 x = 6.
Berlaku:
1) a : b = a : b
2) a : (– b) = - (a : b)
3) (-a) : b = - (a : b)
4) (-a) : (-b) = a : b
17
3. Operasi Hitung Campuran
Beberapa hal ini harus diperhatikan saat melakukan penghitungan operasi hitung
campuran bilangan bulat:
1) Jika ada tanda kurung pada penghitungan bilangan bulat, maka bilangan yang
ada di dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu.
2) Operasi pengurangan dan penjumlahan punya sifat yang sama, sehingga
penghitungannya dilakukan dari sebelah kiri lebih dulu.
3) Perkalian dan pembagian punya sifat yang sama, sehingga penghitungannya
dilakukan dari sebelah kiri lebih dulu.
4) Dibandingkan pengurangan dan penjumlahan, tanda hitung perkalian dan
pembagian memiliki sifat yang lebih kuat. Sehingga operasi hitung perkalian
dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu dibandingkan penjumlahan dan
pengurangan.
Contoh :
1. (14 x 2) - (10 : 2) + 8
= 28 – 5 + 8
= 31
2. 8 + (12 : 3) x 2
= 8 + (4) x 2
=8+8
= 16
18
BAB II
KPK DAN FPB
Untuk mencari FPB dan KPK pada sebuah bilangan biasanya kita akan menggunakan
pohon faktor. Teman-teman masih ingat, kan?
Kalau lupa, bisa lihat contoh pohon faktor pada gambar di bawah ini.
Nah, bilangan yang ingin diketahui FPB dan KPK harus kita bagi dengan bilangan
prima. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya bisa dibagi oleh 1 atau bilangannya
itu sendiri.
Contoh bilangan prima adalah, 2, 3, 5, 7, 11, 13, 19, 23, dan seterusnya.
19
B. Cara Mencari KPK dan FPB
1. Metode Pohon Faktor
Untuk menentukan KPK dengan menggunakan faktorisasi prima adalah dengan
mengalikan faktor-faktor yang berbeda dan faktor-faktor sama dengan pangkat
terbesar dari dua bilangan atau lebih. Sedangkan untuk menentukan FPB nya, maka
kalikan faktor-faktor prima pangkat terkecil yang sama.
Bagi bilangan 20 dan 30 dengan bilangan prima, dan terus lakukan pembagian
hingga hasil akhir yang tersisa adalah bilangan prima yang tidak habis dibagi selain
dengan dirinya sendiri. Seperti gambar di atas. Setelah itu tuliskan faktorisasi prima-
nya.
20 = 22 x 5
30 = 2 x 3 x 5
Dalam menentukan nilai KPK, kita akan mengalikan semua faktor prima, jika ada
faktor yang sama maka pilihlah pangkat yang lebih besar.
KPK = 22 x 3 x 5 = 60
Untuk menentukan FPB, pilihlah faktor prima dengan pangkat terkecil yang sama.
Kemudian kalikan
20 = 22 x 5
30 = 2 x 3 x 5
Bilangan yang sama dengan pangkat terkecil adalah 2 dan 5
Sehingga FPB dari 20 dan 30 adalah 2 x 5 = 10
20
Contoh :
Tentukan KPK dan FPB dari 60 dan 80!
Solusi:
Pohon Faktor 60 dan 80
KPK = 24 x 3 x 5 = 240
FPB = 22 x 5 = 20.
21
BAB III
PECAHAN
A. Pengertian Pecahan
Pecahan merupakan salah satu bilangan yang memiliki bentuk unik. Pecahan
ditulis dengan menggunakan dua bilangan yang disusun vertikal atau atas dan bawah
dengan tanda batas di tengahnya.
Untuk angka bagian atas disebut pembilang. sedangkan di bagian bawah
disebut penyebut. Cara membaca bilangan dengan menyebutkan dari atas ke bawah
dan di bagian tenagh dibaca “per”, seperti contoh gambar di bawah ini.
22
B. Jenis-jenis Pecahan
Pecahan pada dasarnya dapat di bagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis jenis
bilangan pecahan yaitu sebagai berikut :
Pecahan biasa ialah pecahan yang termasuk dalam bentuk umum karena berupa .
Pecahan campuran ialah pecahan yang berbentuk bilangan bulat dengan bilangan
pecahan. Misalnya
Bilangan desimal ialah pecahan yang berasal dari pembagian dalam pecahan.
Contohnya
1. Menyederhanakan Pecahan
Operasi bilangan pecahan yang pertama berisi cara menyederhanakan
pecahan. Pecahan dapat disederhanakan dengan cara pembilang dibagi dengan
penyebut. Kedua bilangan ini (pembilang dan penyebut) dicari FPBnya sehingga
dapat lebih disederhanakan lagi.
Contoh :
dari sini terlihat FPB dari 20 dan 160 adalah 20. Maka 20 digunakan untuk
membagi angka 20 dan 160 tersebut.
2. Penjumlahan Pecahan
Bilangan pecahan satu dengan yang lainnya dapat dijumlahkan dengan
memperhatikan penyebut di kedua bilangan. Yang diperhatikan apakah
penyebutnya sudah sama atau belum. Hal ini dikarenakan ketentuan dalam
penjumlahan pecahan ialah menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Dengan
begitu penyebutnya tetap dan pembilang diantara kedua pecahan tinggal
dijumlahkan saja.
23
Contoh :
Bagaimana jika penyebut dalam penjumlahan pecahan tidak sama? Jika anda
menemukan soal seperti ini maka tidak perlu bingung. Anda cukup menyamakan
penyebutnya dengan cara KPK. Kedua bilangan penyebut dicari KPKnya kemudian
dibagi dengan penyebut masing masing pecahan. Setelah itu hasil baginya dikalikan
dengan pembilang dari pecahan tersebut. Operasi bilangan pecahan ini memang cukup
rumit. Namun jika anda mengetahui kunci utama operasi hitung pecahan tersebut,
maka akan lebih mudah dilakukan.
Contoh :
3. Pengurangan Pecahan
Operasi hitung pecahan tersebut pada dasarnya hampir sama dengan
penjumlahan pecahan. Yang terpenting ialah memperhatikan penyebut diantara
bilangan bilangan pecahan tersebut. Jika kedua penyebut pada bilangan pecahan
yang dikurangkan tidak sama, maka dapat menggunakan KPK untuk
menyamakannya.
Contoh :
4. Perkalian Pecahan
Bilangan pecahan satu dengan yang lainnya dapat dikalikan dengan cara
operasi perkalian biasa. Caranya yaitu pembilang dikalikan dengan pembilang
dan penyebut dikalikan dengan penyebut.
24
Contoh :
5. Pembagian Pecahan
Operasi hitung pecahan ini dapat diselesaikan dengan cara membalik
pecahan yang kedua dan mengubah operasi pembagian menjadi perkalian. Setelah
itu kedua bilangan pecahan tersebut dikalikan saja.
Contoh :
25
BAB IV
SATUAN UKUR
26
1. Hubungan satuan waktu hari, jam, menit, dan detik
1 hari = 24 jam = 1440 menit = 86400 detik
1 jam = 60 menit = 360 detik
1 menit = 60 detik
Contoh :
1) 4 menit = …….. detik
Jawab :
4 menit = 4 60 detik = 240 detik
Contoh :
28
2. Satuan Kecepatan
𝑠
𝑣
𝑡
Keterangan :
v = kecepatan (m/s atau km/jam)
s = jarak (m)
t = waktu (s)
Contoh :
Sebuah sepeda motor menempuh jarak 120 Km selama 2 jam. Hitunglah kecepatan
sepeda motor tersebut!
Penyelesaian :
Diketahui :
Jarak (s) = 120 Km
Waktu (t) = 2 jam
Ditanyakan :
Kecepatan (v) = …?
Penyelesaian :
Diketahui
Waktu = 1 jam
29
Ditanya : Jarak?
s=vt
s = 15 x 1
s = 22,5 km
Jawaban : d. 22, 5 km
2. Joko pergi ke rumah paman. Jarak rumah Joko dan rumah paman 120 km. Jarak tersebut
ditempuh Joko dengan sepeda motor berkecepatan rata-rata 40 km/jam. Bila Joko
berangkat dari rumah pukul 08.00, maka ia sampai di rumah paman pukul ....
a. 10.00
b. 11.00
c. 11.30
d. 12.00
Penyelesaian :
Diketahui
Jarak (s) = 120 km
Kecepatan (v) = 40 km/jam
3. Jarak antara sekolah dengan rumah Manda 1,8 km. Manda berangkat dari rumah pukul
06.20. Agar pada pukul 07.00 sudah sampai di sekolah. Manda harus mengayuh sepeda
dengan kecepatan .... m/detik
a. 0,5
b. 0,75
30
c. 1
d. 1,5
Penyelesaian :
Diketahui
Jarak (s) = 1,8 km = 1.800 m
Waktu (t) = 07.00 - 06.20 = 40 menit = 2.400 detik
Jawaban : b
31
BAB V
KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR
32
BAB VI
BANGUN RUANG
33
BAB I
BILANGAN BULAT DAN PECAHAN
Contoh:
5) 4 + 3 = 7
6) 6 - 4 = 6 + (-4) = 2
7) -3 + (-2) = - (3+2) = -5
8) 9 – (-5) = 9 + 5 = 14
35
5. Perkalian dan Pembagian
+ + +
+ − −
− + −
− − +
Perkalian
Contoh:
5) 5 6 = 30
6) 4 (-7) = - 28
7) (-3) 4 = -12
8) (-6) (-7) = 42
Pembagian
Pembagian merupakan kebalikan/lawan dari perkalian. Contoh: 30 : 5 = 30 x = 6.
Berlaku:
5) a : b = a : b
6) a : (– b) = - (a : b)
7) (-a) : b = - (a : b)
8) (-a) : (-b) = a : b
9)
36
6. Operasi Hitung Campuran
Beberapa hal ini harus diperhatikan saat melakukan penghitungan operasi hitung
campuran bilangan bulat:
5) Jika ada tanda kurung pada penghitungan bilangan bulat, maka bilangan yang
ada di dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu.
6) Operasi pengurangan dan penjumlahan punya sifat yang sama, sehingga
penghitungannya dilakukan dari sebelah kiri lebih dulu.
7) Perkalian dan pembagian punya sifat yang sama, sehingga penghitungannya
dilakukan dari sebelah kiri lebih dulu.
8) Dibandingkan pengurangan dan penjumlahan, tanda hitung perkalian dan
pembagian memiliki sifat yang lebih kuat. Sehingga operasi hitung perkalian
dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu dibandingkan penjumlahan dan
pengurangan.
Contoh :
3. (14 x 2) - (10 : 2) + 8
= 28 – 5 + 8
= 31
4. 8 + (12 : 3) x 2
= 8 + (4) x 2
=8+8
= 16
C. Pengertian Pecahan
Pecahan merupakan salah satu bilangan yang memiliki bentuk unik. Pecahan
ditulis dengan menggunakan dua bilangan yang disusun vertikal atau atas dan bawah
dengan tanda batas di tengahnya.
Untuk angka bagian atas disebut pembilang. sedangkan di bagian bawah
disebut penyebut. Cara membaca bilangan dengan menyebutkan dari atas ke bawah
dan di bagian tenagh dibaca “per”, seperti contoh gambar di bawah ini.
37
D. Jenis-jenis Pecahan
Pecahan pada dasarnya dapat di bagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis jenis bilangan
pecahan yaitu sebagai berikut :
Pecahan biasa ialah pecahan yang termasuk dalam bentuk umum karena berupa .
Pecahan campuran ialah pecahan yang berbentuk bilangan bulat dengan bilangan
pecahan. Misalnya
Bilangan desimal ialah pecahan yang berasal dari pembagian dalam pecahan.
Contohnya
dari sini terlihat FPB dari 20 dan 160 adalah 20. Maka 20 digunakan untuk membagi
angka 20 dan 160 tersebut.
38
2. Penjumlahan Pecahan
Bilangan pecahan satu dengan yang lainnya dapat dijumlahkan dengan
memperhatikan penyebut di kedua bilangan. Yang diperhatikan apakah penyebutnya
sudah sama atau belum. Hal ini dikarenakan ketentuan dalam penjumlahan pecahan
ialah menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Dengan begitu penyebutnya tetap
dan pembilang diantara kedua pecahan tinggal dijumlahkan saja.
Contoh :
3. Pengurangan Pecahan
Operasi hitung pecahan tersebut pada dasarnya hampir sama dengan
penjumlahan pecahan. Yang terpenting ialah memperhatikan penyebut diantara
bilangan bilangan pecahan tersebut. Jika kedua penyebut pada bilangan pecahan
yang dikurangkan tidak sama, maka dapat menggunakan KPK untuk
menyamakannya.
Contoh :
4. Perkalian Pecahan
Bilangan pecahan satu dengan yang lainnya dapat dikalikan dengan cara
operasi perkalian biasa. Caranya yaitu pembilang dikalikan dengan pembilang
dan penyebut dikalikan dengan penyebut.
39
Contoh :
5. Pembagian Pecahan
Operasi hitung pecahan ini dapat diselesaikan dengan cara membalik
pecahan yang kedua dan mengubah operasi pembagian menjadi perkalian. Setelah
itu kedua bilangan pecahan tersebut dikalikan saja.
Contoh :
40
BAB II
HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas.
Anggota himpunan disebut anggota atau elemen himpunan.
Contoh:
1. A adalah himpunan nama kota di Jawa Tengah. Anggota himpunan A adalah
Purwokerto, Semarang, Kebumen, Solo, dan lain-lainnya.
2. B adalah himpunan bilangan bulat lebih dari -3. Anggota himpunan B adalah
bilangan -2,-1,0,1,2,3, ...
B. Notasi Himpunan
Suatu himpunan biasanya diberi nama dengan huruf kapital, seperti A, B, X, Z dan
sebagainya. Anggota himpunan dituls di antara tanda {} (kurung kurawal), dan antara
anggota yang satu dengan lainnya dipisahkan dengan tanda koma (,).
41
2. Menyatakan suatu himpunan dengan notasi pembentuk himpunan
Ketentuan penulisan notasi pembentuk himpunan adalah sebagai berikut:
{x|.......}
Keterangan:
x = variabel atau peubah yang menyatakan anggota suatu himpunan
| = dibaca "di mana"
.... = penyataan kalimat matematika yang menjadi syarat keanggotaan.
D. Sifat-sifat Himpunan
1. Himpunan Bagian
Himpunan A adalah himpunan bagian dari B, jika dan hanya jika setiap anggota dari
A merupakan anggota dari B. Ditulis A ⊂ B, dibaca "A himpunan bagian B".
Perhatikan himpunan-himpunan berikut:
A = {himpunan hewan}
B = {himpunan hewan berkaki empat}
42
C = {himpunan hewan berkaki empat yang bertelur}
Misalkan A, B dan C adalah sebagai berikut:
A = {kucing, anjing, buaya, kura-kura, burung}
B = {kucing, anjing, buaya, kura-kura}
C = {buaya, kura-kura}
Banyaknya suatu himpunan, dengan mudah dapat kita tentukan dengan menggunakan
rumus.
Perhatikan himpunan-himpunan berikut!
A = {a}, banyaknya himpunan bagian ada 2 yaitu {a} dan ∅
A = {a, b}, banyaknya himpunan bagian ada 4 yaitu {a} {b} {a, b} dan ∅
A = {a, b, c }, banyaknya himpunan bagian ada 8 yaitu {a} {b} {c} {a, b} {a, c} {b,
c} {a, b, c} dan ∅
A = {a, b, c, d}, banyaknya himpunan bagian ada 16 yaitu {a} {b} {c} {d} {a, b} {a,
c} {a, d} {b, c} {b, d} {c, d} {a, b, c} {a, b, d} {a, c, d} {b, c, d} {a, b, c, d} dan ∅
Contoh:
Tentukan banyaknya himpunan bagian dari A jika A = {1,2,3}
43
Jawab:
n(A) = 3
jadi, N = 2³ = 8
Himpunan bagian dari A adalah sebagai berikut:
A= {1} {2} {3} {1,2} {1,3} {2,3} {1,2,3} ∅
2. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan
kosong dinyatakan dengan lambang "{}" atau "∅".
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh 1
Himpunan A adalah himpunan yang anggotanya merupakan bilangan asli antara 3 dan
4.
Jawab:
A =∅ atau A = {} karena tidak ada bilangan asli antara 3 dan 4.
Contoh 2
Jika H adalah himpunan nama-nama hari yang dimulai dengan huruf B, nyatakan
dalam notasi himpunan L
Jawab :
H =∅ atau H = {} karena tidak ada nama hari yang dimulai dengan huruf B.
3. Himpunan Semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat
semua objek yang sedang dibicarakan. Hal ini berarti semesta pembicaraan
mempunyai anggota yang sama atau lebih banyak dari pada himpunan yang sedang
dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga himpunan universal dan disimbolkan S
atau U.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh
Jika A = {1, 3, 5, 7} maka dari himpunan A dapat ditentukan himpunan semesta yang
mungkin yaitu.
44
a. S_1 = {bilangan ganjil} karena himpunan bilangan ganjil memuat semua anggota
A.
b. S_2 = {bilangan asli} karena himpunan bilangan asli juga memuat semua anggota
A.
c. S_3 = {1,3,5,7,9,11} karena himpunan ini memuat semua anggota A.
E. Operasi Himpunan
1. Gabungan (∪)
Operasi himpunan pertama yang akan kita bahas disini adalah gabungan.
Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua
anggota himpunan A dan himpunan B, dimana anggota yang sama hanya ditulis satu
kali.
A gabungan B ditulis A ∪ B = {x|x ϵ A atau x ϵ B}
Contoh:
A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 4, 6, 8, 10}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10}
2. Irisan ( ∩ )
Irisan dua himpunan A dan B adalah himpunan dari semua anggota himpunan
A dan B yang sama. Dengan kata lain, himpunan yang anggotanya ada di kedua
himpunan tersebut.
3. Selisih ( - )
45
Contoh:
A = {a, b, c, d, e}
B = {a, c, e, g, i}
A-B = {b, d}
4. Komplemen
Komplemen dari A adalah himpunan semua elemen dari S yang tidak ada di
himpunan A.
Komplemen A ditulis A1 atau Ac = {x|x ϵ S atau x Ï A}
Contoh:
A= {1, 3, …, 9}
S = {bilangan ganjil kurang dari 20}
Ac = {11, 13, 15, 17, 19}
F. Diagram Venn
Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai diagram
Venn. Diagram Venn diperkenalkan oleh pakar Matematika, Inggris pada tahun 1834-
1923 bernama John Venn.
Dalam membuat diagram Venn yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Himpunan semesta (S) digambarkan sebagai persegi panjang atau bersegi,
sedangkan anggota-anggotanya digambarkan dengan noktah.
2. Setiap himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong) ditunjukkan oleh kurva
tertutup sederhana.
3. Jika suatu himpunan anggotanya terlalu banyak atau tak berhingga maka noktahnya
tidak perlu di gambarkan.
46
2. Himpunan Saling Lepas
Selanjutnya, himpunan saling lepas. Himpunan A dan B dikatakan saling lepas
jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama. Himpunan A saling lepas
dengan himpunan B dapat ditulis sebagai A//B.
3. Himpunan Bagian
Himpunan yang ketiga adalah himpunan bagian. Himpunan A dapat dikatakan
himpunan bagian dari himpunan B jika semua anggota himpunan A merupakan
anggota dari himpunan B. Untuk lebih mudahnya di ilustrasikan seperti berikut ini:
47
4. Himpunan yang Sama
Himpunan yang sama dapat dinyatakan jika setiap anggota A merupakan
anggota B dan setiap anggota B merupakan anggota A. Misalnya A = {1, 2, 3, 4,
5} dan B = {5, 4, 3, 2, 1}. Nah anggota kedua himpunan ini sama persis kan squad?
Jadi dapat dikatakan himpunan A sama dengan himpunan B. Himpunan yang sama ini
dapat ditulis A = B.
48
BAB III
BENTUK ALJABAR
49
BAB IV
SPLV DAN SPLTV
50